b i.docx
TRANSCRIPT
B I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit ikan merupakan salah satu kendala dalam usaha budidaya perikanan. Hal ini
disebabkan karena wabah penyakit dapat menimbulkan kematian ikan maupun udang
budidaya. Tingginya tingkat kematian ikan budidaya dapat menurunkan produksi perikanan
sehingga nilai pendapatan yang diperoleh menjadi turun jika dibandingkan dengan jumlah
modal yang harus dikeluarkan untuk keperluan budidaya seperti pembelian benih, pakan,
pembuatan tambak atau kolam, upah tenaga kerja dan lain sebagainya. Disamping itu, ikan
yang sakit juga akan memiliki nilai jual yang jauh lebih rendah dari kondisi normal terlebih
untuk ikan-ikan yang dijual dalam kondisi hidup seperti kerapu dan lobster.
Berdasarkan penyebabnya, penyakit pada ikan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
penyakit infeksi dan penyakit non-infeksi. Penyakit infeksi merupakan penyakit yang
disebabkan oleh infeksi patogen kedalam tubuh inang. Patogen penyebab penyakit pada ikan
dapat berupa virus, bakteri, parasit dan jamur (Lavilla Pitogo, 2001). Sedangkan penyakit
non-infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh selain infeksi patogen, misalnya
penurunan kualitas lingkungan, kekurangan pakan (malnutrisi), dan cacat secara genetik
(Erazo-Pagador, 2001).
Organisme yang diserang penyakit pada umumnya berasal dari kelompok hama,
parasit, dan non parasit. Namun, yang paling banyak menimbulkan kerugian adalah penyakit
yang disebabakan oleh parasit. Penyakit yang disebabakan oleh parasit biasanya sulit untuk
dideteksi oleh para petani ikan karena terdapat banyak parasit yang dapat menimbulkan
penyakit dengan gejala yang sama. Kerugian yang ditimbulkan oleh parasit bergantung pada
beberapa faktor, yaitu umur biota yang sakit, persentase populasi yang terserang penyakit,
parahnya penyakit, dan adanya infeksi sekunder. Parasit yang dapat menyerang organisme
budidaya adalah dari jenis virus, bakteri, jamur, protozoa, golongan cacing dan udang renik.
Serangan parasit biasanya terjadi pada kolam yang kualitas airnya buruk atau kolam yang
tidak terawat.
Faktor lain yang membuat serangan parasit susah dicegah adalah minimnya peralatan yang
dimiliki untuk mendeteksi parasit tersebut. Hal ini sangat membahayakan para petani ikan
karena akan menimbulkan kerugian yang sangat besar. Untuk itu, sebagai mahasiswa yang
akan berkecimpung di dunia budidaya perB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit ikan merupakan salah satu kendala dalam usaha budidaya perikanan. Hal ini
disebabkan karena wabah penyakit dapat menimbulkan kematian ikan maupun udang
budidaya. Tingginya tingkat kematian ikan budidaya dapat menurunkan produksi perikanan
sehingga nilai pendapatan yang diperoleh menjadi turun jika dibandingkan dengan jumlah
modal yang harus dikeluarkan untuk keperluan budidaya seperti pembelian benih, pakan,
pembuatan tambak atau kolam, upah tenaga kerja dan lain sebagainya. Disamping itu, ikan
yang sakit juga akan memiliki nilai jual yang jauh lebih rendah dari kondisi normal terlebih
untuk ikan-ikan yang dijual dalam kondisi hidup seperti kerapu dan lobster.
Berdasarkan penyebabnya, penyakit pada ikan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
penyakit infeksi dan penyakit non-infeksi. Penyakit infeksi merupakan penyakit yang
disebabkan oleh infeksi patogen kedalam tubuh inang. Patogen penyebab penyakit pada ikan
dapat berupa virus, bakteri, parasit dan jamur (Lavilla Pitogo, 2001). Sedangkan penyakit
non-infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh selain infeksi patogen, misalnya
penurunan kualitas lingkungan, kekurangan pakan (malnutrisi), dan cacat secara genetik
(Erazo-Pagador, 2001).
