bab 1 pendahuluan, evaluasi implementasi pbl

44
LAPORAN ANTARA: EVALUASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SEKTOR PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN WILAYAH I Bab 1 |1 PT. MULTI KARADIGUNA JASA 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan 1.3 Sasaran 1.4 Ruang Lingkup Kegiatan dan Wilayah 1.5 Pendekatan 1.6 Kerangka Pikir 1.7 Metodologi 1.8 Sistematika Pelaporan 1.1 LATAR BELAKANG MERUJUK pada Amanat Undang-Undang Nomor: 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung serta Peraturan Pemerintah No. 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UUBG mengamanatkan bahwa penyelenggaraan bangunan gedung merupakan kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan hanya bangunan gedung/rumah negara yang merupakan kewenangan pusat. Kenyataannya masih banyak Kabupaten/Kota yang belum menyesuaikan Peraturan Ddaerah Bangunan Gedung yang dimilikinya agar sesuai dengan UUBG atau bahkan belum memiliki Perda Bangunan BAB I. PENDAHULUAN

Upload: luki-luki-kusumawardhani

Post on 28-Oct-2015

412 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

proses menilai kinerja pbl,

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 1 Pendahuluan, evaluasi implementasi PBL

LAPORAN ANTARA: EVALUASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SEKTOR PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN WILAYAH I

Bab 1 |1PT. MULTI KARADIGUNA JASA

1.1 Latar Belakang1.2 Maksud dan Tujuan1.3 Sasaran1.4 Ruang Lingkup Kegiatan dan Wilayah1.5 Pendekatan 1.6 Kerangka Pikir1.7 Metodologi1.8 Sistematika Pelaporan

1.1 LATAR BELAKANGMERUJUK pada Amanat Undang-Undang Nomor: 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung serta Peraturan Pemerintah No. 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UUBG mengamanatkan bahwa penyelenggaraan bangunan gedung merupakan kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan hanya bangunan gedung/rumah negara yang merupakan kewenangan pusat.Kenyataannya masih banyak Kabupaten/Kota yang belum menyesuaikan Peraturan Ddaerah Bangunan Gedung yang dimilikinya agar sesuai dengan UUBG atau bahkan belum memiliki Perda Bangunan Gedung. Oleh karena itu, Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum selaku lembaga pembina teknis penataan bangunan dan lingkungan mempunyai kewajiban untuk meningkatkan kemampuan Kabupaten/Kota agar mampu melaksanakan amanat U.U. Nomor: 28 tahun 2002.

BAB I. PENDAHULUAN

Page 2: Bab 1 Pendahuluan, evaluasi implementasi PBL

LAPORAN ANTARA: EVALUASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SEKTOR PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN WILAYAH I

Bab 1 |2PT. MULTI KARADIGUNA JASA

Dalam usaha untuk meningkatkan kualitas lingkungan permukiman, Direktorat Jenderal Cipta Karya melalui kegiatan Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan dan Penyelenggaraan dalam Penataan Bangunan dan Lingkungan termasuk Pengelolaan Gedung & Rumah Negara melaksanakan program pendampingan penyusunan Perda Bangunan Gedung, Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK), Revitalisasi Kawasan/bangunan Bersejarah dan Tradisional serta Penanganan Masalah Kemiskinan di Perkotaan melalui Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP).Dengan tingginya target yang ingin dicapai, efektivitas kebijakan pembangunan sektor PBL menjadi sangat penting. Dalam rangka meningkatkan efektivitas kebijakan pembangunan tersebut, perlu dilaksanakan sebuah evaluasi untuk mengkaji kebijakan-kebijakan yang dilaksanakan dalam pembangunan sektor PBL di Direktorat Jenderal Cipta Karya beserta implementasinya di lapangan. Mengingat luasnya lingkup pekerjaan dan wilayah yang dikaji, pekerjaan ini perlu dibagi menjadi 2 bagian, sesuai dengan pembagian pelaksanaan pembangunan oleh Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan, yaitu: Wilayah I (Indonesia bagian barat) dan Wilayah II (Indonesia bagian timur).Seperti diketahui pembangunan perkotaan di masa depan akan semakin berat. Jumlah kota di Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup progresif. Dalam kurun waktu 40 tahun, dari tahun 1970-2010 jumlah kota bertambah dua kali lipat, dari jumlah awal 45 berkembang menjadi 98 kota.Urbanisasi perkotaan mengalami peningkatan yang amat tajam. Proporsi penduduk yang tinggal di perkotaan meningkat dari 35,9 persen pada tahun 1995 menjadi 48,3 persen pada 2005. Pada tahun 2010, sebanyak 52% penduduk Indonesia bertempat tinggal di wilayah perkotaan. Diperkirakan pada tahun 2025, perbandingan antara penduduk perkotaan dan perdesaan adalah 65% : 35%.Peningkatan jumlah penduduk kota tentunya akan memberikan berbagai implikasi bagi pembangunan perkotaan.Permasalahan yang timbul akibat urbanisasi adalah :

Page 3: Bab 1 Pendahuluan, evaluasi implementasi PBL

LAPORAN ANTARA: EVALUASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SEKTOR PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN WILAYAH I

Bab 1 |3PT. MULTI KARADIGUNA JASA

Kemiskinan di perkotaan; Keamanan dan ketertiban kota; Ketersediaan lapangan pekerjaan; Perumahan dan permukiman; Pelayanan publik : Transportasi, sarana prasarana perkotaan dan pelayanan dasar; Kualitas lingkungan hidup; dan Pemanfaatan lahanUntuk mengatasi masalah-masalah perkotaan tersebut dibutuhkan kebijakan dan strategi nasional pengembangan perkotaan yang melibatkan berbagai pihak seperti pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta dan masyarakat.

Kebijakan pengembangan perkotaan nasional dirumuskan sebagai berikut: Kebijakan (1) : Pemantapan peran dan fungsi kota dalam pembangunan nasional. Kebijakan (2) : Pengembangan permukiman yang layak huni, sejahtera, berbudaya, dan berkeadilan sosial. Kebijakan (3) : Peningkatan kapasitas manajemen pembangunan perkotaan.

Salah satu strategi pelaksanaan kebijakan pengembangan permukiman yang layak huni, sejahtera, berbudaya, dan berkeadilan sosial adalah Pengembangan Perumahan dan Permukiman yang Layak Hunidan Terjangkau. Penataan bangunan dan lingkungan pada skala kawasan digunakan untuk memandu pengembangan kawasan yang responsif terhadap potensi sumber daya pembangunan, serta memandu pengendalian perwujudan tata ruang sesuai yang direncanakan. Penataan bangunan dan lingkungan ini akan mengisi rencana struktur tata ruang, baik melalui pengembangan kawasan dan lingkungan siap bangun, maupun dalam bentuk peremajaan kawasan dan/atau revitalisasi kawasan.Bangunan gedung merupakan salah satu wujud fisik pemanfaatan ruang. Bangunan gedung sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya,

Page 4: Bab 1 Pendahuluan, evaluasi implementasi PBL

LAPORAN ANTARA: EVALUASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SEKTOR PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN WILAYAH I

Bab 1 |4PT. MULTI KARADIGUNA JASA

mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembentukan watak, perwujudan produktivitas, dan jati diri manusia. Oleh karena itu, penyelenggaraan bangunan gedung perlu diatur dan dibina demi kelangsungan dan peningkatan kehidupan serta penghidupan masyarakat, sekaligus untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, andal, berjati diri, serta seimbang, serasi,dan selaras dengan lingkungannya. Seperti halnya ketentuan mengenai penyelenggaraan bangunan gedung diatur dalam Undang-Undang Nomor: 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.Undang-Undang No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung serta Peraturan Pemerintah No. 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU BG mengamanatkan bahwa penyelenggaraan bangunan gedung merupakan kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan hanya bangunan gedung/rumahnegara yang merupakan kewenangan pusat.Pada kenyataannya masih banyak Kabupaten/Kota yang belum menyesuaikan Perda Bangunan Gedung yang dimilikinya agar sesuai dengan UUBG atau bahkan belum memiliki Perda Bangunan Gedung. Hingga saat ini baru ada 109 Perda Bangunan Gedung. Oleh karena itu, Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum selaku lembaga pembina teknis penataan bangunan dan lingkungan mempunyai kewajiban untuk meningkatkan kemampuan Kabupaten/Kota agar mampu melaksanakan amanat UU No. 28 tahun 2002.Dalam usaha untuk meningkatkan kualitas lingkungan permukiman, Direktorat Jenderal Cipta Karya melalui kegiatan Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan dan Penyelenggaraan dalam Penataan Bangunan dan Lingkungan termasuk Pengelolaan Gedung & Rumah Negara melaksanakan program pendampingan penyusunan Perda Bangunan Gedung, Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK), revitalisasi kawasan/bangunan bersejarah dan tradisional serta penanganan masalah kemiskinan di perkotaan melalui Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP).Dengan tingginya target yang ingin dicapai, efektivitas kebijakan pembangunan sektor PBL menjadi sangat penting. Dalam rangka meningkatkan efektivitas kebijakan pembangunan tersebut, perlu

