bab 1 pendahuluan 1.1. latar belakang masalaheprints.unisnu.ac.id/502/2/bab 1-3.pdf · usaha yang...
TRANSCRIPT
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang sangat pesat
membawa perubahan bagi pola kehidupan manusia. Hal ini membawa
perubahan tersendiri bagi individu. Apalagi individu tersebut berada dalam
lingkungan organisasi, mereka harus dapat membenahi diri karena apabila
tidak, akan tersisihkan dari rekan-rekannya. Agar eksistensi diri tetap
terjaga, maka setiap individu menginginkan karirnya meningkat karena karir
seseorang juga mempengaruhi penghasilan. Misalnya, seorang pegawai
negeri dengan jabatan pelaksana tentunya menginginkan jabatan sebagai
seorang kepala seksi. Begitu pula kepala seksi menginginkan jabatan
menjadi kepala dinas. Adanya keinginan tersebut mengakibatkan pegawai
harus mempunyai perencanaan karir yang matang. Salah satu langkah yang
ditempuh untuk memenangkan persaingan agar mampu bersaing yaitu
karyawan dituntut untuk mempunyai skill (keahlian), knowledge
(pengetahuan), ability (kemampuan) yang tinggi agar dapat menjadi sumber
daya manusia yang mampu memenuhi kebutuhan dan bersaing secara sehat.
Implementasi rencana karir memerlukan pengembangan karir.
Pengembangan karir merupakan upaya pribadi seorang karyawan untuk
mencapai suatu rencana karir (Hani Handoko, 2000 : 130). Munculnya
1
2
fenomena penurunan jabatan dan kemangkiran pegawai (demosi),
perpindahan karyawan yang dikenal dengan mutasi serta dan adanya suatu
promosi karyawan merupakan bentuk pengembangan karir. Salah satu
langkah ditempuh organisasi untuk memenangkan persaingan adalah dengan
melakukan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pengembangan karir
dan pemanfaatan sumber daya manusia merupakan kebutuhan organisasi,
karena pegawai merupakan aset yang paling berharga. Meskipun demikian
karyawan yang ditempatkan di posisi yang tidak tepat akan mengalami
frustasi untuk tumbuh dan berkembang merugikan organisasi. Oleh karena
itu dalam suatu organisasi para anggotanya mengharapkan suatu pola
kemajuan yang berdasarkan atas apa yang mereka dapatkan dan kerjakan.
Apalagi seorang karyawan ingin diberi kesempatan yang luas ke berbagai
jabatan serta dipromosikan dalam garis karir tertentu yang menjadi impian
mereka.
Pengembangan karir mempunyai kaitan erat dengan pengembangan
sumber daya manusia. Di mana dalam pengembangan karir mengarah pada
perbaikan atau peningkatan pribadi yang diusahakan oleh individu maupun
organisasi untuk memilih tujuan dan jalur karir untuk mencapai tujuan
tersebut. Dalam organisasi swasta, pada umumnya bagian personalia yang
berperan menyusun dan menyesuaikan rencana karir individu yang
disesuaikan dengan kebutuhan organisasi. Berbeda dengan organisasi
pemerintah dalam penyusunan perencanaan karir untuk pengembangan karir
3
disesuaikan dengan peraturan, di mana sering terbentur dengan adanya
namanya peraturan sehingga menimbulkan pro dan kontra.
Diberlakukannya Peraturan Pemerintah No. 8 tahun 2003 Tentang
Pedoman Organisasi Perangkat Daerah dan Peraturan Pemerintah No. 9
tahun 2003 Tentang Wewenang Pengangkatan dan Pendudukan serta
Pemberhentian PNS terdapat beberapa hal yang perlu dikaji kembali.
Dengan lahirnya suatu peraturan baru biasanya ada dua kelompok
berkepentingan, satu kelompok yang diuntungkan dan kelompok lain
dirugikan. Dalam kelompok yang diuntungkan peraturan itu dianggap adil,
karena kelompok ini menikmatinya beberapa kenaikan pangkat yang dengan
mudahnya mereka peroleh. Tetapi bagi kelompok yang dirugikan merasa
peraturan tersebut tidak adil.
Sebagaimana Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 2003 tentang
Wewenang Pengangkatan dan pendudukan serta pemberhentian PNS bahwa
senioritas saat ini masih menjadi tolak ukur dalam memperoleh jabatan
struktural di Dinas Kesehatan dan instansi Pemerintah lainya, di samping itu
loyalitas terhadap pekerjaan dan tidak ketinggalan juga loyalitas kepada
pimpinan, hal ini memang sudah tidak diragukan lagi, sehingga sering
menimbulkan ketidakpuasan bagi pegawai.
Sedangkan apabila dilakukan terobosan dengan pengangkatan PNS
yang professional, usia muda, berprestasi tinggi dan mempunyai
kemampuan teknis dan manajerial dalam memimpin suatu jabatan struktural
4
yang di dalamnya terdapat PNS senior (pangkatnya lebih tinggi) maka hal
demikian sudah melanggar dan menyalahi prinsip pembinaan PNS.
Organisasi mempunyai peranan dalam pengembangan karir, di
samping itu karakteristik individu juga mempunyai peranan dalam
pengembangan karir mereka. Jadi tidak keseluruhan tergantung pada
organisasi. Maksudnya individu yang merencanakan, organisasi yang
mengontrol dan mengarahkan. Dengan cara ini para karyawan akan merasa
lebih diberi dorongan untuk lebih maju dan mengembangkan diri dengan
potensi yang dimiliki. Pengembangan karir tidak mengacu pada peraturan
tetapi juga pada kemampuan individu untuk mengembangkan karir pegawai,
maka pegawai cenderung lebih terbuka luas untuk lebih maju dan
mengembangkan diri untuk mempersiapkan diri apabila sewaktu-waktu
menempati posisi ke bidang yang berbeda. Di samping itu karyawan akan
merasa siap menempati posisi yang baru.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan SDM atau pegawai adalah dengan menciptakan iklim yang
dapat memotivasi pegawai untuk meningkatkan prestasi kerja. Pemahaman
tentang kebutuhan atau keinginan para pegawai sangat diperlukan dalam hal
ini. Salah satu kebutuhan atau keinginan dari setiap pegawai adalah
mendapatkan kesempatan untuk meniti karir dengan baik. Pegawai
termotivasi meningkatkan prestasi kerja salah satunya dikarenakan ada
jaminan karir yang jelas. Artinya setiap pegawai yang memperlihatkan
5
prestasi kerja yang baik, akan memperoleh kesempatan untuk meningkatkan
karirnya dengan baik pula. Sebaliknya, pegawai yang kurang berprestasi
tidak akan mendapat kesempatan peningkatan karir.
