bab 1 pendahuluan a. latar belakangeprints.umm.ac.id/24272/2/jiptummpp-gdl-aguschandr-35793...1 bab...

38
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai macam cara sering digunakan dalam proses berkomunikasi, salah satunya adalah propaganda. Propaganda merupakan salah satu teknik dalam berkomunikasi, kita mungkin sering mendengar istilah propaganda, dalam dunia politik familiar dengan kata- kata ini, dunia kerja, bahkan dalam kehidupan kita sehari-hari, mulai dari koran yang kita baca, iklan-iklan di televisi bahkan film. Menurut Harold D Lasswell dalam tulisannya Propaganda Techniquein The World War (1927) mengatakan propaganda adalah semata-mata control opini yang dilakukan melalui simbol-simbol yang mempunyai arti, atau menyampaikan pendapat yang kongkrit dan akurat melalui sebuah cerita, gambar-gambar, rumor dan bentuk-bentuk yang lain. Dalam bukunya yang lain Laswell juga mengatakan bahwa “Propaganda” adalah teknik untuk mempengaruhi kegiatan manusia dengan memanipulasikan representasinya. (Nurudin, 2001: 10) Bangsa-bangsa di dunia juga mencatat dalam sejarahnya bahwa propaganda telah memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan bangsanya. Pada zaman mesir kuno maupun yunani kuno, pidato sebagai sarana propaganda mendapat perhatian mendalam dan dipelajari secara sungguh-sungguh. Kondisi semacam itu berlanjut sampai zaman romawi, bahkan sampai sekarang. Semntara itu salah satu propaganda yang cukup fenomenal adalah propaganda tentang fasisme kekuatan Ras Aria yang disebarkan oleh tokoh Nazi Jerman yang cukup fenomena yakni Adolf Hitler. Yang mana dalam propagandanya Nazi menyatakan bahwa Ras Aria adalah ras yang murni dan yang paling

Upload: others

Post on 16-Jan-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbagai macam cara sering digunakan dalam proses berkomunikasi, salah satunya

adalah propaganda. Propaganda merupakan salah satu teknik dalam berkomunikasi, kita

mungkin sering mendengar istilah propaganda, dalam dunia politik familiar dengan kata-

kata ini, dunia kerja, bahkan dalam kehidupan kita sehari-hari, mulai dari koran yang kita

baca, iklan-iklan di televisi bahkan film.

Menurut Harold D Lasswell dalam tulisannya Propaganda Techniquein The World

War (1927) mengatakan propaganda adalah semata-mata control opini yang dilakukan

melalui simbol-simbol yang mempunyai arti, atau menyampaikan pendapat yang kongkrit

dan akurat melalui sebuah cerita, gambar-gambar, rumor dan bentuk-bentuk yang lain.

Dalam bukunya yang lain Laswell juga mengatakan bahwa “Propaganda” adalah teknik

untuk mempengaruhi kegiatan manusia dengan memanipulasikan representasinya. (Nurudin,

2001: 10)

Bangsa-bangsa di dunia juga mencatat dalam sejarahnya bahwa propaganda telah

memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan bangsanya. Pada zaman

mesir kuno maupun yunani kuno, pidato sebagai sarana propaganda mendapat perhatian

mendalam dan dipelajari secara sungguh-sungguh. Kondisi semacam itu berlanjut sampai

zaman romawi, bahkan sampai sekarang. Semntara itu salah satu propaganda yang cukup

fenomenal adalah propaganda tentang fasisme kekuatan Ras Aria yang disebarkan oleh

tokoh Nazi Jerman yang cukup fenomena yakni Adolf Hitler. Yang mana dalam

propagandanya Nazi menyatakan bahwa Ras Aria adalah ras yang murni dan yang paling

2

berkuasa. Sehingga dengan munculnya propaganda tersebut banyak bangsa Yahudi yang

tinggal di wilayah Jerman khususnya pada masa itu harus dibunuh, dimana dalam operasi

oleh tentara Nazi disebut sebagai operasi “pembersihan”.

Di Indonesia sendiri propaganda juga dilakukan dengan cara-cara yang lain seperti

hampir selama 32 tahun masa pemerintahan Orde baru kita mengenal sosok presiden

Soeharto sebagai Bapak Pembangunan. Sebutan bapak pembangunan secara langsung

tertanam dalam benak warga Indonesia bahwa Soeharto merupakan orang yang cukup

memiliki andil yang besar dalam pekemnbangan pembangunan di Indonesia, dalam kurun

32 tahun masa pemerintahanya.

Seiring dengan berkembangnya zaman dan kemajuan teknologi propaganda muncul

dengan bentuk-bentuk lain, yang tidak hanya bertujuan untuk politik dan kekuasaan,

propagan da juga muncul dengan tujuan menarik keuntungan, simpati, dukungan dll. Hal ini

didukung adanya media jejaring sosial seperti twitter, facebook, patch dan instagram. Media

jejaring sosial seperti itu terbukti mampu mempengaruhi jutaan orang dalam waktu yang

hampir bersamaan. Semua itu mengambarkan bahwa media massa mengambil andil yang

cukup besar terhadap penyebaran propaganda kepada khalayak.

Media massa mampu memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap aspek

kehidupan di tengah-tengah masyarakat, baik sosial, budaya, ekonomi maupun politik.

Media massa baik itu cetak maupun elektronik memiliki kontribusi sebagai sarana

penunjang penyebarluasan propaganda. Dan salah satu bentuk media massa yang terbukti

efektif digunakan sebagai alat propaganda adalah film.

Film adalah media yang berupa audio dan visual. Dan bentuk keduanya

mensinergikan sebuah kekuatan besar sebagai penyampai informasi yang mudah

3

dikonsumsi secara mendalam. Selanjutnya, konsumsi itu akan menjadi panduan yang

kemudian mempengaruhi pola pikir, gaya hidup, cara pandang bahkan perilaku seperti

halnya makanan yang mempengaruhi kondisi tubuh si pemakan. Walaupun dengan

pertimbangan tersebut, insan perfilman menjadikan situasi itu sebagai rambu untuk

kemudian berhati-hati dalam memproduksinya, baik secara ramuan, isi kandungan, ataupun

kemasannya.

Saat ini perkembangan film sangatlah pesat, dengan berkiblat pada Hollywood

sebagai industri film terbesar di dunia. Bermunculan karya-karya film yang bervariasi tidak

hanya seputaran cinta dan humor saja. Banyak negara-negara yang mulai aktif memproduksi

film yang mengangkat tema-tema budaya bangsa mereka. Salah satunya tema yang menarik

buat diangkat adalah sejarah negara, yang didalamnya ditemukan banyak berbagai macam

yang menjadi salah satu bagian dari suatu bangsa. Seperti film Rambo yang menceritakan

nuansa heroik tentara amerika dalam perang Vietnam, Conspiracy (2009) yang

menceritakan perdebatan diantara petinggi Nazi, Che (2008) tokoh pergerakan revolusi di

Kuba yang berjuang bersama Fidel Castro yang akhirnya mati ditembak. Coming Home

(Hal Ashby, 1978), The Deer Hunter (Michael Comino, 1978), Rambo First Blood Part II

(George F. Cosmatus, 1985), Platon (Oliver Stone, 1986). (Nurudin, 2001:37).

