bab 1 - eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8813/3/isi skripsi ardiani.doc · web...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mata pelajaran IPA merupakan pengetahuan tentang alam sekitar yang
merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di sekolah. Dalam
kehidupan sehari–hari sering kita temukan bahwa sedikit sekali siswa yang
tertarik pada pelajaran IPA hal ini disebabkan antara lain karena pengajaran
IPA yang kurang menarik, sehingga siswa jarang termotivasi untuk
mempelajarinya yang pada akhirnya prestasi belajar pada mata pelajaran ini
kurang. Oleh karena itu, peningkatan kualitas dan efektifitas pembelajaran
IPA sekolah dasar sangatlah penting agar siswa lebih mudah dalam
mempelajari konsep–konsep IPA di tingkat berikutnya.
Anak–anak khususnya anak pada tingkat SD, terdapat kecendrungan
memiliki motivasi belajar tinggi jika disajikan dalam bentuk permainan
karena siswa SD cendrung menghabiskan waktu luang mereka untuk
bermain. Apalagi pada anak dengan kondisi kognitif siswa setingkat SD yang
berada pada tahap operasional konkrit tergolong sangatlah cocok.
Bagi siswa SD kelas rendah khususnya kelas III, pelajaran IPA
merupakan pelajaran yang baru, karena pada kelas sebelumnya mereka tidak
menerima pelajaran IPA itu sendiri. Sehingga membutuhkan keterampilan
guru untuk menyampaikan materi pelajaran ini dengan metode–metode yang
kreatif. Hal ini diupayakan untuk menanamkan sejak dini pandangan siswa
terhadap pelajaran IPA sebagai pelajaran yang menyenangkan bagi mereka.
1
Jenis media pembelajaran dalam bentuk permainan yang bisa
dimanfaatkan antara lain permainan parallel puzzle yang dapat
dikembangkan sebagai media pembelajaran IPA yang menyenangkan.
Permainan paralel puzzle merupakan salah satu variasi dari permainan puzzle
lainnya. Permainan dengan media pembelajaran ini tidak hanya sekedar
sebagai alat untuk bermain saja tapi bisa dimanfaatkan untuk mengasah otak
dan menambah wawasan/pengetahuan bagi siswa, karena permainan ini
sesuai dengan materi pembelajaran yang ingin disampaikan kepada siswa.
Media pembelajaran paralel puzzle ini digunakan karena anak pada
umur 7-12 tahun khususnya SD masih pada tahap operasional konkrit dimana
pada tahap ini anak masih sulit manerima konsep-konsep yang bersifat
abstrak. Media pembelajaran yang dikemas dalam bentuk permainan juga
dapat menarik minat siswa dalam pembelajaran sehingga suasana kelas
menjadi lebih menyenangkan terlebih lagi dunia anak adalah dunia bermain.
Itu menyebabkan siswa dalam pembelajaran tidak merasa tegang.
Dari hasil penelitian Titin. B (2008) mengatakan bahwa pembelajaran
dengan menggunakan metode ceramah saja tanpa diselingi dengan
penugasan, tanya jawab dan media pembelajaran seperti contoh parallel
puzzle itu akan membuat siswa menjadi bosan belajar karena dunia anak
adalah masih dekat dengan dunia bermain. Jadi penggunaan media
pembelajaran juga dapat mempengaruhi motivasi dan hasil belajar siswa.
Setelah menggunakan media pembelajaran parallel puzzle ini prestasi belajar
siswa seperti yang diharapkan peneliti sebelumnya menjadi meningkat.
2
Tabel 1.1Rekapitulasi Nilai Mata Pelajaran IPA Pada Pokok Bahasan
Bumi dan Alam Semesta Semester II Kelas IIINo Nilai (N) Jumlah Siswa (F) N X F1 4 8 322 6 12 723 7 9 63
JUMLAH 29 167RATA-RATA 5,75
Dari nilai rata-rata di atas diharapkan setelah penerapan media
pembelajaran parallel puzzle ini nilai rata-rata yang semula pada mata
pelajaran IPA pada pokok bahasan bumi dan alam semesta dimana KKM nya
yaitu 65 dapat dilampaui karena berdasarkan data di atas banyak siswa yang
nilainya di bawah KKM. Dan diharapkan setelah menerapkan media
pembelajaran ini 85% siswa lulus KKM. Revisinya dapat dilakukan dengan
evaluasi yang dilakukan pada siklus I dan siklus II. Jadi siswa lebih
termotivasi dan prestasinya menjadi meningkat setelah media pembelajaran
ini diterapkan dalam proses belajar mengajar karena media ini dikemas dalam
bentuk permainan yang disebut parallel puzzle yang memang dekat dengan
dunia bermain mereka.
B. Rumusan Masalah
1. Berdasarkan uraian latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka
permasalahan yang diteliti adalah “Bagaimanakah Penerapan Media
Pembelajaran Paralel Puzzle Pada Pokok Bahasan Bumi dan Alam
Semesta Dapat Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
IPA Semester II Kelas III SDN 48 Cakranegara Tahun Pelajaran
2009/2010”.
3
2. Bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan bumi
dan alam semesta mata pelajaran IPA antara sebelum dan sesudah
penerapan media pembelajaran paralel puzzle pada siswa semester II
kelas III SDN 48 Cakranegara tahun pelajaran 2009/2010.
B. Batasan Masalah
Pada penelitian ini terbatas pada penerapan media pembelajaran parallel
puzzle pada pokok bahasan bumi dan alam semesta untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA semester II kelas III SDN 48
Cakranegara tahun pelajaran 2009/2010.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa melalui media pembelajaran
paralel puzzle pada pokok bahasan bumi dan alam semesta pada mata
pelajaran IPA semester II kelas III SDN 48 Cakranegara tahun pelajaran
2009 / 2010.
2. Untuk mengetahui terjadi atau tidaknya peningkatan prestasi belajar siswa
secara signifikan pada pokok bahasan bumi dan alam semesta mata
pelajaran IPA antara sebelum dan sesudah penerapan media pembelajaran
paralel puzzle siswa semester II kelas III SDN 48 Cakranegara tahun
pelajaran 2009/2010.
4
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Bagi Siswa
Kehadiran media pembelajaran parallel puzzle ini diharapkan dapat
dijadikan motivasi dalam kegiatan belajar mengajar siswa sehingga
prestasi belajar siswa menjadi lebih meningkat.
2. Bagi Guru
Media pembelajaran dengan menggunakan parallel puzzle ini
diharapkan bisa dijadikan sebagai alternatif lain dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar. Selain itu guru juga bisa mengembangkannya
menjadi media pembelajaran dalam pembelajaran pokok bahasan lain yang
sesuai dan dalam bentuk permainan yang berbeda.
3. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberi konstribusi bagi sekolah
dalam mengembangkan pola fikir dan daya kreatifitas personil sekolah
khususnya guru dalam mengembangkan media pembelajaran yang
inovatif, menarik dan kreatif sebagai salah satu upaya dalam peningkatan
kualitas pengajaran.
E. Definisi Operasional
Untuk memudahkan memahami isi penelitian ini perlu didefinisikan
beberapa istilah sebagai berikut:
5
1. Media pembelajaran adalah sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk menyalurkan pesan atau isi pelajaran, merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan kemampuan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar
mengajar.
2. Parallel puzzle adalah merupakan permainan dalam bentuk mengasah otak
yang berbasis pada belajar sambil bermain.
3. Prestasi belajar adalah hasil belajar siswa yang dipengaruhi oleh potensi
diri dan dorongan lingkungannya yang diwujudkan dalam bentuk angka
(nilai hasil belajar)
F. Kerangka Pemecahan Masalah
Prestasi belajar adalah hasil dari satu kegiatan yang telah dikerjakan,
diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. Prestasi tidak akan
pernah berhasil selama seseorang tidak melakukan suatu kegiatan. Prestasi
belajar sangat ditentukan dari media pembelajaran yang diterapkan oleh guru,
penggunaan media dalam proses belajar mengajar merupakan hal yang sangat
penting bagi keberhasilan belajar siswa. Salah satu media yang dapat
digunakan dalam pembelajaran IPA adalah media pembelajaran dengan
menggunakan permainan paralel puzzle dimana media ini dapat digunakan
untuk mengatasi kendala–kendala dalam pembelajaran. Media pembelajaran
paralel puzzle adalah sebuah permainan konstruksi melalui kegiatan
memasang atau menjodohkan kotak-kotak, atau bangun-bangun tertentu
sehingga akhirnya membentuk sebuah pola tertentu.
6
Prestasi belajar IPA siswa merupakan hasil kegiatan yang telah
dikerjakan atau diciptakan dalam pelajaran di kelas. Prestasi tersebut dapat
dipengaruhi oleh metode dan media pembelajaran yang diterapkan oleh guru.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain
tergantung dari keaktifan siswa di dalam kelas, dan kemampuan guru dalam
menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan.
Adapun langkah-langkah dalam memecahkan masalah yaitu:
1. Mempersiapkan skenario pembelajaran secara mantap dengan
menggunakan media pembelajaran paralel puzzle yang berbasis pada
belajar sambil bermain sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
kelas III SD.
2. Mengoptimalkan pelaksanaan penerapan media pembelajaran paralel
puzzle yang telah disusun untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
Bentuk kegiatan yang telah disusun meliputi:
a. Mengelompokkan 29 siswa menjadi 6 kelompok belajar dimana tiap
kelompok terdiri dari 5 orang. Dan setiap kelompok tidak didominasi
oleh siswa pintar saja.
b. Melaksanakan skenario pembelajaran.
c. Menguji pemahaman siswa.
3. Membuat format penilaian.
4. Menentukan kriteria keberhasilan.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi teori pendukung penelitian
1. Hakikat Belajar IPA
Dari segi istilah yang digunakan IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam.
Ilmu artinya suatu pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang benar
artinya pengetahuan yang dibenarkan menurut tolok ukur kebenaran ilmu,
yaitu rasional dan obyektif. Pengetahuan alam sudah jelas artinya adalah
pengetahuan tentang alam semesta dengan segala isinya. Adapun
Pengetahuan itu sendiri artinya segala sesuatu yang diketahui manusia.
