asuhan-keperawatan-ulkus-kornea
DESCRIPTION
asuhan-keperawatan-ulkus-korneaTRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembentukan parut akibat ulserasi kornea adalah penyebab utama kebutaan dan
ganguan penglihatan di seluruh dunia. Kebanyakan gangguan penglihatan ini dapat
dicegah, namun hanya bila diagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini dan diobati
secara memadai.
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan “jendela” yang dilalui berkas
cahaya menuju retina.
Ulkus kornea dapat terjadi akibat adanya trauma pada oleh benda asing, dan
dengan air mata atau penyakit yang menyebabkan masuknya bakteri atau jamur ke dalam
kornea sehingga menimbulkan infeksi atau peradangan. Ulkus kornea merupakan luka
terbuka pada kornea. Keadaan ini menimbulkan nyeri, menurunkan kejernihan
penglihatan dan kemungkinan erosi kornea.
Di Indonesia kekeruhan kornea masih merupakan masalah kesehatan mata sebab
kelainan ini menempati urutan kedua dalam penyebab utama kebutaan. Kekeruhan kornea
ini terutama disebabkan oleh infeksi mikroorganisme berupa bakteri, jamur, dan virus dan
bila terlambat didiagnosis atau diterapi secara tidak tepat akan mengakibatkan kerusakan
stroma dan meninggalkan jaringan parut yang luas.
Insiden ulkus kornea tahun 1993 adalah 5,3 juta per 100.000 penduduk di
Indonesia, sedangkan predisposisi terjadinya ulkus kornea antara lain terjadi karena
trauma, pemakaian lensa kontak, dan kadang-kadang tidak diketahui penyebabnya.
2
B. TUJUAN UMUM
Untuk memperoleh gambaran yang nyata tentang pelaksanaan ASKEP pada klien
dengan ulkus kornea dengan menggunakan metode proses keperawatan.
C. TUJUAN KHUSUS
1. Mendapatkan gambaran yang nyata tentang konsep penyakit ulkus kornea
2. Mampu membuat pengkajian keperawatan pada klien dengan ulkus kornea
3. Mampu membuat Dx keperawatan berdasarkan anamnesa
4. Mampu membuat rencana keperawatan berdasakan teori keperawatan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Keratitis ulseratif yang lebih dikenal sebagai ulserasi kornea yaitu terdapatnya
destruksi (kerusakan) pada bagian epitel kornea. (Darling,H Vera, 2000, hal 112).
Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibatkematian
jaringan kornea. (Arif mansjoer, DKK, 2001, hal 56)
2. Etiologi
Faktor penyebabnya antara lain:
a. Kelainan pada bulu mata (trikiasis) dan sistem air mata (insufisiensi air mata,
sumbatan saluran lakrimal), dan sebagainya
b. Faktor eksternal, yaitu : luka pada kornea (erosio kornea), karena trauma,
penggunaan lensa kontak, luka bakar pada daerah muka
c. Kelainan-kelainan kornea yang disebabkan oleh : oedema kornea kronik,
exposure-keratitis (pada lagophtalmus, bius umum, koma) ; keratitis karena
defisiensi vitamin A, keratitis neuroparalitik, keratitis superfisialis virus.
d. Kelainan-kelainan sistemik; malnutrisi, alkoholisme, sindrom Stevens-Jhonson,
sindrom defisiensi imun. bat-obatan yang menurunkan mekaniseme imun,
misalnya : kortikosteroid, IUD, anestetik lokal dan golongan imunosupresif1.
Secara etiologik ulkus kornea dapat disebabkan oleh :
1 Obat penurunan jumlah sel darah putih
4
a. Bakteri : Kuman yang murni dapat menyebabkan ulkus kornea adalah streptokok
pneumoniae, sedangkan bakteri lain menimulkan ulkus kornea melalui faktor-
faktor pencetus diatas.
b. Virus : herpes simplek, zooster, vaksinia, variola
c. Jamur : golongan kandida, fusarium, aspergilus, sefalosporium
d. Reaksi hipersensifitas : Reaksi terhadap stapilokokus (ulkus marginal), TBC
(keratokonjungtivitis flikten), alergen tak diketahui (ulkus cincin)
(Sidarta Ilyas, 1998, 57-60).
