asuhan keperawatan pada pasien faringitis

18
Asuhan keperawatan pada pasien FARINGITIS FARINGITIS A. Pengertian 1. Faringitis adalah radang pada faring yang biasanya disebabkan oleh bakteri dan virus. (Ngastiyah, 2005) 2. Faringitis menunjukkan pada semua infeksi akut faring, termasuk tonsilitis dan faringotonsilitis. Ada atau tidak adanya tonsil tidak mempengaruhi kerentanan, frekuensi atau perjalanan atau komplikasi penyakit. (Behrman K, 1999) 3. Faringitis akut adalah menunjukkan pada keadaan dimana keterlibatan utama adalah pada tenggorokan. (Behrman K, 1999) 4. Faringitis akut adalah Inflamasi febris tenggorok yang disebabkan oleh organisme virus hampir 70 % dan sebagian lagi oleh bakteri. Streptokokus group A adalah organisme bakteri paling umum yang menyebabkan faringitis akut. (Smeltzer, 2001) Penyakit faringitis tidak lazim ada pada anak di bawah 1 tahun. Insidennya lalu naik sampai puncaknya pada 4-7 tahun, tetapi berlanjut sampai akhir masa kanak-kanak dan kehidupan dewasa. Tenggorok (termasuk tonsil) adalah sisi anatomis yang terpenting dari faringitis (sakit tenggorok). B. Klasifikasi Secara umum faringitis dapat dibagi menjadi 3 yaitu: 1. Faringitis Akut Faringitis virus atau bakterialis akut adalah penyakit yang sangat penting. Beberapa usaha dilakukan pada klasifikasi peradangan akut yang mengenai dinding faring. Yang paling logis untuk mengelompokkan sejumlah infeksi-infeksi ini dibawah judul yang relatif sederhana “Faringitis Akut”. Disini termasuk faringitis akut yang terjadi pada pilek biasa sebagai akibat penyakit infeksi akut seperti eksantema atau influenza dan dari berbagai penyebab yang tidak biasa seperti manifestasi herpesdan sariawan. 2. Faringitis Kronis a. Faringitis Kronis Hiperflasi Pada faringitis kronis hiperflasi terjadi perubahan mukosa

Upload: xtianto-adjie

Post on 30-Jul-2015

763 views

Category:

Documents


27 download

TRANSCRIPT

Page 1: Asuhan Keperawatan Pada Pasien FARINGITIS

Asuhan keperawatan pada pasien FARINGITIS

FARINGITIS

A.    Pengertian1.    Faringitis adalah radang pada faring yang biasanya disebabkan oleh bakteri dan virus. (Ngastiyah, 2005)2.    Faringitis menunjukkan pada semua infeksi akut faring, termasuk tonsilitis dan faringotonsilitis. Ada atau tidak adanya tonsil tidak mempengaruhi kerentanan, frekuensi atau perjalanan atau komplikasi penyakit. (Behrman K, 1999)3.    Faringitis akut adalah menunjukkan pada keadaan dimana keterlibatan utama adalah pada tenggorokan. (Behrman K, 1999)4.    Faringitis akut adalah Inflamasi febris tenggorok yang disebabkan oleh organisme virus hampir 70 % dan sebagian lagi oleh bakteri. Streptokokus group A adalah organisme bakteri paling umum yang menyebabkan faringitis akut. (Smeltzer, 2001)Penyakit faringitis tidak lazim ada pada anak di bawah 1 tahun. Insidennya lalu naik sampai puncaknya pada 4-7 tahun, tetapi berlanjut sampai akhir masa kanak-kanak dan kehidupan dewasa. Tenggorok (termasuk tonsil) adalah sisi anatomis yang terpenting dari faringitis (sakit tenggorok).