Keberhasilan organisasi pemerintahan sebagai unit pelayanan
terhadap masyarakat dalam melaksanakan misinya ditentukan oleh
keberadaan dan kinerja pegawai. Pegawai bukan hanya sebagai unsur
aparatur negara, tetapi juga sebagai abdi negara dan abdi masyarakat yang
hidup di tengah masyarakat serta bekerja untuk kepentingan masyarakat.
Pelaksanaan pembinaan pegawai bukan saja dilihat dan diperlakukan
sebagai aparatur negara, melainkan juga sebagai warga negara sehingga
dalam pelaksanaan pembinaan perlu diusahakan adanya keserasian antara
tercapainya daya guna dan hasil guna bagi kepentingan dinas dengan
kepentingan individu pegawai. Usaha yang perlu dilakukan dalam rangka
mempertinggi motivasi kerja pegawai agar selalu berusaha meningkatkan
profesionalisme dan kemampuan kerja, yaitu dengan melaksanakan
pembinaan pegawai dengan sebaik-baiknya, sehingga berbagai potensi dan
bakat setiap pegawai dapat dikembangkan secara wajar.
Permasalahan di Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara maupun di
instansi pemerintah yang lain bahwa ”senioritas” masih menjadi tolak ukur,
selain itu masih terdapat ketidakpuasan pegawai tentang kebijakan
pengembangan karir. Melalui wawancara yang telah dilakukan sebelumnya,
disimpulkan bahwa sebagian pegawai merasakan belum terpenuhinya
6
harapan pegawai, sehingga apabila hal ini dibiarkan berlarut-larut maka
dikhawatirkan akan mengakibatkan menurunnya motivasi kerja pegawai.
Ketidakpuasan itu antara lain: di era komputerisasi saat ini, setiap
karyawan seharusnya menguasai teknologi yang berkaitan dengan komputer.
Namun, masih banyak pegawai dinas kesehatan yang belum memahaminya,
contoh lain yakni dalam hal promosi ataupun mutasi. Tidak ada pembekalan
khusus kepada pegawai pada bidang kerjanya yang baru. Pada pegawai
negeri sipil tidak ada spesialisasi kerja, jika terjadi perpindahan tugas kerja
baik itu promosi maupun mutasi, maka pegawai yang dimaksud tidak
dibekali dengan diklat khusus mengenai bidang kerjanya yang baru, hanya
secara umum saja yaitu diklat kepemimpinan.
Keluhan lain yang dirasakan pegawai adalah pada perencanaan karir,
yaitu tidak ada peraturan yang jelas mengenai mutasi kerja. Jika memang
diperlukan, maka mutasi dilaksanakan tanpa ada pedoman yang jelas bagi
pegawai, sehingga menyulitkan bagi pegawai untuk menyusun rencana
karirnya ke depan, misalnya dalam pengangkatan jabatan struktural
sebagaimana tabel berikut:
Tabel 1.1 Daftar Kepangkatan Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara
NO Golongan Jumlah pegawai Jabatan Struktural 1 Golongan 1 15 0 2 Golongan II 48 0 3 Golongan III 55 17 4 Golongan IV 6 4
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara, tahun 2013
7
Dari tabel diatas terlihat bahwa masih ada pegawai golongan IV
yang masih menduduki jabatan staf biasa dan masih banyak pula golongan
III yang sudah cakap tetapi karena tidak ada akses dengan pejabat maka
jabatan dilompati oleh pegawai yang golongan dan masa kerjanya berada
dibawahnya padahal dari segi kepangkatan dan pengalaman sudah
mencukupi untuk diangkat menduduki jabatan struktural, hal ini berakibat
pada tidak produktifnya para pegawai eselon dalam pengambilan kebijakan,
sementara banyak pegawai yang dianggap sudah cukup mempuyai keahlian
dan pengalaman kerja masih menduduki sebagai staf biasa hal inilah yang
menjadikan kecemburuan dan persaingan tidak sehat dikalangan pegawai
negeri sipil untuk menduduki jabatan tertentu
Berdasarkan uraian-uraian permasalahan di atas, maka perlu
dilakukan penelitian mengenai “PENGARUH KEAHLIAN INDIVIDU
DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP PENGEMBANGAN KARIR
PEGAWAI DINAS KESEHATAN KABUPATEN JEPARA”.
1.2. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian dilakukan terhadap beberapa faktor yang mempengaruhi
pengembangan karir pegawai tersebut. Agar nantinya dalam pembahasan
tidak menimbulkan kerancuan dan lebih terarah, maka perlu adanya batasan-
batasan permasalahan dalam penelitian. Mengingat kompleksnya
8
permasalahan yang berhubungan dengan pengembangan karir pada seorang
pegawai, maka batasan penelitian ini sebagai berikut:
1.2.1. Penelitian ini merupakan penelitian MSDM
1.2.2. Faktor pengembangan karir di sini adalah karakter individu yang
meliputi keahlian individu dan pengalaman kerja.
1.2.3. Penelitian dilakukan terhadap Pegawai di Dinas Kesehatan Kabupaten
Jepara.
1.3. Perumusan Masalah
Banyak faktor yang dapat menunjang karir pegawai di
lingkungannya, seperti keahlian individu dan pengalaman kerja. Mengingat
karakter individu merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan dalam
pengembangan karir, agar masalah tidak menjadi bias maka diperlukan
adanya perumusan masalah, dalam penelitian ini dirumuskan:
1.3.1. Apakah keahlian individu berpengaruh terhadap pengembangan karir
Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara ?
1.3.2. Apakah pengalaman kerja berpengaruh terhadap pengembangan karir
Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara ?
1.3.3. Apakah keahlian individu dan pengalaman kerja secara bersama-sama
berpengaruh terhadap pengembangan karir Pegawai Dinas Kesehatan
Kabupaten Jepara ?