3. Patofisiologi
Bila pertahanan normal pada mata seperti epitel kornea mengalami gangguan,
resiko terjadinya infeksi sangat tinggi. Penyebab yang mungkin seperti trauma
langsung pada kornea, penyakit alis mata yang kronis, abnormalitas tear film yang
mengganggu keseimbangan permukaan bola mata dan trauma hipoksia akibat
pemakaian lensa kontak.
Koloni bakteri patologi pada lapisan kornea bersifat antigen dan akan
melepaskan enzim dan toksin. Hal ini akan mengaktifkan reaksi antigen antibodi yang
mengawali proses inflamasi. Sel-sel PMN pada kornea akan membentuk infiltrat.
PMN berfungsi memfagosit2 bakteri. Lapisan kolagen stroma dihancurkan oleh
bakteri dan enzim leukosit dan proses degradasi berlanjut meliputi nekrosis dan
penipisan. Karena penipisan lapisan ini, dapat terjadi perforasi menyebabkan
endoftalmitis. Bila kornea telah sembuh, dapat timbul jaringan sikatrik yang
menyebabkan penurunan tajam penglihatan. Bakteri gram positif lebih banyak
menjadi penyebab infeksi bakterialis di dunia bagian selatan. Psaeudomonas
aeruginosa paling banyak ditemukan pada ulkus kornea dan keratitis karena lensa
kontak.
Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak ditentukan oleh adanya
kolagenase3 yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang. Dikenal ada 2 bentuk
tukak pada kornea, yaitu sentral dan marginal/perifer.
2 Menelan
3 Penghancuran kolagen
5
Tukak kornea sentral disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, dan virus.
Sedangkan perifer umumnya disebabkan oleh reaksi toksik, alergi, autoimun, dan
infeksi. Infeksi pada kornea perifer biasanya disebabkan oleh kuman Stafilokok
aureus, H. influenza, dan M. lacunata.
PATH WAY (WOC)
1. Kelainan pada bulumata dan system air mata 1. Bakteri
2. Trauma mata 2. Virus
3. Kelainan kornea 3. Jamur
4. Kelainan sistemik 4. Hipersensitivitas
5. Obat penurun mekanisme imun
Terpajannya reseptor nyeri
Menginfeksi kornea
nyeri
Ulkus
Perforasi kornea Tumpukan pus di camera oculi
anterior
Rupture kornea
Pengelihatan terganggu
TIO meningkat
Resiko cidera Perubahan persepsi sensori : pengelihatan
Gangguan body image
Harga diri rendah
6
4. Klasifikasi Ulkus kornea
Ulkus kornea dibagi dalam bentuk :
a. Ulkus kornea sentral meliputi:
1) Ulkus kornea oleh bakteri
Bakteri yang ditemukan pada hasil kultur ulkus dari kornea yang tidak
ada faktor pencetusnya (kornea yang sebelumnya betul-betul sehat) adalah :
a) Streptokokok pneumonia
b) Streptokokok alfa hemolitik
c) Pseudomonas aeroginosa
d) Klebaiella Pneuumonia
e) Spesies Moraksella
Sedangkan dari ulkus kornea yang ada faktor pencetusnya adalah
bakter=]patogen opportunistik yang biasa ditemukan di kelopak mata, kulit,
periokular, sakus konjungtiva, atau rongga hidung yang pada keadaan sistem
barier kornea normal tidak menimbulkan infeksi. Bakteri pada kelompok ini
adalah :
a) Stafilokukkus epidermidis
b) Streptokokok Beta Hemolitik
c) Proteus
2) Ulkus kornea oleh bakteri Streptokokok
Bakteri kelompok ini yang sering dijumpai pada kultur dari infeksi ulkus
kornea adalah :
a) Streptokok pneumonia (pneumokok)
b) Streptokok viridans (streptokok alfa hemolitik0
c) Streptokok pyogenes (streptokok beta hemolitik)
d) Streptokok faecalis (streptokok non-hemolitik)
Walaupun streptokok pneumonia adalah penyebab yang biasa terdapat
pada keratitis bakterial, akhir-akhir ini prevalensinya banyak digantikan oleh
stafilokokus dan pseudomonas.
