bab 1 pendahuluan -...

15
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah-masalah di bidang ketenagakerjaan masih banyak ditemukan di dalam kehidupan keseharian. Masalah-masalah tersebut misalnya belum diberikannya perlindungan hukum kepada pekerja. Sekalipun sejumlah peraturan per-undang-undangan telah dibuat, namun dalam praktiknya masih banyak ditemukan pelanggaran. Terhadap pelanggaran itupun pemerintah seringkali menunjukkan ketidak berdayaannya untuk menegakkan peraturan yang berlaku. Dengan meningkatnya kebutuhan hidup, setiap orang dituntut untuk bekerja guna memenuhi kebutuhan hidupnya yang beraneka ragam, baik bekerja sebagai wiraswasta atau wirausaha maupun dengan cara bekerja pada orang lain. Wiraswasta atau wirausaha adalah seorang yang bekerja dengan bergantung pada orang lain yang berlaku sebagai atasannya serta harus tunduk pada setiap perintah serta aturan yang dibuat. Dalam kehidupan sekarang ini, dapat dikatakan bahwa pekerja atau orang yang bekerja dengan bergantung pada orang lain merupakan kelompok masyarakat yang berada di dalam posisi yang sangat lemah, baik dalam perlindungan hukum pengupahan maupun kesejahteraan. Mereka cenderung berada pada posisi bawah dan memiliki peluang paling besar mendapatkan perlakuan tidak baik dari pengusaha. Melihat adanya hal tersebut, maka dibuatlah Hukum Ketenagakerjaan. Dalam Undang-

Upload: vuonganh

Post on 10-Apr-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah-masalah di bidang ketenagakerjaan masih banyak

ditemukan di dalam kehidupan keseharian. Masalah-masalah tersebut

misalnya belum diberikannya perlindungan hukum kepada pekerja.

Sekalipun sejumlah peraturan per-undang-undangan telah dibuat, namun

dalam praktiknya masih banyak ditemukan pelanggaran. Terhadap

pelanggaran itupun pemerintah seringkali menunjukkan ketidak

berdayaannya untuk menegakkan peraturan yang berlaku. Dengan

meningkatnya kebutuhan hidup, setiap orang dituntut untuk bekerja guna

memenuhi kebutuhan hidupnya yang beraneka ragam, baik bekerja sebagai

wiraswasta atau wirausaha maupun dengan cara bekerja pada orang lain.

Wiraswasta atau wirausaha adalah seorang yang bekerja dengan

bergantung pada orang lain yang berlaku sebagai atasannya serta harus

tunduk pada setiap perintah serta aturan yang dibuat.

Dalam kehidupan sekarang ini, dapat dikatakan bahwa pekerja

atau orang yang bekerja dengan bergantung pada orang lain merupakan

kelompok masyarakat yang berada di dalam posisi yang sangat lemah,

baik dalam perlindungan hukum pengupahan maupun kesejahteraan.

Mereka cenderung berada pada posisi bawah dan memiliki peluang paling

besar mendapatkan perlakuan tidak baik dari pengusaha. Melihat adanya

hal tersebut, maka dibuatlah Hukum Ketenagakerjaan. Dalam Undang-

2

Undang Ketenagakerjaan ini hak-hak pekerja Indonesia mendapatkan

kepastian tentang ketentuan normative/minimal yang wajib diberikan oleh

Pengusaha kepada pekerja/buruh.

Karena manusia itu lahir merdeka dan ditakdirkan hidup merdeka

yang harus mendapat jaminan dan perlindungan hukum dari Negara,

terutama hak atas hidup, bebas dari perbudakan dan perhambaan, hak

untuk bekerja yang sama, hak untuk bergabung ke dalam serikat-serikat

dan hak atas standar hidup yang pantas1.

Dalam UUD 1945 Pasal 27 Ayat 2 “Tiap-tiap warga negara

berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.

Hal ini berarti bahwa negara menjamin setiap warga negara untuk

mendapatkan penghidupan dan penghasilan yang layak bagi kemanusiaan2.

Selain itu, di bidang pengupahan sesuai dengan Pasal 88 Ayat (3)

Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan diatur pula

tentang perlindungan tentang pemberian upah untuk menjamin

penghidupan dan penghasilan yang layak yang ditambah dengan Upah

Minimum, yang meliputi :

a) Upah minimum;

b) Upah kerja lembur;

c) Upah tidak masuk kerja karena berhalangan;

d) Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain diluar

pekerjaannya;

1 Abdussalam, Hukum Ketenagakerjaan (Hukum Perburuhan), Restu Agung, Jakarta, 2009, h.1. 2 UUD 1945 pasal 27 ayat 2.

3

e) Upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya;

f) Bentuk dan cara pembayaran upah;

g) Denda dan potongan upah;

h) Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah;

i) Struktur dan skala pengupahan yang proposional;

j) Upah untuk pembayaran pesangon;

k) Upah untuk penghitungan pajak penghasilan 3.