Page 5: Bab 1 Pendahuluan, evaluasi implementasi PBL

LAPORAN ANTARA: EVALUASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SEKTOR PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN WILAYAH I

Bab 1 |5PT. MULTI KARADIGUNA JASA

dilaksanakan sebuah evaluasi untuk mengkaji kebijakan-kebijakan yang dilaksanakan dalam pembangunan sektor PBL di Direktorat Jenderal Cipta Karya beserta implementasinya di lapangan.Mengingat luasnya lingkup pekerjaan dan wilayah yang dikaji, pekerjaan ini perlu dibagi menjadi 2 bagian, sesuai dengan pembagian pelaksanaan pembangunan oleh Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan, yaitu: Wilayah I (Indonesia bagian barat) dan Wilayah II (Indonesia bagian timur).1.2 MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN

Maksud dan tujuan dari kegiatan ini adalah tersedianya kajian terhadap kebijakan dan strategi serta rencana program-program pembangunan sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan di Direktorat Jenderal Cipta Karya beserta implementasi dari kebijakan dan strategi tersebut di wilayah Indonesia bagian barat (Wilayah I).Adapun sasaran dari pelaksanaan kegiatan ini adalah: Tersedianya analisis terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan Sektor PBL Direktorat Jenderal Cipta Karya di Wilayah I. Tersedianya data pencapaian pelaksanaan kegiatan sektor PBL Direktorat Jenderal Cipta Karya di Wilayah I. Tersedianya analisis terhadap implementasi kebijakan dan strategi serta program pembangunan sektor PBL Direktorat Jenderal Cipta Karya di Wilayah I. Tersedianya rekomendasi untuk pengambilan kebijakan dan strategi serta program pembangunan sektor PBL Direktorat Jenderal Cipta Karya di Wilayah I.1.3 RUANG LINGKUP1.3.1 Lingkup Wilayah

Kegiatan pekerjaan ini berpusat di DKI Jakarta dengan mengunjungi lokasi survey kegiatan di Pulau Sumatera dan Jawa.1.3.2 Lingkup Kegiatan

Page 6: Bab 1 Pendahuluan, evaluasi implementasi PBL

LAPORAN ANTARA: EVALUASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SEKTOR PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN WILAYAH I

Bab 1 |6PT. MULTI KARADIGUNA JASA

Ruang lingkup kegiatan ini meliputi: 1. Mengkaji kesesuaian kebijakan dan program pembangunan sektor PBL terhadap tugas dan fungsi Direktorat PBL sesuai yang tercantum di dalam permen PU.2. Mengkaji kesesuaian rencana strategis pembangunan sektor PBL 2010-2014 terhadap kegiatan Direktorat PBL.3. Mengumpulkan data pembangunan infrastruktur PBL yang dilaksanakan Direktorat Jenderal Cipta Karya dari tahun 2008 sampai tahun 2012.4. Melakukan pengumpulan data kondisi infrastruktur PBL;5. Melakukan kajian terhadap permasalahan dalam implementasi kebijakan dan strategi serta program pembangunan sektor PBL Wilayah I.6. Melakukan pengumpulan data dan mengkaji peranan pemerintah daerah dalam pembangunan sektor PBL, termasuk di dalamnya realisasi DDUB oleh pemerintah daerah dan menyandingkan dengan Kapasitas Fiskal pemerintah daerah.7. Melakukan kunjungan ke daerah dalam rangka mencari data primer.8. Melakukan koordinasi dengan Direktorat terkait untuk memastikan data kinerja yang valid.9. Melakukan pembahasan dengan seluruh pihak terkait.10.Menyusun laporan Evaluasi Implementasi Kebijakan sektor PBLWilayah I.1.4 KELUARANKeluaran dari kegiatan ini adalah Laporan Evaluasi Implementasi Kebijakan Sektor PBL Wilayah I.

Page 7: Bab 1 Pendahuluan, evaluasi implementasi PBL

LAPORAN ANTARA: EVALUASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SEKTOR PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN WILAYAH I

Bab 1 |7PT. MULTI KARADIGUNA JASA

PLANFormulasi Kebijakan

DOImplementasi

CHECKEvaluasi terhadap implementasi

ACTFeedback terhadap implementasi kebijakan, Evaluasi terhadap kebijakan baru

1.5 PENDEKATAN dan METODE:1.5.1 Evaluasi Kebijakan

Evaluasi adalah satu mata rantai dari siklus perencanaan yang melibatkan empattahapan pokok, yang secara ringkas ditunjukkan dalam Gambar 4.1.:1. Formulasi Kebijakan (Plan)2. Implementasi (Do)3. Evaluasi terhadap implementasi (Check)4. Umpan balik terhadap implementasi kebijakan dan evaluasi terhadap kebijakan baru (Act)

Gambar l.1. Siklus Evaluasi Kebijakan dalam Perencanaan

Page 8: Bab 1 Pendahuluan, evaluasi implementasi PBL

LAPORAN ANTARA: EVALUASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SEKTOR PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN WILAYAH I

Bab 1 |8PT. MULTI KARADIGUNA JASA

Menurut Subarsono dalam bukunya yang berjudul “Analisis Kebijakan Publik, Konsep, Teori dan Aplikasi “, (2005: 120-121), evaluasi memiliki beberapa tujuan yang secara rinci dapat disebutkan sebagai berikut:a. Menentukan tingkat kinerja suatu kebijakan.b. Melalui evaluasi maka dapat diketahui derajat pencapaian tujuan dan sasaran kebijakan.c. Mengukur tingkat efisiensi suatu kebijakan.d. Mengukur tingkat keluaran (outcome) suatu kebijakan.e. Mengukur dampak suatu kebijakan. Disini dapat berarti dampak positif ataupun dampak negatif. Untuk mengetahui apabila ada penyimpangan. Cara yang dilakukan dengan membandingkan antara tujuan dan sasaran dengan pencapaian target. Sebagai bahan masukan (input) untuk kebijakan yang akan datang.Tujuan akhir dari evaluasi adalah untuk memberikan masukan bagi proses kebijakan ke depan agar dihasilkan kebijakan yang lebih baik. Lebih lanjut disebutkan perlunya melakukan evaluasi kebijakan adalah :a. Untuk mengetahui tingkat efektivitas suatu kebijakan, yakni seberapa jauh suatu kebijakan mencapai tujuannya.b. Mengetahui apakah suatu kebijakan berhasil atau gagal.c. Memenuhi aspek akuntabilitas publik. Melakukan penilaian kinerja suatu kebijakan, maka dapat dipahami sebagai bentuk pertanggungjawaban pemerintah kepada publik sebagai pemilik dana dan mengambil manfaat dari kebijakan dan program pemerintah.d. Menunjukkan pada pemangku kepentingan (stakeholders) manfaat suatu kebijakan. Apabila tidak dilakukan evaluasi terhadap sebuah kebijakan, kelompok sasaran tidak tahu secara pasti manfaat dari sebuah kebijakan atau program.e. Agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. Hasil evaluasi kebijakan dimaksudkan agar kebijakan yang ditetapkan akan lebih baik.

