asuhan keperawatan kgd ispa
TRANSCRIPT
7/15/2019 Asuhan Keperawatan Kgd Ispa
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-kgd-ispa 1/9
ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) ISPA BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan adalah hak setiap orang. Masalah kesehatan sama pentingnya dengan masalah pendidikan, perekonomiandan lain sebagainya. Usia balita dan anak-anak merupakan usia yang rentan penyakit. Hingga saat ini salah satu
penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) .
ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup
tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap
tahunnya. 40 % -60 % dari kunjungan di puskesmas adalah oleh penyakit ISPA (Anonim,2009)
Masalah kesehatan tidak sepenuhnya tanggung jawab pemerintah. Namun sistem yang terkandung di
dalamnya turut membantu mencari inovasi yang baru, termasuk masyarakat. Minimnya pengetahuan masyarakat
mengenai kesehatan juga menjadi pemicu penyebab masalah kesehatan, khususnya ISPA. Penderita ISPA tiap tahun
selalu mangalami peningkatan. Hal ini dapat dikarenakan beberapa faktor misalnya, rendahnya tingkat pendidikan
sehingga pengetahuan mengenai kesehatan juga masih rendah atau faktor ekonomi yang menyebabkan tingkat
kesehatan kurang diperhitungkan.
Pemerintah bisa melakukan banyak strategi untuk mencegah peningkatan masalah kesehatan khususnya
ISPA. Upaya yang dapat dilakukan misalnya saja promosi kesehatan mengenai nutrisi yang baik dan seimbang,
istirahat yang cukup dan kebersihan.
1.2 Tujuan
Menjelaskan proses asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA).
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan infeksi saluran pernapasan atas
(ISPA)?
1.4 Manfaat
1. Mengetahui proses asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan ISPA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi ISPA .
ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran
pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti :
sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru
7/15/2019 Asuhan Keperawatan Kgd Ispa
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-kgd-ispa 2/9
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan
pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati
dengan antibiotik dapat mengakibat kematian
Program Pemberantasan Penyakit ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu pneumonia dan yang bukan
pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat.
Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan
sebagai bukan pneumonia. Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak
dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus
diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat antibiotik (Rasmaliah, 2004)
2.2 Klasifikasi ISPA
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:
1. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest indrawing).
2. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
3. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan dinding dada
kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA. Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan
umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun.
Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :
1. Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada bagian bawah atau napas
cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih.
2. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah
atau napas cepat.
Untuk golongan umur 2 bu~an sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :
1. Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian bawah kedalam pada
waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau
meronta).
2. Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan adalah 50 kali per
menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit atau lebih.
3. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada
napas cepat(Rasmaliah, 2004).
2. 3 Etiologi ISPA
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebabnya antara lain dari
genus Streptococcus, Stafilococcus, Pnemococcus,Hemofilus, Bordetella dan Corinebakterium . Virus penyebabnya
antara lain golongan Micsovirus, Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma, Herpesvirus.
2.4 Gejala ISPA
7/15/2019 Asuhan Keperawatan Kgd Ispa
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-kgd-ispa 3/9
Penyakit ISPA adalah penyakit yang sangat menular, hal ini timbul karena menurunnya sistem kekebalan atau daya
tahan tubuh, misalnya karena kelelahan atau stres. Pada stadium awal, gejalanya berupa rasa panas, kering dan
gatal dalam hidung, yang kemudian diikuti bersin terus menerus, hidung tersumbat dengan ingus encer serta demam
dan nyeri kepala. Permukaan mukosa hidung tampak merah dan membengkak. Infeksi lebih lanjut membuat sekret
menjadi kental dan sumbatan di hidung bertambah. Bila tidak terdapat komplikasi, gejalanya akan berkurang
sesudah 3-5 hari. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah sinusitis, faringitis, infeksi telinga tengah, infeksi saluran
tuba eustachii, hingga bronkhitis dan pneumonia (radang paru).