Organisme yang diserang penyakit pada umumnya berasal dari kelompok hama,
parasit, dan non parasit. Namun, yang paling banyak menimbulkan kerugian adalah penyakit
yang disebabakan oleh parasit. Penyakit yang disebabakan oleh parasit biasanya sulit untuk
dideteksi oleh para petani ikan karena terdapat banyak parasit yang dapat menimbulkan
penyakit dengan gejala yang sama. Kerugian yang ditimbulkan oleh parasit bergantung pada
beberapa faktor, yaitu umur biota yang sakit, persentase populasi yang terserang penyakit,
parahnya penyakit, dan adanya infeksi sekunder. Parasit yang dapat menyerang organisme
budidaya adalah dari jenis virus, bakteri, jamur, protozoa, golongan cacing dan udang renik.
Serangan parasit biasanya terjadi pada kolam yang kualitas airnya buruk atau kolam yang
tidak terawat.
Faktor lain yang membuat serangan parasit susah dicegah adalah minimnya peralatan
yang dimiliki untuk mendeteksi parasit tersebut. Hal ini sangat membahayakan para petani
ikan karena akan menimbulkan kerugian yang sangat besar. Untuk itu, sebagai mahasiswa
yang akan berkecimpung di dunia budidaya perairan, maka perlu dilatih dasar-dasar untuk
mendeteksi parasit yang menyerang ikan agar dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
setelah menyelesaikan studinya nanti.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum parasit ini adalah:
1. Untuk mengetahui jenis-jenis parasit yang menginfeksi ikan
2. Agar mahasiswa mengetahui cara menanggulangi penyakit pada ikan
3. Mengetahui gejala klinis ikan yang terserang parasit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut definisinya penyakit diartikan sebagai suatu proses atau kondisi yang
abnormal dari tubuh atau bagian-bagian tubuh ikan yang mempunyai suatu karakteristik yang
membedakannya dengan keadaan normal (Manoppo, 1995). Hama merupakan
mikroorganisme atau makroorganisme yang mengakibatkan penyakit atau sering disebut
organisme patogen. Lebih lanjut Afrianto dan Liviawaty (1992), menerangkan bahwa
penyakit merupakan bagian dari siklus hidup suatu organisme yang bersifat parasit yang
menggangu terhadap organisme lain yang ditumpanginya.
Hama dan Penyakit Ikan (HPI) adalah semua organisme yang dapat merusak,
mengganggu kehidupan atau menyebabkan kematian pada ikan, sesuai dengan Undang-
Undang No. 16 Tahun 1992 pasal 1 ayat 3, sedangkan pasal 1 ayat 5 menyebutkan bahwa
Hama dan Penyakit Ikan Karantina (HPIK) adalah semua hama dan penyakit ikan yang
ditetapkan pemerintah untuk dicegah masuknya ke dalam atau tersebarnya di dalam Wilayah
Negara Republik Indonesia.
Pengendalian penyakit perlu dilakukan secara dini. Berkaitan dengan upaya
penanggulangan dan pemberantasan penyakit diperlukan informasi mengenai jenis patogen,
jenis ikan yang terserang dan waktu kejadiaannya (Hoffman 1987). Infeksi jamur pada ikan
biasanya disebabkan oleh jamur dari genus Spaprolegniadan Achyla.
Jamur biasanya hanya akan menyerang jaringan luar tubuh ikan yang rusak sebagai
akibat luka (Ulcer) atau penyakit lain. Jamur dapat pula menyerang telur ikan. Selain karena
luka, kehadiran jamur dapat pula disebabkan atau dipicu oleh kondisi air akuarium yang
buruk, baik secara fisik maupun kimia. Ikan-ikan berusia tua diketahui sangat rentan terhadap
infeksi jamur.
Pada saat ini, dengan banyaknya fungisida (obat anti jamur), maka serangan jamur
sedikit banyak akan dapat ditangani dengan lebih mudah. Saat ini, jamur yang termasuk
berbahaya dan tergolong Hama Penyakit Ikan Karantina yaitu Aphanomyces astacii. Jamur
ini menyebabkan penyakit yang sering disebut EUS (Epizootic Ulcerative Syndrome).
