bab 1 pendahuluan a. latar belakang - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/59862/4/bab i.pdf · bab 1...

22
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkembangnya kebutuhan masyarakat mengenai gaya hidup mempengaruhi mereka untuk mengikuti tren-tren mode terbaru. Seolah tak ingin kalah meereka berlomba-lomba membeli barang terkini dan modis untuk mengikuti gaya hidup. Hal inilah yang mengacu pertumbuhan department store untuk bersaing agar memuaskan hasrat para pembeli produk-produk mereka. Dalam beberapa tahun terakhir muncullah beberapa department store di Surakarta. Yang mulanya hanya ada Matahari Departement Store yang kemudian membuka cabang di Solo Grand Mall, Matahari Singosaren, Solo Square, dan terakhir berada di Hartono Mall Solo Baru, kemudian munculnya Centro Departemen Store yang berada di Solo Paragon dan yang terakhir adalah Metro Department Store yang berlokasi di The Park Solo Baru. Matahari department store merupakan suatu tempat perbelanjaan yang menjual berbagai macam kebutuhan gaya yang terdiri pakaian anak,wanita, pria, sepatu dan atas, parfum dan berbagai kebutuhan gata lainnya. ia yang merupakan pemilik dari PT Metropolitan Retailmart. METRO merupakan anak perusahaan dari Trans Corp.

Upload: nguyendien

Post on 12-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/59862/4/BAB I.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1. menjaga kepentingan umum dan meningkatkan

  

1  

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berkembangnya kebutuhan masyarakat mengenai gaya hidup

mempengaruhi mereka untuk mengikuti tren-tren mode terbaru. Seolah tak

ingin kalah meereka berlomba-lomba membeli barang terkini dan modis untuk

mengikuti gaya hidup. Hal inilah yang mengacu pertumbuhan department

store untuk bersaing agar memuaskan hasrat para pembeli produk-produk

mereka.

Dalam beberapa tahun terakhir muncullah beberapa department store di

Surakarta. Yang mulanya hanya ada Matahari Departement Store yang

kemudian membuka cabang di Solo Grand Mall, Matahari Singosaren, Solo

Square, dan terakhir berada di Hartono Mall Solo Baru, kemudian munculnya

Centro Departemen Store yang berada di Solo Paragon dan yang terakhir

adalah Metro Department Store yang berlokasi di The Park Solo Baru.

Matahari department store merupakan suatu tempat perbelanjaan yang

menjual berbagai macam kebutuhan gaya yang terdiri pakaian anak,wanita,

pria, sepatu dan atas, parfum dan berbagai kebutuhan gata lainnya. ia yang

merupakan pemilik dari PT Metropolitan Retailmart. METRO merupakan

anak perusahaan dari Trans Corp.

Page 2: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/59862/4/BAB I.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1. menjaga kepentingan umum dan meningkatkan

2  

  

Matahari lebih dipilih oleh masyarakat karena lebih “hemat” dan banyak

diskon, sedangkan berbeda halnya dengan Metro dan Centro yang hanya

beberapa orang saja yang minat membeli barang-barang yang dijualkan karena

harga yang ditawarkan relatif lebih mahal.

Dengan adanya persaingan pasar-pasar modern ini, pelaku usaha

melakukan berbagai cara agar produk barang atau jasa yang dimilikinya dapat

dibeli oleh konsumen, karena itulah setiap Departemen store memiliki

berbagai macam variasi dagangan. Pelaku usaha ini bukan hanya menjual

pakaian saja melainkan terdapat mainan untuk anak-anak, tas, sepatu,

peralatan masak, parfum, dan kosmetik. Bahkan para pelaku usaha juga

menawarkan berbagai macam promo diskon yang dimulai dari diskon

bersyarat, diskon tunai,diskon kredit, diskon plus, diskon kupon, diskon

anggota atau member, up to discount, clereance discount, diskon time limit,

dan diskon undangan.