2.5 Cara Penularan Penyakit ISPA
Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar, bibit penyakit masuk kedalam tubuh
melalui pernafasan, oleh karena itu maka penyakit ISPA ini termasuk golongan Air Borne Disease. Penularan melalui
udara dimaksudkan adalah cara penularan yang terjadi tanpa kontak dengan penderita maupun dengan benda
terkontaminasi. Sebagian besar penularan melalui udara dapat pula menular melalui kontak langsung, namun tidak
jarang penyakit yang sebagian besar penularannya adalah karena menghisap udara yang mengandung unsur
penyebab atau mikroorganisme penyebab
2.6 Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit ISPA
a. Agent
Infeksi dapat berupa flu biasa hingga radang paru-paru. Kejadiannya bisa secara akut atau kronis, yang paling sering
adalah rinitis simpleks, faringitis, tonsilitis, dan sinusitis. Rinitis simpleks atau yang lebih dikenal sebagai
selesma/common cold/koriza/flu/pilek, merupakan penyakit virus yang paling sering terjadi pada manusia.
Penyebabnya adalah virus Myxovirus, Coxsackie , dan Echo.
b. Manusia
1. 1. Umur
Berdasarkan hasil penelitian Daulay (1999) di Medan, anak berusia dibawah 2 tahun mempunyai risiko mendapat
ISPA 1,4 kali lebih besar dibandingkan dengan anak yang lebih tua. Keadaan ini terjadi karena anak di bawah usia 2
tahun imunitasnya belum sempurna dan lumen saluran nafasnya masih sempit.
1. 2. Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian Kartasasmita (1993), menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan prevalensi, insiden
maupun lama ISPA pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan.
1. 3. Status Gizi
Di banyak negara di dunia, penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama kematian terutama pada anak
dibawah usia 5 tahun. Akan tetapi anak-anak yang meninggal karena penyakit infeksi itu biasanya didahului oleh
keadaan gizi yang kurang memuaskan. Rendahnya daya tahan tubuh akibat gizi buruk sangat memudahkan dan
mempercepat berkembangnya bibit penyakit dalam tubuh.
1. 4. Berat Badan Lahir
7/15/2019 Asuhan Keperawatan Kgd Ispa
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-kgd-ispa 4/9
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ditetapkan sebagai suatu berat lahir <2.500 gram. Menurut Tuminah (1999), bayi
dengan BBLR mempunyai angka kematian lebih tinggi dari pada bayi dengan berat ≥2500 gram saat lahir selama
tahun pertama kehidupannya. Pneumonia adalah penyebab kematian terbesar akibat infeksi pada bayi baru lahir.
1. 5. Status ASI Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) dibutuhkan dalam proses tumbuh kembang bayi kaya akan faktor antibodi untuk melawan infeksi-
infeksi bakteri dan virus, terutama selama minggu pertama (4-6 hari) payudara akan menghasilkan kolostrum, yaitu
ASI awal mengandung zat kekebalan (Imunoglobulin, Lisozim, Laktoperin, bifidus factor dan sel-sel leukosit) yang
sangat penting untuk melindungi bayi dari infeksi.
1. 6. Status Imunisasi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk melindungi seseorang terhadap penyakit menular tertentu agar kebal dan
terhindar dari penyakit infeksi tertentu. Pentingnya imunisasi didasarkan pada pemikiran bahwa pencegahan penyakit
merupakan upaya terpenting dalam pemeliharaan kesehatan anak.c. Lingkungan
1. Kelembaban Ruangan
Hasil penelitian Chahaya, dkk di Perumnas Mandala Medan (2004), dengan desain cross sectional didapatkan bahwa
kelembaban ruangan berpengaruh terhadap terjadinya ISPA pada balita. Berdasarkan hasil uji regresi , diperoleh
bahwa faktor kelembaban ruangan mempunyai exp (B) 28,097, yang artinya kelembaban ruangan yang tidak
memenuhi syarat kesehatan menjadi faktor risiko terjadinya ISPA pada balita sebesar 28 kali.