Jadi, secara singkat IPA adalah Pengetahuan yang rasional dan obyektif
tentang alam semesta dan isinya. IPA dapat dipandang sebagai suatu
proses dari upaya manusia untuk memahami berbagai gejala alam. Untuk
ini diperlukan suatu tata cara tertentu yang sifatnya analitis, cermat,
lengkap serta menghubungkan gejala alam yang satu dengan gejala alam
lainnya sehingga keseluruhannya membentuk suatu sudut pandang yang
baru tentang obyek yang diamati.
Secara umum Sekolah Dasar diselenggarakan dengan tujuan untuk
mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan
dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat
serta mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan menengah.
(Hendro, dkk. 1992).
8
Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan pendidikan dan
pengajaran dari berbagai disiplin ilmu, agama, kesenian dan keterampilan.
Salah satu disiplin ilmu itu adalah IPA. Ilmu Pengetahuan Alam
diperlukan oleh siswa sekolah dasar karena IPA dapat memberikan iuran
untuk tercapainya sebagian dari tujuan pendidikan di Sekolah Dasar.
Dengan pengajaran IPA diharapkan siswa akan dapat:
a) Memahami alam sekitarnya, meliputi benda-benda alam dan konsep
IPA yang terkandung didalamnya.
b) Memiliki keterampilan untuk mendapatkan ilmu, khususnya IPA,
berupa keterampilan proses atau metode ilmiah yang sederhana.
c) Memiliki sikap ilmiah di dalam mengenal alam sekitarnya dan
memecahkan masalah yang dihadapinya; serta menyadari kebesaran
penciptanya.
d) Memiliki bekal pengetahuan dasar yang diperlukan untuk melanjutkan
pendidikannya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. ( Hendro, dkk.
1993).
Integensi adalah kemampuan untuk memahami dan beradaptasi
dengan situasi yang baru dengan cepat dan efektif, kemampuan untuk
menggunakan konsep yang abstrak secara efektif dan kemampuan untuk
memahami hubungan dan mempelajarinya dengan cepat (Djamarah,
2007).
9
Integensi merupakan salah satu aspek yang selalu aktual untuk
dibicarakan dalam dunia pendidikan. Keaktual ini dikarenakan intelegensi
adalah unsur yang ikut mempengaruhi keberhasilan anak didik.
Menurut Piaget (dalam Psikologi Pendidikan, Rochman
Natawidjaya, 1992), integensi bukan saja sifat yang biasanya digambarkan
dengan skor IQ itu. Integensi adalah proses yang dalam hal ini berupa
tahapan langkah operasional tertentu yang mendasari semua pemikiran dan
pengetahuan manusia, di samping merupakan proses pembentukan
pemahaman.
Dalam integensi operasional anak yang sedang berada pada tahap
konkret operasional (7-11 tahun) terdapat sistem operasi kognitif yang
meliputi; 1) concervation; 2) addition of classes; 3) multiplication of
classes. Masih ada keterbatasan-keterbatasan anak dalam
mengkoordinasikan pemikirannya. Anak-anak dalam rentang usia 7-11
tahun baru mampu berfikir sistematis mengenai benda-benda dan
peristiwa-peristiwa yang konkret. Inilah yang menjadi alasan mengapa
perkembangan kognitif anak yang berusia 7-11 tahun tersebut, dinamakan
tahap konkret operasional.
2. Media Pembelajaran
Istilah “media” berasal dari kata/bahasa latin dan merupakan
bentuk jamak dari kata medium, yang secara harfiah berarti perantara atau
pengantar. Atau dengan kata lain media adalah perantara atau pengantar
10
pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan. Menurut Fathurrohman
(2007) media merupakan medium yang digunakan untuk
membawa/menyampaikan suatu pesan, dimana medium ini merupakan
jalan atau alat dengan suatu pesan berjalan antara komunikator dengan
komunikan. Selain itu juga media pengajaran dapat diartikan sebagai
segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau isi
pelajaran, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan siswa
sehingga dapat mendorong proses belajar mengajar. Media apabila di
pahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang
membangun suatu kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh
pengetahuan, keterampilan atau sikap. Sehingga media dapat juga
diartikan alat yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi
dari pengirim kepada penerima pesan. Media pembelajaran dapat
memungkinkan terwujudnya hubungan langsung antara karya seseorang
pengembang mata pelajaran dengan para siswa. Secara umum wajarlah
bila peranan seorang guru yang menggunakan media pembelajaran sangat
berbeda dari peranan seorang guru biasa. Sedangkan menurut Gagne
(dalam Arsyad,1996) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis
komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk
belajar.
Manfaat media pengajaran tidak dilihat atau dinilai dari segi
kecanggihan medianya, tetapi yang lebih penting adalah fungsi dan
peranannya dalam membantu mempertinggi proses pengajaran. Oleh sebab
11
itu, penggunaan media pengajaran sangat bergantung kepada tujuan
pengajaran, bahan pengajaran, kemudahan memperoleh media yang
diperlukan, serta kemampuan guru dalam menggunakannya dalam proses
pengajaran. Bentuk-bentuk media pembelajaran digunakan untuk
meningkatkan pengalaman belajar agar menjadi lebih konkrit.
Pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran tidak hanya
sekedar menggunakan kata-kata (symbol verbal). Dengan demikian dapat
kita harapkan hasil pengalaman belajar lebih berarti bagi siswa.
Menurut Nana Sudjana (2009) ada beberapa kriteria yang harus
diperhatikan dalam memilih media untuk kepentingan pengajaran antara
lain sebagai berikut:
a) Ketepatannya dengan tujuan pengajaran artinya media pengajaran
dipilih atas dasar tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan.
b) Dukungan terhadap isi bahan pelajaran artinya bahan pelajaran yang
sifatnya fakta, prinsip, konsep, dan generalisasi sangat memerlukan
bantuan media agar lebih mudah dipahami siswa.
c) Kemudahan memperoleh media.
d) Keterampilan guru dalam menggunakannya.
e) Tersedia waktu untuk menggunakannya sehingga media tersebut dapat
bermanfaat bagi siswa selama pengajaran berlangsung.
f) Sesuai dengan taraf berfikir siswa.
Menurut Soeharto (2003) Guru harus terampil untuk menggunakan
atau memanfaatkan alat bantu pengajaran (media pengajaran) sehingga
12
para calon guru diwajibkan mempelajari alat-alat pengajaran atau alat
peraga atau media pendidikan. Media yang digunakan mulai dari yang
sederhana sampai dengan yang rumit harus disesuaikan dengan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai dan situasi kondisi lingkungan. Guru
dapat memanfaatkan salah satu atau lebih media untuk mencapai tujuan
pembelajaran tersebut.
Dalam proses belajar mengajar, fungsi media menurut Nana
Sudjana (2009) yakni:
a) Penggunaan media dalam proses belajar mengajar bukan merupakan
fungsi tambahan, tetapi mempunyai fungsi sendiri sebagai alat bantu
untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.
b) Penggunaan media pengajaran merupakan bagian yang integral dari
keseluruhan situasi mengajar. Ini berarti bahwa media pengajaran
merupakan salah satu unsur yang harus dikembangkan oleh guru.
c) Penggunaan media dalam pengajaran bukan semata-mata sebagai alat
hiburan yang digunakan hanya sekedar melengkapi proses belajar
supaya lebih menarik perhatian siswa.
d) Penggunaan media dalam pengajaran lebih diutamakan untuk
mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam
menangkap pengertian yang diberikan guru.
e) Penggunaan media dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi
mutu belajar mengajar.
13
Ketika fungsi-fungsi media pengajaran itu diaplikasikan dalam
proses belajar mengajar, maka terlihat peranannya sebagai berikut:
a) Media yang digunakan guru sebagai penjelas dari keterangan terhadap
suatu bahan yang guru sampaikan.
b) Media dapat memunculkan permasalahan untuk dikaji lebih lanjut dan
dipecahkan oleh para siswa dalam proses pembelajaran. Paling tidak
guru dapat memperoleh media sebagai sumber pertanyaan atau
stimulasi belajar siswa.
c) Media sebagai sumber belajar bagi siswa. Media sebagai bahan konkrit
berisikan bahan-bahan yang harus dipelajari para siswa, baik
individual maupun kelompok. Kekonkritan sifat media akan banyak
membantu tugas guru dalam kegiatan belajar mengajar.
Lebih lanjut fungsi penggunaan media dalam proses pembelajaran
antara lain:
a) Menarik perhatian siswa.
b) Membantu untuk mempercepat pemahaman dalam proses
pembelajaran.
c) Memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalistis (dalam
bentuk kata-kata tertulis atau lisan).
d) Mengatasi keterbatasan ruang.
e) Pembelajaran lebih komunikatif dan produktif.
f) Waktu pembelajaran bisa dikondisikan.
g) Menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar.
14
h) Meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari
sesuatu/menimbulkan gairah belajar.
i) Melayani gaya belajar siswa yang beraneka ragam.
j) Meningkatkan kadar keaktifan/keterlibatan siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
Peranan media dalam proses pengajaran menurut Sudjana (2009)
dapat ditempatkan sebagai:
a) Alat untuk memperjelas bahan pengajaran pada saat guru
menyampaikan pelajaran.
b) Alat untuk mengangkat atau menimbulkan persoalan untuk dikaji lebih
lanjut dan dipecahkan oleh para siswa dalam proses belajarnya.
c) Sumber belajar bagi siswa, artinya media tersebut berisikan bahan-
bahan yang harus dipelajari para siswa baik individual maupun
kelompok.
Menurut Gagne dan Briggs (dalam Arsyad, 1996) secara implisit
mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik
digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari
antara lain buku, tape recorder, kaset, video camera, film, slide (gambar
bingkai), foto, gambar, grafik, televisi dan komputer. Dengan kata lain
media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang
mengandung materi instruksional dilingkungan siswa yang dapat
merangsang siswa untuk belajar.
15
Untuk mengembangkan daya serap siswa perlu dikembangkan
strategi yang mantap agar siswa tertarik untuk belajar. Penggunaan media
pengajaran erat kaitannya dengan tahap berfikir siswa sebab melalui media
pengajaran hal-hal yang abstrak dapat dikonkritkan dan hal-hal yang
kompleks dapat disederhanakan. Media pengajaran dapat mempertinggi
proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya diharapkan
dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya (Sudjana, 2009).