Page 9: Bab 1 Pendahuluan, evaluasi implementasi PBL

LAPORAN ANTARA: EVALUASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SEKTOR PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN WILAYAH I

Bab 1 |9PT. MULTI KARADIGUNA JASA

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan di jelaskan bahwa evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan realisasi masukan (input), keluaran (output) dan hasil (outcome) terhadap rencana dan standar. Evaluasi dilakukan dengan maksud untuk dapat mengetahui dengan pasti pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan rencana pembangunan dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan pelaksanaan rencana pembangunan di masa yang akan datang. Fokus utama evaluasi diarahkan kepada keluaran (outputs), hasil (outcomes) dan dampak (impacts) dari pelaksanaan rencana pembangunan. Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan, terdapat beberapa pengertian terkait dengan Evaluasi, yaitu:

Evaluasi adalah penilaian tentang bagaimana program dijalankan, apakah proses dan dampaknya sudah sesuai dengan yang diharapkan, serta mengecek faktor-faktor penghambat yang dihadapi, dan faktor-faktor pendukung yang dimiliki, untuk mencapai tujuan. Monitoring adalah suatu cara untuk mengetahui apakah suatu kegiatan berjalan sesuai atau sedekat mungkin dengan rencana serta menggunakan sumber daya secara tepat. Kinerja adalah perbandingan realisasi dan target pada keluaran (output), hasil (outcome) dan manfaat/dampak (benefit/impact). Keluaran (output) adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan program dan kebijakan. Hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran dari kegiatan-kegiatan dalam satu program. Manfaat (benefit) dan Dampak (impact) adalah segala sesuatu yang mencerminkan kemanfaatan secara langsung dan tidak langsung setelah hasil (outcome) suatu program dapat dicapai.

Page 10: Bab 1 Pendahuluan, evaluasi implementasi PBL

LAPORAN ANTARA: EVALUASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SEKTOR PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN WILAYAH I

Bab 1 |10PT. MULTI KARADIGUNA JASA

Evaluasi ditujukan untuk menganalisa dampak pembangunan yang dilakukan oleh para pelaku pembangunan dan dinikmati oleh penerima manfaat pembangunan.Jadi evaluasi sama sekali berbeda dengan berbagai jenis penilaian kebijakanapalagi program pengawasan. Seyogyanya, evaluasi tidak hanya terdiri dari analisa kuantitatif atas dampak dari pelaksanaan kebijakan, tapi juga mencakup penjelasan mengenai ketercapaian atau ketidak tercapaian, serta uraian mengenai implikasi kebijakan yang mungkin terjadi.Idealnya, suatu kegiatan evaluasi pembangunan sektoral mencakup komponenberikut:

Studi proses, dimana operasi dari kinerja pembangunan sektoral dann\ prosesnya dikaji Studi dampak, inti teknis capaian evaluasi pembangunan sektoral Penilaian biaya-manfaat, yang menunjukkan efektifitas pelaksanaan pembangunan sektoral.

Adapun manfaat pelaksanaan evaluasi adalah: Memberikan umpan balik terhadap pelaksanaan pembangunan sektoral Bentuk akuntabilitas pelaksanaan pembangunan sektoral karena dibiayai oleh dana publik Membantu pemangku kepentingan untuk belajar mendalami dan menghayati kebijakan dan kegiatan pembangunan sektoral.

Untuk menghasilkan manfaat yang maksimal, suatu proses evaluasi harus memiliki kriteria konsep sebagai berikut:1. Tujuan yang jelas. Tujuan evaluasi ditentukan lebih awal, sederhana dan mudah diukur.2. Metodologi yang tepat. Penggunaan metodologi disesuaikan dengan maksud dan tujuan pelaksanaan evaluasi

Page 11: Bab 1 Pendahuluan, evaluasi implementasi PBL

LAPORAN ANTARA: EVALUASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SEKTOR PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN WILAYAH I

Bab 1 |11PT. MULTI KARADIGUNA JASA

3. Kehandalan (Reliable). Kehandalan dari suatu proses evaluasi dinilai dari perolehan hasil yang setara untuk berbagai kondisi yang dapat diperbandingkan. Dengan demikian, faktor-faktor subyektifitas (seperti karakteristik individu para reviewer, penafsiran dan penilaian yang tidak berdasar, dsb) dalam pelaksanaan evaluasi dapat dihilangkan atau paling tidak diminalisir.4. Transparan. Transparansi evaluasi bergantung pada sejauh mana pihak yang terlibat memahami dengan baik proses pelaksanaannya. Ini termasuk pemahaman mengenai tujuan, alasan maupun hasil yang diharapkan.5. Dapat dipercaya (Credible). Tingkat kredibilitas suatu proses evaluasi sangat bergantung pada tingkat validitas hasil proses evaluasi tersebut. Oleh karena itu, kecermatan dalam mengukur capaian sesuai sasaran dan indikator yang telah ditetapkan, mengukur kewajaran dalam budget untuk pembiayaan implementasi kegiatan pembangunan, serta keterbukaan ketika menyelenggarakan evaluasi merupakan faktor penting dan perlu diperhatikan.6. Tingkat komprehensifitas (Comprehensiveness). Tingkat Komprehensif dari suatu proses evaluasi sangat bergantung kepada kesesuaian jumlah obyek yang diamati dan kesesuaian jumlah sampel responden.7. Efektifitas (Effectiveness). Efektivitas proses evaluasi yang berkualitas bergantung pada sejauh mana dampak dari proses tersebut menyebabkan perubahan dan perbaikan yang berkesinambungan (Continuous improvement), termasuk identifikasi peluang perubahan dan ketersediaan informasi.

Selain ketujuh konsep di atas, aspek yang menjamin kemantapan pelaksanaansuatu proses evaluasi juga harus diperhatikan. Enam prinsip pada Tabel 4.1.merupakan komponen kunci kualitas kemantapan itu. Dengan demikian selainsecara konsep mantap, kualitas evaluasi juga terjaga, relevan dengan substansiyang dievaluasi, dan dapat diperhitungkan keberlanjutannya.Tabel 1.2 Prinsip Evaluasi

Page 12: Bab 1 Pendahuluan, evaluasi implementasi PBL

LAPORAN ANTARA: EVALUASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SEKTOR PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN WILAYAH I

Bab 1 |12PT. MULTI KARADIGUNA JASA

Prinsip Evaluasi PenjelasanRelevansi (Relevance) Apakah tujuan Prioritas atau Fokus Prioritas/Programpembangunan mendukung tujuan kebijakan?Keefektifan (Effectiveness) Apakah tujuan Prioritas atau Fokus Prioritas/Program pembangunan dapat tercapai?Efisiensi (Efficiency) Apakah tujuan Prioritas atau Fokus Prioritas/Program pembangunan tercapai dengan biaya paling rendah?Hasil (Outcomes) Apakah indikator-indikator tujuan Prioritas atau Fokus Prioritas/ Program pembangunan semakin membaik?Dampak (Impact) Apakah indikator-indikator tujuan Kebijakan/Prioritas atau Fokus Prioritas/Program membaik?Keberlanjutan (Sustainability) Apakah perbaikan indikator-indikator kinerja terus berlanjut setelah program pembangunan selesai? Apakah hasl evaluasi dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan tindak lanjut?

Page 13: Bab 1 Pendahuluan, evaluasi implementasi PBL

LAPORAN ANTARA: EVALUASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SEKTOR PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN WILAYAH I

Bab 1 |13PT. MULTI KARADIGUNA JASA

Sumber: Bappenas 2004, Buku Pedoman Penyusunan Indikator, PemantauanEvaluasi kebijakan dalam perspektif alur proses/siklus kebijakan publik, menempati posisi terakhir setelah implementasi kebijakan, sehingga sudah sewajarnya jika kebijakan publik yang telah dibuat dan dilaksanakan lalu dievaluasi. Dari evaluasi akan diketahui keberhasilan atau kegagalan sebuah kebijakan, sehingga secara normatif akan diperoleh rekomendasi apakah kebijakan dapat dilanjutkan; atau perlu perbaikan sebelum dilanjutkan, atau bahkan harus dihentikan. Evaluasi juga menilai keterkaitan antara teori (kebijakan) dengan prakteknya (implementasi) dalam bentuk dampak kebijakan, apakah dampak tersebut sesuai dengan yang diperkirakan atau tidak. Dari hasil evaluasi pula kita dapat menilai apakah sebuah kebijakan/program memberikan manfaat atau tidak bagi masyarakat yang dituju. Secara normatif fungsi evaluasi sangat dibutuhkan sebagai bentuk pertanggung-jawaban publik, terlebih di masa masyarakat yang makin kritis menilai kinerja pemerintah.Implementasi kebijakan dan program diartikan sebagai pelaksanaan keputusan kebijakan yang biasanya berbentuk undang-undang atau peraturan, namun juga dapat berupa perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting sesuai dengan jangka waktu dan jadwal pelaksanaan yang telah ditentukan sebelumnya.

