awas, ancaman trade based money laundering ......2019/08/16  · ppt yang memadai, baik dari sisi...

28
No. 52 Edisi I / 2019 Motif Politik Dibalik Regulasi Tutwuri Anggarwani Direktur Kepatuhan Bank ANZ Menyongsong Pelaksanaan Mutual Evaluation Review (MER) Menyongsong Pelaksanaan Mutual Evaluation Review (MER) Belajar GCG Dari Skandal Carlos Ghosn Belajar GCG Dari Skandal Carlos Ghosn Awas, Ancaman Trade Based Money Laundering

Upload: others

Post on 19-Dec-2020

48 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Awas, Ancaman Trade Based Money Laundering ......2019/08/16  · PPT yang memadai, baik dari sisi pencegahan maupun pemberantasan khususnya dalam mendeteksi dan memitigasi illicit

No. 52 Edisi I / 2019

Motif Politik Dibalik Regulasi

Tutwuri AnggarwaniDirektur Kepatuhan Bank ANZ

Menyongsong Pelaksanaan Mutual Evaluation Review (MER) Menyongsong Pelaksanaan Mutual Evaluation Review (MER)

Belajar GCG Dari Skandal Carlos GhosnBelajar GCG Dari Skandal Carlos Ghosn

Awas, Ancaman Trade Based Money LaunderingAwas, Ancaman Trade Based Money Laundering

Page 2: Awas, Ancaman Trade Based Money Laundering ......2019/08/16  · PPT yang memadai, baik dari sisi pencegahan maupun pemberantasan khususnya dalam mendeteksi dan memitigasi illicit

Untuk meningkatkan kualitas SDM di bidang kepatuhan, FKDKP secara rutin melakukan pelatihan di berbagai kota, seperti di Bandung tanggal 27-28 Februari 2019 (foto bawah) dan

di Medan tanggal 24-25 April 2019 (foto atas), serta di kota-kota besar lainnya.

Page 3: Awas, Ancaman Trade Based Money Laundering ......2019/08/16  · PPT yang memadai, baik dari sisi pencegahan maupun pemberantasan khususnya dalam mendeteksi dan memitigasi illicit

1

Yovancka Eveline

Redaksi menerima tulisan

berupa artikel atau tulisan

lainnya. Redaksi akan

melakukan perbaikan

seperlunya atas tulisan

yang akan dimuat tanpa

mengurangi maknanya.

Setiap tulisan yang dimuat

akan mendapat imbalan

yang pantas.

Daftar Isi

3Nomor 52 Edisi I / 2019

Rita Mirasari

Fransiska Oei

Endang Hidayatullah Ahmad Solichin Lutfiyanto

Dari Redaksi 4

Menyongsong Pelaksanaan Mutual Evaluation Review (MER)

Risiko Likuiditas Perbankan Nasional

Prospek Perekonomian Indonesia

Profil Tutwuri AnggarwaniDirektur Bank ANZ

Dukungan Global Untuk Indonesia

Belajar GCG Dari Skandal Carlos Ghosn

NIK dan NIB : Digitalisasi Bisnis Perbankan

Motif Politik Dibalik Regulasi

Profil Risiko Perbankan

5

9

11

13

17

18

20

22

24

Page 4: Awas, Ancaman Trade Based Money Laundering ......2019/08/16  · PPT yang memadai, baik dari sisi pencegahan maupun pemberantasan khususnya dalam mendeteksi dan memitigasi illicit

Nomor 52 Edisi I / 20194

Seminar dan FGDMenjelang akhir tahun lalu tepatnya 29 November 2018, FKDKP

menyelenggarakan seminar dilanjutkan Focus Group Discussion (FGD), di Jakarta, dengan topik : “Implementasi Prudential Banking Dalam Menghadapi Tantangan Ekonomi Global”. Acara tersebut diikuti 126 peserta, antara lain terdapat 64 Direktur Kepatuhan, 51 direktur dan komisaris, serta anggota working group dan Pengawas FKDKP.

Kegiatan seminar ini merupakan agenda rutin FKDKP yang dilaksanakan dua kali setahun. Selain bertujuan untuk menambah wawasan para anggota juga sebagai ajang sosialisasi berbagai kebijakan pihak otoritas sekaligus memberikan umpan balik atas berbagai regulasi baik yang sudah maupun yang akan dikeluarkan.

Seminar kali ini diawali dengan mendengarkan arahan dari Ibu Filianingsih Hendarta, Asisten Gubernur – Kepala Departemen Kebijakan Prudensial, Bank Indonesia. Tampil sebagai pembicara antara lain: Kurniawan Agung Wijayanto, Deputi Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial, yang membahas mengenai “Arah Kebijakan Makroprudensial Dalam Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan”; Bapak Muhammad Edhie Purnawan, seorang ekonom yang membahas “Kesiapan Perbankan Dalam Menghadapi Tantangan Ekonomi Global”.

Setelah seminar yang dilaksanakan pada pagi harinya, maka pada sesi siang diadakan Focus Group Discussion (FGD) dengan topik “Pengawasan OJK di Sektor Perbankan”. Tampil sebagai narasumber yaitu Bapak Anung Herlianto, Direktur Departemen Pengawasan Bank 3, OJK”, yang membahas “Kinerja Perbankan Terkini & Perbaikannya Ke Depan Dari Sudut Pandang Pengawasan Perbankan OJK”; dan Bapak Antonius Hari P. M., Kepala Departemen Penelitian dan Pengaturan OJK, membahas mengenai “Arah dan Prioritas Kebijakan OJK Bagi Perbankan Ke Depan Dari Segi Ketentuan/Aturan Baru Yang Mungkin Akan Diterbitkan”.

Pelaksanaan seminar ini erat kaitannya dengan fungsi utama FKDKP sebagai forum komunikasi baik di antara sesama anggota maupun antara anggota dengan regulator dalam hal ini BI, OJK, PPATK, KPK, Bareskrim Polri, dll. Selain melakukan seminar, FKDKP juga rutin melakukan pelatihan bagi para pejabat bank, bekerjasama dengan berbagai instansi terkait.

Sejak beberapa tahun terakhir FKDKP juga mulai melakukan Uji Sertifikasi Kepatuhan yang terdiri dari tiga level, yaitu: Level 1 untuk officer, Level 2 untuk manager, dan level 3 untuk ekskutif atau pimpinan. Untuk menunjang program sertifikasi itu, FKDKP bersama IBI telah menerbitkan beberapa buku di bidang kepatuhan, antara lain :

1. Buku Level 1 (Officer), berjudul: “Menguasai Fungsi Kepatuhan Bank”. 2. Buku Level 2 (Manager), berjudul: “Kepatuhan Dalam Bisnis Bank”; 3. Buku Level 3 (Eksekutif), berjudul: “Culture Starts From The Top - Membangun Budaya

Kepatuhan”.Dengan semakin luasnya peran dan fungsi kepatuhan, sejalan dengan berbagai regulasi yang

berlaku, maka peran FKDKP juga semakin penting khususnya dalam membantu dan menjaga operasional perbankan sekaligus membantu regulator.

Melalui seminar ini diharapkan bisa menambah pengetahuan dan wawasan peserta untuk kemudian diimplementasikan dalam menunjang perkembangan perbankan nasional yang terus tumbuh dalam kondisi yang sehat. ***

Terima kasih.Pimpinan Redaksi,

Rita Mirasari

Dari Redaksi

Page 5: Awas, Ancaman Trade Based Money Laundering ......2019/08/16  · PPT yang memadai, baik dari sisi pencegahan maupun pemberantasan khususnya dalam mendeteksi dan memitigasi illicit

Nomor 52 Edisi I / 2019

Fokus

Financial Action Task Force (FATF) adalah badan antar pemerintah yang dibentuk dalam Pertemuan G7 pada tahun 1989 di Paris oleh para Menteri di yurisdiksi anggotanya. T u j u a n FAT F a d a l a h u n t u k m e n e t a p k a n s t a n d a r d a n mempromosikan pelaksanaan yang efektif dari langkah-langkah hukum, peraturan dan operasional untuk memberantas pencucian uang, pendanaan teroris dan ancaman terkait lainnya terhadap integritas sistem keuangan internasional. Pada awal pembentukannya, FATF hanya memiliki 16 anggota dan terus berkembang hingga pada Maret 2019 telah tergabung sebanyak 38 anggota.

Saat ini, Indonesia baru menjadi anggota Asia/Pacific Group on Money Laundering (APG) yaitu salah satu FATF-Style Regional Bodies (FSRBs). Keanggotaan Indonesia pada FATF didorong oleh fakta bahwa Indonesia merupakan negara anggota G20 yang belum menjadi anggota FATF. Upaya keanggotaan penuh Indonesia pada FATF telah dimulai sejak tahun 2017 atas pengajuan Menteri Keuangan Republik Indonesia yang dimulai dengan penyampaian surat komitmen pemerintah RI, persetujuan proses keanggotaan Indonesia oleh FATF, pelaksanaan High Level Visit antara Presiden FATF dengan Pimpinan Kementerian/Lembaga terkait, hingga penetapan status Indonesia sebagai observer dalam FATF Plenary tanggal 29 Juni 2018. Adapun manfaat sebagai anggota FATF antara lain:

1. Ekonomi Membuktikan kepada dunia internasional akan tingkat stabilitas dan integritas sistem keuangan dan perdagangan Indonesia yang sudah memadai, sehingga dapat meningkatkan investasi dan pertumbuhan ekonomi, serta disejajarkan dengan negara-negara maju, dan sejalan dengan kedudukan Indonesia sebagai negara anggota G20.

2. Policy-Making· Pengalaman Indonesia dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme dapat menjadi kontribusi penting dalam penyusunan kebijakan dan standar internasional terkait upaya APU PPT.· Mendukung dunia internasional untuk menurunkan tingkat illicit flow money dan membangun kebijakan dan regulasi, serta efektivitas penerapan APU

PPT yang memadai, baik dari sisi pencegahan maupun pemberantasan khususnya dalam mendeteksi dan memitigasi illicit flow money.3. Hubungan Internasional

Ÿ Meningkatkan kredibilitas Indonesia di mata internasional.

Ÿ Berpotensi meningkatkan efektivitas k e r j a s a m a i n t e r n a s i o n a l m e l a l u i pemanfaatan komunikasi informal.

Proses keanggotaan Indonesia pada FATF masih terus berlanjut menunggu keberhasilan dalam Mutual Evaluation Review (MER) Indonesia yang akan berlangsung pada tahun 2019 hingga 2020. FATF akan menilai kepatuhan rezim APU PPT di Indonesia terhadap seluruh Rekomendasi FATF dengan fokus pada dua area yaitu:

1. Penilaian kepatuhan teknisMenilai apakah suatu negara telah memenuhi semua persyaratan teknis dari 40 Rekomendasi FATF dalam ketentuan undang-undang,

Menyongsong Pelaksanaan Mutual Evaluation Review (MER)

Oleh: Dewi Fadjarsarie

Suatu negara harus menunjukkan bahwa dalam konteks risiko yang

ditimbulkannya, negara tersebut telah memiliki dan mengimplementasikan

kerangka kerja yang efektif untuk melindungi sistem keuangannya

5

Page 6: Awas, Ancaman Trade Based Money Laundering ......2019/08/16  · PPT yang memadai, baik dari sisi pencegahan maupun pemberantasan khususnya dalam mendeteksi dan memitigasi illicit

6

peraturan, dan instrumen hukum lainnya untuk memerangi Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU), Tindak Pidana Pendanaan Terorisme (TPPT), dan proliferasi senjata pemusnah massal.

2. Penilaian efektivitasSuatu negara harus menunjukkan bahwa dalam konteks risiko yang ditimbulkannya, nega ra t e r sebu t t e l ah memi l ik i dan mengimplementasikan kerangka kerja yang

efektif untuk melindungi sistem keuangannya. Tim penilai akan melihat 11 bidang utama (Immediate Outcomes/IO) untuk menentukan tingkat efektivitas upaya suatu negara dalam memerangi TPPU, TPPT, dan proliferasi senjata pemusnah massal.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai Lembaga Pengawas dan Pengatur (LPP) sektor jasa keuangan pada rezim APU PPT di Indonesia

Fokus

Nomor 52 Edisi I / 2019

No Rekomendasi FATF No Rekomendasi FATF

AML/CFT POLICIES AND COORDINATION

14

Rec.18 – Internal controls and foreign branches and subsidiaries

1 Rec.1 – Assessing risks & applying a risk based approach

15 Rec.19 – Higher-risk countries

2 Rec.2 – National cooperation and coordination

Reporting of suspicious transactions

TERRORIST FINANCING AND FINANCING OF PROLIFERATION

16

Rec.20 – Reporting of suspicious transactions

3 Rec.6 – Targeted financial sanctions related to terrorism & terrorist financing

17 Rec.21 – Tipping-off and confidentiality

4 Rec.7 – Targeted financial sanctions related to proliferation

TRANSPARENCY AND BENEFICIAL OWNERSHIP OF LEGAL PERSONS AND ARRANGEMENTS

PREVENTIVE MEASURES

18 Rec.24 – Transparency and beneficial ownership of legal persons

5 Rec.9 – Financial Institution secrecy laws

19

Rec.25 – Transparency and beneficial ownership of legal arrangements

Customer due diligence and record keeping

POWERS AND RESPONSIBILITIES OF COMPETENT AUTHORITIES AND OTHER INSTITUTIONAL MEASURES

6 Rec.10 – Customer due diligence Regulation and Supervision

7 Rec.11 – Record Keeping

20 Rec.26 – Regulation and supervision of financial institution

Additional measures for specific customers and activities

21 Rec.27 – Powers of supervisors

8 Rec.12 – Politically exposed persons General Requirements

9 Rec.13 – Correspondent banking 22 Rec.33 – Statistics

10 Rec.14 – Money or value transfer services

23 Rec.34 – Guidance and feedback

11 Rec.15 – New technologies Sanctions

12 Rec.16 – Wire transfers 24 Rec.35 – Sanctions

Reliance, Controls, and Financial Groups

INTERNATIONAL COOPERATION

13 Rec.17 – Reliance on third parties

25 Rec.40 – Other forms of international cooperation

Page 7: Awas, Ancaman Trade Based Money Laundering ......2019/08/16  · PPT yang memadai, baik dari sisi pencegahan maupun pemberantasan khususnya dalam mendeteksi dan memitigasi illicit

7

Dalam rangka persiapan pelaksanaan MER Indones ia o leh FATF tahun 2019/2020, OJK telah menyusun strategi antara lain melalui pemenuhan priority action plan bagi internal OJK dan rangkaian kegiatan persiapan MER yang melibatkan internal OJK, perwakilan asosiasi sektor jasa keuangan, dan pelaku industri jasa keuangan.