1. 2. Suhu Ruangan
Salah satu syarat fisiologis rumah sehat adalah memiliki suhu optimum 18- 300C. Hal ini berarti, jika suhu ruangan
rumah dibawah 180C atau diatas 300C keadaan rumah tersebut tidak memenuhi syarat. Suhu ruangan yang tidak
memenuhi syarat kesehatan menjadi faktor risiko terjadinya ISPA pada balita sebesar 4 kali.
1. 3. Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah menjaga agar aliran udara di dalam rumah
tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga.
1. 4. Kepadatan Hunian Rumah
Menurut Gani dalam penelitiannya di Sumatera Selatan (2004) menemukan proses kejadian pneumonia pada anak
balita lebih besar pada anak yang tinggal di rumah yang padat dibandingkan dengan anak yang tinggal di rumah
yang tidak padat. Berdasarkan hasil penelitian Chahaya tahun 2004, kepadatan hunian rumah dapat memberikan
risiko terjadinya ISPA sebesar 9 kali.
1. 5. Penggunaan Anti Nyamuk
7/15/2019 Asuhan Keperawatan Kgd Ispa
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-kgd-ispa 5/9
Penggunaan Anti nyamuk sebagai alat untuk menghindari gigitan nyamuk dapat menyebabkan gangguan saluran
pernafasan karena menghasilkan asap dan bau tidak sedap. Adanya pencemaran udara di lingkungan rumah akan
merusak mekanisme pertahanan paru-paru sehingga mempermudah timbulnya gangguan pernafasan.
1. 6. Bahan Bakar Untuk Memasak
Bahan bakar yang digunakan untuk memasak sehari-hari dapat menyebabkan kualitas udara menjadi rusak. Kualitas
udara di 74% wilayah pedesaan di China tidak memenuhi standar nasional pada tahun 2002, hal ini menimbulkan
terjadinya peningkatan penyakit paru dan penyakit paru ini telah menyebabkan 1,3 juta kematian.
1. 7. Keberadaan Perokok
Rokok bukan hanya masalah perokok aktif tetapi juga perokok pasif. Asap rokok terdiri dari 4.000 bahan kimia, 200
diantaranya merupakan racun antara lainCarbon Monoksida (CO), Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs) dan lain-
lain. Berdasarkan hasil penelitian Pradono dan Kristanti (2003), secara keseluruhan prevalensi perokok pasif pada
semua umur di Indonesia adalah sebesar 48,9% atau 97.560.002 penduduk.
1. 8. Status Ekonomi dan Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian Djaja, dkk (2001), didapatkan bahwa bila rasio pengeluaran makanan dibagi
pengeluaran total perbulan bertambah besar, maka jumlah ibu yang membawa anaknya berobat ke dukun ketika
sakit lebih banyak. Bedasarkan hasil uji statistik didapatkan bahwa ibu dengan status ekonomi tinggi 1,8 kali lebih
banyak pergi berobat ke pelayanan kesehatan dibandingkan dengan ibu yang status ekonominya rendah.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Menurut Khaidir Muhaj (2008):
1. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Umur :Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai anak usia dibawah 3 tahun, terutama
bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak pada usia muda akan lebih sering
menderita ISPA daripada usia yang lebih lanjut(Anggana Rafika, 2009).
Jenis kelamin :Angka kesakitan ISPA sering terjadi pada usia kurang dari 2 tahun, dimana angka kesakitan ISPA
anak perempuan lebih tinggi daripada laki-laki di negara Denmark (Anggana Rafika, 2009).