Namun dengan semakin kritisnya masyarakat dengan isu-isu politik yang

berkembang, film propaganda bukan hanya dibuat untuk kepentingan politik semata. Film-

film propaganda juga dibuat sebagai media protes terhadap kebijakan pemerintah Amerika

Serikat. Pasca tragedi WTC 11 September 2001 yang disebut-sebut sebagai awal

ketertarikan mayarakat akan agama Islam, film propaganda juga dibuat sebagai bentuk

protes terhadap kebijakan militer Amerika Serikat.

4

Salah satu film bergenre drama yang mengandung propaganda dan diangkat

berdasarkan sebuah kisah nyata adalah film Argo karya Ben Affleck. Film yang mengambil

latar tahun 1979 di Iran berdasarkan kisah nyata. Film ini bercerita tentang misi

penyelamatan yang dilakukan oleh agen CIA terhadap enam Diplomat Amerika Serikat

yang berhasil melarikan diri dari amukan masyarakat Iran dan bersembunyi di Kedubes

Kanada.

Teheran Iran 1979 terjadi kerusuhan akibat perubahan sistem pemerintahan dimana

Amerika Serikat dan Inggris Raya merancang kudeta untuk menjatuhkan pemimpin mereka

Mohammad Mosaddegh dan membantu Shah Reza Pahlavi untuk menggantikannya.

Kehancuran Iran pun dimulai dengan berkuasanya Shah Reza Pahlavi, dimana sang Shah

hanya tahu bersenang-senang dan menindas rakyatnya dengan kemiskinan dan kelaparan.

Menganggap Amerika Serikat bersekutu dengan Pahlavi, rakyat Iran yang marah menyerbu

kedutaan Amerika, lebih dari 50 warga Amerika yang bekerja saat itu ditangkap dan

disandera oleh kelompok revolusioner Iran.

Di tengah-tengah kekacauan tersebut ada enam staf kedutaan AS yang berhasil kabur

dan melarikan diri ke kedubes Kanada. Dalam perhatian dunia Internasional, CIA harus

cepat menjemput mereka dengan metode terbaiknya. Muncul lah Tony Mendez seorang

spesialis di CIA dengan idenya yang dinamai Argo. Argo sendiri adalah sebuah skenario

film bohongan yang dibuat seolah-olah asli guna menyakinkan masyarakat dunia. Argo

yang bersettingkan pembuatan film di Iran dipergunakan untuk menyelamatkan ke-enam

staf kedutaan AS dan menjadikan mereka sebagai crew film argo dimana Tony Mendez

sebagai produsernya yang mengaku berasal dari Kanada, para staf kedutaan pun dibuatkan

paspor palsu dengan mengganti nama dan kewarganegaraan mereka.

5

Film Argo yang mengangkat kisah 34 tahun lalu itu mendapat kecaman dari banyak

orang terutama masyarakat Iran, hal ini dinilai Argo memberikan gambaran infaktual

tentang masyarakat Iran di masa itu. Terlepas dari alur cerita film, apa yang diangkat di

Argo adalah sebuah kebohongan sejarah yang nyata dan bahkan menuai kritik dari Duta

Besar Kanada di Tehran waktu itu, Ken Taylor.

Melalui film Argo, sejarah sengaja kembali ditulis ulang dengan bahasa yang halus

untuk pemalsuan agar pas dengan tujuan baru sang penguasa (AS). Mereka yakin bahwa

apabilah sejarah ditulis ulang maka rakyat akan bergairah mendukung pemerintah

melakukan agresi militer terhadap Iran. Argo dinilai bisa menyebarkan kebencian terhadap

Iran dan sebagai proyek propaganda badan intelijen untuk meyakinkan rakyat Amerika

bersama Israel berperang melawan Iran.

Selain itu film karya Ben Affleck ini juga mendapatkan penghargaan tertinggi dari

ajang Oscar 2013, Argo dipilih sebagai film terbaik yang mengalahkan delapan pesaingnya,

yakni Amour, Beasts of The Southern Wild, Django Unchained, Les Miserables, Life of Pi,

Silver Linings Playbook, Zero Dark Thirty, dan pesaing terberatnya, Lincoln. Ketika sebuah

film yang sarat dengan distorsi sejarah dipilih sebagai karya terbaik, tentu akar

permasalahan itu terdapat pada isu yang diangkat oleh sang sutradara dan bukan pada

kreativitas seni di dalamnya. Langkah itu kembali memperlihatkan bahwa di Hollywood

seni telah dikalahkan oleh politik. (Anonim : 2013).

Seorang kritikus budaya Kim Nicolini mengatakan, "Argo merupakan bagian dari

propaganda liberal konservatif yang dibuat oleh Hollywood untuk mendukung politik

konservatif pemerintahan liberal Barack Obama saat kita bergerak menuju pemilihan

presiden. Ini juga bilangan prima roda perang Amerika yang mendukung serangan Israel

6

terhadap Iran." Nicolini mengecam Argo karena benar-benar mengabaikan cerita versi Iran,

dan mencatat bahwa film ini adalah versi yang menghapus peristiwa sebenarnya. Dia

berargumen bahwa tidak ada yang otentik tentang manipulasi film peristiwa bersejarah, dan

film ini sebagai propaganda politik murni. Argo adalah sebuah film propaganda seperti film-

film Nazi karya sineas wanita Leni Riefenstahl. Sama seperti Riefenstahl, mengagungkan

sebuah organisasi kriminal yang menebar kematian. Dan juga tujuan utamanya adalah untuk

menciptakan kebencian dan mengubah penonton menjadi pembunuh massal. Riefenstahl

memuja Partai Nazi dan Hitler, sementara Argo mengagungkan CIA. Riefenstahl menebar

kebencian lewat karya-karyanya dan memoles pandangan antisemitisme agar terlihat cantik,

sementara Argo membuat provokasi Zionis melalui gerakan Islamphobia dan Iranphobia

terlihat alami dan tak terelakkan. (Anonim : 2013).

Dalam penilitihan ini mencoba menganalisis film Argo karya Ben Affleck, dimana

terdapat unsur audio dan visual yang menggunakan unsur teknik propaganda. Melihat dari

fenomena khususnya fakta-fakta yang berkaitan dengan uraian di atas, Maka penulis tertarik

untuk melakukan study terhadap pemakaian teknik propaganda dalam film Argo karya Ben

Affleck dengan judul “ Teknik Propaganda Dalam Film (Analisis Isi Film Argo Karya

Ben Affleck )”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan maka dapat dirumuskan permasalahan

dalam penelitihan ini adalah seberapa porsi proposisi teknik propaganda dalam film Argo

karya Ben Affleck.

7

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menghitung frekuensi kemunculan teknik

propaganda dalam film Argo karya Ben Affleck.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memberi beberapa manfaat, antara lain yaitu :

1. Secara Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memotivasi penelitian untuk lebih

mengembangkan dan memperluas berbagai penelitian di masa akan datang, serta

memperoleh pengetahuan mengenai pesan propaganda dalam film.

Dalam penelitian ini juga diharapkan menjadi sumbangan penelitian yang berguna

bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi khususnya bagi mereka yang memilih konsentrasi

Audio Visual dalam menganalisis film.

2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan pula dapat memberikan pemahaman untuk

membuat acuan dalam memproduksi film sejenis (tentang propaganda). Serta juga

dapat memberikan pertimbangan maupun informasi dalam menyeleksi sebuah

informasi dalam film untuk dikonsumsi.