Secara umum, strategi utama disusun untuk memenuhi defisiensi Indonesia pada

hasil MER Indonesia oleh APGTahun 2016/2017, sehingga temuan MER APG itu tidak terjadi pada pelaksanaan MER FATF. Memperhatikan hal tersebut, beberapa rekomendasi yang perlu menjadi perhatian PJK sebagai upaya penguatan pencegahan terjadinya tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme, serta proliferasi senjata pemusnah missal adalah:

Nomor 52 Edisi I / 2019

Fokus

Io1 – Money laundering and terrorist financing risks are understood and, where appropriate, actions coordinated domestically to combat money laundering and the financing of terrorism and proliferation.

Io2 – International cooperation delivers appropriate information, financial intelligence, and evidence, and facilitates action against criminals and their assets.

Io3 – Supervisors appropriately supervise, monitor, and regulate financial institutions and DNFBPs for compliance with AML/CFT requirements commensurate with their risks.

Io4 – Financial institutions and DNFBPS adequately apply AML/CFT preventive measure commensurate with their risks, and report suspicious transactions.

Io5 – Legal persons and arrangements are prevented from misuse for money laundering or terrorist financing, and information on their beneficial ownership is available to competent authorities without impediments.

Io10 – Terrorists, terrorist organisations and terrorist financiers are prevented from raising, moving and using funds, and from abusing the NPO sector.

Io11 – Persons and entities involved in the proliferation of weapons of mass destruction are prevented from raising, moving and using funds, consistent with the relevant UNSCRs.

Immediate Outcomes (IO)

bertanggung jawab terhadap 25 rekomendasi yang dikeluarkan oleh FATF dan bertanggung jawab terhadap 7 Immediate Outcomes sesuai dengan bidang tugas dan kewajibannya sehingga memegang peranan penting dalam sistem keuangan nasional dan keberhasilan pelaksanaan penilaian rezim anti pencucian uang Indonesia.

Dalam hal ini, koordinasi rezim anti pencucian uang dalam skala Negara Republik Indonesia dilakukan oleh Komite Koordinasi Nasional T P P U y a n g d i p i m p i n l a n g s u n g o l e h Menkopolhukam dengan Kepala PPATK sebagai Sekretariat dan melapor langsung kepada Presiden.

rangkaian kegiatan persiapan MER yang melibatkan internal OJK, perwakilan asosiasi sektor jasa keuangan, dan pelaku industri jasa keuangan.

Secara umum, strategi utama disusun untuk memenuhi defisiensi Indonesia

Page 8: Awas, Ancaman Trade Based Money Laundering ......2019/08/16  · PPT yang memadai, baik dari sisi pencegahan maupun pemberantasan khususnya dalam mendeteksi dan memitigasi illicit

8

Komitmen dari seluruh pihak terkait untuk terus melanjutkan dan memperbaiki implementasi penerapan program APU PPT berbasis risiko secara efektif sangat diperlukan guna memperkuat rezim APU PPT di Indonesia dan mendukung

keberhasilan Indonesia sebagai anggota penuh FATF, khususnya sektor jasa keuangan dalam hal ini perbankan yang akan menjadi narasumber utama dalam penilaian pelaksanaan MER Indonesia sebagai anggota FATF. (Sumber: OJK) ****) Penulis adalah Analis Eksekutif Senior Grup Penanganan APU PPT, OJK.

Fokus

Nomor 52 Edisi I / 2019

No Topik Rekomendasi/hal yang perlu dilakukan PJK

1. Pemahaman risiko TPPU dan TPPT

• PJK melakukan update penilaian risiko berdasarkan informasi terkini dan mitigasi risiko berdasarkan informasi terkini (updating National Risk Assessment (NRA), Sectoral Risk Assessment (SRA), white paper), termasuk pada informasi terkni dari lembaga internasional (highrisk countries, tipologi, new technologies), serta tidak cukup hanya memahami redflag.

• PJK menerapkan mitigasi risiko secara efektif terhadap nasabah yang berbentuk Non-profit Organization (NPO)

• PJK menerapkan mitigasi risiko secara efektif terhadap nasabah Politically Exposed Persons (PEPs) (termasuk update atas database PEP dan close associate/family member)

2. Pemahaman kewajiban penerapan program APU PPT berbasis risiko

PJK memahami kewajiban penerapan program APU PPT (khususnya pada 5 poin utama yaitu CDD, EDD, PEPs, STR dan TFS)

3. Implementasi program APU PPT berbasis risiko (risk-based approach/RBA)

• PJK tetap menerapkan program APU PPT berbasis risiko (bukan lagi dalam tahap awal atau pengembangan, namun sudah terimplementasi secara penuh)

• PJK pro aktif dalam melakukan updating atas TFS list dan melakukan mitigasi risiko

• PJK mengimplementasikan program APU PPT secara RBS yang focus pada high risk area (TFS list, PEP, NPO, high risk jurisdiction, non-face to face CDD)

• PJK mengimplementasikan penerapan APU PPT pada low risk area (simplified CDD, financial inclusion)

4. Beneficial Owner (BO) • PJK melakukan proses identifikasi dan verifikasi terhadap BO dilakukan dengan langkah-langkah yang kreatif.

• PJK melakukan proses identifikasi BO atas nasabah legal arrangement termasuk foreign trust.

5. Customer Due Diligence (CDD) dan Record Keeping

Contoh efektivitas penerapan CDD dan record keeping, misal penolakan dan pemutusan hubungan usaha

6. Politically Exposed Persons (PEPs)

PJK melakukan langkah-langkah kreatif untuk melakukan updating database PEP.

7. Wire Transfer PJK fokus pada CDD yang efektif terhadap informasi dalam wire transfer yang tidak lengkap, dan kewajiban pelaporan LTKL.

8. New Technologies PJK melakukan langkah-langkah terhadap new technologies (termasuk FinTech)

9. Targeted Financial Sanctions (TFS)

• PJK pro aktif dalam melakukan updating TFS lists. • PJK menindaklanjuti TFS secara cepat (DTTOT, proliferasi

secara otomatis. • PJK mengimplementasikan pelarangan penyediaan produk

dan jasa kepada pihak dalam TFS. 10. High Risk Countries PJK menerapkan mitigasi risiko yang efektif terhadap high risk

countries termasuk updatingnya.

11. Kewajiban Pelaporan • PJK meningkatkan kualitas LTKM • PJK berfokus pada LTKM dengan Tindak Pidana Asal

berisiko tinggi (kuantitas dan kualitas)

12. Pengawasan Internal Program APU PPT dan group wide

Cakupan pertukaran informasi dalam group wide

Page 9: Awas, Ancaman Trade Based Money Laundering ......2019/08/16  · PPT yang memadai, baik dari sisi pencegahan maupun pemberantasan khususnya dalam mendeteksi dan memitigasi illicit

Kondisi likuiditas perbankan secara umum masih sangat memadai dalam memenuhi kebutuhan nasabah. Hal tersebut tercermin dari rasio Alat Likuid/Non Core Deposit (AL/NCD) maupun rasio Alat Likuid/Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) yang meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yaitu masing-masing sebesar 92,50% dan 19,65%, dari sebelumnya 88,46% dan 18,50%, atau jauh di atas monitoring threshold sebesar 50% dan 10%.

Alat ukur lain untuk memantau kemampuan bank dalam menyediakan alat l ikuid untuk mengantisipasi penarikan dana nasabah adalah rasio Liquidity Coverage Ratio (LCR). Pemenuhan LCR dilakukan secara bertahap untuk masing-masing kelompok bank sejak Desember 2015 (bank BUKU 4 dan KCBA), dan sejak Juni 2016 (bank BUKU 3 dan bank asing non KCBA).

Dar i pe l apo ran LCR bank pada OJK menunjukkan bahwa secara umum seluruh bank telah melebihi pemenuhan minimal LCR, dengan LCR industri sebesar 197,58%. Hal tersebut menunjukkan alat likuid yang tersedia cukup memadai dalam mengantisipasi kewajiban segera selama 30 hari ke depan. Berdasarkan kelompok bank, KCBA memiliki LCR tertinggi sebesar 235,30%, utamanya karena didukung oleh komponen CEMA yang berbentuk surat berharga serta relatif rendahnya NCO. Sementara itu, kelompok bank BUKU 3 memiliki LCR paling rendah yaitu 152,92%, meskipun masih berada di atas threshold yang ditetapkan dalam Basel III sebesar 100%.

Selanjutnya, alat ukur lain untuk mengetahui kemampuan bank dalam menjaga likuiditas adalah dengan melihat : sisi aset, sisi kewajiban (pendanaan), dan akses likuiditas ke Pasar Uang Antar Bank (PUAB). Pada Juni 2018, kondisi likuiditas perbankan dari sisi a s e t m a s i h m e m a d a i y a n g ditunjukkan oleh rasio Aset Likuid terhadap Total Aset Perbankan, Aset Likuid terhadap Pendanaan Jangka Pendek, Aset Likuid terhadap Non Core Funding, dan Aset Likuid Primer terhadap Pendanaan Jangka Pendek Non Core Funding, yang cukup terjaga meskipun sedikit menurun dibandingkan dengan tahun s e b e l u m n y a . H a l t e r s e b u t menunjukkan bahwa jika nasabah

berencana melakukan penarikan dari bank, maka bank tersebut dapat melakukan pencairan (konversi) alat likuid dalam jumlah yang cukup memadai menjadi kas untuk memenuhi permintaan/penarikan nasabah.

Penurunan keempat rasio tersebut dipengaruhi oleh turunnya aset likuid sebagai dampak dari kenaikan penarikan pada momen Hari Raya Idul Fitri dan adanya konversi alat likuid menjadi kredit yang tercermin pada naiknya pertumbuhan kredit pada triwulan II-2018.

Dari sumber pendanaan (kewajiban bank), dapat dilihat dari proporsi dana volatile (pendanaan non inti) terhadap total sumber dana bank. Dana volatile umumnya mudah berpindah dari satu bank ke bank lain khususnya jika insentif (suku bunga ataupun non suku bunga misalnya hadiah langsung) kurang menarik, sehingga mempengaruhi ketersediaan alat likuid bank. Pada Juni 2018, porsi pendanaan non inti terhadap total pendanaan perbankan relatif tinggi sebesar 76,97%. Hal ini menunjukkan bahwa sumber dana bank lebih banyak berasal dari pendanaan wholesale yang bergantung pada deposan besar dan tidak dijamin LPS. Pendanaan wholesale cenderung tidak stabil dan sensitif terhadap perubahan suku bunga serta penurunan peringkat kredit bank. Sebaliknya, pendanaan inti merupakan sumber dana yang relatif stabil karena berasal dari deposan kecil atau dana ritel yang cenderung tidak sensitif terhadap perubahan suku bunga karena dijamin oleh LPS. Meskipun struktur pendanaan perbankan masih didominasi oleh pendanaan tidak stabil, rasio deposan inti relatif turun dibandingkan tahun sebelumnya yaitu dari 26,19% menjadi 25,24%. Rasio simpanan di atas Rp 2 miliar

terhadap total DPK juga mengalami penurunan yaitu dari 58,12% (Juni 2017) m e n j a d i 5 7 , 4 1 % y a n g menunjukkan berkurangnya konsentrasi dana yang bersifat volatile

Kondisi likuiditas bank secara industri juga dapat dilihat dari akses suatu bank terhadap Pasar Uang Antar Bank (PUAB). Pada Juni 2018, rerata suku bunga tertimbang PUAB sedikit meningkat dari 4,76% pada tahun sebelumnya menjadi 4 , 9 2 % d e n g a n v o l u m e transaksi yang naik sebesar Rp

Risiko Likuiditas Perbankan Nasional

Wacana

9Nomor 52 Edisi I / 2019

Risiko operasional hampir sebagian besar bank umum tergolong moderat. Sesuai hasil pemeriksaan beberapa bank, masih ditemukan hal-

hal yang berpotensi meningkatkan risiko

operasional antara lain tingginya turn over pegawai, adanya kasus fraud, human

error, dan kelemahahan pada pengendalian IT.