B.    KlasifikasiSecara umum faringitis dapat dibagi menjadi 3 yaitu:1.    Faringitis AkutFaringitis virus atau bakterialis akut adalah penyakit yang sangat penting. Beberapa usaha dilakukan pada klasifikasi peradangan akut yang mengenai dinding faring. Yang paling logis untuk mengelompokkan sejumlah infeksi-infeksi ini dibawah judul yang relatif sederhana “Faringitis Akut”. Disini termasuk faringitis akut yang terjadi pada pilek biasa sebagai akibat penyakit infeksi akut seperti eksantema atau influenza dan dari berbagai penyebab yang tidak biasa seperti manifestasi herpesdan sariawan. 2.    Faringitis Kronisa.    Faringitis Kronis HiperflasiPada faringitis kronis hiperflasi terjadi perubahan mukosa dinding posterior. Tampak mukosa menebal serta hipertofi kelenjar limfe di bawahnya dan di belakang arkus faring posterior (lateral band). Dengan demikian tampak mukosa dinding posterior tidak rata yang disebut granuler.b.    Faringitis Kronis Atrofi (Faringitis sika)Faring kronis atrofi sering timbul bersama dengan rinitis atrofi. Pada rinitis atrofi udara pernapasan tidak diatur suhu serta kelembapannya sehingga menimbulkan rangsangan serta infeksi faring.3.    Faringitis Spesifika.    Faringitis Luetika1)    Stadium PrimerKelainan pada stadium ini terdapat pada lidah, palatum mole, tonsil, dan dinding faring posterior. Kelainan ini berbentuk bercak keputihan di tempat tersebut.2)    Stadium SekunderStadium ini jarang ditemukan. Pada stadium ini terdapat pada dinding faring yang menjalar ke arah laring.

Page 2: Asuhan Keperawatan Pada Pasien FARINGITIS

3)    Stadium TersierPada stadium ini terdapat guma. Tonsil dan pallatum merupakan tempat predileksi untuk tumuhnya guma. Jarang ditemukan guma di dinding faring posterior.b.    Faringitis TuberkulosaKuman tahan asam dapat menyerang mukosa palatum mole, tonsil, palatum durum, dasar lidah dan epiglotis. Biasanya infeksi di daerah faring merupakan proses sekunder dari tuberkulosis paru, kecuali bila terjadi infeksi kuman tahan asam jenis bovinum, dapat timbul tuberkulosis faring primer.Sumber: Adams, 1997; 328 & Iskandar, dkk, 1993;170

C.    Etiologi1.    VirusAdenovirus, virus epstein barr, herpes simpleks, virus parainfluenza, enterovirus, v. Sinsitium pernapasan, virus influenza (A & B).2.    Streptokokus-hemolitikus grup AAdalah satu-satunya agen penyebab infeksi bakteri yang lazim dan kecuali selama epidemi, infeksi ini mungkin meliputi kurang dari 15 % kasus.3.    Mikoplasma dan arcanobacterium hemolytieum.4.    Infeksi gonokokus faring dapat terjadi akibat felasio (hubungan kelamin melalui mulut)5.    Pneumokokus, Basilus influenzaSumber: Behrman, 1999; 1458

D.    PatofisiologiOrganisme yang menghasilkan eksudat saja atau perubahan kataral sampai yang menyebabkan edema dan bahkan ulserasi dapat mengakibatkan faringitis. Pada stadium awal, terdapat hiperemia, kemudian edema dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal atau berbentuk mukus dan kemudian cenderung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan hiperemia, pembuluh darah dinding faring menjadi melebar. Bentuk sumbatan yang berwarna putih, kuning atau abu-abu terdapat dalam folikel atau jaringan limfoid. Tidak adanya tonsilia, perhatian biasanya difokuskan pada faring dan tampak bahwa folikel limfoid atau bercak-bercak pada dinding faring posterior atau terletak lebih ke lateral, menjadi meradang dan membengkak. Tekanan dinding lateral jika tersendiri disebut faringitis lateral. Hal ini tentu saja mungkin terjadi, bahkan adanya tonsilia, hanya faring saja yang terkena.Sumber: Adams, G.L, 1997: 328

E.    Manifestasi Klinis1.    Mengeluh rasa kering / gatal pada tenggorok.2.    Malaise dan sakit kepala3.    Suhu tubuh meningkat4.    Nyeri5.    Disfagia6.    Suara parau à Proses peradangan menyertai laring7.    Batuk8.    Edema FaringSumber: Adams, G L, 1997; 328