9
1.4. Tujuan Penelitian
Untuk mencapai tujuan penelitian maka diperlukan arah pelaksanaan
penelitian, agar data yang diperoleh benar-benar relevan dan berguna bagi
pembahasan. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1.4.1. Untuk menganalisis pengaruh keahlian individu terhadap
pengembangan karir pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara.
1.4.2. Untuk menganalisis pengaruh pengalaman kerja terhadap
pengembangan karir pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara.
1.4.3. Untuk menganalisis pengaruh keahlian individu dan pengalaman kerja
secara bersama-sama terhadap pengembangan karir pegawai Dinas
Kesehatan Kabupaten Jepara.
1.5. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian yang dilakukan ini diharapkan akan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut;
1.5.1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan bisa berguna untuk dijadikan sumbangan
pada almameter.
b. Bagi peneliti dapat dijadikan sebagai bahan masukan sehingga
dapat menerapkan perpaduan yang tepat dan sesuai antara praktek
dan keadaan teoritis yang diterima di bangku kuliah.
10
c. Untuk memberi sumbangan teoritis dalam bidang ilmu sumber daya
manusia, terutama mengenai pengalaman individu dan pengalaman
kerja terhadap karir pegawai.
1.5.2. Manfaat Praktis
Bagi Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara, dapat
memberi masukan bahwa perlunya memperhatikan keahlian individu
dan pengalaman kerja untuk mengembangkan karir.
1.6. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran menyeluruh mengenahi skripsi akan
penulis jelaskan sistematika secara singkat.
Bab I : Pendahuluan
Merupakan awal dari penyusunan Skripsi yang menguraikan
tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan
Penelitian, Ruang Lingkup, Manfaat Penelitian dan Sistematika
Penulisan Skripsi.
Bab II : Tinjauan Pustaka
Menguraikan Landasan Teori yang dipakai acuan penulis
dalam membahas masalah yang diteliti dan bahasan hasil
penelitian sebelumnya yang sejenis, ditambah kerangka
penelitian.
11
Bab III : Metode Penelitian
Meliputi ; Jenis dan Sumber Data, Metode Pengumpulan Data
dan Metode Analisis Data.
Bab IV : Hasil Dan Pembahasan
Berisi tentang Gambaran Umum organisasi, Penyajian Data,
Analisis Data dan Pembahasan.
Bab V : Kesimpulan dan saran
Bab ini merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi yang
berisi kesimpulan dan saran yang dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi perusahaan serta penutup.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Pengembangan Karir
2.1.1.1. Pengertian Karir
Karir adalah perjalanan yang dilalui seseorang
selama hidupnya. Menurut Hani Handoko (2000:123), karir
adalah semua pekerjaan atau jabatan yang ditangani atau
dipegang selama kehidupan kerja seseorang. Dengan
demikian karir menunjukkan perkembangan para pegawai
secara individual dalam jenjang jabatan atau kepangkatan
yang dapat dicapai selama masa kerja dalam suatu
organisasi.
Terdapat dua cara pendekatan untuk memahami
makna karir (Irianto, 2001:93) : (1) Pendekatan pertama
memandang karir sebagai pemilikan (a property) dan
occupation atau organisasi. Di mana karir dapat dilihat
sebagai jalur mobilitas dalam organisasi yang tunggal, (2)
Pendekatan kedua memandang karir sebagai suatu properti
atau kualitas individual dan bukan occupation atau
organisasi. setelah setiap individu mengakumulasikan
12
13
serangkaian jabatan, posisi, dan pengalaman tertentu.
Pendekatan ini mengakui kemajuan karir yang telah dicapai
seseorang.
Berdasarkan berbagai definisi di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa karir adalah merupakan rangkaian atau
urutan posisi pekerjaan atau jabatan yang diegang selama
kehidupan kerja seseorang.
2.1.1.2. Pengertian Pengembangan Karir
Pengembangan karir (seperti promosi) sangat
diharapkan oleh setiap pegawai, karena dengan
pengembangan ini akan mendapatkan hak-hak yang lebih
baik dari apa yang diperoleh sebelumnya baik material
maupun non material, misalnya : kenaikan pendapatan,
perbaikan fasilitas dan sebagainya. Sedangkan hak-hak
yang tidak bersifat material misalnya status social, perasaan
bangga dan sebagainya. Dalam praktik pengembangan karir
lebih merupakan suatu pelaksanaan rencana karir seperti
yang diungkapkan oleh Hani Handoko (2000 : 123) bahwa
pengembangan karir adalah peningkatan-peningkatan
pribadi yang dilakukan seseorang untuk mencapai suatu
rencana karir.
14
Menurut Henry Simamora (1995) dalam Siti
Mahmodha Almalifah (2004:14), proses pengembangan
karir dalam suatu pendekatan formal yang diambil
organisasi untuk memastikan bahwa orang-orang dengan
kualifikasi dan pengalaman yang tepat tersedia pada saat
dibutuhkan. Sehingga pengembangan karir dapat dikatakan
suatu kondisi yang menunjukkan adanya peningkatan-
peningkatan status seseorang dalam organisasi dalam jalur
karir yang telah ditetapkan dalam organisasi yang
bersangkutan.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, terlihat
bahwa pengembangan karir harus dilalui dengan
penyusunan prasyarat yang harus dimiliki oleh seorang
karyawan guna mendukung, dalam arti setiap peningkatan
karir seorang karyawan harus melalui beberapa kriteria
yang sudah ditentukan seperti prestasi, bobot tugas atau
pekerjaan, adanya lowongan jabatan, efisiensi dan lainnya.
Di samping itu sukses dalam pengembangan karir yang
berarti pegawai mengalami kemajuan dalam bekerja adalah
meningkatkan keterampilan sehingga lebih berprestasi.
Seperti yang dikemukakan Moekijat (2001:36), yang paling
penting dalam suatu jabatan adalah :
15
a. Kesempatan melakukan sesuatu yang membuat senang.
b. Kesempatan untuk mencapai sesuatu yang berharga.
c. Kesempatan untuk mempelajari hal-hal yang baru
d. Kesempatan untuk mengembangkan kecakapan dan
kemampuan.