Ulkus oleh streptokok viridans lebih sering ditemukan mungkin
disebabkan karena pneumokok adalah penghuni flora normal saluran
pernafasan, sehingga terdapat semacam kekebalan. Streptokok pyogenes
7
walaupun seringkali merupakan bakteri patogen untuk bagian tubuh yang lain,
kuman ini jarang menyebabkan infeksi kornea. Ulkus oleh streptokok faecalis
didapatkan pada kornea yang ada faktor pencetusnya.
Gambaran Klinis Ulkus kornea oleh bakteri Streptokokok
Ulkus berwarna kuning keabu-abuan, berbetuk cakram dengan tepi ulkus
menggaung. Ulkus cepat menjalar ke dalam dan menyebabkan perforasi
kornea, karen aeksotoksin yang dihasilkan oleh streptokok pneumonia
Pengobatan : Sefazolin, Basitrasin dalam bentuk tetes, injeksi subkonjungtiva
dan intra vena.
3) Ulkus kornea oleh bakteri Stafilokokkus
Infeksi oleh Stafilokokus paling sering ditemukan. Dari 3 spesies
stafilokokus Aureus, Epidermidis dan Saprofitikus, infeksi oleh Stafilokokus
Aureus adalah yang paling berat, dapat dalam bentuk : infeksi ulkus kornea
sentral, infeksi ulkus marginal, infeksi ulkus alergi (toksik).
Infeksi ulkus kornea oleh Stafilokokus Epidermidis biasanya terjadi bila
ada faktor penceus sebelumnya seperti keratopati bulosa4, infeksi herpes
simpleks dan lensa kontak yang telah lama digunakan.
Gambaran Klinis Ulkus kornea oleh bakteri Stafilokokkus
Pada awalnya berupa ulkus yang berwarna putih kekuningan disertai infiltrat
berbatas tegas tepat dibawah defek epithel. Apabila tidak diobati secara
adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai oedema stroma dan infiltrasi
sel lekosit. Walaupun terdapat hipopion5 ulkus sering kali indolen yaitu reaksi
radangnya minimal. Infeksi kornea marginal biasanya bebas kuman dan
disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas terhadap Stafilokokus Aureus.
4) Ulkus kornea oleh bakteri Pseudomonas
Berbeda dengan ulkus kornea sebelumnya, pada ulkus pseudomonas
bakteri ini ditemukan dalam jumlah yang sedikit. Bakteri pseudomonas
bersifat aerob obligat dan menghasilkan eksotoksin yang menghambat sintesis
protein. Keadaan ini menerangkan mengapa pada ulkus pseudomonas jaringan
4 Pembengkakan kornea
5 Kumpulan dari sel darah putih
8
kornea cepat hancur dan mengalami kerusakan. Bakteri pseudomonas dapat
hidup dalam kosmetika, cairan fluoresein, cairan lensa kontak.
Gambaran Klinis Ulkus kornea oleh bakteri pseudomonas
Biasanya dimulai dengan ulkus kecil dibagian sentral kornea dengan infiltrat
berwarna keabu-abuan disertai oedema epitel dan stroma. Ulkus kecil ini
dengan cepat melebar dan mendalam serta menimbulkan perforasi kornea.
Ulkus mengeluarkan discharge kental berwarna kuning kehijauan.
Pengobatan : gentamisin, tobramisin, karbesilin yang diberikan secara lokal,
subkonjungtiva serta intra vena.
b. Ulkus kornea oleh virus
Ulkus kornea oleh virus herpes simpleks cukup sering dijumpai. Bentuk
khas dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang bila
pecah akan menimbulkan ulkus. Ulkus dapat juga terjadi pada bentuk disiform
bila mengalami nekrosis di bagian sentral.
c. Ulkus kornea oleh jamur
Ulkus kornea oleh jamur banyak ditemukan, hal ini dimungkinkan oleh :
1) Penggunaan antibiotika secara berlebihan dalam jangka waktu yang lama atau
pemakaian kortikosteroid jangka panjang
2) Fusarium dan sefalosporium menginfeksi kornea setelah suatu trauma yang
disertai lecet epitel, misalnya kena ranting pohon atau binatang yang terbang
mengindikasikan bahwa jamur terinokulasi di kornea oleh benda atau binatang
yang melukai kornea dan bukan dari adanya defek epitel dan jamur yang
berada di lingkungan hidup.
