asuhan keperawatan kgd ispa

9
 ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) ISPA  BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah hak setiap orang. Masalah kesehatan sama pentingnya dengan masalah pendidikan, perekonomian dan lain sebagainya. Usia balita dan anak-anak merupakan usia yang rentan penyakit. Hingga saat ini salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) . ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita y ang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 % -60 % dari kunjungan di puskesmas adalah oleh penyakit ISPA (Anonim,2009) Masalah kesehatan tidak sepenuhnya tanggung jawab pemerintah. Namun sistem yang terkandung di dalamnya turut membantu mencari inovasi yang baru, termasuk masyarakat. Minimnya pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan juga menjadi pemicu penyebab masalah kesehatan, khususnya ISPA. Penderita ISPA tiap tahun selalu mangalami peningkatan. Hal ini dapat dikarenakan beberapa faktor misalnya, rendahnya tingkat pendidikan sehingga pengetahuan mengenai kesehatan juga masih rendah atau faktor ekonomi yang menyebabkan tingkat kesehatan kurang diperhitungkan. Pemerintah bisa melakukan banyak strategi untuk mencegah peningkatan masalah kesehatan khususnya ISPA. Upaya yang dapat dilakukan misalnya saja promosi k esehatan mengenai nutrisi yang baik dan seimbang, istirahat yang cukup dan kebersihan. 1.2 Tujuan Menjelaskan proses asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA). 1.3 Rumusan Masalah 1. Bagaimana proses asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA)? 1.4 Manfaat 1. Mengetahui proses asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan ISPA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi ISPA . ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru

Upload: deka-hidayat

Post on 29-Oct-2015

41 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7/15/2019 Asuhan Keperawatan Kgd Ispa

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-kgd-ispa 1/9

 ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) ISPA  BAB I 

PENDAHULUAN 

1.1 Latar Belakang 

Kesehatan adalah hak setiap orang. Masalah kesehatan sama pentingnya dengan masalah pendidikan, perekonomiandan lain sebagainya. Usia balita dan anak-anak merupakan usia yang rentan penyakit. Hingga saat ini salah satu

penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) .

ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup

tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap

tahunnya. 40 % -60 % dari kunjungan di puskesmas adalah oleh penyakit ISPA (Anonim,2009)

Masalah kesehatan tidak sepenuhnya tanggung jawab pemerintah. Namun sistem yang terkandung di

dalamnya turut membantu mencari inovasi yang baru, termasuk masyarakat. Minimnya pengetahuan masyarakat

mengenai kesehatan juga menjadi pemicu penyebab masalah kesehatan, khususnya ISPA. Penderita ISPA tiap tahun

selalu mangalami peningkatan. Hal ini dapat dikarenakan beberapa faktor misalnya, rendahnya tingkat pendidikan

sehingga pengetahuan mengenai kesehatan juga masih rendah atau faktor ekonomi yang menyebabkan tingkat

kesehatan kurang diperhitungkan.

Pemerintah bisa melakukan banyak strategi untuk mencegah peningkatan masalah kesehatan khususnya

ISPA. Upaya yang dapat dilakukan misalnya saja promosi kesehatan mengenai nutrisi yang baik dan seimbang,

istirahat yang cukup dan kebersihan.

1.2 Tujuan 

Menjelaskan proses asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA).

1.3 Rumusan Masalah 

1.  Bagaimana proses asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan infeksi saluran pernapasan atas

(ISPA)?

1.4 Manfaat 

1. Mengetahui proses asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan ISPA 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 

2.1. Definisi ISPA .

ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran

pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti :

sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru

7/15/2019 Asuhan Keperawatan Kgd Ispa

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-kgd-ispa 2/9

Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan

pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati

dengan antibiotik dapat mengakibat kematian

Program Pemberantasan Penyakit ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu pneumonia dan yang bukan

pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat.

Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan

sebagai bukan pneumonia. Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak 

dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus

diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat antibiotik (Rasmaliah, 2004)

2.2 Klasifikasi ISPA 

Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:

1. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest indrawing).

2. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.

3. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan dinding dada

kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia

Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA. Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan

umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun.

Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :

1.  Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada bagian bawah atau napas

cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih.

2.  Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah

atau napas cepat.

Untuk golongan umur 2 bu~an sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :

1.  Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian bawah kedalam pada

waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau

meronta).