E. Tinjauan Pustaka

E.1. Propaganda: Definisi, Jenis - Jenis Dan Teknik

Definisi propaganda banyak sekali dikemukakan oleh para ahli dibidang

sosiologi, psikologi dan ada juga yang mempunyai latar belakang orator. Ini

dimungkinkan karena masing-masing pihak, kelompok maupun individu mempunyai

8

latar belakang, kurun waktu atu tujuan yang berlainan sehingga membuat uraian arti

propaganda sangat bervariasi. Dra. Djoenaesih, Drs. Sunarjo (1982 : 25-26)

mengemukakan bahwa orang yang mendifinisikan “propaganda” sedang

mendifinisikan definisinya masing-masing. Di dalam “Communication Theories”

dikatakan bahwa propaganda adalah kegiatan komunikasi yang menggunakan teknik-

teknik tertentu.

Propaganda berasal dari bahasa latin propagare yang artinya cara tukang kebun

menyemaikan tunas suatu tanaman ke sebuah lahan untuk memproduksi tanaman baru

yang kelak akan tumbuh sendiri (Nurudin, 2001 : 9). Propaganda adalah suatu jenis

komunikasi yang berusaha mempengaruhi pandangan dan reaksi tanpa mengindahkan

tentang nilai benar atau tidak benarnya pesan yang disampaikan seperti yang

tercantum dalam Encyclopedia Internasional.

Harold D. Laswell dalam tulisannya Propaganda (1937) yang dikutip Nurudin

(2001: 10) mengatakan propaganda adalah teknik untuk mempengaruhi kegiatan

manusia dengan memanipulasikan representasinya “(Propaganda in broadest sense is

the technique of influencing human action by the manipulation of representations)”

defininsi lainya dari Laswell dalam bukunya “Propaganda technique in the world

war” (1927) mengatakan bahwa propaganda semata-mata merupakan kontrol opini,

yang dilakukan melalui simbol-simbol yang mengandung arti, atau menyampaikan

pendapat yang kongkrit dan teliti, melalui sebuah cerita, rumor, laporan gambar-

gambar dan bentuk-bentuk lain yang bisa digunakan dalam komunikasi sosial.

Barnays mengatakan, propaganda modern adalah suatu usaha yang bersifat

konsisten dan terus menerus untuk menciptakan atau membentuk suatu peristiwa-

9

peristiwa guna mempengaruhi hubungan public terhadap suatu usaha ataupun

kelompok. Propaganda bisa diibaratkan sebuah ilmu. Ilmu itu akan membuahkan hasil

jika melekat pada orang yang berkepribadian baik. Namun, propaganda akan

menghasilkan kejelekan dan kesengsaraan manakala melekat pada orang yang tidak

baik (Nurudin, 2001: 10)

Dari pengertian di atas, propaganda jelas adalah suatu perbuatan yang memang

sengaja dibuat untuk mempengaruhi pihak lain dan pihak yang melakukan propaganda

adalah pihak yang kuat dan berkuasa. Propaganda dalam perkembangannya bisa

mencakup sebagai media mempunyai informasi dan tidak menutup kemungkinan

setiap ditemukan teknologi baru tentang media komunikasi, maka akan ditemukan lagi

cara baru menyampaikan propaganda dengan media tersebut.

Jenis-jenis propaganda menurut Santoso Satropoetro, 2003. yaitu :

1. Black Propaganda

Black propaganda adalah propaganda terbuka dimana menyerang narasumber

yang dikenai propaganda secara terang-terangan atau terbuka.

2. White Propaganda

White propaganda adalah propaganda tertutup atau dilakukan secara sembunyi-

sembunyi. Dimana peogandis tidak secara terang-terangan menyerang orang yang

dikenai propaganda. Misalkan, ketika pemilu walikota menyatakan bahwa pililah

walikota yang berpendidikan tinggi, padahal pernyataan itu ditujukan pada dirinya

sendiri.

10

3. Grey Propaganda

Grey propaganda adalah propaganda yang tidak diketahui pasti sumbernya, maka

dapat menimbulkan keraguan.

Jenis Propaganda berdasarkan isi pesan menurut Dobb, 1996. yaitu :

1. Propaganda Tersembunyi

Peogandis menyembunyikan tujuan utama dalam kemasan suatu pesan lain.

Misalnya konferensi pers yang dilakukan oleh seorang presiden Amerika.

2. Propaganda Terbuka

Setiap kemasan pesan cara dan perilakunya dikemukakan secara transparan tanpa

dikemas dengan pesan lain. Misalnya kampanye terbuka calon presiden atau wali

kota.

Sedangakan Ellul, 1965, membagi propaganda dalam dua cara yakni vertikal dan

horizontal.

1. Propaganda Vertikal

Propaganda yang dilakukan oleh satu pihak kepada orang banyak dan biasanya

mengandalkan media massa untuk menyebarkan pesan-pesannya.

2. Propaganda Horizontal

Propaganda yang dilakukan seorang pemimpin suatu organisasi atau kelompok

kepada anggotanya dengan melalui tatap muka atau komunikasi antar personal

dan biasanya tidak menggunakan media massa.

11

Seperti halnya komunikasi, propaganda juga sangat membutuhkan teknik untuk

mencapai sasaran dan tujuannya. Sebab dengan menggunakan teknik yang tepat akan

menghasilkan pencapaian yang optimal. Berikut beberapa teknik propaganda menurut

Nurudin (2001: 29).

1. Name Calling (Penggunaan nama ejekan)

Name Calling adalah teknik propaganda dengan memberikan sebuah ide atau

lebel yang buruk. Tujuannya untuk menurunkan derajat nama seseorang atau prestise

suatu ide dimuka umum agar orang menolak dan menyangsikan ide tertentu tanpa

mengoreksinya atau memeriksanya terlebih dahulu. Sebutan-sebutan seperti

“provokator”, “lintah darat”, “kepo”, “Pemberi Harapan Palsu (PHP)”, Partai

Komunis Indonesia (PKI)” terhadap seseorang atau suatu pihak tidak lain bermaksud

untuk memberikan julukan karakteristik yang bersifat menurunkan derajat. Dan

menjadi ciri khas yang melekat pada teknik ini. Teknik ini sering digunakan dalam

propaganda lisan.

2. Gliterring Generalities (Penggunaan kata-kata muluk)

Gliterring Generalities adalah mengasosiasikan sesuatu dengan sesuatu “kata

bijak” yang digunakan untuk membuat kita menerima dan menyetujui hal itu tanpa

memeriksanya terlebih dahulu. Dimana peogandis menonjolkan gagasan dengan

sanjungan-sanjungan agung seperti penggunaan kata-kata atau kalimat “demi

keadilan dan kebenaran” atau “demi membelah kaum yang tertindas” menjadi salah

satu ciri teknik propaganda ini. Peogandis dalam hal inilah mengidentifikasikan

dirinya atau gagasanya dengan segala apa yang serbah luhur dan agung.

12

3. Transfer (Pengalihan)

Transfer adalah cirri-ciri kegiatan propaganda yang menggunakan teknik

memakai pengaruh dari seorang tokoh yang paling dikagumi dan berwibawa di

lingkungan tertentu. Peogandis dalam hal ini mempunyai maksud agar komunikan

terpengaruh secara psikologis terhadap apa yang sedang dipropagandakan. Misalnya

Partai Demokrat Indonesia-Perjuangan (PDI-P) dalam berbagai kesempatan terutama

menjelang pemilu sering memakai pengaruh Bung Karno yang sangat dikagumi dan

berwibawa bagi rakyat Indonesia, juga di lingkungan-lingkungan tertentu seperti

golongan nasionalis karena beliau sebagai proklamator, intelektual dan orator ulung.

