bab 1 n 2

23
Nama : IDI CATURI Hari/Tanggal : Senin, 27 November 2010 Materi : Pengolahan Data DEM Menggunakan Perangkat Lunak Global Mapper. 1. Pengertian Data DEM/DTM Data DEM/DTM merupakan data representasi topografi atau elevasi dari suatu area atau wilayah dengan basis piksel demi piksel dalam format raster.( Eddy Prahasta, 2008 ) 2. Langkah langkah kerja Global Mapper 2.1 Membuka/Menampilkan File Data DEM/DTM 1. Untuk membuka file DEM/DTM, dapat menggunakan menu “File Open data Files”, dengan menekan tombol “Open data Files” atau langsung menekan tombol menubar besar “Open your own data fileshingga muncul kotak dialog open seperti dibawah ini

Upload: idi-catur

Post on 02-Jul-2015

2.098 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 1 n 2

Nama : IDI CATURI

Hari/Tanggal : Senin, 27 November 2010

Materi : Pengolahan Data DEM Menggunakan Perangkat Lunak

Global Mapper.

1. Pengertian Data DEM/DTM

Data DEM/DTM merupakan data representasi topografi atau elevasi dari

suatu area atau wilayah dengan basis piksel demi piksel dalam format raster.( Eddy

Prahasta, 2008 )

2. Langkah – langkah kerja Global Mapper

2.1 Membuka/Menampilkan File Data DEM/DTM

1. Untuk membuka file DEM/DTM, dapat menggunakan menu “File Open data

Files”, dengan menekan tombol “Open data Files” atau langsung menekan

tombol menubar besar “Open your own data files”

hingga muncul kotak dialog open seperti dibawah ini

Page 2: BAB 1 n 2

2. Pada kotak dialog diatas khususnya pada combobox ”look in” arahkan pointer

filesnya ke direktori atau sub-direktori dimana data DEM disimpan.

3. Kemudian pilih files dalam format DEM setelah itu klik tombol “open”.

Makan akan muncul tampilan data DEM dalam bentuk model ketinggian

dijital seperti dibawah ini

2.2 Melihat Koordinat horisontal dan Ketinggian

Setelah files DEMnya dibuka dan ditampilkan, dengan cara menggeser posisi

kursornya, kita dapat melihat koordinat-koordinat horisontal (absis dan ordinat)

bersama dengan nilai ketinggianya / kedalamanya piksel demi piksel. Informasi

sangat bermanfaat untuk analisis atau pemilihan set atau lokasi objek akan nampak

pada statusbar aplikasi yang muncul dibagian bawah window utama. Walaupun

demikian untuk melihat koordinat-koordinat ini, perlu mode-mode yang tepat

sehingga posisi kursornya benar-benar menunjukan suatu lokasi piksel dengan akurat.

Mode-mode tersebut adalah “Measure Tool”,”3D path profile/line of sight

tool”.”view shed tool”, dan “Digitizer tool”.

Seperti terlihat pada gambar dibawah ini ketinggianya dinyatakan dalam satuan feet.

Page 3: BAB 1 n 2

2.3 Membuat Kontur

Untuk membuat kontur perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Munculkan layer data DEM yang akan dibuat konturnya.

2. Gunakan menu “File – Generate contoures” hingga muncul kotak dialog

“Contoures generation options”

3. Pada kotak dialog yang muncul diatas :

a) Ketikkan deskripsinya didalam texsbox “Description” misalkan “garis

kontur”

b) Ketkan nilai interval kontur misalkan “200” dan satuanya misalkan

dalam “meter”.

Tinggi Absis dan ordinat

lintang bujur

skala

Page 4: BAB 1 n 2

c) Aktifkan checkbox “Interpolate to fill small gaph in data”.

d) Aktifkan checkbox “Smooth contour lines/area to improve

appearance”.

e) Tekan tombol OK untuk menampilkan konturnya

Akan muncul seperti gambar dibawah ini :

2.4 Membuat Profil atau Line Of Sight

Analisis spesial lain yang umum dilakukan adalah terhadap DEM adalah

profil. Analisis ini erat kaitanya dengan perhitungan volume galian dan timbunan.