3. Paralel Puzzle
Menurut Ahmad Rohani (1997) permainan (game) digunakan
untuk menyampaikan informasi kepada peserta didik dengan
menggunakan simbol-simbol atau alat-alat komunikasi lainnya. Setiap
permainan memiliki empat kelompok komponen utama, yaitu: adanya
pemain, lingkungan dimana pemain berinteraksi, aturan main, dan tujuan-
tujuan tertentu yang ingin dicapai.
Permainan dalam bentuk puzzle ini adalah sebuah permainan
konstruksi melalui kegiatan mamasang atau menjodohkan kotak-kotak,
atau bangun-bangun tertentu sehingga akhirnya membentuk sebuah pola
tertentu. Apabila kotak atau bangun tersebut dimuati dengan konsep-
konsep IPA maka untuk memasangkannya diperlukan pengetahuan
tentang IPA itu, maka puzzle tersebut menjadi salah satu media
pembelajaran yang inovatif dan berbasis pembelajaran aktif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan bagi siswa itu sendiri karena sesuai dengan
16
dunia mereka yaitu dunia anak-anak yang masih lekat dengan dunia
bermain.
Langkah-langkah penerapan media pembelajaran paralel puzzle adalah:
a) Memilih gambar yang sesuai dengan materi bumi dan alam semesta
yang akan diajarkan.
b) Desain gambar permukaan bumi dan alam semesta semenarik mungkin
untuk membangun pemahaman siswa mengenai konsep yang akan
diajarkan.
c) Menyiapkan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan gambar yang sudah
didesain.
d) Membuat media pembelajaran Paralel Puzzle dengan menggunakan
bahan-bahan sederhana, seperti triplek malamin, dan gambar yang
sudah di laminating. Masing-masing set menggunakan papan triplek
melamin dengan ukuran 45 x 60 cm dan tebal 2, 78 mm, dan kertas
stiker dengan ukuran A4 (Lampiran 5).
e) Mendesain huruf-huruf abjad dengan menggunakan program microsoft
Word (Lampiran 5).
f) Membuat kata kunci untuk setiap jawaban pada setiap pertanyaan untuk
memudahkan siswa dalam mengisi jawaban yang belum terselesaikan.
g) Berikan kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan jawaban dari
setiap pertanyaan berdasarkan ketepatan jawaban dengan cara tidak
mengomentari jawaban siswa dengan tujuan siswa bisa menemukan
sendiri jawaban yang sebenarnya melalui pemahamannya.
17
Contoh:
Profil Permainan Paralel Puzzle
BUMI dan ALAM SEMESTA
1. B U K I T
2. D A R A T A N
3. G L O B E
4. L A U T A N
5. T I D A K R A T A
SOAL :
1. 1. Daerah permukaan yang menjulang, tetapi ketinggiannya lebih rendah daripada gunung.....
2. Bukit, lebah, gunung dan pegunungan termasuk.....3. Tiruan bumi disebut.....4. Laut yang sangat luas dan dalam disebut....5. Bentuk permukaan bumi adalah.....
4. Prestasi Belajar
Semua usaha atau kegiatan yang telah dilakukan perlu diadakan
penilaian untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan yang dicapai
sehingga dapat diketahui apakah tujuan kegiatan tersebut telah tercapai
atau belum. Tingkat keberhasilan yang dicapai dari suatu kegiatan ini
disebut dengan istilah prestasi belajar yang merupakan suatu proses yang
rumit karena tidak sekedar menyerap informasi dari guru tetapi melibatkan
berbagai kegiatan terutama bila diinginkan hasil yang baik. Setiap kegiatan
18
belajar akan menghasilkan perubahan pada siswa yang tampak dalam
tingkah laku atau prestasi siswa. Keberhasilan proses belajar mengajar
dapat dilihat dari prestasi belajar yang dicapai setelah proses belajar
mengajar tersebut sudah berlangsung.
Menurut Djamarah (2007) prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan
yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun
kelompok. Sedangkan belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara
sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari.
Dengan demikian, prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa
kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individual sebagai
hasil aktivitas dalam belajar. Prestasi belajar ditandai dengan perubahan
tingkah laku pada siswa setelah mengikuti kegiatan proses belajar
mengajar berlangsung yang berupa nilai atau angka. Sedangkan
Nurkencana (1990) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang
dicapai oleh individu setelah individu yang bersangkutan mengalami suatu
proses belajar atau diajar pengetahuan tertentu.
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan
(Djamarah, 2007). Sejalan dengan itu Hamalik (1999) menegaskan belajar
dapat diartikan suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui
interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan hasil belajar yang
19
dikemukakan oleh Arsyad (1996) adalah suatu proses yang kompleks yang
terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya.
Dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil
perbuatan belajar seseorang yang dinyatakan dalam bentuk angka
(kuantitatif) maupun pernyataan (kualitatif) melalui proses pengukuran
terhadap tingkah laku yang dihasilkan dari proses belajar mengajar.
Menurut Slameto (dalam Djamarah, 2007) secara umum prestasi
belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal.
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa seperti
sikap, motivasi, konsentrasi, rasa percaya diri, kemampuan mengolah
bahan belajar, intelegensi, kebiasaan belajar, dan cita-cita. Faktor eksternal
adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa seperti kualitas guru, sarana
dan prasarana, kebijakan penelitian, lingkungan sosial, dan kurikulum.
Keberadaan faktor-faktor tersebut baik secara mandiri maupun bersama-
sama akan mempengaruhi hasil belajar. Hasil belajar berupa perubahan
perilaku, baik yang menyangkut kognitif, psikomotorik, maupun afektif.
WJS. Poerwadarminta (dalam Djamarah, 2007) berpendapat,
bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan
sebagainya). Sedangkan menurut Mas’ud Khasan Abdul Qohar (dalam
Pupuh Fathurrohman) prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan,
hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan
jalan keuletan kerja. Sementara Nasrun Harahap dan kawan-kawan,
(dalam Oemar Hamalik) memberi batasan, bahwa prestasi adalah penilaian
20
pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan
dengan penguasaaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta
nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.
Sedangkan belajar adalah suatu aktivitas yang sadar untuk
mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Hasil dari
aktivitas belajar terjadilah perubahan dalam diri individu. Dengan
demikian, belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan dalam diri
individu. Sebaliknya, bila tidak terjadi perubahan dalam diri individu,
maka belajar dikatakan tidak berhasil. Jadi belajar sebagai rangkaian
kegiatan jiwa-raga, psikofisik menuju ke perkembangan pribadi manusia
seutuhnya, yang menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif,
afektif dan psikomotorik. Sebagai hasil dari aktivitas belajar ini akan dapat
dilihat dari perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
Pengalaman inilah nantinya yang akan membentuk pribadi individu ke
arah kedewasaan. Hal ini telah dikemukakan oleh Cronbach dengan
pendapatnya, bahwa learning is show by change behavior as a result of
experience.
Dalam belajar, motivasi memegang peranan penting. Motivasi
adalah sebagai pendorong siswa dalam belajar. Intensitas belajar siswa
sudah barang tentu dipengaruhi oleh motivasi. Siswa yang ingin
mengetahui sesuatu dari apa yang dipelajarinya adalah sebagai tujuan yang
ingin siswa capai selama belajar. Karena siswa mempunyai tujuan ingin
21
mengetahui sesuatu itulah akhirnya siswa terdorong untuk
mempelajarinya.
Oleh karena itu, motivasi tidak bisa dipisahkan dari aktivitas
belajar siswa. Siswa tidak akan mempelajari sesuatu bila hal itu tidak
menyentuh kebutuhannya. Kebutuhan dan motivasi adalah dua hal yang
saling berhubungan. Sebab manusia hidup pada dasarnya tidak terlepas
dari berbagai kebutuhan. Kebutuhan itulah nantinya mendorong manusia
untuk senantiasa berbuat dan mencari sesuatu. Manusia hidup memiliki
kebutuhan-kebutuhan, yakni kebutuhan untuk berbuat suatu aktivitas,
kebutuhan untuk menyenangkan orang lain, kebutuhan untuk mencapai
hasil, dan kebutuhan untuk mengatasi kesulitan.
B. Kerangka Berfikir
Beberapa komponen penting dalam proses belajar mengajar terdiri
dari pendekatan dan media apa yang digunakan dalam pembelajaran dan
materi pelajaran. Proses belajar mengajar akan berhasil dengan baik
manakala terdapat kesesuaian antara media mengajar dengan materi yang
dibahas. Demikian halnya dalam pengajaran IPA secara lebih khusus
mempertimbangkan kedua unsur tersebut.
Konsep dan prinsip IPA sangatlah abstrak. Salah satu cara yang bisa
dikembangkan oleh guru di tingkat dasar pengajarannya seharusnya
berhubungan dengan benda nyata atau kejadian nyata yang dapat diterima
oleh akal mereka. Hal ini didukung oleh Jean Piaget yang mengatakan bahwa
22
taraf berfikir anak seusia SD adalah masih operasional konkrit. Ini berarti
untuk memahami suatu konsep siswa masih harus diberikan kegiatan yang
berhubungan dengan benda nyata atau kejadian nyata yang dapat diterima
akal mereka.
Bumi dan Alam Semesta adalah bagian khusus dari mata pelajaran
IPA yang membicarakan bentuk bumi dan bagian-bagian daratan dan lautan
dan juga cuaca. Hal ini menunjukkan bahwa materi pokok bumi dan alam
semesta sangat dekat dengan kehidupan nyata siswa, selalu dijumpai dalam
lingkungan siswa itu sendiri.
Melalui pembelajaran dengan media pembelajaran paralel puzzle ini,
diharapkan dapat menumbuhkan minat siswa dan mengajak siswa untuk
berperan aktif dan melibatkan segenap kemampuan yang dimiliki siswa
sehingga pemahaman tentang suatu konsep dapat diterima dengan baik.
Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi
siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dan bentuk kegiatan siswa
belajar yaitu mengalami bukan transfer pengetahuan dari guru.
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas maka
hipotesis tindakan penelitian ini adalah:
1. Jika media pembelajaran paralel puzzle pada pokok bahasan bumi dan
alam semesta diterapkan secara optimal, maka prestasi belajar siswa pada
23
mata pelajaran IPA siswa semester II kelas III SDN 48 Cakranegara
dapat ditingkatkan.