Namun masih jarang sekali jamur ini ditemukan (anonim, 2011).
Protozoa merupakan hewan uniseluler yang hidup soliter atau berkoloni, diperkirakan
50.000 spesies Protozoa yang sudah teridentifikasi. Habitat Protozoa adalah air laut, payau,
air tawar, daratan yang lembab dan pasir kering. Sebagian besar Protozoa hidup bebas dan
menjadi makanan organisme yang lebih besar. Beberapa Protozoa hidup sebagai parasit,
diantaranya parasit pada ikan, yaitu : Tichodina, Ichthyoptirius, danHeneguya (Suwignyo
dkk., 1997). Parasit Protozoa dapat besifat fakultatif, obligat, ektoparasit dan endoparasit
(Mollers dkk., 1986).
Noble dan Noble (1989), menyatakan bahwa berdasarkan alat geraknya Protozoa
dibedakan atas lima golongan yaitu : Sarcomastighopora, Sarcodina, Apicomplexa,
Ciliophora dan Myxozoa. Sarcomastighopora mencakup kelompok Mastighopora yang
menggunakan flagella sebagai alat geraknya dan meliputi semua Protozoa yang memiliki satu
atau lebih flagel pada seluruh stadia dalam siklus hidupnya.
Sebagian besarMastighopora hidup bebas, ditemukan pada berbagai habitat tetapi
banyak yang bersimbiosis (komensalisme, mutualisme dan parasitisme) dengan vertebrata
dan avertebrata. Mastighopora dibagi dalam tiga kelas, yaitu : Phytomastighopora,
Zoomastighopora dan Opalinata. Phytomastighopora yang bersifat parasit pada ikan
adalah Amyloodinium pillularis.
Parasit ikan yang berasal dari kelas Zoomastighoporaadalah Ichtyobodo necatrix yang
menginfeksi kulit dan insang berbagai ikan air tawar.Cryptobia menginfeksi insang, usus dan
darah ikan air tawar dan air laut (Grabda, 1991). Platyhelminthes berasal dari bahasa yunani
‘platy’ yang berarti pipih dan ‘helminthes’ yang berarti cacing.
Filum ini merupakan kelompok hewan yang peratama kali memeprlihatkan
pembentukkan lapisan ketiga (mesodermis). Keberadaan mesodermis pada embrio
memungkinkan terbentuknya sebagian besar system organ pada Platyhelminthes.
Terbentuknya mesodermis dan system organ bersamaan dengan pembentukkan daerah
anterior, posterior dan terjadinya simetri bilateral. Tubuh bagian anterior merupakan bagian
yang pertama kali berhadapan dengan lingkungan pada saat berjalan dan mempunyai indera
paling banyak dibandingkan posterior (Suwignyo dkk., 1997).
Filum platyhelminthes tidak memiliki organ khusus untuk bergerak. Gerakannya
merupakan akibat dari kontraksi kantung dermomuskular. System reproduksi berkembang
sangat baik dan mengisi hampir seluruh tubuhnya. Filum Platyhelminthes terdiri dari empat
kelas, yaitu Monogenea, Cestodaria, Cestoda dan Trematoda (Grabda, 1991).
Berdasarkan daerah penyebaran, penyakit atau parasit ikan dapat dibagi menjadi 3
golongan yaitu:
1. Penyakit atau parasit pada kulit.
Penyakit atau parasit ini menyerang bagian kulit ikan sehingga dengan mudah dapat
dideteksi. Apabila organisme penyebabnya berukuran cukup besar, maka dengan mudah
dapat langsung diidentifikasi. Akan tetapi bila berukuran kecil harus di identifikasi dengan
mempergunakan sebuah mikroskop atau dengan mengamati akibat yang timbulkan oleh
serangan organisme-organisme tersebut.
Biasanya ikan yang terserang akan terlihat menjadi pucat dan timbul lendir secara
berlebihan. Organisme yang menyerang bagian kulit dapat berasal dari golongan bakteri,
virus, jamur atau lainnya. Bila disebabkan oleh jamur, maka akan terlihat bercak-bercak
berwama putih, kelabu atau kehitam-hitaman pada kulit ikan.