Berikut adalah langkah-langkah yang diperlukan untuk mendapatkan informasi

profil-profil diatas DEM secara interaktif :

1. Munculkan layer atau data DEM .

2. Aktifkan toolbar “3D path profile/line of sight tool” hingga kursor berubah

bentuk menjadi pointer.

3. Geser kursor dititik (vertex) awal dimana jalur profil akan dimulai, kemudian

klik tombol kiri mouse diposisi tersebut.

4. Geserlah titik vertex diposisi berikutnya, kemudian klik tombol kiri mouse

diposisi tersebut. Ulangi langkah ini hingga ke posisi terakhir, pada kondisi

ini klik tombol kanan mouse untuk menghentikan pendefinisian jalur profil

sekaligus memunculkan kotak dialog “path profil/line of sight”.

Page 5: BAB 1 n 2

5. Pada kotak dialog (“path profile/line of sight”) :

a) Tekan tombol “Cut and Fill Volume “ untuk menghitung volume

galian dan timbunan.

b) Tekan tombol “line of sight” untuk mendapatkan informasi line of

sight-nya.

c) Gunakan menu “ options-select of position” untuk membuat profi dan

analisa LOS dari posisi awal yang berbeda ke posisi tujuan yang

berbeda

d) Gunakan menu “ options-select of position” untuk membuat profi dan

analisa LOS dari posisi awal yang berbeda ke posisi tujuan yang sama

Page 6: BAB 1 n 2

e) Gunakan menu “options-set minimum displayed elevation” untuk

menentukan ketinggian dan kedalaman yang paling rendah di dalam

grafik atau diagram profilnya

f) Gunakan menu “options-set maximum displayed elevation” untuk

menentukan ketinggian dan kedalaman yang paling tinggi di dalam

grafik atau diagram profilnya

g) Gunakan menu “file – save bitmap (BMP) file” untuk menyimpan

grafik profil dan garis losnya secara permanen.

h) Gunakan menu “file – save BMP and display on main map view”

untuk menyimpan grafik profil dan garis losnya secara permanen

dalam file citra format BMP dan menampilkanya di atas DEM-nya.

i) Gunakan menu “file –save distance elevation file” untuk menyimpan

grafik profil secara permanen dalam file text.

j) Gunakan menu “file – XYZ file” untuk menyimpan grafik secara

permanen dalam bentuk text seperti dibawah ini.

k) Tekan tombol “OK’ untuk menutup kotak dialog.

Page 7: BAB 1 n 2

2.5 Menghitung Volume Cut and Fill

Seiring dengan menghitung jaraj-jarak segmen, sebenarnya juga dapat

menghitung volume galian dan timbunan disepanjang segmen-segmen tersebut.

Berikut adalah langkah-langkah menghitung volume Cut and Fill :

1. Munculkan layer atau data DEM yang diperlukan sebagai referensi visual,

spasial, system koordinat, dan ketinggian atau kedalamannya.

2. Aktifkan toolbar ”measure tool” hingga kursor berubah bentuk menjadi

“croos-hair”

3. Tempatkan kursor diposisi titik awal dimana jalan akan dimulai, kemudian

klik tombol kiri mouse diposisi tersebut.

4. Tempatkan kursor diposisi titik berikutnya, kemudian klik tombol kiri mouse

pada posisi tersebut. Ulangi langkah ini hingga pada akhir titik vertex,

kemudian klik kanan mouse hingga muncul menu konteksnya.

5. Pada menu yang baru di atas pilih “measure volume (cut and fill)” tekan

tombol “YES” hingga muncul kotak dialog “setup volume calculation

parameter” seperti dibawah ini.

6. Pada kotak dialog tersebut aktifkan radio button “calculate cut-and-fill

volume along line feature”, kemudian ketikan nilai lebar jalur jalan beserta

Page 8: BAB 1 n 2

satuannya.kemudian klik “OK” untuk mendapatkan hasil hitunganya, seperti

gambar dibawah ini.

