asuhan keperawatan emphysema
TRANSCRIPT
-
8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema
1/34
1
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkn Atas segala kebesaran Tuhan yang maha Esa,yang
senantiasa menemani kami disetiap waktui sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
dari dosen pengampu Bapak H. Imanuddin S.Kep,Ners. Dengan kebersamaan dalam
kelompok kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik, namun kami merasa
dalam makalah ini masih banyak kekurangan,dan kami berharap askep ini dapat
menambah ilmu pengetahuan bagi yang telah membacanya.
Kami hanya hamba yang lemah,penuh kekurangan dan tak lepas dari
kesalahan. Hanya kata maaf yang dapat kami sampaikan,dan kami mengharapkan
saran serta masukan dari para pembaca agar memberikan motivasi untuk dapat
mengerjakan askep untuk lebih baik,sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal.
Banjarmasin, 23 Desember 2010
Tim penyusun
-
8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema
2/34
2
DAFTAR ISI
Kata pengatar..1
Daftar isi.2
Bab I Pendahuluan3
A. Latar belakang3B. Tujuan.....4C. Manfaat.......4
Bab III Tinjauan Pustaka....5
A. Pengertian...5B. Klasifikasi...6C. Etiologi...7D. Manifestasi kliniks..9E. Patofisiologi.......10F. Komplikasi.....11G. Pemeriksaan diagnostic.12H. Mendiagnosa emfisema.14I. Pemeriksaan fisik..14J. Penatalaksanaan medis..15
Bab III Asuhan Keperawatan.......19
Bab IV Penutup32
A. Kesimpulan...32B. Saran ....32
Daftar Pustaka..33
-
8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema
3/34
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangEmphysema adalah kondisi abnormal paru-paru di mana pasien tidak
dapat mengeluarkan udara dari paru-parunya. Sering dikenal sebagai penyakit
paru obstruktif kronik (PPOK), Emphysema disebabkan oleh terdapatnya
bahan kimia beracun, termasuk jangka panjang paparan asap tembakau.
Untuk memahami lebih lanjut tentang Emphysema, marilah kita mencoba
untuk memahami anatomi paru-paru manusia.
Paru-paru adalah organ utama yang bertanggung jawab atas penarikan
dan pengeluaran udara yang kita hirup. Paru-paru terdiri dari anggur seperti
cluster disebut alveoli, yang membantu dalam bergabung dengan saluran
udara yang disebut bronchioles. Struktur yang unik ini membuat paru-paru
sangat elastis dan karena itu membantu proses pernapasan, di mana oksigen
masih dipertahankan dalam tubuh dan diberikan ke darah, sedangkan karbon
dioksida dikeluarkan.
Pada Emphysema, yang bronchioles rusak dan ini mengurangi
elastisitas paru-paru. Karena paru-paru ini bisa kaku dan tidak bisa
mengeluarkan karbon dioksida yang tidak diinginkan dari tubuh. Hal ini
menyebabkan meresapnya karbon dioksida dalam paru-paru dan kemudian
-
8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema
4/34
4
akan membesar. Kadang-kadang, pembesaran cukup berat bisa menyebabkan
paru-paru pecah.
Emphysema adalah kondisi yang ireversibel berlangsung perlahan
selama bertahun-tahun dan menyebabkan banyak gangguan kesehatan.
Sekitar 13 juta orang menderita gangguan kronis ini setiap tahun.
B. TujuanTujuan penulisan makalah ini adalah
a. Mengetahui dan memahami tentang proses penyakit, pengertian,penyebab, pengobatan dan perawatan dari Empisema.
b. Mengetahui dan memahami pengkajian yang dilakukan, masalahkeperawatan yang muncul, rencana keperawaatan dan tindakan
keperawatan yang diberikan dan evaluasi keperawatan yang dilakukan.
C. ManfaatManfaat penulisan makalah ini adalah sebagai tambahan referensi
khususnya pada asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnose
emphysema.
-
8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema
5/34
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PengertianEmpisema adalah suatu perubahan anatomis paru yang ditandai dengan
melebarnya secara abnormal saluran udara bagian distal bronkus terminal,
yang disertai kerusakan dinding alveolus. (The American Thorack society
1962) atau perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai pelebaran
dinding alveolus, duktus alveolaris dan destruksi dinding alveolar.
Emfisema merupakan keadaan dimana alveoli menjadi kaku
mengembang dan terus menerus terisi udara walaupun setelah ekspirasi.(Kus
Irianto.2004.216).
Emfisema merupakan morfologik didefisiensi sebagai pembesaran
abnormal ruang-ruang udara distal dari bronkiolus terminal dengan desruksi
dindingnya.(Robbins.1994.253).
