asuhan keperawatan pada pasien dengan trauma abdomen

21
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TRAUMA ABDOMEN KONSEP DASAR A. Pengertian Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang mengakibatkan cedera (Sjamsuhidayat, 1997). Trauma pada abdomen dapat di bagi menjadi dua jenis. 1) Trauma penetrasi a) Trauma Tembak b) Trauma Tumpul 2) Trauma non-penetrasi a) Kompresi b) Hancur akibat kecelakaan c) Sabuk pengaman d) Cedera akselerasi Trauma pada dinding abdomen terdiri kontusio dan laserasi. 1. Kontusio dinding abdomen tidak terdapat cedera intra abdomen, kemungkinan terjadi eksimosis atau penimbunan darah dalam jaringan lunak dan masa darah dapat menyerupai tumor. 2. Laserasi, jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga abdomen harus di eksplorasi (Sjamsuhidayat, 1997). Atau terjadi karena trauma penetrasi. Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan faal berbagai organ. Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut Sjamsuhidayat (1997) terdiri dari: 1. Perforasi organ viseral intraperitoneum. Cedera pada isi abdomen mungkin di sertai oleh bukti adanya cedera pada dinding abdomen. 2. Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomenLuka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostik ahli bedah. 3. Cedera thorak abdomenSetiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri diafragma, atau sayap kanan dan hati harus dieksplorasi. B. Etiologi 1. Penyebab trauma penetrasi a. Luka akibat terkena tembakan

Upload: nurlailymahzumah

Post on 25-Jun-2015

1.084 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Trauma Abdomen

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TRAUMA ABDOMENKONSEP DASAR

A. Pengertian Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang mengakibatkan cedera

(Sjamsuhidayat, 1997). Trauma pada abdomen dapat di bagi menjadi dua jenis.1) Trauma penetrasi

a) Trauma Tembak b) Trauma Tumpul

2) Trauma non-penetrasia) Kompresib) Hancur akibat kecelakaanc) Sabuk pengamand) Cedera akselerasi

Trauma pada dinding abdomen terdiri kontusio dan laserasi. 1. Kontusio dinding abdomen tidak terdapat cedera intra abdomen, kemungkinan terjadi

eksimosis atau penimbunan darah dalam jaringan lunak dan masa darah dapat menyerupai tumor.

2. Laserasi, jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga abdomen harus di eksplorasi (Sjamsuhidayat, 1997). Atau terjadi karena trauma penetrasi. Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen yang dapat

menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan faal berbagai organ.

Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut Sjamsuhidayat (1997) terdiri dari: 1. Perforasi organ viseral intraperitoneum. Cedera pada isi abdomen mungkin di sertai oleh

bukti adanya cedera pada dinding abdomen. 2. Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomenLuka tusuk pada abdomen dapat menguji

kemampuan diagnostik ahli bedah. 3. Cedera thorak abdomenSetiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri

diafragma, atau sayap kanan dan hati harus dieksplorasi.

B. Etiologi 1. Penyebab trauma penetrasi

a. Luka akibat terkena tembakanb. Luka akibat tikaman benda tajamc. Luka akibat tusukan

2. Penyebab trauma non-peneterasia. Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuhb. Hancur (tertabrak mobil)c. Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan perutd. Cidera akselerasi / deserasi karena kecelakaan olah raga

Page 2: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Trauma Abdomen

C. Patofisiologi Jika terjadi trauma penetrasi atau non-pnetrasi kemungkinan terjadi pendarahan intra abdomen yang serius, pasien akan memperlihatkan tanda-tanda iritasi yang disertai penurunan hitung sel darah merah yang akhirnya gambaran klasik syok hemoragik. Bila suatu organ viseral mengalami perforasi, maka tanda-tanda perforasi, tanda-tanda iritasi peritonium cepat tampak. Tanda-tanda dalam trauma abdomen tersebut meliputi nyeri tekan, nyeri spontan, nyeri lepas dan distensi abdomen tanpa bising usus bila telah terjadi peritonitis umum.Bila syok telah lanjut pasien akan mengalami takikardi dan peningkatan suhu tubuh, juga terdapat leukositosis. Biasanya tanda-tanda peritonitis mungkin belum tampak. Pada fase awal perforasi kecil hanya tanda-tanda tidak khas yang muncul. Bila terdapat kecurigaan bahwa masuk rongga abdomen, maka operasi harus dilakukan (Sjamsuhidayat, 1997)