3) Infeksi oleh jamur lebih sering didapatkan di daerah yang beriklim tropik,
maka faktor ekologi ikut memberikan kontribusi.
Fusarium dan sefalosporium terdapat dimana-mana, ditanah, di udara
dan sampah organik. Keduanya dapat menyebabkan penyakit pada tanaman
dan pada manusia dapat diisolasi dari infeksi kulit, kuku, saluran kencing.
Aspergilus juga terdapat dimana-mana dan merupakan organisme
oportunistik , selain keratitis aspergilus dapat menyebabkan endoftalmitis
eksogen dan endogen, selulitis orbita, infeksi saluran lakrimal.
9
Kandida adalah jamur yang paling oportunistik karena tidak mempunyai
hifa (filamen) menginfeksi mata yang mempunyai faktor pencetus seperti
exposure keratitis, keratitis sika, pasca keratoplasti, keratitis herpes simpleks
dengan pemakaian kortikosteroid.
Pengobatan : Pemberian obat anti jamur dengan spektrum luas, apabila
memungkinkan dilakukan pemeriksaan laboratorium dan tes sensitifitas untuk
dapat memilih obat anti jamur yang spesifik.
d. Ulkus marginal
Ulkus marginal adalah peradangan kornea bagian perifer dapat berbentuk
bulat atau dapat juga rektangular (segiempat) dapat satu atau banyak dan terdapat
daerah kornea yang sehat dengan limbus. Ulkus marginal dapat ditemukan pada
orang tua dan sering dihubungkan dengan penyakit rematik atau debilitas. Dapat
juga terjadi ebrsama-sama dengan radang konjungtiva yang disebabkan oleh
Moraxella, basil Koch Weeks dan Proteus Vulgaris. Pada beberapa keadaan dapat
dihubungkan dengan alergi terhadap makanan. Secara subyektif ; penglihatan
pasien dengan ulkus marginal dapat menurun disertai rasa sakit, lakrimasi dan
fotofobia. Secara obyektif : terdapat blefarospasme, injeksi konjungtiva, infiltrat
atau ulkus yang sejajar dengan limbus.
Pengobatan : Pemberian kortikosteroid topikal akan sembuh dalam 3 hingga
4 hari, tetapi dapat rekurens. Antibiotika diberikan untuk infeksi stafilokok atau
kuman lainnya. Disensitisasi dengan toksoid stafilokkus dapat memberikan
penyembuhan yang efektif.
1) Ulkus cincin
Merupakan ulkus kornea perifer yang dapat mengenai seluruh lingkaran
kornea, bersifat destruktif dan biasaya mengenai satu mata.
Penyebabnya adalah reaksi alergi dan ditemukan bersama-sama penyakit
disentri basile, influenza berat dan penyakit imunologik. Penyakit ini bersifat
rekuren.
Pengobatan bila tidak erjad infeksi adalah steroid saja.
2) Ulkus kataral simplek
10
Letak ulkus peifer yang tidak dalam ini berwarna abu-abu dengan subu
terpanjag tukak sejajar dengan limbus. Diantara infiltrat tukak yang akut
dengan limbus ditepiya terlihat bagian yang bening.
Terjadi ada pasien lanut usia. Pengobatan dengan memberikan antibiotik,
steroid dan vitamin.
3) Ulkus Mooren
Merupakan ulkus kronik yang biasanya mulai dari bagian perifer kornea
berjalan progresif ke arah sentral tanpa adaya kecenderungan untuk perforasi.
Gambaran khasnya yaitu terdapat tepi tukak bergaung dengan bagan sentral
tanpa adanya kelainan dalam waktu yang agak lama. Tukak ini berhenti jika
seluuh permukaan kornea terkenai.
Penyebabya adalah hipersensitif terhadap tuberkuloprotein, virus atau
autoimun.
Keluhannya biasanya rasa sakit berat pada mata.
Pengobatan degan steroid, radioterapi. Flep konjungtiva, rejeksi konjungtiva,
keratektomi dan keratoplasti. (Sidarta Ilyas, 1998, 57-60).