Page 10: Awas, Ancaman Trade Based Money Laundering ......2019/08/16  · PPT yang memadai, baik dari sisi pencegahan maupun pemberantasan khususnya dalam mendeteksi dan memitigasi illicit

249,74 triliun. Kenaikan suku bunga tersebut lebih disebabkan oleh naiknya suku bunga BI 7-DRR pada akhir triwulan II-2018.

Masih kondusifnya likuiditas pasar uang juga ditunjukkan oleh bank yang melakukan transaksi dengan suku bunga tinggi memiliki likuiditas yang memadai (memiliki rasio AL/NCD di atas threshold 50%).

Risiko operasional hampir sebagian besar bank umum tergolong moderat. Sesuai hasil pemeriksaan beberapa bank, masih ditemukan hal-hal yang berpotensi meningkatkan risiko operasional antara lain tingginya turn over pegawai, adanya kasus fraud, human error, dan kelemahahan pada pengendalian IT. Kondisi PUAB cenderung ketat bila volume transaksi relatif rendah namun suku bunga-nya meningkat dan sebaliknya. Khusus pada bank asing, terdapat potensi peningkatan risiko operasional karena proses pemindahan Data Center dan/atau Data Recovery Center (DC/DRC) ke dalam negeri yang cukup kompleks, biaya yang cukup besar, dan penerapan faktor confidentiality.

Sementara itu, untuk meminimalkan terjadinya fraud, OJK telah mewajibkan seluruh bank untuk memiliki strategi anti fraud yang efektif dan hasil implementasinya disampaikan kepada OJK setiap semester. Strategi meminimalisasi fraud mencakup upaya mencegah dan mendeteksi, melakukan investigasi, serta memperbaiki sistem pengendalian internal bank.

Penerapan tata kelola/Good Corporate Governance (GCG) bertujuan untuk meningkatkan kinerja bank, melindungi kepentingan stakeholders, dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta nilai-nilai etika yang berlaku umum pada industri perbankan. Pelaksanaan GCG pada perbankan didasarkan pada lima prinsip dasar, yaitu: transparansi, akuntabilitas, pertanggung-jawaban, independensi dan kewajaran.

Penilaian tata kelola untuk bank umum dilakukan secara semesteran pada bulan Juni dan Desember, sementara penilaian tata kelola untuk BPR dilakukan setiap triwulanan. Pada semester I-2018, pelaksanaan GCG Bank Umum tergolong baik, dengan pertimbangan bahwa bank telah memiliki governance structure yang baik dan mendukung terlaksananya proses corporate governance sehingga menghasilkan outcome yang memadai sesuai dengan harapan stakeholders.

Berdasarkan POJK Nomor 4/POJK.03/2015,

yang mulai berlaku 31 Maret 2015, BPR wajib melaksanakan GCG dalam setiap kegiatan usahanya pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi. Penerapan GCG diperlukan mengingat kelemahan tata kelola merupakan penyebab utama BPR masuk dalam status pengawasan khusus atau dicabut izin usaha sehingga mempengaruhi reputasi dan kepercayaan masyarakat terhadap BPR. Penerapan tata kelola yang baik dalam pengelolaan BPR diharapkan dapat menjamin kesinambungan operasional BPR dalam jangka panjang, sehingga menjamin ketersediaan pelayanan jasa keuangan kepada UMKM dan masyarakat di pelosok daerah.

Mengingat kondisi BPR yang beragam, dilakukan pembedaan strata BPR dalam rangka penerapan corporate governance. Salah satu pertimbangannya adalah semakin besarnya modal inti dan total aset, semakin tinggi pula risiko BPR karena bertambahnya DPK, kemampuan pemberian kredit, jangkauan operasional, rentang kendali, dan jumlah nasabah. Hal te rsebut berdampak semakin dibutuhkannya pelaksanaan tata kelola yang baik/GCG dalam operasional BPR.

Dalam mendorong peningkatan tata kelola

BPR, OJK secara aktif melakukan pembahasan

langsung termasuk meningkatkan pemeriksaan serta

pembinaan khususnya terhadap BPR yang belum

memenuhi ketentuan GCG. *** (Sumber : OJK)

Wacana

10 Nomor 52 Edisi I / 2019

Khusus pada bank asing, terdapat potensi

peningkatan risiko operasional karena proses pemindahan Data Center dan/atau Data Recovery

Center (DC/DRC) ke dalam negeri yang cukup

kompleks, biaya yang cukup besar, dan penerapan faktor confidentiality.

Page 11: Awas, Ancaman Trade Based Money Laundering ......2019/08/16  · PPT yang memadai, baik dari sisi pencegahan maupun pemberantasan khususnya dalam mendeteksi dan memitigasi illicit

Menurut saya, defisit Neraca Perdagangan Indonesia sudah dalam tingkat “waspada”. Seperti yang disampaikan oleh Kepala BPS bahwa Neraca Perdagangan (BoT, Balance of Trade) Indonesia per November 2018 mengalami defisit s e n i l a i U S D 2 , 0 5 m i l i a r . Sebelumnya, data Oktober 2018, BoT Indonesia juga sudah defisit sebesar USD 1,77 miliar, sehingga year to date Neraca Perdagangan Indonesia 2018 sudah mengalami defisit sebesar (minus) USD 7,52 miliar jauh merosot dibandingkan dengan prestasi tahun 2017 yang surplus (plus) USD 11,84 miliar. Dibandingkan tahun 2017, maka sampai akhir November 2018 telah terjadi penurunan Neraca Perdagangan yang cukup tinggi, sebesar USD 19,36 miliar.

D i b a n d i n g k a n d e n g a n s e b u l a n sebelumnya, defisit Neraca Perdagangan makin memburuk. Defisit per Oktober 2018 tercatat “hanya” USD 1,82 miliar dan year to date dari Januari hingga Oktober nilainya USD 5,51 miliar, dengan ekspor naik sebesar 5,87% dari bulan September menjadi USD 15,8 miliar, dan impor naik jauh lebih tinggi sebesar 20,6% menjadi USD 17,62 miliar. Jika ditelusuri lebih detail, ekspor terbesar terjadi pada industri pengolahan (USD 11,59 miliar), pertambangan dan penggalian (USD 2,41 miliar).

Kalau dicermati lebih lanjut, ekspor Indonesia hanya USD 14,83 miliar (turun 6,69% dari bulan Oktober) dan impor turun 4,47%, lebih rendah dari penurunan ekspor, tapi naik 11,68% jika dibandingkan September 2018. Impor nonmigas (USD 14,04 miliar) masih mendominasi dibandingkan impor migas (USD 2,84 miliar). Penurunan ini b e r a s a l d a r i i m p o r m e s i n / p e r a l a t a n l i s t r i k . Peningkatan yang besar terjadi pada impor minuman (naik 470%) menjadi sebesar USD 75,3 juta.

Dari data itu, salah satu cara untuk menekan impor terutama bahan baku dan penolong produksi adalah dengan segera mengimplementasikan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Aturan mengenai TKDN ini benar-benar bisa menggairahkan produksi dan meningkatkan daya saing industri dalam negeri. Beberapa regulasi terkait implementasi TKDN, di antaranya adalah PP No. 29 Tahun 2018 tentang Pemberdayaan Industri,

Kepres No. 24 Tahun 2018 tentang Tim Nasional Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri, dan Peraturan Menperin No. 29 Tahun 2017 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penghitungan Nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) Produk Telepon Seluler, Komputer Genggam, dan Komputer Tablet. Implementasi dari serangkaian peraturan ini perlu benar-benar dilakukan dan dikawal dengan sebaik-baiknya.

B e b e r a p a i n d u s t r i y a n g m e s t i diprioritaskan dalam penerapan TKDN, misalnya industri telekomunikasi. Satu dekade bidang EMS (electronic manufacture service) yang jatuh tidak berkembang selama beberapa tahun, namun ketika nanti TKDN per 1 Januari 2019 akan diterapkan maka bisa diperkirakan EMS akan menjadi tulang punggung industri lokal komponen di Indonesia. Jika aturan main TKDN 40% untuk perangkat 4G sudah diterapkan, maka akan banyak produsen asing yang membutuhkan kerjasama.

Industri lain yang bisa diandalkan adalah alat kesehatan. Industri ini bisa berkembang dan berga i rah misa lnya dengan mewajibkan penggunaan produk alat kesehatan yang telah mampu diproduksi di d a l a m n e g e r i , d a n kemampuan Indonesia untuk memproduksi alat kesehatan lokal telah terbukti beberapa tahun terakhir ini.

Prospek Perekonomian Indonesia Oleh: Muhammad Edhie Purnawan

Wacana

11Nomor 51 Edisi I / 2019

Industri lain yang kita punya keunggulan adalah industri

yang terkait dengan perkabelan dan serat fiber. Mestinya kabel

dan serat fiber ini tak perlu impor, karena kita punya

industrinya di dalam negeri. Demikian pula industri

komponen dan perakitan mobile phone

Page 12: Awas, Ancaman Trade Based Money Laundering ......2019/08/16  · PPT yang memadai, baik dari sisi pencegahan maupun pemberantasan khususnya dalam mendeteksi dan memitigasi illicit

Industri lain yang kita punya keunggulan adalah industri yang terkait dengan perkabelan dan serat fiber. Mestinya kabel dan serat fiber ini tak perlu impor, karena kita punya industrinya di dalam negeri. Demikian pula industri komponen dan perakitan mobile phone. Kita telah begitu banyak mengimpor telepon seluler. Industri ini mendesak untuk diterapkannya TKDN secara konsisten dan meningkat.

Saya sepakat dengan pendapatnya Chief RA (Menkominfo) yang menegaskan para vendor ponsel yang ingin memasarkan produknya di Indonesia agar memakai unsur lokal di luar aspek perangkat hardware. Harus dicari aplikasi atau software yang atau berbasis otak. Mestinya nilai tambah otak atau inovasi teknologi atau paten ini jauh lebih tinggi di dalam komponen sebuah produk. Mendesain perangkat produksi Indonesia yang diterapkan pada ponsel buatan pabrik asing juga akan dikategorikan oleh pemerintah sebagai komponen lokal. Contohnya, pembuatan screen yang digunakan oleh sebuah ponsel akan meningkatkan produktivitas komponen lokal.

Industri hulu migas juga menjadi salah satu yang diprioritaskan Kemenperin. Caranya dengan mengoptimalkan sistem informasi pengadaan barang dan jasa, mengendalikan impor dan mendorong penggunaan barang yang wajib diproduksi di dalam negeri. Selain itu, pemerintah mendorong optimalisasi TKDN melalui proyek aspal karet agar meningkatkan penyerapan karet alam domes t ik dan memperba ik i kua l i tas infrastruktur jalan. Yang lain, adalah penggunaan campuran minyak sawit sebesar 20% dalam komponen B20 dan nanti akan berkembang menjadi B30. Ini untuk pengendalian impor.

Di sisi ekspor, pemerintah perlu melakukan beberapa quick win, antara lain dengan segera menindaklanjuti pemanfaatan perjanjian CEPA yang beberapa diantaranya telah disepakati. Salah satu yang telah ditandatangani adalah IE - CEPA, perjanjian kerjasama ekonomi komprehensif antara Indonesia dengan EFTA yang meliputi perluasan akses pasar ke negara-negara EFTA, antara lain berupa peningkatan daya saing produk Indonesia, peningkatan investasi pelaku usaha dari negara-negara EFTA ke Indonesia, khususnya di sektor teknologi

tinggi, peningkatan kapasitas di bidang s t a n d a r, p e n d i d i k a n d a n p e l a t i h a n , pemanfaatan EFTA sebagai pintu masuk produk Indonesia ke kawasan Uni Eropa, peningkatan kerja sama yang lebih luas untuk mengoptimalkan pemanfaatan perjanjian bersama.

Disamping itu, IE-CEPA juga sangat menguntungkan, karena menghapuskan tarif bea masuk di masing-masing negara EFTA yang cukup besar, antara lain penghapusan 6.333 pos tarif (90,97% total pos tarif) Norwegia yang mencakup 99,75% nilai impor Norwegia dari Indonesia, penghapusan 8.100 pos tarif (94,28% total pos tarif) Islandia yang mencakup 99,94% nilai impor Islandia dari Indonesia, dan penghapusan 7.042 pos tarif (81,74% total pos tarif) Swiss yang mencakup 99,65% nilai impor Swiss dari Indonesia.

Usaha lain yang relatif quick win juga bisa dilakukan, misalnya dengan menemukan pasar-pasar baru nontradisional dengan cepat melalui kerjasama dan memberikan insentif khusus kepada eksportir dan kedutaan besar RI di luar negeri serta ITPC (Indonesia Trade Promotion Center) supaya bekerja lebih keras dan lebih optimal. Eksplorasi pasar luar negeri oleh keduanya plus dengan keterlibatan sektor swasta perlu mendapatkan insentif yang signifikan dan sangat segera.