Page 3: Asuhan Keperawatan Pada Pasien FARINGITIS

Berdasarkan besar kecilnya anak makamanifestasi klinis penderita faringitis dapat dibagi menjadi dua, yaitu:1.    Anak yang lebih kecila.    Demamb.    Malaise umumc.    Anoreksiad.    Sakit tenggorok sedange.    Sakit kepalaf.    Hiperemia ringan sampai sedang2.    Anak yang lebih besara.    Demam(dapat mencapai 400C)b.    Sakit kepalac.    Anoreksiad.    Disfagiae.    Nyeri abdomenf.    Muntahg.    Faring edema, merah ringan1)    Hiperemia tonsil dan faring dapat meluas ke palatum lunak dan uvula2)    Sering menimbulkan eksudat folikuler yang menyebar dan menyatu membentuk pseudomembran pada tonsil3)    Kelenjar servikal membesar dan nyeri tekanSumber: Wong, D, 2003; 458

Berdasarkan penyebabnya, manifestasi klinis faringitis dapat dibagi dua, tetapi ada banyak tanda dan gejala yang tumpang tindih dan sulit dibedakan antara satu bentuk faringitis dengan yang lain.1.    Faringtis Virusa.    Tanda awal: Demam, malaise, anoreksia dengan nyeri tenggorokan sedangb.    Suara parau, batuk dan rinitisc.    Pada kasus berat dapat terbentuk ulkus kecil pada palatum lunak dan dinding faring posterior.d.    Eksudat.2.    Faringitis Steptokokusa.    Pada anak umur lebih dari 2 tahun: Nyeri kepala, nyeri perut, muntah.b.    Demam 40oC kadang tidak tampakc.    Pembesaran tonsil dan tampak eksudat dan eritema faringd.    Disfagiae.    Kemerahan difus pada tonsil dan dinding penyangga tonsil dengan bintik-bintik petekie palatum lunak, limfadenitis atau eksudasi folikuler.Sumber: Behrman, 1999; 1458       

F.    Komplikasi

Page 4: Asuhan Keperawatan Pada Pasien FARINGITIS

1.    Otitis media purulenta bakterialisDaerah telinga tengah normalnya adalah steril. Bakteri masuk melalui tube eustacius akibat kontaminasi sekresi dalam nasofaring.2.    Abses PeritonsilerSumber infeksi berasal dari penjalaran faringitis/tonsilitis akut yang mengalami supurasi, menembus kapsul tonsil.3.    Glomerulus AkutInfeksi Streptokokus pada daerah faring masuk ke peredaran darah, masuk ke ginjal. Proses autoimun kuman streptokokus yang nefritogen dalam tubuh meimbulkan bahan autoimun yang merusak glomerulus.4.    Demam ReumatikInfeksi streptoceal yang awalnya ditandai dengan luka pada tenggorok akan menyebabkan peradangan dan pembentukan jaringan parut pada katup-katup jantung, terutama pada katup mitral dan aorta.5.    SinusitisSinusitis adalah radang sinus yang ada disekitar hidung dapat berupa sinusitis maksilaris / frontalis. Sinusitis maksilaris disebabkan oleh komplikasi peradangan jalan napas bagian atas (salah satunya faringitis), dibantu oleh adanya faktor predisposisi. Penyakit ini dapat disebabkan oleh kuman tunggal dan dapat juga campuran seperti streptokokus, pneumokokus, hemophilus influenza dan kleb siella pneumoniae.6.    MeningitisInfeksi bakteri padadaerah faring yang masuk ke peredaran darah, kemudian masuk ke meningen dapat menyebabkan meningitis.Akan tetapi komplikasi meningitis akibat faringitis jarang terjadi.