Setiap perdagangan yang ada di Indonesia pastilah diatur oleh Undang-

undang, begitupun dengan barang dagang yang ada di setiap pusat

perbelanjaan khususnya Departement Store. Dalam melakukan aktivitas jual

beli pastilah ada pihak yang untung dan rugi, hal inilah yang menjadi dasar

perlunya ada perlindungan yang diberikan pemerintah untuk kenyamanan

antara konsumen dan pelaku usaha. Diibaratkan jika Pelaku usaha

memberikan wadah untuk konsumen guna memenuhi kebutuhan akan gaya

hidup dan konsumen adalah sumber pendapatkan pelaku usaha apabila

konsumen tidak membeli produk mereka usaha mereka pun juga tidak akan

Page 3: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/59862/4/BAB I.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1. menjaga kepentingan umum dan meningkatkan

3  

  

berkembang. Karena itulah pelaku usaha memberikan pelayanan yang

maksimal agar konsumen merasa puas. Namun untuk menghindari kerugian

yang dialami oleh pelaku usaha tidak jarang pelaku usaha melakukan praktek

kecurangan. Sebagai contohnya melakukan sistem diskon yang dianggap oleh

konsumen dengan adanya diskon tersebut merupakan keuntungan bagi

konsumen agar lebih hemat namun sebenarnya apa yang dilakukan oleh

konsumen tersebut merupakan sebuah pemborosan, dimana mereka

seharusnya membeli pakaian hanya cukup 1 tetapi karena adanya promo

diskon konsumen bisa membeli pakaian lebih dari 1. Melihat hal tersebut apa

yang dilakukan oleh departemen store tidak sesuai dengan apa yang ada di

dalam Undang-undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 yaitu

pasal 8 yang menyatakan jika pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau

memperdagangkan barang dan/atau jasa yang tidak sesuai dengan janji yang

dinyatakan dalam label, etiket, keterangan, iklan atau promosi penjualan

barang dan/atau jasa tersebut yang kemudian ditegaskan kembali jika Pelaku

usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, mengiklan-kan suatu barang

dan/atau jasa secara tidak benar, dan/atau seolah-olah : a.barang tersebut

telah memenuhi dan/atau memiliki potongan harga, harga khusus, standar

mutu tertentu, gaya atau mode tertentu, karakteristik tertentu, sejarah atau

guna tertentu;b.barang tersebut dalam keadaan baik dan/atau baru;.

Kemudian disebutkan dalam pasal 1 angka 6 Undang-undang Nomor 5

tahun 1999 tentang larangan Praktek monopoli dan persaingan usaha tidak

sehat, yang menyebutkan jika “Persaingan usaha tidak sehat adalah

Page 4: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/59862/4/BAB I.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1. menjaga kepentingan umum dan meningkatkan

4  

  

persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan

atau pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur

atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha”. Karena

berdasarkan penjelasan diatas, Pelaku usaha telah melanggar kegiatan

produksi dan atau pemasaran barang dan jasa karena menjalankan bisnisnya

dengan cara tidak jujur kepada konsumen yang pada akhirnya konsumenlah

yang merugi. Hal tersebut juga tidak sesuai dengan pasal 3 Undang-undang

Nomor 5 tahun 1999, yang menyatakan”Tujuan pembentukan undang-undang

ini adalah untuk:

1. menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional

sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat;

2. mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan

usaha yang sehat sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan

berusaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah,

dan pelaku usaha kecil;

3. mencegah praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang

ditimbulkan oleh pelaku usaha; dan

4. terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha”

Jika dilihat dalam pasal 3 huruf c yang menyebutkan” mencegah praktek

monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang ditimbulkan oleh

pelaku usaha” pemerintah telah berupaya semaksimal mungkin agar tujuan

dari adanya peraturan tersebut meminimalkan terjadinya kecurangan yang

dilakukan oleh Pelaku Usaha.

Page 5: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/59862/4/BAB I.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1. menjaga kepentingan umum dan meningkatkan

5  

  

Mengenai diskon atau potongan harga yang selalu menjadi kegiatan rutin

setiap Departement Store khususnya. Setiap Department Store memasang

harga normal teerlebih dahulu sebelum melakukan potongan harga,yang mana

sebelum mereka memasarkan barang dagangannya harga barang tersebut akan

ditinggikan misalnya saja di Matahari mereka menaikan harga semula sebuah

sepatu adalah Rp 899.000,00 kemudian utuk menarik pembeli mereka

memberikan diskon berkisar 10%-20%, kemudian sama halnya yang

dilakukan oleh Centro mereka memasang lebel up to discount atau up to price

seharga Rp 150.000,00 namun pada kenyataannya harga yang dilabelkan tidak

ada dan hal ini tentunya juga menipu konsumen sebagaimana peraturan

perindungan konsumen yang menyatakan bahwa Pelaku usaha dalam

menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan

dilarang menawarkan, mempromosikan, mengiklankan atau membuat

pernyataan yang tidak benar atau menyesatkan mengenai harga atau tarif

suatu barang dan/atau jasa.