4. Testimonials (Pengutipan)

Testimonials adalah cara melancarkan propaganda dengan mengutip kata-kata

orang terkenal mengenai baik atau tidaknya suatu ide atau pokok, dengan tujuan agar

khalayak mengikutinya. Teknik ini juga sering digunakan dalam dunia periklanan.

Misalnya untuk memperkuat lebel halal pada suatu produk, digunakan tokoh agama

dalam iklan produk tersebut. Iklan “bintang toejoh masuk angin” dengan tokoh

Mahfud MD juga termasuk penggunaan teknik ini, dimana kata yang sering

diucapkan Mahfud MD yaitu “wong bejo (orang beruntung)” menjadi slogan produk

ini.

5. Plain Folk (Perendahan diri)

Plain Folk adalah propaganda dengan menggunakan cara identifikasi terhadap

suatu ide. Misalnya dengan kata-kata milik rakyat atau dari rakyat. Seperti halnya

Golkar yang pernah mempropagandakan Soeharto sebagai milik rakyat serta

13

dikehendaki oleh rakyat, meskipun tidak tau rakyat yang mana yang

menghendakinya dan dia pun terpilih pada SU MPR tahun 1998.

Sifat “merakyat” sering dimunculkan dalam propaganda ini dimana rakyat jelata

menjadi sekedar mainan politisi saja karena dalam sejarah bernegara tidak pernah

kuat dan kritis. Dengan demikian maksud teknik propaganda ini yaitu menyamakan

diri dengan rakyat, dimana peogandis mengidentikan yang dipropagandakan milik

atau mengabdi kepada komunikan.

6. Card Stacking (Penumpukan fakta)

Card Stackling adalah teknik propaganda yang hanya menonjolkan hal-hal sisi

baiknya saja, shingga publik hanya dapat melihat dari satu segi. Misalnya program

Pak Harto adalah “Bapak Pembangunan” yang pernah dicanangkan oleh Ali

Moertopo seolah mengklaim hanya Pak Harto lah pelopordan penggerak

pembangunan di Indonesia.

Card Stackling meliputi seleksi dan kegunaan fakta atau kepalsuan, ilustrasi atau

kebingungan dan masuk akal atau ditak masuk akal suatu pernyataan agar

memberikan kemungkinan terburuk atau terbaik suatu gagasan, program, manusia

dan barang.

7. Bandwagon Technique (Hura-hura)

Teknik ini dilakukan dengan cara menggembar-gemborkan sukses yang telah

dicapai seseorang, suatu lembaga atau suatu organisasi. Dalam bidang ekonomi,

teknik ini digunakan untuk menarik minat pembeli akan suatu produk tertentu yang

laku keras di pasaran. Dalam bidang politik Golkar sering mengembar-gemborkan

propaganda kesuksesan pembangunan nasional.

14

8. Reputable Mounthpiece

Teknik yang dilakukan dengan mengemukakan sesuatu yang tidak sesuai

kenyataan. Teknik ini biasanya digunakan oleh seseorang yang menyanjung

pemimpin, akan tetapi tidak tulus. Bung Karno pernah diangkat sebagai “waliyul

amri” dan panglima besar revolusi. Teknik ini dilakukan karena ada ambisi seseorang

atau sekelompok orang yang ingin aman di lingkaran kekuasaan. Atau bisa jadi

teknik ini malah digunakan untuk memerosokkan pemimpin dengan mengemukakan

yang baik-baik saja sehingga sang pemimpin jadi lupa diri. Maka jalan memuji yang

pada perinsipnya ingin menjatuhkan pun dilakukan.

9. Using All Forms of Persuations

Teknik yang digunakan untuk membujuk orang lain dengan rayuan, himbauan

dan iming-iming. Teknik propaganda seperti ini biasanya sering digunakan dalam

kampanye pemilu. Di Indonesia untuk medapatkan simpati masyarakat, ada sebuah

partai politik yang menjanjikan pada masyarakat untuk mendapat pengobatan gratis

jika partainya menang.

E.2. Propaganda Dalam Film

Salah satu muatan pesan dalam komunikasi adalah propaganda dan salah satu

bentuk media massa yang cukup efektif untuk melakukan propaganda adalah film.

Seperti yang telah disebutkan pada penjelasan sebelumnya bahwa pesan di dalam

komunikasi memilki maksud dan informasi dari komunikan kepada komunikatornya,

pesan tersebut dapat berisi ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau

propaganda. Propaganda dalam film telah dipakai dibeberapa negara, salah satunya

15

adalah Amerika Serikat adapun film yang dibuat dengan unsur propaganda adalah

tentang kepahlawanan tentara Amerika yang ditujukan dalam perang dengan setting

perang Vietnam. Antara lain Coming Home (Hal Ashby, 1978), The Deer Hunter

(Michael Comino, 1978), Rambo First Blood Part II (George F. Cosmatus, 1985),

Platon (Oliver Stone, 1986). (H. Hafied Cangara 2008: 24)

Menurut Abu Ahmadi (2002: 220) propaganda melalui film terkadang bisa

membenarkan (dengan tujuan mempengaruhi persepsi publik) tindakan yang salah,

dan biasanya hal ini menjadi suatu permasalahan baru. Film sebagai media propaganda

juga disebutkan bertujuan untuk memberikan pengaruh terhadap sikap ideologi

seseorang.

E.3. Pengertian Film

Film pertama kali lahir diparuh kedua abad ke 19. Dibuat dengan bahan dasar

seluloid yang sangat mudah tebakar, bahkan oleh percikan abu rokok sekalipun. Sesuai

dengan berjalannya waktu, para ahli berlomba-lomba menyempurnakan film agar

lebih aman, lebih mudah diproduksi dan enak ditonton.

Pada dasarnya film dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) bagian yaitu film

cerita dan non cerita. Namun dalam perkembangannya film cerita dan non cerita saling

mempengaruhi dan melahirkan berbagai jenis film yang ciri dan corak masing-masing.

1. Film Cerita

Film yang diproduksi berdasarkan cerita yang dikarang dan dimainkan oleh

aktor dan aktris. Pada umumnya film cerita bersifat komersial artinya,

dipertunjukkan di bioskop dengan harga karcis tertentu atau diputar di televisi

16

dengan dukungan sponsor produk tertentu. Misalnya, film horor, drama, fiksi

ilmiah komedi laga, musikal dan lain-lain.

2. Film Non Cerita

Film non cerita merupakan katagori film yang mengambil kisah nyata sebagai

subyeknya atau merekam kenyataan dari pada fiksi tentang kenyataan. Ada dua

tipe film non cerita antara lain :

a. Film Faktual : menampilkan fakta, kamera hanya sekedar merekam

peristiwa. Biasanya dalam bentuk sebagai film cerita dan film

dokumentasi.

b. Film dokumenter : sarana yang tepat untuk mengungkapkan realitas,

menstimuli perubahan, dengan kata lain menunjukkan realitas kepada

masyarakat secara normal.

Ada dua tambahan jenis film yaitu film eksperimental dan film animasi.

Penjelasannya sebagai berikut :

a. Film Eksperimental adalah film yang tidak dibuat dengan kaidah-kaidah

Pembuatan film yang lazim. Tujuannya untuk mengadakan ekaperimentasi dan

mencari cara-cara pengucapan baru lewat film.

b. Film Animasi (kartun) adalah film yang memanfaatkan gambaran atau lukisan

maupun benda-benda mati lainnya seperti boneka, kursi meja dan lain-lainnya

yang bisa dihidupkan dengan teknik animasi.

