bab 1 pendahuluan - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/94310/4/4. bab 1...

23
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Undang Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 11 ayat (3) menjelaskan bahwa pendapatan negara bersumber dari tiga sektor yaitu terdiri dari penerimaan perpajakan, penerimaan negara bukan pajak, dan hibah. Berdasarkan data Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2019, pendapatan negara ditargetkan dapat mencapai Rp 2.165,1 Triliun. Penerimaan perpajakan ditargetkan mencapai Rp 1.786,4 Triliun yang mana sebesar 82,5% pendapatan negara bersumber dari penerimaan pajak. Hal ini menjadikan penerimaan pajak sebagai sumber utama pendapatan negara di Indonesia. Target penerimaan perpajakan di tahun 2019 ini apabila dibandingan dengan outlook ditahun 2018 mengalami peningkatan sebesar 15,4% didukung dengan adanya reformasi perpajakan, dimana ini menjadi suatu terobosan dengan asumsi bahwa dengan adanya reformasi perpajakan yang ada dapat meningkatkan penerimaan perpajakan setiap tahunnya. Gambar 1.1 Perbandingan Penerimaan Perpajakan Sumber : RAPBN Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2019. Undang Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat (1) menjelaskan bahwa pajak adalah kontribusi wajib IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA TUGAS AKHIR OPTIMALISASI PENERIMAAN PPN/PPnBM... ALIFIA FIRASMARA AZZAROH

Upload: others

Post on 07-Oct-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/94310/4/4. BAB 1 PENDAHULUAN.pdf · Sampai dengan akhir Semester I bulan Juni 2019, penerimaan pajak telah mencapai

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang

Keuangan Negara Pasal 11 ayat (3) menjelaskan bahwa pendapatan negara

bersumber dari tiga sektor yaitu terdiri dari penerimaan perpajakan, penerimaan

negara bukan pajak, dan hibah. Berdasarkan data Rancangan Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara (RAPBN) 2019, pendapatan negara ditargetkan dapat mencapai

Rp 2.165,1 Triliun. Penerimaan perpajakan ditargetkan mencapai Rp 1.786,4

Triliun yang mana sebesar 82,5% pendapatan negara bersumber dari penerimaan

pajak. Hal ini menjadikan penerimaan pajak sebagai sumber utama pendapatan

negara di Indonesia. Target penerimaan perpajakan di tahun 2019 ini apabila

dibandingan dengan outlook ditahun 2018 mengalami peningkatan sebesar 15,4%

didukung dengan adanya reformasi perpajakan, dimana ini menjadi suatu terobosan

dengan asumsi bahwa dengan adanya reformasi perpajakan yang ada dapat

meningkatkan penerimaan perpajakan setiap tahunnya.

Gambar 1.1

Perbandingan Penerimaan Perpajakan

Sumber : RAPBN Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2019.

Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum Tata Cara

Perpajakan Pasal 1 ayat (1) menjelaskan bahwa pajak adalah kontribusi wajib

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

TUGAS AKHIR OPTIMALISASI PENERIMAAN PPN/PPnBM... ALIFIA FIRASMARA AZZAROH

Page 2: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/94310/4/4. BAB 1 PENDAHULUAN.pdf · Sampai dengan akhir Semester I bulan Juni 2019, penerimaan pajak telah mencapai

2

kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

berdasarkan Undang–Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung

dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Penerimaan perpajakan dalam RAPBN diperkirakan sebesar Rp 1.786,4 Triliun

yang terdiri dari penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Rp 894,4 Triliun; Pajak

Pertambahan Nilai (PPN)/Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) Rp 655,4

Triliun; Bea Keluar Rp 4,4 Triliun; Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Rp 19,1

Triliun; Bea Masuk Rp 38,9 Triliun; Cukai Rp 165,5 Triliun; Pajak lainnya Rp 8,6

Triliun. PPh dan PPN/PPnBM diharapkan memiliki kontribusi yang besar terhadap

target penerimaan perpajakan.

Sampai dengan akhir Semester I bulan Juni 2019, penerimaan pajak telah

mencapai Rp 603,34 Triliun, atau 38,25 persen dari target Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara (APBN) 2019 sebesar Rp 1.577,56 Triliun.

Gambar 1.2

Penerimaan Perpajakan Semester I

Sumber : APBN Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2019.

Menurut Suandy (2017 : 36) Pajak berdasarkan golongannya dibagi menjadi

dua, yaitu a) pajak langsung; dan b) pajak tidak langsung. Pajak langsung adalah

pajak yang bebannya harus ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak yang bersangkutan

dan tidak dapat dialihkan kepada pihak lain. Contohnya adalah PPh. Sedangkan

pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan atau digeserkan

kepada pihak lain. Contoh pajak tidak langsung ini adalah PPN/PPnBM.

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

TUGAS AKHIR OPTIMALISASI PENERIMAAN PPN/PPnBM... ALIFIA FIRASMARA AZZAROH

Page 3: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/94310/4/4. BAB 1 PENDAHULUAN.pdf · Sampai dengan akhir Semester I bulan Juni 2019, penerimaan pajak telah mencapai

3

Menurut Suandy (2017 : 56) PPN adalah pajak yang dikenakan terhadap

penyerahan atau impor Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP)

yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang dapat dikenakan berkali-

kali setiap ada pertambahan nilai dan dapat dikreditkan.

PPnBM adalah pajak yang dikenakan pada barang yang tergolong mewah yang

dilakukan oleh produsen/pabrikan untuk menghasilkan atau mengimpor barang

tersebut dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya.(Sumber:https//online-pajak.com)

PPN dikenakan atas BKP dan/atau JKP yang diatur dalam Pasal 4 Undang-

Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang

Nomor 8 tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak

Penjualan atas Barang Mewah (Undang-Undang PPN/PPnBM) dan dikecualikan

untuk beberapa barang atau jasa yang diatur dalam Undang-Undang PPN/PPnBM

Pasal 4A. PPN dipungut oleh pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP.

Ketentuan mengenai PKP diatur dalam Pasal 1 ayat (15) Undang-Undang

PPN/PPnBM, menjelaskan bahwa PKP adalah Pengusaha yang melakukan

penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP yang dikenai pajak berdasarkan

Undang-Undang PPN/PPnBM.

Sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik

Indonesia Nomor 197/PMK.03/2013 tentang Perubahan Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 68/PMK.03/2010 tentang Batasan Pengusaha Kecil PPN Pasal 4

ayat (1) menjelaskan bahwa Pengusaha wajib melaporkan usahanya untuk

dikukuhkan sebagai PKP, apabila sampai dengan suatu bulan dalam tahun buku

jumlah peredaran bruto dan/atau penerimaan brutonya melebihi Rp 4,8 Miliar.