Emfisema adalah penyakit obtruktif kronik akibat kurangnya elastisitas
paru dan luas permukaan alveoli.(Corwin.2000.435).
Emfisema adalah istilah, progresif-penyakit panjang dari paru-paru
yang terutama menyebabkan sesak napas.(Wikepidia, 2010).
-
8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema
6/34
6
B. Klasifikasi
Terdapat 2 (dua) jenis emfisema utama, yang diklasifikasikan
berdasarkan perubahan yang terjadi dalam paru-paru :
1. Panlobular (Emfisema Panlobular / PLE),PLE terjadi akhibat kerusakan bronkus pernapasan, duktus alveolar,
dan alveoli. Semua ruang udara di dalam lobus sedikit banyak membesar,
dengan sedikit penyakit inflamasi. Panlobular merupakan bentuk
morfologik yang lebih jarang, dimana alveolus yang terletak distal dari
bronkhiolus terminalis mengalami pembesaran serta kerusakan secara
merata.
PLE ini mempunyai gambaran khas yaitu tersebar merata diseluruh
paru-paru, ciri khasnya yaitu memiliki dada yang hiperinflasi dan ditandai
oleh dispnea saat aktivitas, dan penurunan berat badan. PLE juga
ditemukan pada sekelompok kecil penderita emfisema primer, Tetapi
dapat juga dikaitkan dengan emfisema akibat usia tua dan bronchitis
kronik. Penyebab emfisema primer ini tidak diketahui, tetapi telah
diketahui adanya devisiensi enzimalfa 1-antitripsin. Alfa-antitripsin adalah
anti protease. Diperkirakan alfa-antitripsin sangat penting untuk
perlindungan terhadap protease yang terbentuk secara alami( Cherniack
dan cherniack, 1983).
-
8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema
7/34
7
2. Sentrilobular (CLE)CL
E adalah perubahan patologi terutama terjadi pada pusat lobus
sekunder, dan perifer dari asinus tetap baik. Seringkali terjadi kekacauan
rasio perfusi-ventilasi, yang menimbulkan hipoksia, hiperkapnia
(peningkatan CO2 dalam darah arteri), polisitemia, dan episode gagal
jantung sebelah kanan. Kondisi mengarah pada sianosis, edema perifer,
dan gagal napas.
CLE ini secara selektif hanya menyerang bagian bronkhiolus
respiratorius. Dinding-dinding mulai berlubang, membesar, bergabung dan
akhirnya cenderung menjadi satu ruang. Mula-mula duktus alveolarisyang
lebih distal dapat dipertahankan penyakit ini sering kali lebih berat
menyerang bagian atas paru-paru, tapi cenderung menyebar tidak merata.
CLE lebih banyak ditemukan pada pria dibandingkan dengan bronchitis
kronik, dan jarang ditemukan pada mereka yang tidak merokok (Sylvia A.
Price 1995).
C. Etiologi
Beberapa hal yang dapat menyebabkan emfisema paru yaitu :
1. RokokRokok secara patologis dapat menyebabkan gangguan pergerakan silia
pada jalan nafas, menghambat fungsi makrofag alveolar, menyebabkan
hipertrofi dan hiperplasia kelenjar mukus bromkus. Secara patologis
-
8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema
8/34
8
rokok berhubungan dengan hyperplasia kelenjar mucus bronkus dan
metaplasia epitel skuamus saluran pernapasan.
2. PolusiPolutan industri dan udara juga dapat menyebabkan emfisema. Insiden
dan angka kematian emfisema bisa dikatakan selalu lebih tinggi di daerah
yang padat industrialisasi, polusi udara seperti halnya asap tembakau,
dapat menyebabkan gangguan pada silia menghambat fungsi makrofag
alveolar.
3. InfeksiInfeksi saluran nafas akan menyebabkan kerusakan paru lebih berat.
Penyakit infeksi saluran nafas seperti pneumonia, bronkiolitis akut dan
asma bronkiale, dapat mengarah pada obstruksi jalan nafas, yang pada
akhirnya dapat menyebabkan terjadinya emfisema.
4. GenetikAda kecenderungan genetik pada emphysema. Kondisi yang relatif jarang
yang dikenal sebagai kekurangan alpha 1-antitrypsin adalah kekurangan
genetik dari kimia yang melindungi paru dari kerusakan oleh proteases.
5. Faktor Sosial EkonomiEmfisema lebih banyak didapat pada golongan social ekonomi rendah,
mungkin kerena perbedaan pola merokok, selain itu mungkin disebabkan
factor lingkungan dan ekonomi yang lebih jelek.