Alamat : Kepadatan hunian seperti luar ruang per orang, jumlah anggota keluarga, dan masyarakat diduga
merupakan faktor risiko untuk ISPA. Penelitian oleh Kochet al (2003) membuktikan bahwa kepadatan hunian
(crowded) mempengaruhi secara bermakna prevalensi ISPA berat .Diketahui bahwa penyebab terjadinya ISPA dan
penyakit gangguan pernafasan lain adalah rendahnya kualitas udara didalam rumah ataupun diluar rumah baik
secara biologis, fisik maupun kimia. Adanya ventilasi rumah yang kurang sempurna dan asap tungku di dalam rumah
seperti yang terjadi di Negara Zimbabwe akan mempermudah terjadinya ISPA anak (Anggana Rafika, 2009)
7/15/2019 Asuhan Keperawatan Kgd Ispa
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-kgd-ispa 6/9
1. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama:
Klien mengeluh demam
2) Riwayat penyakit sekarang:
Dua hari sebelumnya klien mengalami demam mendadak, sakit kepala, badan lemah, nyeri otot dan sendi, nafsu
makan menurun, batuk,pilek dan sakit tenggorokan.
3) Riwayat penyakit dahulu:
Klien sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit sekarang
4) Riwayat penyakit keluarga:
Menurut anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien tersebut.
5) Riwayat sosial:
Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu dan padat penduduknya
1. c. Pemeriksaan Persistem
B1 (Breath) :
1) Inspeksi:
Membran mucosa hidung faring tampak kemerahan
Tonsil tanpak kemerahan dan edema
Tampak batuk tidak produktif
Tidak ada jaringna parut pada leher
Tidak tampak penggunaan otot- otot pernapasan tambahan,pernapasan cuping hidung, tachypnea, dan hiperventilasi
2) Palpasi
Adanya demamTeraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher / nyeri tekan pada nodus limfe servikalis
Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
3) Perkusi
Suara paru normal (resonance)
4) Auskultasi
Suara napas vesikuler / tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru
B2 (Blood) : kardiovaskuler Hipertermi
B3 (Brain) : penginderaan Pupil isokhor, biasanya keluar cairan pada telinga, terjadi gangguan penciuman
B4 (Bladder) : perkemihan Tidak ada kelainan
B5 (Bowel) : pencernaan Nafsu makan menurun, porsi makan tidak habis Minum sedikit, nyeri telan pada
tenggorokan
B6 (Bone) : Warna kulit kemerahan(Benny:2010)
1. Pemeriksaan Penunjang
7/15/2019 Asuhan Keperawatan Kgd Ispa
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-kgd-ispa 7/9
1) Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan kuman (+) sesuai dengan
jenis kuman,
2) Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai dengan adanya leukositosis
dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia
3) Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Benny:2010)
1. DIAGNOSA
a) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.
b) Nyeri telan berhubungan dengan inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.
c) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret
d) Nutrisi tidak seimbang berhubungan dengan anorexia.
e) Resiko tinggi penularan infeksi( Khaidir:2008)
No DiagnosaKeperawatan
TujuanKriteria Hasil Intervensi Rasionalisasi
1. Hipertermierhubungan
dengan proses
infeksi
Pasien akanmenunjukka
n
termoregulasi(keseimba
ngan antara
produksi
panas,
peningaktan
panas, dankehilangna
panas).
1. Suhu tubuhkembali normal
1. Nadi : 60-100
denyut per menit
2. Tekanan darah
: 120/80
mmHg
3. RR : 16-20
kali per menit
Observasi : tanda-tanda vital
Mandiri :
1. Kompres pada kepala /
aksila.
1. Atur sirkulasi udara
kamar pasien
Health Education:
1. Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian
tipis dan dapat
menyerap keringat
1. Anjurkan klien untuk minum banyak 2000-
2500 ml/hari.