Bagi Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP memiliki kewajiban

sebagaimana diatur dalam Pasal 3A ayat (1) Undang-Undang PPN/PPnBM yang

menjelaskan bahwa Pengusaha yang melakukan penyerahan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a, huruf c, huruf f, huruf g, dan huruf h,

kecuali pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan, wajib

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

TUGAS AKHIR OPTIMALISASI PENERIMAAN PPN/PPnBM... ALIFIA FIRASMARA AZZAROH

Page 4: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/94310/4/4. BAB 1 PENDAHULUAN.pdf · Sampai dengan akhir Semester I bulan Juni 2019, penerimaan pajak telah mencapai

4

melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP dan wajib memungut,

menyetor, dan melaporkan PPN/PPnBM yang terutang.

Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP yang melakukan penyerahan

BKP dan/atau JKP memiliki kewajiban untuk memungut PPN atas BKP dan/atau

JKP dan membuat Faktur Pajaknya atas penyerahan BKP dan/atau JKP yang telah

dilakukan tersebut sebagaimana diatur dalam Pasal 13 PPN/PPnBM, dan

Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP harus menyetorkan dan melaporkan

PPN/PPnBM yang terutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) Undang-

Undang PPN/PPnBM yaitu paling lambat pada akhir bulan berikutnya setelah

berakhirnya masa pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15A Undang-Undang

PPN/PPnBM.

Salah satu sumber penerimaan PPN/PPnBM adalah berasal dari sektor usaha

modern retail. Perkembangan usaha modern retail saat ini mengalami kemajuan

yang cukup pesat baik dalam usaha modern retail skala kecil dan menengah maupun

skala besar. Di Indonesia usaha modern retail mulai berkembang sejak tahun 1990-

an, yang diawali dengan beroperasinya salah satu perusahaan modern retail besar

dari Jepang yaitu SOGO. Seiring berkembangnya waktu, usaha modern retail di

Indonesia pun saat ini menjadi sangat beragam dan dengan berkembangnya industri

usaha modern retail di Indonesia ini baik itu skala kecil dan menengah maupun

skala besar tentu akan meningkatkan penerimaan negara. Banyak sekali usaha

modern retail yang ada di Indonesia diantaranya seperti Alfamart, Alfamidi,

Indomaret, Indogrosir, Super Indo, Giant, Carefour-Transmart, dan lainnya.

Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU) Wajib Pajak diatur dalam Peraturan

Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER 17/PJ/2015. Pelaku usaha modern retail yang

sudah menjadi PKP tentu memiliki kewajiban untuk menjalankan kewajiban

perpajakan dalam PPN/PPnBM meliputi memungut, menyetor dan melaporkan

PPN/PPnBM terutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3A ayat (1) Undang-

Undang PPN/PPnBM, termasuk diantaranya tentang penerbitan Faktur Pajak.

Faktur Pajak untuk perdagangan besar menggunakan Faktur Pajak Lengkap,

sedangkan untuk perdagangan eceran diberikan kemudahan untuk menggunakan

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

TUGAS AKHIR OPTIMALISASI PENERIMAAN PPN/PPnBM... ALIFIA FIRASMARA AZZAROH

Page 5: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/94310/4/4. BAB 1 PENDAHULUAN.pdf · Sampai dengan akhir Semester I bulan Juni 2019, penerimaan pajak telah mencapai

5

Faktur Pajak Tidak Lengkap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 Peraturan

Direktorat Jenderal Pajak Nomor 58/PJ/2010.

Saat melakukan pembelian di perdagangan modern retail, sebagai konsumen

tentu akan dipungut PPN atas barang yang telah dibeli oleh pengusaha modern retail

selaku penjual. Pedagang usaha modern retail selaku pemungut PPN memiliki

kewajiban untuk menyetorkan dan melaporkan pajak yang terutang, sebaliknya

konsumen akan mendapatkan bukti pembayaran berupa struk pembelian yang

menyatakan bahwa pembelian tersebut sudah termasuk PPN. Struk Pembelian yang

diberikan oleh pedagang retail tersebut merupakan dokumen yang dipersamakan

dengan faktur pajak, dimana PPN yang tertera dalam struk pembelian tersebut telah

dipungut oleh penjual tersebut merupakan pajak terutang bagi penjual dan wajib

untuk disetorkan ke kas negara.

Lantas apa yang menjadi indikator untuk pedagang modern retail selaku penjual

bahwa penjual tersebut telah menyetorkan dan melaporkan pajak terutangnya

dengan sebenar-benarnya disaat Faktur Pajak yang digunakan oleh penjual tersebut

adalah Faktur Pajak Tidak Lengkap, dimana berdasarkan Peraturan Direktorat

Jenderal Pajak Nomor PER-58/PJ/2010 Pasal 5 menjelaskan bahwa kode dan

nomor seri Faktur Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf e dapat

berupa nomor nota, kode nota, atau ditentukan sendiri oleh PKP Pedagang Eceran.

Berdasarkan penalaran yuridis tersebut dimana dengan perkembangan usaha

retail yang ada di Indonesia saat ini tentunya dibutuhkan adanya peningkatan

wawasan dan kemampuan dari para pemeriksa pajak untuk mengevaluasi

kepatuhan Wajib Pajak khsusunya PKP usaha modern retail dalam pelaporan Surat

Pemberitahuan (SPT) Masa PPN dan menggali potensi dalam memaksimalkan

penerimaan pajak khususnya PPN pada sektor usaha modern retail sehingga dapat

memberikan beberapa masukan kepada Direktorat Jenderal Pajak yang mana dapat

digunakan dalam mengembangkan pengawasan guna memaksimalkan penerimaan

PPN/PPnBM khususnya di sektor Usaha Modern Retail dengan memanfaatkan

perkembangan teknologi saat ini.

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

TUGAS AKHIR OPTIMALISASI PENERIMAAN PPN/PPnBM... ALIFIA FIRASMARA AZZAROH

Page 6: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/94310/4/4. BAB 1 PENDAHULUAN.pdf · Sampai dengan akhir Semester I bulan Juni 2019, penerimaan pajak telah mencapai

6

1.2.Landasan Teori

1.2.1. PPN

Menurut Undang–Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum

Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat (1) menjelaskan bahwa pajak adalah kontribusi

wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat

memaksa berdasarkan Undang–Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara

langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat.

Menurut Suandy (2017 : 56) PPN adalah pajak yang dikenakan terhadap

penyerahan atau impor BKP atau JKP yang dilakukan oleh PKP yang dapat

dikenakan berkali-kali setiap ada pertambahan nilai dan dapat dikreditkan.