2.  Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan adalah 50 kali per

menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit atau lebih.

3.  Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada

napas cepat(Rasmaliah, 2004).

2. 3 Etiologi ISPA 

Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebabnya antara lain dari

genus Streptococcus, Stafilococcus, Pnemococcus,Hemofilus, Bordetella dan Corinebakterium . Virus penyebabnya

antara lain golongan Micsovirus, Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma, Herpesvirus. 

2.4 Gejala ISPA 

7/15/2019 Asuhan Keperawatan Kgd Ispa

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-kgd-ispa 3/9

Penyakit ISPA adalah penyakit yang sangat menular, hal ini timbul karena menurunnya sistem kekebalan atau daya

tahan tubuh, misalnya karena kelelahan atau stres. Pada stadium awal, gejalanya berupa rasa panas, kering dan

gatal dalam hidung, yang kemudian diikuti bersin terus menerus, hidung tersumbat dengan ingus encer serta demam

dan nyeri kepala. Permukaan mukosa hidung tampak merah dan membengkak. Infeksi lebih lanjut membuat sekret

menjadi kental dan sumbatan di hidung bertambah. Bila tidak terdapat komplikasi, gejalanya akan berkurang

sesudah 3-5 hari. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah sinusitis, faringitis, infeksi telinga tengah, infeksi saluran

tuba eustachii, hingga bronkhitis dan pneumonia (radang paru).

2.5 Cara Penularan Penyakit ISPA 

Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar, bibit penyakit masuk kedalam tubuh

melalui pernafasan, oleh karena itu maka penyakit ISPA ini termasuk golongan Air Borne Disease. Penularan melalui

udara dimaksudkan adalah cara penularan yang terjadi tanpa kontak dengan penderita maupun dengan benda

terkontaminasi. Sebagian besar penularan melalui udara dapat pula menular melalui kontak langsung, namun tidak 

 jarang penyakit yang sebagian besar penularannya adalah karena menghisap udara yang mengandung unsur

penyebab atau mikroorganisme penyebab

2.6 Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit ISPA 

a. Agent 

Infeksi dapat berupa flu biasa hingga radang paru-paru. Kejadiannya bisa secara akut atau kronis, yang paling sering

adalah rinitis simpleks, faringitis, tonsilitis, dan sinusitis. Rinitis simpleks atau yang lebih dikenal sebagai

selesma/common cold/koriza/flu/pilek, merupakan penyakit virus yang paling sering terjadi pada manusia.

Penyebabnya adalah virus Myxovirus, Coxsackie , dan Echo. 

b. Manusia 

1.  1. Umur 

Berdasarkan hasil penelitian Daulay (1999) di Medan, anak berusia dibawah 2 tahun mempunyai risiko mendapat

ISPA 1,4 kali lebih besar dibandingkan dengan anak yang lebih tua. Keadaan ini terjadi karena anak di bawah usia 2

tahun imunitasnya belum sempurna dan lumen saluran nafasnya masih sempit.

1.  2. Jenis Kelamin 

Berdasarkan hasil penelitian Kartasasmita (1993), menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan prevalensi, insiden

maupun lama ISPA pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan.

1.  3. Status Gizi 

Di banyak negara di dunia, penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama kematian terutama pada anak 

dibawah usia 5 tahun. Akan tetapi anak-anak yang meninggal karena penyakit infeksi itu biasanya didahului oleh

keadaan gizi yang kurang memuaskan. Rendahnya daya tahan tubuh akibat gizi buruk sangat memudahkan dan

mempercepat berkembangnya bibit penyakit dalam tubuh.

1.  4. Berat Badan Lahir 

7/15/2019 Asuhan Keperawatan Kgd Ispa

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-kgd-ispa 4/9

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ditetapkan sebagai suatu berat lahir <2.500 gram. Menurut Tuminah (1999), bayi

dengan BBLR mempunyai angka kematian lebih tinggi dari pada bayi dengan berat ≥2500 gram saat lahir selama

tahun pertama kehidupannya. Pneumonia adalah penyebab kematian terbesar akibat infeksi pada bayi baru lahir.