Terakhir, ketidakpastian global dan perang dagang antara Amerika dengan China serta politik dalam negeri negara-negara pengimpor perlu mendapatkan pemantauan yang ketat secara terus-menerus. Jika terjadi hambatan secara politis terhadap produk-produk ekspor Indonesia maka perlu negosiator ulung level internasional yang paham dan dekat hubungan interpersonalnya dengan pejabat-pejabat tinggi dan kongres di luar negeri. Indonesia harus jeli dan tangkas mengidentifikasi, lalu menggunakan talen-talen seperti ini untuk melepaskan diri dari jeratan dan hambatan ekonomi dan politik perdagangan internasional. ***

*) Muhammad Edhie Purnawan adalah Ekonom Universitas Gajah Mada, (UGM), Yogyakarta. Tulisan ini pernah disampaikan pada “Sharing Up-dated Perekonomian Indonesia” dengan Kadin Indonesia, di Jakarta, 18 Desember 2018.

Wacana

12 Nomor 51 Edisi I / 2019

Page 13: Awas, Ancaman Trade Based Money Laundering ......2019/08/16  · PPT yang memadai, baik dari sisi pencegahan maupun pemberantasan khususnya dalam mendeteksi dan memitigasi illicit

Profil

Nomor 52 Edisi I / 2019

Direktur Kepatuhan Bank DKI

Kemajuan ekonomi kita sekarang relatif bagus, yang diikuti oleh kemajuan di sektor perbankan . Baga imana Anda me l iha t perkembangan ini?

Memang dalam tiga puluh tahun terakhir ini, ekonomi kita tumbuh rata-rata 5,2% per tahun, sehingga menempatkan Indonesia di peringkat ke-16 negara dengan ekonomi terbesar dunia, serta mampu mencapai peringkat ke-4 sebagai tempat tujuan investasi terfavorit di dunia. Price Waterhouse Coopers memprediksi di tahun 2050, Indonesia akan menjadi negara dengan ekonomi terbesar ke-4 di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat dengan GDP $ 7,3 triliun, sehingga menempatkan Indonesia sebagai salah

satu yang paling mengejutkan dari daftar 10 besar negara dengan ekonomi terbesar di tahun 2050.

Perdagangan internasional sebagai salah satu pilar pertumbuhan ekonomi Indonesia tentunya menjadi prioritas. Pada kuartal I /2019, Kementerian Perdagangan mengungkapkan sejumlah strategi guna meningkatkan ekspor Indonesia di era industri 4,0. Hal ini menjadi peluang bagi perbankan untuk berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi sekaligus memperbesar porsi pendapatan fee based income melalui transaksi perdagangan internasional.

Apakah Kondisi ini merupakan peluang yang baik bagi perbankan kita?

Tutwuri AnggarwaniDirektur Kepatuhan Bank ANZ

Perkembangan ekonomi domestik yang relatif baik dalam sektor perdagangan beberapa tahun terakhir, terutama disektor perdagangan internasional, memberikan peluang meningkatnya transaksi di sektor perbankan. Namun di balik itu perlu diwaspadai peluang aktivitas money laundering yang memanfaatkan transaksi perdagangan internasional tersebut.

Hal ini diungkapkan oleh Direktur Kepatuhan Bank ANZ, Tutwuri Anggarwani, dimana banyak bank dapat memanfaatkan kesempatan tersebut untuk memperbesar fee based income melalui transaksi perdagangan internasional. Namun bersamaan dengan itu juga membuka kemungkinan adanya risiko tindak kejahatan pencucian uang dan pendanaan terorisme melalui aktivitas transaksi perdagangan internasional yang lebih dikenal dengan Trade Based Money Laundering (TBML). Berikut penjelasannya:

Awas, Ancaman Trade Based Money Laundering

Awas, Ancaman Trade Based Money Laundering

13

Page 14: Awas, Ancaman Trade Based Money Laundering ......2019/08/16  · PPT yang memadai, baik dari sisi pencegahan maupun pemberantasan khususnya dalam mendeteksi dan memitigasi illicit

14 Nomor 52 Edisi I / 2019

ProfilYa, ada empat bank nasional terbesar di

I n d o n e s i a y a n g b e r h a s i l m e n c a t a t k a n pertumbuhan double digit volume transaksi trade finance di akhir tahun 2018. Melihat peluang itu, perbankan terus berlomba melakukan peningkatan produk dan layanan, tidak hanya pada trade finance tapi juga transaksi lain yang terkait layanan manejemen kas dengan platform digital terkini.

Namun bersamaan dengan harapan itu terdapat juga tantangan risiko, dimana perbankan harus berhadapan dengan tindak kejahatan pencucian uang dan pendanaan terorisme melalui transaksi perdagangan internasional yang lebih dikenal dengan Trade Based Money Laundering (TBML).

Mohon dapat dijelaskan apakah Trade Based Money Laundering (TBML) itu?

TBML dapat didefinisikan sebagai tindakan penyamaran harta kekayaan yang berasal dari hasil kejahatan menjadi harta kekayaan yang sah menurut hukum dengan mempergunakan sarana transaksi perdagangan internasional. Saat ini TBML telah menjadi isu global yang berkembang seiring pertumbuhan perdagangan nasional maupun internasional. Namun demikian, kasus-kasus TBML masih kurang mendapatkan sorotan dibandingkan kasus pencucian uang lainnya.

Apakah bisa dijelaskan modus-modus yang sering digunakan dalam tindakan TBML ini?

Modus yang umum terjadi adalah over/under-invoicing, dimana nilai tagihan ditetapkan di atas/di bawah harga wajar pasar; lalu ditemukan adanya, over/short/ghost-shipping, yaitu adanya perbedaan nominal tagihan dengan jumlah barang dan jasa yang diberikan; selanjutnya, related party transactions, yaitu terdapat transaksi intensif antar-entitas terkait di yurisdiksi yang berbeda, terutama dengan entitas di yurisdiksi dengan regim anti pencucian uang yang lebih lemah.

Apa saja yang perlu diperhatikan oleh perbankan untuk meminimalisir terjadinya berbagai modus tersebut?

Ada beberapa contoh skenario pemantauan

TBML yang dapat dijadikan acuan:

Pertama, adanya sekelompok negara yang masuk kategori berisiko tinggi dan ekstrim, yaitu negara-negara yang dianggap berisiko lebih tinggi untuk pencucian uang atau pendanaan terorisme. Transaksi perdagangan ke/dari atau dengan entitas yang berlokasi di negara-negara ini dapat menggambarkan risiko lebih tinggi.

Kedua, adanya entitas berisiko tinggi, yaitu entitas-entitas yang diklasifikasikan sebagai berisiko tinggi berdasarkan jenis perdagangan atau insiden internal/eksternal yang pernah diketahui dan termasuk yang pernah dilaporkan LTKM dan sebagai subjek penegakan hukum, atau pembayaran dari pihak ketiga yang tidak memiliki koneksi terhadap pihak tersebut, industri atau transaksi yang tidak sesuai.

Ketiga, adanya barang-barang yang berisiko tinggi, yaitu transaksi yang termasuk komoditas-komoditas yang diklasifikasikan berisiko tinggi atau dual-use.

Keempat, adanya penyimpangan dari barang yang diperdagangkan pada underlying pola

Page 15: Awas, Ancaman Trade Based Money Laundering ......2019/08/16  · PPT yang memadai, baik dari sisi pencegahan maupun pemberantasan khususnya dalam mendeteksi dan memitigasi illicit

15Nomor 51 Edisi I / 2019

Profilkomoditas, yaitu penyimpangan pola transaksi pada barang yang diperdagangkan dibandingkan dengan transaksi yang terjadi sebelumnya. Hal ini dapat menjadi indikasi atas aktivitas yang tidak wajar. Penyimpangan bisa juga terjadi pada volume transaksi.

Kelima, adanya penggunaan perusahaan fiktif/shellcompany, yaitu yang melibatkan t r a n s a k s i d e n g a n t u j u a n u t a m a u n t u k memindahkan dana dari satu pihak ke pihak yang lain. Misalnya penggunaan perusahaan shell company dengan PO Box yang beralamat di Bermuda.

Keenam, adanya transaksi u-turn/rebound, yaitu transaksi yang berputar antara entitas yang sama atau penerima manfaat internasional untuk transaksi domestic supply chain.

Ketujuh, adanya dokumen perdagangan/trade yang tidak wajar seperti:

a. Nomor dokumen berurutan, nomor kontainer tidak valid/tidak standar atau berurutan, dll.

b. Deskripsi barang tidak jelas atau tidak ada pada dokumen.

c. Barang sangat berbeda dari L/C atau antardokumen.

d. Faktur memiliki proporsi biaya, harga, pajak, atau elemen serupa yang luar biasa tinggi.

e. Nama kapal disamarkan.

f. Dsb.

Kedelapan, adanya kata-kata yang tidak wajar atau perubahaan yang berulang, yaitu kata-kata dalam L/C, standby L/C atau bank garansi yang tidak rasional atau tidak jelas, adanya perubahan yang berulang dan signifikan pada dokumen tersebut.

Mohon dapat diberikan contoh, kasus yang biasanya terjadi terkait TBML ini?

Kasus-kasus terkait TBML yang sering ditemui saat ini antara lain bertujuan untuk melakukan pencucian uang serta penggelapan pajak. Pelaku kejahatan pencucian uang melihat adanya kesempatan untuk memanfaatkan transaksi perdagangan/trade yang disebabkan kondisi dokumen transaksi yang tidak terstruktur, format yang tidak konsisten, banyaknya pihak yang terlibat serta proses manual yang kerap menjadi kendala dalam mendeteksi kejahatan terkait TBML.

Langkah apa yang seharusnya dilakukan perbankan dalam mendeteksi tindak TBML ini?

Dalam upaya pendeteksian dapat dilakukan beberapa langkah, antara lain:

1. Memahami risiko yang melekat pada bank dituangkan dalam Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme self risk assessment termasuk di d a l a m n y a a p a b i l a t e r d a p a t a k t i v i t a s pedagangan/trade, maka perlu di lakukan pemantauan yang memadai.

2. Mendeteksi faktor-faktor risiko yang berdampak langsung dan melakukan uji tuntas terhadap transaksi yang mencurigakan/di luar kewajaran termasuk transaksi perdagangan/trade.

3. Memberikan pelatihan secara berkala kepada karyawan tentang indikasi/redflags pencucian uang

Page 16: Awas, Ancaman Trade Based Money Laundering ......2019/08/16  · PPT yang memadai, baik dari sisi pencegahan maupun pemberantasan khususnya dalam mendeteksi dan memitigasi illicit

Nomor 52 Edisi I / 2019

Profilterkait TBML khususnya karyawan/unit yang terkait operasional dan analis di unit APU-PPT.

4. Melakukan kolaborasi antara unit APU-PPT dan unit yang terkait trade business untuk memahami produk yang ditawarkan serta channel atau fasilitas yang digunakan.

5. Melakukan pemeriksaan secara cermat terhadap document trade untuk melihat adanya pemalsuan atau ketidakwajaran informasi sebelum dilaksanakan transaksi.

6. Melakukan perbandingan antara kesesuaian transaksi nasabah dengan profil usaha/bisnis nasabah serta analisa historis transaksi nasabah.

7. Melaporkan aktivitas yang mencurigakan kepada regulator (PPATK) bila ditemukan transaksi di luar kewajaran/mencurigakan.

8. Memiliki sistem yang memadai untuk memantau dan memberikan alert (early warning) apabila terdapat t r a n s a k s i t r a d e y a n g m e m b u t u h k a n analisa/investigasi lebih lanjut.

Sejauh mana kesiapan perbankan kita dalam menghadapi tantangan tersebut dan apa kendalanya?

Memang ada beberapa tantangan yang mungkin dihadapi perbankan dalam memantauan transaksi TBML ini antara lain:

1. Meskipun terdapat informasi yang memadai mengenai produk, namun sulit bagi karyawan yang melakukan pemantauan untuk memastikan harga yang tercantum adalah wajar dan sesuai dengan harga pasar.

2. Keterbatasan sistem teknologi yang memadai serta sumberdaya manusia dengan keahlian khusus untuk dapat melakukan pemantauan transaksi trade dengan volume yang tinggi.

3. Karena transaksi trade melibatkan beberapa negara maka dimungkinkan terdapat penentuan harga wajar yang berbeda disetiap negara.

4. Regulasi saat ini sudah mencantumkan tipologi APU-PPT secara umum namun belum terdapat spesifik regulasi yang mengatur TBML sebagai acuan dalam melakukan pemantauan transaksi di bank.