Keberhasilan suatu implementasi dapat dilihat melalui dua cara, yaitu :1. Evaluasi pengaruh pembangunan /evaluasi proses (formatif evaluation atau process evaluation) merupakan studi proses implementasi proyek untuk menilai seberapa efektif sebuah proyek tersebut diimplementasikan. EvaluasiFormatif adalah untuk mengevaluasi pelaksanaan program yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Merupakan evaluasi terhadap prosesb. Menilai tingkat kepatuhan pelaksanaan atas standar aturanc. Menggunakan model-model dalam implementasid. Biasanya bersifat kuantitatife. Melihat dampak jangka pendek dari pelaksanaan kebijakan/program

Page 14: Bab 1 Pendahuluan, evaluasi implementasi PBL

LAPORAN ANTARA: EVALUASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SEKTOR PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN WILAYAH I

Bab 1 |14PT. MULTI KARADIGUNA JASA

Aspek-aspek kinerja implementasi yang dapat dievaluasi dalam evaluasi formatif adalah :a. Effort Evaluation : Mengevaluasi kecukupan input programb. Performance Evaluation : Mengkaji output dibandingkan input programc. Effectiveness Evaluation : Mengkaji apakah pelaksanaannya sesuai dengan sasaran dan tujuand. Effeciency Evaluation : Membandingkan biaya dengan output yang dicapaie. Process Evaluation : Mengkaji metode pelaksanaa, aturan dan prosedur dalam pelaksanaan.

2. Evaluasi sumatif (Summative evaluation) merupakan evaluasi penilaian sampai seberapa jauh sebuah proyek telah menghasilkan dan sejauh mana perubahan yang teramati dapat dihasilkan oleh kehadiran proyek-proyek. Evaluasi sumatif dilakukan untuk memperoleh informasi terkait dengan efektifitas sebuah kebijakan/program terhadap permasalahan yang diintervensi.Evaluasi ini bertujuan untuk :a. Menilai apakah program telah membawa dampak yang diinginkan terhadap individu, rumah tangga dan lembagab. Menilai apakah dampak tersebut berkaitan dengan intervensi programc. Mengeksplore apakah ada akibat yang tidak diperkirakan baik yang positif maupun yang negatifd. Mengkaji bagaimana program mempengaruhi kelompok sasaran, dan apakah perbaikan kondisi kelompok sasaran betul-betul disebabkan oleh adanya program tersebut atau karena faktor lain.

Kajian evaluasi tersebut dapat dilakukan pertama melalui pendekatan pengguna (user approach) yang diukur berdasarkan pendapat/persepsi pengguna terhadap outcomes. Beberapa kondisi yang bisa digali melalui evaluasi ini antara lain terkait dengan kepuasan baik kualitas maupun kuantitas, cara pelayanan, dampak negatif yang tidak diinginkan dan lainnya.

Page 15: Bab 1 Pendahuluan, evaluasi implementasi PBL

LAPORAN ANTARA: EVALUASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SEKTOR PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN WILAYAH I

Bab 1 |15PT. MULTI KARADIGUNA JASA

Kedua melalui kinerja/performance provider. Pendekatan yang kedua (evaluasi sumatif) output dan outcomes dikaji dengan tujuan perencanaan/manajemen atau dengan standar/norma perencanaan terkait dengan hal-hal seperti berapa jumlah yang terlayani, kualitas yang bisa disediakan seperti apa atau dampak yang tidak diinginkan.Ada 6 (enam) langkah dalam evaluasi kebijakan, yaitu :1. Mengidentifikasi tujuan program yang akan dievaluasi2. Analisis terhadap masalah3. Deskripsi dan standarisasi kegiatan4. Pengukuran terhadap tingkat perubahan yang terjadi5. Menentukan apakah perubahan yang diamati merupakan akibat dari kegiatan tersebut atau karena penyebab yang lain6. Beberapa indikator untuk menentukan keberhasilan suatu dampak.1.5.2 Pendekatan Evaluasi Kebijakan

Di dalam melakukan evaluasi terhadap suatu program/kebijakan, dapat dgunakan sejumlah pendekatan yang berbeda yang tentunya akan mempengaruhi indikator yang digunakan, antara lain :1. Pendekatan berdasarkan sistem nilai yang diacu2. Pendekatan berdasarkan dasar evaluasi3. Pendekatan berdasarkan kriteria valuasiA. Pendekatan Berdasarkan Sistem Nilai yang DiacuPendekatan berdasarkan sistem nilai yang diacu ada tiga jenis, yaitu evaluasi semu, evaluasi teori keputusan dan evaluasi formal.1) Evaluasi Semu (Pseudo Evaluation)

Sifat dari evaluasi semu ini adalah melakukan penilaian berdasarkan paremeter tertentu yang secara umum disepakati (self evident) dan tidak kontroversial. Hasil evaluasinya mudah diterima oleh publik dan tidak terlalu rumit. Penilainnya berkisar antara gagal atau berhasil. Evaluasi semu ini seringkali dijadikan sebagai salah satu metode monitoring.

Page 16: Bab 1 Pendahuluan, evaluasi implementasi PBL

LAPORAN ANTARA: EVALUASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SEKTOR PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN WILAYAH I

Bab 1 |16PT. MULTI KARADIGUNA JASA

2) Evaluasi Teori Keputusan (Decision Theoretic Evaluation/DET)Sifat dari DTE adalah melakukan penilaian berdasarkan parameter yang disepakati oleh pihak-pihak yang terkait langsung. Sistem nilainya juga berdasarkan kesepakatan anatar pihak. Biasanya berkisar antara benar atau salah.

3) Evaluasi formal (Formal Evaluation)Sifat dari evaluasi formal adalah melakukan penilaian berdasarkan parameter yang ada pada dokumen formal seperti tujuan dan sasaran yang tercantum dalam dokumen kebijakan rencana tata ruang, peraturan perundang-undangan dan sebagainya. Dalam evaluasi formal metode yang ditempuh untuk menghasilkan informasi yang valid dan reliable ditempuh dengan beberapa cara antara lain :a. Merunut legislasi (peraturan perundang-undangan)b. Merunut kesesuaian kebijakan yang tercantum pada dokumen formal yang memiliki hierarki diatasnyac. Merunut dokumen formal (kesesuaian dengan hasil yang diharapkan/tujuan dan sasaran), dand. Interview dengan penyusun kebijakan atau administrator program.Evaluasi formal terbagi atas summative evaluation dan formative evaluation.

B. Pendekatan Berdasarkan Dasar EvaluasiPendekatan berdasarkan dasar evaluasi ada 6 (enam) jenis yaitu :1) Before vs After Comparisons (perbandingan antara sebelum dan sesudah)

Karakteristik dari pendekatan jenis ini anatar lain hanya berlaku untuk satu komunitas yang sama dengan membandingkan kondisi sebelum dan sesudah adanya intervensi.2) With vs Without Comparisons (perbandingan antara dengan atau tanpa intervensi)

Page 17: Bab 1 Pendahuluan, evaluasi implementasi PBL

LAPORAN ANTARA: EVALUASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SEKTOR PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN WILAYAH I

Bab 1 |17PT. MULTI KARADIGUNA JASA

Karakteristik dari pendekatan jenis ini antara lain hanya berlaku untuk lebih dari satu komunitas dengan membandingkan antara komunitas yang diberi intervensi dengan komunitas yang tidak diberi intervensi dalam waktu yang bersamaan.3) Actual vs Planned performance comparisons (perbandingan antara kenyataan dengan rencana)

Kakateristik dari pendekatan jenis ini antara lain membandingkan antara rencana dengan kenyataan di lapangan (sesuai atau tidak)4) Exprimental (controlled) models

Karakteristik dari pendekatan ini adalah melihat dampak dari perubahan kebijakan terhadap suatu kegiatan yang memiliki standar ketat. Dampaknya dilihat dari proses dan hasil kegiatan tersebut.5) Quasi experimental (uncontrolled) models

Karakteristik dari pendekatan ini adalah melihat dampak dari perubahan kebijakan terhadap suatu kegiatan yang tidak memiliki standar. Dampaknya dilihat hanya berdasarkan hasilnya saja, sedangkan prosesnya diabailan.6) Efisiensi penggunaan dana (Cost Oriented Approach)

Cost Oriented Approach terbagi tiga yaitu ex-ante evaluation, on-going evaluation dan ex-post evaluation. Ex-ante evaluation adalah evaluasi yang dilakukan sebelum kegiatan tersebut dilaksanakan. On-going evaluation adalah evaluasi yang dilakukan saat kegiatan tersebut sedang berjalan. Ex-post evaluation adalah evaluasi yang dilakukan setelah kegiatan tersebut selesai.C. Pendekatan Berdasarkan Kriteria EvaluasiPendekatan berdasarkan kriteria evaluasi terbagi menjadi beberapa parameter. Parameter ini ditentukan sesuai dengan tujuan evaluasi. Beberapa contoh parameter yang bisa digunakan antara lain: efektivitas, efisiensi, ketepatan, pemerataan, responsivitas, ketepatgunaan, partisipasi, transparansi, akuntabilitas dan keberlanjutan.Keterangan :