1.2.1.1.Subjek dan Objek PPN

Subjek PPN adalah PKP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (15)

Undang-Undang PPN/PPnBM menjelaskan bahwa PKP adalah Pengusaha yang

melakukan penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP yang dikenai pajak

berdasarkan Undang-Undang PPN/PPnBM. Objek PPN adalah BKP dan/atau JKP

sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang PPN/PPnBM yang

menjelaskan bahwa PPN dikenakan atas:

a. Penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha;

b. Impor BKP;

c. Penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha;

d. Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam

Daerah Pabean;

e. Pemanfaatan JKP Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah

Pabean;

f. Ekspor BKP Berwujud oleh PKP;

g. Ekspor BKP Tidak Berwujud oleh PKP; dan

h. Ekspor JKP oleh PKP.

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

TUGAS AKHIR OPTIMALISASI PENERIMAAN PPN/PPnBM... ALIFIA FIRASMARA AZZAROH

Page 7: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/94310/4/4. BAB 1 PENDAHULUAN.pdf · Sampai dengan akhir Semester I bulan Juni 2019, penerimaan pajak telah mencapai

7

1.2.1.1.1. PKP

Pengusaha dikatakan sebagai PKP sebagaimana dimaksud dalam Peraturan

Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 197/PMK.03/2013 tentang

Perubahan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 68/PMK.03/2010 tentang Batasan

Pengusaha Kecil PPN Pasal 4 ayat (1) menjelaskan bahwa pengusaha wajib

melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP, apabila sampai dengan suatu

bulan dalam tahun buku jumlah peredaran bruto dan/atau penerimaan brutonya

melebihi Rp 4,8 Miliar. Berdasarkan Pasal 1 ayat (15) Undang-Undang

PPN/PPnBM menjelaskan bahwa PKP adalah pengusaha yang melakukan

penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP yang dikenai pajak berdasarkan

Undang-Undang PPN/PPnBM.

1.2.1.1.2. Kewajiban PKP

Kewajiban PKP sebagaimana diatur dalam Undang-Undang PPN/PPnBM,

diantaranya adalah:

1. PKP wajib memungut; menyetor dan melaporkan sebagaimana dijelaskan

dalam Pasal 3A Undang-Undang PPN/PPnBM;

2. PKP wajib membuat Faktur Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13

Undang-Undang PPN/PPnBM.

1.2.1.2.Dasar Pengenaan PPN

Dasar Pengenaan PPN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (17) Undang-

Undang PPN/PPnBM adalah jumlah Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai

Ekspor, atau nilai lain yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung PPN yang

terutang. Nilai lain yang dipakai sebagai Dasar Pengenaan PPN diatur dalam

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 121/PMK.03/2015

tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor

75/PMK.03/2010 tentang Nilai Lain sebagai Dasar Pengenaan Pajak, yaitu sebagai

berikut:

a) Untuk pemakaian sendiri BKP dan/atau JKP adalah Harga Jual atau

Penggantian setelah dikurangi laba kotor;

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

TUGAS AKHIR OPTIMALISASI PENERIMAAN PPN/PPnBM... ALIFIA FIRASMARA AZZAROH

Page 8: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/94310/4/4. BAB 1 PENDAHULUAN.pdf · Sampai dengan akhir Semester I bulan Juni 2019, penerimaan pajak telah mencapai

8

b) Untuk pemberian cuma-cuma BKP dan/atau JKP adalah Harga Jual atau

Penggantian setelah dikurangi laba kotor;

c) Untuk penyerahan film cerita adalah perkiraan hasil rata-rata per judul film;

d) Untuk penyerahan produk hasil tembakau adalah sebesar harga jual eceran;

e) Untuk BKP berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula

tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran

perusahaan adalah harga pasar wajar;

f) Untuk penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau

penyerahan BKP antar cabang adalah harga pokok penjualan atau harga

perolehan;

g) Untuk penyerahan BKP melalui pedagang perantara, adalah harga yang

disepakati antara pedagang perantara dengan pembeli;

h) Untuk penyerahan BKP melalui juru lelang adalah harga lelang;

i) Untuk penyerahan jasa pengiriman paket adalah 10% (sepuluh persen) dari

jumlah yang ditagih atau jumlah yang seharusnya ditagih; atau

j) Untuk penyerahan jasa biro perjalanan wisata dan/atau jasa agen perjalanan

wisata berupa paket wisata, pemesanan sarana angkutan dan pemesanan

sarana akomodasi, yang penyerahannya tidak didasari pada pemberian

komisi/imbalan atas penyerahan jasa perantara penjualan, besarannya

adalah 10% dari jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih;

k) Untuk penyerahan jasa pengurusan transportasi (freight forwarding) yang

di dalam tagihan jasa pengurusan transportasi tersebut terdapat biaya

transportasi (freight charges) adalah 10% dari jumlah yang ditagih atau

seharusnya ditagih.

1.2.1.3.Tarif PPN

Sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 7 Undang-Undang NPPN/PPnBM, sebagai

berikut:

a.) Tarif PPN adalah 10% (sepuluh persen).

b.) Tarif PPN sebesar 0% (nol persen) diterapkan atas:

a. Ekspor BKP Berwujud;

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

TUGAS AKHIR OPTIMALISASI PENERIMAAN PPN/PPnBM... ALIFIA FIRASMARA AZZAROH

Page 9: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/94310/4/4. BAB 1 PENDAHULUAN.pdf · Sampai dengan akhir Semester I bulan Juni 2019, penerimaan pajak telah mencapai

9

b. Ekspor BKP Tidak Berwujud; dan

c. Ekspor JKP.

c.) Tarif Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diubah menjadi

paling rendah 5% (lima persen) dan paling tinggi 15% (lima belas persen)

yang perubahan tarifnya diatur dengan Peraturan Pemerintah.

1.2.1.4.Mekanisme Pemungutan PPN

Menurut Sukardji (2014:43) ada tiga metode dalam menghitung pajak yang

terutang atas nilai tambah, yaitu:

1) Addition method

Berdasarkan metode ini, PPN dihitung dari penjumlahan seluruh unsur nilai

tambah dikalikan tarif PPN yangn berlaku.

2) Subtraction method

Berdasarkan metode ini, PPN yang terutang dihitung dari selisih antara

harga penjualan dengan harga pembelian, dikalikan dengan tarif pajak yang

berlaku.

3) Credit/indirect Substraction/Invoice method

Berdasarkan metode ini, PPN yang terutang dihitung dari selisih pajak yang

harus dibayar pada saat pembelian dengan pajak yang dipungut pada saat

penjualan, karena itu PPN yang terutang merupakan hasil pengurangan

antara PPN yang dipungut oleh PKP pada saat penjualan dengan PPN yang

dibayarkan pada waktu melakukan pembelian.