Model pengembangan karir berdasarkan PP
100/2000 dimana mencakup :
a. Pendidikan meliputi item : pendidikan dasar (SD,
SLTP), pendidikan menengah (SMU), Perguruan
Tinggi.
b. Pendidikan dan pelatihan dalam jabatan meliputi item :
Diklat kepemimpinan II, Diklat kepemimpinan III.
c. Masa kerja : lamanya kerja pegawai dalam tahunan
seperti : 0 – 5 tahun, 6 – 10 tahun, 11 – 15 tahun, 16 –
20 tahun dan lebih dari 20 tahun.
d. Pangkat atau golongan ≥ IV/a, III/a – II/a, I/a.
e. Jabatan meliputi item : kedudukan yang menunjukkan
tugas, tanggung jawab, wewenang hak seorang
pegawai.
f. DP3 meliputi item : kesetiaan, prestasi kerja, ketaatan,
tanggung jawab, kejujuran, kerjasama, dan praktik
kepemimpinan.
16
g. Daftar urut kepangkatan (DUK) pegawai yang lebih
tinggi kepangkatan diberi kesempatan lebih dulu untuk
menduduki jabatan yang lowong.
2.1.1.3. Unsur-unsur Pokok Program Pengembangan Karir
Program pengembangan karir yang direncanakan
mengandung tiga unsur pokok (Moekijat, 2001:103) :
a. Membantu pegawai dalam menilai kebutuhan karir
interennya sendiri.
b. Mengembangkan dan mengumumkan, memberitahukan
kesempatan-kesempatan karir yang ada dalam
organisasi.
c. Menyesuaikan kebutuhan dan kemampuan pegawai
dengan kesempatan-kesempatan karir.
Sesuai dengan tiga unsur di atas, diharapkan karir
karyawan itu merupakan suatu unsur yang sangat penting
yang sifatnya pribadi. Oleh karena itu organisasi memberi
kebebasan kepada karyawan untuk mengambil keputusan
sendiri mengenai tujuan serta kesempatan menjalani
karirnya.
Unsur karir yang baik adalah adanya penghargaan
yang wajar terhadap masa kerja, kesetiaan, pengabdian,
pengalaman. Sehingga pegawai yang berpengalaman, setia
17
mengabdi kepada negara, pemerintah, dan tugas
kewajibannya akan mendapat penghargaan selayaknya.
Selain itu, dalam sistem karir seseorang dapat naik pangkat
dan jabatan berdasarkan masa kerja sudah tentu
memperhatikan kecakapan, prestasi kerja, kesetiaan dan
sebagainya (Nainggolan, 2004:151).
Agar dapat menentukan jalur karir, tujuan karir dan
pengembangan karir yang dapat mereka tempuh, para
karyawan perlu mempertimbangkan lima faktor sebagai
berikut (Sondang P. Siagian, 2004:27):
a. Perlakuan yang adil dalam berkarir. Perlakuan yang adil
ini hanya bisa diwujudkan apabila kriteria promosi
didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang
obyektif, rasional dan diketahui secara luas di kalangan
pegawai.
b. Kepedulian para atasan langsung. Para pegawai pada
umunya mendambakan keterlibatan langsung dalam
perencanaan karir masing-masing. Salah satu bentuk
kepedulian itu adalah memberikan umpan balik kepada
para pegawai tentang pelaksanaan tugas masing-masing
sehingga para pegawai tersebut mengetahui potensi yang
perlu dikembangkan dan kelemahan yang perlu diatasi.
18
c. Informasi tentang berbagai peluang promosi. Para
pegawai pada umumnya mengharapkan bahwa mereka
mempunyai akses terhadap informasi tentang berbagai
peluang untuk dipromosikan. Akses ini sangat penting
terutama apabila lowongan yang tersedia diisi melalui
proses seleksi internal yang sifatnya kompetitif.
d. Minat untuk dipromosikan. Pendakatan yang tepat
digunakan dalam hal menumbuhkan minat para pekerja
untuk pengembangan karir adalah pendekatan fleksibel
dan proaktif. Artinya minat untuk mengembangkan karir
sangat individualistik sifatnya. Seorang pekerja
memperhitungan berbagai faktor seperti usia, jenis
kelamin, jenis dan sifat pekerjaan sekarang, pendidikan
dan lainnya.
e. Tingkat kepuasan. Meskipun secara umum dapat
dikatakan setiap orang ingin meraih kemajuan, termasuk
dalam meniti karir ukuran keberhasilan yang digunakan
memang berbeda-beda pula. Kepuasan dalam konteks
karir tidak hanya mencapai posisi tinggi dalam
organisasi, melainkan dapat pula bersedia menerima
kenyataan bahwa karena berbagai faktor pembatas
dihadapi seseorang. Seseorang bisa puas dengan
19
karirnya apabila mengetahui apa yang dicapai itu
merupakan usaha maksimal.
Untuk mencapai adanya kesesuaian perlu
penempatan orang yang tepat pada tempat yang tepat,
artinya seorang pegawai ditunjuk menduduki suatu jabatan
haruslah mempunyai pangkat yang sesuai untuk jabatan itu
(Nainggolan, 2004:124). Namun untuk dapat melaksanakan
prinsip pokok tersebut perlu adanya batasan yang dapat
dijadikan sebagai dasar pengangkat. Dengan adanya ukuran
yang berlaku, diharapkan terjadi unsur “like or dislike”
dalam mengisi jabatan di lingkungannya. Hal-hal yang
perlu dirumuskan dalam mempertimbangkan PNS untuk
menduduki suatu jabatan di antaranya adalah (Nainggolan,
2004:125);
a. Penilaian pelaksanaan pekerjaan, yaitu suatu penilaian
dalam jangka waktu tertentu yang dapat menggambarkan
tentang kesetiaan, prestasi kerja, tanggung jawab,
ketaatan, kejujuran, kerjasama prakarsa dan
kepemimpinan seseorang.
b. Keahlian, dimana penempatan seorang PNS harus selalu
diusahakan agar sesuai dengan keahliannya, misalnya
20
dengan memperhatikan latar belakang pendidikan formal
maupun keahlian yang secara nyata.
c. Perhatian (interest), dimana bakat seseorang PNS selalu
diperhatikan untuk dikembangkan sesuai dengan bidang-
bidang yang ditekuni.
d. Daftar urut kepangkatan, hal ini perlu disebabkan bahwa
PNS yang lebih tinggi daftar urut kepangkatannya akan
diprioritaskan untuk dipertimbangkan lebih dahulu
apabila ada jabatan yang lowong.
e. Kesetiaan, adalah merupakan unsur penting dalam
mempertimbangkan pengangkatan dalam jabatan.
f. Dapat dipercaya, yaitu kepercayaan bahwa ia akan
melaksanakan tugasnya dengan baik dan tidak akan
menyalahgunakan jabatan untuk kepentingan pribadi,
seseorang atau golongan.