1.  5. Status ASI Eksklusif  

 Air Susu Ibu (ASI) dibutuhkan dalam proses tumbuh kembang bayi kaya akan faktor antibodi untuk melawan infeksi-

infeksi bakteri dan virus, terutama selama minggu pertama (4-6 hari) payudara akan menghasilkan kolostrum, yaitu

 ASI awal mengandung zat kekebalan (Imunoglobulin, Lisozim, Laktoperin, bifidus factor dan sel-sel leukosit) yang

sangat penting untuk melindungi bayi dari infeksi.

1.  6. Status Imunisasi 

Imunisasi adalah suatu upaya untuk melindungi seseorang terhadap penyakit menular tertentu agar kebal dan

terhindar dari penyakit infeksi tertentu. Pentingnya imunisasi didasarkan pada pemikiran bahwa pencegahan penyakit

merupakan upaya terpenting dalam pemeliharaan kesehatan anak.c. Lingkungan 

1. Kelembaban Ruangan 

Hasil penelitian Chahaya, dkk di Perumnas Mandala Medan (2004), dengan desain cross sectional didapatkan bahwa

kelembaban ruangan berpengaruh terhadap terjadinya ISPA pada balita. Berdasarkan hasil uji regresi , diperoleh

bahwa faktor kelembaban ruangan mempunyai exp (B) 28,097, yang artinya kelembaban ruangan yang tidak 

memenuhi syarat kesehatan menjadi faktor risiko terjadinya ISPA pada balita sebesar 28 kali.

1.  2. Suhu Ruangan 

Salah satu syarat fisiologis rumah sehat adalah memiliki suhu optimum 18- 300C. Hal ini berarti, jika suhu ruangan

rumah dibawah 180C atau diatas 300C keadaan rumah tersebut tidak memenuhi syarat. Suhu ruangan yang tidak 

memenuhi syarat kesehatan menjadi faktor risiko terjadinya ISPA pada balita sebesar 4 kali.

1.  3. Ventilasi 

 Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah menjaga agar aliran udara di dalam rumah

tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga.

1.  4. Kepadatan Hunian Rumah 

Menurut Gani dalam penelitiannya di Sumatera Selatan (2004) menemukan proses kejadian pneumonia pada anak 

balita lebih besar pada anak yang tinggal di rumah yang padat dibandingkan dengan anak yang tinggal di rumah

yang tidak padat. Berdasarkan hasil penelitian Chahaya tahun 2004, kepadatan hunian rumah dapat memberikan

risiko terjadinya ISPA sebesar 9 kali.

1.  5. Penggunaan Anti Nyamuk  

7/15/2019 Asuhan Keperawatan Kgd Ispa

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-kgd-ispa 5/9

Penggunaan Anti nyamuk sebagai alat untuk menghindari gigitan nyamuk dapat menyebabkan gangguan saluran

pernafasan karena menghasilkan asap dan bau tidak sedap. Adanya pencemaran udara di lingkungan rumah akan

merusak mekanisme pertahanan paru-paru sehingga mempermudah timbulnya gangguan pernafasan.

1.  6. Bahan Bakar Untuk Memasak  

Bahan bakar yang digunakan untuk memasak sehari-hari dapat menyebabkan kualitas udara menjadi rusak. Kualitas

udara di 74% wilayah pedesaan di China tidak memenuhi standar nasional pada tahun 2002, hal ini menimbulkan

terjadinya peningkatan penyakit paru dan penyakit paru ini telah menyebabkan 1,3 juta kematian.

1.  7. Keberadaan Perokok  

Rokok bukan hanya masalah perokok aktif tetapi juga perokok pasif. Asap rokok terdiri dari 4.000 bahan kimia, 200

diantaranya merupakan racun antara lainCarbon Monoksida (CO), Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs) dan lain-

lain. Berdasarkan hasil penelitian Pradono dan Kristanti (2003), secara keseluruhan prevalensi perokok pasif pada

semua umur di Indonesia adalah sebesar 48,9% atau 97.560.002 penduduk.

1.  8. Status Ekonomi dan Pendidikan 

Berdasarkan hasil penelitian Djaja, dkk (2001), didapatkan bahwa bila rasio pengeluaran makanan dibagi

pengeluaran total perbulan bertambah besar, maka jumlah ibu yang membawa anaknya berobat ke dukun ketika

sakit lebih banyak. Bedasarkan hasil uji statistik didapatkan bahwa ibu dengan status ekonomi tinggi 1,8 kali lebih

banyak pergi berobat ke pelayanan kesehatan dibandingkan dengan ibu yang status ekonominya rendah.