5. Manifestasi klinis
a. Pada ulkus yang menghancurkan membran bowman dan stroma, akan
menimbulkan sikatrik6 kornea.
b. Gejala subyektif pada ulkus kornea sama seperti gejala-gejala keratitis.
c. Gejala obyektif berupa injeksi silier, hilangnya sebagian jaringan kornea dan
adanya infiltrat.
d. Pada kasus yang lebih berat dapat terjadi iritis disertai hipopion.
e. Fotofobia
f. Rasa sakit dan lakrimasi
(Darling,H Vera, 2000, hal 112)
6. Komplikasi
Komplikasi yang paling sering timbul berupa:
a. Kebutaan parsial atau komplit dalam waktu sangat singkat
b. Kornea perforasi dapat berlanjut menjadi endoptalmitis dan panopthalmitis
6 Penojolan kulit
11
c. Prolaps iris
d. Sikatrik kornea
e. Katarak
f. Glaukoma sekunder
7. Pemeriksaan penunjang
a. Kartu mata/ snellen telebinokuler (tes ketajaman penglihatan dan sentral
penglihatan )
b. Pengukuran tonografi : mengkaji TIO, normal 15 - 20 mmHg
c. Pemeriksaan oftalmoskopi
d. Pemeriksaan Darah lengkap, LED
e. Pemeriksaan EKG
f. Tes toleransi glukosa
8. Penatalaksanaan
Pasien dengan ulkus kornea berat biasanya dirawat untuk pemberian berseri
(kadang sampai tiap 30 menit sekali), tetes antimikroba dan pemeriksaan berkala oleh
ahli opthalmologi. Cuci tangan secara seksama adalah wajib. Sarung tangan harus
dikenakan pada setiap intervensi keperawatan yang melibatkan mata. Kelopak mata
harus dijaga kebersihannya, dan perlu diberikan kompres dingin. Pasien dipantau
adanya peningkatan tanda TIO. Mungkin diperlukan asetaminofen untuk mengontrol
nyeri. Siklopegik dan midriatik mungkin perlu diresep untuk mengurangi nyeri dan
inflamasi. Tameng mata (patch) dan lensa kontak lunak tipe balutan harus dilepas
sampai infeksi telah terkontrol, karena justru dapat memperkuat pertumbuhan
mikroba. Namun kemudian diperlukan untuk mempercepat penyembuhan defek
epitel.
B. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian :
a. Aktifitas / istirahat : perubahan aktifitas
b. Neurosensori : penglihatan kabur, silau
c. Nyeri : ketidaknyamanan, nyeri tiba-tiba/berat menetap/
tekanan pada & sekitar mata
d. Keamanan : takut, ansietas
12
(Doenges, 2000)
2. Diagnose keperawatan
a. Ketakutan atau ansietas berhubungan dengan kerusakan sensori dan kurangnya
pemahaman mengenai perawatan pasca operatif, pemberian obat
b. Risiko terhadap cedera yang berhubungan dengan kerusakan penglihatan
c. Nyeri yang berhubungan dengan trauma, peningkatan TIO, inflamasi intervensi
bedah atau pemberian tetes mata dilator
d. Potensial terhadap kurang perawatan diri yang berhubungan dengan kerusakan
penglihatan
e. Perubahan persepsi sensori: visual b.d kerusakan penglihatan
f. Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi mengenai perawatan diri dan proses
penyakit
3. Intervensi Keperawatan :
a. Ketakutan atau ansietas berhubungan dengan kerusakan sensori dan kurangnya
pemahaman mengenai perawatan pasca operatif, pemberian obat.
Intervensi :
1) Kaji derajat dan durasi gangguan visual
2) Orientasikan pasien pada lingkungan yang baru
3) Jelaskan rutinitas perioperatif
4) Dorong untuk menjalankan kebiasaan hidup sehari-hari bila mampu
5) Dorong partisipasi keluarga atau orang yang berarti dalam perawatan pasien.
b. Risiko terhadap cedera yang berhubungan dengan kerusakan penglihatan
Intervensi :
1) Bantu pasien ketika mampu melakukan ambulasi pasca operasi sampai stabil
2) Orientasikan pasien pada ruangan
3) Bahas perlunya penggunaan perisai metal atau kaca mata bila diperlukan
4) Jangan memberikan tekanan pada mata yang terkena trauma
5) Gunakan prosedur yang memadai ketika memberikan obat mata
13
c. Nyeri yang berhubungan dengan trauma, peningkatan TIO, inflamasi intervensi
bedah atau pemberian tetes mata dilator.