Mengingat pentingnya peranan bank dalam pencegahan APU-PPT khususnya TBML, maka diperlukan upaya lebih dari semua pemangku kepentingan untuk bersama-sama melakukan pendekatan menyeluruh guna meningkatkan kualitas program APU-PPT. Hal ini terkait dengan akan dilaksanakannya MER di bulan Juni 2019 dimana perbankan diharapkan dapat berkomitmen dalam menerapkan program APU-PPT sesuai dengan praktik terbaik internasional sehingga Indonesia dapat meningkatkan kualitasnya untuk dapat menjadi anggota FATF. ***

16

Tutwuri Anggarwani mengawali karier di perbankan sebagai staf administrasi pada tahun 1998. Perlahan tapi pasti jenjang kariernya terus merangkak naik dalam berbagai peran dan tugas, baik di perbankan lokal maupun internasional. Beliau pernah bekerja di perusahaan seperti; Citibank NA, PT Bank International Indonesia (sekarang PT Bank Maybank Indonesia tbk) , Bank of Tokyo Mitsubishi UFJ, Bank Ekspor Indonesia (sekarang berubah menjadi Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia/LPEI), dan American Express Bank Ltd. Sepanjang karier tersebut memang beliau lebih banyak bersentuhan dengan aspek-aspek Kepatuhan. Sejak Juli 2014, beliau bergabung dengan PT Bank ANZ Indonesia, hingga dipercaya sebagai Direktur Kepatuhan.

“Ketika pembentukan PBI tentang Know Your Customer (KYC) saya dilibatkan untuk memberikan pandangan serta informasi lantaran ketika itu kondisi perbankan masih sedikit bankir yang memahami tentang penerapan prinsip KYC sedangkan di bank asing masalah KYC ini sudah lebih dulu ada dan kemudian setiap adanya perubahan ketentuan terkait dengan anti pencucian uang dan pendanaan terorisme saya banyak memberikan masukan untuk dapat menyesuaikan dengan standar internasional dan kondisi di Indonesia ,”katanya.

Kesenangannya berorganisasi tersalurkan melalui Forum Komunikasi Direktur Kepatuhan Perbankan (FKDKP). Sejak tahun 2005, beliau sudah aktif di organisasi profesi ini antara lain pernah menjabat sebagai Ketua Working Group untuk Anti Pencucian Uang dan Tindak Pidana Terorisme (APU-PPT). “Saya membantu dalam mengkoordinasikan pembahasan isu-isu terkait dengan penerapan APU-PPT serta draf regulasi yang akan dirilis oleh regulator,” katanya. Beliau juga beberapa kali dipercaya untuk mewakili FKDKP menjadi narasumber aktif dalam proses mutual evaluation review di Indonesia serta menjadi pembicara dalam pelatihan yang diselenggarakan oleh tim Working Group APU-PPT Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Menyinggung mengenai fungsi kepatuhan bank, menurutnya, merupakan hal yang sangat penting. “Merumuskan strategi kepatuhan, membuat kerangka manajemen risiko kepatuhan dan meningkatkan budaya kepatuhan sangatlah penting dalam sebuah bank karena memiliki spektrum yang luas untuk mitigasi risiko kepatuhan dan reputasi, begitu pula dengan penerapan good corporate governance akan sangat mendukung kinerja bank yang lebih baik”, tegas Wakil Sekretaris Jenderal FKDKP ini. ***

Page 17: Awas, Ancaman Trade Based Money Laundering ......2019/08/16  · PPT yang memadai, baik dari sisi pencegahan maupun pemberantasan khususnya dalam mendeteksi dan memitigasi illicit

17

Untuk pertama kalinya, Indonesia hadir dalam sidang Financial Action Task Force on Money Laundering (FATF), 16-19 Oktober 2019, di Paris dengan seat & flag sendiri dan berstatus observer. Kehadiran Indonesia dalam sidang tersebut menandai dimulainya kiprah Indonesia di forum atau satuan tugas khusus yang dibentuk dalam rangka mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme di dunia. Rekomendasi yang dikeluarkan oleh FATF diakui sebagai standar internasional yang harus dipedomani dan dilaksanakan oleh setiap n e g a r a d a l a m u p a y a p e n c e g a h a n d a n pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan tindak pidana pendanaan terorisme.

Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Kiagus Ahmad Badaruddin, menyatakan bahwa sidang FATF kali ini menjadi sangat krusial bagi Indonesia dikarenakan adanya dua isu yang dibahas. Pertama, jadwal pelaksanaan mutual evaluation Indonesia sebagai salah satu syarat dan prosedur baku untuk menjadi full members atau anggota penuh FATF. Kedua, adanya pembahasan mengenai quality and consistency atas hasil Mutual Evaluation Report (MER) Indonesia yang telah ditetapkan pada sidang tahunan Asia Pacific Group (APG) on Money Laundering ke-21 yang diselenggarakan bulan Juli 2018 di Kathmandu, Nepal.

Berdasarkan prosedur yang berlaku, untuk menjadi anggota penuh harus melewati proses penilaian kepatuhan paling lama tiga tahun sejak ditetapkan sebagai observer. Indonesia telah ditetapkan sebagai observer pada bulan Juni 2018, sehingga pelaksanaan penilaian kepatuhan Indonesia oleh FATF atas FATF Recommendations harus dilakukan paling lambat bulan Juni 2021. Namun, dengan telah selesainya penilaian kepatuhan Indonesia oleh APG pada Juli 2018 dengan hasil “satisfactory”, maka Indonesia mengajukan usulan percepatan pelaksanaan penilaian kepatuhan Indonesia oleh FATF, yang secara langsung juga akan mempercepat diperolehnya status full member bagi Indonesia.

Pada sidang di Paris tersebut, Indonesia yang diwakili oleh pejabat dari PPATK, Kementerian Luar Negeri, dan Kementerian Keuangan, mengusulkan pelaksanaan penilaian kepatuhan oleh FATF pada September 2019, yang

hasilnya akan dibahas pada Oktober 2020. Terhadap usulan Indonesia ini, baik pada saat pembahasan di sesi Evaluation and Compliance Group (ECG) dan Plenary, didukung oleh 15 negara, antara lain Rusia, Malaysia, India, Jepang, Australia, Singapura, Cina, Afrika Selatan, dan negara-negara anggota FATF lainnya. Hanya Amerika Serikat dan Inggris yang berpendapat bahwa Indonesia masih membutuhkan waktu yang lebih lama lagi untuk mengatasi defisiensi yang sudah teridentifikasi pada penilaian kepatuhan sebelumnya.

Hal lain yang dibahas pada sidang FATF di Paris yaitu mengenai quality and consistency atas hasil MER yang telah dilaksanakan dan ditetapkan oleh APG pada Juli lalu, khususnya pada Immediate Outcome 8 (IO8) mengenai efektivitas penyitaan terkait tindak pidana pencucian uang (TPPU) dan tindak pidana pendanaan terorisme (TPPT). Isu ini merupakan usulan Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada. Namun negara-negara anggota FATF lainnya seperti Rusia, Malaysia, India, Korea, Perancis, Australia, dan Cina memberikan dukungan pada Indonesia, dengan menyatakan bahwa hasil MER yang dilaksanakan APG telah memiliki kualitas dan konsisten dengan Standar FATF, sehingga rating IO8 tetap dapat dipertahankan pada substantial level. Keputusan ini ditetapkan baik pada sesi ECG maupun sesi Plenary.

Hasil yang optimal dicapai oleh Delegasi Indonesia pada Sidang FATF kali ini tidak terlepas dari dukungan Presiden RI dan komitmen seluruh Pimpinan Kementerian/Lembaga terkait, serta efektivitas forum Komite Koordinasi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (Komite TPPU). Dengan telah resmi dipublikasikannya dokumen hasil penilaian kepatuhan Indonesia yang dilaksanakan oleh APG yang merupakan tindak lanjut dari hasil Plenary di Paris, menunjukan bahwa Indonesia telah siap dan memenuhi persyaratan untuk menjadi anggota penuh FATF sesuai protokolnya. “Dengan menjadi anggota penuh FATF, Indonesia dapat ikut merumuskan secara langsung rekomendasi atau standar internasional di bidang anti-pencucian uang dan pendanaan terorisme sehingga sejalan dengan kepentingan nasional”, jelas Kepala PPATK Kiagus Ahmad Badaruddin. (Sumber: PPATK) ***

Nomor 52 Edisi I / 2019

Dukungan Global Untuk Indonesia

Wacana

Page 18: Awas, Ancaman Trade Based Money Laundering ......2019/08/16  · PPT yang memadai, baik dari sisi pencegahan maupun pemberantasan khususnya dalam mendeteksi dan memitigasi illicit

18 Nomor 52 Edisi I / 2019

Dunia korporasi beberapa waktu lalu sedang demam terkait top eksekutif Renault Nissan Mitsubishi, Carlos Ghosn, terperosok dalam skandal perusahaan. Kasus yang terjadi pada perusahaan otomotif koalisi manca negara tersebut dikhawatirkan dapat menurunkan citra korporasi secara luas. Implementasi agar Good Corporate Governance (GCG) menjadi pedoman serius korporasi, harus dilakukan revisi terus menerus demi bisnis yang berkelanjutan.

Seperti dilansir di berbagai media pada pekan ke tiga November 2018, Carlos Ghosn ditahan otoritas hukum Jepang, karena dituding memalsukan laporan keuangan perusahaan. Pernah didapuk sebagai CEO handal , yang memil iki jasa besar terhadap keberlangsungan bisnis pabrikan otomotif Renault dan Nissan yang sebelumnya sempat berdarah-darah, kemudian mengubahnya menjadi perusahaan otomotif kelas dunia.Tuduhan lain yang belakangan dialamatkan pada Ghosn yaitu menggunakan uang perusahaan untuk membeli berbagai properti di berbagai negara.

Menurut laporan radio Jepang NHK, Nissan menyediakan Ghosn rumah di Rio DeJaneiro, Beirut, Paris dan Amsterdam. Penyelidik Jepang pun menduga Ghosn mengantongi uang yang seharusnya diberikan pada eksekutif Nissan dan Renault. Kasus ini, meski masih pada tahap awal penyelidikan, telah melukai nilai tinggi integritas serta mendapat perhatian serius akan pentingnya keberlanjutan prinsip keterbukaan dan tata kelola perusahaan (good corporate governance) di perusahaan kelas dunia lainnya.

Sekilas tentang Carlos Ghosn, yang pernah menyandang j u l u k a n ' L e C o s t K i l l e r ' d i Perancis. Dia juga di dewan Alcoa, Sony dan IBM. Ghosn adalah salah satu pemimpin b i sn i s terbesar di dunia, dan bagi orang Jepang disanjung layaknya Superstar. Memulai k a r i r n y a d i

perusahaan pembuat ban Michelin, di Brasil. Kemudian dengan cepat dia dipromosikan d a n m e n d a p a t k a n r e p u t a s i u n t u k membalikkan operasi Michelin di Amerika Utara. Dari prestasi tersebut, Renault merekrut Ghosn pada tahun 1996 untuk bekerja bersama CEO Louis Schweitzer di mana dia membantu mengembalikan profitabilitas perusahaan. Hanya tiga tahun berselang, dia dikirim untuk memimpin grup Nissan yang baru diakuisisi, dengan

tantangan melakukan hal yang sama saat dia didatangkan ke Renault. "Seorang atasan harus 100% bebas bertindak dan 100% bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya. Saya tidak pernah mentoleransi setiap keraguan dari prinsip itu, saya tidak akan pernah menerima gangguan apa pun," satu statement yang menjadi ciri kuat karakter Ghosn yang sempat dirujuk oleh Japan Times.

Melintasi perbatasan tidak pernah menjadi masalah bagi Ghosn yang berusia 64 tahun. Dia fasih berbahasa Portugis, Spanyol, Italia, Prancis, dan Inggris. Selama bekerja di Nissan pun Ghosn sudah mempelajari bahasa Jepang. Lahir di Brasil pada 9 Maret 1954 dari orang tua berkebangsaan Lebanon. Pada usia 6 tahun Ghosn tinggal di ibu kota Lebanon, Beirut bersama ibunya dan mengenyam pendidikan menengah di sana. Ghosn melanjutkan pendidikan akademisnya ke sekolah paling elit di Prancis. Salah satunya adalah Polytechnique Engineering University. Setelah mengembalikan Renault dan Nissan dari keterpurukan, ia segera memburu pengembangan mobil listrik yang mana menjadi salah satu yang pertama di industri otomotif.

"Saya tidak membawa pekerjaan saya ke rumah. Pada akhir pekan saya menghabiskan waktu bermain bersama keluarga dan 4 orang anak saya," ungkapnya pada Fortune Magazine beberapa waktu lalu. Suatu gambaran, yang menunjukkan bahwa meskipun sangat sibuk, perhatian dan kasih sayangnya kepada keluarga, juga merupakan prioritas dan modal motivasinya. Ghosn juga mengatakan dengan menghabiskan waktu bersama keluarga pada akhir pekan, dia mendapatkan energi dan ide baru untuk memulai hari Senin. "Ketika saya berangkat kerja pada hari senin, saya datang dengan ide bagus sebagai hasil dari tenaga yang sudah terisi kembali," ujarnya.