Ikan yang mengalami serangan penyakit atau parasit pada kulitnya, biasanya akan
menggosok-gosokkan badannya kebenda-benda disekelilingnya sehingga sering kali
menimbulkan luka baru yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi sekunder.
2. Penyakit atau parasit pada insang.
Penyakit atau parasit yang menyerang organ insang agak sulit untuk dideteksi secara
dini karena menyerang bagian dalam ikan. Salah satu cara yang dianggap cukup efektif untuk
mengetahui adanya serangan penyakit atau parasit pada insang adalah mengamati pola
tingkah laku ikan. Ciri utama ikan yang terserang organ insangnya adalah menjadi sulit untuk
bernafas.
Selain itu, tutup insang akan mengembang sehingga sulit untuk ditutup dengan
sempurna. Jika serangannya sudah meluas, lembaran-lembaran insang menjadi semakin
pucat. Sering pula dijumpai adanya bintik-bintik merah pada insang yang menandakan telah
terjadi pendarahan (peradangan). Jika terlihat bintik putih pada insang, kemungkinan besar di
sebabkan oleh serangan parasit kecil yang menempel.
3. Penyakit atau parasit pada organ dalam.
Ciri utama ikan yang terkena serangan penyakit atau parasit pada organ (alat-alat)
dalamnya adalah terjadi pembengkakan di bagian perut disertai dengan berdirinya sisik. Akan
tetapi dapat terjadi pula bahwa ikan yang terserang organ dalamnya memiliki perut yang
sangat kurus.
Jika pada kotoran ikan sudah dijumpai bercak darah, ini berarti pad usus terjadi
pendarahan (peradangan). Jika serangannya sudah mencapai gelembung renang biasanya
keseimbangan badan ikan menjadi terganggu sehingga gerakan berenangnya jungkir balik
tidak terkontrol (Sachlan, 2002).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum parasit dan penyakit organisme akuatik dilakukan pada tanggal 26 maret
2011 pukul 16.00 wib s.d selesai. Bertempat di laboratorium Perikanan, fakultas Perikanan
dan ilmu kelautan, universitas Teuku umar.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat bedah lengkap
2 buah, pipet tetes, botol film, mikroskop cahaya, ikan yang sakit, formalin 10%, buku
identifikasi dan aquades. Objep glass.
3.3 Cara Kerja
Adapun langkah-langkah kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Parasit
a. Dikoleksi ikan dan udang dari berbagai sumber, TPI (tempat pelelangan ikan), kolam
budidaya, dan tambak.
b. Untuk ikan yang masih hidup dicatat perilaku ikan dan udang ketika dikolam yang
menunjukkan gejala tidak normal.
c. Dikoleksi parasit dari bagian eksternal; sisik, sirip, dan insang.
d. Dibedah ikan dan koleksi parasit dibagian internal: saluran pencernaan, kepala, mata.
e. Diamati parasit dibawah mikroskop
f. Diidentifikasi parasit
g. Parasit disimpan kembali dalam botol film yang berisi larutan formalin 10% dan diberi
nama parasit, inang, tanggal pengambilan, dan lokasi sampel.
2. Jamur
a. Diambil sampel ikan dan udang yang terinfeksi jamur. Sampel bisa dari telur dan larva
atau ikan dewasa yang menunjukkan gejala terinfeksi jamur (biasanya terdapat hifae di
sekitar tubuh sampel inang)
b. Diamati tingkah laku ikan di kolam ketika pengambilan
c. Diamati gejala eksternal dan internal sampel
DAFTAR PUSTAKA
Alifuddin, M. 2004. Diagnostik Pewarnaan Sediaan Parasit. Dalam: Pelatihan Dasar Karantina
Ikan Tingkat Ahli dan Terampil. Pusat Karantina Ikan. Agustus 2004. Bogor.15 hal
Axelrod, H.R., Warren, E.B., Cliff, W.E.1995. Dr Axelrod’s Mini Atlas of Freshwater
Aquarium Fishes Mini Edition. 1995 edition. TFH Publications Inc. United States
FAO dan NACA. 2001. Asia Diagnostic Guide to Aquatic Animal Diseases.