Page 3: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Trauma Abdomen

D. Tanda dan Gejala/Manifestasi Klinik Klinis Kasus trauma abdomen ini bisa menimbulkan manifestasi klinis menurut

Sjamsuhidayat (1997), meliputi: nyeri tekan diatas daerah abdomen, distensi abdomen, demam, anorexia, mual dan muntah, takikardi, peningkatan suhu tubuh, nyeri spontan. Pada trauma non-penetrasi (tumpul) pada trauma non penetrasi biasanya terdapat adanya Jejas atau ruptur dibagian dalam abdomen:

Terjadi perdarahan intra abdominal. Apabila trauma terkena usus, mortilisasi usus terganggu sehingga fungsi usus tidak normal dan biasanya akan mengakibatkan peritonitis dengan gejala mual, muntah, dan BAB hitam (melena) Kemungkinan bukti klinis tidak tampak sampai beberapa jam setelah rauma. Cedera serius dapat terjadi walaupun tak terlihat tanda kontusio pada dinding abdomen. Pada trauma penetrasi biasanya terdapat:

• Terdapat luka robekan pada abdomen • Luka tusuk sampai menembus abdomen • Biasanya organ yang terkena penetrasi bisa perdarahan/memperparah keadaan keluar

dari dalam andomen Trauma OperasiTerjadi perforasi Lapisan abdomen(kontusio,laserasi Menekan Syaraf

Peritonitis Terjadi perdarahan dalam jaringan Lunak dan rongga abdomen NyeriMotilitas usus Dilakukan tindakan drain Disfungsi usus resiko tinggi infeksi Refleks usus output cairan lebih. Peningkatan Gg keseimbangan elektrolit metabolisme Defisit vol Cairan dan elektrolit intake nutrisi kurang Kelemahan fisik Gangguan Mobilitas

E. Komplikasi klinik Segera : hemoragi, syok, dan cedera. Lambat : infeksi (Smeltzer, 2001).

F. Pemeriksaan diagnostik 1. Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL)

Dilakukan pada trauma abdomen perdarahan intra abdomen, tujuan dari DPL adalah untuk mengetahui lokasi perdarahan intra abdomen. Indikasi untuk melakukan DPL, antara lain:

Nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya Trauma pada bagian bawah dari dada Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas Pasien cidera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat, alkohol, cedera otak) Pasien cedera abdominalis dan cidera medula spinalis (sumsum tulang belakang) Patah tulang pelvis

Pemeriksaan DPL dilakukan melalui anus, jika terdapt darah segar dalm BAB atau sekitar anus berarti trauma non-penetrasi (trauma tumpul) mengenai kolon atau usus besar, dan apabila darah hitam terdapat pada BAB atau sekitar anus berarti trauma non- penetrasi (trauma tumpul) usus halus atau lambung. Apabila telah diketahui hasil

Diagnostic Peritonea Lavage (DPL), seperti adanya darah pada rektum atau pada saat BAB. Perdarahan dinyatakan positif bila sel darah merah lebih dari 100.000 sel/mm³ dari 500 sel/mm³, empedu atau amilase dalam jumlah yang cukup juga merupakan indikasi untuk cedera abdomen. Tindakan selanjutnya akan dilakukan prosedur laparotomi Kontra indikasi dilakukan Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL), antara lain:

Page 4: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Trauma Abdomen

Hamil Pernah operasi abdominal Operator tidak berpengalaman

2. Skrinning pemeriksaan rongten. Foto rongsen torak tegak berguna untuk menyingkirkan kemungkinan hemo atau

Pneumotoraks atau untuk menemukan adanya udara intraperitonium. Serta rongten abdomen sambil tidur (supine) untuk menentukan jalan peluru atau adanya udara retroperitoneum.

a. IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning. Ini di lakukan untuk mengetauhi jenis cedera ginjal yang ada.

b. Uretrografi. Di lakukan untuk mengetauhi adanya rupture uretra c. Sistografi Ini di gunakan untuk mengetauhi ada tidaknya cedera pada kandung kencing,

contohnya pada1) fraktur pelvis.2) Trauma non-penetrasi

G. Penatalaksanaan Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang mengancam nyawa, harus

mengkaji dengan cepat apa yang terjadi di lokasi kejadian. Paramedik mungkin harus melihat Apabila sudah ditemukan luka tikaman, luka trauma benda lainnya, maka harus segera ditangani, penilaian awal dilakuakan prosedur ABC jika ada indikasi, Jika korban tidak berespon, maka segera buka dan bersihkan jalan napas.

1. Airway, dengan Kontrol Tulang Belakang Membuka jalan napas menggunakan teknik ‘head tilt chin lift’ atau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu, periksa adakah benda asing yang dapat mengakibatkan tertutupnya jalan napas. Muntahan, makanan, darah atau benda asing lainnya.

2. Breathing, dengan Ventilasi Yang Adekuat Memeriksa pernapasan dengan menggunakan cara ‘lihat-dengar-rasakan’ tidak lebih dari 10 detik untuk memastikan apakah ada napas atau tidak, Selanjutnya lakukan pemeriksaan status respirasi korban (kecepatan, ritme dan adekuat tidaknya pernapasan).

3. Circulation,dengan Kontrol Perdarahan Hebat Jika pernapasan korban tersengal-sengal dan tidak adekuat, maka bantuan napas dapat dilakukan. Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi, lakukan resusitasi jantung paru segera. Rasio kompresi dada dan bantuan napas dalam RJP adalah 15 : 2 (15 kali kompresi dada dan 2 kali bantuan napas

Page 5: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Trauma Abdomen

ASUHAN KEPERAWATANI. Pengkajian Data

DasarPemeriksaan fisik ‘head to toe’ harus dilakukan dengan singkat tetapi menyeluruh dari bagian kepala ke ujung kaki. Pengkajian data dasar menurut Doenges (2000), adalah: 1. Aktifitas/istirahat

Subjektit : Pusing, sakit kepala, nyeri, mulas, Objektif : Perubahan kesadaran, masalah dalam keseim Bangan cedera (trauma).

2. Sirkulasi Objektif : Kecepatan (bradipneu, takhipneu), pola napas (hipoventilasi, hiperventilasi, dll). Normalnya pernapasan normal berkisar antara 8-20 kali per menit (dewasa), 15 – 30 (anak-anak) dan 25 – 50 (bayi)

3.Integritas ego Subjektif : menyangkal gejala penting / adanya kondisi takut mati, perasaan ajal suah dekat, marah pada penyakit / perawatan yang tidak perlu, kuatir tentang eluarga, kerja, keuangan. Perubahan tingkah laku / kepribadian (tenangatau dramatis), Objektif : menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah, perilaku menyerang, fokus pada diri sendiri.

4. Eliminasi Objektif : Inkontinensia kandung kemih/usus ataumengalami gangguan fungsi

5. Makanan dan cairan Subjektif : Mual, muntah, dan mengalami perubahan Selera makan.Objektif : Mengalami distensi abdomen. Nyeri tekan di perut,kulit kering/berkeringat, perubahan berat badan.

6. Neurosensori. Objektif : Kehilangan kesadaran sementara, vertigo, Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status mental, Kesulitan dalam menentukan posisi tubuh.

7. Nyeri dan kenyamanan Subjektif : Sakit pada abdomen dengan intensitas dan lokasi yang berbeda, biasanya lama. Objektif : wajah meringi, gelisah, merintih, emosi labil, perilaku berhati-hati.

8. Pernafasan Objektif : Perubahan pola nafas.

9. Keamanan Subjektif : Trauma baru/ trauma karena kecelakaan. Objektif : Dislokasi gangguan kognitif.Gangguan rentang gerak.