Jelas, ideal dan profesional jika diikuti sekilas riwayat hidup dan sikap serta sepak terjang dalam

Oleh: Budhi Santoso

Belajar GCG Dari Skandal Carlos Ghosn

Wacana

Seperti dilansir di berbagai media pada

pekan ke tiga November 2018,

Carlos Ghosn ditahan otoritas hukum Jepang, karena

dituding memalsukan laporan keuangan

perusahaan

Page 19: Awas, Ancaman Trade Based Money Laundering ......2019/08/16  · PPT yang memadai, baik dari sisi pencegahan maupun pemberantasan khususnya dalam mendeteksi dan memitigasi illicit

19Nomor 52 Edisi I / 2019

membangun karir, keluarga dan mengembangkan perusahaannya hingga menjadi disegani dalam dunia industri otomotif, juga korporasi lainnya.Banyak kalangan yang menyayangkan kejadian Ghosn ini karena menjadikan citra sangat buruk sebagai pribadi Ghosn serta tokoh yang sukses menggabungkan dua budaya perusahaan berbeda, Eropa Barat dengan budaya Jepang yang terkenal dengan kedisiplinan dan loyalitas kerja anggota perusahaan. Kesuksesan tersebut sering digunakan sebagai bahan referensi bagi perusahaan dan top manajemen serta studi kasus kuliah budaya perusahaan dan penerapan GCG pada ruang-ruang kelas sekolah bisnis dunia selama puluhan tahun.

Prinsip GCG didasarkan pada pedoman yang telah diterbitkan Organisation for Economic Co-operationand Development (OECD) dengan revisinya Principles of Corporate Governance pada tahun 2004. Tambahan penting dalam pedoman baru OECD adalah adanya penegasan tentang perlunya penciptaan kondisi oleh Pemerintah dan masyarakat untuk dapat dilaksanakannya GCG secara efektif. Sebelumnya, skandal perusahaan telekomunikasi Worldcom awal tahun 2001 dan akhir tahun 2001serta terkuaknya praktek ilegal bisnis energi Enron di Amerika Serikat yang telah mengguncang pasar modal & keuangan dunia. Hal ini, telah menambah keyakinan tentang betapa pentingnya penerapan GCG. Di Amerika Serikat, peristiwa tersebut ditanggapi dengan perubahan fundamental peraturan perundang-undangan di bidang audit dan pasar modal. Di negara-negara lain, hal tersebut ditanggapi secara berbeda, antara la in dalam bentuk penyempurnaan pedoman GCG di negara yang bersangkutan.

Sementara menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (2006), penerapan GCG di Indonesia, didorong dari dua sisi, yaitu etika dan peraturan. Dorongan dari etika internal (ethical driven) datang dari kesadaran individu-individu pelaku bisnis untuk menjalankan praktik bisnis sebagai budaya perusahaan yang mengikat ke dalam yang mengutamakan kelangsungan hidup perusahaan,

kepentingan stakeholders, dan menghindari cara-cara menciptakan keuntungan sesaat. Di sisi lain, dorongan eksternal dari peraturan (regulatory driven) “memaksa” perusahaan untuk patuh terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kedua pendekatan ini memiliki kekuatan dan kelemahannya masing-masing dan seyogyanya saling melengkapi untuk menciptakan lingkungan bisnis yang sehat.

Setelah mengikuti sebagian skandal yang sepenuhnya belum je las terungkap, a p a k a h s u d a h p e r l u dilakukan telaah lebih kritis hingga akhirnya pedoman GCG yang ada penting untuk direvisi ?

Jika kembali menilik kasus Carlos Ghosn di atas, b i s a d i k a j i d a r i a s p e k l i n g k u n g a n i n t e r n a l perusahaan, atau faktor eksternal dampak psikologi sosial. Diyakini sebagai korporasi global maka proses

assessment, evaluation & auditing baik secara internal maupun independen eksternal telah dijalankan sebagaimana lazimnya. Namun, sambil menunggu rilis penyelidikan, faktor apa yang menyebabkan semua proses tersebut tidak dapat menunjukkan bahwa ada praktik bisnis yang bisa menimbulkan dampak negat i f , mas ih menyimpan bahan kajian.Bahkan mungkin, secara internal perusahaan 'tahu', bahwa praktik bisnis yang dijalankan dapat mengancam seluruh anggota organisasi perusahaan dikemudian hari. Apakah semata-mata faktor strong leadership atau bahkan dipraktikkannya office politics, yang melindungi terciptanya perangkap organisasi, baru kemudian mencapai puncak titik jenuhnya atau karena pemberian insentif, baik berupa promosi jabatan dan tambahan pendapatan, telah menimbulkan peluang terjadinya efek justifikasi berlebihan? Yaitu dampak insentif dari lingkungan psikologi sosial yang disandang cukup lama oleh Carlos Ghosn sebagai Superstar CEO dan ‘Le CostKiller”.

*) Penulis adalah Senior Instructur and Learning Consultant, Mandiri Syariah University

Wacana

Sebelumnya, skandal perusahaan telekomunikasi Worldcom awal tahun 2001 dan akhir tahun 2001serta terkuaknya praktek ilegal

bisnis energi Enron di Amerika Serikat yang telah mengguncang pasar modal

& keuangan dunia

Page 20: Awas, Ancaman Trade Based Money Laundering ......2019/08/16  · PPT yang memadai, baik dari sisi pencegahan maupun pemberantasan khususnya dalam mendeteksi dan memitigasi illicit

20 Nomor 52 Edisi I / 2019

Diberlakukannya Nomor Induk Kependudukan (NIK) dan Nomor Induk Berusaha (NIB) mengubah model bisnis perbankan di masa depan. Bank dituntut memberikan pelayanan mudah, cepat, dan biaya yang kompetitif pada nasabahnya. D i g i t a l i s a s i m e n j a d i s u a t u keharusan.

Har i g in i , t e l epon p in t a r (smartphone) saya masih dikirimi SMS broadcast. Sampai empat kali dalam lima hari. Dari sumber berbeda, tetapi isi pesannya sama. Tawaran pinjaman online. Prosesnya hanya 10 menit, langsung cair. Pesan pertama saya abaikan. Pesan keempat saya simak. Sudah lama saya tidak pernah menerima SMS broadcast dari mana pun. Kini muncul lagi.

Pesan-pesan itu menggelitik saya untuk mencermatinya. Sudah sebegitu percayakah lembaga keuangan memberikan pinjaman pada nasabah. Prosesnya hanya 10 menit. Bahkan ada yang menawarkan prosesnya hanya 5 menit.

Keterkejutan saya lenyap saat seorang biker ojol (ojek online) tiba menjemput saya. Dalam pembicaraan d i per ja lanan , sang b iker menanyakan masalah pinjaman. Dia meminta pendapat saya: apa manfaat pinjam uang secara online yang sekarang bertebaran? Katanya, dia sekarang sedang mengajukan pinjaman kedua. Prosesnya hanya 30 menit, bisa sampai Rp 10 juta.

Saya jawaban: kalau untuk usaha, silahkan saja; tetapi kalau untuk konsumtif, perlu dipikir lagi. “Bagaimana kalau k o n s u m t i f u n t u k u s a h a a l i a s produktif?” Nah, ini yang belum sempat terjawab, karena keburu sudah s a m p a i t u j u a n , d a n s i b i k e r meneruskan perjalanan.

Nomor Induk Kependudukan (NIK) menjadi kunci munculnya layanan super cepat yang tercantum pada e-KTP (elektronik kartu tanda penduduk). NIK memperkecil ruang penyalahgunaan kartu penduduk oleh o r a n g - o r a n g y a n g t i d a k bertanggungjawab. Sebelum NIK diberlakukan, banyak orang memiliki lebih dari satu KTP (Kartu Tanda

Penduduk). Bahkan saat itu, menteri yang mengurus KTP saja mengakui punya tiga KTP. Sekarang tidak lagi. Setidaknya pemerintah sudah membatasi bahwa satu orang Warga Negara Indonesia hanya memiliki satu KTP yang ditandai dengan NIK.

NIK memuat 16 digit angka. Setiap dua angka memiliki pesan khusus: kode provinsi, kode kota/kabupaten, kode kecamatan, kode tanggal lahir, kode bulan

lahir, dan kode tahun lahir. Empat angka dibelakang adalah nomor komputerisasi sesuai peran di keluarga. Angka-angka ini relatif sulit dihapal.

Selain data administrasi kependudukan, NIK juga menyimpan data fisik pemiliknya, yaitu sidik jari (fingerprint) dan retina mata. Mungkin, kelak, data DNA, bentuk wajah, dan bentuk gigi pun akan terekam pula.

Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri sudah menjalin kerjasama dengan 1.169 perusahaan di berbagai bidang, termasuk bank, per Desember 2018. Angka ini akan terus bertambah di masa depan. Setelah NIK sukses, terlepas dari skandal kasus korupsinya, kini pemerintah mengarah pada pelaku usaha, baik perorangan, koperasi, maupun badan usaha (PT dan CV). Sejak tahun 2018, seluruh badan usaha wajib memiliki Nomor Induk Berusaha (NIB). NIB akan menghapus SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan), TDP (Tanda Daftar Perusahaan), API (Angka

Pengenal Importir), akses ke pabeanan, dan berkas dokumen lain.

S e b e n a r n y a kebijakan ini sudah digulirkan sejak tahun 2016 melalui Paket Kebijakan Ekonomi J i l id XII . Namun, realisasinya secara penuh dikelola Badan Kebijakan Penanaman Modal (BKPM) mulai tahun 2019.

S y a r a t u t a m a penerbitan NIB adalah keharusan memiliki

Oleh: Encep SaepudinNIK dan NIB : Digitalisasi Bisnis Perbankan

Wacana

Ke depan, NIB dipastikan akan memangkas sejumlah persyaratan konvensional yang sudah tidak selaras dengan era digital. Bank

yang enggan menyesuaikan dengan

kondisi ini akan tersingkir dengan sendirinya

Page 21: Awas, Ancaman Trade Based Money Laundering ......2019/08/16  · PPT yang memadai, baik dari sisi pencegahan maupun pemberantasan khususnya dalam mendeteksi dan memitigasi illicit

21Nomor 51 Edisi I / 2019

NIK. Tentunya ada persyaratan lainnya, yaitu AHU Online. Tetapi, NIK tetap yang utama. Lagi-lagi data yang berkaitan dengan pelaku usaha tersimpan rapi. NIB mencatat informasi lengkap mengenai usaha, serta kewajibannya seperti s e to ran pa jak dan keanggo taan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Ibarat kata, NIB menelanjangi informasi pelaku usaha secara bulat.

Pihak bank dapat mengamati perilaku pelaku usaha mengenai kewajibannya dalam membayar pajak dan BPJS. Bila calon peminjam suka mengemplang pajak dan menunda-nunda pembayaran iuran BPJS, menjadi pertanda awal yang akan mencoreng kredibilitasnya.

Ke depan, NIB dipastikan akan memangkas sejumlah persyaratan konvensional yang sudah tidak selaras dengan era digital. Bank yang enggan menyesuaikan dengan kondisi ini akan tersingkir dengan sendirinya. Loyalitas nasabah pada produk suatu bank goyah saat melihat layanan bank sebelah lebih cepat, mudah, dan biaya lebih kompetitif.

Sampai hari ini, masih ada petugas bank yang menanyakan SIUP dan TDP untuk pengurusan layanannya. Padahal, dua berkas dokumen itu sudah berubah bentuk menjadi NIB. Kira-kira, apa yang terjadi bila pelaku usaha masih ditanya seperti itu? Cari bank lain. Itu pasti.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sudah menerbitkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan N o m o r 1 2 / P O J K . 0 3 / 2 0 1 8 , t e n t a n g Penyelenggaraan Layanan Perbankan Digital oleh Bank Umum, tanggal 6 Agustus 2018. Tentunya

Wacana

kalangan perbankan perlu menyambut peraturan ini dengan baik dan kritis.

Kita termasuk beruntung bisa menyaksikan dan melewati sebuah perubahan peradaban yang sangat spektakuler sejak diperkenalkannya telepon pintar (smartphone) pada tahun 2004. Seluruh aktivitas manusia sangat bergantung pada sebuah gadget yang ukurannya makin praktis dan ringan. Penggunanya menembus lapisan usia.

Hanya butuh 14 tahun, sejak 2004-2018, akhirnya digitalisasi memasuki ruang industri perbankan secara resmi dalam bentuk regulasi. Setelah digitalisasi merambah dokumen kependudukan dan usaha melalui NIK dan NIB, tampaknya perlu perombakan model bisnis bank.

Tentu sa ja , perombakannya te tap memperhatikan manajemen risiko dan kualitas layanan, terutama layanan pinjaman terhadap nasabah. Pinjaman adalah fungsi bank dan pinjaman juga sumber utama pendapatan bank.

Nasabah menunggu perubahan radikal model bisnis pinjaman bank, baik bank konvensional, maupun bank syariah. Nasabah menuntut efisien dan efektif. Namun disisi lain, bank tetap berpegang pada prinsip konservatif moderat. Era digitalisasi tidak mungkin dibendung. NIK dan NIB menjadi pondasi dalam merumuskan konsep model bisnisnya.

Seperti yang disampaikan OJK, meski kerjasama dengan Ditjen Dukcapil belum masuk pada data biometric dan iris mata, tapi diprediksi pengaruhnya sangat besar pada inovasi produk bank. Mirip aliran air bah yang sangat deras. ***

*) Penulis adalah Dosen Prodi HES, Universitas Muhammadiyah Purwokerto; dan Mahasiswa Program Doktor Perbankan Syariah UIN Syarif Hidayatullah, Ciputat.