Pelczar, M.J., dan E.C.S. Chan, 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit Universitas
Indonesia. Jakarta.
Diposkan oleh Romi Andrian di 20.48 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke PinterestLink ke posting ini Beranda Langganan: Entri (Atom)
Arsip Blog
▼ 2013 (1) o ▼ September (1)
PARASIT PADA IKAN OLEH :NAM : ROMI ANDRIANNIM :09...
Mengenai Saya
Romi Andrian Lihat profil lengkapku
airan, maka perlu dilatih dasar-dasar untuk mendeteksi parasit yang menyerang ikan
agar dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari setelah menyelesaikan studinya nanti.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum parasit ini adalah:
1. Untuk mengetahui jenis-jenis parasit yang menginfeksi ikan
2. Agar mahasiswa mengetahui cara menanggulangi penyakit pada ikan
3. Mengetahui gejala klinis ikan yang terserang parasit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut definisinya penyakit diartikan sebagai suatu proses atau kondisi yang
abnormal dari tubuh atau bagian-bagian tubuh ikan yang mempunyai suatu karakteristik yang
membedakannya dengan keadaan normal (Manoppo, 1995). Hama merupakan
mikroorganisme atau makroorganisme yang mengakibatkan penyakit atau sering disebut
organisme patogen. Lebih lanjut Afrianto dan Liviawaty (1992), menerangkan bahwa
penyakit merupakan bagian dari siklus hidup suatu organisme yang bersifat parasit yang
menggangu terhadap organisme lain yang ditumpanginya.
Hama dan Penyakit Ikan (HPI) adalah semua organisme yang dapat merusak,
mengganggu kehidupan atau menyebabkan kematian pada ikan, sesuai dengan Undang-
Undang No. 16 Tahun 1992 pasal 1 ayat 3, sedangkan pasal 1 ayat 5 menyebutkan bahwa
Hama dan Penyakit Ikan Karantina (HPIK) adalah semua hama dan penyakit ikan yang
ditetapkan pemerintah untuk dicegah masuknya ke dalam atau tersebarnya di dalam Wilayah
Negara Republik Indonesia.
Pengendalian penyakit perlu dilakukan secara dini. Berkaitan dengan upaya
penanggulangan dan pemberantasan penyakit diperlukan informasi mengenai jenis patogen,
jenis ikan yang terserang dan waktu kejadiaannya (Hoffman 1987). Infeksi jamur pada ikan
biasanya disebabkan oleh jamur dari genus Spaprolegniadan Achyla.
Jamur biasanya hanya akan menyerang jaringan luar tubuh ikan yang rusak sebagai
akibat luka (Ulcer) atau penyakit lain. Jamur dapat pula menyerang telur ikan. Selain karena
luka, kehadiran jamur dapat pula disebabkan atau dipicu oleh kondisi air akuarium yang
buruk, baik secara fisik maupun kimia. Ikan-ikan berusia tua diketahui sangat rentan terhadap
infeksi jamur.
Pada saat ini, dengan banyaknya fungisida (obat anti jamur), maka serangan jamur
sedikit banyak akan dapat ditangani dengan lebih mudah. Saat ini, jamur yang termasuk
berbahaya dan tergolong Hama Penyakit Ikan Karantina yaitu Aphanomyces astacii. Jamur
ini menyebabkan penyakit yang sering disebut EUS (Epizootic Ulcerative Syndrome).
Namun masih jarang sekali jamur ini ditemukan (anonim, 2011).
Protozoa merupakan hewan uniseluler yang hidup soliter atau berkoloni, diperkirakan
50.000 spesies Protozoa yang sudah teridentifikasi. Habitat Protozoa adalah air laut, payau,
air tawar, daratan yang lembab dan pasir kering. Sebagian besar Protozoa hidup bebas dan
menjadi makanan organisme yang lebih besar. Beberapa Protozoa hidup sebagai parasit,
diantaranya parasit pada ikan, yaitu : Tichodina, Ichthyoptirius, danHeneguya (Suwignyo
dkk., 1997). Parasit Protozoa dapat besifat fakultatif, obligat, ektoparasit dan endoparasit
(Mollers dkk., 1986).