Page 18: Bab 1 Pendahuluan, evaluasi implementasi PBL

LAPORAN ANTARA: EVALUASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SEKTOR PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN WILAYAH I

Bab 1 |18PT. MULTI KARADIGUNA JASA

1. EfektivitasPenilaian terhadap efektivitas ditujukan untuk menjawab ketepatan waktu pencapaian hasil/tujuan. Parameternya adalah ketepatan waktu.2. EfisiensiPenilaian terhadap efisiensi ditujukan untuk menjawab pengorbanan yang minim (usaha yang minim) untuk mencapai hasil maksimal.Parameternya adalah biaya, rasio keuntungan dan manfaat.3. Adequacy/ketepatan dalam menjawab masalahPenilaian terhadap edequacy ditujukan untuk melihat sejauh mana tingkat pencapaian hasil dapat memecahkan masalah.4. Equity/PemerataanPenilain terhadap equity ditujukan untuk melihat manfaat dan biaya dari kegiatan terdistribusi secara proporsional untuk pihak-pihak yang terlibat.5. ResponsivenessPenilaian terhadap responsiveness ditujukan untuk mengetahui hasil rencana/kegiatan/kebijakan sesuai dengan preferansi/keinginan dari target group.6. Appropriatness/KetetapgunaanPenilaian terhadap ketepatgunaan ditujukan untuk mengetahui kegiatan/rencana/kebijakan tersebut memberikan hasil/keuntungan dan manfaat kepada kelompok sasaran (target group). Standar tingkat keuntungan dan manfaat sangat relatif sesuai dengan sistem nilai yang berlaku pada target group tersebut.7. PartisipasiPenilaian terhadap peranan. Apakah berperan secara aktif dalam proses atau alur tahapan program dan pengawasannya mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan dan pelestarian kegiatan dengan memberikan sumbangan tenaga, pikiran, atau dalam bentuk materiil.8. Transparansi

Page 19: Bab 1 Pendahuluan, evaluasi implementasi PBL

LAPORAN ANTARA: EVALUASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SEKTOR PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN WILAYAH I

Bab 1 |19PT. MULTI KARADIGUNA JASA

Penilaian terhadap bentuk kepercayaan timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan dalam memperoleh informasi . 9. Akuntabilitas/KeterpaduanPenilaian terhadap kewajiban pihak pemegang amanah untuk memberikan pertanggung jawaban, menyajikan, melaporkan dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada pihak yang memberikan amanah.10.KeberlanjutanPenilaian kebijakan terkait adanya keberlanjutan program pasca implementasi.

1.5.3 Pendekatan Pelaksanaan KegiatanUntuk mendukung keberhasilan pelaksanaan kegiatan Evaluasi Implementasi Kebijakan Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan Wilayah I, pendekatan yang dilakukan adalah :

A. Pendekatan KelembagaanPendekatan kelembagaan ini akan sangat diperlukan dalam mendukung kelancaran pelaksanaan pekerjaan. Pendekatan yang akan diterapkan adalah pendekatan birokrasi dan pendekatan koordinatif sebagaimana diuraikan pada bagian berikut.

1) Pendekatan BirokrasiDalam melaksanakan pekerjaan, Konsultan tidak bisa terlepas dari sistem birokrasi Pengguna Jasa. Untuk itu, Konsultan memandang bahwa pemahaman terhadap birokrasi ini tidak hanya dilakukan terhadap sistem internal organisasi Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum, cq. Sub Direktorat Evaluasi Kinerja, Satuan Kerja Direktorat Bina Program, serta instansi di tingkat pusat terkait lainnya sebagai hubungan birokrasi vertikal ke atas. Pendekatan birokrasi juga dilakukan untuk vertikal ke bawah terhadap instansi terkait di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota. Dengan memahami hirarki dan birokrasi

Page 20: Bab 1 Pendahuluan, evaluasi implementasi PBL

LAPORAN ANTARA: EVALUASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SEKTOR PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN WILAYAH I

Bab 1 |20PT. MULTI KARADIGUNA JASA

yang berlaku, Konsultan akan dapat menempatkan diri dan mendukung Pengguna Jasa secara tepat.2) Pendekatan Koordinatif

Selain pemahaman terhadap birokrasi pelaksanaan program, Konsultan memandang perlu melakukan pendekatan koordinatif, terutama dalam hal Konsolidasi seluruh data pelaksanaan Penataan Bangunan dan Lingkungan Wilayah I di lapangan. Pendekatan ini akan sangat diperlukan untuk mendukung kegiatan inventarisasi data dan informasi yang dibutuhkan.B. Pendekatan Normatif

Pendekatan normatif menekankan pada kajian terhadap produk peraturan dan kebijakan baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah. Pendekatan normatif yang digunakan dalam kegiatan Evaluasi Implementasi Kebijakan Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan Wilayah I. Pada dasarnya merupakan pendekatan yang digunakan untuk merumuskan suatu kebijakan dan strategi berdasarkan data dan informasi yang tersedia serta mengacu pada produk peraturan dan perundangan yang terkait dengan substansi kegiatan Evaluasi Implementasi Kebijakan Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan Wilayah I. Terkait dengan kegiatan ini, menggunakan pendekatan normatif ini tidak dipandang sekedar sebagai pendekatan untuk merumuskan kebijakan yang sifatnya konseptual. Pendekatan ini dilakukan mulai dari bagaimana kondisi dan permasalahan dilihat sampai dengan perumusan yang tepat untuk kondisi dan permasalahan yang ada. Oleh sebab itu perlu juga dengan membandingkan kondisi eksisting dengan kriteria dan standar yang ada .Landasan normatif dalam melaksanakan kegiatan ini, dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu landasan normatif yang bersifat umum, yaitu produk-produk peraturan di tingkat pusat yang berlaku untuk seluruh wilayah kajian, dan landasan normatif yang bersifat kewilayahan, yaitu produk-produk peraturan di tingkat daerah yang hanya berlaku di level wilayah kajian (kunjungan kerja daerah). Beberapa kajian yang dapat dilakukan dalam pendekatan ini adalah: Mengkaji berbagai regulasi penataan bangunan dan lingkungan, dan Kesesuaian dengan berbagai produk regulasi yang relevan,

Page 21: Bab 1 Pendahuluan, evaluasi implementasi PBL

LAPORAN ANTARA: EVALUASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SEKTOR PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN WILAYAH I

Bab 1 |21PT. MULTI KARADIGUNA JASA

Kajian inipun tidak sebatas pada produk regulasi yang ada dalam Ditjen Cipta Karya tetapi juga dengan produk regulasi diberbagai satminkal di Kementerian Pekerjaan Umum maupun regulasi yang dihasilkan dari sektor atau kementerian lainnya.C. Pendekatan Partisipatif

Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh Bank Dunia (World Bank Theory of Participation, 1997), partisipasi merupakan suatu proses di mana pihak-pihak terlibat akan saling mempengaruhi dan bertukar kontrol atas inisiatif pembangunan dan keputusan serta sumberdaya yang berpengaruh terhadapnya. Selanjutnya pihak-pihak yang terlibat dalam proses partisipasi tersebut disebut sebagai pemangku kepentingan (stakeholder). Karenanya, pemahaman mengenai partisipasi akan selalu berkaitan dengan pemahaman mengenai pemangku kepentingan (stakeholder), kepentingan-kepentingannya, serta pelibatannya. Dalam pelaksanaan kegiatan Evaluasi Implementasi Kebijakan Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan Wilayah I, akan dilakukan serangkaian kegiatan diskusi dan pengumpulan data dan informasi. Pendekatan perencanaan partisipatif pada intinya merupakan usaha penyelesaian persoalan yang menjadi target pekerjaan secara aktif dengan melakukan pelibatan semua stakeholder terkait, baik sektoral maupun wilayah di tingkat daerah, serta para pakar dan pihak lainnya. Model pendekatan partisipatif dilakukan dalam bentuk diskusi dan wawancara. Pendekatan partisipasi dilakukan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang terkait dengan kegiatan Evaluasi Implementasi Kebijakan Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan Wilayah I, baik di tingkat Pusat, tingkat Provinsi maupun tingkat Kabupaten/Kota. Hal ini dimaksudkan agar hasil penyusunan dapat dirasakan dan dimiliki oleh seluruh pemangku kepentingan terkait di daerah.