2.1.2. Karakteristik Individu
Organisasi merupakan wadah bagi individu untuk mencapai
tujuan, baik tujua pribadi maupun tujuan organisasi. individu dengan
karakter yang tersendiri dapat menjadikan ciri-ciri tertentu pada
setiap individu. Apalagi yang berkaitan dengan karir seseorang.
Menurut Moekijat (2001:103) karir seseorang merupakan unsur yang
sangat penting yang bersifat pribadi.
21
Masa depan seseorang individu dalam organisasi tidak
tergantung pada kinerja saja. Manajer juga menggunakan ukuran
subyektif yang bersifat pertimbangan. Apa yang dipersepsikan oleh
penilai sebagai karakter karyawan yang baik dan buruk akan
mempengaruhi penilaian.
Berkaitan dengan karakteristik individu, bahwa individu
membawa ke dalam tatanan organisasi, kemampuan, kepercayaan,
pribadi, dan penghargaan kebutuhan dan pengalaman masa lainnya.
Ini semua adalah karakteristik yang dimiliki individu dan
karakteristik ini akan memasuki suatu lingkungan baru, yakni
organisasi, Thoha (2004), dalam Siti Mahmodha Almalifah,
(2004:32). mengemukakan beberapa ciri-ciri pribadi meliputi: jenis
kelamin, status perkawinan, usia, pendidikan, pendapatan keluarga,
dan masa jabatan.
Selama bekerja individu mempunyai konsep, rencana
pengembangan sumber daya manusia yang merupakan bagian dari
pengembangan karir. Individu mempunyai konstribusi dalam
organisasi dan perubahan serta pengembangan diri. Organisasi
membantu dengan pengembangan sumber daya yang
menguntungkan bagi pekerjaan, tetapi respon dari pengembangan
karir untuk jangka panjang tergantung pekerja. Dalam
pengembangan karir itu ada persaingan, sehingga membutuhkan
22
keahlian merencanakan karir, pendidikan dan pengalaman. Dari
beberapa pendapat di atas, karakteristik individu dalam penelitian ini
dilihat dari keahlian individu dan pengalaman kerja. Karakteristik
individu secara ekslusif memfokuskan pada pengembangan pegawai
untuk peluang-peluang karir dalam organisasi.
2.1.2.1. Keahlian Individu
Faktor yang mempengaruhi kemampuan pegawai
adalah faktor pengetahuan dan keterampilan. Secara
psikologis, kemampuan pegawai terdiri dari kemampuan
potensi dan kemampuan reality, artinya pegawai yang
memiliki kemampuan di atas rata-rata dengan pendidikan
atau pengetahuan yang memadai untuk menjalankan
pekerjaan yang terampil dalam mengerjakan pekerjaan
sehari-hari maka ia akan lebih mudah mencapai prestasi
yang diharapkan. Oleh karena itu, pegawai perlu
ditempatkan pada pekerjaan sesuai dengan keahliannya (the
righ man in the righ place, the righ man on the righ job).
Menurut Hasibuan (2000:54), keahlian harus
mendapat perhatian utama kualifikasi seleksi. Hal ini yang
akan menentukan mampu tidaknya seseorang menyelesaikan
pekerjaan yang ditugaskan kepadanya. Keahlian ini
mencakup tehnical skill, human skill, conceptual skill,
23
kecakapan untuk memanfaatkan kesempatan, serta
kecermatan penggunaan peralatan yang dimiliki perusahaan
dalam mencapai tujuan.
Menurut Ahmad Ruki (2002:35), keahlian yang
harus dimiliki seseorang adalah :
a. Keahlian teknis, adalah keahlian dalam pokok
pekerjaannya serta kemampuan menerapkan teknik dan
prosedur mengenai bidang kegiatan tertentu.
b. Keahlian interaksi, adalah keahlian untuk bekerjasama
dengan orang lain, memahami pikiran dan perasaan orang
lain, serta mampu merangsang dan mendorong orang lain,
termasuk anak buah dan rekan kerja.
c. Keahlian konseptual, adalah keahlian mental dalam
memadukan seluruh kegiatan organisasi agar organisasi
dapat mencapai tujuannya.
Pegawai harus mempunyai keterampilan teknis
dalam mengerjakan pekerjaan serta keterampilan
merencanakan karir untuk suatu tujuan karir, sehingga
menumbuhkan kepercyaan pada diri. Menurut Stephen P.
Robbins (1996) dalam Siti Mahmodha Almalifah (2004:37),
bahwa karyawan cenderung lebih menyukai pekerjaan yang
memberi mereka kesempatan untuk menggunakan
24
keterampilan dan kemampuan mereka, pekerjaan yang
kurang menantang menciptakan kebosanan. Lebih lanjut
dikatakan bahwa pada kondisi sedang kebanyakan karyawan
akan mengalami kesenangan dan kepuasan.
Dari uraian di atas keahlian merupakan komponen,
keterampilan dan kecakapan yang dimiliki individu dalam
melaksanakan suatu pekerjaan dan memanfaatkan suatu
kesempatan dengan menyelaraskan dan memotivasi diri
untuk mencapai suatu tujuan.
2.1.2.2. Pengalaman Kerja
Selain pendidikan formal yang harus dimiliki
individu juga perlu memiliki pengalaman kerja, serta
mampu beradaptasi dengan lingkungannya dalam organisasi,
untuk meniti suatu karir dan mengembangkan potensi
dirinya. Pengalaman kerja yang dimiliki oleh pekerja dalam
organisasi yang berbeda-beda disebabkan setiap pekerja
mempunyai pengalaman dari pekerjaan yang berbeda-beda
yang telah diselesaikan berulang-ulang dalam menempuh
perjalanan karirnya.