Nasabah menunggu perubahan radikal model bisnis pinjaman bank, baik bank konvensional, maupun bank syariah. Nasabah menuntut efisien dan efektif. Namun disisi lain, bank tetap

berpegang pada prinsip konservatif moderat. Era

digitalisasi tidak mungkin dibendung. NIK dan NIB menjadi

pondasi dalam merumuskan konsep model bisnisnya.

Nomor Induk Kependudukan (NIK) menjadi kunci munculnya layanan

super cepat yang tercantum pada e-KTP (elektronik kartu tanda

penduduk). NIK memperkecil ruang penyalahgunaan kartu penduduk

oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab

Page 22: Awas, Ancaman Trade Based Money Laundering ......2019/08/16  · PPT yang memadai, baik dari sisi pencegahan maupun pemberantasan khususnya dalam mendeteksi dan memitigasi illicit

22 Nomor 52 Edisi I / 2019

Lahirnya sebuah regulasi tak terkecuali di sektor keuangan, bisa jadi melalui proses yang disebut grabbing hand, dimana keputusan tersebut diambil dipengaruhi oleh para politisi dengan tujuan untuk menyenangkan pemilihnya (voter). Akibatnya, regulasi tersebut hanya memberikan manfaat bagi sebagian kecil kelompok kepentingan.

Indonesia yang sedang membangun di berbagai sektor, termasuk sektor ekonomi dan keuangan, tentu memiliki concern terhadap infrastruktur yang dapat mendukung pencapaian maksimal dari berbagai agenda pembangunana itu bagi terciptanya kesejahteraan seluruh rakyat. Infrastruktur tersebut terdiri dari berbagai faktor, diantaranya adalah regulasi, institusi yang mengelola dan melakukan pengawasan, stakeholders (pelaku bisnis, pemerintah, DPR, partai politik, BI, OJK, dll), serta struktur keuangan yang ideal.

Setiap negara tentu memiliki keunikan tersendiri, namun setiap pemerintahan sejatinya memiliki kepentingan yang sama, yaitu berupaya untuk mewujudkan janji-janji politiknya pada saat pemilihan umum (pemilu). Tujuan politik ini akan menarik jika dihubungkan dengan berbagai regulasi yang lahir dan mewarnai suatu pemerintahan. Demikian pula di Indonesia yang memiliki banyak kelompok kepentingan yang berusaha merebut simpati masyarakat. Pertanyaannya, “masyarakat” yang mana yang akan terwakili saat suatu kebijakan diambil oleh decision/policy maker.

Setiap pihak tentu akan berusaha m e m p e n g a r u h i k e b i j a k a n i t u a g a r kepent ingannya te rakomodir. P ihak pengambil kebijakan atau pemerintah perlu memperhatikan apakah kebijakan itu bermanfaat bagi mayoritas ataukah hanya untuk segelintir kelompok minoritas namun memiliki pengaruh yang besar.

Industri keuangan telah banyak

mengalami perubahan, baik di bidang perbankan, asuransi, pasar modal, dan pasar uang, termasuk hadirnya berbagai institusi Dana Pensiun (DAPEN) serta maraknya industri Fintech.

Sektor perbankan tentu menjadi salah satu sektor yang terkena dampak dari perubahan tersebut. Sektor ini menjadi salah satu objek pengawasan pemerintah agar berjalan baik sesuai

prinsip kehati-hatian (prudential principle) serta melindungi nasabah dengan keterbukaan (transparansi) informasi atas produk yang ditawarkan.

Peran pemerintah sebagai policy maker menjadi sangat penting dalam mengatur industri keuangan dan money market yang telah berkembang pesat ini. Regulasi yang dilahirkan harus mampu memayungi semua objek di industri keuangan tersebut sehingga berdampak positif, antara lain: para investor merasa aman karena adanya kepastian hukum, termasuk jika terjadi dispute di kemudian hari terhadap masing-masing pihak yang melakukan kerjasama.

Di tengah pesatnya perkembangan industri keuangan ini, tentu peran pengawasan menjadi sangat penting. Begitu pula independensi dan kelengkapan infrastruktur sangat menentukan bagi keberlangsungan bisnis dan dalam rangka melindungi stakeholders. Sebuah rezim keuangan yang dibangun harus dilengkapi sumber daya

yang berkualitas. Ketika kebijakan yang dikeluarkan d i d a s a r i o l e h p e r t i m b a n g a n y a n g a d i l d a n p r o p o r s i o n a l , maka diharapkan kebijakan itu akan memberi manfaat bagi semua pihak.

Pengawasan yang ketat dan professional, akan

Motif Politik Dibalik Regulasi Oleh: Rizal Agil

Wacana

Helping Hand secara singkat adalah bagaimana

sebuah pemerintahan memiliki tujuan untuk

memaksimalkan kesejahteraan sosial dan

berharap untuk memperbaiki atau mencegah ketidak sempurnaan pasar

Page 23: Awas, Ancaman Trade Based Money Laundering ......2019/08/16  · PPT yang memadai, baik dari sisi pencegahan maupun pemberantasan khususnya dalam mendeteksi dan memitigasi illicit

Nomor 52 Edisi I / 2019 23

mampu memperkuat industri keuangan yang akhi rnya member ikan keuntungan bagi pemerintah sebagai owner dari policy tersebut, termasuk juga manfaat politis yang akan mengikuti keberhasilan dari regulasi tersebut. Seiring berjalannya waktu akan terlihat bahwa regulasi yang dibuat memang dilandasi oleh pemikiran yang profesional, bukan hanya berdasarkan kepentingan politik semata.

Dalam North American Journal of Economics and Finance 19 (2008) dibahas mengenai sudut pandang Helping Hand (HH) dan Grabbing Hand (GH) untuk melihat bagaimana sebuah regulasi lahir melalui suatu proses dengan berbagai pengaruh di seputar pengambilan keputusan tersebut.

Helping Hand secara singkat adalah bagaimana sebuah pemerintahan memiliki tujuan untuk memaksimalkan kesejahteraan sosial dan berharap untuk memperbaiki atau mencegah ketidak sempurnaan pasar. Pembuat kebijakan dapat memilih untuk memelihara tingkat konsen t ras i pengawasan da lam rangka meningkatkan efisiensi alokasi sumber dayanya dengan memperhitungkan struktur sistem keuangan yang ada.

Sementara itu, Grabbing Hand lebih kepada sebuah sudut pandang dimana keputusan yang diambil dipengaruhi oleh politisi dan untuk menyenangkan para pemilihnya (voter) . Pemer in tahan in i hanya akan berusaha memberikan manfaat kepada sebagian kecil masyarakat, namun mereka adalah kelompok kepentingan yang terorganisir yang diharapan mendukung pemerintah tersebut dalam pemilihan (election) selanjutnya.

Grabbing Hand View sering terjadi dalam pengambilan keputusan terkait masalah ekonomi

dan kesejahteraan, karena dapat berfungsi sebagai “alat” untuk menarik simpati dan perhatian para pemilih (voter). Kebijakan tersebut dianggap populer dan dapat mengangkat rating incumbent dan partai politik pendukungnya, sehingga diharapkan dapat memenangkan pemilihan umum (Pemilu atau Pilkada) di kemudian hari.

Sedangkan Helping Hand View adalah mekanisme yang seharusnya di jalankan oleh policy maker dalam menentukan kebijakan baik populer maupun kebijakan yang dianggap tidak populer, karena masyarakat yang cerdas akan dapat mengetahui bahwa kebijakan tersebut pada akhirnya akan mensejahterakan mereka di kemudian hari. Adanya asas keadilan dan profesionalitas dalam merumuskan kebijakan menunjukkan bahwa kebijakan tersebut diyakini akan berpihak pada kesejahteraan bersama dalam jangka panjang dan bukan bersifat instan yang hanya sekadar menyenangkan voter sesaat. Helping Hand view secara tidak langsung dapat juga berdampak positif bagi floating mass (massa mengambang) atau new voter karena terlihat kebijakan yang diambil oleh policy maker memenuhi rasa keadilan dan berdampak kepada mayoritas masyarakat.

Pengembangan regulasi di Indonesia tidak dapat dihindari akan adanya motif-motif politik di dalamnya. Hal tersebut sebenarnya sah-sah saja sepanjang tetap bermuara pada terciptanya kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, bukan justru meyuburkan kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN).

*) Penulis adalah Compliance Dept Head, Bank Sahabat Sampoerna.

WacanaSementara itu, Grabbing Hand

lebih kepada sebuah sudut pandang dimana keputusan yang diambil dipengaruhi oleh politisi dan untuk menyenangkan para

pemilihnya (voter)

Adanya asas keadilan dan profesionalitas d a l a m m e r u m u s k a n k e b i j a k a n menunjukkan bahwa kebijakan tersebut diyakini akan berpihak pada kesejahteraan bersama dalam jangka panjang dan bukan bersifat instan yang hanya sekadar menyenangkan voter sesaat

Page 24: Awas, Ancaman Trade Based Money Laundering ......2019/08/16  · PPT yang memadai, baik dari sisi pencegahan maupun pemberantasan khususnya dalam mendeteksi dan memitigasi illicit

WacanaProfil risiko perbankan secara umum masih

terjaga, tercermin dari turunnya rasio NPL, likuiditas yang memadai, serta peningkatan manajemen risiko dan tata kelola yang tercermin pada penurunan ATMR operasional. Meskipun demikian, terdapat peningkatan pada risiko pasar akibat dari kenaikan suku bunga, pelemahan nilai tukar, dan capital outflow.

ATMR Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)

merupakan jumlah aset dalam neraca yang diberi bobot sesuai kadar risiko yang melekat pada setiap pos aset sesuai ketentuan berlaku. Komponen ATMR dibagi tiga, yaitu: ATMR kredit, ATMR operasional, dan ATMR pasar. Pada Juni 2018, ATMR meningkat sebesar 11,10% (yoy) yang menunjukkan adanya peningkatan eksposur risiko terhadap aset perbankan.

Peningkatan tertinggi terjadi pada ATMR pasar yang tumbuh 128,10% (yoy) , jauh melebihi pertumbuhan pada tahun sebelumnya sebesar 28,49% (yoy). Hal tersebut dipengaruhi oleh kecenderungan kenaikan suku bunga serta pelemahan nilai tukar rupiah terhadap USD. Meskipun demikian, risiko pasar masih terjaga sejalan dengan rendahnya eksposur valas yang tercermin pada rendahnya porsi ATMR pasar yang hanya 2,36% terhadap total ATMR, serta rendahnya rasio PDN industri terhadap modal, dan menurun dari tahun sebelumnya.

ATMR kredit juga sedikit naik dari tahun sebelumnya yang tumbuh 10,91% (yoy). Kenaikan tersebut antara lain dipengaruhi oleh naiknya kredit katagori dalam perhatian khusus yang tumbuh 12,84% (yoy). Namun demikian, risiko kredit masih terjaga dengan baik yang tercermin dari rasio NPL yang masih berada di bawah threshold.

Sementara itu, ATMR operasional membaik dibandingkan tahun sebelumnya yaitu turun dari 12,22% (yoy) menjadi 9,91% (yoy). Penurunan ATMR operasional antara lain dipengaruhi oleh penguatan tata kelola internal bank, makin membaiknya implementasi manajemen risiko, serta turunnya kompleksitas bisnis (portofolio) salah satu bank sehingga turut menurunkan ATMR operasional.

Risiko Kredit Penilaian risiko kredit berdasarkan NPL masih

terjaga tercermin dari melambatnya pertumbuhan kredit kualitas rendah (KKR) dan pertumbuhan nominal NPL. Hal tersebut ditunjukkan oleh rasio NPL gross yang secara gradual turun menjadi 2,67% dari tahun

sebelumnya 2,96%. Nominal NPL turun sebesar 0,09% (yoy) atau jauh lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang naik 4,71% (yoy). Sejalan dengan itu, NPL net juga turun menjadi 1,23%. Membaiknya kualitas kredit perbankan terjadi seiring dengan meningkatnya kredit pada beberapa sektor ekonomi sebagai dampak membaiknya perekonomian global dan domestik.

Berdasarkan peer bankBerdasarkan kelompok bank, penurunan

nominal NPL terbesar terdapat pada kelompok Bank BUMN yang turun Rp 664 miliar, diikuti kelompok Bank Campuran dan BUSN Devisa. Penurunan ini berdampak pada rasio NPL gross ketiga kelompok bank tersebut yang semakin terjaga baik di bawah level 3%. Penurunan risiko kredit tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya kemampuan bayar debitur seiring dengan perbaikan kegiatan usaha serta didukung oleh upaya perbankan dalam menurunkan kredit macet melalui penghapusan buku dan peningkatan proses monitoring kredit terutama dalam menyalurkan kredit baru. Sementara itu, perlu diantisipasi adanya peningkatan risiko kredit pada kelompok BUSN Non Devisa meskipun masih terjaga di bawah threshold 5%. Meningkatnya risiko kredit pada kelompok bank tersebut dipengaruhi oleh karakteristik BUSN Non Devisa yang umumnya berskala kecil dan memiliki debitur yang sensitif terhadap perubahan ekonomi

Berdasarkan jenis penggunaan Kondisi ekonomi domestik yang relatif stabil

turut mendorong debitur untuk melakukan ekspansi usaha. Hal tersebut tercermin dari naiknya penyaluran kredit produktif, dengan yang tertinggi pada Kredit Modal Kerja (KMK) tumbuh 11,50% (yoy), diikuti Kredit Investasi (KI) naik 9,44% (yoy).