1.6 KERANGKA PIKIR EVALUASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SEKTOR PBLBerdasarkan atas pemahaman terhadap Kajian Evaluasi Implementasi Kebijakan Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan, maka dapat disusun

Page 22: Bab 1 Pendahuluan, evaluasi implementasi PBL

LAPORAN ANTARA: EVALUASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SEKTOR PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN WILAYAH I

Bab 1 |22PT. MULTI KARADIGUNA JASA

pola pikir kegiatan seperti yang disampaikan pada gambar 1.3. Pola pikir kegiatan ini menyatakan apa saja yang perlu diperhatikan, dilaksanakan dan dihasilkan dari kegiatan ini dalam alur Input-Process-Output-Outcome.

Page 23: Bab 1 Pendahuluan, evaluasi implementasi PBL

LAPORAN ANTARA: EVALUASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SEKTOR PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN WILAYAH I

Bab 1 |23PT. MULTI KARADIGUNA JASA

Gambar 1.3. Pola Pikir Kegiatan Evaluasi Kebijakan

Page 24: Bab 1 Pendahuluan, evaluasi implementasi PBL

LAPORAN ANTARA: EVALUASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SEKTOR PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN WILAYAH I

Bab 1 |24PT. MULTI KARADIGUNA JASA

Mulai

Masukan Direktorat

Pengumpulan Bahan

Data Kebijakan/Program

Data UU dan Peraturan

UU Berkaitan PBLPeraturan Pemerintah Berkaitan PBLPeraturan Menteri Berkaitan PBL

Renstra Cipta KaryaVisi dan Misi PBLTupoksi PBLKebijakan dan Program

Konsep & TujuanProses/ProsedurKelembagaanHasil/Manfaat

Review UU dan Peraturan

Review Tupoksi, Kebijakan dan

Program

EvaluasiKebijakan

Pendekatan Paramater

William Dunn

Indentifikasi Paramater Yg SesuaiKriteria Penentuan LokasiPengumpulan DataAnalisis Data

Evaluasi Kebijakan PBL

Penyusunan Rekomendasi Terkait UU dan Perundang-

undangan

Penyusunan Rekomendasi Terkait

Kebijakan dan Program PBL

Penyusunan Rekomendasi Kelembagaan Direktorat PBL

Selesai

Review Kelembagaan PBL

Berdasarkan pola pikir, maka kerangka analisis (framework analysis) yang digunakan konsultan untuk menyelesaikan pekerjaan disampikan pada gambar 4.3.

Page 25: Bab 1 Pendahuluan, evaluasi implementasi PBL

LAPORAN ANTARA: EVALUASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SEKTOR PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN WILAYAH I

Bab 1 |25PT. MULTI KARADIGUNA JASA

Gambar1.4 Kerangka Analisis Kegiatan Evaluasi Kebijakan1.7 METODOLOGI

Metodologi adalah seperangkat langkah dan cara yang dikembangkan dan dilaksanakan untuk mewujudkan tujuan dan target/hasil keluaran kegiatan. Metodologi disusun berdasarkan strategi dasar yang dirumuskan dari pendekatan yang ditetapkan dalam kerangka pemikiran konseptual. Metodologi merepresentasikan hubungan antar sub-sub kegiatan. Metodologi disitensiskan dari tujuan, lingkup kegiatan, fakta-fakta, dankondisi di lapangan. Secara garis besar metodologi kegiatan Evaluasi Implementasi Kebijakan Sektor PBL Wilayah Imeliputi :1. Pemilihan lokasi survey (uji petik);2. Pengumpulan data;3. Identifikasi ; dan4. Evaluasi.A. Pemilihan Lokasi Survey

Kegiatan Evaluasi Implementasi Kebijakan Sektor PBL Wilayah I meliputi wilayah Sumatera dan Jawa, yang terdiri dari 16 provinsi dan 264 Kabupaten/Kota. Mengingat luasnya wilayah kajian dan keterbatasan waktu pelaksanaan kegiatan ini, maka perlu dilakukan seleksi untuk menentukan lokasi survey. Adapun dasar pertimbangan pemilihan lokasi adalah :1. Ketersediaan dokumen perencanaan :

Dokumen RPIJM Perda Bangunan Gedung Dokumen Perencanaan: RTBL, PSD RTH, RISPK,

2. Kegiatan PBL : Penataan dan Revitalisasi Kawasan Sarana dan Prasrana Permukiman Tradisional dan Bersejarah PSD Ruang Terbuka Hijau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran

Page 26: Bab 1 Pendahuluan, evaluasi implementasi PBL

LAPORAN ANTARA: EVALUASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SEKTOR PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN WILAYAH I

Bab 1 |26PT. MULTI KARADIGUNA JASA

Aksesibilitas Bangunan Gedung3. Secara administratif berdekatan dengan ibu kota provinsiBerdasarkan hal-hal tersebut maka lokasi survey dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 1.5 Lokasi SurveyNO PROVINSI KABUPATEN/KOTA1 NAD ACEH Banda AcehKab. Bireun2 SUMATERA UTARA Kota MedanKota Tebing Tinggi3 SUMATERA BARAT Kota PadangBukit Tinggi4 KEPULAUAN RIAU BatamBintan5 RIAU Kota PekanbaruKab. Kuantan Sengingi6 JAMBI Kota JambiKab. Muaro Jambi7 BENGKULU Kab. Bengkulu SelatanKab. Rejang Lebong8 SUMATERA SELATAN Kota PalembangKab.Empat Lawang9 BANGKA BELITUNG Kota Pangkal PinangKab. Bangka Barat10 LAMPUNG Kota Bandar LampungKab. Lampung Selatan11 BANTEN Kab. SerangKota Serang12 JAWA BARAT Kota BandungKab Bogor13 JAWA TENGAH Kota SemarangKota Surakarta14 JAWA TIMUR Kota Surabaya

Page 27: Bab 1 Pendahuluan, evaluasi implementasi PBL

LAPORAN ANTARA: EVALUASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SEKTOR PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN WILAYAH I

Bab 1 |27PT. MULTI KARADIGUNA JASA

Kab. Probolinggo15 DI YOGYAKARTA Kota YogyakartaKab.Sleman16 DKI JAKARTA Jakarta PusatKepulauan SeribuB. Pengumpulan DataPengumpulan data dilakukan sebelum dan pada saat pelaksanaan survey ke lapangan. Proses pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut :B1. Menentukan aspek informasi yang akan digali

Penentuan informasi apa saja yang akan digali harus sejalan dengan tujuan survey dan lingkup kegiatan ini, seperti: Program dan kegiatan sektor PBL Gambaran umum kota, menyangkut kondisi fisik, keuangan dan sosial masyarakat. Kebijakan pemerintah daerah menyangkut penataan bangunan dan lingkungan. Data kondisi infrastruktur PBL di daerah, menyangkut keadaan fisik dan keberfungsiannya. Implementasi kebijakan PBL di daerah yang berkaitan dengan pelaksanaan program-program kegiatan seperti kualitas, kuantitas, biaya, kelompok sasaran, tempat dan waktu pelaksanaan. Hambatan dan permasalahan dalam penerapan kebijakan PBL. Keterlibatan atau dukungan pemerintah daerah dalam mengimplementasikan kebijakan PBL, seperti penganggaran (DDUB), penyiapan kelembagaan, regulasi, dll Produk dokumen dan data-data pendukung lainnya, dll.

B2. Menentukan stakeholder yang akan dilibatkan

Page 28: Bab 1 Pendahuluan, evaluasi implementasi PBL

LAPORAN ANTARA: EVALUASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SEKTOR PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN WILAYAH I

Bab 1 |28PT. MULTI KARADIGUNA JASA

Untuk mendapatkan gambaran yang utuh mengenai implementasi kebijakan sektor PBL, informasi yang digali harus cukup lengkap dan jelas. Untuk itu perlu diketahui pihak-pihak (stakeholder) mana saja yang perlu dikunjungi agar bisa didapatkan data/informasi yang komprehensif dan menyeluruh.Secara umum pihak-pihak (stakeholder) yang akan dikunjungi adalah :

Direktorat Bina Program dan PBL, Ditjen Cipta Karya, Kementerian PU Satker PBL Provinsi Bappeda Provinsi dan Kabupaten/Kota Dinas terkait yang menangani program PBL seperti Dinas PU, Dinas Tata Ruang Masyarakat umum.