Upah merupakan sebuah bentuk prestasi yang diberikan oleh

pihak pengusaha kepada pekerjanya. Dengan adanya pengaturan mengenai

upah yang layak bagi pekerja tersebut, diharapkan setiap pekerja dapat

meningkatkan prestasinya dalam bekerja.

Berkaitan dengan campur tangan Pemerintah dalam bidang

pengupahan bagi pekerja/buruh, Pemerintah telah banyak mengambil

kebijakan (legislative and bureaucracy policy) khususnya dalam peraturan

perundang-undangan dan peraturan pelaksanaannya. Peraturan pelaksana

dari Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang pengupahan di antaranya:

1. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1954 tentang

Penetapan Peraturan Istirahat Buruh.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1981 tentang

Perlindungan Upah.

3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 7 Tahun 2013 tentang

upah minimum.

3 Pasal 88 ayat 3 Undang-Undang Ketenagakerjaan no 13 tahuin 2003

4

4. Keputusan Menteri Keuangan RI No. 486/Kmk.03/2003

tentang Pajak Penghasilan yang ditanggung oleh Pemerintah

atas Penghasilan Pekerja dari Pekerjaan.

5. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. KEP-

49/MEN/2004 tentang Ketentuan Struktur dan Skala Upah.

6. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.KEP-

51/MEN/IV/2004 tentang Istirahat Panjang pada Perusahaan

Tertentu.

7. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Kep-

102/MEN/VI/2004, tentang Waktu Kerja Lembur dan Upah

Kerja Lembur 4.

Dari berbagai macam perlindungan pengupahan sebagaimana

dijelaskan di atas, proposal ini akan memfokuskan perlindungan hak

pekerja/buruh dalam hal pengupahan di dalam penetapan Upah Minimum.

Meskipun dalam keadaan mendesak pekerja tetap harus mentaati

segala ketentuan pemberi kerja yang telah diberikan tanpa mencoba untuk

melawan karena mereka merasa posisi mereka berada pada posisi yang

lemah. Dalam kedudukan yang demikian ini sulit diharapkan mereka akan

mampu melakukan bergaining power menghadapi pemberi kerja 5

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 7 Tahun 2013, Upah

Minimum merupakan upah bulanan terendah yang terdiri atas upah pokok

termasuk tunjangan tetap yang ditetapkan oleh Gubernur sebagai jaring

pengaman. Upah Minimum terdiri atas Upah Minimum Provinsi (UMP)

4 ibid 5 Abdul Rachmad Budiono, Hukum Perburuhan Indonesia, cet.1, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta,1995,h.6.

5

atau Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) dan Upah Minimum

Sektoral Provinsi (UMSP) atau Upah Minimum Sektoral Provinsi

Kabupaten/Kota (UMSK).

Penetapan upah minimum didasarkan pada kebutuhan hidup layak

(KHL) dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.

Upah minimum diarahkan pada pencapaian KHL, yang merupakan

perbandingan besarnya upah minimum terhadap nilai KHL pada periode

yang sama. Untuk Pencapaian KHL Gubernur menetapkan tahapan

pencapaian KHL dalam bentuk peta jalan pencapaian KHL bagi

Perusahaan Industri Padat Karya Tertentu dan bagi perusahaan lainnya

dengan mempertimbangkan kondisi kemampuan dunia usaha. Langkah

penyusunan peta jalan pencapaian KHL adalah:

a. menentukan tahun pencapaian Upah Minimum sama dengan KHL;

b. memprediksi nilai KHL sampai akhir tahun pencapaian;

c. memprediksi besaran nilai Upah Minimum setiap tahun;

d. menetapkan persentase pencapaian KHL dengan membandingkan

prediksi besaran Upah Minimum dengan prediksi nilai KHL setiap

tahun.

UMP serentak per tanggal 1 November harus ditetapkan dan

diumumkan oleh masing-masing Gubernur. Selain UMP, Gubernur dapat

menetapkan UMK atas rekomendasi Dewan Pengupahan Provinsi dan

rekomendasi Bupati/Walikota. UMK ditetapkan dan diumumkan oleh

Gubernur selambat-lambatnya tanggal 21 November setelah penetapan UMP,

dan besaran UMK lebih besar dari UMP. Upah minimum yang ditetapkan

6

oleh Gubernur berlaku terhitung mulai tanggal 1 Januari tahun berikutnya.

Seluruh pihak yang berkepentingan dalam hal ini pihak pekerja, pengusaha

dan pemerintah, diharapkan dapat bersinergi dengan baik, sehingga tercipta

suasana yang kondusif dan dapat menciptakan iklim hubungan industrial

yang positif terutama dalam menetapkan Upah Minimum di wilayah

hukumnya.