G.    Penatalaksanaan1.    Antibiotik golongan penicilin atau sulfanomidaa.    Faringitis streptokokus paling baik diobati peroral dengan penisilin (125-250 mg penisilin V tiga kali sehari selama 10 hari)b.    Bila alergi penisilin dapat diberikan eritromisin (125 mg/6 jam untuk usia 0-2 tahun dan 250 mg/6 jam untuk usia 2-8 tahun) atau klindamisin.2.    Tirah Baring3.    Pemberian cairan yang adekuat4.    Diit ringan5.    Obat kumur hangat (Adams, 1997; 330)Berkumur dengan 3 gelas air hangat. Gelas pertama berupa air hangat sehingga penderita dapat menahan cairan dngan rasa enak. Gelas kedua dan ketiga dapae diberikan air yang lebihhangat. Anjurkan setiap 2 jam.Obatnya yaitu:a.    Cairan saline isotonik (½  sendok teh garam dalam 8 oncesair hangat)b.    Bubuk sodium perbonat (1 sendok teh bubuk dalam 8 ounces air hangat). Hal ini terutama berguna pada infeksi vincent atau penyakit mulut. (1 ounce = 28 g)6.    Pendidikan Kesehatan (Smeltzer, 2001; 549)a.    Instruksikan pasien menghindari kontak dengan orang lain sampai demam hilang. Hindari penggunaan alkohol, asap rokok, tembakau dan polutan lain.b.    Anjurkan pasien banyak minum. Berkumur dengan larutan normal salin dan pelega tenggorokan bila perlu.

Page 5: Asuhan Keperawatan Pada Pasien FARINGITIS

H.    Pemeriksaan Penunjang1.    Pada pemeriksaan dengan mempergunakan spatel lidah, tampak tonsil membengkak, hiperemis, terdapat detritus, berupa bercak (folikel, lakuna, bahkan membran). Kelenjar submandibula membengkak dan nyeri tekan, terutama pada anak.2.    Pemeriksaan BiopsiContoh jaringan untuk pemeriksaan dapat diperoleh dari saluran pernapasan (sekitar faring) dengan menggunakan teknik endoskopi. Jaringan tersebut akan diperiksa dengan mikroskop untuk mengetahui adanya peradangan akibat bakteri atau virus.3.    Pemeriksaan SputumPemeriksaan sputum makroskopik, mikroskopik atau bakteriologik penting dalam diagnosis etiologi penyakit. Warna bau dan adanya darah merupakan petunjuk yang berharga.4.    Pemeriksaan Laboratoriuma.    Sel darah putih (SDP)Peningkatan komponen sel darah putih dapat menunjukkan adanya infeksi atau inflamasi.Nilai Normal

Tipe SDP    Dewasa    Anak(sama dengan dewasa kecuali)           %    ul           NeutrofilEosinofilBasofilMonositLimfosit    50-701-30,4-1,04-625-35    2500-7000100-30040-100200-6001700-3500    Bayi baru lahir: 61%; 1 th:32%

1-    1 sampai 12 th: 4% - 9%2-    Bayi baru lahir: 34 %; 1 th: 60%; 3-    6 th: 42%; 12 th: 38%    b.    Analisa Gas DarahUntuk menilai fungsi pernapasan secara adekuat, perlu juga mempelajari hal-hal diluar paru seperti distribusi gas yang diangkut oleh sistem sirkulasi.Tabel Pengukuran AGD

No    Pengukuran    Simbol    Nilai Normal       12

Page 6: Asuhan Keperawatan Pada Pasien FARINGITIS

345    Tekanan Karbon dioksidaTekanan OksigenProsentase Kejenuhan OksigenKonsentrasi ion HidrogenBikarbonat    PaCO2PaO2SaO2pHHCO3    35-45 mmHg80-100 mmHg977,35-7,4522-26 mEq/L    ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAKDENGAN FARINGITIS

A.    Pengkajian1.    Riwayat Kesehatana.    Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan sebelumnya: batuk, pilek, demam.b.    Riwayat alergi dalam keluargac.    Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas seperti malnutrisid.    Anggota keluarga lain yang mengalami sakit saluran pernapasane.    Ada/tidak riwayat merokok2.    Pemeriksaan Fisika.    PernapasanPernapasan dangkal, dipneu, takipneu, tanda bunyi napas ronchi halus dan melemah, wajah pucat atau sianosis bibir atau kulitb.    Aktivitas atau IstirahatKelelahan, malaise, insomnia, penurunan toleransi aktivitas, sirkulasi takikardi, dan pucatc.    Makanan dan cairanGejala    :     Kehilangan nafsu makan, disfagia, mual dan muntah.Tanda    :    Hiperaktivitas bunyi usus, distensi abdomen, turgor kulit buruk. 3.    Observasia.    Adanya retraksi atau pernapasan cuping hidungb.    Adanya kepucatan atau sianosis warna kulitc.    Adanya suara serak, stridor, dan batukd.    Perilaku: gelisah, takute.    Adanya sakit tenggorok, adanya pembesaran tiroid, pengeluaran sekret, kesulitan menelan.f.    Tanda-tanda: nyeri dada, nyeri abdomen, dispnea

