asuhan keperawatan meningitis

16
MENINGITIS A. Defenisi Meningitis adalah radang dari selaput otak (arachnoid dan piamater). Bakteri dan virus merupakan penyebab utama dari meningitis. B. Etiologi Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi kebanyakan pasien dengan meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti fraktur tulang tengkorak, infeksi, operasi otak atau sum-sum tulang belakang. Seperti disebutkan diatas bahwa meningitis itu disebabkan oleh virus dan bakteri, maka meningitis dibagi menjadi dua bagian besar yaitu : meningitis purulenta dan meningitis serosa. C. Jenis – jenis meningitis 1. Meningitis Bakteri Bakteri yang paling sering menyebabkan meningitis adalah haemofilus influenza, Nersseria,Diplokokus pnemonia, Sterptokokus group A, Stapilokokus Aurens, Eschericia colli, Klebsiela dan Pseudomonas. Tubuh akan berespon terhadap bakteri sebagai benda asing dan berespon dengan terjadinya peradangan dengan adanya neutrofil, monosit dan limfosit. Cairan eksudat yang terdiri dari bakteri, fibrin dan lekosit terbentuk di ruangan subarahcnoid ini akan terkumpul di dalam cairan otak sehingga dapat menyebabkan lapisan yang tadinya tipis menjadi tebal. Dan

Upload: anonymous-fnanpwatip

Post on 02-Feb-2016

10 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

mening

TRANSCRIPT

Page 1: Asuhan Keperawatan Meningitis

MENINGITIS

A. Defenisi

Meningitis adalah radang dari selaput otak (arachnoid dan piamater). Bakteri dan virus

merupakan penyebab utama dari meningitis.

B. Etiologi

Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi kebanyakan pasien dengan

meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti fraktur tulang tengkorak, infeksi,

operasi otak atau sum-sum tulang belakang. Seperti disebutkan diatas bahwa meningitis

itu disebabkan oleh virus dan bakteri, maka meningitis dibagi menjadi dua bagian besar

yaitu : meningitis purulenta dan meningitis serosa.

C. Jenis – jenis meningitis

1. Meningitis Bakteri

Bakteri yang paling sering menyebabkan meningitis adalah haemofilus influenza,

Nersseria,Diplokokus pnemonia, Sterptokokus group A, Stapilokokus Aurens,

Eschericia colli, Klebsiela dan Pseudomonas. Tubuh akan berespon terhadap bakteri

sebagai benda asing dan berespon dengan terjadinya peradangan dengan adanya

neutrofil, monosit dan limfosit. Cairan eksudat yang terdiri dari bakteri, fibrin dan

lekosit terbentuk di ruangan subarahcnoid ini akan terkumpul di dalam cairan otak

sehingga dapat menyebabkan lapisan yang tadinya tipis menjadi tebal. Dan

pengumpulan cairan ini akan menyebabkan peningkatan intrakranial. Hal ini akan

menyebabkan jaringan otak akan mengalami infark.

2. Meningitis Virus

Tipe dari meningitis ini sering disebut aseptik meningitis. Ini biasanya disebabkan

oleh berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti; gondok, herpez

simplek dan herpez zoster. Eksudat yang biasanya terjadi pada meningitis bakteri tidak

terjadi pada meningitis virus dan tidak ditemukan organisme pada kultur cairan otak.

Peradangan terjadi pada seluruh koteks cerebri dan lapisan otak. Mekanisme atau

respon dari jaringan otak terhadap virus bervariasi tergantung pada jenis sel yang

terlibat.

Page 2: Asuhan Keperawatan Meningitis

D. Patofisiologi

Otak dilapisi oleh tiga lapisan, yaitu : duramater, arachnoid, dan piamater. Cairan otak

dihasilkan di dalam pleksus choroid ventrikel bergerak / mengalir melalui sub arachnoid

dalam sistem ventrikuler dan seluruh otak dan sumsum tulang belakang, direabsorbsi

melalui villi arachnoid yang berstruktur seperti jari-jari di dalam lapisan subarachnoid.