BAB III 

 ASUHAN KEPERAWATAN 

Menurut Khaidir Muhaj (2008):

1.  PENGKAJIAN

1.  Identitas Pasien

Umur :Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai anak usia dibawah 3 tahun, terutama

bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak pada usia muda akan lebih sering

menderita ISPA daripada usia yang lebih lanjut(Anggana Rafika, 2009).

Jenis kelamin :Angka kesakitan ISPA sering terjadi pada usia kurang dari 2 tahun, dimana angka kesakitan ISPA 

anak perempuan lebih tinggi daripada laki-laki di negara Denmark (Anggana Rafika, 2009).

 Alamat : Kepadatan hunian seperti luar ruang per orang, jumlah anggota keluarga, dan masyarakat diduga

merupakan faktor risiko untuk ISPA. Penelitian oleh Kochet al (2003) membuktikan bahwa kepadatan hunian

(crowded) mempengaruhi secara bermakna prevalensi ISPA berat .Diketahui bahwa penyebab terjadinya ISPA dan

penyakit gangguan pernafasan lain adalah rendahnya kualitas udara didalam rumah ataupun diluar rumah baik 

secara biologis, fisik maupun kimia. Adanya ventilasi rumah yang kurang sempurna dan asap tungku di dalam rumah

seperti yang terjadi di Negara Zimbabwe akan mempermudah terjadinya ISPA anak (Anggana Rafika, 2009)

7/15/2019 Asuhan Keperawatan Kgd Ispa

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-kgd-ispa 6/9

1.  Riwayat Kesehatan

1) Keluhan Utama:

Klien mengeluh demam

2) Riwayat penyakit sekarang:

Dua hari sebelumnya klien mengalami demam mendadak, sakit kepala, badan lemah, nyeri otot dan sendi, nafsu

makan menurun, batuk,pilek dan sakit tenggorokan.

3) Riwayat penyakit dahulu:

Klien sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit sekarang

4) Riwayat penyakit keluarga:

Menurut anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien tersebut.

5) Riwayat sosial:

Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu dan padat penduduknya

1.  c. Pemeriksaan Persistem 

B1 (Breath) :

1) Inspeksi:

Membran mucosa hidung faring tampak kemerahan

Tonsil tanpak kemerahan dan edema

Tampak batuk tidak produktif 

Tidak ada jaringna parut pada leher

Tidak tampak penggunaan otot- otot pernapasan tambahan,pernapasan cuping hidung, tachypnea, dan hiperventilasi

2) Palpasi

 Adanya demamTeraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher / nyeri tekan pada nodus limfe servikalis

Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid

3) Perkusi

Suara paru normal (resonance)

4) Auskultasi

Suara napas vesikuler / tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru

B2 (Blood) : kardiovaskuler Hipertermi

B3 (Brain) : penginderaan Pupil isokhor, biasanya keluar cairan pada telinga, terjadi gangguan penciuman

B4 (Bladder) : perkemihan Tidak ada kelainan

B5 (Bowel) : pencernaan Nafsu makan menurun, porsi makan tidak habis Minum sedikit, nyeri telan pada

tenggorokan

B6 (Bone) : Warna kulit kemerahan(Benny:2010)

1.  Pemeriksaan Penunjang

7/15/2019 Asuhan Keperawatan Kgd Ispa

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-kgd-ispa 7/9

1) Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan kuman (+) sesuai dengan

 jenis kuman,

2) Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai dengan adanya leukositosis

dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia

3) Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Benny:2010)

1.  DIAGNOSA 

a) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.

b) Nyeri telan berhubungan dengan inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.

c) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret

d) Nutrisi tidak seimbang berhubungan dengan anorexia.

e) Resiko tinggi penularan infeksi( Khaidir:2008)

 No DiagnosaKeperawatan

TujuanKriteria Hasil Intervensi Rasionalisasi

1. Hipertermierhubungan

dengan proses

infeksi

Pasien akanmenunjukka

n

termoregulasi(keseimba

ngan antara

 produksi

 panas,

 peningaktan

 panas, dankehilangna

 panas).