Kecurangan yang dilakukan oleh para pelaku usaha tidak sampai pada itu

saja mereka juga menjanjikan diskon bagi para member atau anggota yang

sudah mendaftarkan diri kepada departement store sebagai contoh matahari

mempunyai matahari card sebagai kartu anggota yang mana setiap pembelian

suatu produk akan diberikan point atau keuntungan khusus lain yang tidak

diperoleh seseorang yang tidak menjadi member tentunya. Kemudian Metro

Departement Store yang memberikan diskon 10% jika menggunakan kartu

kredit yang diperuntukan hanya untuk pemegang kartu Bank Mega.

Page 6: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/59862/4/BAB I.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1. menjaga kepentingan umum dan meningkatkan

6  

  

Kemudian jika dilihat dalam pasal 9 ayat (1) “Pelaku usaha dilarang

menawarkan, mempromosikan, mengiklan-kan suatu barang dan/atau jasa

secara tidak benar, dan/atau seolah-olah :

1. barang tersebut telah memenuhi dan/atau memiliki potongan harga, harga

khusus, standar mutu tertentu, gaya atau mode tertentu, karakteristik

tertentu, sejarah atau guna tertentu;

2. barang tersebut dalam keadaan baik dan/atau baru;

3. barang dan/atau jasa tersebut telah mendapatkan dan/atau memiliki

sponsor, persetujuan, perlengkapan tertentu, keuntungan tertentu, ciri-ciri

kerja atau aksesori tertentu;

4. barang dan/atau jasa tersebut dibuat oleh perusahaan yang mempunyai

sponsor, persetujuan atau afiliasi;

5. barang dan/atau jasa tersebut tersedia;

6. barang tersebut tidak mengandung cacat tersembunyi;

7. barang tersebut merupakan kelengkapan dari barang tertentu;

8. barang tersebut berasal dari daerah tertentu;

9. secara langsung atau tidak langsung merendahkan barang dan/atau jasa

lain;

10. menggunakan kata-kata yang berlebihan, seperti aman, tidak berbahaya,

tidak mengandung risiko atau efek sampingan tanpa keterangan yang

lengkap;

11. menawarkan sesuatu yang mengandung janji yang belum pasti

Page 7: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/59862/4/BAB I.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1. menjaga kepentingan umum dan meningkatkan

7  

  

jika menurut huruf b yang berbunyi “barang tersebut dalam keadaan baik

dan/atau baru” dan huruf f “barang tersebut tidak mengandung cacat

tersembunyi” barang yang ditawarkan oleh pelaku usaha memang dalam

kondisi baik secara kasat mata namun dalam beberapa kasus produk yang

dijanjikan tidak sesuai harapan terutama jika barang yang dibeli adalah barang

dari hasil promo diskon, seperti kasus yang dialami oleh Hairil usia 35 tahun

yang membeli produk sepotong baju kemeja LOIS yang dibelinya di Matahari

Department Store yang berada di kawasan kabupaten Bogor Cibinong City

Mall (CCM) ternyata rusak, Hairil membeli sepotong baju kemeja bermerk

LOIS dengan harga Rp 349,000,00 dengan mendapat diskon 20%, saat akan

dikenakan barulah Hairil menemukan kerusakan pada bagian kantong yang

ternyata sudah sobek dan lebih mengecewakannya lagi karena sobekan

tersebut ditutupi oleh lakban dan Hairi juga menjelaskan jika penjual tersebut

sudah mengetahui jika barang tersebut robek ditandai dengan menutupi

sobekan tersebut dengan warna coklat. Tentunya hal ini pun bertentangan

dengan pasal 9 huruf f yang berbunyi “barang tersebut tidak mengandung

cacat tersembunyi” karena pihak pelaku usaha secara sengaja telah melakukan

kecurangan dengan memberikan barang yang “cacat” kepada konsumen yang

mengakibatkan kerugian bagi konsumen tersebut. Contoh kasus lain yang

merugikan konsumen yang masih berkaitan dalam hal pakaian diskon, yang

mana konsumen yang bernama Lie Monaliza Lestari pada tanggal 17 Januari

2010 membeli sebuah celana merk Executive di Matahari Mall Taman

Anggrek seharga Rp 249.000,00 dengan diskon 20% dan menjadi harga Rp

Page 8: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/59862/4/BAB I.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1. menjaga kepentingan umum dan meningkatkan

8  

  

199.200,00. Setelah mencoba dikamar pas celana tersebut terlalu panjang

sehingga dipotong di counter the Executive Matahari Mall Taman Anggrek.

Kemudian celana tersebut diambil 3 hari, pada tanggal 5 Februari celana

tersebut akan digunakan ternyata di daerah selangkangan, teksturkain berbeda.