2. Bahwa terdapat perbedaan yang signifikan tentang prestasi belajar pada
pokok bahasan bumi dan alam semesta mata pelajaran IPA antara
sebelum diterapkan media parallel puzzle dengan setelah diterapkan
media parallel puzlle pada siswa semester II kelas III SDN 48
Cakranegara tahun pelajaran 2009/2010.
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk kedalam Penelitian Tindakan Kelas
(Classroom Action Research) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di
dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk
memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi
meningkat (Wardani, 2007).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian ini dilaksanakan di kelas III SDN 48 Cakranegara tahun
pelajaran 2009/2010.
2. Waktu Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 5 Mei 2010 sampai dengan 15
Mei 2010 yang dilakukan di semester II kelas III SDN 48 Cakranegara.
C. Subyek dan Obyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa semester II kelas III SDN 48
Cakranegara tahun ajaran 2009/2010 yang berjumlah 29 orang siswa yang
terdiri dari 12 orang siswa laki-laki dan 17 orang siswa perempuan
25
Obyek penelitian ini adalah meningkatkan prestasi belajar dengan
penerapan media pembelajran Paralel Puzzle pada mata pelajaran IPA pokok
Bahasan Bumi Dan Alam Semesta.
D. Indikator ketercapaian
Indikator ketercapaian dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:
1. Aktivitas belajar siswa dikatakan telah meningkat apabila kriteria aktivitas
belajar siswa berkategori aktif dan rata-rata skor aktivitas belajar siswa
mengalami peningkatan pada tiap siklusnya.
2. Prestasi belajar siswa dikatakan meningkat apabila memenuhi kriteria
ketuntasan minimal (KKM) paling sedikit 85% siswa yang mengikuti tes
memperoleh nilai minimal 65.
3. Adanya peningkatan prestasi belajar yang meyakinkan antara sesudah dan
sebelum penerapan media pembelajaran paralel puzzle pada pokok
bahasan bumi dan alam semesta mata pelajaran IPA siswa semester II
kelas III SDN 48 Cakranegara tahun pelajaran 2009/2010.
B. Prosedur Penelitian
Menurut Wardani, dkk. (2007) tahapan dalam tiap siklusnya adalah
tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, serta
refleksi di akhir tindakan.
a. Tahap Perencanaan Tindakan
Dalam tahap perencanaan dilakukan kegiatan sebagai berikut :
26
1. Menyusun skenario pembelajaran (rencana pembelajaran) sesuai
dengan pokok bahasan tujuan yang akan dicapai.
2. Mengidentifikasi kemampuan siswa sebagai bahan pertimbangan
dalam membentuk kelompok diskusi.
3. Membuat media pembelajaran.
4. Menyiapkan lembar observasi, untuk melihat bagaimana kegiatan guru
dan siswa selama proses belajar mengajar.
5. Membuat lembar kerja siswa (LKS) sebagai alat evaluasi materi
pelajaran.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini, skenario pembelajaran siklus 1 akan
diterapkan, serta dilakukan pengamatan sesuai dengan lembar
observasi yang telah dipersiapkan. Secara garis besar tahap
pelaksanaan tindakan ditinjau dari penerapan media pembelajaran
pada siklus I dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Kegiatan awal
a. Tujuan pembelajaran.
b. Memberikan apersepsi/pengetahuan awal.
c. Memberikan motivasi.
2. Kegiatan inti
a. Mengarahkan siswa duduk sesuai kelompok yang telah
dibentuk.
27
b. Memberikan tes awal untuk mengetahui sejauh mana
pemahaman awal siswa.
c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
d. Guru menyampaikan materi pembelajaran dan mengaitkan
materi pelajaran dengan situasi dunia nyata (bentuk permukaan
bumi).
e. Guru membagikan media pembelajaran (paralel puzzle)
sebagai Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada masing-masing
kelompok.
f. Guru memberikan pengarahan atau petunjuk mengenai aturan
media pembelajaran paralel puzzle tersebut yang sebagai
Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada siswa.
g. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi
dengan anggota kelompoknya dalam mengerjakan Lembar
Kesja Siswa (LKS).
h. Membimbing siswa dalam kegiatan diskusi kelompok.
i. Meminta perwakilan dari masing-masing kelompok untuk
membacakan hasil Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sudah di
diskusikan.
j. Memberikan penghargaan atau reward kepada siswa sesuai
dengan ketepatan jawabannya dalam menjawab pertanyaan dan
kecepatannya dalam menyelesaikan soal yang diberikan.
28
3. Penutup
a. Menyimpulkan materi yang telah dipelajari bersama siswa.
b. Menginformasikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan
berikutnya.
c. Tahap Observasi dan Evaluasi
Tujuan observasi dan evaluasi adalah untuk memperoleh data
yang akan digunakan pada tahap selanjutnya (Refleksi). Observasi
dilakukan untuk memperoleh data tentang aktivitas belajar siswa dan
aktivitas belajar guru sedangkan evaluasi untuk memperoleh data hasil
belajar siswa. Observasi dilakukan pada waktu tindakan barjalan. Di
dalam observasi peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua
hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan
berlangsung. Pengumpulan data ini dengan menggunakan lembar
observasi yang telah disusun, termasuk juga pengamatan secara
cermat pelaksanaan skenario tindakan dari waktu ke waktu serta
dampaknya terhadap proses dan hasil belajar siswa.
Evaluasi hasil belajar siswa dilakukan disetiap siklusnya
dengan memberikan tes hasil belajar berbentuk pilihan ganda, yang
dilaksanakan dalam waktu 2x35 menit.
d. Tahap Refleksi
Refleksi dilakukan berdasarkan hasil observasi terhadap
perilaku siswa dan guru setiap akhir pertemuan pada tiap siklus. Pada
tahap ini, peneliti bersama guru mengkaji pelaksanaan dan hasil belajar
29
yang diperoleh berdasarkan hasil observasi kegiatan guru dan siswa.
Dari hasil observasi dan evaluasi peneliti bersama guru
mengidentifikasi kekurangan selama proses pembelajaran, selanjutnya
dilakukan kegiatan-kegiatan perbaikan untuk pelaksanaan proses
pembelajaran pada siklus berikutnya.
Adapun kekurangan yang dialami pada siklus I adalah:
1. Kesiapan siswa dalam pembelajaran masih kurang karena ada
siswa yang tidak menyiapkan dengan baik kelengkapan belajarnya.
2. Keaktifan siswa dalam kelompoknya cukup rendah pada saat
presentasi dan menyimpulkan hasil diskusi kelompoknya.
3. Guru kurang memantau kegiatan siswa yang pasif dalam
kelompoknya masing-masing.
Berdasarkan observasi yang sudah dilakukan terdapat beberapa
kekurangan selama proses pembelajaran berlangsung, maka dilakukan
perbaikan untuk pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus
berikutnya. Perbaikan-perbaikan yang dilakukan untuk siklus
selanjutnya adalah:
1. Guru menghimbau agar malam sebelum berangkat ke sekolah
siswa menyiapkan kelengkapan belajarnya.
2. Guru senantiasa memotivasi siswa agar tidak malu dalam
mengungkapkan pendapat atau pertanyaan kepada guru mengenai
hal-hal yang belum dipahaminya serta memuji setiap kerja yang
dilakukan oleh siswa.
30
3. Guru menghimbau siswa untuk bekerja sama dengan kelompoknya
sehingga akan lebih mudah dalam menemukan konsep.
4. Guru mendekati siswa yang pasif dan menanyakan kesulitan yang
dialaminya, sehingga siswa merasa dihargai dan menjadi aktif.
C. Instrumen Penelitian
a. Pedoman Observasi
Pedoman observasi yang dilakukan peneliti digunakan untuk
mengamati seluruh kegiatan yang berlangsung baik aktivitas guru
maupun siswa, mulai dari awal pembelajaran akhir pembelajaran IPA
pokok bahasan bumi dan alam semesta. Secara lebih operasional
observasi adalah kegiatan yang ditujukan untuk mengenali, merekam dan
mendokumentasikan setiap perubahan yang terjadi baik yang timbul oleh
tindakan terencana maupun akibat sampingannya. Semua hasil observasi
tersebut dicatat dalam lembar observasi yang telah disiapkan.
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
penelitian ini adalah:
1. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Untuk mengetahui aktivitas belajar siswa selama proses belajar
mengajar digunakan lembar observasi yang masing-masing memuat
beberapa indikator. Adapun indikator aktivitas belajar siswa yang
akan diamati antara lain :
1) Antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran
31
a) Siswa memperhatikan pelajaran dengan seksama selama proses
belajar mengajar berlangsung.
b) Siswa tidak mengerjakan pelajaran lain.
c) Siswa mampu merespon pertanyaan guru.
d) Siswa tidak terpengaruh dengan situasi diluar kelas selama
pelajaran berlangsung.
2) Interaksi siswa dengan guru
a) Siswa mengajukan pertanyaan apabila belum mengerti dengan
tugas yang diberikan.
b) Siswa berusaha menjawab dengan benar pertanyaan guru.
c) Siswa memperhatikan penjelasan guru.
d) Siswa mengemukakan pendapatnya pada guru.
3) Interaksi siswa dengan siswa
a) Siswa berusaha bertanya pada temannya yang lebih mampu.
b) Siswa menjawab pertanyaan temannya.
c) Siswa mencoba memperbaiki jawaban temannya yang salah
dalam mengerjakan soal latihan.
d) Siswa memperhatikan penjelasan temannya.
4) Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran
a) Siswa mengacungkan tangan untuk menjawab pertanyaan yang
diajukan guru.
32
b) Siswa aktif dalam menyesuaikan jawaban yang diberikan guru
dengan pertanyaan yang telah diajukan oleh siswa berdasarkan
pengetahuan awal yang dimilikinya.
c) Siswa mencatat penjelasan yang dianggap perlu dari guru atau
siswa lain.
d) Siswa aktif melaksanakan kegiatan pembelajaran sampai
selesai.
5) Aktivitas siswa dalam kerja kelompok
a) Masing-masing mencoba mengemukakan pendapatnya dalam
kelompoknya dalam mengerjakan tugas.
b) Siswa mencoba menanggapi pendapat dari temannya.
c) Siswa berusaha membantu temannya untuk memahami bahan
diskusi.
d) Siswa saling bertukar pikiran dalam diskusi.