Berdasarkan Inpres No 9 Tahun 2013 tentang Kebijakan

Penetapan Upah Minimum diatur bahwa dalam upaya menyelaraskan

kebijakan upah minimum dengan memperhatikan produktivitas dan

pertumbuhan ekonomi nasional serta untuk mewujudkan keberlangsungan

usaha dan peningkatan kesejahteraan pekerja, dengan ini menginstruksikan

kepada 6:

1. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian;

2. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi;

3. Menteri Dalam Negeri;

4. Menteri Perindustrian;

5. Para Gubernur;

6. Para Bupati/Walikota;

Untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan

tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing secara terkoordinasi dan

terintegrasi untuk menyelaraskan kebijakan upah minimum dengan

produktivitas dan pertumbuhan ekonomi nasional, guna mewujudkan

keberlangsungan usaha dan perkembangan industri nasional serta

6 Inpres Nomor 9 tahun 2013 tentang Kebijakan Penetapan Upah Minimum.

7

peningkatan kesejahteraan pekerja. Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi, untuk merumuskan dan menetapkan kebijakan pengupahan

dan pengembangan sistem pengupahan Nasional dengan ketentuan Upah

Minimum didasarkan pada Kebutuhan Hidup Layak (KHL), produktivitas,

dan pertumbuhan ekonomi Upah Minimum provinsi/ kabupaten / kota

diarahkan kepada pencapaian KHL,untuk daerah yang Upah Minimumnya

masih berada di bawah nilai KHL, kenaikan Upah Minimum dibedakan

antara Industri Padat Karya tertentu dengan industri lainnya besaran

kenaikan upah pada provinsi dan/atau kabupaten/kota yang upah

minimumnya telah mencapai KHL atau lebih, ditetapkan secara bipartit

antara pemberi kerja dan pekerja dalam perusahaan masing-masing

melakukan koordinasi dengan menteri terkait dalam rangka

mengklasifikasikan kenaikan Upah Minimum. Menteri Dalam Negeri

melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan

penetapan Upah Minimum oleh pemerintah daerah. Menteri Perindustrian,

untuk menetapkan definisi dan batasan serta klasifikasi industri padat

karya tertentu,dan melakukan sosialisasi kepada pelaku usaha industri

mengenai kebijakan penetapan Upah Minimum. Gubernur, untuk

menetapkan Upah Minimum dengan berdasarkan kepada kebijakan

pengupahan dan pengembangan sistem pengupahan nasional, serta

memperhatikan rekomendasi Dewan Pengupahan di daerahnya masing-

masing, menetapkan dan mengumumkan Upah Minimum Provinsi yang

dilakukan secara serentak di seluruh provinsi setiap tanggal 1 November.7

7 permenaker Nomor 7 tahun 2013 Tentang Upah Minimum.

8

Bertolak dari ketentuan tentang proses pengajuan penetapan Upah

Minimum di atas, dapat dipahami bahwa satu wilayah Kabupaten/ Kota

hanya memiliki satu ketetapan Upah Minimum. Namun ternyata di

Wilayah Kabupaten Cilacap terdapat 3 (tiga) penetapan Upah Minimum.

Dalam hal tersebut mengenai upah minimum yang sejak tahun 2005 telah

dibagi menjadi tiga wilayah, sebelumnya telah direkomendasikan Dewan

Pengupahan Provinsi kepada Gubernur meski sebelumnya mendapat

rekomendasi dari Bupati/Walikota, yang pada akhirnya muncul ketetapan

upah minimum Dalam wilayah Kabupaten Cilacap8. Adapun data upah

minimum sejak tahun 2005 sampai dengan 2016 berdasarkan SK Gubernur

Nomor 561/ 54/ 2004 yang membagi Kabupaten Cilacap menjadi tiga

wilayah ketetapan Upah Minimum :

Wilayah Kabupaten/ Kota Tahun Besaran UMK

Kabupaten Cilacap :

Cilacap Kota

2005 Rp 465.000

Cilacap Timur Rp 420.000

Cilacap Barat Rp 415.000

Kabupaten Cilacap :

Cilacap Kota

2006 Rp 524.500

Cilacap Timur Rp 460.000

8 Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 560/85 Tahun 2014 Upah Minimum Kabupaten/Kota

di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015.