Pengalaman (senioritas) yaitu promosi yang
didasarkan pada lamanya pengalaman kerja pegawai.
Pertimbangan promosi adalah pengalaman kerja seseorang.
25
Orang yang terlama bekerja dalam perusahaan mendapat
prioritas utama dalam tindakan promosi (Hasibuan,
2000:108). Dengan pengalaman, seseorang akan dapat
mengembangkan kemampuannya sehingga karyawan tetap
betah bekerja pada perusahaan dengan harapan suatu waktu
ia akan dipromosikan. Kelemahan pegawai yang
kemampuannya terbatas karena sudah lama bekerja tetap
dipromosikan, yaitu perusahaan akan dipimpin oleh orang
yang berkemampuan rendah, sehingga perkembangan
perusahaan dapat disangsikan.
Menurut pendapat Siagian (2002:52) pengalaman
kerja menunjukkan berapa lama agar supaya pegawai
bekerja dengan baik. Di samping itu pengalaman kerja
meliputi banyaknya jenis pekerjaan atau jabatan yang
pernah diduduki oleh seseorang dan lamanya mereka
bekerja pada masing-masing pekerjaan atau jabatan tersebut.
Dengan demikian masa kerja merupakan faktor individu
yang berhubungan dengan perilaku dan persepsi individu
yang mempengaruhi pengembangan karir pegawai.
Misalnya, seseorang yang lebih lama bekerja akan
dipertimbangkan lebih dahulu dalam hal promosi,
26
pemindahan hal ini berkaitan erat dengan apa yang disebut
senioritas.
Pengalaman kerja yang didapat seseorang akan
meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan
pekerjaan. Pekerja yang mempunyai kemampuan tinggi
akan memungkinkan mampu mempertahankan dan
mengembangkan karir yang telah diraihnya. Tetapi banyak
organisasi yang tidak hanya memberi kuasa kepada
pegawainya untuk mengembangkan karirnya. Organisasi
masih melakukan bentuk perencanaan karir melalui
kebijakan-kebijakan dalam bentuk peraturan yang mengikat
pegawai.
Berdasarkan definisi di atas pengalaman kerja
adalah menunjukkan lamanya dalam melaksanakan,
mengatasi suatu pekerjaan dari beragam pekerjaan bahkan
berulang-ulang dalam perjalanan hidup.
2.2. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian ini merujuk pada beberapa penelitian hasil para peneliti
terdahulu yang dapat dilihat pada Tabel 2.1.
27
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
No Judul Variabel Alat Analisis Hasil Penelitian
1 Pengaruh Karakteristik Individu dan Karakteristik Organisasi Terhadap Pengembangan Karir Pegawai di kanwil VII Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC) Surabaya (Siti Mahmodha Almalifah, 2004)
1.1. Karakteristik Individu (keahlian individu dan pengalaman kerja)
1.2. Karakteristik Organisasi (sumber daya, struktur, iklim, dan tujuan)
1.3. Pengembangan Karir Pegawai
Regresi Sederhana
Masing-masing variabel mempunyai pengaruh secara signifikan positif terhadap pengembangan karir Pegawai di kanwil VII Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC) Surabaya
2 Analisis Pengaruh Pendidikan, Motivasi dan Partisipasi Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus Pada Karyawan Bagian Produksi Perusahaan Rokok Alam Agung di Welahan Jepara) (Eko Purnomo, 2008)
2.1. Pendidikan, 2.2. Motivasi 2.3. Partisipasi 2.4. Produktivitas
Kerja Karyawan
Rergresi Berganda
Pendidikan, Motivasi dan Partisipasi berpengaruh positif terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Bagian Produksi Perusahaan Rokok Alam Agung di Welahan Jepara.
Sumber : Siti Mahmodha Almalifah (2004) dan Eko Purnomo (2008).
Dari tabel diatas terlihat bahwa beberapa penelitian yang terkait
dengan penelitian ini pernah dilakukan. Salah satunya penelitian yang
dilakukan oleh Siti Mahmodha Almalifah (2004) dengan judul Pengaruh
Karakteristik Individu dan Karakteristik Organisasi Terhadap Pengembangan
Karir Pegawai di kanwil VII Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC) Surabaya
dan oleh Eko Purnomo (2008) dengan judul Analisis Pengaruh Pendidikan,
28
Motivasi dan Partisipasi Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan (Studi
Kasus Pada Karyawan Bagian Produksi Perusahaan Rokok Alam Agung di
Welahan Jepara), sementara penelitian yang akan kami lakukan dengan
obyek yang berbeda yaitu di Dinas kesehatan kabupaten Jepara..
2.5. Kerangka pemikiran teoritis
Ada banyak faktor yang mempengaruhi karir pegawai dalam
organisasi, salah satunya yaitu keahlian individu dan pengalaman kerja.
Berdasarkan teori-teori yang ada dan keterangan di atas maka kerangka
pemikiran teoritis dapat digambarkan seperti pada gambar 2.1.
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran
Keterangan:
H1 : Pengaruh Keahlian Individu terhadap Pengembangan Karir Pegawai.
H2 : Pengaruh Pengalaman Kerja terhadap Pengembangan Karir Pegawai.
H3 : Pengaruh Keahlian Individu dan Pengalaman Kerja secara bersama-
sama terhadap Pengembangan Karir Pegawai.
Keahlian Individu (X1)
Pengalaman Kerja (X2)
Pengembangan Karir Pegawai (Y)
H1
H2
29
2.6. Perumusan Hipotesis
Hipotesis menurut J. Supranto (2000:167) didefinisikan sebagai
properti atau anggapan yang mungkin benar dan sering digunakan sebagai
dasar pembuatan keputusan atau pemecahan persoalan ataupun untuk dasar
pemikiran lebih lanjut. Perumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah :
H1 : Diduga ada pengaruh positif antara keahlian individu terhadap
pengembangan karir Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara.
H2 : Diduga ada pengaruh positif antara pengalaman kerja terhadap
pengembangan karir Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara.
H3 : Diduga ada pengaruh positif antara keahlian individu dan pengalaman
kerja terhadap pengembangan karir Pegawai Dinas Kesehatan
Kabupaten Jepara.