7. Pada kotak dialog “Volume calculation” klik “OK” maka akan muncul kotak

dialog “modify feature info” yang memberikan informasi yang sama tetapi

lebih detail item-nya.

8. Tekan tombol “OK” untuk keluar kotak dialog.

2.6 Menghitung Jarak

Langkah – langkah yang di perlukan untuk menghitung jarak adalah sebagai

berikut :

1. Munculkan layer DEM yang diperlukan sebagai dasar perhitungan jarak diatas

monitor.

2. Aktifkan toolbar “measure tool” hingga kursor berubah bentuk menjadi

cross-hair.

3. Tempatkan kursor diposisi titik awal dimana jarak akan dimulai, kemudian

klik tombol kiri mouse diposisi tersebut.

Page 9: BAB 1 n 2

4. Tempatkan kursor diposisi titik berikutnya dimna jarak akan dihitung,

kemudian klik tombol kiri mouse diposisi tersebut. Perhatikan informasi pada

statusbar-nya.

5. Untuk menghentikan perhitungan jarak, atau keluar dari mode informasi jarak

ini, tekan tombol kanan mouse hingga muncul menu konteksnya kemudian

pilih “stop measuring”.

2.7 Exsport Data Grid ke AutoCad dan mengaplikasikannya ke dalam AutoCad

Langkah – langkah untuk meng-exsport data grid ke autocad adalah sebagai

berikut :

1. Munculkan layer data DEM untuk memulai langkah exsport data grid ke

autocad.

2. Buat kontur menggunakan generate contour pada menu file.

3. Klik menu “file-exsport DXF 3D file”,kemudian akan muncul kotak dialog

“DXF 3D face exsport options”, seperti gambar dibawah ini kemudian pilih

“vertical unit” lalu klik “ OK

Jarak

segmen 2 Azimut

segmen Jarak Total

Titik 1

Titik 2

Titik 3

Segmen 1

Segmen 2

Ordinat Absis Skala

Page 10: BAB 1 n 2

4. Kemudian Aplikasikan ke dalam AutoCad seperti gambar dibawah ini :

2.8 Menampilkan Permukaan 3Dimensi

Untuk menampilkan DEM sebagai permukaan 3D, dapat di lakukan langkah –

langkah sebagai berikut :

1. Munculkan layer DEM yang bersangkutan kedalam window aplikasi.

Page 11: BAB 1 n 2

2. Tekanlah tombol (button) “ show 3D view”, hingga muncul kotak dialog “3D

view”

3. Pada kotak dialog “3D view” Nampak DEM dalam tampilan tiga dimensi.

4. Untuk merotasikan tampilannya dapat dilakukan dengan cara menekan toolbar

kemudian drag kursor sesuai dengan keinginan yang diingin lihat.

Page 12: BAB 1 n 2

Hari/Tanggal : Senin, 27 November 2010

Materi : Membawa Data point Ke Surface Menggunakan Perangkat lunak

Golden surfer 8.0.

1. Representasi DEM/DTM

Pada umumnya DTM disajikan dalam tiga metode yaitu garis-garis kontur,

grid atau raster-raster grid dan TIN.

a) Garis – Garis Kontur

Garis-garis kontur atau isoline adalah garis-garis khayal yang

menghubungkan titik-titik yang memiliki nilai (tertentu) ketinggian yang

sama (konstan). Metode ini merupakan bentuk representasi yang paling

familiar untuk permukaan tanah, baik dalam format analog maupun dijital.