Noble dan Noble (1989), menyatakan bahwa berdasarkan alat geraknya Protozoa
dibedakan atas lima golongan yaitu : Sarcomastighopora, Sarcodina, Apicomplexa,
Ciliophora dan Myxozoa. Sarcomastighopora mencakup kelompok Mastighopora yang
menggunakan flagella sebagai alat geraknya dan meliputi semua Protozoa yang memiliki satu
atau lebih flagel pada seluruh stadia dalam siklus hidupnya.
Sebagian besarMastighopora hidup bebas, ditemukan pada berbagai habitat tetapi
banyak yang bersimbiosis (komensalisme, mutualisme dan parasitisme) dengan vertebrata
dan avertebrata. Mastighopora dibagi dalam tiga kelas, yaitu : Phytomastighopora,
Zoomastighopora dan Opalinata. Phytomastighopora yang bersifat parasit pada ikan
adalah Amyloodinium pillularis.
Parasit ikan yang berasal dari kelas Zoomastighoporaadalah Ichtyobodo necatrix yang
menginfeksi kulit dan insang berbagai ikan air tawar.Cryptobia menginfeksi insang, usus dan
darah ikan air tawar dan air laut (Grabda, 1991). Platyhelminthes berasal dari bahasa yunani
‘platy’ yang berarti pipih dan ‘helminthes’ yang berarti cacing.
Filum ini merupakan kelompok hewan yang peratama kali memeprlihatkan
pembentukkan lapisan ketiga (mesodermis). Keberadaan mesodermis pada embrio
memungkinkan terbentuknya sebagian besar system organ pada Platyhelminthes.
Terbentuknya mesodermis dan system organ bersamaan dengan pembentukkan daerah
anterior, posterior dan terjadinya simetri bilateral. Tubuh bagian anterior merupakan bagian
yang pertama kali berhadapan dengan lingkungan pada saat berjalan dan mempunyai indera
paling banyak dibandingkan posterior (Suwignyo dkk., 1997).
Filum platyhelminthes tidak memiliki organ khusus untuk bergerak. Gerakannya
merupakan akibat dari kontraksi kantung dermomuskular. System reproduksi berkembang
sangat baik dan mengisi hampir seluruh tubuhnya. Filum Platyhelminthes terdiri dari empat
kelas, yaitu Monogenea, Cestodaria, Cestoda dan Trematoda (Grabda, 1991).
Berdasarkan daerah penyebaran, penyakit atau parasit ikan dapat dibagi menjadi 3
golongan yaitu:
1. Penyakit atau parasit pada kulit.
Penyakit atau parasit ini menyerang bagian kulit ikan sehingga dengan mudah dapat
dideteksi. Apabila organisme penyebabnya berukuran cukup besar, maka dengan mudah
dapat langsung diidentifikasi. Akan tetapi bila berukuran kecil harus di identifikasi dengan
mempergunakan sebuah mikroskop atau dengan mengamati akibat yang timbulkan oleh
serangan organisme-organisme tersebut.
Biasanya ikan yang terserang akan terlihat menjadi pucat dan timbul lendir secara
berlebihan. Organisme yang menyerang bagian kulit dapat berasal dari golongan bakteri,
virus, jamur atau lainnya. Bila disebabkan oleh jamur, maka akan terlihat bercak-bercak
berwama putih, kelabu atau kehitam-hitaman pada kulit ikan.
Ikan yang mengalami serangan penyakit atau parasit pada kulitnya, biasanya akan
menggosok-gosokkan badannya kebenda-benda disekelilingnya sehingga sering kali
menimbulkan luka baru yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi sekunder.
2. Penyakit atau parasit pada insang.
Penyakit atau parasit yang menyerang organ insang agak sulit untuk dideteksi secara
dini karena menyerang bagian dalam ikan. Salah satu cara yang dianggap cukup efektif untuk
mengetahui adanya serangan penyakit atau parasit pada insang adalah mengamati pola
tingkah laku ikan. Ciri utama ikan yang terserang organ insangnya adalah menjadi sulit untuk
bernafas.