B.    Pathway  KeperawatanVirus / Bakteri

Page 7: Asuhan Keperawatan Pada Pasien FARINGITIS

Lapisan epitel dinding faring

Faringtis

          Malaise                          Proses Inflamasi                   Disfagia, Anoreksia

Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari keb Tubuh          Bedrest             Sakit Tenggorok

Nyeri AkutPenumpukan Sekret                                  

Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif                                                        Adanya Organisme Infektif

Resiko Tinggi Infeksi                                                                                Keterbatasan Informasi

Kurang PengetahuanCemas

Sumber:     Adams, G L, 1997; 328    Iskandar, dkk, 1993; 162    Mansjoer, dkk, 2001; 118

C.    Diagnosa Keperawatan1.    Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi2.    Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sekret3.    Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan4.    Cemas berhubungan dengan hospitalisasi, kesulitan bernapas5.    Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya organisme infektif6.    Kurang pengetahuan berhubungan dengan terbatasnya informasi

D.    Intervensi1.    DX INyeri akut berhubungan dengan inflamasiNOC:NOC 1: Level NyeriTujuan:     Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri pasien berkurang / hilang dengan skala hasil 4Kriteria Hasil:a.    Laporkan frekuensi nyerib.    Kaji frekuensi nyeri

Page 8: Asuhan Keperawatan Pada Pasien FARINGITIS

c.    Lamanya nyeri berlangsungd.    Ekspresi wajah terhadap nyerie.    Kegelisahanf.    Perubahan TTVTabel Skala Nyeri

Skala    0    1 - 3    4 - 6    7 - 9    10       Tingkatan Nyeri    Tidak Nyeri    Nyeri Ringan    Nyeri Sedang    Nyeri Berat    Tak Tertahankan   

NOC 2: Kontrol NyeriTujuan:     Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri pasien terkontrol dengan skala hasil 4Kriteri Hasil:a.    Mengenal faktor penyebabb.    Gunakan tindakan pencegahanc.    Gunakan tindakan non analgetikd.    Gunakan analgetik yang tepatKet Skala:1 = Tidak pernah menunjukkan2 = Jarang menunjukkan3 = Kadang menunjukkan4 = Sering menunjukkan5 = Selalu menunjukkanNIC: Manajemen Nyeria.    Kaji secara menyeluruh tentang nyeri termasuk lokasi, durasi, frekuensi, intensitas, dan faktor penyebab.b.    Observasi isyarat non verbal dari ketidaknyamanan terutama jika tidak dapat berkomunikasi secara efektif.c.    Gunakan tindakan lokal (berkumur, menghisap, kompres hangat) untuk mengurangi sakit tenggorok.d.    Berikan analgetik dengan tepat.e.    Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama akan berakhir dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur.f.    Ajarkan teknik non farmakologi (misalnya: relaksasi, guide, imagery, terapi musik, distraksi)

2.    DX IIBersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sekretNOC: Status Pernapasan: VentilasiTujuan:     Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan bersihan jalan napas pasien kembali efektif dengan skala hasil 4.Kriteria Hasil:a.    Menunjukkan jalan napas paten dengan bunyi napas bersihb.    Tidak ada dipsneuc.    Sekret dapat keluard.    Mampu batuk efektif

Page 9: Asuhan Keperawatan Pada Pasien FARINGITIS

Ket Skala:1 = Tidak pernah menunjukkan2 = Jarang menunjukkan3 = Kadang menunjukkan4 = Sering menunjukkan5 = Selalu menunjukkanNIC: Pengelolaan Jalan Napasa.    Kaji frekuensi atau kedalaman pernapasan dan gerakan dadab.    Auskultasi area paru, catat area penurunan udarac.    Bantu pasien latihan nafas dalam dan melakukan batuk efektif. d.    Berikan posisi semifowler dan pertahankan posisi anake.    Lakukan penghisapan lendir sesuai indikasi.f.    Kaji vital sign dan status respirasi.g.    Kolaborasi pemberian oksigen