Tekstur tidak sehalus seperti potongan kain lainnya, benang-benang sudah

berdiri dan kasar seperti sehabis dicuci(padahal konsumen belum pernah

mencuci celana tersebut) kemudian konsumen membawa celana tersebut ke

Matahari Mall Taman Anggrek namun SPG tersebut menolak dengan alasan

konsumen tidak mengecek barang terlebih dahulu dan celana tersebut sudah

dipotong oleh konsumen. Konsumen berpendapat jika harga barang yang

berada di Executive Mall Taman Anggrek tidak sesuai dengan mutu yang

sesuai dan konsumen mengtakan jika factory outlet yang diperjualkan berisi

barang-barang cacat produksi. Dalam kasus diatas, para Pelaku Usaha telah

melanggar pasal 8 ayat (1) huruf d dan e yang berbunyi “(d)tidak sesuai

dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau kemanjuran sebagaimana

dinyatakan dalam label, etiket atau keterangan barang dan/atau jasa tersebut;

(e) tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan, gaya,

mode, atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam label atau

keterangan barang dan/atau jasa tersebut”. Pelaku usaha seharusnya lebih

berhati-hati dalam menjaga mutu kualitas dan kuantitas yang mana hal

tersebut juga demi kenyamanan konsumen jika satu konsumen sudah merasa

dikecewakan bukan berarti hal ini tidak merugikan pihak pelaku usaha, justru

karena adanya kekecewaan dari pihak konsumen sendiri mempengaruhi merek

Page 9: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/59862/4/BAB I.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1. menjaga kepentingan umum dan meningkatkan

9  

  

sponsor tersebut dan tentu hal ini akan merugikan pihak sponsor dan bisa jadi

sponsor membatalkan kontrak kerjasama dengan pelaku usaha karena merasa

barang yang diperdagangkan tidak sesuai dengan kondisi aslinya. Dalam

peraturan perlindungan konsumen pun juga dijelaskan didalam pasal 8 ayat (2)

Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 yang bunyinya “Pelaku usaha dilarang

memperdagangkan barang yang rusak, cacat atau bekas, dan tercemar tanpa

memberikan informasi secara lengkap dan benar atas barang dimaksud”. Hal

tersebut tentunya lebih diwaspadai oleh pihak pelaku usaha agar barang yang

akan diperjualkan dalam keadaan baik, waalaupun terjadi kesalahan

semestinya dicek terlebih dahulu sehingga tidak mengakibatkan kerugian bagi

pihak lain yang dalam hal ini adalah konsumen dan apabila terdapat kesalahan

baik barang tersebut cacat dan rusak pihak pelaku usaha berhak

menggantikannya dengan yang baru.

Dalam peraturan hukum di Indonesia, perlindungan konsumen bukan

hanya diatur dalam Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 saja melainkan ada

beberapa peraturan yang mengatur mengenai Perlindungan konsumen.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai

sumber dari segala sumber hukum yang ada di Indonesia, yang mana Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan

bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil

dan makmur. Tujuan pembangunan nasional dapat diwujudkan melalui sistem

pembangunan ekonomi yang demokratis sehingga mampu menumbuhkan dan

mengembangkan Indonesia yang dapat memproduksi barang dan jasa yang

Page 10: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/59862/4/BAB I.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1. menjaga kepentingan umum dan meningkatkan

10  

  

layak diperjual belikan dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Untuk

itulah dalam pasal 27 ayat (2) yang menyebutkan “ Tiap-tiap warga negara

berhak atas pekerjan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”, dalam

pasal tersebut menegaskan jika setiap warga negara mempunyai kedudukan

yang sama yang didalamnya hak-hak tersebut wajib dipenuhi agar

kelangsungan hidup dari warga negara tersebut terpenuhi. Sehingga dapat

dikatakan jika Konsumen yang merasa haknya dirugikan sama saja pelaku

usaha tidak memahami isi pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945, selain didalam pasal 27 ayat (2)

kesejahteraan sosial juga diatur didalam pasal 33 ayat (1) “Perekonomian

disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan” hal ini

dapat dimaknai jika terdapat suatu permasalahan yang menyangkut

kesejahteraan konsumen dalam pemenuhan hak-haknya ditangani dengan cara

bersama agar sesuai dengan tujuan perekonomian Indonesia yang terdapat

dalam pasal 33 ayat (4) yaitu “Perekonomian nasional diselenggarakan

berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi

berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta

dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional”.