1. Anjurkan klien
istirahat di tempat tidur
selama masa febris penyakit
Kolaborasi :
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
Pemantauan tanda vital yangteratur dapat menentukan
perkembangan perawatan
selanjutnya
1. Dengan memberikan
kompres, maka akanterjadi proses
konduksi/perpindahan
panas dengan bahan
perantara
2. Penyediaan udara
bersih
1. Proses hilangnya panasakan terhalangi untuk
pakaian yang tebal dan
tidak menyerap
keringat2. Kebutuhan cairan
meningkat karena
penguapan tubuh
meningkat.
3. Berbaring mengurangi
metabolisme
Untuk mengontrol infeksi dan
menurunkan panas
1. Nyeri telanerhubungan
dengan
inflamasi padamembran
mukosa faring
Nyeri berkurang skala 1-2 Observasi : Teliti keluhan nyeri, catat
intensitasnya (dengan skala 0-10),
faktor yang memperburuk ataumeredakan nyeri, lokasi, lama, dan
karakteristiknya
Identifikasi karakteristik nyeri dan
faktor yang berhubungan
merupakan suatu hal yang amat penting untuk memilih intervensi
yang cocok dan untuk
mengevaluasi keefektifan dari
7/15/2019 Asuhan Keperawatan Kgd Ispa
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-kgd-ispa 8/9
dan tonsil.
Mandiri : 1) Anjurkan klien untuk
menghindari alergen atau iritan
terhadap debu, bahan kimia, asap
rokok, dan mengistirahatkan atau
meminimalkan bicara bila suara
serak 2) Anjurkan untuk melakukan
kumur air hangat
Kolaborasi : Berikan obat sesuai indikasi
terapi yang diberikan
1) Mengurangi bertambaheratnya penyakit
2) Peningkatan sirkulasi pada
daerah tenggorokan serta
mengurangi nyeri tenggorokan.
Kortikosteroid digunakan untuk
mencegah reaksi alergi atau
menghambat pengeluaranhistamin dalam inflamasi
pernafasan. Analgesik untuk
mengurangi nyeri
2. Bersihan jalan
nafas tidak efektif b.d
akumulasi
sekret
Bersihan
alan nafasefektif
Jalan nafas paten dengan
unyi nafas bersih, tidak ada dyspnea, dan sianosis
Mandiri : Kaji frekuensi atau kedalaman
pernafasan dan gerakan dada
Auskultasi area paru, satat area penurunan atau tidak ada aliran
udara dan bunyi nafas adventisius,
mis. Crackles, mengi.
Bantu pasien latian nafas sering.Tunjukan atau bantu pasien
mempelajari melakukan batuk,misalnya menekan dada dan batuk
efektif sementara posisi duduk
tinggi.
Berikan cairan sedikitnay 2500 ml perhari(kecuali kontraindikasi).
Tawrakan air hangat daripada
dingin .
Kolaborasi :
Bantu mengawasi efek pengobatannebulizer dan fisioterapi lain, mis.
Spirometer insentif, IPPB, tiupanotol, perkusi, postural drainage.
Lakukan tindakan diantara waktu
makan dan batasi cairan bila
mungkin.
Berikan obat sesuai indikasi
mukolitik, ekspektoran,
ronchodilator, analgesic.
Takypnea, pernafasan dangkal,dan gerakan dada tidak simetris
sering terjadi karena
ketidaknyamanan gerakan dindingdada dan atau cairan paru
Penurunan aliran udara terjadi
pada area konsolidasi dengan
cairan. Bunyi nafas bronchial
dapat juga terjadi pada area
konsolidasi. Crackles, ronchi danmengi terdengar pada inspirasi
dan atau ekspirasi pada responteradap pengupulan cairan , secret
kental dan spasme jalan nafas atau
obstruksi.
Nafas dalam memudakan ekspansi
maksimum paru-paru atau jalan
nafas lebih kecil. Batuk adalahmekanisme pembersiaan jalan
nafas alami, membantu silia untuk
mempertaankan jalan nafas paten.
Penenkanan menurunkan
ketidaknyamanan dada dan posisi
duduk memungkinan upaya nafaslebih dalam dan lebih kuat.