Page 6: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Trauma Abdomen

III. Prioritas Masalah 1. Defisit Volume cairan dan elektrolit 2. Nyeri3. Resiko infeksi4. Ansietas5. Gangguan Mobilitas fisik

Page 7: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Trauma Abdomen

DAFTAR PUSTAKA 1. Sjamsuhidayat. 1997, Buku Ajar Bedah,EC, Jakarta. 2. Doenges. 2000, Rencana Asuhan Keperawatan: 3. Pedoman untuk perencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3, EGC, 4. Jakarta.Carpenito, 1998 Buku saku: Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis,5. Edisi 6, EGC ; Jakarta.Mansjoer, Arif. 2001.6. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1.UI : Media7. Aesculapiushttp://health.groups.yahoo.com/group/indofirstaid/24,04,20088. http://indofirstaid.tk/04,24,20089. http://titik-awal.blogspot.com/ 04,24,200810. http://www.primarytraumacare.org/ptcmam/training/ppd/ptc_indo.pdf/ 04,24,2008

Page 8: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Trauma Abdomen

TRAUMA ABDOMEN

A. PENGERTIANTrauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional (Dorland, 2002).Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat gangguan emosional yang hebat (Brooker, 2001).Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa kurang dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor implikasi pada trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001).Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001).Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi (FKUI, 1995).

B. ETIOLOGI DAN KLASIFIKASI1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium).Disebabkan oleh : luka tusuk, luka tembak.2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium).Disebabkan oleh : pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman (set-belt) (FKUI, 1995).

C. PATOFISIOLOGITusukan/tembakan ; pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman (set-belt)-Trauma abdomen- :1. Trauma tumpul abdomen Kehilangan darah. Memar/jejas pada dinding perut. Kerusakan organ-organ. Nyeri Iritasi cairan usus2.Trauma tembus abdomen Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ Respon stres simpatis Perdarahan dan pembekuan darah Kontaminasi bakteri Kematian sel  1 & 2 menyebabkan :

Kerusakan integritas kulit Syok dan perdarahan Kerusakan pertukaran gas Risiko tinggi terhadap infeksi Nyeri akut (FKUI, 1995).

Page 9: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Trauma Abdomen

D. TANDA DAN GEJALA1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium) : Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ Respon stres simpatis Perdarahan dan pembekuan darah Kontaminasi bakteri Kematian sel2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium). Kehilangan darah. Memar/jejas pada dinding perut. Kerusakan organ-organ. Nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas dan kekakuan (rigidity) dinding perut. Iritasi cairan usus (FKUI, 1995).

E. KOMPLIKASI Segera : hemoragi, syok, dan cedera. Lambat : infeksi (Smeltzer, 2001).

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Pemeriksaan rektum : adanya darah menunjukkan kelainan pada usus besar ; kuldosentesi, kemungkinan adanya darah dalam lambung ; dan kateterisasi, adanya darah menunjukkan adanya lesi pada saluran kencing. Laboratorium : hemoglobin, hematokrit, leukosit dan analisis urine. Radiologik : bila diindikasikan untuk melakukan laparatomi. IVP/sistogram : hanya dilakukan bila ada kecurigaan terhadap trauma saluran kencing. Parasentesis perut : tindakan ini dilakukan pada trauma tumpul perut yang diragukan adanya kelainan dalam rongga perut atau trauma tumpul perut yang disertai dengan trauma kepala yang berat, dilakukan dengan menggunakan jarum pungsi no 18 atau 20 yang ditusukkan melalui dinding perut didaerah kuadran bawah atau digaris tengah dibawah pusat dengan menggosokkan buli-buli terlebih dahulu. Lavase peritoneal : pungsi dan aspirasi/bilasan rongga perut dengan memasukkan cairan garam fisiologis melalui kanula yang dimasukkan kedalam rongga peritonium (FKUI, 1995).

G. PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan kedaruratan ; ABCDE. Pemasangan NGT untuk pengosongan isi lambung dan mencegah aspirasi. Kateter dipasang untuk mengosongkan kandung kencing dan menilai urin yang keluar (perdarahan). Pembedahan/laparatomi (untuk trauma tembus dan trauma tumpul jika terjadi rangsangan peritoneal : syok ; bising usus tidak terdengar ; prolaps visera melalui luka tusuk ; darah dalam lambung, buli-buli, rektum ; udara bebas intraperitoneal ; lavase peritoneal positif ; cairan bebas dalam rongga perut) (FKUI, 1995).

MANAJEMEN KEPERAWATANA. PENGKAJIAN

Page 10: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Trauma Abdomen

Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh (Boedihartono, 1994).Pengkajian pasien trauma abdomen (Smeltzer, 2001) adalah meliputi :1. Trauma Tembus abdomen Dapatkan riwayat mekanisme cedera ; kekuatan tusukan/tembakan ; kekuatan tumpul (pukulan). Inspeksi abdomen untuk tanda cedera sebelumnya : cedera tusuk, memar, dan tempat keluarnya peluru. Auskultasi ada/tidaknya bising usus dan catat data dasar sehingga perubahan dapat dideteksi. Adanya bising usus adalah tanda awal keterlibatan intraperitoneal ; jika ada tanda iritasi peritonium, biasanya dilakukan laparatomi (insisi pembedahan kedalam rongga abdomen). Kaji pasien untuk progresi distensi abdomen, gerakkan melindungi, nyeri tekan, kekakuan otot atau nyeri lepas, penurunan bising usus, hipotensi dan syok. Kaji cedera dada yang sering mengikuti cedera intra-abdomen, observasi cedera yang berkaitan. Catat semua tanda fisik selama pemeriksaan pasien.

2. Trauma tumpul abdomen Dapatkan riwayat detil jika mungkin (sering tidak bisa didapatkan, tidak akurat, atau salah). dapatkan semua data yang mungkin tentang hal-hal sebagai berikut :• Metode cedera.• Waktu awitan gejala.• Lokasi penumpang jika kecelakaan lalu lintas (sopir sering menderita ruptur limpa atau hati). Sabuk keselamatan digunakan/tidak, tipe restrain yang digunakan.• Waktu makan atau minum terakhir.• Kecenderungan perdarahan.• Penyakit danmedikasi terbaru.• Riwayat immunisasi, dengan perhatian pada tetanus.• Alergi. Lakukan pemeriksaan cepat pada seluruh tubuh pasienuntuk mendeteksi masalah yang mengancam kehidupan.

PENATALAKSANAAN KEDARURATAN1. Mulai prosedur resusitasi (memperbaiki jalan napas, pernapasan, sirkulasi) sesuai indikasi.2. Pertahankan pasien pada brankar atau tandu papan ; gerakkan dapat menyebabkan fragmentasi bekuan pada pada pembuluh darah besar dan menimbulkan hemoragi masif.a) Pastikan kepatenan jalan napas dan kestabilan pernapasan serta sistem saraf.b) Jika pasien koma, bebat leher sampai setelah sinar x leher didapatkan.c) Gunting baju dari luka.d) Hitung jumlah luka.e) Tentukan lokasi luka masuk dan keluar.3. Kaji tanda dan gejala hemoragi. Hemoragi sering menyertai cedera abdomen, khususnya hati dan limpa mengalami trauma.4. Kontrol perdarahan dan pertahanan volume darah sampai pembedahan dilakukan.