1.  Suhu tubuhkembali normal

1.   Nadi : 60-100

denyut per menit

2.  Tekanan darah

: 120/80

mmHg

3.  RR : 16-20

kali per menit

Observasi : tanda-tanda vital

Mandiri : 

1.  Kompres pada kepala /

aksila.

1.  Atur sirkulasi udara

kamar pasien

Health Education:

1.  Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian

tipis dan dapat

menyerap keringat

1.  Anjurkan klien untuk minum banyak 2000-

2500 ml/hari.

1.  Anjurkan klien

istirahat di tempat tidur 

selama masa febris penyakit

Kolaborasi : 

Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat

Pemantauan tanda vital yangteratur dapat menentukan

 perkembangan perawatan

selanjutnya

1.  Dengan memberikan

kompres, maka akanterjadi proses

konduksi/perpindahan

 panas dengan bahan

 perantara

2.  Penyediaan udara

 bersih

1.  Proses hilangnya panasakan terhalangi untuk 

 pakaian yang tebal dan

tidak menyerap

keringat2.  Kebutuhan cairan

meningkat karena

 penguapan tubuh

meningkat.

3.  Berbaring mengurangi

metabolisme

Untuk mengontrol infeksi dan

menurunkan panas

1. Nyeri telanerhubungan

dengan

inflamasi padamembran

mukosa faring

 Nyeri berkurang skala 1-2 Observasi : Teliti keluhan nyeri, catat

intensitasnya (dengan skala 0-10),

faktor yang memperburuk ataumeredakan nyeri, lokasi, lama, dan

karakteristiknya

Identifikasi karakteristik nyeri dan

faktor yang berhubungan

merupakan suatu hal yang amat penting untuk memilih intervensi

yang cocok dan untuk 

mengevaluasi keefektifan dari

7/15/2019 Asuhan Keperawatan Kgd Ispa

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-kgd-ispa 8/9

dan tonsil.

Mandiri : 1) Anjurkan klien untuk 

menghindari alergen atau iritan

terhadap debu, bahan kimia, asap

rokok, dan mengistirahatkan atau

meminimalkan bicara bila suara

serak 2) Anjurkan untuk melakukan

kumur air hangat

Kolaborasi : Berikan obat sesuai indikasi

terapi yang diberikan

1) Mengurangi bertambaheratnya penyakit

2) Peningkatan sirkulasi pada

daerah tenggorokan serta

mengurangi nyeri tenggorokan.

Kortikosteroid digunakan untuk 

mencegah reaksi alergi atau

menghambat pengeluaranhistamin dalam inflamasi

 pernafasan. Analgesik untuk 

mengurangi nyeri

2. Bersihan jalan

nafas tidak efektif b.d

akumulasi

sekret

Bersihan

alan nafasefektif 

Jalan nafas paten dengan

unyi nafas bersih, tidak ada dyspnea, dan sianosis

Mandiri : Kaji frekuensi atau kedalaman

 pernafasan dan gerakan dada

Auskultasi area paru, satat area penurunan atau tidak ada aliran

udara dan bunyi nafas adventisius,

mis. Crackles, mengi.

Bantu pasien latian nafas sering.Tunjukan atau bantu pasien

mempelajari melakukan batuk,misalnya menekan dada dan batuk 

efektif sementara posisi duduk 

tinggi.

Berikan cairan sedikitnay 2500 ml perhari(kecuali kontraindikasi).

Tawrakan air hangat daripada

dingin .

Kolaborasi : 

Bantu mengawasi efek pengobatannebulizer dan fisioterapi lain, mis.

Spirometer insentif, IPPB, tiupanotol, perkusi, postural drainage.

Lakukan tindakan diantara waktu

makan dan batasi cairan bila

mungkin.

Berikan obat sesuai indikasi

mukolitik, ekspektoran,

ronchodilator, analgesic.

Takypnea, pernafasan dangkal,dan gerakan dada tidak simetris

sering terjadi karena

ketidaknyamanan gerakan dindingdada dan atau cairan paru

Penurunan aliran udara terjadi

 pada area konsolidasi dengan

cairan. Bunyi nafas bronchial

dapat juga terjadi pada area

konsolidasi. Crackles, ronchi danmengi terdengar pada inspirasi

dan atau ekspirasi pada responteradap pengupulan cairan , secret

kental dan spasme jalan nafas atau

obstruksi.