9

Wilayah Kabupaten/ Kota Tahun Besaran UMK

Cilacap Barat Rp 450.000

Kabupaten Cilacap :

Cilacap Kota

2007 Rp 601.000

Cilacap Timur Rp 521.000

Cilacap Barat Rp 515.000

Kabupaten Cilacap :

Cilacap Kota

2008 Rp 647.000

Cilacap Timur Rp 560.000

Cilacap Barat Rp 555.000

Kabupaten Cilacap :

Cilacap Kota

2009 Rp 730.000

Cilacap Timur Rp 634.000

Cilacap Barat Rp 629.000

Kabupaten Cilacap :

Cilacap Kota

2010 Rp 760.000

Cilacap Timur Rp 675.000

Cilacap Barat Rp 660.000

Kabupaten Cilacap :

Cilacap Kota

2011 Rp 790.000

Cilacap Timur Rp 691.000

Cilacap Barat Rp 675.000

10

Wilayah Kabupaten/ Kota Tahun Besaran UMK

Kabupaten Cilacap :

Cilacap Kota

2012 Rp 852.000

Cilacap Timur Rp 747.000

Cilacap Barat Rp 720.000

Kabupaten Cilacap :

Cilacap Kota

2013 Rp 986.000

Cilacap Timur Rp 861.000

Cilacap Barat Rp 816.000

Kabupaten Cilacap :

Cilacap Kota

2014 Rp 1.125.000

Cilacap Timur Rp 975.000

Cilacap Barat Rp 950.000

Kabupaten Cilacap :

Cilacap Kota

2015 Rp 1.287.000

Cilacap Timur Rp 1.185.000

Cilacap Barat Rp 1.045.000

Kabupaten Cilacap :

Cilacap Kota

2016 Rp 1.608.000

Cilacap Timur Rp 1.490.000

Cilacap Barat Rp 1.483.000

11

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas penulis

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul STUDI KASUS

TENTANG KETETAPAN UPAH MINIMUM KABUPATEN CILACAP

TAHUN 2015

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, diajukan rumusan

masalah sebagai berikut:

Apa dasar pertimbangan Dewan Pengupahan Kabupaten Cilacap

didalam Merekomendasikan 3 (tiga) ketentuan upah minimum ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu :

Untuk mengetahui dasar pertimbangan Dewan Pengupahan Kabupaten

Cilacap mempunyai 3 (tiga) ketetapan Upah minimum di wilayah

hukumnya.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran

atau memberikan solusi untuk dapat menerapkan Upah Minimum

sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku di wilayah hukum

Kabupaten Cilacap.

12

b. Memberikan kontribusi pemikiran atau solusi mengenai masalah

hukum ketenagakerjaan terhadap penetapan Upah Minimum yang

terjadi di Kabupaten Cilacap.

c. Dapat dijadikan pedoman bagi para pihak Dewan Pengupahan atau

peneliti yang lain yang ingin mengkaji secara mendalam tentang

penyebab penentuan Upah Minimum yang berlaku dalam wilayah

hukum Kabupaten Cilacap.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

penelitian dalam rangka meningkatkan kualitas Dewan Pengupahan

Daerah yang terdiri dari Pekerja, Pengusaha, Akademisi, dan

Pemerintah Kabupaten Cilacap.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Dalam proposal ini jenis penelitian yang dipilih adalah penelitian

eksploratif karena peneliti hanya akan meneliti penyebab Kabupaten

Cilacap mempunyai 3 (tiga) ketetapan Upah Minimum.

2. Pendekatan yang Digunakan

Pedekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

yuridis sosiologis. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan

penerapan ketentuan-ketentuan tentang penetapan Upah Minimum.

13

3. Jenis dan Teknik Pengambilan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan

data skunder.

a. Data Primer diperoleh melalui wawancara dengan anggota Dewan

Pengupahan Kabupaten Cilacap yang diwakili Pemerintah. Selain

itu wawancara juga dilakukan kepada Pengusaha dan Pekerja.

b. Sedangkan data skunder data yang diperoleh melalui studi pustaka.

4. Unit Amatan dan Unit Analisis

Unit amatan dalam penelitian ini adalah: Dewan Pengupahan

Kabupaten Cilacap.

Sedangkan Unit Analisisnya adalah : Pertimbangan Dewan

Pengupahan Kabupaten Cilacap dalam mengusulkan penetapan Upah

Minimum Kabupaten Cilacap.

F. Sistematika Penulisan

1. BAB I : Pada Bab ini berisikan uraian orientasi tentang penelitian

yang akan dilakukan, meliputi :

a. Latar Belakang Masalah

b. Rumusan Masalah

c. Tujuan Penelitian

d. Manfaat Penelitian

e. Metode Penelitian

2. BAB II : Bab ini berisikan uraian hasil penelitian dan pembahasan

terhadap permasalahan penelitian. Penulis akan menguraikan hasil

14

penelitian tentang kasus yang dipelajari yaitu tentang Tentang

Ketetapan Upah Minimum di Kabupaten Cilacap dari sudut pandang

Hukum Ketenagakerjaan.

3. BAB III : Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran.

15