B3. Menentukan Metode Pengumpulan DataData yang dikumpulkan dapat berupa data primer maupun data sekunder. Pengumpulan data akan dilakukan dengan cara kuesioner, wawancara, dan observasi lapangan dan dari dokumen.

1. Survey kuesioner Angket atau kuesioner (Questionnaire) merupakan suatu tehnik pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden).Instrumen atau alat pengumpulan datanya juga disebut angket berisi sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau direspon oleh responden.Responden mempunyai kebiasaan untuk memberikan jawaban atau respon sesuai dengan presepsinya.Kuesioner merupakan metode penelitian yang harus dijawab responden untuk menyatakan pandangannya terhadap suatu persoalan.Sebaiknya pertanyaan dibuat dengan bahasa sederhana yang mudah dimengerti dan kalimat-kalimat pendek dengan maksud yang jelas. Penggunaan kuesioner sebagai metode pengumpulan data terdapat beberapa keuntungan, diantaranya adalah pertanyaan yang akan diajukan pada responden dapat distandarkan, responden dapat menjawab kuesioner pada waktu luangnya, pertanyaan yang diajukan dapat dipikirkan terlebih

Page 29: Bab 1 Pendahuluan, evaluasi implementasi PBL

LAPORAN ANTARA: EVALUASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SEKTOR PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN WILAYAH I

Bab 1 |29PT. MULTI KARADIGUNA JASA

dahulu sehingga jawabannya dapat dipercaya dibandingkan dengan jawaban secara lisan, serta pertanyaan yang diajukan akan lebih tepat dan seragam. Kuesioner dapat dibagi menjadi empat, yaitu:1) Kuesioner TertutupSetiap pertanyaan telah disertai sejumlah pilihan jawaban. Responden hanya memilih jawaban yang paling sesuai.2) Kuesioner TerbukaDimana tidak terdapat pilihan jawaban, sehingga para responden harusmemformulasikan jawabannya sendiri.3) Kuesioner Kombinasi Terbuka dan TertutupDimana menggunakan pertanyaan tertutup kemudian disusul dengan pertanyaanterbuka.4) Kuesioner Semi TerbukaPertanyaan yang jawabannya telah tersusun rapi, tetapi masih memungkinkan adanya tambahan jawaban.

2. WawancaraWawancara informasi merupakan salah satu metode pengumpulan data untuk memperoleh data dan informasi dari siswa secara lisan. Proses wawancara dilakukan dengan cara tatap muka secara langsung dengan siswa. Selama proses wawancara petugas bimbingan mengajukan pertanyaan, meminta penjelasan dan jawaban dari pertanyaan yang diberikan dan membuat catatan mengenai hal-hal yang diungkapkan kepadanya. Secara garis besar ada dua macam pedoman wawancara, yaitu:1) Pedoman Wawancara Tidak TerstrukturYaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan. Tentu saja kreativitas pewawancara sangat diperlukan, bahkan hasil wawancara dengan jenis pedoman ini lebih banyak tergantung dari pewawancara.Pewawancaralah sebagai pengemudi jawaban responden.Jenis interviu ini cocok untuk penilaian khusus.2) Pedoman Wawancara Terstruktur

Page 30: Bab 1 Pendahuluan, evaluasi implementasi PBL

LAPORAN ANTARA: EVALUASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SEKTOR PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN WILAYAH I

Bab 1 |30PT. MULTI KARADIGUNA JASA

Yaitu pedoman wawancara yang disusun secara terperinci sehingga menyerupai check-list.Pewawancara tinggal membubuhkan tanda (check) pada nomor yang sesuai. Pedoman wawancara yang banyak digunakan adalah bentuk “semi structured”. Dalam hal ini maka mula-mula interviewer menanyakan serentetan pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu per satu diperdalam dalam mengorek keterangan lebih lanjut.Dengan demikian jawaban yang diperoleh bisa meliputi semua variabel, dengan keterangan yang lengkap dan mendalam.3. Observasi lapangan

Observasi lapangan dilakukan untuk melihat kondisi eksisting infrastruktur PBL yang sudah dibangun dan lingkungan sekitarnya, meliputi tampak fisik, kebersihan, keberfungsian, sarana dan prasarana yang ada.4. Dokumen

Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara. Dokumen merupakan sumber data yang digunakan untuk melengkapi penelitian, baik berupa sumber tertulis, film,  gambar (foto), dan karya-karya monumental, yang semua itu memberikan informasi bagi proses penelitian.11.Pengolahan DataData yang diperolah, baik data primer maupun data sekunder, akan diolah melalui :a. Editing, yaitu dengan melakukan pemilihan data yang diperlukan.b. Klasifikasi, yaitu pemilahan data berdasarkan kebutuhan analisis masing-masing.c. Tabulasi, yaitu pengelompokkan data untuk mempermudah proses analisis yang dilakukan.

Data yang didapat selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel, grafik atau petaTabel 1.6 Kebutuhan Data dan Instansi yang Dikunjungi

Page 31: Bab 1 Pendahuluan, evaluasi implementasi PBL

LAPORAN ANTARA: EVALUASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SEKTOR PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN WILAYAH I

Bab 1 |31PT. MULTI KARADIGUNA JASA

NO KEBUTUHAN DATA dan DOKUMEN NARA SUMBERI. INSTANSI PUSAT

1. Rencana Strategi (Renstra) PU/CiPTA KARYA/Bidang Bangkim & Bidang PBL 2010 – 2014Ditjen Cipta Karya,Kementerian PU

2. Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Cipta Karya. Ditjen Cipta Karya, Kementerian PU3. Daftar Isian Pengusulan Kegiatan (DIPK) Dit Cipta Karya 2008-2011 Ditjen Cipta Karya,

Dit.Bina Program, Sub.Dit/Sektor PBL4. Daftar Usulan Kegiatan (DUK) PHLN Dit Cipta Karya Dit Bina Program.5. Dokumen Kegiatan Sektor PBL

a. RTBLb. RTHc. RISPKd. Revitalisasi Kawasan Tradisional dan Bersejarahe. Aksesibilitas Bangunan Gedungf. Revitalisasi Kawasan

Dit Bina Program.Dit PBLSATKERPMU

II. INSTANSI DAERAH (Provinsi, Kota/Kabupaten)1. RPJMD, RPIJMD Kabupaten/Kota Bappeda, Dinas PU Cipta Karya2. RTRWP/Kabupaten/Kota Bappeda,

Dinas PU Cipta Karya3. Dokumen Kegiatan Sektor PBL

a. RTBLBappeda,Dinas PU Cipta Karya

Page 32: Bab 1 Pendahuluan, evaluasi implementasi PBL

LAPORAN ANTARA: EVALUASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SEKTOR PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN WILAYAH I

Bab 1 |32PT. MULTI KARADIGUNA JASA

b. RTHc. RISPKd. Revitalisasi Kawasan Bersejarah/ Tradisional/Nelayane. Aksesibilitas Bangunan Gedungf. Revitalisasi Kawasan

SATKER RANDALSATKER PBL

4. Dokumen Pendukung:a. Perda Bangunan Gedungb. Dokumen RTBLc. Dokumen RISPKd. Dokumen RTHe. Dokumen Aksesibilitas Bangunan Gedungf. Laporan Pelaksanaan Kegiatan Sektor PBLg. SK Lembaga Pengelola

Bappeda,Dinas PU Cipta KaryaSATKER RANDALSATKER PBL

C. IdentifikasiTahap identifikasi terbagi dua, yang pertama adalah identifikasi kebijakan, program dan kegiatan sektor PBL, dan yang kedua adalah identifikasi pelaksanaan kegiatan di lapangan. Tahapan identifikasi bertujuan untuk melihat kesesuaian implementasi program sektor di lapangan.

C1. Identifikasi Kebijakan, Program dan Kegiatan Sektor PBLIdentifikasi kebijakan, program dan sektor PBL dilakukan dengan meriew peraturan perundang-undangan yang terkait dengan sektor PBL, seperti: Amanat penataan ruang/spasial seperti UU No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, PP No 28 Tahun 2008 tentang RTRW Nasional, RTR Pulau, RTRW Provinsi/ Kabupaten/Kota. Amanat pembangunan nasional seperti RPJPN 2005-2025, RPJMN 2010-2014, UU No,32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

Page 33: Bab 1 Pendahuluan, evaluasi implementasi PBL

LAPORAN ANTARA: EVALUASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SEKTOR PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN WILAYAH I

Bab 1 |33PT. MULTI KARADIGUNA JASA

Amanat pembangunan bidang PU/Cipta Karya seperti UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, UU No, 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, PP No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksana UU Bangunan Gedung, Standar Pelayanan Minimal Bidang PU. Amanat internasional seperti MDG, dll.