Dari ketiga metode perhitungan tersebut, Undang -Undang PPN/PPnBMtentang

PPN dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah menganut metode Credit/indirect

Substraction/Invoice method. Sesuai dengan metode ini, mekanisme pengurangan

pajak yang dibayar pada saat melakukan pembelian terhadap pajak yang dipungut

pada saat melakukan penjualan, yang mana dalam disebut dengan mekanisme

pengkreditan Pajak Keluaran dengan Pajak Masukan. Secara umum, mekanisme

pemungutan PPN adalah sebagai berikut:

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

TUGAS AKHIR OPTIMALISASI PENERIMAAN PPN/PPnBM... ALIFIA FIRASMARA AZZAROH

Page 10: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/94310/4/4. BAB 1 PENDAHULUAN.pdf · Sampai dengan akhir Semester I bulan Juni 2019, penerimaan pajak telah mencapai

10

1) PKP yang melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP wajib memungut PPN

dari pembeli/penerima BKP dan/atau JKP yang bersangkutan sebesar 10%

dari harga jual atau penggantian, dan membuat Faktur Pajak sebagai bukti

pemungutannya.

2) Apabila pembeli BKP dan/atau JKP tersebut berstatus Pemungut PPN yaitu

Badan Usaha Milik Negara, kontraktor dan pemegang izin kontrak kerja

sama, bendaharawan pemerintah, dan Kantor Pelayanan Perbendaharaan

Negara, PPN yang terutang atas transaksi penyerahan BKP dan/atau JKP

tidak dipungut oleh PKP Penjual, melainkan disetor langsung ke kas negara

oleh Pemungut PPN tersebut. Dengan demikian, Pemungut PPN hanya

membayar kepada PKP penjual sebesar harga jual, sedangkan PPN-nya

(10%) disetor langsung ke kas negara.

3) PPN yang tercantum dalam Faktur Pajak tersebut merupakan Pajak

Keluaran bagi PKP Penjual BKP dan/atau JKP, yang sifatnya sebagai pajak

yang harus dibayar atau sebagai utang pajak.

4) Pada waktu PKP di atas melakukan pembelian/perolehan BKP dan/atau JKP

yang dikenakan PPN, PPN tersebut merupakan Pajak Masukan, yang

sifatnya sebagai pajak yang dibayar di muka, sepanjang BKP dan/atau JKP

yang dibeli tersebut berhubungan langsung dengan kegiatan usahanya.

5) Untuk setiap masa pajak (setiap bulan), apabila jumlah Pajak Keluaran lebih

besar dari pada Pajak Masukan, maka selisihnya harus disetor ke Kas

Negara paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak

dan sebelum SPT Masa PPN disampaikan dan sebaliknya apabila jumlah

Pajak Masukan lebih besar dari pada Pajak Keluaran, maka selisih tersebut

dapat di kompensasi ke masa pajak berikutnya. Restitusi hanya dapat

diajukan pada akhir tahun buku.

6) PKP di atas wajib menyampaikan SPT Masa PPN setiap bulan ke Kantor

Pelayanan Pajak (KPP) terkait paling lama akhir bulan berikutnya setelah

berakhirnya Masa Pajak. (Sumber:pajak.go.id)

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

TUGAS AKHIR OPTIMALISASI PENERIMAAN PPN/PPnBM... ALIFIA FIRASMARA AZZAROH

Page 11: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/94310/4/4. BAB 1 PENDAHULUAN.pdf · Sampai dengan akhir Semester I bulan Juni 2019, penerimaan pajak telah mencapai

11

1.2.2. Faktur Pajak

Sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1 ayat (23) Undang-Undang PPN/PPnBM,

Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh PKP yang melakukan

penyerahan BKP dan/atau JKP. PKP wajib membuat Faktur Pajak sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 13 Undang-Undang PPN/PPnBM. Pada pasal 13 ayat (5)

Undang-Undang PPN/PPnBM dijelaskan bahwa dalam Faktur Pajak harus

dicantumkan keterangan tentang penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP yang

paling sedikit memuat:

1) Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang menyerahkan

BKP dan/atau JKP;

2) Nama, alamat dan NPWP pembeli BKP dan/atau JKP;

3) Jenis barang atau jasa, jumlah harga jual atau penggantian, dan potongan

harga;

4) PPN yang dipungut;

5) PPnBM yang dipungut;

6) Kode, nomor seri, tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan

7) Nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak.

1.2.2.1.Dokumen yang Dipersamakan dengan Faktur Pajak

Sebagaimana diatur dalam PER-13/PJ/2019 tentang Dokumen yang

Dipersamakan Kedudukannya dengan Faktur Pajak sebagai berikut:

1.) Surat Perintah Penyerahan Barang yang dibuat/dikeluarkan oleh Badan

Urusan Logistik (BULOG) atau Depot Logistik (DOLOG) untuk

penyaluran tepung terigu;

2.) Bukti tagihan atas penyerahan jasa telekomunikasi oleh perusahaan

telekomunikasi;

3.) Tiket, tagihan Surat Muatan Udara (airway bill), atau delivery bill, yang

dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa angkutan udara dalam negeri;

4.) Nota penjualan jasa yang dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa

kepelabuhanan;

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

TUGAS AKHIR OPTIMALISASI PENERIMAAN PPN/PPnBM... ALIFIA FIRASMARA AZZAROH

Page 12: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/94310/4/4. BAB 1 PENDAHULUAN.pdf · Sampai dengan akhir Semester I bulan Juni 2019, penerimaan pajak telah mencapai

12

5.) Bukti tagihan atas penyerahan listrik oleh perusahaan listrik;

6.) Bukti tagihan atas penyerahan BKP dan/atau JKP oleh perusahaan air

minum;

7.) Bukti tagihan (trading confirmation) atas penyerahan JKP oleh perantara

efek;

8.) Bukti tagihan atas penyerahan JKP oleh perbankan;

9.) Dokumen yang digunakan untuk pemesanan pita cukai hasil tembakau

(dokumen CK-1);

10.) Pemberitahuan Ekspor Barang yang dilampiri Nota Pelayanan Ekspor,

invoice dan bill of lading atau airway bill yang merupakan satu kesatuan

yang tidak terpisahkan dengan Pemberitahuan Ekspor Barang tersebut,

untuk ekspor BKP;

11.) Pemberitahuan Ekspor BKP dan/atau JKP Tidak Berwujud dan dilampiri

dengan invoice yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan

dengan Pemberitahuan Ekspor BKP dan/atau JKP Tidak Berwujud, untuk

ekspor BKP dan/atau JKP;