6. Hipotesis Elastase-Anti Elastase
-
8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema
9/34
9
Didalam paru terdapat keseimbangan antara enzim proteolitik elastase dan
anti elastase supaya tidak terjadi kerusakan jaringan. Perubahan
keseimbangan menimbulkan jaringan elastik paru rusak. Arsitektur paru
akan berubah dan timbul emfisema.
7. PenuaanEmphysema adalah juga komponen dari penuaan (aging). Ketika paru-
paru menua, sifat-sifat elastisnya berkurang, dan tegangan-tegangan yang
berkembang dapat berakibat pada area-area yang kecil dari emphysema.
Penyebab-penyebab yang kurang umum lain dari emphysema termasuk:
1. Penggunaan obat intravena dimana beberapa dari additive-additive yangbukan obat seperti tajin jagung dapat beracun pada jaringan paru
2. Kekurangan-Kekurangan imun dimana infeksi-infeksi sepertiPneumocystis jiroveci dapat menyebabkan perubahan-perubahan
peradangan dalam paru
3. Penyakit-penyakit jaringan penghubung (Ehlers-Danlos Syndrome,Marfan syndrome) dimana jaringan elastis yang abnormal dalam tubuh
dapat menyebabkan kegagalan alveoli
D. Manifestasi KlinisEmfisema paru adalah suatu penyakit menahun, terjadi sedikit demi
sedikit bertahun-bertahun. Biasanya mulai pada pasien perokok berumur 15-
25 tahun. Pada umur 25-35 tahun mulai timbul perubahan pada saluran nafas
-
8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema
10/34
10
kecil dan fungsi paru. Umur 35-45 tahun timbul batuk yang produktif. Pada
umur 45-55 tahun terjadi sesak nafas, hipoksemia dan perubahan spirometri.
Pada umur 55-60 tahun sudah ada kor-pulmonal, yang dapat menyebabkan
kegagalan nafas dan meninggal dunia.
Pada pengkajian fisik didapatkan :
1. Dispnea2. Pada inspeksi: bentuk dada burrel chest3. Pernapasan dada, pernapasan abnormal tidak efektif, dan penggunaan
otot-otot aksesori pernapasan (sternokleidomastoid)
4. Pada perkusi: hiperesonans dan penurunan fremitus pada seluruh bidangparu.
5. Pada auskultasi: terdengar bunyi napas dengan krekels, ronki, danperpanjangan ekspirasi
6. Anoreksia, penurunan berat badan, dan kelemahan umum7. Distensi vena leher selama ekspirasi.
E. PatofisiologiEmfisema paru merupakan suatu pengembangan paru disertai
perobekan alveolus-alveolus yang tidak dapat pulih, dapat bersifat
menyeluruh atau terlokalisasi, mengenai sebagian tau seluruhparu.
-
8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema
11/34
11
Pengisian udara berlebihan dengan obstruksi terjadi akibat dari
obstrusi sebagian yang mengenai suatu bronkus atau bronkiolus dimana
pengeluaran udara dari dalam alveolus menjadi lebih sukar dari
pemasukannya. Dalam keadaan demikian terjadi penimbunan udara yang
bertambah di sebelah distal dari alveolus.
Pada emfisema terjadi penyempitan saluran nafas, penyempitan ini
dapat mengakibatkan obstruksi jalan nafas dan sesak, penyempitan saluran
nafas disebabkan oleh berkurangnya elastisitas paru-paru.
Karena dinding alveoli terus mengalami kerusakan, area permukaan
alveolar yang kontak langsung dengan kapiler paru secara kontinu berkurang,
menyebabkan peningkatan ruang rugi (area paru dimana tidak ada pertukaran
gas yang dapat terjadi) dan mengakibatkan kerusakan difusi oksigen sehingga
mengakibatkan hipoksemia. Pada tahap akhir penyakit, eliminasi karbon
dioksida mengalami kerusakan, mengakibatkan peningkatan tekanan karbon
dioksida dalam darah arteri dan menyebabkan asidosis respiratoris.
Sekresi meningkat dan tertahan menyebabakan individu tidak mampu
untuk membangkitkan batuk yang kuat untuk mengeluarkan sekresi. Infeksi
akut dan kronis dengan demikian menetap dalam paru-paru yang mengalami
emfisema.