17

E.3.1. Unsur – unsur dalam Film

Film cerita memiliki berbagai jenis atau genre. Dalam hal ini genre dapat

diartikan sebagai jenis film yang ditandai dengan gaya, bentuk, atau isi tertentu.

Adapula yang disebut dengan film drama, horror, perang, sejarah, film fiksi ilmiah,

komedi, laga. Penggolongan jenis film ini tidaklah terlalu kaku karena sebuah film

dapat dimasukkan ke dalam beberapa jenis. Agar jenis film cerita tetap bertahan dan

selalu diminati, penonton harus tanggap terhadap perkembangan zaman.

Film cerita dapat diartikan sebagai pengutaraan cerita atau ide, yang

diaplikasikan ke dalam bentuk gambar-gambar atau suara. Jadi cerita adalah bungkusan

atau kemasan yang memungkinkan pembuat film melahirkan suatu realitas rekaan yang

merupakan suatu alternative dari realitas penikmatnya. Dari segi komunikasi, ide yang

terdapat dalam sebuah film yang berupa pesan ini mengandung suatu pendekatan yang

bersifat membujuk atau persuasif.

Dalam proses pembuatan film melibatkan sejumlah keahlian tenaga kreatif yang

harus menghasilkan suatu keutuhan, mereka saling mendukung dan saling mengisi satu

sama lain. Perpaduan antara sejumlah keahlian ini merupakan syarat utama bagi

lahirnya film yang baik.

Menurut Marselli Sumarno (1996:34-43) unsur-unsur dalam pembuatan film adalah:

a. Sutradara

b. Penulis Skenario

c. Penata Fotografi

d. Penyunting

e. Penata Artistik

18

f. Penata Suara

g. Penata musik

h. Pemeran

E.3.2. Jenis-jenis Film (genre film)

Beberapa genre film menurut M. Bayu Widagdo, 2004. Antara lain sebagai

berikut:

a. Action-laga

Film dengan tema ini mengetengahkan tentang perjuangan hidup dengan bumbu

utama keahlian setiap tokoh untuk bertahan dengan pertarungan hingga akhir cerita.

b. Comedi-humor

Film bertema humor ini mengandalkan kelucuan sebagai penyajian utama. Film

dengan tema ini termasuk yang paling sulit dalam menyajikannya, karena apabila

kurang waspada maka komedi yang disuguhkan akan terjebak sleptick, atau terkesan

memaksa penonton dengan kelucuan yang dibuat-buat.

c. Roman-drama

Film dengan tema ini merupakan genre yang palin popular dikalangan

masyarakat. Genre ini menawarkan faktor perasaan dan kehidupan nyata, yang

mengarah pada simpati dan empati penonton terhadap apa yang diceritakan dan apa

yang disuguhkan. Kunci utama dalam film bergenre ini adalah tema-tema klasik

dalam permasalahan hidup manusia yang tidak pernah puas terjawab.

d. Misteri-horor

19

Genre ini memiliki bahasan yang sempit dan berkisar pada hal yang itu-itu saja

(monoton), namun genre ini mendapat perhatian yang lebih dari penonton. Hal ini

disebabkan karena keingintahuan manusia yang sangat besar terhadap dunia lain

tersebut.

Sedangkan menurut Heru Effendy, 2002. Jenis-jenis film dapat dibagi menjadi 7

Jenis antara lain sebagai berukut :

a) Film Dokumenter (Documentary Film)

Film dokumenter adalah film yang menyajikan realita melalui berbagai cara dan

dibuat untuk berbagai macam tujuan. Film jenis ini tidak lepas dari tujuan

penyebaran informasi, pendidikan, dan propaganda bagi seseorang atau kelompok

tertentu.

b) Film Cerita Pendek (Short Film)

Film cerita pendek ini berdurasi kurang dari 60 menit. Sebagian besar produser

film menjadikan jenis film ini sebagai sebuah batu loncatan untuk kemudian

memproduksi film cerita panjang.

c) Film Cerita Panjang (Feature-Length Film)

Film cerita panjang adalah film dengan durasi lebih dari 60 menit, atau lazimnya

film ini berdurasi antara 60-100 menit. Terkadang film jenis ini diproduksi di atas

durasi 180 menit, seperti halnya film hasil produksi Bollywood (India) dan

Hollywood (Amerika).

20

d) Film-film Jenis Lain (Corporate Profile)

Jenis film ini biasanya diproduksi untuk kepentingan institusi tertentu berkaitan

dengan kegiatan yang mereka lakukan, misalnya tayangan ‘Jendela Usaha’ di

TVONE. Film ini sendiri berfungsi sebagai alat bantu presentasi

e) Iklan Televisi

Film jenis ini bisaanya diproduksi untuk kepentingan penyebaran informasi, baik

tentang produk, maupun layanan masyarakat (public services announcement).

Iklan produk biasanya menampilkan produk yang diiklankan secara ‘ekplisit’,

artinya ada stimulus yang jelas tentang produk tersebut. Sedangkan jenis iklan

layanan masyarakat menginformasikan kepedulian produsen suatu produk

terhadap fenomena sosial yang diangkat sebagai topik iklan tersebut.

f) Program Televisi (tv program)

Program ini diproduksi untuk konsumsi pemirsa televisi secara umum, program

televisi dibagi menjadi dua jenis, yaitu cerita dan non cerita. Jenis cerita terbagi

dalam dua kelompok yaitu fiksi dan non fiksi. Kelompok fiksi memproduksi film

serial (tv series), film televisi/ FTV (popular lewat saluran televisi SCTV) dan

film cerita pendek. Kelompok non fiksi menggarap aneka program pendidikan,

film dokumenter atau profil tokoh dari daerah tertentu. Sedangkan program non

cerita sendiri menggarap variety show, tv kuis, talkshow dan liputan berita.

g) Video Klip (music video)

Video klip adalah sarana bagi produser musik untuk memasarkan produk mereka

melalui media televisi. Dipopulerkan pertama kali lewat saluran televisi MTV,

tahun 1981. Di Indonesia, video klip ini sendiri kemudian berkembang sebagai

21

bisnis yang menggiurkan seiring dengan pertumbuhan televisi swasta. Akhirnya

video klip tumbuh sebagai aliran dan industri tersendiri. Beberapa rumah produksi

mantap memilih video klip menjadi bisnis utama (core bisnis) mereka. Di

indonesia, tak kurang dari 60 video klip diproduksi tiap tahunnya.

E.3.3. Fungsi Film

Film sebagai media massa memiliki beberapa fungsi diantaranya :

a. Hiburan

Menurut Marseli Sumarno (1996: 96-98), film sebagai suatu media komunikasi

lebih mudah menyajikan suatu hiburan daripada bentuk komunikasi lainnya. Hal ini

dapat dilihat sifatnya yang ringan dan menitik beratkan pada estetika dan etika. Nilai

hiburan pada film sangat penting, apabila sebuah film tidak mengikat perhatian

penonton dari awal hingga akhir tentulah film tersebut tidak diminati penonton.

b. Pendidikan

Dengan media film kita dapat memperoleh pengetahuan dan ketrampilan yang

berguna memfungsikan diri secara efektif dalam masyarakat serta mempelajari nilai

tingkah laku yang cocok agar diterima dalam masyarakat.

c. Penerangan

Sebagai media penyampai pesan kepada khalayak luas, film selalu memiliki

penjelasan tentang sesuatu hal yang belum diketahui oleh sebagian orang. Biasanya

film jenis ini dikategorikan dalam film dokumenter. Banyak sekali instansi-instansi

yang menggunakan film dokumenter sebagai media untuk memperkenalkan program

atau produk mereka kepada masyarakat luas ataupun golongan tertentu.

