atresia rekti & anus

7
A. Atresia Rekti dan Anus a. Konsep Dasar Atresia (tresis) berarti keadaan tidak ada atau tertutupnya lubang badan normal atau organ tubular secara congenital, disebut juga clausura. Ani berarti anus imperforate. Jadi Atresia Ani adalah bentuk kelainan bawaan dimana tidak adanya lubang dubur terutama pada bayi. b. Penyebab Atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : 1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur. 2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau 3 bulan. 3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik di daerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yamgg terjadi antara minggu ke 4 sampai minggu ke-6 usia kehamilaan. Tidak dapat atau mengalami kesulitan mengeluarkan mekonium (mengeluarkan tinja menyerupai tinja), dan perut membuncit. c. Diagnosa Anamnesis perjalanan yang khas dan gambaran klinis perut yang membuncit seluruhnya merupakan kunci diagnosis pemeriksaan penunjang yang dapat membantu menegakkan diagnosisialah pemeriksaan radiologik dengan enema barium. Disini akan terlihat gambaran klasik seperti daerah transisi dari lumen sempit ke daerah yang melebar. Pada foto 24 jam kemudiaan terlihat retensi barium dan gambaran makrokolon pada hirschsprung segmen panjang. Pemeriksan biobsy hisap rektun dapat digunakan untuk mencari tanda histologik yang khas yaitu tidak adanya sel ganglion parasimpatik di lapisan muskularis mukosa dan adanya serabut saraf yang menebal pada

Upload: rimayunike

Post on 12-Dec-2015

25 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Atresia Rekti & Anus

TRANSCRIPT

Page 1: Atresia Rekti & Anus

A. Atresia Rekti dan Anusa. Konsep Dasar

Atresia (tresis) berarti keadaan tidak ada atau tertutupnya lubang badan normal atau organ tubular secara congenital, disebut juga clausura. Ani berarti anus imperforate. Jadi Atresia Ani adalah bentuk kelainan bawaan dimana tidak adanya lubang dubur terutama pada bayi.

b. Penyebab Atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :

1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur.

2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau 3 bulan.

3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik di daerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yamgg terjadi antara minggu ke 4 sampai minggu ke-6 usia kehamilaan. Tidak dapat atau mengalami kesulitan mengeluarkan mekonium (mengeluarkan tinja menyerupai tinja), dan perut membuncit.

c. DiagnosaAnamnesis perjalanan yang khas dan gambaran klinis perut yang membuncit seluruhnya merupakan kunci diagnosis pemeriksaan penunjang yang dapat membantu menegakkan diagnosisialah pemeriksaan radiologik dengan enema barium. Disini akan terlihat gambaran klasik seperti daerah transisi dari lumen sempit ke daerah yang melebar. Pada foto 24 jam kemudiaan terlihat retensi barium dan gambaran makrokolon pada hirschsprung segmen panjang. Pemeriksan biobsy hisap rektun dapat digunakan untuk mencari tanda histologik yang khas yaitu tidak adanya sel ganglion parasimpatik di lapisan muskularis mukosa dan adanya serabut saraf yang menebal pada pemeriksaan histokimia, aktivitas kolnaterase meningkat. Atresia ani biasanya jelas sehingga diagnosis sering dapat di tegakan segera setelah bayi lahir dengan melakukan inspeksi secara tepat dan cermat pada daerah perinium. Diagnosis kelainan anuerektum tipe pertama dan keempat dapat terlewatkan sampai diketahui bayi mengalami distensi perut dan mengalami kesulitan mengeluarkan mekonium.

d. KlasifikasiKelainan bentuk anoerektum dapat ditemukan dalam berbagai macam tipe yang sampai sekarang masih belum dapat di ketahui secara lengkap. Lqqd dan Gross pada tahun 1934 mengajukan klassifikasi terdiri atas 4 tipe yang masih banyak di gunakan oleh para ahli hingga pada saat ini adalah :a) Tipe I: Saluran anus atau rektum bagian bawah mengalami stenosis

dalam berbagai derajat.b) Tipe II : terdapat suatu membran tipis yang menutupi anus karena

menetapnya membrane anus.