Page 11: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Trauma Abdomen

a) Berikan kompresi pada luka perdarahan eksternal dan bendungan luka dada.b) Pasang kateter IV diameter besar untuk penggantian cairan cepat dan memperbaiki dinamika sirkulasi.c) Perhatikan kejadian syoksetelah respons awal terjadi terhadap transfusi ; ini sering merupakan tanda adanya perdarrahan internal.d) Dokter dapat melakukan parasentesis untuk mengidentifikasi tempat perdarahan.5. Aspirasi lambung dengan selang nasogastrik. Prosedur ini membantu mendeteksi luka lambung, mengurangi kontaminasi terhadap rongga peritonium, dan mencegah komplikasi paru karena aspirasi.6. Tutupi visera abdomen yang keluar dengan balutan steril, balutan salin basah untuk mencegah nkekeringan visera.a) Fleksikan lutut pasien ; posisi ini mencegah protusi lanjut.b) Tunda pemberian cairan oral untuk mencegah meningkatnya peristaltik dan muntah.7. Pasang kateter uretra menetap untuk mendapatkan kepastian adanya hematuria dan pantau haluaran urine.8. Pertahankan lembar alur terus menerus tentang tanda vital, haluaran urine, pembacaan tekanan vena sentral pasien (bila diindikasikan), nilai hematokrit, dan status neurologik.9. Siapkan untuk parasentesis atau lavase peritonium ketika terdapat ketidakpastian mengenai perdarahan intraperitonium.10. Siapkan sinografi untuk menentukan apakah terdapat penetrasi peritonium pada kasus luka tusuk.a) Jahitan dilakukan disekeliling luka.b) Kateter kecil dimasukkan ke dalam luka.c) Agens kontras dimasukkan melalui kateter ; sinar x menunjukkan apakah penetrasi peritonium telah dilakukan.11. Berikan profilaksis tetanus sesuai ketentuan.12. Berikan antibiotik spektrum luas untuk mencegah infeksi. trauma dapat menyebabkan infeksi akibat karena kerusakan barier mekanis, bakteri eksogen dari lingkungan pada waktu cedera dan manuver diagnostik dan terapeutik (infeksi nosokomial).13. Siapkan pasien untuk pembedahan jika terdapat bukti adanya syok, kehilangan darah, adanya udara bebas dibawah diafragma, eviserasi, atau hematuria.

PENATALAKSANAAN DIRUANG PERAWATAN LANJUTANB. DIAGNOSA KEPERAWATANDiagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994).Diagnosa keperawatan pada pasien dengan trauma abdomen (Wilkinson, 2006) adalah :1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera tusuk.2. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit.3. Nyeri akut berhubungan dengan trauma/diskontinuitas jaringan.4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.5. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidak nyamanan, terapi pembatasan aktivitas, dan penurunan kekuatan/tahanan.

C. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASIIntervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan

Page 12: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Trauma Abdomen

untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994).Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995).Intervensi dan implementasi keperawatan yang muncul pada pasien dengan trauma abdomen (Wilkinson, 2006) meliputi :1. Kerusakan integritas kulit adalah keadaan kulit seseorang yang mengalami perubahan secara tidak diinginkan.Tujuan : Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.Kriteria Hasil : - tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.- luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.- Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.Intervensi dan Implementasi :a. Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka.R/ mengetahui sejauh mana perkembangan luka mempermudah dalam melakukan tindakan yang tepat.b. Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka.R/ mengidentifikasi tingkat keparahan luka akan mempermudah intervensi.c. Pantau peningkatan suhu tubuh.R/ suhu tubuh yang meningkat dapat diidentifikasikan sebagai adanya proses peradangan.d. Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan kasa kering dan steril, gunakan plester kertas.R/ tehnik aseptik membantu mempercepat penyembuhan luka dan mencegah terjadinya infeksi.e. Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan, misalnya debridement.R/ agar benda asing atau jaringan yang terinfeksi tidak menyebar luas pada area kulit normal lainnya.f. Setelah debridement, ganti balutan sesuai kebutuhan.R/ balutan dapat diganti satu atau dua kali sehari tergantung kondisi parah/ tidak nya luka, agar tidak terjadi infeksi.g. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.R / antibiotik berguna untuk mematikan mikroorganisme pathogen pada daerah yang berisiko terjadi infeksi.

2. Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan perifer, perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi, prosedur invasif dan kerusakan kulit.Tujuan : infeksi tidak terjadi / terkontrol.Kriteria hasil : - tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.- luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.- Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.Intervensi dan Implementasi :a. Pantau tanda-tanda vital.R/ mengidentifikasi tanda-tanda peradangan terutama bila suhu tubuh meningkat.b. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.R/ mengendalikan penyebaran mikroorganisme patogen.c. Lakukan perawatan terhadap prosedur invasif seperti infus, kateter, drainase luka, dll.