22

d. Artistik

Nilai artistik tewujud karakteristikannya ditemukan pada seluruh unsurnya.

Sebuah film memang sebaiknya dinilai secara artistic bukan secara rasional. Sebab

dilihat secara rasional sebuah film artistik boleh jadi menjadi tidak berharga, karena

tidak memiliki maksud atau makna yang tegas, padahal keindahan itu sendiri memiliki

maksud dan makna.

E.3.4. Struktur Film

Esensi dari struktur film terletak pada pengaturan berbagai unit cerita atau ide,

sedemikian rupa sehingga bisa dipahami. Struktur yang sederhana berhubungan

dengan kontinyuitas fisik yang identik dengan permulaan,pengembangan dan akhir.

Seperti misalnya manusia yang berkembang dan meninggal.

Pada dasarnya film dapat dibagi menjadi beberapa bagian kecil sebelum

menjadi sebuah rangkaian cerita yang dapat dinikmati oleh penonton. Bagian

tersebut bisa dikatakan sebagai struktur film, diataranya yakni :

1. Shot (syut)

Shot adalah bidikan atau hasil rekaman oleh kamera tv atau film. Shot dianggap

sebagai unsur terkecil dalam sebuah film. Shot dapat pula dirumuskan sebagai

peristiwa yang direkam oleh kamera tanpa interupsi, dimulai saat tombol perekam

pada kamera ditekan sampai dilepas kembali. Panjang shot tergantung pada

lamanya tombol kamera direkam atau ditekan.

2. Scene (adegan)

Scene adalah rangkaian beberapa shot kamera atau film yang merupakan bagian

dari suatu sikuen. Scene juga bisa diartikan sebagai rangkaian rasi shot dalam satu

23

ruang dan waktu serta mempunyai kesamaan gagasan. Karena dibatasi tempat dan

waktu maka jika tempat dan waktu dirubah maka berubah pula scenenya. Scene

terbentuk dari gabungan shot yang disusun secara berarti dan meninmbulkan suatu

pengertian yang lebih luas tapi utuh.

3. Sequence (urutan adegan)

Sequence adalah rangkaian secara berurut, adegan-adegan hasil rekaman

kamera yang telah memberikan gambaran mengenai aspek-aspek tertentu dari suatu

peristiwa sebagai bagian dari cerita yang sedang digarap. Sequence terbentuk

apabilah beberapa adegan disusun secara berarti dan logis.

E.4. Film Sebagai Media Komunikasi Massa

Komunikasi selalu terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dengan berkomunikasi

manusia dapat mengemukakan keinginan, gagasan, ide bahkan dalam pemenuhan

segala aspek kebutuhan hidupnya manusia menyampaikan dengan cara berkomunikasi.

Inti dari setiap komunikasi adalah adanya pesan yang ingin disampaikan, dalam

bentuk informasi. Informasi disampaikan melalui berbagai media, baik itu cetak

maupun elektronik yang merupakan bentuk dari komunikasi massa. Adapun salah satu

ciri yang dimiliki oleh komunikasi massa adalah pesannya yang bersifat umum, dapat

diartikan bahwa pesan dalam komunikasi massa tidak hanya ditujukan kepada satu

orang atau kelompok saja, tetapi disampaikan peda khalayak ramai sehingga pesannya

harus bersifat umum.

Menurut Severin (1977), Tan (1981), Wright (1986) komunikasi massa adalah

bentuk komunikasi yang merupakan penggunaan saluran (media) dalam

menghubungakan komunikator dengan komunikan secara massal, berjumlah banyak,

24

bertempat tinggal yang jauh, sangat heterogen dan menimbulkan efek tertentu.

(Winarni, 2003: 5-6)

Komunikasi massa menurut Dedy Mulyana (2007: 83-84) adalah komunikasi

yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik

(radio, televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan,

yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar dibanyak tempat, anonim

dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum dan disampaikan secara cepat, serentak

dan selintas (khususnya media elektronik).

Definisi lain pernah dikemukakan oleh Josep A Devito dalam Nurudin (2007:11-

12) yakni, ”First, mass communication is communication addressed to masses, to an

extremely large science. This does not means that the audience includes all people or

everyone who reads or everyone who watches television; rather it means an audience

that is large and generally rather poorly defined. Second, mass communication is

communication mediated by audio and/or visual transmitter. Mass communication is

perhaps most easily and most logically defined by its forms: television, radio,

newspaper, magazines, films, books, and tapes”. (Jika diterjemahkan secara bebas bisa

berarti, “Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa,

kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi

seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton

televisi, agaknya ini tidak berarti pula bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya

agak sukar didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang

disalurkan oleh pemancar-pemancar audio dan atau visual. Komunikasi massa

25

barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya

televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku dan pita).

Salah satu bentuk media komunikasi massa adalah film, film adalah gambar dan

suara, yang terdiri dari integrasi jalinan cerita, jalinan cerita terbentuk dari menyatunya

peristiwa atau adegan – scene. Dalam film terdapat urutan adegan yang didalamnya

diiringi suara, baik dialog ataupun musik sehingga cerita yang ditampilkan menjadi

nyata, dan penonton dapat menangkap pesan yang dibawa. Berdasarkan Undang-

Undang Film No.8 Tahun 1992 , film adalah karya cipta seni dan budaya yang

merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas

sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan atau

bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran

melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara,

yang dapat dipertunjukkan dan atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik,

elektronik,dana atau lainnya. Perfilman adalah seluruh kegiatan yang berhubungan dengan

pembuatan , jasa teknik, pengeksporan, pengimporan, pengedaran, pertunjukan, dan atau

penayangan film. Sedangkan sensor film adalah penelitian dan penelitian terhadap film dan

reklame film untuk menentukan dapat atau tidaknya sebuah film dipertunjukkan dan atau

ditayangkan kepada umum, baik secara utuh maupun setelah peniadaan bagian gambar atau

sarana tertentu. (KPI : 1992).

Media komunikasi film mudah menyajikan suatu hiburan dari pada bentuk

komunikasi lainnya. Hal ini dapat dilihat dari sifatnya yang menitik beratkan pada

etika dan estetika. Tujuan khalayak dalam menonton film adalah untuk mencari

26

hiburan. Namun di dalam tayangan film sendiri terkadang masih juga dijumpai fungsi

informatif maupun deduksi, bahkan persuasive.

Dalam proses komunikasi terdapat komponen-komponen unsur-unsur yang

menunjang kelangsungannya, komponennya ialah:

1. Komunikator

Komunikator dalam komunikasi massa pada umumnya adalah sesuatu organiasi

yang kompleks, yang dalam operasionalnya membutuhkan biaya yang sangat besar.

Komunikator dalam komunikasi massa tidak atas nama individu tetapi harus

melembaga.

2. Pesan

Pesan komunikasi massa disampaikan secara massa. Maksudnya pesan dalam

komunikasi dutujukan untuk semua orang yang terjangkau oleh peristiwa

komuniksi tersebut. Untuk itu karakteristik pesan dari komunikasi massa adalah

bersifat umum, sehingga pesan dapat diketahui oleh setiap orang.