Peta-peta garis kontur dengan interval tertenti ini banyak tersedia dalam skala

yang bervariasi, ( Eddy Prahasta, 2008 )

Contoh tampilan garis-garis kontur

Akurasi garis-garis kontur ini akan bergantung pada jenis data yang menjadi

masukannya : primer atau turunan. Jika garis-garis kontur ini didapatkan

secara langsung dari proses pengolahan foto udara sebgai data primer dengan

menggunakan perangkat stereo plotter, maka akurasi garis-garis konturnya

akan tinggi. Sementara jika garis-garis kontur dibuat berdasarkan titik-titik

data (x,y,z), maka posisi garis-garis kontur harus diinterpolasikan dari titik-

titik data tersebut. Walaupun demikian bentuk representasi permukaan dalam

bentuk garis-garis kontur ini memiliki “kelemahan”, yaitu permukaan yang

Page 13: BAB 1 n 2

bersangkutan hanya dapat disajikan disepanjang garis-garis isoline tersebut.

Sementara anomal yang terdapat diantara garis-garis kontur tersebut tidak

dapat di perlihatkan. Ketika disajikan dalam bentuk hardcopy, setiap garis

kontur digambarkan sebagai bentuk garis kontinyu yang mengikuti interval

kontur disepanjang permukaan. Setiap garis kontur ini, secara teoritis terdiri

dari titik-titik sample yang jumlahnya tidak terbatas. Walaupun demikian

seorang operator yang mendijitasi peta kontur untuk menghasilkan DTM,

garis-garis kontur ini disamplingkan sehingga system komputernya tidak

dapat menyimpan semua titik yang terdapat disepanjang garis yang

bersangkutan. Oleh karena itu seorang operator hanya akan mendijitasi atau

memilih titik-titik vertex yang dianggap sudah representative, ( Eddy

Prahasta, 2008 )

b) Grids

Grids merupakan struktur matrik yang digunakan untuk merekan relasi-relasi

topologi yang terdapat diantara titik-titik data secara implisit. Tetapi karna

struktur data grid ini serupa dengan struktur penyimpanan array computer

dijital, maka penanganan matrik ketinggian sangatlah sederhana. Selain itu

sebagai konsekuensi lain dari struktur ini, algoritma yang terkait dengan

permodelan DTM yang berbasiskan grid cenderung bersifat “straight

forward”. Meskipun demikian, dilain pihak, kerapatan titik-titik grid regular

ini, nampaknya belum dapat diadaptasikan secra penuh untuk memenuhi

kompleksitas relief permukaan bumi. Oleh karna itu diperlukan sejumlah

besar titik-titik dat untuk menyajikan permukaan tanah dengan tingkat akurasi

yang didinginkan.

Didalam konteks DTM sering pula digunakan terminology lattice untuk

merujuknya; yaitu interpretasi permukaan garis yang disajikan oleh sejumlah

titik sampel yang berukuran sama yang direpresentasikan terhadap titik yang

sama dan jarak sampling konstan yang sama pula dalam atah absis (x) dan

ordinat (y). setiap mesh point ini berisi nilai ketinggian (z) untutk lokasi yang

Page 14: BAB 1 n 2

bersangkutan untuk merujuk pada nilai dasarnya. Sementara itu nilai-nilai

ketinggian permukaan untuk lokasi-lokasi yang terletak diantara mesh point

dapat ditaksir dengan menginterpolasikan beberapa nilai ketinggian milik

mesh point yang bersebelahan.

Didalam sebuah lattice, setiap mesh point menginterpretasikan sebuah nilai

ketinggian diatas permukaan, hanya saja nilai ini hanya berlaku dipusat sel-

grid yang bersangkutan. Jadi hal ini tidak tidak mengimplikasikan bahwa nilai

ketinggian tersebut milik keseluruhan area sel-grid terkait. Walaupun

demikian sisitem grid yang lain bias saja menganggap bahwa setiap sel-grid

merupakan sel bujur sangkar dengan nilai atribut ketinggian konstan. Artinya,

nilai ketinggianya akan mewakili keseluruhan area sel-grid yang bersangkutan

atau semua lokasi yang terdapat didalam setiap sel-grid yang bersangkutan

dianggap memiliki nilai ketinggian yang sama, ( Eddy Prahasta, 2008 )

2. Langkah – langkah kerja Surfer

2.1 Membuat Grid

Langkah – langkah membuat grid adalah sebagai berikut :

1. Buka perangkat lunak surfer 8.0 untuk memulai membuat grid.

2. Klik menu grid pada toolbar, kmudian pilih data sehingga akan muncul

tampilang seperti dibawah ini

3. Setelah muncul toolbar “open”, pilih data yang di simpan dalam bentuk

format excel, akan tampil kotak dialog “grid data”.