Page 13: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Trauma Abdomen

R/ untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial.d. Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti Hb dan leukosit.R/ penurunan Hb dan peningkatan jumlah leukosit dari normal bisa terjadi akibat terjadinya proses infeksi.e. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.R/ antibiotik mencegah perkembangan mikroorganisme patogen.

3. Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan meningkat akibat adanya kerusakan jaringan aktual atau potensial, digambarkan dalam istilah seperti kerusakan ; awitan yang tiba-tiba atau perlahan dari intensitas ringan samapai berat dengan akhir yang dapat di antisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan.Tujuan : nyeri dapat berkurang atau hilang.Kriteria Hasil : - Nyeri berkurang atau hilang- Klien tampak tenang.Intervensi dan Implementasi :a. Lakukan pendekatan pada klien dan keluargaR/ hubungan yang baik membuat klien dan keluarga kooperatifb. Kaji tingkat intensitas dan frekwensi nyeriR/ tingkat intensitas nyeri dan frekwensi menunjukkan skala nyeric. Jelaskan pada klien penyebab dari nyeriR/ memberikan penjelasan akan menambah pengetahuan klien tentang nyerid. Observasi tanda-tanda vital.R/ untuk mengetahui perkembangan kliene. Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesikR/ merupakan tindakan dependent perawat, dimana analgesik berfungsi untuk memblok stimulasi nyeri.

4. Intoleransi aktivitas adalah suatu keadaaan seorang individu yang tidak cukup mempunyai energi fisiologis atau psikologis untuk bertahan atau memenuhi kebutuhan atau aktivitas sehari-hari yang diinginkan.Tujuan : pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.Kriteria hasil : - perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.- pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa dibantu.- Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.Intervensi dan Implementasi :a. Rencanakan periode istirahat yang cukup.R/ mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan, dan energi terkumpul dapat digunakan untuk aktivitas seperlunya secar optimal.b. Berikan latihan aktivitas secara bertahap.R/ tahapan-tahapan yang diberikan membantu proses aktivitas secara perlahan dengan menghemat tenaga namun tujuan yang tepat, mobilisasi dini.c. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan.R/ mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih kembali.d. Setelah latihan dan aktivitas kaji respons pasien.

Page 14: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Trauma Abdomen

R/ menjaga kemungkinan adanya respons abnormal dari tubuh sebagai akibat dari latihan.

5. Hambatan mobilitas fisik adalah suatu keterbatasan dalam kemandirian, pergerakkan fisik yang bermanfaat dari tubuh atau satu ekstremitas atau lebih.Tujuan : pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.Kriteria hasil : - penampilan yang seimbang..- melakukan pergerakkan dan perpindahan.- mempertahankan mobilitas optimal yang dapat di toleransi, dengan karakteristik : 0 = mandiri penuh 1 = memerlukan alat Bantu. 2 = memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan, pengawasan, dan pengajaran. 3 = membutuhkan bantuan dari orang lain dan alat Bantu. 4 = ketergantungan; tidak berpartisipasi dalam aktivitas.Intervensi dan Implementasi :a. Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan peralatan.R/ mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.b. Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas.R/ mempengaruhi penilaian terhadap kemampuan aktivitas apakah karena ketidakmampuan ataukah ketidakmauan.c. Ajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu.R/ menilai batasan kemampuan aktivitas optimal.d. Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif.R/ mempertahankan /meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot.e. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi.R/ sebagai suaatu sumber untuk mengembangkan perencanaan dan mempertahankan/meningkatkan mobilitas pasien.

D. EVALUASIEvaluasi addalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001).Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan trauma abdomen adalah :1. Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.2. Infeksi tidak terjadi / terkontrol.3. Nyeri dapat berkurang atau hilang.4. Pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.5. Pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.

DAFTAR PUSTAKABoedihartono, 1994, Proses Keperawatan di Rumah Sakit, Jakarta.Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan Ed.31. EGC : Jakarta.Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC : Jakarta.FKUI. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu bedah. Binarupa Aksara : JakartaNasrul Effendi, 1995, Pengantar Proses Keperawatan, EGC, Jakarta.Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and Suddarth Ed.8 Vol.3. EGC : Jakarta.