Organisme (virus / bakteri) yang dapat menyebabkan meningitis, memasuki cairan otak

melaui aliran darah di dalam pembuluh darah otak. Cairan hidung (sekret hidung) atau

sekret telinga yang disebabkan oleh fraktur tulang tengkorak dapat menyebabkan

meningitis karena hubungan langsung antara cairan otak dengan lingkungan (dunia luar),

mikroorganisme yang masuk dapat berjalan ke cairan otak melalui ruangan subarachnoid.

Adanya mikroorganisme yang patologis merupakan penyebab peradangan pada piamater,

arachnoid, cairan otak dan ventrikel.

E. Riwayat penyakit dan pengobatan

Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui karena untuk mengetahui jenis kuman

penyebab. Disini harus ditanya dengan jelas tentang gejala yang timbul seperti kapan

mulai serangan, sembuh atau bertambah buruk. Setelah itu yang perlu diketahui adalah

status kesehatan masa lalu untuk mengetahui adanya faktor presdiposisi seperti infeksi

saluran napas, atau fraktur tulang tengkorak, dll.

F. Manifestasi Klinik

1. Pada awal penyakit, kelelahan, perubahan daya mengingat, perubahan tingkah laku.

2. Sesuai dengan cepatnya perjalanan penyakit pasien menjadi stupor.

3. Sakit kepala

4. Sakit-sakit pada otot-otot

5. Reaksi pupil terhadap cahaya. Photofobia apabila cahaya diarahkan pada mata pasien

Page 3: Asuhan Keperawatan Meningitis

6. Adanya disfungsi pada saraf III, IV, dan VI

7. Pergerakan motorik pada masa awal penyakit biasanya normal dan pada tahap lanjutan

bisa terjadi hemiparese, hemiplegia, dan penurunan tonus otot.

8. Refleks Brudzinski dan refleks Kernig (+) pada bakterial meningitis dan tidak terdapat

pada virus meningitis.

9. Nausea

10. Vomiting

11. Demam

12. Takikardia

13. Kejang yang bisa disebabkan oleh iritasi dari korteks cerebri atau hiponatremia

14. Pasien merasa takut dan cemas.

G. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang khas pada meningitis adalah analisa cairan otak. Lumbal

punksi tidak bisa dikerjakan pada pasien dengan peningkatan tekanan tintra kranial.

Analisa cairan otak diperiksa untuk jumlah sel, protein, dan konsentrasi glukosa.

H. Pemeriksaan darah

Terutama jumlah sel darah merah yang biasanya meningkat diatas nilai normal.

Serum elektrolit dan serum glukosa dinilai untuk mengidentifikasi adanya

ketidakseimbangan elektrolit terutama hiponatremi.

Kadar glukosa darah dibandingkan dengan kadar glukosa cairan otak. Normalnya kadar

glukosa cairan otak adalah 2/3 dari nilai serum glukosa dan pada pasien meningitis kadar

glukosa cairan otaknya menurun dari nilai normal.

I. Pemeriksaan Radiografi

CT-Scan dilakukan untuk menentukan adanya edema cerebral atau penyakit saraf lainnya.

Hasilnya biasanya normal, kecuali pada penyakit yang sudah sangat parah.

J. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul adalah :

1. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial

Tujuan

Page 4: Asuhan Keperawatan Meningitis

a. Pasien kembali pada,keadaan status neurologis sebelum sakit

b. Meningkatnya kesadaran pasien dan fungsi sensoris

Kriteria hasil

a. Tanda-tanda vital dalam batas normal

b. Rasa sakit kepala berkurang

c. Kesadaran meningkat

d. Adanya peningkatan kognitif dan tidak ada atau hilangnya tanda-tanda tekanan

intrakranial yang meningkat.

INTERVENSI RASIONALISASI

Pasien bed rest total dengan posisi tidur

terlentang tanpa bantal

Perubahan pada tekanan intakranial

akan dapat meyebabkan resiko untuk

terjadinya herniasi otak

Monitor tanda-tanda status neurologis

dengan GCS.

Dapat mengurangi kerusakan otak

lebih lanjt

Monitor tanda-tanda vital seperti TD,

Nadi, Suhu, Resoirasi dan hati-hati pada

hipertensi sistolik

Pada keadaan normal autoregulasi

mempertahankan keadaan tekanan

darah sistemik berubah secara

fluktuasi. Kegagalan autoreguler akan

menyebabkan kerusakan vaskuler

cerebral yang dapat dimanifestasikan

dengan peningkatan sistolik dan

diiukuti oleh penurunan tekanan

diastolik. Sedangkan peningkatan suhu

dapat menggambarkan perjalanan

infeksi.