 Nafas dalam memudakan ekspansi

maksimum paru-paru atau jalan

nafas lebih kecil. Batuk adalahmekanisme pembersiaan jalan

nafas alami, membantu silia untuk 

mempertaankan jalan nafas paten.

Penenkanan menurunkan

ketidaknyamanan dada dan posisi

duduk memungkinan upaya nafaslebih dalam dan lebih kuat.

Cairan (khususnya yanghangat)memobilisasi danmengluarkan secret

Memudahkan pengenceran dan

 pembuangan secret.

Alat untuk menurunkan spasmeronkus dengan mobilisasi secret.

Analgesic diberikan untuk 

memperbaiki batuk denganmenurunkan ketidaknyamanan

tetapi harus digunakan secara hati-

hati, karena dapat menurunkanupaya batuk atau menekan

 pernafasan.

3. Nutrisi tidak 

seimbangerhubungan

dengan anorexia

 Nutrisi

kembaliseimbang

A:Antropometri: berat

adan, tinggi badan, lingkar lengan

Berat badan

tidak turun (stabil)

B: Biokimia:

- Hb normal (laki-laki 13,5-

18 g/dl dan perempuan 12-16 g/dl)

- Albumin normal (dewasa

3,5-5,0 g/dl)C: Clinis:

Mandiri : 

1.  Kaji kebiasaan diet,

input-output dan

timbang BB setiap hari

1.  Berikan porsi makan

kecil tapi sering dalamkeadaan hangat

1.  Berguna untuk 

menentukan kebutuhan

kalori, menyusuntujuan BB dan evaluasi

keadekuatan rencana

nutrisi

1.   Nafsu makan dapat

dirangsang pada situasi

7/15/2019 Asuhan Keperawatan Kgd Ispa

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-kgd-ispa 9/9

- Tidak tampak kurus

- Rambut tebal dan

hitam- Terdapat lipatan

lemak subkutan

D: Diet:

- Makan habis satu

 porsi

- Pola makan 3X/hari

1.  Tingkatkan tirah baring

1.  Kolaborasi dengan ahli

gizi untuk memberikan

diet sesuai kebutuhan

klien

1.  Berikan heatheducation pada ibu

tentang Nutrisi :

makanan yang bergizi

yaitu 4 sehat 5sempurna, hindarkan

anak dari snack dan es,

 beri minum air putihyang banyak 

1.  Menjauhkan dari bayilain

1.  Menjauhkan bayi darikeluarga yang sakit

rileks, bersih, dan

menyenangkan

2.  Untuk mengurangikebutuhan metabolik 

3.  Metode makan dan

kebutuhan kalori di

dasarkan pada situasi

atau kebutuhan

individu untuk memberikan nutrisi

maksimal

4.  Ibu dapat memberikan perawatan maksimal

kepada anaknya.

Makanan bergizi dan

air putih yang banyak 

dapat membantu

mengencerkan lendir dan dahak.

5.  Tidak terjadi penularan

 penyakit

6.  Tidak terjadi

 pemaparan ulang yang

menyebabkan bayitidak segera sembuh

4. Resiko tinggi

 penularan

infeksi

Meminimali

sir 

 penularan

infeksi

lewat udara

Anggota keluarga tidak ada

yang tertular ISPAMandiri : 1.Batasi pengunjung sesuai

indikasi

2.Jaga keseimbangan antaraistirahat dan aktifitas

3.Tutup mulut dan hidung jika

hendak bersin.

4.Tingkatkan daya tahan tubuh,

terutama anak dibawah usis 2

tahun, lansia, dan penderita penyakit kronis. Konsumsi

itamin C, A dan mineral seng

atau antioksidan jika kondisi

tubuh menurun atau asupan

makanan berkurang

Kolaborasi : Pemberian obat sesuai hasil kultur 

1.  Menurunkan potensiterpajan pada penyakit

infeksius2.  Menurunkan konsumsi

atau kebutuhan

keseimbangan oksigendan memperbaiki

 pertahanan klien

terhadap infeksi,meningkatkan

 penyembuhan.

3.  Mencegah penyebaran

 patogen melalui cairan4.  Malnutrisi dapat

mempengaruhikesehatan umum dan

menurunkan tahanan

terhada infeksi

Dapat diberikan untuk organisme

usus yang teridentifikasi dengankultur dan sensitifitas atau

diberikan secara profilaktik