30
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian
Sesuai dengan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini
yaitu menjelaskan pengaruh variabel yang sudah ditetapkan maka jenis
penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang sifatnya penjelasan
(eksplanatory) yaitu menyoroti pengaruh antara variabel-variabel penelitian
dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Penelitian
eksplanative ini menurut Kerlinger (2000: 278) adalah menguji hubungan
variabel yang dihipotesiskan, dan rancangan penelitiannya adalah studi
kasus.
3.2. Variabel Penelitian, Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran
Skala Variabel
Untuk mempermudah pemahaman dan memperjelas apa yang
dimaksud dengan variabel-variabel dalam penelitian ini maka perlu
diberikan definisi operasional. Definisi operasional adalah unsur penelitian
yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel atau dapat
dikatakan semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana mengukur variabel
serta menentukan uji statistik dimana diperlukan pengukuran skala variabel.
30
31
3.2.1. Variabel Independen
3.2.1.1. Keahlian Individu (X1)
Keahlian Individu merupakan salah satu syarat untuk dapat
melaksanakan tugas dengan baik. Seseorang yang memiliki keahlian
individu yang memadai akan memiliki rasa percaya diri, dan
biasanya mampu memotivasi dirinya untuk melaksanakan dan
menyelesaikan tugas-tugas yang diembannya dengan baik.
Devinisi operasional keahlian individu keahlian individu
yang merupakan karakteristik-karakteristk yang mendasari individu
untuk mencapai kinerja yang telah ditentukan meliputi juga
pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan yang berhubungan
dengan pekerjaan.
Dalam penelitian ini variabel keahlian Individu dengan
menggunakan indikator-indikator :
a. Hasil pelaksanaan tugas sesuai dengan standar yang
ditetapkan.
b. Ketepatan waktu dalam menyelesaikan pekerjaan.
c. Kemampuan memotivasi orang lain.
d. Kemampuan membantu rekan kerja.
e. Kemampuan bekerja sama.
f. Kecakapan dalam menuangkan gagasan.
32
Alat peneitian yang digunaan berupa kuesioner, kuesioner
ini berisi daftar pertanyaan yang berhubungan dengan masalah yang
akan diteliti.
Pengukuran keahlian individu dengan menggunakan
instrumen berganda kuesioner skala likert sebagai berikut :
a. Kategori Sangat tidak Setuju : 1
b. Kategori tidak Setuju : 2
c. Kategori Ragu-ragu : 3
d. Kategori Setuju : 4
e. Kategori Sangat Setuju : 5
3.2.1.2. Pengalaman Kerja (X2)
Berkaitan dengan berapa lama karyawan bekerja serta
pekerjaan apa yang pernah ditangani. Unsur empiris yang diturunkan
variabel ini adalah lama pegawai bekerja atau masa kerja pegawai.
Pengalaman Kerja (X2) Devinisi operasionalnya adalah
lamanya individu dalam melaksanakan pekerjaan untuk mencapai
kinerja yang telah ditentukan, hasil penelitian ini menggunakan
indikator-indikator :
a. Masa kerja
b. Macam-macam pekerjaan yang pernah diberikan/
kemampuan menyelesaikan pekerjaan.
33
Pengukuran pengalaman kerja dengan menggunakan
instrumen berganda kuesioner skala likert sebagai berikut :
a. Kategori Sangat tidak Setuju : 1
b. Kategori tidak Setuju : 2
c. Kategori Ragu-ragu : 3
d. Kategori Setuju : 4
e. Kategori Sangat Setuju : 5
3.2.2. Variabel dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
Pengembangan Karir Pegawai (Y) yaitu suatu kebijakan yang
diambil organisasi untuk mengembangkan pegawai yang
dikembangkan melalui pembinaan maupun perencanaan karir, yaitu
dapat berupa promosi, mutasi, demosi, pengembangan dan pelatihan.
Indikator yang digunakan :
a. Mengembangkan keahlian pekerjaan.
b. Pertumbuhan jenjang jabatan.
c. Pengetahuan atas pekerjaan.
d. Harapan pegawai dalam kemajuan karir.
e. Kesesuaian pekerjaan.
Pengukuran pengembangan karir pegawai Dinas
Kesehatan dengan menggunakan instrumen berganda kuesioner skala
likert sebagai berikut :
34
a. Kategori Sangat tidak Setuju : 1
b. Kategori tidak Setuju : 2
c. Kategori Ragu-ragu : 3
d. Kategori Setuju : 4
e. Kategori Sangat Setuju : 5
3.3. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data penelitian sebagai berikut :
3.3.1. Data Primer
Data primer yaitu data yang didapat dari sumber pertama baik
dari individu atau perorangan yang dilakukan oleh peneliti (Umar
Husein, 2001:35). Dalam penelitian ini data diperoleh langsung dari
lokasi penelitian dengan cara diskusi dengan atasan, serta dari hasil
penilaian pegawai dengan kuesioner, yaitu tentang keahlian individu
(X1), pengalaman kerja (X2), dan pengembangan karir pegawai (Y).
3.3.2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih
lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh
pihak lain dalam bentuk tabel-tabel atau diagram (Umar Husein,
2001:37). Data tersebut berupa dokumen, jurnal, catatan buku arsip
yang disesuaikan dengan kebutuhan penelitian.
35
Dimana :
n = Responden
N = Jumlah Populasi
e = Tingkat kesalahan
3.4. Populasi dan Sampel, Ukuran Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyak atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
(Sugiyono, 2007:61). Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
para pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2007:73). Untuk mendapat informasi dari setiap
anggota populasi, peneliti harus menentukan sampel yang sejenis atau yang
bisa mewakili populasi dalam jumlah tertentu.
Teknik sampling yang digunakan adalah dengan cara Accidental
Sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, artinya
siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan
sebagai sampel (Sugiyono, 2007:60). Sampel adalah bagian dari populasi
yang karakteristiknya akan diteliti. Dalam penelitian ini jumlah sampel yang
akan diteliti sebanyak 100 responden. Jumlah pegawai dinas kesehatan
kabupaten Jepara adalah sebanyak 124 pegawai.