6) Kerjasama siswa dalam kelompok
a) Adanya pembagian tugas dalam kelompok.
b) Mengerjakan tugas kelompok dengan baik.
c) Mengerjakan tugas dalam kelompoknya dengan baik.
d) Saling membantu antar siswa dalam kelompok.
7) Partisipasi siswa dalam kelompok
a) Siswa mengacungkan tangan untuk menyimpulkan hasil
belajar.
33
b) Siswa mencatat ringkasan/rangkuman yang diberikan oleh
guru.
c) Siswa berusaha memperbaiki dan menambah kesimpulan dari
temannya.
d) Siswa mampu menyimpulkan hasil belajar.
Adapun bentuk instrumen yang akan dibuat adalah berbentuk
Reating Skill skala 4 dengan tehnik penskoran (pengukurannya)
sebagai berikut:
Skor 4 diberikan jika ≥75 % siswa melakukan deskriptor yang
diamati
Skor 3 diberikan jika hanya 50% sampai dengan 74% siswa
melakukan deskriptor yang diamati
Skor 2 diberikan jika hanya 26 % sampai dengan 49% siswa
melakukan deskriptor yang di amati.
Skor 1 diberikan jika ≤25 % siswa melakukan deskriptor yang di
amati.
2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Untuk mengetahui aktivitas mengajar guru dalam proses belajar
mengajar digunakan lembar observasi yang masing-masing memuat
beberapa indikator. Adapun indikator aktivitas mengajar guru yang
akan diamati antara lain :
1) Membangkitkan minat dan motivasi siswa dalam belajar
a) Menyampaikan tujuan pembelajaran.
34
b) Mengecek kesiapan siswa.
c) Memberikan motivasi kepada siswa dalam pembelajaran.
2) Pemberian apersepsi kepada siswa
a) Mengajukan pertanyaan untuk menguji pemahaman
sebelumnya.
b) Mengaitkan materi yang akan dibahas dengan materi yang
sebelumnya.
c) Menyampaikan kembali beberapa konsep yang belum dikuasai
siswa.
3) Penyampaian materi kepada siswa
a) Menyampaikan materi sesuai dengan tujuan pembelajaran.
b) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan scenario
pembelajaran.
c) Memberikan penguatan kepada siswa.
4) Membimbing siswa dalam kegiatan pembelajaran
a) Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengemukakan
pendapatnya.
b) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
c) Memberikan pertanyaan yang sesuai dengan materi yang
diajarkan.
5) Kemampuan menciptakan suasana kelas yang kondusif
a) Guru mengendalikan kondisi yang dapat mengganggu proses
belajar mengajar.
35
b) Menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan.
c) Mengawasi kegiatan pembelajaran.
6) Mengakhiri pembelajaran
a) Memberikan pertanyaan untuk menarik kesimpulan materi yang
telah dipelajari.
b) Meminta siswa untuk membuat kesimpulan dengan bahasa
sendiri.
c) Meminta siswa untuk memperbaiki / menambah kesimpulan
yang kurang sempurna.
Adapun bentuk instrumen yang akan dibuat adalah berbentuk
Reating Skill skala 4 dengan tehnik penskoran (pengukurannya)
sebagai berikut:
Skor 4 diberikan jika deskriptornya muncul semua
Skor 3 diberikan jika guru deskriptornya 2 atau 3 yang muncul
Skor 2 diberikan jika guru deskriptornya 1 atau 2 yang muncul
Skor 1 diberikan jika deskriptornya tidak ada yang muncul
b. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan yang digunakan
untuk mengukur kemampuan siswa. Tes yang digunakan untuk
mengetahui kemampuan siswa dalam memahami pokok bahasan bumi
dan alam semesta adalah tes tertulis. Tes tertulis bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa mengenai bumi dan
alam semesta. Dalam penelitian ini digunakan tes obyektif dalam bentuk
36
pilihan ganda yang terdiri dari 10 item dengan bobot yang sama. Untuk
tesobyektif pilihan ganda siklus I bobot penskorannya adalah:
1. Untuk tes obyektif (pilihan ganda) siklus I penskorannya adalah:
- Dari item soal nomor 1 sampai dengan 10 diberikan bobot 1
(benar) dan 0 (salah)
2. Untuk bobot penskoran siklus II sama halnya dengan siklus I.
D. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah:
a. Sumber Data
Sumber data penelitian ini berasal dari siswa dan guru di kelas III SDN 48
Cakranegara tahun pelajaran 2009/2010.
b. Jenis Data
Jenis data dari penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif yang
terdiri dari:
1) Data hasil observasi aktivitas belajar siswa
2) Data hasil evaluasi belajar siswa
3) Data hasil observasi aktivitas guru.
E. Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dianalisis dengan cara
sebagai berikut:
37
1. Data Prestasi Belajar Siswa
Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah
terjadinya peningkatan prestasi belajar siswa dari siklus ke siklus dan
tercapainya KKM yang ditetapkan SDN 48 Cakranegara yaitu 65 untuk
mata pelajaran IPA. Untuk menentukan ketuntasan belajar klasikal dapat
dihitung dengan rumus:
KB = × 100%
(Nurkencana, 1990)
Keterangan:
KB = ketuntasan belajar
= banyak siswa yang memperoleh nilai ≥ 65
n = banyak siswa yang mengikuti tes.
2. Data Aktivitas Siswa
Untuk menganalisis aktifitas siswa, maka dapat dirumuskan dengan cara:
Keterangan:
NA = Nilai Akhir
SA =Skor Aktual
SMi = Skor Maksimal ideal
38
Kategori penilian
Rumus yang digunakan yaitu:
Mi = X (Smak I – Smin i)
Mi = X (100 - 0)
= X 100
= 50
SDi = X (Smak I – Smin i)
SDi = X (100) = 16,66 bulatkan menjadi 17
Tabel 3.1Pedoman Untuk Menentukan Kriteria
Aktivitas Belajar SiswaNo. Interval Skor Kriteria1 80% X ≤ 100% 4 Sangat aktif2 65% X ≤ 79% 3 Aktif3 51% X ≤ 64% 2 Cukup aktif4 25% X ≤ 50% 1 Kurang aktif
3. Data aktivitas guru
Pedoman kriteria penilaian aktivitas guru hampir sama dengan
kriteria penilaian aktivitas siswa lihat (tabel 3.1) hanya diganti kategoti
aktif menjadi baik, sebagai berikut:
Nilai 84-100 = sangat baik Nilai 16-32 = kurang baik
39
Nilai 67-83 = baik Nilai ≤15 = sangat kurang baik
Nilai 33-66 = cukup baik
Tabel 3.2Pedoman Untuk Menentukan Kriteria
Aktivitas Siswa dan GuruInterval Nilai Kriteria
≥ Mi + 2 SDi 84-100 Sangat Baik Mi + 1 SDi s/d < MI + 2 SDi 67-83 Baik Mi - 1 SDi s/d < Mi + 1 SDi 33-66 Cukup Baik Mi – 2 SDi s/d < Mi – 1 SDi 16-32 Kurang Baik
4. T-test
Untuk memperoleh signifikansi peningkatan kemampuan siswa
berdasarkan hasil evaluasi siswa dilakukan dengan t-test dengan rumus
sebagai berikut:
(Sutrisno hadi, 2000)
Keterangan :
Mk = Skor rata-rata kelas kontrol
Me = Skor rata-rata kelas eksperimen
SD = Standar deviasi variable Mk dan Me
Taraf uji yang digunakan adalah 95% atau taraf kekeliruan 5% dan 1%
dengan taraf uji 99%
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan dalam
2 siklus. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan
prestasi belajar IPA siswa semester II kelas III SDN 48 Cakranegara pada
pokok bahasan bumi dan alam semesta melalui penerapan media
pembelajaran paralel puzzle. Subyek penelitiannya adalah siswa semester II
kelas III SDN 48 Cakranegara tahun pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 29
siswa.
Pada penelitian ini, data tentang prestasi belajar siswa melalui
penerapan media pembelajaran paralel puzzle diperoleh dari hasil evaluasi
yang dilaksanakan pada tiap akhir siklus. Adapun hasil tiap siklus yang
dilaksanakan sebagai berikut.
1. Siklus I
Pelaksanaan penelitian pada siklus I diadakan selama 2 kali
pertemuan. Proses belajar mengajar pada siklus I berlangsung selama 1
kali pertemuan yang dilaksanakan dalam waktu 2 x 35 menit. Sedangkan
evaluasi siklus I dilaksanakan pada pertemuan kedua 35 menit, dengan
soal berbentuk pilihan ganda sebanyak 10 soal. Materi yang dibahas pada
siklus I yaitu penampakan permukaan bumi. (Lampiran 5)
41
Tahap yang dilakukan pada siklus I sebagai berikut:
a. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan antara lain:
1) Membuat Skenario Pembelajaran siklus I. (Lampiran 6)
2) Membagi kelompok menjadi 6 dimana tiap kelompok beranggotakan
5 orang. (lampiran 7)
3) Menyiapkan LKS dengan soal latihan siklus I yang berjumlah 5 soal.
(Lampiran 1)
4) Menyiapkan lembar observasi kegiatan siswa dan guru pada siklus I.
(Lampiran 8 dan 9)
5) Menyusun soal evaluasi siklus I.
b. Pelaksanaan Tindakan.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu melaksanakan
pembelajaran dikelas sesuai dengan skenario pembelajaran yang sudah
dibuat dengan langkah sebagai berikut:
1) Pendahuluan
Pada awal kegiatan pembelajaran guru menyampaikan materi
yang akan diajarkan kepada siswa, setelah itu guru mengenalkan
kepada siswa tentang media pembelajaran yang akan digunakan dan
menjelaskan aturan permainan media pembelajaran paralel puzzle,
kemudian guru meminta siswa menyebutkan contoh soal yang
berkaitan dengan materi yang sudah dipelajari seperti media
42
pembelajaran yang digunakan sebelumnya. Selanjutnya, guru
membagi siswa menjadi 6 kelompok yang heterogen sesuai dengan
kemampuan siswa. Masing-masing kelompok beranggotakan 5
siswa. (Lampiran 7)
2) Penerapan
Pada tahap ini guru membagikan media tersebut kepada siswa
sebagai LKS untuk mengetahui sejauh mana penyampaian materi
dapat diterima oleh siswa pada saat pembelajaran berlangsung.