3.    DX IIIKetidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelanNOC: Status nutrisiTujuan:     Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan status nutrisi pasien terpenuhi.Kriteria Hasil: a.    Mempertahankan pemasukan nutrisib.    Mempertahankan berat badanc.    Melaporkan keadekuatan tingkat energid.    Daya tahan tubuh adekuatKet Skala:1 = Tidak pernah menunjukkan2 = Jarang menunjukkan3 = Kadang menunjukkan4 = Sering menunjukkan5 = Selalu menunjukkanNIC: Manajemen nutrisia.    Kaji status nutrisi pasienb.    Ketahui makanan kesukaan pasienc.    Anjurkan pasien makan sedikit demi sedikit tapi seringd.    Kaji membran mukosa dan turgor kulit setiap hari untuk monitor hidrasie.    Timbang BB pada interval yang tepatf.    Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian diet yang sesuai

4.    DX IVCemas berhubungan dengan hospitalisasi, kesulitan bernapasNOC: Control CemasTujuan:     Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dan  keluarga tidak mengalami kecemasan dengan skala hasil 4.Kriteria Hasil:a.    Monitor intensitas kecemasanb.    Menurunkan stimulasi lingkungan ketika cemas

Page 10: Asuhan Keperawatan Pada Pasien FARINGITIS

c.    Menggunakan strategi koping efektifd.    Mencari informasi untuk menurunkan cemase.    Menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan cemasKet Skala:1 = Tidak pernah dilakukan2 = Jarang dilakukan3 = Kadang dilakukan4 = Sering dilakukan5 = Selalu dilakukanNIC: Penurunan Kecemasana.    Tenangkan Klienb.    Jelaskan seluruh prosedur tindakan kepada klien dan perasaan yang mungkin muncul pada saat melakukan tindakanc.    Berikan informasi tentang diagnosa, prognosis, dan tindakan.d.    Temani pasien untuk mendukung keamanan dan menurunkan rasa sakit.e.    Instruksikan pasien untuk menggunakan metode/ teknik relaksasi.

5.    DX VResiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya organisme infektifTujuan:     Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi infeksi sekunder dengan skala hasil 4.NOC: Pengendalia ResikoKriteria Hasil:a.    Mengindikasikan status gastrointestinal, pernapasan, dan imun dalam batas normalb.    Terbebas dari tanda dan gejala infeksic.    Berpartisipasi dalam perawatan kesehatand.    Mampu mengidentifikasi faktor resikoKet Skala:1 = Tidak pernah menunjukkan2. = Jarang menunjukka3 = Kadang menunjukkan4 = Sering menunjukkan5 = Selalu menunjukkanNIC: Pengendalian Infeksia.    Pantau tanda/gejala infeksi (suhu, kulit, suhu tubuh, lesi, kulit, keletihan, malaise)b.    Kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi (usia, tinggkat imun rendah, malnutrisi)c.    Pertahankan lingkungan aseptik dengan teknik mencuci tangan yang baik.d.    Berikan diet bergizi sesuai kemampuan anak untuk mengkonsumsi nutrisi untuk mendukung pertahanan tubuh alami.e.    Instruksikan pada keluarga pasien untuk menjaga hygiene anaknya untuk melindungi tubuh terhadap infeksi.f.    Kolaborasi: pemberian antibiotik