Peningkatan kredit ini berdampak pada turunnya NPL pada kedua jenis kredit, masing-masing menjadi 3,20% dan 2,70%. Selain itu, Kredit Konsumsi (KK) juga tumbuh lebih baik dari tahun sebelumnya yaitu 10,68% (yoy), dengan NPL yang relatif rendah dan terjaga sebesar 1,77%.

Di tengah perbaikan NPL secara industri, NPL segmen KMK dan KI pada kelompok BPD relatif tinggi, masing-masing sebesar 8,84% dan 7,91%, meskipun menurun dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 10,22% dan 8,85%. Tingginya NPL KMK dan KI pada BPD antara lain karena sarana dan prasarana BPD dalam penyaluran kredit produktif kurang memadai

Profil Risiko Perbankan

24 Nomor 52 Edisi I / 2019

Page 25: Awas, Ancaman Trade Based Money Laundering ......2019/08/16  · PPT yang memadai, baik dari sisi pencegahan maupun pemberantasan khususnya dalam mendeteksi dan memitigasi illicit

seperti keterbatasan infrastruktur IT dalam melakukan monitoring serta skills dan knowledge SDM BPD yang lebih fokus pada KK.

Di sisi lain, NPL KK BPD tercatat rendah hanya sebesar 1,12%. Hal tersebut dipengaruhi oleh terkonsentrasinya kredit BPD dalam melayani kredit bagi pegawai Pemda. Untuk itu, OJK senantiasa m e n i n g k a t k a n p e n g a w a s a n d a n m e m a n t a u perkembangan kinerja BPD agar tetap terjaga. BPD diharapkan dapat meningkatkan kualitas infrastruktur IT serta SDM agar dapat lebih berperan dalam pengembangan daerahnya dengan memperbesar porsi kredit produktif yang memberikan dampak nilai tambah yang lebih besar serta efek pelipatgandaan ekonomi yang lebih tinggi.

Berdasarkan Sektor Ekonomi Berdasarkan sektor ekonomi, penyumbang

terbesar penurunan nominal NPL industri perbankan adalah sektor pertambangan yang turun Rp 4,68T (yoy). NPL pertambangan tercatat 4,34% pada Juni 2018 atau turun dari 7,84% pada tahun sebelumnya. Penurunan terutama pada subsektor pertambangan batubara dan serta minyak dan gas bumi yang dipengaruhi oleh meningkatnya kemampuan bayar debitur seiring dengan meningkatnya Harga Batubara Acuan (HBA) dan harga minyak dunia. Selain karena kenaikan harga, perbaikan kinerja pada kedua sektor itu juga terlihat dari meningkatnya ekspor batubara dan migas pada triwulan II-2018. Sejalan dengan perbaikan sektor pertambangan, kualitas kredit industri pengolahan terkait batubara dan migas juga mengalami penurunan NPL tertinggi yaitu turun 745 bps menjadi 0,57%.

Selain itu, dilihat dari nominalnya, industri pengolahan hulu tekstil dan industri barang dari plastik mengalami penurunan nominal NPL terbesar yang mencerminkan mulai membaiknya kegiatan usaha manufaktur. Membaiknya kualitas kredit industri tekstil antara lain dipengaruhi oleh insentif potongan PPh selama 6 tahun bagi industri TPT, yang mulai berlaku sejak awal tahun 2018. Perbaikan NPL pada beberapa sektor tersebut berkontribusi pada membaiknya kualitas kredit sektor industri pengolahan/manufaktur, yang mengalami penurunan NPL dari tahun sebelumnya sebesar 3,23% menjadi 2,85%.

Kualitas kredit sektor perdagangan besar dan eceran juga membaik dengan turunnya NPL sebesar 36 bps menjadi 4,03%. Membaiknya NPL pada sektor ini antara lain dipengaruhi oleh membaiknya perdagangan ekspor selain kendaraan bermotor yang mengalami penurunan NPL terbesar 147 bps menjadi 1,06%. Hal tersebut sejalan dengan tumbuhnya ekspor serta

meningkatnya kredit pada subsektor ini. Selain itu, subsektor penjualan kendaraan bermotor juga mengalami penurunan nominal NPL terbesar seiring dengan peningkatan kemampuan bayar dan daya beli masyarakat karena perbaikan kondisi perekonomian.

Selanjutnya, NPL sektor pertanian tetap terjaga rendah dan menurun menjadi 1,36% (Juni 2017: 1,92%). Peningkatan kualitas kredit terjadi pada hampir semua subsektor pertanian, khususnya pada subsektor perkebunan kelapa sawit yang mengalami penurunan NPL sebesar 23 bps (yoy) menjadi 0,95%. Penurunan NPL tersebut didukung oleh kenaikan harga CPO belakangan ini yang mendorong bergairahnya penyaluran kredit ke sektor ini sebagaimana tercermin dari pertumbuhan yang relatif tinggi sebesar 12,06% (yoy).

Sektor transportasi juga mengalami peningkatan kualitas kredit yang utamanya pada subsektor angkutan darat dan angkutan laut. Turunnya NPL pada subsektor angkutan laut antara lain dipengaruhi oleh peningkatan kegiatan shipping sejalan dengan naiknya aktivitas ekspor.

Perbaikan kualitas kredit juga terdapat pada sektor listrik, gas, dan air yang mengalami penurunan NPL sebesar 45 bps (yoy) menjadi 1,11%. Perbaikan utamanya terdapat pada subsektor ketenagalistrikan sejalan dengan meningkatnya kredit pada subsektor tersebut sebesar 26,98%.

Sementara itu, kualitas kredit sektor konstruksi mengalami penurunan yang tercermin pada naiknya NPL pada sektor ini sebesar 43 bps (yoy) menjadi 4,36%. Kenaikan NPL khususnya terjadi pada subsektor konstruksi khusus dan instalasi gedung. Di sisi lain, NPL subsektor konstruksi gedung dan bangunan sipil serta penyiapan lahan membaik sejalan dengan mas ih ber lan ju tnya proyek-proyek infrastruktur pemerintah.

Berdasarkan lokasiSecara umum, NPL di setiap wilayah di

Indonesia menunjukkan perbaikan, kecuali Sulawesi dengan sektor konstruksi mengalami pemburukan NPL. Peningkatan NPL utamanya di Provinsi Sulawesi Selatan dan Gorontalo seiring dengan tertundanya beberapa proyek infrastruktur di wilayah tersebut. Sejalan dengan peningkatan risiko, kredit ke sektor konstruksi di wilayah ini juga melambat. Meskipun demikian, NPL di Sulawesi masih terjaga di bawah threshold 5%.

Perbaikan NPL tertinggi terjadi di wilayah Kalimantan yang mengalami penurunan NPL sebesar 116 bps (yoy) menjadi 3,42%, sejalan dengan

Wacana

Nomor 52 Edisi I / 2019 25

Page 26: Awas, Ancaman Trade Based Money Laundering ......2019/08/16  · PPT yang memadai, baik dari sisi pencegahan maupun pemberantasan khususnya dalam mendeteksi dan memitigasi illicit

perbaikan harga komoditas ekspor (hasil tambang) dari wilayah ini. Perbaikan terjadi pada hampir seluruh sektor ekonomi, terutama pada sektor konstruksi dan transportasi. Meskipun NPL kredit konstruksi, perdagangan besar, dan transportasi di wilayah ini masih tinggi, namun NPL tersebut sudah menurun dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Risiko Pasar Risiko pasar merupakan potensi kerugian

yang dihadapi sebagai akibat pergerakan dalam harga pasar baik berupa nilai tukar maupun suku bunga. Di tengah tekanan pasar yang meningkat, seiring dengan pelemahan nilai tukar, risiko adanya pembalikan modal asing (capital outflow) akibat ekspektasi kenaikan FFR yang mempengaruhi naiknya yield serta potensi kenaikan suku bunga ke depan. Risiko pasar perbankan domestik masih terjaga tercermin dari relatif rendahnya Posisi Devisa Netto (PDN) dan masih terjaganya portofolio bank pada banking book, meskipun terdapat peningkatan risiko pada portofolio trading book.

Risiko Nilai Tukar Di tengah depresiasi nilai tukar rupiah

terhadap USD, risiko pasar masih terjaga yang tercermin dari rerata rasio PDN yang relatif rendah sebesar 1,66% dan menurun dibandingkan Juni 2017 sebesar 1,90%. Turunnya rasio PDN tersebut sejalan dengan eksposur valas yang relatif rendah pada neraca perbankan. Selain itu, posisi PDN pada triwulan berjalan berada pada posisi long, dimana aset dalam valas yang dimiliki bank masih lebih besar dibandingkan dengan kewajiban valasnya, yang menunjukkan depresiasi rupiah memberi dampak positif terhadap potensi keuntungan bank. Terjaganya risiko pasar juga tercermin dari tidak adanya bank yang memiliki rasio PDN di atas threshold 20% dan mayoritas bank (47 bank) memiliki rasio PDN yang rendah di bawah 2%.

Risiko Suku Bunga Risiko suku bunga adalah risiko kerugian

pada posisi keuangan (neraca dan rekening administratif) akibat perubahan suku bunga yang dapat terekspose pada instrumen keuangan yang dikategorikan sebagai trading book maupun banking book.

Bersumber dari trading bookRisiko suku bunga pada trading book dapat

dilihat dari potensi keuntungan/kerugian yang

berasal dari peningkatan/penurunan harga pasar akibat terjadinya perubahan suku bunga/yield. Salah satu cara menilai risiko suku bunga yang bersumber dari portfolio trading book adalah dengan menghitung peningkatan atau penurunan nilai wajar surat berharga. Pada periode laporan, nilai wajar surat berharga mengalami penurunan dari Rp 9,75 triliun (Juni 2017) menjadi Rp 4,32 triliun (disetahunkan).

Penurunan ini sejalan dengan naiknya yield surat berharga akibat kenaikan suku bunga acuan atau BI 7-DRR sebesar 100 bps selama triwulan II-2018. Penurunan nilai wajar ini menunjukkan adanya potensi penurunan keuntungan bank yang bersumber dari trading book.

Bersumber dari banking bookRisiko suku bunga juga timbul dari eksposur

banking book atau yang sering disebut Interest Risk Rate in the Banking Book (IRRBB). Dalam hal aset bank didominasi oleh aset dengan suku bunga tetap dan bersifat jangka panjang, maka portofolio tersebut akan semakin sensitif terhadap perubahan/volatilitas suku bunga. Salah satu rasio utama penilaian IRRBB adalah rasio kewajiban keuangan jangka panjang dengan suku bunga tetap dibandingkan aset keuangan jangka panjang dengan suku bunga tetap. Pada Juni 2018, IRRBB perbankan relatif rendah sebesar 4,72%, menurun dibanding Juni 2017 sebesar 7,72%. Hal tersebut dipengaruhi oleh turunnya kewajiban suku bunga tetap jangka panjang khususnya simpanan berjangka (deposito) yang turun 50,92%, yang ditengarai akibat kecenderungan konsumen melakukan penempatan pada instrumen berjangka pendek (<1 tahun).

Selain itu, turunnya deposito juga dipengaruhi

oleh berpindahnya investasi masyarakat ke instrumen

yang memberikan imbal hasil yang lebih tinggi

seiring dengan kenaikan yield. Meskipun BI 7-DRR

naik pada akhir triwulan II-2018, namun rerata suku

bunga kredit dan deposito masih lebih rendah dari

tahun sebelumnya karena terdapat lag waktu

penyesuaian suku bunga kredit dan deposito terhadap

suku bunga acuan. Dengan demikian, di tengah suku

bunga yang masih turun, eksposur risiko suku bunga

masih rendah dikarenakan aset yang masih lebih

tinggi dibandingkan kewajiban. Namun demikian,

perlu diwaspadai potensi kenaikan suku bunga

kedepan sebagai dampak dari kenaikan suku bunga

acuan (7-DRR) yang dapat mempengaruhi

keuntungan bank. *** (Sumber : Laporan OJK)

Wacana

26 Nomor 52 Edisi I / 2019

Page 27: Awas, Ancaman Trade Based Money Laundering ......2019/08/16  · PPT yang memadai, baik dari sisi pencegahan maupun pemberantasan khususnya dalam mendeteksi dan memitigasi illicit

Selain melakukan pelatihan secara rutin, FKDKP juga aktif melakukan pembekalan bagi calon peserta uji sertifikasi kepatuhan, baik untuk level 1 (staf), level 2 (manager), bahkan level 3 (ekskutif)

Page 28: Awas, Ancaman Trade Based Money Laundering ......2019/08/16  · PPT yang memadai, baik dari sisi pencegahan maupun pemberantasan khususnya dalam mendeteksi dan memitigasi illicit

FK

DK

P m

enyelenggarakan seminar dan F

GD

di Jakarta, 29 Novem

ber 2018, dalam rangka kesiapan perbankan m

enghadapi tahun 2019. Tam

pak para peserta dan Pengurus F

KD

KP

di saat penutupan acara tersebut.