Dengan memberikan hadiah bagi siswa yang menyelesaikan soal
dengan cepat dan tepat. Selanjutnya guru bersama-sama siswa
membahas soal pada media tersebut dengan berdiskusi yang
kemudian guru memberikan penguatan atau penegasan terhadap hasil
diskusi soal tersebut. Guru memberikan siswa kesempatan untuk
bertanya apabila masih ada yang belum dimengerti pada saat materi
disampaikan.
3) Penutup
Pada tahap penutup ini, guru bersama-sama siswa
menyimpulkan materi yang sudah dipelajari dan memberikan
penguatan serta rangkuman dari seluruh kegiatan yang telah
dilakukan. Dan guru meminta siswa mempelajari materi yang akan
dipelajari berikutnya. Selain itu juga guru memberitahukan kepada
siswa tentang pelaksanaan evaluasi pada setiap akhir siklus.
43
Tabel 4.1Pembagian Materi Untuk Tiap Siklus
Siklus Pertemuan Pokok Bahasan
II Menjelaskan Kenampakan Permukaan
Bumi di Lingkungan Sekitar.II Evaluasi.
II I Menjelaskan Pengertian Awan dan Cuaca serta Hubungan Antara Keadaan Awan dan Cuaca.
II Menjelaskan Pengaruh Cuaca Bagi Kegiatan Manusia
III Evaluasi
c. Observasi dan Evaluasi
1) Observasi Aktivitas Guru
Pada saat belajar mengajar di kelas, guru melaksanakan
kegiatan pembelajaran sesuai skenario yang telah direncanakan.
Berdasarkan hasil lembar observasi aktivitas guru (lampiran 8),
terdapat beberapa kekurangan pada pelaksanaan pembelajaran siklus
I, yaitu:
a. Penguasaan kelas kurang, itu dapat diamati dari kegiatan guru
yang masih belum mengarahkan siswa yang mengalami kesulitan
belajar.
b. Karena guru tidak mengarahkan siswa yang mengalami kesulitan
jadi ada beberapa siswa yang masih tetap mengalami kesulitan
belajar.
44
2) Observasi Aktivitas Siswa
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh observer,
pada tabel 4.1 (lampiran 9) diperoleh data tentang aktivitas siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran
Tabel. 4.2Ringkasan Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
Indikator Skor Aktivitas Siswa
Siklus I1) Antusiasme siswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran3,0
2) Interaksi siswa dengan guru 2,753) Interaksi siswa dengan siswa 3,254) Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran 3,05) Aktivitas siswa dalam kerja kelompok 3,06) Kerjasama siswa dalam kelompok 3,07) Partisipasi siswa dalam menyimpulkan hasil belajar 2,5
Total skor aktivitas siswa 20,5Kategori aktivitas siswa Aktif
Pada tabel 4.1 terlihat bahwa rata-rata skor aktivitas belajar
siswa pada siklus I adalah 20,5 dengan kategori aktif. Hal ini
menunjukkan bahwa indikator penelitian tentang aktivitas belajar
siswa sudah tercapai.
Akan tetapi, berdasarkan pengamatan peneliti dan hasil
observasi kegiatan siswa bahwa pembelajaran pada siklus I masih
terdapat beberapa kekurangan, sebagai berikut:
45
a) Interaksi siswa dengan siswa dalam kegiatan diskusi kelompok
masih sangat kurang, diskusi masih didominasi oleh siswa yang
pintar saja.
b) Interaksi siswa dengan guru juga masih belum maksimal, siswa
masih belum berani menanyakan materi yang belum jelas kepada
gurunya.
3) Evaluasi
Evaluasi siklus I dilaksanakan dengan memberikan tes
obyektif berbentuk pilihan ganda (Multiple Choise) sebanyak 10
(sepuluh) soal (lampiran 11), selama 2 x 35 menit. Pada siklus I
jumlah siswa yang mengikuti tes sebanyak 29 siswa. Hasil evaluasi
yang diperoleh pada siklus I (lampiran 12) terlihat pada tabel 4.2
Tabel. 4.3Ringkasan Hasil Evaluasi Siklus I
No Aspek Yang Diperhatikan Keterangan1 Nilai tertinggi 82 Nilai terendah 43 Rata-rata kelas 6,934 Persentase ketuntasan 75,86%
Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa nilai rata-rata kelas
adalah 6,93 dengan nilai tertinggi 8 dan nilai terendah 4 dengan
persentase ketuntasan secara klasikal yaitu 75,86%. Hasil yang
diperoleh pada siklus I belum sesuai dengan indikator kerja prestasi
belajar yang ingin dicapai, akan tetapi aktivitas siswa perlu ditingkatkan
lagi, sehingga perlu dilanjutkan lagi ke siklus II.
4) Refleksi
46
Kekurangan-kekurangan pada siklus I perlu diperbaiki pada
siklus II.
Adapun langkah-langkah perbaikan yang akan dilakukan pada
siklus II (lampiran ) antara lain:
1. Guru membagi kelompok siswa dengan heterogen dimana dalam
tiap kelompok terdapat siswa yang lebih pintar supaya dapat
membantu mengarahkan siswa untuk berdiskusi dengan teman
kelompoknya, dengan cara terus-menerus menghimbau kepada
masing-masing kelompok untuk saling bekerja sama dengan cara
mendekati tiap kelompok , dan menunjuk beberapa siswa yang
sudah mengerti supaya menjelaskan kepada temannya yang belum
mengerti sehingga kegiatan diskusi kelompok tidak didominasi
oleh siswa yang pintar saja, namun siswa dalam tiap kelompok
diharapkan dapat aktif dalam kegiatan pembelajaran
2. Guru melakukan tanya jawab mengenai materi yang sudah
dipelajari untuk mengukur sejauh mana daya serap siswa terhadap
materi yang telah disampaikan.
3. Memotivasi siswa untuk mengajukan pertanyaan jika ada materi
yang belum dipahami, dengan menunjuk beberapa siswa untuk
bertanya mengenai materi yang belum dipahami dan sebisa
mungkin guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk
menjawab dan melengkapi pertanyaan dari temannya yang lain.
Sehingga siswa yang tidak aktif atau belum aktif terdorong untuk
47
bertanya dan berani mencoba menjawab pertanyaan dari temannya
yang masih belum tepat.
2. Siklus II
Pada siklus II, kegiatan penelitian dilaksanakan selama 3 (tiga) kali
pertemuan, proses pembelajaran pada siklus II dilaksanakan dalam 2 kali
pertemuan, masing-masing pertemuan dilaksanakan selama 2 x 35 menit,
sedangkan evaluasi siklus II dilaksanakan pada pertemuan ketiga selama 35
menit, dengan soal berbentuk pilihan ganda (Multiple Choise) sebanyak 10
soal. Materi yang dibahas pada siklus II yaitu :
a. Pertemuan I : Menjelaskan hubungan antara keadaan awan dan cuaca.
b. Pertemuan II : Menjelaskan pengaruh cuaca bagi kegiatan manusia.
c. Pertemuan III : Melakukan evaluasi siklus II.
Tahapan yang dilakukan pada siklus II adalah sebagai berikut :
a. Hasil Perencanaan
Adapun hasil perencanaan siklus II antara lain:
1) Skenario pembelajaran siklus II (lampiran 14 dan 15)
2) Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk soal latihan siklus II (lampiran 2 dan
3)
3) Lembar observasi kegiatan siswa siklus II (lampiran 18 dan 19) dan
lembar observasi kegiatan guru siklus II (lampiran 16 dan 17)
4) Menyiapkan soal evaluasi siklus II
5) Susunan kelompok siswa (lampiran 5)
b. Pelaksanaan Tindakan
48
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan skenario yang telah disusun, pelaksanaan
pembelajarannya hampir sama dengan siklus I, karena proses
pembelajaran pada siklus II ini dilaksanakan berdasaran hasil refleksi
siklus I.
1. Pendahuluan
Pada tahap ini, beberapa hal yang dilakukan adalah
menyampaikan tujuan pembelajaran, meningkatkan siswa (mereview)
tentang materi yang telah dipelajari pada siklus I, serta menyampaikan
beberapa contoh yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari.
Selanjutnya guru menukar anggota kelompok yang kelihatan masih
belum aktif pada siklus I.
2. Tahap Kedua yaitu Pelaksanaan Tindakan
Guru membagikan media pembelajaran parallel puzzle yang
dimana juga sebagai LKS untuk masing-masing kelompok dan
meminta ketua kelompok untuk membagi tugas dengan anggota
kelompoknya.
Guru membimbing siswa dalam kegiatan diskusi kelompok untuk
mengerjakan LKS yang telah dibagikan. Pada siklus II ini siswa yang
masih belum aktif pada siklus I sudah mulai kelihatan aktif dalam
kegiatan diskusi kelompok, mereka sudah mulai memperlihatkan
kerjasamanya dalam memanfaatkan media pembelajaran dalam
menyelesaikan tugas kelompoknya.
49
Guru terus-menerus memberikan peringatan bagi siswa yang
kelihatan diam untuk membantu teman kelompoknya, dan
memperingatkan siswa yang ribut untuk tidak menggangu temannya
yang lain.
Setelah semua kelompok selesai mengerjakan tugas
kelompoknya, guru melakukan tanya jawab pada setiap kelompok
mengenai soal pada media pembelajaran tersebut untuk mengetahui
sejauh mana pemahaman siswa pada saat penyampaian materi oleh
guru pada saat proses belajar berlangsung. Guru memberi penguatan
hasil diskusi tersebut.
3. Tahap Ketiga (Penutup )
Pada akhir pembelajaran guru menujuk beberapa siswa untuk
menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan meminta siswa yang
lain menanggapi dan memperbaiki jawaban temannya yang masih
kurang tepat dan lengkap menyebutkan kesimpulan yang diperoleh
selama pembelajaran. Guru memberikan penguatan terhadap
kesimpulan yang dikemukakan siswa dan memberikan rangkuman
keseluruhan dari kegiatan yang telah dilakukan dari awal siklus I
sampai siklus II kemudian menutup pelajaran.
c. Observasi Aktivitas Guru dan Siswa
1) Observasi aktivitas guru
Pada proses pembelajaran siklus II, guru sudah berusaha
semaksimal mungkin dalam memperbaiki kekurangan yang ada pada
50
siklus I, hasil observasi aktivitas guru pada siklus II dapat dilihat pada
(lampiran 16 dan 17)
2) Observasi aktivitas siswa
Data hasil observasi aktivitas siswa pada proses pembelajaran
siklus II (lampiran ) skor siswa meningkat.