12.) Pemberitahuan Impor Barang yang mencantumkan identitas pemilik barang

berupa nama, alamat, dan NPWP, yang dilampiri dengan Surat Setoran

Pajak (SSP), Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak dan/atau bukti

pungutan pajak oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang

mencantumkan identitas pemilik barang berupa nama, alamat, dan NPWP,

yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan

Pemberitahuan Impor Barang tersebut, untuk impor BKP;

13.) Pemberitahuan Impor Barang yang mencantumkan identitas pemilik barang

berupa nama, alamat, dan NPWP, yang dilampiri dengan SSP dan surat

penetapan tarif dan/atau nilai pabean, surat penetapan pabean, atau surat

penetapan kembali tarif dan/atau nilai pabean yang mencantumkan identitas

pemilik barang berupa nama, alamat, dan NPWP, yang merupakan satu

kesatuan yang tidak terpisahkan dari Pemberitahuan Impor Barang tersebut,

untuk impor BKP dalam hal terdapat penetapan kekurangan nilai PPN

impor oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

TUGAS AKHIR OPTIMALISASI PENERIMAAN PPN/PPnBM... ALIFIA FIRASMARA AZZAROH

Page 13: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/94310/4/4. BAB 1 PENDAHULUAN.pdf · Sampai dengan akhir Semester I bulan Juni 2019, penerimaan pajak telah mencapai

13

14.) SSP untuk pembayaran PPN atas pemanfaatan BKP Tidak Berwujud

dan/atau JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean, dengan

melampirkan tagihan dan rincian berupa jenis dan nilai BKP Tidak

Berwujud dan/atau JKP serta nama dan alamat penyedia BKP Tidak

Berwujud dan/atau JKP;

15.) SSP untuk pembayaran PPN atas penyerahan BKP melalui juru lelang

disertai dengan kutipan Risalah Lelang, yang merupakan satu kesatuan yang

tidak terpisahkan dengan SSP tersebut; dan

16.) SSP untuk pembayaran PPN atas pengeluaran dan/atau penyerahan BKP

dan/atau JKP dari Kawasan Bebas ke Tempat Lain Dalam Daerah Pabean

yang dilampiri dengan:

a. Pemberitahuan Pabean untuk pengeluaran BKP; atau

b. Invoice atau kontrak, untuk penyerahan BKP dan/atau JKP Tidak

Berwujud.

1.2.2.2.Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak

Ketentuan tentang Kode dan Nomor Seri dalam Faktur Pajak dijelaskan pada

Pasal 7 Lampiran III Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012

format kode dan nomor seri Faktur Pajak terdiri dari 16 (enam belas) digit, yaitu:

a.) 2 (dua) digit pertama adalah Kode Transaksi;

b.) (satu) digit berikutnya adalah Kode Status; dan

c.) 13 (tiga belas) digit berikutnya adalah Nomor Seri Faktur Pajak.

Sehingga format Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak secara keseluruhan

menjadi sebagai berikut:

Penulisan Kode dan Nomor Seri pada Faktur Pajak, harus lengkap sesuai dengan

banyaknya digit. KPP tempat PKP dikukuhkan akan memberikan nomor seri Faktur

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

TUGAS AKHIR OPTIMALISASI PENERIMAAN PPN/PPnBM... ALIFIA FIRASMARA AZZAROH

Page 14: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/94310/4/4. BAB 1 PENDAHULUAN.pdf · Sampai dengan akhir Semester I bulan Juni 2019, penerimaan pajak telah mencapai

14

Pajak ke PKP sesuai dengan tata cara yang telah ditentukan dimulai dari Nomor

Seri 900-13.00000001 untuk Faktur Pajak yang diterbitkan tanggal 1 April 2013.

Untuk tahun 2014 akan dimulai dari nomor seri Faktur Pajak 000-14.00000001

demikian seterusnya. Contoh penulisan Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak sebagai

berikut:

a) 010.900-13.00000001, berarti penyerahan yang terutang PPN dan PPNnya

dipungut oleh PKP penjual yang melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP,

Faktur Pajak Normal (bukan Faktur Pajak Pengganti), dengan nomor seri 900-

13.00000001 sesuai dengan nomor seri pemberian dari Direktorat Jenderal

Pajak.

b) 011.900-13.00000001, berarti penyerahan yang terutang PPN Pajak dan PPNnya

dipungut oleh PKP penjual yang melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP

dengan status Faktur Pajak Pengganti. Faktur Pajak Pengganti diterbitkan

dengan nomor seri 900-13.00000001 sesuai dengan nomor seri Faktur Pajak

yang diganti.

Sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-

17/PJ/2014 Pasal 9 ayat (3) yang menjelaskan bahwa Nomor Seri Faktur Pajak

hanya diberikan kepada PKP yang telah memenuhi syarat sebagai berikut:

a) telah memiliki Kode Aktivasi dan Password;

b) telah melakukan aktivasi Akun PKP; dan

c) telah melaporkan Surat Pemberitahuan Masa PPN untuk 3 (tiga) masa pajak

terakhir yang telah jatuh tempo secara berturut-turut pada tanggal PKP

mengajukan permintaan Nomor Seri Faktur Pajak

1.2.2.3.Cara memperoleh Kode Aktivasi dan Password

Kode Aktivasi adalah kode yang berupa karakter yang dapat terdiri dari angka,

huruf, atau kombinasi angka dan huruf yang diberikan Direktorat Jenderal Pajak

kepada PKP melalui surat elektronik.

Tahap untuk memperoleh Kode Aktivasi dan Password adalah sebagai berikut :

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

TUGAS AKHIR OPTIMALISASI PENERIMAAN PPN/PPnBM... ALIFIA FIRASMARA AZZAROH

Page 15: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/94310/4/4. BAB 1 PENDAHULUAN.pdf · Sampai dengan akhir Semester I bulan Juni 2019, penerimaan pajak telah mencapai

15

1) PKP mengajukan surat permohonan Kode Aktivasi dan Password ke KPP

tempat PKP dikukuhkan menggunakan formulir yang sudah ditentukan diisi

lengkap.

2) Setelah diteliti mengenai kelengkapan surat permohonan dimaksud, KPP

memberikan Bukti Penerimaan Surat.