6.    DX VIKurang pengetahuan b.d. keterbatasan informasiNOC: Pengetahuan: proses penyakit.

Page 11: Asuhan Keperawatan Pada Pasien FARINGITIS

Tujuan:     Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakitnya bertambah dengan skala hasil 4Kriteria Hasil:a.    Mengenal tentang penyakitb.    Menjelaskan proses penyakitc.    Menjelaskan penyebab/faktor yang berhubungand.    Menjelaskan faktor resikoe.    Menjelaskan komplikasi dari penyakitf.    Menjelaskan  tanda dan gejala dari penyakitKet Skala:1 = Tidak pernah menunjukkan2 = Jarang menunjukkan3 = Kadang menunjukkan4 = Sering menunjukkan5 = Selalu menunjukkanNIC:a.    NIC 1: Health Care Information exchange1)    Identifikasi pemberi pelayanan keperawatan yang lain2)    Identifikasi kemampuan pasien dan keluarga dalam mengimplementasikan keperawatan setelah penjelasan3)    Jelaskan peran keluarga dalam perawatan yang berkesinambungan4)    Jelaskan program perawatan medik meliputi; diet, pengobatan, dan latihan.5)    Jelaskan rencana tindakan keperawatan sebelum mengimplementasikanb.    NIC 2: Health Education1)    Jelaskan faktor internal dan eksternal yang dapat menambah atau mengurangi dalam perilaku kesehatan.2)    Jelaskan pengaruh kesehatan dan perilaku gaya hidup individu, keluarga/lingkungan.3)    Identifikasi lingkungan yang dibutuhkan dalam program perawatan.4)    Anjurkan pemberian dukungan dari keluarga dan keluarga untuk membuat perilaku kondusif.

E.    Evaluasi

DX    Kriteria Hasil    Ket Skala       I    NOC 1a.    Laporkan frekuensi nyerib.    Kaji frekuensi nyeric.    Lamanya nyeri berlangsungd.    Ekspresi wajah terhadap nyerie.    Kegelisahanf.    Perubahan TTVNOC 2a.    Mengenal faktor penyebabb.    Gunakan tindakan pencegahanc.    Gunakan tindakan non analgetikd.    Gunakan analgetik yang tepat   

Page 12: Asuhan Keperawatan Pada Pasien FARINGITIS

444444

4444       II    a.    Menunjukkan jalan napas paten dengan bunyi napas bersihb.    Tidak ada dipsneuc.    Sekret dapat keluard.    Mampu batuk efektif    4

444       III    a.    Mempertahankan pemasukan nutrisib.    Mempertahankan berat badanc.    Melaporkan keadekuatan tingkat energid.    Daya tahan tubuh adekuat    4444       IV    a.    Monitor intensitas kecemasanb.    Menurunkan stimulasi lingkungan ketika cemasc.    Menggunakan strategi koping efektifd.    Mencari informasi untuk menurunkan cemase.    Menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan cemas    44444       V    a.    Mengindikasikan status gastrointestinal, pernapasan, dan imun dalam batas normalb.    Terbebas dari tanda dan gejala infeksic.    Berpartisipasi dalam perawatan kesehatand.    Mampu mengidentifikasi faktor resiko    4

444       VI    a.    Mengenal tentang penyakitb.    Menjelaskan proses penyakitc.    Menjelaskan penyebab/faktor yang berhubungan

Page 13: Asuhan Keperawatan Pada Pasien FARINGITIS

d.    Menjelaskan faktor resikoe.    Menjelaskan komplikasi dari penyakitf.    Menjelaskan  tanda dan gejala dari penyakit    444444   

DAFTAR PUSTAKA

Adams, George L. 1997. Buku Ajar Penyakit THT, ed.6. Jakarta: EGC.Behrman, dkk. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson, vol.2, ed.15. Jakarta: EGC.Iskandar, Nurbaiti, dkk. 1993. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok, ed.2. Jakarta: Balai penerbit FKUI..Jhonson, Marion, dkk. 2000. NOC. Jakarta: Morsby.Kee, Joyce LeFever. 1997. Buku Saku Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik dengan Implikasi Keperawatan. Jakarta: EGC.Mansjoer, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, ed 3, jilid 1. Jakarta: Media Ausculapius.MsCloskey, Cjoane, dkk. 1995. NIC. Jakarta: MorsbyNANDA. 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006: Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC.Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, ed 2. Jakarta: EGC.Smeltzer, suzannec. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, ed.8, vol.1. Jakarta: EGC.Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, ed.4. Jakarta: EGC.

Sumber : http://mydocumentku.blogspot.com/2012/04/asuhan-keperawatan-pada-pasien_17.html#ixzz22MVm5xZT