3. Media komunikasi massa

Untuk berlangsungnya komunikasi massa diperlukan saluran yang

memungkinkan disampaikannya pesan kepada khalayak yang dituju. Saluran

tersebut adalah media massa yaitu sarana teknis yang memungkinkan

disampaikannya pesan kepada khalayak yang dituju.

Saluran media massa ini, melihat bentuknya dapat dikelompokkan atas:

a. Media cetakan (printed media) yang mencakup surat kabar, majalah, buku,

pamflet, brosur dan sebagainya.

b. Media elektronik seperti radio, televisi, film, slide, video dan lain-lain

27

4. Khalayak dalam komunikasi massa.

Komunikasi massa, penerima adalah mereka yang menjadi khalayak

darimedia massa yang bersangkutan. Khalayak komunikasi bersifat luas, anonim,

heterogen.

5. Filter atau reguler pada komuniksi massa

Pesan dari komunikasi massa yang disampaikan melalui media massa akan

diterima khalayak. Filter utama yang dimiliki khalayak adalah indera (pendengar,

penglihatan, perasaan, perabaan dan penciuman) yang dipengaruhi oleh tiga

kondisi, yaitu: budaya, psikolog dan fisik.

6. Penjaga gawang atau gatekeeper

Dalam proses komunikasi massa, perjalanan sebuah pean dari sumber media

massa kepada penerimanya melibatkan unsur yang disebut gatekeeper. Fungsi

utama gatekeeper adalah menyaring atau menyeleksi pesan yang diterima

seseorang atau dikomunikasikan kepada khalayak. (Winarni, 2003:14-19)

F. Definisi Konseptual

F.1. Propaganda

Propaganda adalah sebuah cara berkomunikasi yang bisa jadi akan menjadi baik,

namun juga bisa akan menjadi buruk sangat bergantung dari siapa yang menggunakan

serta target apa yang sedang diraih. Ini dimungkinkan mengingat propaganda hanya

sekedar cara-cara berkomunikasi dan penyebaran pesan kepada orang lain. Sedangkan

cara itu akan disesuaikan dengan kemampuan dan kemauan individu atau suatu

kelompok masyarakat.

28

F.2. Film

Film adalah gambar bergerak yang terdapat unsur audio dan visual dimana di

dalamnya ditampilkan berbagai realitas kehidupan oleh karena itu film memiliki

kekuatan untuk mencapai berbagai aspek kehidupan baik social, politik, agama dan

budaya yang merupakan suatu bentuk komunikasi. Film yang didalamnya

mengandung unsur pesan yang disampaikan oleh pembuatnya dapat berupa ilmu

pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat, ataupun propaganda diterima oleh penerima

dimana dalam hal ini disebut sebagai penonton. sebagai sebuah media komunikasi,

penyampaian pesan-pesan dalam film mempunyai karakteristik dan tujuan yang

berbeda. Proses komunikasi dalam film tersebut melihat bahwa film termasuk dalam

media komunikasi massa dan komunikasi propaganda.

G. Strutur Katagori

Mengingat penelitian ini menggunakan analisis isi, maka validitas metode dan

hasil-hasilnya sangat bergantung pada katagorinya. Berkaitan dengan teknik propaganda

dalam film Argo, maka struktur katagori yang digunakan oleh peneliti adalah beberapa

jenis teknik propaganda. Untuk memudahkan pengumpulan data, maka disepakati jika

satu audio dan visual hanya akan diwakili oleh satu jenis teknik propaganda saja, karena

tidak menutup kemungkinan dalam satu audio dan visual terdapat lebih dari satu jenis

teknik propaganda.

Peneliti hanya memakai enam teknik dari sembilan teknik propaganda yang ada. Hal

ini dikarenakan peneliti dan koder hanya memili teknik yang paling kuat yang terdapat

dalam film Argo untuk mewakili satu audio dan visual. Di bawah ini adalah ke-6 teknik

29

propaganda yang digunakan peneliti sebagai struktur katagori lengkap dengan indikator

yang memudahkan koder mengisi lembar koding.

G.1. Struktur Katagori Teknik Propaganda

1. Name Calling

Propaganda dengan memberikan sebuah ide atau lebel yang buruk. Tujuannya

adalah agar orang menolak dan menyangsikan ide tertentu tanpa mengoreksinya

atau memeriksanya terlebih dahulu.

Unit analisis setiap audio dan visual yang terdapat,

a. Mengandung ejekan atau umpatan kepada pihak lain

b. Bermuatan SARA dan menambahkan konotasi buruk dan negatif.

Contohnya penyebutan kata “Argo terkutuklah kau”, “pemerinta Amerika melihat

bahwa revolusi adalah terrorisme, tapi Amerika dan CIA adalah organisasi teroris

terkejam sepanjang masa”.

2. Glittering Generality

Mengasosiasikan sesuatu dengan suatu “kata bijak” yang digunakan untuk

membuat kita menerima dan menyetujui hal itu tanpa memeriksanya terlebih

dahulu.

Unit analisis setiap audio dan visual yang terdapat,

a. Memakai kata-kata pengandaian atau berlebihan, termasuk pengandaian

agama dan tuhan.

b. Menggunakan kata asosiasi atau muluk agar khalayak bisa langsung

menerima.

30

Contohnya penyebutan kata “kau tau saudariku, mereka yang bersama Rasul

Allah sayang pada golongan kita. Namun tegas terhadap orang kafir”.

3. Testimonial (pengutipan)

Propaganda yang berisi perkataan manusia yang dihormati atau dibenci bahwa ide

atau program atau produk adalah baik atau buruk.

Unit analisis setiap audio dan visual yang terdapat,

a. Mengandung pernyataan dari pihak yang berwenang, atau pengaruh agar

idenya disetujui, misalkan pernyataan pejabat.

Contohnya pernyataan perdana mentri Iran “Amerika tidak akan mentolerir

terrorisme internasional dan pemerasan”.

4. Card Stacking

Seleksi dan kegunaan fakta atau kepalsuhan, ilustrasi atau kebingungan dan

masuk akal suatu pernyataan agar memberikan kemungkinan terburuk atau

terbaik untuk suatu gagasan, program, manusia dan barang.

Unit analisis setiap audio dan visual yang terdapat,

a. Mengandung pernyataan yang memojokan pihak lain.

b. Terdapat kata-kata yang mendukung pernyataan tertentu beserta bukti.

Contohnya “pak, pembebasan sandera seperti aborsi, kamu tidak perlukan

seseorang, tetapi kalau kamu mau melakukannya, kamu tidak bisa melakukannya

sendiri”.

5. Reputable Mounthpiece

Teknik yang dilakukan dengan mengemukakan sesuatu yang tidak sesuai dengan

kenyataan.

31

Unit analisis setiap audio dan visual yang terdapat,

a. Mengandung kata-kata berisi sanjungan kepada pihak lain agar dirinya

aman.

b. Mengandung kata-kata yang menyanjung pihak lain supaya pihak lain

tersebut senang.

Contohnya penyebutan kata “laster, kamu bekerja sangat larut, kamu punya

stamina, aku ingin seperti kamu laster”.

6. Using All Forms of Persuations

Teknik ini dilakukan untuk membujuk orang lain dengan rayuan, himbauan dan

iming-iming.

Unit analisis setiap audio dan visual yang terdapat,

a. Mengandung kata-kata yang berisi rayuan, iming-iming dan ajakan

Contohnya adalah “ini yang akan aku lakukan, aku akan keluarkan mereka dan

aku tidak akan meninggalkan siapapun juga. Kalian bermain bersamaku hari ini,

aku berjanji akan mengeluarkan kalian besok”.