C2. Identifikasi Implementasi Kegiatan Sektor PBLAdapun hal-hal yang akan diidentifikasi adalah :a. Pelaksanaan kegiatan Sektor PBL.Di lapangan, kebijakan sektor PBL dapat diwujudkan dalam bentuk kegiatan fisik dan non fisik. Kegiatan fisik seperti :

Pengembangan bangunan gedung negara dan bersejarah Percontohan pengembangan sarana dan prasarana pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran Percontohan pengembangan sarana dan prasarana aksesibilitas pada bangunan gedung Pengembangan sarana dan prasarana pada kawasan yang mengalami degradasi fungsi dan penurunan kualitas fisik lingkungan (revitalisasi) Pengembangan sarana dan prasarana Ruang Terbuka Hijau Pengembangan sarana dan prasarana kawasan permukiman tradisional dan bersejarah Pembangunan dan peningkatan Pusat Informasi Pengembangan Permukiman dan Bangunan PIP2B)

Kegiatan non fisik seperti : Penyusunan NSPK Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK) Penyusunan Rencana Tindak Sistem Ruang Terbuka Hijau (RTH) Penyusunan Rencana Tindak Pengembangan Kawasan Permukiman Tradisional dan Bersejarah Penguatan Kelembagaan

Page 34: Bab 1 Pendahuluan, evaluasi implementasi PBL

LAPORAN ANTARA: EVALUASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SEKTOR PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN WILAYAH I

Bab 1 |34PT. MULTI KARADIGUNA JASA

Indikator yang akan dilihat antara lain kondisi fisik infrastruktur, biaya dan waktu pelaksanaan, bentuk kegiatan, kelembagaan, dllb. Kebijakan Pemerintah Daerah.Kebijakan pemerintah daerah yang ingin diidentifikasi berupa :

Regulasi/peraturan yang menyangkut PBL seperti Perda Bangunan Gedung, Peraturan KDH tentang RTBL, RISPK, RTH, Revitalisasi kawasan, bangunan dan rumah negara, kawasan permukiman tradisional dan bersejarah, dll Pedoman RISPK, pedoman RTBL, pedoman RTH dll. Rencana tindak lanjut dari pedoman RTBL, RISPK, RTH, dll Kesiapan lembaga pengelola

c. Pengangaran kegiatan.Pengganggaran kegiatan yang ingin diidentikasi berupa : Besaran alokasi pembiayaan termasuk juga DDUB pemerintah daerah Rencana penganggaran untuk tahun-tahun yang akan datang (termuat dalam RPIJMD).Dari hasil identifikasi ini dapat diketahui jenis dan jumlah kegiatan, tingkat pencapaian, besaran kontribusi DDUB, sinkronisasi kegiatan PBL dengan sektor lain, kesesuaian kebijakan dan program pembangunan sektor PBL dengan tugas dan fungsi Direktorat PBL sesuai yang tercantum di dalam Permen PU, kesesuaian rencana strategis pembangunan sektor PBL 2010-2014 terhadap kegiatan Direktorat PBL, duplikasi kegiatan PBL oleh Pemda, permasalahan dan hambatan yang terjadi dilapangan menyangkut implementasi kebijakan sektor PBL. Metoda yang digunakan dalam melakukan identifikasi adalah secara deduktif kualitatif rasionalistik.

D. EvaluasiEvaluasi implementasi kebijakan sektor PBL dilakukan dengan cara mengukur keberhasilan implementasi kebijakan melalui seperangkat indikator berdasarkan pendekatan Wiiliam Dunn, yaitu partisipasi, transparansi, efesiensi, efektivitas, keterpaduan dan keberlanjutan.

1. Partisipasi

Page 35: Bab 1 Pendahuluan, evaluasi implementasi PBL

LAPORAN ANTARA: EVALUASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SEKTOR PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN WILAYAH I

Bab 1 |35PT. MULTI KARADIGUNA JASA

Partisipasi dimaknai sebagai peranan atau keikutsertaan dalam suatu kegiatan. Penilaian terhadap partisipasi berarti penilaian terhadap sejauh mana Pemerintah Daerah berperan dalam implementasi kebijakan. Apakah berperan secara aktif dalam proses atau alur tahapan program dan pengawasannya mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan dan pelestarian kegiatan dengan memberikan sumbangan tenaga, pikiran, atau dalam bentuk materiil.1. Transparansi

Transparansi berarti keterbukaan. Penilaian terhadap transparansi berarti mengukur sejauh mana Pemerintah Daerah terbuka dalam menyampaikan kebijakan terkait sektor PBL dan kemudahan masyarakat untuk mengakses data2. Efisiensi

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan, yang dimaksud dengan Efisiensi adalah derajat hubungan antara barang/jasayang dihasilkan melalui suatu program/kegiatan dansumberdaya yang diperlukan untuk menghasilkanbarang/jasa tersebut yang diukur dengan biaya per unitkeluaran (output).3. Efektivitas

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan, yang dimaksud dengan Efektifitas adalah ukuran yang menunjukkan seberapajauh program/kegiatan mencapai hasil dan manfaat yangdiharapkan.4. Keterpaduan

Keterpaduan adalah kerjasama lintas sektor, khususnya dalam penyediaan sarana dan prasarana permukiman. Keterpaduan dapat dilaksanakan mulai tahap perencanaan hingga pelaksanaan. Keterpaduan diukur berdasarkan bentuk kerjasama, koordinasi, dan pemanfaatan produk perencanaan sebagai basis perencanaan sektoral.

Page 36: Bab 1 Pendahuluan, evaluasi implementasi PBL

LAPORAN ANTARA: EVALUASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SEKTOR PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN WILAYAH I

Bab 1 |36PT. MULTI KARADIGUNA JASA

5. Keberlanjutan Keberlanjutan adalah adalah sejauh mana Pemerintah Daerah meneruskan program PBL yang telah dilaksanakan, dalam bentuk penyiapan kelembagaan pengelola yang kuat, mereplikasi program, mencantumkannya dalam RPJMD, menganggarkannya setiap tahun (RPIJMD), dan melaksanakan sesuai dengan arahan dalam Perda BG/ RTBL/RISPK/RTH.

Keluaran dari hasil identifikasi adalah kesesuaian antara implementasi kegiatan (outcome dan output) dengan kebijakan ataupun program yang ada. Program-program apa saja yang sudah/belum diimplementasikan sesuai dengan aturan yang ada,kebijakan yang dapat terus dilanjutkan, dan kebijakan yang perlu diperbaiki.E. Rekomendasi

Dari hasil identifikasi kondisi eksisiting, permasalahan penerapan kebijakan dan evaluasi keberhasilan penerapan kebijakan, maka dibuatlah rekomendasi tindak lanjut kebijakan. Rekomendasi ini dapat menjadi masukan dalam perbaikan ataupun penguatan penerapan kebijakan se1.8 SISTEMATIKA PENULISAN

Penyusunan Laporan Antara terdiri atas 6 (enam) bab, dengan sistematika seperti dapat dilihat padaTabel 1.1.Tabel 1.7 Sistematika Penulisan Laporan Pendahuluan

NO. JUDUL BAB ISI BABBab 1 PENDAHULUAN Menguraikan tentang latar belakang,dasar hukum, maksud, tujuan dan sasaran, ruang lingkup yang mencakup lingkup wilayah dan lingkup kegiatan, dan sistematika penulisan Laporan pendahuluan.Menguraikan berbagai pendekatan dan metode yang akan digunakan untuk mengkaji Kebijakan Strategis dan pendekatan evaluasi

Page 37: Bab 1 Pendahuluan, evaluasi implementasi PBL

LAPORAN ANTARA: EVALUASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SEKTOR PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN WILAYAH I

Bab 1 |37PT. MULTI KARADIGUNA JASA

NO. JUDUL BAB ISI BABkebijakan implementasi Sektor PBL

Bab 2 KEBIJAKAN SEKTOR PBLMenguraikan secara singkat kebijakan dan strategi DJCK (Kebijakan DJCK, Strategi DJCK dan Program DJCK), Kebijakan dan Strategi Sektor PBL (Kebijakan Sektor PBL, Strategi Sektor PBL dan Program Sektor PBL).

Bab 3 TUGAS DAN FUNGSI DIREKTORAT PBL Menguraikan secara singkat tugas dan fungsi Direktorat PBL dan Sub Direktorat PBLBab 4Bab 5Bab 6