Page 15: BAB 1 n 2

4. Pilih metode yang diinginkan misalnya “kriging”, kemudian isikan juga

output gridnya untuk menyimpan data gridnya setelah itu klik “OK”. Maka

akan muncul “surfer report” seperti ini

5. Tutup surfer report dan klik “save” untuk menyimpan hasil report.

2.2 Membuat Kontur

Langkah – langkah Membuat kontur

1. Setelah membuat data grid selanjutnya data grid tersebut dapat di jadikan

untuk data membuat kontur.

Page 16: BAB 1 n 2

2. Klik menu “map – contour map – new contour map” setelah itu akan muncul

kotak dialog “open grid” dan pilih data grid yang sudah dibuat tadi.

3. Klik “OK” maka akan muncul kontur seperti dibawah ini

4. Kemudian klik kanan mouse pilih properties akan keluar kotak dialog “map

contour properties” centang pada “smooth contour”, untuk menghaluskan

kontur

5. Setelah itu atur interval kontur dengan cara double klik “level”, kemudian

isikan interval contour yang diinginkan, kemudian klik “OK”

Page 17: BAB 1 n 2

6. Atur juga view-nya, dengan cara klik view kemudian atur “field of view”

7. Kemudian klik “apply” lalu “OK” maka kontur akan jadi seperti gambar

dibawah ini

2.3 Membuat Wireframe

Berikut adalah langkah – langkah yang ditempuh untuk menampilkan wireframe :

1. Ketika aktif dokumen plot, gunakan menu “map-wireframe” hingga muncul

kotak dialog “open grid”.

Page 18: BAB 1 n 2

2. Pada kotak dialog yang muncul, arahkan pointer file ke direktori dan sub-

direktori dimana file grid disimpan.

3. Tekan tombol “open” untuk menutup kotak dialok “open grid” dan segera

muncul wireframenya.

2.4 Membuat Surface

Langkah – langkah yang ditempuh untuk membuat surface adalah sebagai

berikut :

1. Aktifkan dokumen plot, kemudian pilih menu “map – surface” hingga muncul

kotak dialog “open grid”.

2. Pada kotak dialog yang muncul, arahkan pointer file ke direktori dan sub-

direktori dimana file grid disimpan.

3. Tekan tombol “open” untuk menutup kotak dialok “open grid” dan segera

muncul tampilan defauld surface yang bersangkutan.

Page 19: BAB 1 n 2

2.5 Membuat Cut and Fill

Berikut adalah langkah – langkah yang bias ditempuh untuk menghitung cut

and fill :

1. Ketika dokumen plot-nya aktif, gunakan menu “grid-volume” hingga muncul

kotak dialog “open grid”.

2. Pada kotak dialog “open grid”, arahkan pointer file ke direktori dimana file

gridnya berada. Kemudian klik “open” hingga muncul kotak dialog “grid

volume”.

3. Pada kotak dialog “grid volume”, aktifkan radio button “grid file” pada frame

“upper surface” dan mengaktifkan radio button “constant Z =” pada frame

“lower surface”, kemudian pada textbox yang terdapat pada frame “lower

surface” isikan ketinggian permukaan datar yang akan dijadikan sebagai

referensi.

4. Tekan tombol “OK” untuk mendapatkan hasil report 2.

2.6 Membandingkan tiap metode griding berdasarkan hasil nilai residu dan standar

deviasi.

Langkah – langkah menghitung residual adalah sebagai berikut :

1. Gunakan menu “grid-residuals” hingga muncul kotak dialog “open grids”.

2. Pada kotak dialog “open grids”, arahkan pointer file ke direktori dimana file

grid yang akan dijadikan sebagai dasar hitungan residu berada.