Peneliti menggunakan teknik propaganda menurut Nurudin (2001: 29-34).

H. Metode Penelitian

H.1. Metode Analisis Isi

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi. Metode analisis

isi merupakan metode penelitian dari analisis komunikasi yang dilakukan dengan

tujuan mengukur beberapa variable yang ada dan dilakukan secara sistematik dan

obyektif.

32

Analisis isi bersifat kuantitatif. Dengan menggunakan perangkat statistik sebagai

alat analisis, hal ini dapat mempermudah peneliti membuat kesimpulan secara ringkas

dan obyektif. Oleh karena itu, dalam analisis isi, kuantifikasi menjadi penting untuk

mempermudah peneliti dalam mempresentasikan konsep-konsep secara akurat agar

memperoleh hasil yang maksimal dalam menguraikan isi teknik propaganda dalam

film Argo berdasarkan katagori yang ada.

H.2. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan membuat deskripsi secara

sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek

tertentu (Kriyantono, 2007:69). Deskriptif kuantitatif mempunyai perspektif yang

dibentuk oleh peneliti dengan menetapkan sejumlah katagori beserta indikatornya

yang digunakan untuk mencari data. Sedangkan riset kuantitatif adalah riset yang

menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat

digeneralisasikan (Kriyantono, 2007:57).

H.3. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini adalah film berjudul Argo berdurasi 7132 detik

yang diproduksi oleh Warner Bros Pictures dan GK Film dan disutradarai oleh Ben

Affleck dengan mengangkat kisah nyata kecerdikan agen CIA dalam misi

penyelamatan enam diplomat di Teheran, Iran, selama terjadinya krisis sandera Iran

1979 dengan unit analisis setiap scene yang terdapat unsur audio dan visual yang

hanya mengandung unsur teknik propaganda. Ruang lingkup ini bertujuan membatasi

33

obyek penelitian yang akan diteliti dan mempermudah dalam pengelompokan

katagori.

H.4. Unit Analisis Dan Satuan Ukur

H.4.1. Unit Analisis

Penelitian ini diarahkan pada durasi perdetik dari setiap scene, yang berupa

dialog, voice over, monolog, overlapping dialog dan adegan yang mengunakan

teknik propaganda . Selanjutnya dari dua aspek ini dipergunakan sebagai unit

analisis dalam penelitian yang mengandung teknik propaganda baik itu berupa

“name calling, glittering generality, testimonial, card stacking, reputable

mounthpiece dan using all forms of persuation”. Dalam hal ini penelitian dapat

difokuskan pada unsur-unsur pada setiap indikator yang berupa tindakan atau

perbuatan (purpose action). Tata cara penelitian ini juga menggunakan unit analisis

sintaksis yang berupa kata atau simbol, penghitungannya adalah frekuensi kata atau

simbol itu (Kriyantono, 2007:233). Sehingga dalam penelitian analisis isi ini

peneliti menggunakan unit analisis sebagai berikut:

a. Unit analisis dialog yaitu segala bentuk kata yang mengandung teknik

propaganda yang diucapkan oleh pemain dalam menokohkan karakter dalam

cerita film.

b. Unit analisis visual yaitu keseluruhan gambar dan akting dari para pemain

yang mengandung teknik propaganda.

34

H.4.2. Satuan Ukur

Satuan ukur dari penelitian ini adalah durasi perdetik frekuensi kemunculan

unsur audio dan visual yang memakai teknik propaganda dari katagori yang

terdapat dalam setiap scene film Argo karya Ben Affleck.

H.5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik penggumpulan data dalam penelitian ini diproleh dengan dua cara yang

meliputi telaah dokumen, yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data primer diperoleh melalui VCD yang sudah ada, yaitu dengan cara

pengamatan secara langsung, mencatat dan menganalisa setiap dialog dan narasi

yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia. Dan juga mencatat teknik

propaganda yang mungkin terdapat dalam adegan tersebut.

2. Data sekunder diperoleh melalui literatur untuk menunjang tinjauan teoritis dan

internet guna mendapatkan informasi mengenai profil produsen film yang diteliti.

H.6. Teknik Pengolahan Data

Langkah pertama yang dilakukan dalam pengolahan data dalam penelitihan ini

adalah melihat dan mengamati film Argo karya Ben Affleck untuk memperoleh data

berupa audio dan visual yang terdapat pada setiap scene yang memakai teknik

propaganda. Kemudian data dimasukan kedalam katagorisasi teknik propaganda.

35

Selanjutnya untuk mempermudah pengkatagorisasian, maka dibuat lembar

koding perkatagori seperti contoh di bawah, kemudian dari data-data di atas dilakukan

analisa deskriptif, dimana peneliti memberikan penjelasan deskriptif mengenai

pemakaian teknik propaganda dalam film Argo.

Tabel 1.1

Lembar Coding

No.

Scene

Teknik Propaganda

NC GG TM CS RM UP

1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

Keterangan :

Audio dan visual dikatagorikan dalam:

NC. Name Calling

GG. Gliterring Generalities

36

TM. Testimonial

CS. Card Stacking

RM. Reputable Mounthpiece

UP. Using All Forms Of Persuation

1. Audio

2. Visual

I. Uji Reliabilitas

Untuk menghasilkan data yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan, maka

perlu dilakukan uji reliabilitas terhadap katagorisasi yang telah ditetapkan. Untuk itu

peneliti meminta bantuan koder dalam melakukan uji reliabilitas tersebut. Teknisnya,

peneliti menunjuk orang lain (dalam yang kemudian orang ini disebut sebagai koder)

untuk melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan peneliti, yaitu mengamati dan

memasukkan data berupa scene kedalam katagori yang telah ditetapkan. Orang yang

ditunjuk untuk menjadi koder harus mengerti konsep-konsep peneliti dalam membuat

katagorisasi, atau paling tidak peneliti telah memberi penjelasan kepada koder yang dipili

mengenai katagorisasi yang telah ditetapkan.

Dari hasil reliabilitas ini akan diketahui beberapa yang disetujui dan yang didapat

oleh peneliti dan koder. Hasil pengkodingan ini dihitung dengan rumus Oleh R. Holsty

(Kriyantono, 2006:234-235) sebagai berikut:

37

2M

CR =

N1 + N2

Keterangan:

CR : Coenficient Reliability

M : Jumlah pernyataan yang disetujui oleh pengkoding dan periset

N1, N2 : Jumlah pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan periset

Dari hasil Coenficient Reliability, Observed Agrement (persetujuan yang diperoleh dari

penelitian), kemudian untuk memperkuat hasil uji reliabilitas, tentunya dengan persetujuan

koder, hasil yang diperoleh dari rumus di atas kemudian dihitung kembali dengan

menggunakan rumus Scoot, sebagai berikut:

(% Observed Agreement - % Expected Agreement)

Pi =

(1 - % Expected Agreement)

Keterangan:

pi : Nilai Keterhandalan

Observed Agreement : Prosentase Persetujuan yang ditemukan dari pernyataan yang

disetujui antar pengkode (nilai CR).

Expected Agreement : Prosentase persetujuan yang diharapkan

38

Tingkat kesepakatan atau ambang penerimaan yang dipakai untuk uji reliabilitas

katagorisasi adalah 0,75. Jika persetujuan antar pengkoding mencapai 0,75 atau lebih

maka data yang diperoleh dinyatakan reliabel.