Cara pengambilan sampel Menggunakan rumus M. Iqbal H,
(2002:45) sebagai berikut;
n = N 1 + N e 2
= 124 1 + 124 ( 10 % )2
36
= 124 1 + 124 ( 0,01 ) = 124 1,25 = 99,7 ( dibulatkan 100 )
Jadi berdasarkan rumus diatas dapat diambil sampel dari populasi
yang diketahui, sebanyak 100 orang responden yang dianggap respresentatif
atau mewakili populasinya.
3.5. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan cara bagaimana dapat
diperoleh data mengenai variabel-variabel yang diteliti dan data-data lain
yang diperlukan untuk menarik kesimpulan (Arikunto, 2010:135). Dalam
penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan :
3.5.1. Observasi yaitu dengan mencatat data-data yang telah tersedia
berkaitan dengan masalah yang berkaitan dengan dengan penelitian,
yaitu berupa struktur organisasi, jumlah pegawai.
3.5.2. Kuesioner yaitu merupakan usaha mengumpulkan informasi dengan
menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis, untuk dijawab secara
tertulis pula oleh responden, berupa karakteristik responden dan
pertanyaan variabel penelitian.
37
3.6. Metode Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, tahapan selanjutnya adalah melakukan
pengolahan data dengan tahapan:
3.6.1. Proses coding, yaitu proses pemberian kode tertentu terhadap aneka
ragam jawaban dari kuesioner untuk dikelompokkan dalam kategori
yang sama.
3.6.2. Proses editing, bertujuan agar data yang nanti dianalisis telah akurat
dan lengkap.
3.6.3. Proses scoring, yaitu mengubah sebuah data kualitatif atau yang
berupa kata-kata (huruf) menjadi sebuah angka.
Skor yang dipakai adalah dengan skala likert dengan kriteria
penilaian;
a. Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1.
b. Tidak Setuju (TS) diberi skor 2.
c. Ragu-ragu (RR) diberi skor 3.
d. Setuju (S) diberi skor 4.
e. Sangat Setuju (SS) diberi skor 5.
Tabulasi, menyajikan data-data yang diperoleh dalam bentuk tabel
yang kemudian diolah dengan bantuan software statistik yaitu SPSS versi
18.
38
3.7. Metode Analisis Data
3.7.1. Uji Validitas dan Reliabilitas
3.7.1.1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengetahui sah atau tidaknya
suatu kuesioner. Suatu kuesioner dinyatakan valid jika pertanyaan
pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur
oleh kuesioner tersebut (Imam Ghozali, 2006:45). Tingkat validitas
dapat diukur dengan cara membandingkan nilai rhitung terhadap nilai
rtabel dengan α = 0,05. Jika rhitung lebih besar dari rtabel dan nilainya
positif maka butir atau pertanyaan tersebut dikatakan valid.
3.7.1.2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner
yang merupakan indikator dari suatu variabel. Suatu kuesioner
dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap
pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Imam
Ghozali, 2006:41). Suatu variabel dikatakan reliabel apabila memiliki
nilai Cronbach alpha lebih besar dari 0,60.
3.7.2. Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda merupakan analisis untuk
mengukur pengaruh variabel independen (Keahlian individu dan
pengalaman kerja) terhadap variabel pengembangan karir pegawai.
39
Bentuk umum persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:
(Sugiyono dan Wibowo, 2002:347)
Y = a + b1X1 + b2X2 + e
Dimana:
Y = variabel pengembangan karir pegawai
X1 = variabel keahlian individu
X2 = variabel pengalaman kerja
A = konstanta
b1, b2, = koefisien regresi
e = error (variabel bebas lain diuar model regresi)
3.7.3. Koefisien Determinasi (R2)
Korelasi digunakan untuk menguji korelasi dengan
mempertimbangkan efek dari variabel lain. Berdasarkan nilai
adjusted R Square ini dapat diketahui besarnya pengaruh variabel lain
di luar model regresi, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
1n/)(y1 -k -n / )y -(y 1
2
21
y SquareAdjusted R
Keterangan:
y = variabel dependen
y1 = nilai variabel dependen yang diprediksi
y = nilai rata-rata variabel dependen
40
n = ukuran sampel
k = jumlah variabel independen
3.7.4. Pengujian Hipotesis
a. Uji F
Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama.
Caranya dengan membandingkan antara nilai Fhitung dengan Ftabel.
Dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
1) Menentukan taraf kesalahan atau α = 0,05.
2) Menentukan derajat kebebasan di mana df = n – k – 1.
3) Menentukan hipotesis:
a) Jika Ho : β1, β2 = 0, artinya secara bersama-sama variabel
Keahlian individu (X1), dan Pengalaman Kerja (X2) tidak
berpengaruh terhadap Pengembangan Karir Pegawai (Y).
b) Jika Ha : β1, β2 > 0, artinya secara bersama-sama variabel
Keahlian individu (X1), dan Pengalaman Kerja (X2)
berpengaruh terhadap Pengembangan Karir Pegawai (Y).
4) Pengambilan keputusan:
a) Jika Fhitung > Ftabel, sig < 0,05 berarti H0 ditolak dan Ha
diterima.
41
b) Apabila Fhitung < Ftabel, sig > 0,05 berarti H0 diterima dan
Ha ditolak.
Daerah Penerimaan Ha Daerah penerimaan Ho Daerah penolakan Ho
0 Ftabel Fhitung
Gambar 3.1 Grafik Uji F
b. Uji t
Pengujian ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel
independen yaitu Keahlian individu (X1), dan Pengalaman Kerja
(X2) secara individual terhadap variabel dependen (Y) yaitu
Pengembangan Karir Pegawai.
Adapun pengujian data sebagai berikut:
1) Menentukan taraf kesalahan atau α = 0,05.
2) Menentukan derajat kebebasan di mana df = n – k – 1.
3) Menentukan hipotesis:
a) Ho : β = 0, artinya variabel independen (X1, atau X2) tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen (Y).
42
0 α = 0,05
b) Ha : β > 0, artinya variabel independen (X1, atau X2)
berpengaruh terhadap variabel dependen (Y).
4) Pengambilan keputusan:
a) Jika thitung > ttabel, sig < 0,05 berarti H0 ditolak dan Ha
diterima.
b) Jika thitung < ttabel, sig > 0,05 berarti H0 diterima dan Ha
ditolak.
Penolakan Ho Diterima Ho
Gambar 3.2 Grafik Uji t