Page 2: Atresia Rekti & Anus

c) Tipe III : anus tidak terbentuk dari rektum berakhir sebagai kantung yang buntu terletak pada jarak tertentu dari klit di daerah anus seharusnya terbentuk (lekukan anus)

d) Tipe IV : saluran anus dan rektum bagian bawah membentuk suatu kantung buntu yang terpisah pada jarak tertentu dari ujung rektum yang berakhir sebagai suatu kantung buntu. Jenis yang paling sering ditemukan adalah tipe III, sementara tipe IV merupakan bentuk yang paling jarang ditemukan.

e. PenangananBagi pengidap kelainan tipe I dengan stenosis yang ringan dan tidak mengalami kesulitan mengeluarkan tinja tidak membutuhkan penanganan apapun. Sementara pada stenosis yang berat perlu dilakukan dilatasi setiap hari dengan karakter uretra, dilator hegar, atau speculum hidung berukuran kecil. Selanjutnya orang tua dapat melakukan dilatasi sendiri dirumah dengan jari tangan. Dilatasi dikerjakan beberapa hari seminggu selama kurang lebih 6 bulan sampai daerah stenosis melunak dan fungsi defekasi mencapai keadaan normal.konstipasi dapat di hindari dengan pengaturan diet yang baik dan pemberian laktulose. Bentuk operasi yang diperlukan pada tipe II , baik tanpa atau dengan fistula, adalah anoplasti pcrincum, kemudian dilanjutkan dengan dilatasi pada anus yang baru selama 23 bulan. Tindakan ini paling baik dilakukan dengan dilator Hegar selama bayi di rumah sakit dan kemudian orang tua penderita dapat memakai jari tangan di rumah sampai tepi anus lunak sserta mudah di lebarkan. Pada tipe III, apabila jarak antara ujung rektum yang buntu ke lekukan anus kurang dari 1,5 cm, pembedahan rekonstruktif dapat dilakukan melalui anoproktoplasti pada massa neonatus. Akan tetapi, pada tipe III biasanya perlu di lakukan kolostomi pada masa neonatus sebelum dilakukan pembedahan definitif pada usia 12-15 bulan. Kolostomi bermanfaat untuk :

1) Mengatasi obstruksi usus, memungkinkan pembedahaan rekonstruktif dapat di kerjakan dengan lapangan operasi yang bersih.

2) Memberikan kesempatan pada ahli bedah untuk melakukan pemeriksaan lengkap dalam usaha menentukan letak ujung rectum yang buntu serta menemukan kelainaan bawaan yang lain, kolostomi dapat dilakukan pada kolon transversum atau sigmoideum. Beberapa metode pembedahan rekonstruktif yang dapat dilakukan adalah operasi abdominoperinium terpadu pada usia 1 tahun, anorektoplasti sagital posterior pada umur 812 bulan, dan pendekataan sakrum menurut metode Stephen setelah bayi berumur 6-9 bulan. Dilatasi baru dapat dimulai 10 hari setelah operasi dan selanjutnya dilakukan oleh orang tua di rumah, mula-mula dengan jari kelingking kemudian dengan jari telunjuk selama 23 bulan setelah pembedahan definitive. Penanganan pada tipe IV dilakukan dengan kolostomi, untuk kemudian dilanjutkan dengan operasi abdominal pull-throgh seperti pada kassus megakolon congenital.

Page 3: Atresia Rekti & Anus

3) Contoh kasus ilustrasi assuhan pada bayi dengan Atresia ani tingkat IV

a) Langkah pertama, lakukan pengkajian data subyektif, data didapatkan dari klien, suami, keluarga, atau yang mengantar bila saat itu klien adalah rujukan dari bidan, dukun, lainnya, misal :Identitas (Biodata)Bayi bernaama An. A, umur bayi 3 hari, Tgl/jam/lahir 10 November 2009 berjenis kelamin laki-laki, Berat Badan 3500 gram, Panjang Badan 50 cm, dari ibu Ny. R umur 25 tahun, dan ayah Tn. U umur 29 tahun, Suku bangsa: jawa/Indonesia, agama Islam, keduanya berpendidikan SMA pekerjaan ayah wiraswaasta, Pendapatan keluarga Rp. 2.000.000,-/bulan, Alamat rumah Jl. Antah Berantah Telp. 006406XX.Anamnesa (Data Subyektif)Bayi datang di bawa ibunya datang pada tanggal 13 November 2009, pukul 09.00 WIB, ke rumah bidan A, Riwayat penyakit selama kehamilan ibu tidak pernah mengalami : Perdarahan, Pre Eklampsi, Eklampsi, penyakit Kelamin, Kebiasan Waktu Hamil : Tidak berpantang makanan, tidak pernah mengkonsumsi Obat-obatan/jamu, tidak pernah merokok. Riwayat Persalinan Sekarang : Jenis persalinan pervaginam, kelahiran di tolong bidan , lama persalinan 8 jam, kala I selama 7 jam, kala II 1 jam, Ketuban pecah spontan, warna putih keruh, Bau khass, Jumlah 150 cc, tidak ada Komplikasi persalinan baik ibu maupun bayi. Keadaan bayi waktu lahir baik, nilai Apgar 8/10. Resustasi tidak dilakukan hanya dilakukan Penghisapan Lendir.