Tabel. 4.4Ringkasan Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II
IndikatorSkor aktivitas siswa
siklus IIPertemuan I Pertemuan
II1) Antusiasme siswa dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran3,25 3,50
2) Interaksi siswa dengan guru 3,25 3,503) Interaksi siswa dengan siswa 3,25 3,504) Keaktifitasan siswa dalam kegiatan
pembelajaran3,50 3,75
5) Aktivitas siswa dalam kerja kelompok
3,0 3,75
6) Kerjasama siswa dalam kelompok 3,50 3,757) Partisipasi siswa dalam
menyimpulkan hasil belajar3,0 3,25
Total skor aktivitas siswa 22,75 25Kategori aktivitas siswa Sangat aktif Sangat aktifRata-rata total skor aktivitas 23,87Kategori aktivitas Sangat aktif
Berdasarkan data hasil observasi aktivitas siswa pada tabel 4.3
terlihat bahwa rata-rata skor aktivitas siswa pada siklus II mengalami
peningkatan dari siklus I sebanyak 3,37 poin, sehingga skor aktivitas
siswa menjadi 23,87 dengan kategori sangat aktif. Hal ini berarti
bahwa aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus
sebelumnya. Untuk itu, penelitian dicukupkan sampai siklus II.
3) Evaluasi
51
Pada siklus II evaluasi dilaksanakan dengan memberikan tes
dalam bentuk pilihan ganda (Multiple Choise) sebanyak 10 soal
(lampiran 19) pada siklus II, jumlah siswa yang mengikuti tes
sebanyak 29 siswa. Hasil evaluasi yang diperoleh pada siklus II
(lampiran 20) terlihat pada tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.5Ringkasan Hasil Evaluasi Siklus II
No Aspek Yang Diperhatikan Keterangan1 Nilai tertinggi 102 Nilai terendah 63 Rata-rata kelas 8,244 Persentase ketuntasan 93,10%
Berdasarkan tabel 4.2 dan tabel 4.4, terlihat bahwa terdapat
peningkatan rata-rata skor siswa sebanyak 1,31 poin sehingga rata-rata
nilai kelas pada siklus II dari 6,93 menjadi 8,24. Dengan persentase
ketuntasan klasikal 93,10%. Sehingga penelitian ini dianggap sudah
berhasil karena terjadi peningkatan prestasi dari siklus I ke siklus II.
4) Refleksi
Berdasarkan hasil analisis data terhadap aktivitas guru dan siswa
pada siklus I dan II terus mengalami peningkatan. Pada siklus II nilai
rata-rata total skor aktivitas siswa meningkat dari 20,5 menjadi 23,87
pada siklus II, sementara itu nilai rata-rata kelas pada siklus II juga
mengalami peningkatan dari 6,93 menjadi 8,24. Demikian pula untuk
persentase ketuntasan berdasarkan KKM dari siklus I ke siklus II
mengalami peningkatan dari 75,86% menjadi 93,10%, berarti semua
indikator kerja yang diharapkan dari penelitian ini telah tercapai.
52
d. Uji t-test
Hasil analisis difrensial
Langkah-langkah dalam analisis difrensial :
a. Merumuskan Ho
Ho : Tidak ada perbedaan terhadap prestasi belajar siswa mata
pelajaran IPA pada pokok bahasan bumi dan alam semesta
antara sebelum dan sesudah penerapan media parallel puzlle
pada siswa semester II kelas III SDN 48 Cakranegara Tahun
Pelajaran 2009/2010.
b. Menentukan data prestasi belajar siswa antara sebelum dan sesudah
penerapan media parallel puzlle.
Tabel 4.6.Nilai Siswa Antara Sebelum dan Sesudah
Penerapan Media Parallel PuzlleKriteria Nilai Awal Nilai Akhir
Nilai tertinggi 7 10Nilai terendah 4 6Rata-rata kelas 5,75 8,24
Nilai Siswa yang tuntas 9 27Persentase ketuntasan 31,4% 93,10%
53
c. Tabel kerja
Table 4.7Tabel Persiapan Uji T-Test
Subyek K E K E KE(1) (2) (3) (4) (5) (6)1 4 6 16 36 242 4 7 16 49 283 7 10 49 100 704 6 10 36 100 605 7 9 49 81 636 4 8 16 64 327 7 10 49 100 708 6 9 36 81 549 7 8 49 64 56
10 6 9 36 81 5411 4 7 16 49 2812 6 10 36 100 6013 4 8 16 64 3214 7 9 49 81 6315 6 9 36 81 5416 7 10 49 100 7017 6 7 36 49 4218 6 8 36 64 4819 7 8 49 64 5620 6 8 36 64 4821 4 7 16 49 2822 7 9 49 81 6323 6 8 36 64 4824 7 8 49 64 5625 4 8 16 64 3226 6 8 36 64 4827 6 8 36 64 4828 6 7 36 49 4229 4 6 16 36 24
TOTAL 167 239 1001 6940 1401
54
Langkah-langkah melakukan uji T-Test
1. Mencari nilai rke
2. Mencari Nilai ∑k2 dan ∑e2
Jadi
3. Mencari Nilai dan
55
5. Mencari Nilai T-Test
Kesimpulannya:
Dari data hasil perhitungan di atas diperoleh nilai T hitung sebesar
8,25 dan nilai T table berdasarkan Tabel Uji T dengan db (N-1) = 28 dan
taraf signifikan sebesar 1% diperoleh nilai sebesar 2,763. Dan taraf
signifikan 5% diperooeh nilai 2,048. Dari hasil uji tersebut dapat dilihat
bahwa (T table) < (T hitung), maka disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan terhadap prestasi belajar IPA pada siswa antara sebelum
dan sesudah penerapan media parallel puzlle.
56
B. Deskripsi Hasil Analisis Berdasarkan Siklus
1) Siklus 1
Berdasarkan ringkasan hasil observasi aktivitas siswa pada tabel 4.1
terlihat bahwa rata-rata skor aktivitas belajar siswa pada pertemuan I
siklus I adalah 20,5 dengan kategori sangat aktif. sehingga dapat
disimpulkan bahwa aktivitas siswa pada siklus I tergolong aktif dengan
rata-rata 20,5.
Dari analisis hasil evaluasi siklus I diperoleh nilai rata-rata kelas 6,93
dengan jumlah siswa yang mengikuti tes sebanyak 29 orang. Dengan nilai
KKM 65 terdapat sebanyak 22 orang yang tuntas dengan perolehan skor
ketuntasan klasikal 75,86%.
Akan tetapi, berdasarkan pengamatan peneliti dan hasil observasi
kegiatan siswa yang diobservasi oleh observer (guru) bahwa pembelajaran
pada siklus I masih terdapat beberapa kekurangan, sebagai berikut:
1. Interaksi siswa dengan siswa dalam kegiatan diskusi kelompok masih
sangat kurang, diskusi masih didominasi oleh siswa yang pintar saja.
2. Interaksi siswa dengan guru juga masih belum maksimal, siswa masih
belum berani menanyakan materi yang belum jelas kepada gurunya.
3. Partisipasi siswa dalam menyimpulkan hasil belajar juga masih sangat
kurang, tidak ada satu pun siswa yang berani memperbaiki dan
melengkapi jawaban temannya yang masih kurang tepat.
Berdasarkan ringkasan hasil evaluasi siklus I pada tabel 4.2, terlihat
bahwa nilai rata-rata kelas adalah 6,93 dengan nilai tertinggi 8 dan nilai
57
terendah 4 dengan persentase ketuntasan secara klasikal yaitu 75,86%.
Hasil yang diperoleh pada siklus I belum sesuai dengan indikator kerja
prestasi belajar yang ingin dicapai, akan tetapi aktivitas siswa perlu
ditingkatkan lagi, sehingga perlu dilanjutkan lagi ke siklus II.
Kekurangan-kekurangan pada siklus I perlu diperbaiki pada siklus II.
Adapun langkah-langkah perbaikan yang akan dilakukan pada siklus II
antara lain:
b. Guru memberikan peringatan terhadap siswa yang masih belum serius
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, ketika menjelaskan perhatian
guru telah difokuskan ke semua arah siswa, penjelasan tidak hanya
tertuju pada satu arah, agar semua siswa merasa diperhatikan oleh
guru, sehingga tidak ada lagi siswa yang sibuk sendiri atau bermain-
main dibelakang dengan temannya.
c. Mengarahkan siswa untuk berdiskusi dengan teman kelompoknya,
dengan cara terus menerus menghimbau kepada masing-masing
kelompok untuk saling bekerja sama dengan cara mendekati tiap
kelompok , dan menunjuk beberapa siswa yang sudah mengerti supaya
menjelaskan kepada temannya yang belum mengerti sehingga kegiatan
diskusi kelompok tidak didominasi oleh siswa yang pintar saja, namun
siswa dalam tiap kelompok diharapkan dapat aktif dalam kegiatan
pembelajaran.
d. Memotivasi siswa untuk mengajukan pertanyaan jika ada materi yang
belum dipahami, dengan menunjuk beberapa siswa untuk bertanya
58
mengenai materi yang belum dipahami dan sebisa mungkin guru
memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk menjawab dan
melengkapi pertanyaan dari temannya yang lain. Sehingga siswa yang
tidak aktif atau belum aktif terdorong untuk bertanya dan berani
mencoba menjawab pertanyaan dari temannya yang masih belum tepat.
2) Siklus II
Berdasarkan data hasil observasi aktivitas siswa pada tabel 4.3
terlihat bahwa rata-rata skor aktivitas siswa pada siklus II mengalami
peningkatan dari siklus I sebanyak 3,37 poin, sehingga skor aktivitas siswa
menjadi 23,87 dengan kategori sangat aktif. Hal ini berarti bahwa aktivitas
belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya.