F. Komplikasi1. Sering mengalami infeksi pada saluran pernafasan2. Daya tahan tubuh kurang sempurna
-
8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema
12/34
12
3. Tingkat kerusakan paru semakin parah4.
Proses peradangan yang kronis pada saluran nafas
5. Pneumonia6. Atelaktasis7. Pneumothoraks8. Meningkatkan resiko gagal nafas pada pasien.
G. Pemeriksaan diagnostik
1. Sinar x dada: dapat menyatakan hiperinflasi paru-paru; mendatarnyadiafragma; peningkatan area udara retrosternal; penurunan tanda
vaskularisasi/bula (emfisema); peningkatan tanda bronkovaskuler
(bronkitis), hasil normal selama periode remisi (asma).
2. Tes fungsi paru: dilakukan untuk menentukan penyebab dispnea, untukmenentukan apakah fungsi abnormal adalah obstruksi atau restriksi, untuk
memperkirakan derajat disfungsi dan untuk mengevaluasi efek terapi, mis.,
bronkodilator.
3. TLC: peningkatan pada luasnya bronkitis dan kadang-kadang pada asma;penurunan emfisema
4. Kapasitas inspirasi: menurun pada emfisema5. Volume residu: meningkat pada emfisema, bronkitis kronis, dan asma6. FEV1/FVC: rasio volume ekspirasi kuat dengan kapasitas vital kuat
menurun pada bronkitis dan asma
-
8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema
13/34
13
7. GDA: memperkirakan progresi proses penyakit kronis
h.Bronkogram: dapat menunjukkan dilatasi silindris bronkus pada
inspirasi, kollaps bronkial pada ekspirasi kuat (emfisema); pembesaran
duktus mukosa yang terlihat pada bronkitis
8. JDL dan diferensial: hemoglobin meningkat (emfisema luas), peningkataneosinofil (asma)
9. Kimia darah: Alfa 1-antitripsin dilakukan untuk meyakinkan defisiensi dandiagnosa emfisema primer
10.Sputum: kultur untuk menentukan adanya infeksi, mengidentifikasipatogen; pemeriksaan sitolitik untuk mengetahui keganasan atau gangguan
alergi
11.EKG: deviasi aksis kanan, peninggian gelombang P (asma berat); disritmiaatrial (bronkitis), peninggian gelombang P pada lead II, III, AVF
(bronkitis, emfisema); aksis vertikal QRS (emfisema)
12.EKG latihan, tes stres: membantu dalam mengkaji derajat disfungsi paru,mengevaluasi keefektifan terapi bronkodilator, perencanaan/evaluasi
program latihan
-
8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema
14/34
14
H. Mendiagnosa Emphysema
Seperti kasus dengan kebanyakan penyakit-penyakit, dokter akan
mengambil sejarah yang teliti untuk mempelajari tentang gejala-gejala paru
dan pernapasan. Untuk format pertanyaan yang dibuat adalah :
1. Telah berapa lama hadirnya sesak napas ?2. Apa yang membuatnya lebih baik ?3. Apa yang membuatnya lebih buruk ?4. Apakah ada infeksi baru-baru ini ?5. Apakah gejala-gejalanya menjadi lebih parah ?6. Apakah pasien merokok ?7. Apakah pasien terpapar pada asap rokok tangan kedua atau uap-uap atau
asap-asap beracun lainnya ?
8. Apakah ada sejarah penyakit paru keluarga ?I. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik akan berkonsentrasi pada penemuan-penemuan
paru, namun mungkin juga termasuk sistim jantung dan sirkulasi.
1. Apakah ada peningkatan kecepatan pernapasan ?2. Apakah pasien sesak napas hanya duduk di kamar pemeriksaan ?3. Apakah pasien meggunakan otot-otot aksesori untuk bernapas, sebagai
tambahan pada otot-otot tulang rusuk dan diafragma ?
-
8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema
15/34
15
4. Apakah rongga dada membesar atau berbentuk tong ?5.
Apakah rongga dada bunyinya lebih bergema daripada ia seharusnya ?
6. Apakah pernapasan keluar memakan waktu lebih lama daripada iaseharusnya ?
7. Apakah gerakan dari diafragma berkurang ?8. Apakah pasien cyanotic (mempunyai warna biru pada kulit yang
menandakan kekurangan oksigen dalam darah) ?
9. Dengar pada paru-paru, apakah mencuit-cuit hadir, terutama jika pasiendiminta untuk menghembuskan napas secara cepat ?
J. Penatalaksanaan Medis1. Bronkodilator
Bronchodilators digunakan untuk mengendurkan otot-otot halus
yang mengelilingi bronchioles dan mengizinkan tabung-tabung pernapasan
untuk melebar/membesar dan mengizinkan lebih banyak aliran udara.