3) PKP yang memenuhi syarat yang telah ditentukan sebagaimana dimaksud

dalam Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-17/PJ/2014 tentang

Perubahan Kedua Atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-

24/PJ/2012 Tentang Bentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian Keterangan,

Prosedur Pemberitahuan Dalam Rangka Pembuatan, Tata Cara Pembetulan

Atau Penggantian, Dan Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak Pasal 8 ayat (4)

yaitu sudah diregistrasi ulang sebagaimana dimaksud dalam Peraturan

Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-20/PJ/2012 tentang Perubahan

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-05/PJ/2012 Tentang

Registrasi Ulang PKP Tahun 2012 Pasal 2 yang menyatakan bahwa registrasi

ulang PKP di lakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak tempat PKP terdaftar,

dimana dengan jangka waktu pelaksanaan Registrasi Ulang PKP dimulai

sejak Februari 2012 sampai dengan 31 Desember 2012 dan sudah

diverifikasi berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

73/PMK.03/2012 yang diganti dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

147/PMK.03/2017 Tentang Tata Cara Pendaftaran Wajib Pajak Dan

Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak Serta Pengukuhan Dan Pencabutan

Pengukuhan PKP, maka Kantor Pelayanan Pajak akan menerbitkan Surat

Pemberitahuan Kode Aktivasi yang dikirim melalui kantor pos, perusahaan

ekspedisi atau jasa kurir ke alamat PKP. Kemudian mengirimkan Password

melalui surat elektronika yang dicantumkan dalam surat permohonan Kode

Aktivasi dan Password.

4) Sebaliknya PKP yang tidak memenuhi persyaratan KPP memberikan

penolakan Surat pemberitahuan penolakan Kode Aktivasi dan Password.

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

TUGAS AKHIR OPTIMALISASI PENERIMAAN PPN/PPnBM... ALIFIA FIRASMARA AZZAROH

Page 16: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/94310/4/4. BAB 1 PENDAHULUAN.pdf · Sampai dengan akhir Semester I bulan Juni 2019, penerimaan pajak telah mencapai

16

5) Surat Pemberitahuan Kode Aktivasi dan Password maupun surat penolakan

diberikan paling lama dalam jangka waktu tiga hari sejak surat permohonan

diterima.

6) Jika PKP menerima surat penolakan, PKP dapat mengajukan lagi surat

permohonan setelah dilakukan verifikasi.

7) Apabila surat pemberitahuan kode aktivasi dikembalikan oleh kantor pos,

PKP akan menerima pemberitahuan melalui alamat surat elektronik PKP

pemohon. Selanjutnya PKP melakukan permohonan perubahan alamat

sebelum mengajukan kembali permohonan Kode Aktivasi.

8) Jika PKP menerima Kode Aktivasi tetapi tidak menerima Pasword yang

dikirim lewat surat elektronik, PKP dapat mengajukan update surat

elektronik.

9) Apabila surat pemberitahuan Kode Aktivasi hilang, PKP dapat mengajukan

permohonan cetak ulang Kode Aktivasi ke Kantor Pelayanan Pajak dengan

dilampiri fotokopi surat keterangan hilang dari kepolisisan dan Bukti

Penerimaan Surat dari KPP sehubungan dengan surat permohonan Kode

Aktivasi dan Password.

10) Dalam jangka waktu enam bulan sejak tanggal surat pemberitahuan kode

aktivasi, Direktorat Jenderal Pajak dapat melakukan reaktivasi terhadap kode

yang telah dimiliki PKP.

1.2.2.4.Cara Memperoleh Nomor Seri Faktur Pajak

Tata cara untuk memperoleh Nomor Seri Faktur Pajak sebagaimana dimaksud

dalam Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-17/PJ/2014 Pasal 9 adalah

sebagai berikut :

1) PKP dapat melakukan permintaan Nomor Seri Faktur Pajak melalui:

a. KPP tempat PKP dikukuhkan; dan/atau

b. laman (website) yang ditentukan dan/atau disediakan oleh Direktorat

Jenderal Pajak.

2) Tata cara permintaan Nomor Seri Faktur Pajak:

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

TUGAS AKHIR OPTIMALISASI PENERIMAAN PPN/PPnBM... ALIFIA FIRASMARA AZZAROH

Page 17: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/94310/4/4. BAB 1 PENDAHULUAN.pdf · Sampai dengan akhir Semester I bulan Juni 2019, penerimaan pajak telah mencapai

17

a. melalui KPP tempat PKP dikukuhkan dilakukan dengan menggunakan

surat permintaan Nomor Seri Faktur Pajak sebagaimana diatur dalam

Lampiran IF yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan

Direktur Jenderal Pajak ini.

b. melalui laman (website) yang ditentukan dan/atau disediakan oleh

Direktorat Jenderal Pajak:

a.) untuk PKP yang telah memiliki sertifikat elektronik; dan

b.) mengikuti petunjuk pengisian (manual user) yang disediakan oleh

Direktorat Jenderal Pajak.

Untuk PKP menyampaikan surat permintaan nomor seri Faktur Pajak

menggunakan formulir yang telah ditentukan yang diisi dengan lengkap ke KPP

tempat PKP dikukuhkan. Apabila dari hasil penelitian petugas surat permintaan

sudah diisi dengan lengkap dan benar serta sudah memenuhi persyaratan yang

ditentukan, PKP akan menerima surat pemberitahuan nomor seri Faktur Pajak.

Jumlah nomor seri Faktur Pajak yang diberikan ditentukan sebagai berikut:

a. PKP baru atau PKP yang melaporkan SPT Masa PPN secara

manual/hardcopy, paling banyak 75(tujuh puluh lima) nomor seri.

b. PKP yang telah membuat Faktur Pajak dan melaporkan SPT Masa PPN untuk

masa pajak sebelumnya secara elektronik, jumlah nomor seri Faktur Pajak

yang dapat diberikan sebagai berikut:

a.) Jika jumlah yang diminta oleh PKP lebih dari 120% dari jumlah Faktur

Pajak yang dibuat selama tiga bulan sebelumnya, maka jumlah nomor seri

Faktur Pajak yang diberikan 120%.

b.) Jika jumlah yang diminta PKP kurang dari 120% dari jumlah nomor seri

faktur pajak yang diberikan sesuai dengan jumlah yang diminta.

Nomor seri Faktur Pajak yang tidak digunakan dalam satu tahun pajak tertentu,

dilaporkan ke KPP yang bersangkutan dengan SPT Masa PPN Masa Pajak

Desember dengan menggunakan formulir yang sudah ditentukan. Dalam hal PKP

sudah pindah tempat kegiatan usaha yang wilayah kerjanya berada diluar wilayah

kerja KPP tempat PKP dikukuhkan sebelumnya, maka PKP wajib mengajukan

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

TUGAS AKHIR OPTIMALISASI PENERIMAAN PPN/PPnBM... ALIFIA FIRASMARA AZZAROH

Page 18: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/94310/4/4. BAB 1 PENDAHULUAN.pdf · Sampai dengan akhir Semester I bulan Juni 2019, penerimaan pajak telah mencapai

18

permohonan Kode Aktivasi dan Password ke KPP yang baru dengan menunjukan

asli pemberitahuan Kode Aktivasi dan Password dari KPP sebelumnya.