Intervensi :
1) Berikan obat untuk mengontrol nyeri dan TIO sesuai resep
2) Berikan kompres dingin sesuai permintaan untuk trauma tumpul
3) Kurangi tingkat pencahayaan
4) Dorong penggunaan kaca mata hitam pada cahaya kuat
d. Potensial terhadap kurang perawatan diri yang berhubungan dengan kerusakan
penglihatan
Intervensi :
1) Beri instruksi pada pasien atau orang terdekat mengenai tanda dan gejala,
komplikasi yang harus segera dilaporkan pada dokter
2) Berikan instruksi lisan dan tertulis untuk pasien dan orang yang berarti
mengenai teknik yang benar dalam memberikan obat
3) Evaluasi perlunya bantuan setelah pemulangan
4) Ajari pasien dan keluarga teknik panduan penglihatan
e. Perubahan persepsi sensori: visual b.d kerusakan penglihatan
Tujuan: Pasien mampu beradaptasi dengan perubahan
Kriteria hasil :
1) Pasien menerima dan mengatasi sesuai dengan keterbatasan penglihatan
2) Menggunakan penglihatan yang ada atau indra lainnya secara adekuat
Intervensi:
1) Perkenalkan pasien dengan lingkungannya
2) Beritahu pasien untuk mengoptimalkan alat indera lainnya yang tidak
mengalami gangguan
3) Kunjungi dengan sering untuk menentukan kebutuhan dan menghilangkan
ansietas
4) Libatkan orang terdekat dalam perawatan dan aktivitas
5) Kurangi bising dan berikan istirahat yang seimbang
f. Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi mengenai perawatan diri dan proses
penyakit
14
Tujuan: Pasien memiliki pengetahuan yang cukup mengenai penyakitnya
Kriteria hasil:
1) Pasien memahami instruksi pengobatan
2) Pasien memverbalisasikan gejala-gejala untuk dilaporkan
Intervensi:
1) Beritahu pasien tentang penyakitnya
2) Ajarkan perawatan diri selama sakit
3) Ajarkan prosedur penetesan obat tetes mata dan penggantian balutan pada
pasien dan keluarga
4) Diskusikan gejala-gejala terjadinya kenaikan TIO dan gangguan penglihatan
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibatkematian
jaringan kornea.
Ulkus kornea dapat terjadi akibat adanya trauma pada oleh benda asing, dan
dengan air mata atau penyakit yang menyebabkan masuknya bakteri atau jamur ke
dalam kornea sehingga menimbulkan infeksi atau peradangan. Ulkus kornea
merupakan luka terbuka pada kornea. Keadaan ini menimbulkan nyeri, menurunkan
kejernihan penglihatan dan kemungkinan erosi kornea.
Gejala subyektif pada ulkus kornea sama seperti gejala-gejala keratitis. Gejala
obyektif berupa injeksi silier, hilangnya sebagian jaringan kornea dan adanya infiltrat.
Pada kasus yang lebih berat dapat terjadi iritis disertai hipopion, Fotofobia danRasa
sakit dan lakrimasi.
Pasien dengan ulkus kornea berat biasanya dirawat untuk pemberian berseri
(kadang sampai tiap 30 menit sekali), tetes antimikroba dan pemeriksaan berkala oleh
ahli opthalmologi.
B. Saran
1. Hendaknya kita selalu waspada dengan kebersihan mata kita
2. Hendaknya sebagai perawat kita perlu mewaspadai adanya infeksi berlanjut dari
ulkus kornea ini .
16
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif, 2000, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Ed. III, media Aeuscualpius,
Jakarta.
Sidarta, Ilyas. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Cet. 5. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 1998.
Darling, Vera H & Thorpe Margaret R. Perawatan Mata. Yogyakarta : Penerbit Andi;
1995.
Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I Made Kariasa. Ed. 3. Jakarta,
2000.