Selain Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adapun

peraturan lain yang menjadi dasar seseorang untuk mengajukan perlindungan

konsumen yaitu Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan

Pengawasan dan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen, dimana peraturan

pemerintah ini bertugas dan bertanggungjawab atas pembinaan

Page 11: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/59862/4/BAB I.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1. menjaga kepentingan umum dan meningkatkan

11  

  

penyelenggaraan perlindungan konsumen yang menjamin diperolehnya hak

dan kewajiban dari konsumen serta pelaku usaha itu sendiri. Hal ini juga

ditegaskan dalam pasal 3 ayat (1) “(1) Pembinaan penyelenggaraan

perlindungan konsumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dilakukan oleh

Menteri dan atau menteri teknis terkait, yang meliputi upaya untuk :

1. terciptanya iklim usaha dan tumbuhnya hubungan yang sehat antara

pelaku usaha dan konsumen;

2. berkembangnya lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat;

dan

3. meningkatnya kualitas sumber daya manusia serta meningkatnya kegiatan

penelitian dan pengembangan di bidang perlindungan konsumen.”

Dengan adanya Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2001 tentang

Pembinaan Pengawasan dan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen

diharapkan dapat menjamin diperolehnya hak konsumen dan pelaku usaha

serta dapat dilaksanakannya kewajiban dari masing-masing konsumen dan

Pelaku Usaha.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis ingin melakukan penelitian

tentang potongan harga pada setiap departemen store dengan judul

"PEMASARAN DENGAN SISTEM DISKON : STUDI

PERLINDUNGAN BAGI KONSUMEN DI MATAHARI

DEPARTEMENT STORE, CENTRO DEPARTEMEN STORE DAN

METRO DEPARTEMENT STORE DI SURAKARTA”.

Page 12: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/59862/4/BAB I.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1. menjaga kepentingan umum dan meningkatkan

12  

  

B. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian adalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini dilakukan di PT. Matahari Departement Store Singosaren,

Centro Departement Store Solo Paragon Mall, dan Metro Departement

Store The Park Solo dengan mengambil subjek pelanggan yang berbelanja

di Mall tersebut.

2. Variabel yang diteliti adalah pemberian potongan harga (discount) yang

dilakukan oleh setiap Departement Store dan kualitas produk potongan

harga tersebut.

C. Perumusan Masalah

Dari latar belakang dan ruang lingkup diatas, maka permasalahan dalam

penelitian ini harus dirumuskan dengan jelas untuk dicari pemecahannya.

Masalah yang penulis rumuskan dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimanakan pola-pola pemberian diskon yang dilakukan Matahari

Departement Store, Centro Departement Store, dan Metro Departement

Store?

2. Bagaimanakan perlindungan hokum terhadap konsumen yang terlibat

dalam pemberian discount yang dilakukan Matahari Departement Store,

Centro Departement Store, dan Metro Departement Store?

D. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian harus mempunyai tujuan yang jelas agar dapat

memberikan arah dalam pelaksanaan penelitian sehingga dapat memecahkan

Page 13: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/59862/4/BAB I.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1. menjaga kepentingan umum dan meningkatkan

13  

  

permasalahan secara sistematis. Adapun tujuan yang hendak dicapai terdiri

dari dua macam tujuan yaitu tujuan obyektif dan tujuan subyektif sebagai

berikut:

1. Tujuan Objektif

a. Mengetahui dan menganalisis pengaruh berbagai macam diskon di

Matahari, Centro, dan Metro terhadap konsumen;

b. Mengetahui macam-macam potongan diskon di Matahari, Centro, dan

Metro

c. Mengetahui dan menganalisis setiap kecurangan diskon yang dilakukan

oleh Matahari, Centro, dan Metro yang melanggar Undang-undang No.

8 tahun 1999 tentang Peerlindungan Konsumen.

2. Tujuan Subjektif

a. Menambah dan memperluas wawasan, pengetahuan dan pemahaman

serta kemampuan penulis di bidang Hukum perdata yakni Perlindungan

Konsumen.

b. Menerapkan teori-teori hukum yang telah penulis peroleh selama masa

perkuliahan agar dapat memberi manfaat bagi penulis sendiri

khususnya dan bagi masyarakakat pada umumnya serta memberikan

kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang hukum.

c. Memenuhi persyaratan akademis guna memperoleh gelar sarjana dalam

bidang Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

Page 14: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/59862/4/BAB I.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1. menjaga kepentingan umum dan meningkatkan

14  

  

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan 2 (dua) manfaat, yakni

manfaat teoritis yang berkaitan dengan pengembangan ilmu hukum di

Indonesia dan manfaat praktis yang berkaitan dengan pemecahan masalah

yang diteliti. Adapun manfaat tersebut yakni:

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada

pengembangan ilmu pengetahuan di bidang Ilmu Hukum khususnya

pada Hukum Perlindungan Konsumen.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi dan literatur

dalam kepustakaan Hukum Perlindungan Konsumen yang dapat

digunakan sebagai acuan terhadap penelitian-penelitian sejenis pada

tahap selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan jawaban atas permasalahan-permasalahan yang diteliti.

b. Menjadi wadah bagi penulis dalam mengembangkan penalaran,

membentuk pola berpikir, dan untuk mengetahui kemampuan penulis

dalam menerapkan Ilmu Hukum yang telah diperoleh.

c. Menjadi masukan yang berguna bagi pihak-pihak yang terkait dengan

permasalahan yang diteliti dan berbagai pihak yang berminat pada

permasalahan yang sama.

Page 15: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/59862/4/BAB I.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1. menjaga kepentingan umum dan meningkatkan

15  

  

F. Kerangka Pemikiran

Dengan berkembangnya perusahaan-perusahaan Department Store di

daerah Surakarta khususnya membuat masyarakat semakin ingin memperoleh

kepuasan dalam berbelanja. Hal ini ditandai dengan adanya Matahari

Departement Store yang membuka cabang hingga di 4 tempat yaitu Solo

Square, Solo Grand Mall, Hartono Mall dan Matahari Singosaren disusul

dengen kemunculan Centro Departement Store yang berada di Solo Paragon

dan yang terakhir adalah Metro Departement Store yang berada di The Park

Solo Baru. Dengan adanya banyak pilihan untuk berbelanja, Pelaku usaha

memberikan promo yang berbeda-beda dan produk yang ditawarkan pun

beragam. Terlebih jika ketiga departement store tersebut menawarkan diskon

besar-besaran. Menurut Philip Kotler yang dimaksud potongan harga( dari

harga faktur atau dari harga buku) atau diskon adalah diskon langsung yang

tertera dalam harga buku untuk masing-masing bungkus yang dibeli oleh

pembeli selama kurun waktu yang telah disebutkan.

Dimulai dengan Matahari Departement Store yang sering memberikan

diskon yang dikatakan relatif besar, sabagai contohnya diskon 50%+20% yang

memberikan potongan harga dari harga normal yang kemudian dipotong

diskon 50% terlebih dahulu kemudian hasil dari diskon tersebut baru dipotong

20%, berbeda jika kita berbelanja kosmetik contohnya saat penulis membeli

lipstik NYX dengan harga Rp 140.000,00 yang kemudian membayarkan ke

kasir dan mendapatkan struk pembelanjaan, didalam struk pembelanjaan

tersebut Matahari menawarkan beberapa potongan harga dan diskon seperti

Page 16: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/59862/4/BAB I.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1. menjaga kepentingan umum dan meningkatkan

16  

  

kupon diskon 20%, gift voucher Rp 25.000,00 dan potongan Rp 100.000,00

untuk berbelanja online di www.mataharistore.com.

Berbeda halnya jika diskon yang terdapat di Metro Departement store

dan Centro Departement Store yang biasanya hanya menawarkan diskon

20%-50% off hingga up to, kemudian jika kita berbelanja di Metro

Departement Store dengan menggunakan kartu kredit Bank Mega akan

mendapatkan potongan diskon 10%

Untuk melindungi konsumen dari hal-hal yang tidak diinginkan,

pemerintah mengambil kebijakan dengan membuat peraturan perundang-

undangan yaitu Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen, dalam Undang-undang ini setiap Pelaku Usaha dan Konsumen

telah dijamin hak-hak dan kewajibannya. Kemudian Undang-undang Nomor 8

tahun 1999 juga memberikan peraturan mengenai hal-hal apa saja yang

dilarang dalam suatu perjual belian. Hal ini diharapkan memberikan dampak

positif bagi konsumen dan pelaku usaha agar menciptakan keseimbangan yang

mana konsumen merasakan jika hak dan kewajibannya telah diatur dan jika

kemudian hari ditemukan pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh

Pelaku Usaha, konsumen tidak sepenuhnya merasa dirugikan karena setiap

kesalahan yang dilakukan oleh Pelaku Usaha dapat dipertanggung jawabkan.