Monitor intake dan output hipertermi dapat menyebabkan

peningkatan IWL dan meningkatkan

Page 5: Asuhan Keperawatan Meningitis

resiko dehidrasi terutama pada pasien

yang tidak sadra, nausea yang

menurunkan intake per oral

Bantu pasien untuk membatasi muntah,

batuk. Anjurkan pasien untuk

mengeluarkan napas apabila bergerak

atau berbalik di tempat tidur.

Aktifitas ini dapat meningkatkan

tekanan intrakranial dan intraabdomen.

Mengeluarkan napas sewaktu bergerak

atau merubah posisi dapat melindungi

diri dari efek valsava

Kolaborasi

Berikan cairan perinfus dengan perhatian

ketat.

Meminimalkan fluktuasi pada beban

vaskuler dan tekanan intrakranial,

vetriksi cairan dan cairan dapat

menurunkan edema cerebral

Monitor AGD bila diperlukan pemberian

oksigen

Adanya kemungkinan asidosis disertai

dengan pelepasan oksigen pada tingkat

sel dapat menyebabkan terjadinya

iskhemik serebral

Berikan terapi sesuai advis dokter

seperti: Steroid, Aminofel, Antibiotika.

Terapi yang diberikan dapat

menurunkan permeabilitas kapiler.

Menurunkan edema serebri

Menurunka metabolik sel / konsumsi

dan kejang.

2. Resiko terjadi kejang ulang berhubungan dengan hipertermi.

Tujuan : Klien tidak mengalami kejang selama berhubungan dengan hiperthermi

Page 6: Asuhan Keperawatan Meningitis

Kriteria hasil :

a. Tidak terjadi serangan kejang ulang.

b. Suhu 36,5 – 37,5 º C (bayi), 36 – 37,5 º C (anak)

c. Nadi 110 – 120 x/menit (bayi) 100-110 x/menit (anak)

d. Respirasi 30 – 40 x/menit (bayi) 24 – 28 x/menit (anak)

e. Kesadaran composmentis

Rencana Tindakan :

INTERVENSI RASIONALISASI

Longgarkan pakaian, berikan pakaian

tipis yang mudah menyerap keringat

Proses konveksi akan terhalang oleh

pakaian yang ketat dan tidak

menyerap keringat.

Berikan kompres dingin Perpindahan panas secara konduksi

Berikan ekstra cairan (susu, sari buah,

dll)

Saat demam kebutuhan akan cairan

tubuh meningkat

Observasi kejang  dan tanda vital tiap 4

jam

Pemantauan yang teratur menentukan

tindakan yang akan dilakukan

Batasi aktivitas selama anak panas Aktivitas dapat meningkatkan

metabolisme dan meningkatkan panas

Berikan anti piretika dan pengobatan

sesuai advis

Menurunkan panas pada pusat

hipotalamus dan sebagai propilaksis

Page 7: Asuhan Keperawatan Meningitis

3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hiperthermi.

Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi

Kriteria hasil :

a. Suhu tubuh 36 – 37,5º C, N ; 100 – 110 x/menit,

b. RR : 24 – 28 x/menit, Kesadaran composmentis, anak tidak rewel.

Rencana Tindakan :

INTERVENSI RASIONALISASI

Kaji faktor – faktor terjadinya

hiperthermi

mengetahui penyebab terjadinya

hiperthermi karena penambahan

pakaian/selimut dapat menghambat

penurunan suhu tubuh

Observasi tanda – tanda vital tiap 4

jam sekali

Pemantauan tanda vital yang teratur

dapat menentukan perkembangan

keperawatan yang selanjutnya.