Cairan (khususnya yanghangat)memobilisasi danmengluarkan secret
Memudahkan pengenceran dan
pembuangan secret.
Alat untuk menurunkan spasmeronkus dengan mobilisasi secret.
Analgesic diberikan untuk
memperbaiki batuk denganmenurunkan ketidaknyamanan
tetapi harus digunakan secara hati-
hati, karena dapat menurunkanupaya batuk atau menekan
pernafasan.
3. Nutrisi tidak
seimbangerhubungan
dengan anorexia
Nutrisi
kembaliseimbang
A:Antropometri: berat
adan, tinggi badan, lingkar lengan
Berat badan
tidak turun (stabil)
B: Biokimia:
- Hb normal (laki-laki 13,5-
18 g/dl dan perempuan 12-16 g/dl)
- Albumin normal (dewasa
3,5-5,0 g/dl)C: Clinis:
Mandiri :
1. Kaji kebiasaan diet,
input-output dan
timbang BB setiap hari
1. Berikan porsi makan
kecil tapi sering dalamkeadaan hangat
1. Berguna untuk
menentukan kebutuhan
kalori, menyusuntujuan BB dan evaluasi
keadekuatan rencana
nutrisi
1. Nafsu makan dapat
dirangsang pada situasi
7/15/2019 Asuhan Keperawatan Kgd Ispa
http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-kgd-ispa 9/9
- Tidak tampak kurus
- Rambut tebal dan
hitam- Terdapat lipatan
lemak subkutan
D: Diet:
- Makan habis satu
porsi
- Pola makan 3X/hari
1. Tingkatkan tirah baring
1. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk memberikan
diet sesuai kebutuhan
klien
1. Berikan heatheducation pada ibu
tentang Nutrisi :
makanan yang bergizi
yaitu 4 sehat 5sempurna, hindarkan
anak dari snack dan es,
beri minum air putihyang banyak
1. Menjauhkan dari bayilain
1. Menjauhkan bayi darikeluarga yang sakit
rileks, bersih, dan
menyenangkan
2. Untuk mengurangikebutuhan metabolik
3. Metode makan dan
kebutuhan kalori di
dasarkan pada situasi
atau kebutuhan
individu untuk memberikan nutrisi
maksimal
4. Ibu dapat memberikan perawatan maksimal
kepada anaknya.
Makanan bergizi dan
air putih yang banyak
dapat membantu
mengencerkan lendir dan dahak.
5. Tidak terjadi penularan
penyakit
6. Tidak terjadi
pemaparan ulang yang
menyebabkan bayitidak segera sembuh
4. Resiko tinggi
penularan
infeksi
Meminimali
sir
penularan
infeksi
lewat udara
Anggota keluarga tidak ada
yang tertular ISPAMandiri : 1.Batasi pengunjung sesuai
indikasi
2.Jaga keseimbangan antaraistirahat dan aktifitas
3.Tutup mulut dan hidung jika
hendak bersin.
4.Tingkatkan daya tahan tubuh,
terutama anak dibawah usis 2
tahun, lansia, dan penderita penyakit kronis. Konsumsi
itamin C, A dan mineral seng
atau antioksidan jika kondisi
tubuh menurun atau asupan
makanan berkurang
Kolaborasi : Pemberian obat sesuai hasil kultur
1. Menurunkan potensiterpajan pada penyakit
infeksius2. Menurunkan konsumsi
atau kebutuhan
keseimbangan oksigendan memperbaiki
pertahanan klien
terhadap infeksi,meningkatkan
penyembuhan.
3. Mencegah penyebaran
patogen melalui cairan4. Malnutrisi dapat
mempengaruhikesehatan umum dan
menurunkan tahanan
terhada infeksi
Dapat diberikan untuk organisme
usus yang teridentifikasi dengankultur dan sensitifitas atau
diberikan secara profilaktik