Walaupun peraturan mengenai diskon atau potongan harga belum

dibentuk oleh Pemerintah secara khusus, Namun terdapat peraturan yang

mengatur mengenai larangan tentang kondisi suatu barang dalam keadaan

cacat, yang sering kali ditemukan dalam promo diskon peraturan tersebut

Page 17: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/59862/4/BAB I.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1. menjaga kepentingan umum dan meningkatkan

17  

  

termuat dalam pasal 9 huruf f Undang-undang Nomor 8 tahun 1999. Pelaku

Usaha seharusnya memperhatikan mengenai hak-hak konsumen. Menurut

Sudikno Mertokusumo yang mengemukakan teorinya akan perlindungan

terhadap rakyat, dimana Sudikno Mertokusumo menyebutkan jika

perlindungan hukum ada 2 macam yaitu :

1. Perlindungan hukum preventif, perlindungan hukum yang subjek

hukumnya mengajukan keberatan atau pendapat sebelum suatu keputusan

dari pemerintah mendapat definitif. Perlindungan hukum ini dibuat dengan

tujuan untuk mencegah terjadinya sengketa antara Pelaku Usaha dan

Konsumen

2. Perlindungan hukum represif, perlindungan hukum ini menerapkan saksi

kepada Pelaku Usaha atas setiap pelanggaran yang dilakukan oleh Pelaku

Usaha. Tujuan Perlindungan hukum ini dibuat untuk menyelesaikan

sengketa di lembaga peradilan.1

Konsumen seharusnya lebih pintar dalam menghadapi kasus mengenai

barang-barang yang dalam promo diskon. Jika Konsumen menemukan

kecacatan terhadap suatu barang dalam promo diskon dapat memberikan

keluhan kepada Badan Perlindungan Konsumen Nasional yang diatur dalam

Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 pasal 31. Sehingga diharapkan jika

konsumen menemukan kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh Pelaku

Usaha dapat melaporkannya langsung kepada Badan Perlindungan Konsumen

Nasional (BPKN).

                                                            1 Sudikno Mertokusumo, 2009, Penemuan Hukum, Bandung : Citra Aditya Bakti, hal 41 

Page 18: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/59862/4/BAB I.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1. menjaga kepentingan umum dan meningkatkan

18  

  

G. Metode Penelitian

Penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa

dan konstruksi, yang dilakukan secara metodologis, sistematis, dan konsisten.

Metodologis merupakan kesesuai dengan metode atau cara tertentu, sedangkan

sistematis berdasarkan suatu sistem, sedangkan konsisten yang berarti tidak

adanya hal-hal yang bertentangan dalam suatu kerangka tertentu2.

Agar suatu penelitian ilmiah dapat berjalan dengan tujuan, maka perlu

menggunakan suatu metode penelitian yang baik dan tepat untuk mendapatkan

data yang sesuai dengan tujuan penelitian, juga akan mempermudah

pengembangan data yang diperoleh. Adapun metode penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini hukum ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang digunakan adalah pendekatan normatif

(doctrinal). Pendekatan doctrinal adalah pendekatan yang dilakukan dengan

cara memandang hukum sebagai doktrin atau seperangkat aturan yang

sifatnya normatif (law in book)3. Dalam penelitian hukum normatif berupa

produk perilaku huku yang mengkaji rancangan undang-undangnya,

dimana pokok kajiannya adalah hukum yang dikonsepkan sebagai norma

ataupun kaidah yang berlaku didalam masyarakat dan kaidah ataupun

morma tersebut menjadi acuan terhadap segala perilaku setiap orang.

Penelitian ini berfokus pada inventarisasi hukum positif, asas-asas, doktrin

                                                            2 Soerjono Soekanto, 2010, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia Press, hal. 42 3 Hardijan Rusli, “Metode Penelitian Hukum Normatif: Bagaimana?”, Law Review Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Volume V No. 3 Tahun 2006, hal. 50.

Page 19: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/59862/4/BAB I.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1. menjaga kepentingan umum dan meningkatkan

19  

  

hukum, penemuan hukum dalam perkara in concreto, sistematik hukum,

taraf sinkronasi hukum, perbandingan hukum, dan sejarah hukum4.

2. Spesifikasi Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian yang bersifat deskriptif. Soerjono

Soekanto berpendapat Penelitian deskriptif merupakan suatu penelitian

yang dimaksud untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang

manusia, keadaan, gejala-gejala lainnya. Maksudnya adalah terutama

mempertegas hipotesa-hipotesa, agar dapat membantu memperkuat teori-

teori lama, atau di dalam kerangka penyusun teori baru.Penelitian

prespektif adalah suatu pandangan dari suatu dasar pemikiran atau yang

menjadi dasar dari pemikiran itu sendiri.5

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ditetapkan dengan tujuan agar ruang lingkup

permasalahan yang akan diteliti lebih sempit dan terfokus, sehingga

penelitian yang dilakukan lebih terarah. Lokasi yang digunakan oleh

Penulis dalam melakukan penelitian ini adalah Matahari Departement

Store, Centro Departement Store, dan Metro Departement Store di

Surakarta.