Pertahankan suhu tubuh normal suhu tubuh dapat dipengaruhi oleh

tingkat aktivitas, suhu lingkungan,

kelembaban tinggiakan mempengaruhi

panas atau dinginnya tubuh

Ajarkan pada keluarga memberikan

kompres dingin pada kepala / ketiak

proses konduksi/perpindahan panas

dengan suatu bahan perantara

Anjurkan untuk menggunakan baju

tipis dan terbuat dari kain katun

proses hilangnya panas akan terhalangi

oleh pakaian tebal dan tidak dapat

menyerap keringat

Page 8: Asuhan Keperawatan Meningitis

Atur sirkulasi udara ruangan Penyediaan udara bersih

Beri ekstra cairan dengan

menganjurkan pasien banyak minum

Kebutuhan cairan meningkat karena

penguapan tubuh meningkat

Batasi aktivitas fisik aktivitas meningkatkan

metabolismedan meningkatkan panas

4. Resiko terjadinya injuri sehubungan dengan adanya kejang, perubahan status mental

dan penurunan tingkat kesadaran

Tujuan:

Pasien bebas dari injuri yang disebabkan oleh kejang dan penurunan kesadaran

Rencana Tindakan

INTERVENSI RASIONALISASI

Independent

monitor kejang pada tangan, kaki,

mulut dan otot-otot muka lainnya

Gambaran tribalitas sistem saraf pusat

memerlukan evaluasi yang sesuai

dengan intervensi yang tepat untuk

mencegah terjadinya komplikasi.

Persiapkan lingkungan yang aman

seperti batasan ranjang, papan

pengaman, dan alat suction selalu

berada dekat pasien.

Melindungi pasien bila kejang terjadi

Pertahankan bedrest total selama fae

akut

Mengurangi resiko jatuh / terluka jika

vertigo, sincope, dan ataksia terjadi

Kolaborasi Untuk mencegah atau mengurangi

Page 9: Asuhan Keperawatan Meningitis

Berikan terapi sesuai advis dokter

seperti; diazepam, phenobarbital, dll.

kejang.

Catatan : Phenobarbital dapat

menyebabkan respiratorius depresi dan

sedasi.

5. Kurangnya pengetahuan keluarga sehubungan keterbataaan informasi.

Tujuan : Pengetahuan keluarga bertambah tentang penyakit anaknya.

Kriteria hasil:

a. Keluarga tidak sering bertanya tentang  penyakit anaknya.

b. Keluarga mampu diikutsertakan dalam proses keperawatan.

c. Keluarga mentaati setiap proses keperawatan.

Rencana Tindakan :

INTERVENSI RASIONALISASI

Kaji tingkat pengetahuan keluarga Mengetahui sejauh mana

pengetahuan yang dimiliki keluarga

dan kebenaran informasi yang

didapat

Beri penjelasan kepada keluarga

sebab dan akibat kejang

penjelasan tentang kondisi yang

dialami dapat membantu

menambah wawasan keluarga

Jelaskan setiap tindakan perawatan

yang akan dilakukan

agar keluarga mengetahui tujuan

setiap tindakan perawatan

Berikan Health Education tentang

cara menolong anak kejang dan

sebagai upaya alih informasi dan

mendidik keluarga agar mandiri

Page 10: Asuhan Keperawatan Meningitis

mencegah kejang, antara lain :

1. Jangan panik saat kejang

2. Baringkan anak ditempat rata dan

lembut.

3. Kepala dimiringkan.

4. Pasang gagang sendok yang telah

dibungkus kain yang basah, lalu

dimasukkan ke mulut.

5. Setelah kejang berhenti dan pasien

sadar segera minumkan obat

tunggu sampai keadaan tenang.

6. Jika suhu tinggi saat kejang

lakukan kompres dingin dan beri

banyak minum

dalam mengatasi masalah

kesehatan

Berikan Health Education agar

selalu sedia obat penurun panas,

bila anak panas

mencegah peningkatan suhu lebih

tinggi dan serangan kejang ulang

Jika anak sembuh, jaga agar anak

tidak terkena penyakit infeksi

dengan menghindari orang atau

teman yang menderita penyakit

menular sehingga tidak

mencetuskan kenaikan suhu

sebagai upaya preventif serangan

ulang

Beritahukan keluarga jika anak

akan mendapatkan imunisasi agar

memberitahukan kepada petugas

imunisasi bahwa anaknya pernah

menderita kejang demam

imunisasi pertusis memberikan

reaksi panas yang dapat

menyebabkan kejang demam

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Page 11: Asuhan Keperawatan Meningitis

Brunner / Suddarth,( 2000). Buku saku keperawatan medikal bedah,EGC, Jakarta,

Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta

Kapita Selekta Kedokteran FKUI, (1999) Media Aesculapius, Jakarta