1.2.3. Kewajiban Melapor Surat Pemberitahuan Masa PPN

SPT Masa PPN harus dilaporkan setiap bulannya sebagaimana dimaksudkan

dalam Pasal 15A Undang-Undang PPN/PPnBM. Jatuh tempo pelaporan adalah

pada hari terakhir bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir. Jika tidak

melaporkan SPT Masa PPN maka PKP akan dikenakan sanksi administratif

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang

Ketentuan Umum Perpajakan Pasal 7 ayat (1) yaitu dikenakan denda sebesar Rp

500.000,00

1.2.4. PKP Pedagang Eceran

PKP Pedagang Eceran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2)

Peraturan Pemerintah Nomor1 Tahun 2012 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1983 Tentang PPN Barang Dan Jasa Dan Pajak Penjualan Atas

Barang Mewah Sebagaimana Telah Beberapa Kali Diubah Terakhir Dengan

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 menjelaskan bahwa PKP Pedagang Eceran

adalah PKP yang dalam kegiatan usahanya atau pekerjaannya melakukan

penyerahan BKP dengan cara sebagai berikut :

a.) Melalui suatu tempat penjualan eceran seperti toko dan kios atau langsung

mendatangi dari satu tempat konsumen akhir ke tempat konsumen akhir

lainnya;

b.) Dengan cara penjualan eceran yang dilakukan langsung kepada konsumen

akhir, tanpa didahului dengan penawaran tertulis, pemesanan tertulis,

kontrak, atau lelang; dan

c.) Pada umumnya penyerahan BKP atau transaksi jual beli dilakukan secara

tunai dan penjual langsung menyerahkan BKP atau pembeli langsung

membawa BKP yang dibelinya.

Termasuk juga dalam kegiatan usaha atau pekerjaan yang melakukan

penyerahan JKP dengan cara sepbagai berikut :

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

TUGAS AKHIR OPTIMALISASI PENERIMAAN PPN/PPnBM... ALIFIA FIRASMARA AZZAROH

Page 19: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/94310/4/4. BAB 1 PENDAHULUAN.pdf · Sampai dengan akhir Semester I bulan Juni 2019, penerimaan pajak telah mencapai

19

a) Melalui suatu tempat penyerahan jasa secara langsung kepada konsumen

akhir atau langsung mendatangi dari suatu tempat konsumen akhir ke

tempat konsumen akhir lainnya;

b) Dilakukan secara langsung kepada konsumen akhir, tanpa didahului dengan

penawaran tertulis, pemesanan tertulis, kontrak, atau lelang; dan

c) Pada umumnya pembayaran atas penyerahan JKP dilakukan secara tunai

sebagaimana dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012

tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8 tahun 1983 tentang PPN

Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah

beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun

2009 Pasal 20 ayat (3).

1.2.4.1.PKP Pedagang Eceran sebagai subjek PPN

Sebagai subjek PPN, baik orang pribadi atau badan yang mana menurut Undang-

Undang PPN/PPnBM telah ditentukan untuk melaksanakan kewajiban perpajakan

dibidang PPN. PKP Pedagang Eceran terbagi menjadi dua, yaitu pengusaha yang

sudah memenuhi persyaratan sebagai PKP dan pengusaha yang sebenarnya belum

memenuhi syarat menjadi PKP namun memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP.

Dalam hal ini sebagai subjek PPN, pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP

khususnya untuk PKP Pedagang Eceran tentu wajib menjalankan kewajibannya

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang PPN/PPnBM.

1.2.4.2.Tata Cara Pelaporan PPN PKP Pedagang Eceran

Tata cara pelaporan PPN untuk PKP Pedagang Eceran terkait dengan

penggunaan Faktur Pajak untuk PKP Pedagang Eceran ini diatur dalam Peraturan

Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-58/PJ/2010 tentang Bentuk dan Ukuran

Formulir serta Tata Cara Pengisian Keterangan Pada Faktur Pajak Bagi PKP

Pedagang Eceran. PKP Pedagang Eceran dalam pembuatan Faktur Pajaknya tentu

tidaklah sama dengan pembuatan Faktur Pajak untuk PKP Non-Pedagang Eceran.

Hal ini didukung dengan sifat transaksi untuk keduanya yang berbeda, pada

transaksi PKP Pedagang Eceran transaksi yang dilakukan adalah transaksi eceran

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

TUGAS AKHIR OPTIMALISASI PENERIMAAN PPN/PPnBM... ALIFIA FIRASMARA AZZAROH

Page 20: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/94310/4/4. BAB 1 PENDAHULUAN.pdf · Sampai dengan akhir Semester I bulan Juni 2019, penerimaan pajak telah mencapai

20

dimana dalam Faktur Pajaknya tidak memungkinkan untuk menuliskan Nomor

Pokok Wajib Pajak pembeli, maka dari itu Faktur Pajak yang digunakan PKP

Pedagang Eceran adalah Faktur Pajak Tidak Lengkap sebagaimana diatur dalam

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-58/PJ/2010 tentang Bentuk dan

Ukuran Formulir serta Tata Cara Pengisian Keterangan Pada Faktur Pajak Bagi

PKP Pedagang Eceran.

Faktur Pajak Tidak Lengkap yang dimaksud adalah kumpulan faktur pajak yang

digabung menjadi satu sebelum dihitung penghasilannya dari berbagai Faktur

Pajaknya. Faktur Pajak Tidak Lengkap ini hanya berlaku untuk PKP Pedagang

Eceran, dimana PKP tidak perlu melaporkan Faktur Pajak satu per satu, melainkan

digabung tanpa adanya identitas dan tanda tangan pembeli yang tergabung dalam

periode satu bulan kalender.

1.2.4.3.Faktur Pajak bagi PKP Pedagang Eceran

Sebagaimana dimaksudkan dalam Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor

PER-29/PJ/2015 Tentang Bentuk, Isi, Dan Tata Cara Pengisian Serta Penyampaian

SPT Masa PPN Pasal 7 ayat (1) disebutkan bahwa PKP yang diperkenankan

melaporkan Faktur Pajak dalam SPT Masa PPN dengan Faktur Pajak tidak Lengkap

yaitu a) PKP Pedagang Eceran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 Peraturan

Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1983 tentang PPN Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah

sebagaimana telah Diubah Beberapa Kali Terakhir dengan Undang-Undang Nomor

42 Tahun 2009; atau b) PKP yang melakukan penyerahan BKPdan/atau JKPyang

diatur secara khusus pada Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini.