Berdasarkan tabel 4.2 dan tabel 4.4, terlihat bahwa terdapat
peningkatan nilai rata-rata kelas sebanyak 1,31 poin sehingga nilai rata-
rata kelas pada siklus II menjadi 8,24. Hal ini berarti terjadi peningkatan
nilai rata-rata kelas dari 6,93 menjadi 8,24.Dengan persentase ketuntasan
klasikal 93,10%. Sehingga penelitian ini dianggap sudah berhasil karena
terjadi peningkatan prestasi dari siklus I ke siklus II. Dan dari hasil analisis
data terhadap aktivitas guru dan siswa pada siklus I dan II terus mengalami
peningkatan. Pada siklus II rata-rata total skor aktivitas siswa meningkat
dari 20,5 menjadi 23,87 pada siklus II. Ini berarti semua indikator kerja
yang diharapkan dari penelitian ini telah tercapai
59
C. Pembahasan
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sebagai upaya untuk
meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Bumi
dan Alam Semesta dengan menerapkan media pembelajaran Paralel Puzzle.
Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus selama 5 kali pertemuan, alokasi
waktu untuk masing-masing pertemuan 2 x 35 menit.
Hasil penelitian pada siklus I (tabel 4.2) menunjukkan bahwa masih
ada siswa yang memperoleh nilai ≤ 65, ini disebabkan oleh banyaknya siswa
yang masih belum paham dalam menentukan mana yang termasuk bagian
bumi yang daratan dan yang mana bagian bumi yang termasuk lautan/perairan.
Sehingga guru menjelaskan kembali mana yang termasuk daratan dan
lautan/perairan pada permukaan bumi dengan menggunakan media gambar.
Selain itu rentang nilai tertinggi dan terendah cukup jauh, karena ada
perbedaan kemampuan siswa yang cukup jauh. Nilai rata-rata kelas pada
siklus I adalah 6,93, sedangkan skor aktivitas belajar siswa adalah 20,5 dengan
kategori aktif.
Pada siklus I, terdapat kekurangan-kekurangan dalam proses belajar-
mengajar seperti penguasaan kelas kurang, guru belum mampu menciptakan
suasana kondusif. Guru tidak memberikan peringatan kepada siswa yang tidak
serius dalam berdiskusi, sehingga siswa kurang memperhatikan ketika guru
menjelaskan materi di depan kelas yang menyebabkam siswa hanya diam saja
dan tidak ada satupun siswa yang bertanya tentang materi yang telah
disampaikan oleh guru. Apakah karena mereka sudah mengerti atau mereka
60
kurang semangat untuk belajar. Sehingga ketika kegiatan diskusi berlangsung
masih ada siswa yang belum aktif dan diskusi masih dikuasai oleh siswa yang
pandai saja.
Selain itu, guru tidak memberikan kesempatan pada siswa untuk
menjawab pertanyaan dan melemparkan jawaban siswa ke siswa lainnya.
Guru memberikan pertanyaan dan guru juga yang menjawabnya sendiri, hal
ini berarti pembelajaran pada siklus I belum optimal. Adapun perbaikan-
perbaikan yang dilakukan guru untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan
pada siklus I yaitu Guru memberikan peringatan terhadap siswa yang masih
belum serius dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, ketika menjelaskan,
pandangan guru telah difokuskan ke semua arah siswa, tidak hanya tertuju
pada satu arah, agar semua siswa merasa diperhatikan oleh guru, sehingga
tidak ada lagi siswa yang sibuk sendiri atau bermain-main dibelakang dengan
temannya.
Guru lebih mempertegas dan memberikan penjelasan yang disertai
dengan contoh-contoh kongkret disekitar mereka, agar siswa mudah
menemukan konsep-konsep yang ingin disampaikan. Mengarahkan siswa
untuk berdiskusi dengan teman kelompoknya, dengan cara terus-menerus
menghimbau kepada masing-masing kelompok untuk saling bekerja sama
dengan cara mendekati tiap kelompok , dan menunjuk beberapa siswa yang
sudah mengerti supaya menjelaskan kepada temannya yang belum mengerti
sehingga kegiatan diskusi kelompok tidak didominasi oleh siswa yang pintar
61
saja, namun siswa dalam tiap kelompok diharapkan dapat aktif dalam kegiatan
pembelajaran.
Memotivasi siswa untuk mengajukan pertanyaan jika ada materi yang
belum dipahami, dengan menunjuk beberapa siswa untuk bertanya mengenai
materi yang belum dipahami dan sebisa mungkin guru memberikan
kesempatan kepada siswa lain untuk menjawab dan melengkapi pertanyaan
dari temannya yang lain. Sehingga siswa yang tidak aktif atau belum aktif
terdorong untuk bertanya dan berani mencoba menjawab pertanyaan dari
temannya yang masih belum tepat.
Proses pembelajaran pada siklus II dilaksanakan seperti pada siklus I.
Dengan melakukan perbaikan-perbaikan berdasarkan kekurangan-kekurangan
pada siklus I sebelum membahas materi baru, guru mengingatkan kembali
kepada siswa materi yang telah dipelajari, dengan mengajukan beberapa
pertanyaan berkaitan dengan materi yang telah dipelajari pada siklus I,
sehingga siswa lebih mudah menjawab soal-soal latihan pada siklus II. Guru
juga memberikan motivasi kepada siswa untuk saling membantu antar teman
kelompoknya dan meminta siswa yang sudah mengerti untuk menjelaskan
pada temannya yang masih belum bisa, serta memanggil siswa yang tidak
aktif untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, serta mendekati
siswa dan menanyakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa, sehingga
tidak ragu dan enggan bertanya pada guru jika ada hal-hal yang belum
dipahami dalam menjelaskan LKS yang berupa madia yang diberikan.
62
Berdasarkan hasil observasi aktivitas belajar siswa siklus II (tabel 4.1)
terlihat rata skor aktivitas siswa mengalami peningkatan dari siklus I yaitu
dari 20,5 menjadi 23,87 (tabel 4.3). Demikian pula untuk nilai rata-rata kelas
dari siklus I dan siklus II yaitu dari 6,93 menjadi 8,24. Demikian juga dengan
persentase ketuntasan belajar klasikal dari siklus I 75,86% menjadi 93,10%
pada siklus II.
Untuk uji t-test yang dilakukan menggunakan derajat kebebasan atau
d.b yaitu jumlah siswa dikurangi satu, atau 29 – 1 = 28. Berarti untuk menolak
hipotesis (nihil) diperlukan nilai t yang sama atau lebih besar daripada 2,048
pada taraf signifikansi 5% dan untuk taraf signifikansi 1% = 2,763 karena nilai
t yang diperoleh ternyata di atas batas penolakan, maka dapat disimpulkan
bahwa pada taraf signifikansi 5% hipotesis ditolak. Dengan kata lain, hipotesis
nihil yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan antara sebelum dan
sesudah penerepan media paralel puzzle ditolak. Tegasnya, berdasarkan bukti-
bukti yang sudah dilakukan dapat disimpulkan terdapat petunjuk bahwa
sebelum dan sesudah penerapan adanya peningkatan yang
signifikan/meyakinkan.
Penerapan media pembelajaran parallel puzzle ini dengan cara
menyajikan materi dengan melalui media gambar dalam bentuk permainan
dimana siswa aktif menggunakan media pembelajaran tersebut. Kemudian
siswa mendemonstrasikan hasil kerjanya didepan kelas menuntut siswa untuk
berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran, mengajak siswa dalam suasana
63
belajar yang menyenangkan, sehingga kesan bahwa IPA itu membosankan
bisa berkurang.
Dengan demikian, penerapan media pembelajaran paralel puzzle pada
pokok bahasan bumi dan alam semesta dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa semester II kelas III SDN 48 Cakranegara tahun ajaran 2009/2010
dikatakan meningkat.
64
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa:
1. Penerapan media paralel puzzle pada pokok bahasan bumi dan alam
semesta dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas III SDN 48
Cakranegara tahun ajaran 2009/2010. Berdasarkan hasil analisis data,
diperoleh nilai rata-rata kelas 5,75 dan setelah penelitian terjadi
peningkatan menjadi 8,24. Untuk skor aktivitas siswa dari 20,5 menjadi
23,87 pada siklus II dengan kategori sangat aktif. Demikian juga dengan
ketuntasan belajar siswa dari 75,86% menjadi 93,10% sehingga penelitian
dianggap sudah dapat terlaksana karena telah mencapai ketuntasan yang
diharapkan.
2. Terjadi peningkatan prestasi belajar siswa yang signifikan yang
dibuktikan dengan uji t-test. Karena nilai t hasil penelitian = 8,25 dan
nilai t-tabel dengan d.b 28 dan taraf signifikansi 5% = 2,048 ini berarti
nilai t hasil penelitian signifikan. Maka, perbedaan yang menyakinkan
terhadap prestasi belajar siswa sebelum diterapkan dengan media
pembelajaran paralel puzzle atau dengan kata lain ada peningkatan yang
signifikan prestasi belajar siswa dengan penerapan media pembelajaran
paralel puzzle.
65
3. Dengan penerapan media pembelajaran paralel puzzle siswa menjadi
lebih termotivasi dalam proses kegiatan belajar mengajar karena tercipta
suasana kelas yang menyenangkan. Hal tersebut secara tidak langsung
akan mempengaruhi peningkatan prestasi belajar siswa.
B. Saran
Adapun saran–saran yang dapat dikemukakan oleh peneliti
berdasarkan hasil penelitian ini adalah:
1. Siswa diharapkan dapat lebih aktif dan termotivasi untuk membangun
pemahaman konsepnya secara mandiri melalui kerjasama kelompok.
2. Bagi guru, khususnya guru IPA bisa menerapkan media yang menarik
sehingga proses belajar menjadi lebih menyenangkan dan siswa tidak
merasa jenuh.
3. Bagi mahasiswa atau pihak lain yang ingin meneliti lebih lanjut
penerapan media pembelajaran paralel puzzle dalam pembelajaran IPA
pada pokok bahasan yang lain perlu ditata kembali materi yang akan
disampaikan sesuai dengan tahap belajar untuk meningkatkan aktivitas
dan prestasi belajar siswa secara maksimal.
4. Kepada pihak sekolah diharapkan dapat mengembangkan dan mengkaji
lebih jauh penerapan media pembelajaran yang digunakan dalam
pembelajaran sehari–hari apakah sesuai dengan tahap belajar yang
dialami siswa, khususnya kelas rendah. Dimana siswa pada kelas rendah
masih sulit menerima hal–hal yang sifatnya abstrak, sehingga
66