Selain itu, tutup insang akan mengembang sehingga sulit untuk ditutup dengan
sempurna. Jika serangannya sudah meluas, lembaran-lembaran insang menjadi semakin
pucat. Sering pula dijumpai adanya bintik-bintik merah pada insang yang menandakan telah
terjadi pendarahan (peradangan). Jika terlihat bintik putih pada insang, kemungkinan besar di
sebabkan oleh serangan parasit kecil yang menempel.
3. Penyakit atau parasit pada organ dalam.
Ciri utama ikan yang terkena serangan penyakit atau parasit pada organ (alat-alat)
dalamnya adalah terjadi pembengkakan di bagian perut disertai dengan berdirinya sisik. Akan
tetapi dapat terjadi pula bahwa ikan yang terserang organ dalamnya memiliki perut yang
sangat kurus.
Jika pada kotoran ikan sudah dijumpai bercak darah, ini berarti pad usus terjadi
pendarahan (peradangan). Jika serangannya sudah mencapai gelembung renang biasanya
keseimbangan badan ikan menjadi terganggu sehingga gerakan berenangnya jungkir balik
tidak terkontrol (Sachlan, 2002).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum parasit dan penyakit organisme akuatik dilakukan pada tanggal 26 maret
2011 pukul 16.00 wib s.d selesai. Bertempat di laboratorium Perikanan, fakultas Perikanan
dan ilmu kelautan, universitas Teuku umar.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat bedah lengkap
2 buah, pipet tetes, botol film, mikroskop cahaya, ikan yang sakit, formalin 10%, buku
identifikasi dan aquades. Objep glass.
3.3 Cara Kerja
Adapun langkah-langkah kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Parasit
a. Dikoleksi ikan dan udang dari berbagai sumber, TPI (tempat pelelangan ikan), kolam
budidaya, dan tambak.
b. Untuk ikan yang masih hidup dicatat perilaku ikan dan udang ketika dikolam yang
menunjukkan gejala tidak normal.
c. Dikoleksi parasit dari bagian eksternal; sisik, sirip, dan insang.
d. Dibedah ikan dan koleksi parasit dibagian internal: saluran pencernaan, kepala, mata.
e. Diamati parasit dibawah mikroskop
f. Diidentifikasi parasit
g. Parasit disimpan kembali dalam botol film yang berisi larutan formalin 10% dan diberi
nama parasit, inang, tanggal pengambilan, dan lokasi sampel.
2. Jamur
a. Diambil sampel ikan dan udang yang terinfeksi jamur. Sampel bisa dari telur dan larva
atau ikan dewasa yang menunjukkan gejala terinfeksi jamur (biasanya terdapat hifae di
sekitar tubuh sampel inang)
b. Diamati tingkah laku ikan di kolam ketika pengambilan
c. Diamati gejala eksternal dan internal sampel
DAFTAR PUSTAKA
Alifuddin, M. 2004. Diagnostik Pewarnaan Sediaan Parasit. Dalam: Pelatihan Dasar Karantina
Ikan Tingkat Ahli dan Terampil. Pusat Karantina Ikan. Agustus 2004. Bogor.15 hal
Axelrod, H.R., Warren, E.B., Cliff, W.E.1995. Dr Axelrod’s Mini Atlas of Freshwater
Aquarium Fishes Mini Edition. 1995 edition. TFH Publications Inc. United States
FAO dan NACA. 2001. Asia Diagnostic Guide to Aquatic Animal Diseases.
Pelczar, M.J., dan E.C.S. Chan, 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit Universitas
Indonesia. Jakarta.
Diposkan oleh Romi Andrian di 20.48 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke PinterestLink ke posting ini Beranda Langganan: Entri (Atom)
Arsip Blog
▼ 2013 (1) o ▼ September (1)
PARASIT PADA IKAN OLEH :NAM : ROMI ANDRIANNIM :09...
Mengenai Saya
Romi Andrian Lihat profil lengkapku