Langkah kedua: kaji data obyektif didapatkan melalu pemeriksaan fisik, pemeriksaan Obstretik, hasil Laboraturium, dan penunjang lain misalkan Rontgen, Ultrasonogarfi, Cardiotopograf dan lain-lain. Misal : pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital.Pemeriksaan Fisik (Data Obyektif)Keadaan Umum baik, Suhu 35,7°C. Pernapasan 45 x/menit. Denyut Jantung : 120 x/menit, Berat Badan sekarang : 3500 gram, Panjang Bandan : 50 cm, Pemeriksaan fisik secara sistematis: Kepala tidak ada kapuk suksedaneum, Ubun-ubun tampak tidak UUK dan UUB, Muka tampak kemerahan tidak ada benjolan, Mata tidak ada strabismus, tidak ada katarak, Telinga tidak ada kelainan bentuk daun

Page 4: Atresia Rekti & Anus

telinga, Mulut tidak ada labioschizis, labiopalatoschizis, Hidung tidak ada polip, Leher tidak ada hematoma, sternokleidomastoideus, dada normal, puting susu simetris, pernapasan baik, Tali pusat bersih tidak ada perdarahan, Punggung tidak ada spina bifda, genetalia ada scrotum, lubang penis ada di ujung penis, Anus Atresia ani tipe IV, Reflek Reflek : moro ada, reflek rooting ada, Reflek tonic neck ada, Antropometri : Lingkar kepala 36 cm, lingkar dada 34 cm, Eliminasi : miksi sudah berwarna jernih, meconium tidak keluar mekonium.

b) Langkah kedua lakukan interprestasi data dalam bentuk diagnosa, masalah dan kebutuhan.Dari data diatas didapatkan : Diagnosa : bayi baru lahir dengan Atrasia ani tipe IV.Masalah : Neonatus tidak dapat mengeluarkan mekonium (tinja yang menyerupai pita), disertai dengan perut yang buncit dan keras, Kebutuhan : Tindakan operasi.Diagnosa dan Masalah Potensial : bayi mungkin mengalami Atresia ani tipe IV.Masalah potensial : Putusnya saluran pencernaan dari atass dengan anus sehingga bayi lahir dengan anus, tetapi saluran rektum tidak terhubung ke anus, ketidakmampuan mengeluarkan tinja yang berakibat terjadinya penumpukan feses dalam saluran cerna. Kebutuhan Tindakan Segera serta Kolaborasi : Rujukan operasi dan kolaborasi dengan Dokter Anak.

c) Langkah ketiga, keempat dan kelima dan keenam setelah diagnosa ditetapkan, masalah muncul, serta adanya kebutuhan, lakukan evaluasi, Dari diagnosa dan masalah diatas planning yang dilakukan :Rencana Asuhan : Beritahukanlah hasil peneriksaan padaa ibu dan ayahnya, Jelasskan pada ibu tentang keadaan bayinya sekarang, Sarankan pada ibu agar bayinya untuk segera dilakukan operasi, lakukan informed consent, tenangkan ibu dan ayahnya, buat surat rujukan, siapkan rujukan.Pelaksanaan Implementasi

a. Menberikan informasi pada ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa bayinya saat ini mengalami kelainan yaitu memiliki lubang anus tetapi saluran pembuangan dari pencernaan terputus sehingga tidak terhubung.

b. Jelaskan pada ibu bahwa kelainan yang diderita bayinya menyebabkan tidak bisa BAB, perut

Page 5: Atresia Rekti & Anus

membuncit sehingga bayinya menangis dan menjadi rewel, disebabkan penumpukan feses.

c. Memberikan imformed consent, dan menyiapkan surat persetujuan untuk dilakukan rujukan, merujuk Bayi ibu ke Dokter Anak untuk segera di operasi.

EvaluasiIbu mengerti dengan semua penjelasan Bidan, dan bersedia untuk melakukan operasi pada bayinya