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-58/PJ/2010 tentang Bentuk dan

Ukuran Formulir serta Tata Cara Pengisian Keterangan Pada Faktur Pajak Bagi

PKP Pedagang Eceran Pasal 2 menjelaskan PKP Pedagang Eceran wajib membuat

Faktur Pajak setiap melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP.

Faktur Pajak bagi PKP Pedagang Eceran harus diisi secara lengkap, jelas, dan

benar sesuai dengan keterangan sedikitnya harus memuat keterangan: a) nama,

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

TUGAS AKHIR OPTIMALISASI PENERIMAAN PPN/PPnBM... ALIFIA FIRASMARA AZZAROH

Page 21: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/94310/4/4. BAB 1 PENDAHULUAN.pdf · Sampai dengan akhir Semester I bulan Juni 2019, penerimaan pajak telah mencapai

21

alamat, dan NPWP yang menyerahkan BKP; b) jenis BKP; c) jumlah harga jual

yang sudah termasuk PPN atau besarnya PPN dicantumkan terpisah; d) PPnBM

yang dipungut; dan e) kode nomor seri dan tanggal pembuatan Faktur Pajak

sebagaimana dijelaskan dalam pasal 3 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor

PER-58/PJ/2010 tentang Bentuk dan Ukuran Formulir serta Tata Cara Pengisian

Keterangan Pada Faktur Pajak Bagi PKP Pedagang Eceran.

Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-58/PJ/2010 tentang

Bentuk dan Ukuran Formulir serta Tata Cara Pengisian Keterangan Pada Faktur

Pajak Bagi PKP Pedagang Eceran Pasal 5 kode dan nomor seri Faktur Pajak

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf e dapat berupa nomor nota,

kode nota, atau ditentukan sendiri oleh PKP Pedagang Eceran.

1.3.Tujuan Penyusunan Laporan Tugas Akhir

Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis sebagai berikut:

1) Sebagai salah satu persyaratan akademik yang wajib ditempuh untuk

mendapatkan sebutan Ahli Madya (A.Md) pada Program Studi Diploma III

Perpajakan di Fakultas Vokasi Universitas Airlangga;

2) Untuk menerapkan pengetahuan dan ilmu yang diperoleh pada saat kuliah

kedalam dunia kerja yang sesungguhnya;

3) Menunjukkan efektivitas dan pengevaluasi terhadap optimalisasi

penerimaaan PPN/PPnBM pada sektor usaha modern retail.

1.4.Manfaat Penyusunan Laporan Tugas Akhir

Adapun manfaat yang diperoleh dari penyusunan Laporan Tugas Akhir ini

sebagai berikut:

1.) Manfaat Bagi Penulis

a. Dapat mengaplikasikan ilmu dan keterampilan dalam aspek perpajakan

yang telah diperoleh selama masa kuliah dan dapat menambah wawasan

serta pengalaman;

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

TUGAS AKHIR OPTIMALISASI PENERIMAAN PPN/PPnBM... ALIFIA FIRASMARA AZZAROH

Page 22: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/94310/4/4. BAB 1 PENDAHULUAN.pdf · Sampai dengan akhir Semester I bulan Juni 2019, penerimaan pajak telah mencapai

22

b. Untuk mengembangkan wawasan pengetahuan dan disiplin ilmu baik

secara teori maupun praktik yang berhubungan dengan bidang

perpajakan.

2.) Manfaat Bagi Universitas Airlangga

a. Sebagai wujud pelaksanaan pendidikan yang meciptakan kelulusan serta

keahlian yang berkualitas;

b. Sebagai tambahan literatur di bidang perpajakan bagi mahasiswa

Fakultas Vokasi Universitas Airlangga khususnya Program Diploma III

Perpajakan yang akan mengambil mata kuliah Tugas Akhir.

3.) Manfaat Bagi Kantor Pelayanan Pajak Madya Surabaya dan Kantor

Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Timur I

a. Sebagai media untuk memberikan informasi di bidang perpajakan dan

masukan kepada Direktur Jenderal Pajak untuk pengembangan sistem

perpajakan;

b. Sebagai salah satu sarana dalam menjalin hubungan kerjasama antara

Kantor Pelayanan Pajak Madya Surabaya dan Kantor Wilayah Direktorat

Jenderal Pajak Jawa Timur I dengan Universitas Airlangga.

4) Manfaat Bagi Pembaca

a. Sebagai referensi pembaca untuk pelaksanaan kegiatan sejenis di masa

yang akan datang;

b. Untuk menambah wawasan pembaca di bidang perpajakan

1.5.Pelaksanaan Kegiatan Penyusunan Laporan Tugas Akhir

a) Bidang : PPN

b) Topik : Optimalisasi PPN pada Sektor Usaha

Modern Retail.

c) Jadwal Kegiatan Penyusunan Laporan Tugas Akhir

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

TUGAS AKHIR OPTIMALISASI PENERIMAAN PPN/PPnBM... ALIFIA FIRASMARA AZZAROH

Page 23: BAB 1 PENDAHULUAN - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/94310/4/4. BAB 1 PENDAHULUAN.pdf · Sampai dengan akhir Semester I bulan Juni 2019, penerimaan pajak telah mencapai

23

12

34

12

34

12

34

12

34

12

34

12

34

12

34

12

34

1P

erkuliahan

Tugas A

khir

2P

em

bagia

n

Dosen

Pem

bim

bin

g

29

3P

engajuan

Topik

Laporan

Tugas A

khir

6

4P

enyusunan

dan

Bim

bin

gan

Proposal

Laporan

Tugas A

khir

5P

enyerahan

Proposal

Laporan

Tugas A

khir

10

6P

enyusunan

dan

Bim

bin

gan

Laporan

Tugas A

khir

7P

enyerahan

Laporan

Tugas A

khir

19

8U

jia

n L

isan

Laporan

Tugas A

khir

20

9R

evis

i

Laporan

Tugas A

khir

23

10

Penjilid

an

(hard cover

)

Laporan

Tugas A

khir

25

11

Penyerahan

Fin

al L

aporan

Tugas T

ugas

Akhir

26

Agustus

No.

Kegia

tan

Februari

Juni

Juli

2019

2019

2019

2019

14 O

ktober - 6

Desem

ber

Oktober

Novem

ber

Desem

ber

2019

6 S

eptem

ber - 4

Oktober

Septem

ber

2019

2019

2019

12 A

gustus - 29 N

ovem

ber

Tab

el 1

.1.

Jad

wal

Pen

yu

sun

an

Lap

ora

n T

ugas

Ak

hir

Sum

ber

: S

ura

t E

dara

n J

adw

al

Tugas

Akh

ir

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

TUGAS AKHIR OPTIMALISASI PENERIMAAN PPN/PPnBM... ALIFIA FIRASMARA AZZAROH