4. Jenis Data

Secara umum dalam penelitian dibedakan antara data yang diperoleh

secara langsung dari masyarakat dan dari bahan pustaka. Data yang

diperoleh langsung dari masyarakat dinamakan data primer, sedangkan data                                                             4 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Cet. 1 (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2007) hal. 41-42. 5 Soekanto, Loc.Cit, hal 10 

Page 20: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/59862/4/BAB I.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1. menjaga kepentingan umum dan meningkatkan

20  

  

yang diperoleh dari bahan bahan kepustakaan adalah data sekunder6. Dalam

penelitian ini menggunakan sumber data :

a. Data Sekunder

Data yang diperoleh secara tidak langsung yaitu dari studi kepustakaan

yang berupa sejumlah keterangan atau fakta dengan cara mempelajari

bahab-bahan berupa buku-buku, dokumen-dokumen, peraturan

perundang-undangan, laporan-laporan dan sebagainya yang berkaitan

dengan permasalahan yang diteliti.

b. Data Primer

Data yang diperoleh langsung dari lokasi penelitian setelah melakukan

wawancara dengan pihak-pihak terkait.

5. Metode Pengumpulan Data

Data-data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah :

a. Studi Kepustakaan

Merupakan teknik pengumpulan data dengan mengumpulkan

bahan-bahan yang berupa dokumen-dokumen, buku-buku, atau bahan

pustaka lainnya, yang menyangkut dengan obyek yang diteliti7

b. Wawancara

Merupakan penelitian yang digunakan secara langsung terhadap

objek yang diteliti dalam rangka memperoleh data primer dengan

                                                            6 I Made Wirartha, 2006, Pedoman Penulisan Usulan Penelitian, Skripsi dan Tesis, Yogyakarta:

Andi, hal. 35. 7 Lexy J Moeloeng. 2013. MedotologiPenelitianKualitatif. RemajaRoesdakarya Offset hal. 14

Page 21: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/59862/4/BAB I.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1. menjaga kepentingan umum dan meningkatkan

21  

  

wawancara(interview)8.Wawancara ini dilakukan dengan cara terjun

langsung ketempat obyek penelitian yaitu di Departement Store

Matahari, Centro,dan Metro di wilayah Surakarta. Metodewawancara

yang digunakan adalah wawancara yang terpimpin, terarah, dan

mendalam sesuai dengan pokok-pokok masalah yang diteliti guna

memperoleh hasil data dan informasi yang lengkap dan seteliti

mungkin.

6. Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif dengan

menggunakan logis normatif yang mana berdasarkan logika dan peraturan

perundang-undangan, silogisme atau menarik kesimpulan.

Tahap awal pada teknik analisis data kualitatif adalah dengan

melakukan inventarisasi terhadap peraturan perundang-undangan yang

terkait dengan persoalan yang menjadi objek kajian. Selanjutnya adalah

melakukan pembahasan yang berupa pendiskusian, antara berbagai macam

peraturan perundang-undangan yang telah diiventarisir, sehingga pada

tahap akhir ditemukannya hukum in-concreto.

H. Sistematika Penulisan

Agar lebih mudah di dalam melakukan pemahaman terhadap hasil

penelitian, maka penulis akan membagi penulisan hukum menjadi empat bab

                                                            8H.B. Sutopo, 2006, PenelitianKualitatif: DasarTeoridanTerapannyaDalamPenelitia, Surakarta: UNS Press. Hal 190 

Page 22: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/59862/4/BAB I.pdf · BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1. menjaga kepentingan umum dan meningkatkan

22  

  

yang setiap babnya dibagi menjadi sub-sub bagian. Adapun sistematika

penulisan hukum sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, Rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian,

dan sistematika skripsi.

BAB II Tinjauan pustaka, yang berisikan mengenai tinjauan umum

Perlindungan Konsumen, tinjauan umum Konsumen, tinjauan umum Pelaku

Usaha, dan tinjauan umum Departemen Store.

BAB III Hasil penelitian dan Pembahasan, yang diuraikan tentang peran

Perlindungan Konsumen dalam melindungi konsumen dalam pemberian

diskon yang dilakukan oleh Matahari Departement Store, Centro Departement

Store, dan Metro Departement Store

BAB IV Penutup, berupa kesimpulan dari hasil penelitian dan saran sebagai

bentuk tindak lanjut dari penelitian.