Page 20: BAB 1 n 2

3. Pada kotak dialog “open” yang kemudian terbuka, arahkan pointer ke file sub-

direktori dimana file datanya berada.

4. Akan muncuk kotak dialog “grid residual”, pilih “coloumn A: Absis” pada

combobox “X”, pilih “coloumn B: Ordinat” pada combobox “Y”, pilih

“coloumn C: Tinggi” pada combobox “Z”.

5. Tekan tombol “OK” untuk segera memulai proses perhitungan residuals yang

bersangkutan dan menampilkan hasilnya dalam dokumen tipe worksheet

surfer. Berikut adalah hasil nilai residual untuk metode kriging :

6. Pada kotak dialog residual blok smua, kemudian pilih menu “Data – satistic”,

kemudian centang pada kotak dialog standart deviasinya lalu klik “OK”

Maka akan keluar nilai Standar deviasinya seperti pada table dibawah ini :

Metode Kriging

X Y H Residuals

Number of values 315 315 314 313

Sum 215962863 2856204456 4566.983923 1.189796664

Minimum 685154.2723 9066989.843 -8.785 -1.98246298

Maximum 686089.2537 9067671.723 29.19 1.495284272

Range 934.981482 681.8795439 37.975 3.477747253

Mean 685596.3905 9067315.732 14.5445 0.003801267

Median 685603.4103 9067320.261 19.72 0.018996496

Standard deviation 148.7774402 125.3408375 10.8743 0.333599069

Page 21: BAB 1 n 2

Sebagai perbandingan, berikut adalah table residual dan nilai standar deviasi

lain yang dihasilkan dari kasus masukan file griding lain dan data yang sama.

a) Nilai residual dan standar deviasi metode inverse distance to a power.

b) Nilai residual standar deviasi metode minimum curtavure

Metode Inverse Distance of a Power

X Y H Residuals

Number of values 315 315 314 313

Sum 215962863 2856204456 4566.983923 -11.44304832

Minimum 685154.2723 9066989.843 -8.785 -3.746960247

Maximum 686089.2537 9067671.723 29.19 2.34528278

Range 934.981482 681.8795439 37.975 6.092243028

Mean 685596.3905 9067315.732 14.5445 -0.03655926

Median 685603.4103 9067320.261 19.72 0.07743219

Standard deviation 148.7774402 125.3408375 10.8743 0.862699795

Page 22: BAB 1 n 2

Metode Minimum Curtavure

X Y H Residuals

Number of values 315 315 314 313

Sum 215962863 2856204456 4566.983923 15.42376982

Minimum 685154.2723 9066989.843 -8.785 -1.96271081

Maximum 686089.2537 9067671.723 29.19 2.862446925

Range 934.981482 681.8795439 37.975 4.825157733

Mean 685596.3905 9067315.732 14.5445 0.04927722

Median 685603.4103 9067320.261 19.72 0.008314031

Standard deviation 148.7774402 125.3408375 10.8743 0.510973427

c) Nilai residual dan standar deviasi metode nearest neighbor

Metode Nearest Neighbor

X Y H Residuals

Number of values 315 315 314 313

Sum 215962863 2856204456 4566.983923 -13.48658398

Minimum 685154.2723 9066989.843 -8.785 -2.875291823

Maximum 686089.2537 9067671.723 29.19 1.394718204

Range 934.981482 681.8795439 37.975 4.270010027

Mean 685596.3905 9067315.732 14.5445 -0.043088128

Median 685603.4103 9067320.261 19.72 0

Standard deviation 148.7774402 125.3408375 10.8743 0.326635132

Dari hasil table nilai residual dan standar deviasi diatas dapat disimpulkan

bahwa metode Nearest neighbor memiliki nilai standar deviasi yang paling kecil di

Page 23: BAB 1 n 2

bandingkan dengan metode-metode yang lain. Sedangkan nilai standar deviasi

tertinggi ada pada metode inverse distance to a power.