Obat-obat ini dapat dihirup menggunakan MDI (metered dose inhaler),
powder inhaler devices, atau nebulizer machine. Obat-obat ini dapat
bekerja jangka pendek atau panjang. Baru-baru ini, propellant (bahan
pembakar) untuk MDIs , chlorofluorocarbons (CFCs) telah dihilangkan
dari pasar karena efek dari agen-agen ini pada lapisan ozone di
atmosphere. Propellants ini telah digantikan dengan hydrofluoric alkanes
(HFAs).
-
8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema
16/34
16
Bronchodilators yang bekerja singkat termasuk agen-agen albuterol
(Ventolin HFA, Proventil HFA, dan Pro Air) dan agen anticholinergic,
ipratropium bromide (Atrovent).
Sebagai sampingan, dahulu pasien-pasien telah diinstruksikan untuk
menghitung jumlah dari tiupan-tiupan yang digunakan dari alat-alat ini
atau "mengapungkan" penghirup dalam air untuk menentukan jumlah obat
tersisa yang tersedia. Alat-alat HFA tidak dapat diapungkan, dan
menghitung jumlah dari tiupan-tiupan adalah metode satu-satunya yang
tersedia untuk menentukan kehadiran yang terus menerus dari obat. Satu
alat, Ventolin HFA, mempunyai penghitung didalamnya. Adalah penting
untuk mengerti bahwa kehadiran semata-mata dari propellant yang datang
dari penghirup tidak perlu berarti bahwa obatnya hadir.
Agen-agen yang bekerja lama termasuk salmeterol (Serevent),
formoterol (Foradil) dan tiotropium (Spiriva). Sering bronchodilator yang
bekerja lama digunakan untuk mengontrol gejala-gejala dari emphysema
sebagai terapi pemeliharaan, dan yang bekerja singkat digunakan ketika
gejala-gejala menyala atau timbul (terapi pertolongan). Adalah penting
bahwa pasien mengetahui obat mana yang diresepkan, karena penghirup-
penghirup (inhalers) yang bekerja lama tidak dapat digunakan untuk
pertolongan karena timbulnya aksi yang tertunda.
2. Terapi Aerosol
-
8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema
17/34
17
Aerosolisasi dari bronkodilator salin dan mukolitik sering kali
digunakan untuk membantu dalam bronkodilatasi.
Aerosol yang dinebuliser menghilangkan brokospasme, menurunkan
edema mukosa, dan mengencerkan sekresi bronchial. Hal ini memudahkan
proses pembersihan bronkiolus, membantu mengendalikan proses
inflamasi, dan memperbaiki fungsi ventilasi.
3. Pengobatan InfeksiPasien dengan emfisema rentan terjadap infeksi paru dan harus
diobati pada saat awal timbulnya tanda-tanda infeksi. Terapi antimikroba
dengan tetrasiklin, ampisilin, amoksisilin, atau trimetroprim-
sulfametoxazol biasanya diresepkan.
4. KortikosteroidDigunakan setelah tindakan lain untuk melebarkan bronkiolus dan
membuang sekresi. Prednison biasanya diresepkan. Karena kebanyakan
pasien-pasien tidak mempunyai emphysema yang murni dan biasanya juga
mempunyai komponen-komponen lain dari COPD, terapi yang
digabungkan seringkali diresepkan yang termasuk bronchodilator yang
bekerja lama dan corticosteroid yang dihirup.
Kortikosteroid yang dihirup atau inhaled corticosteroid (ICS)
membantu menekan komponen-komponen yang meradang dari COPD.
Agen-agen ini seperti Advair, yang adalah campuran dari salmeterol
(Serevent) dan fluticasone (Flovent), ICS, lebih jauh menyederhanakan
-
8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema
18/34
18
perawatan ke alat penghirup tunggal. Studi-studi telah dilakukan di Eropa
pada agen yang serupa, Symbicort [kombinasi dari formoterol (Foradil)
dan budesonide (Pulmicort), ICS yang lain], dan sekarang ini dalam
perjalanan di Amerika.
Banyak pasien-pasien dengan emphysema perlu hanya meminum
steroids ketika gejala-gejalanya menyala (timbul), namun yang lain-lain
memerlukan terapi harian. Corticosteroids mempunyai aksi yang langsung
pada jaringan paru. Penyerapan kedalam aliran darah adalah minimal.
Prednisone, corticosteroid oral, dapat diminum sebagai tambahan pada
steroid yang dihirup jika lebih jauh efek-efek anti peradangan diperlukan.
Pada situasi-situasi darurat, corticosteroids mungkin disuntikan secara
intravena.
5. OksigenasiTerapi oksigen dapat meningkatkan kelangsungan hidup pada pasien
dengan emfisema berat.Ketika penyakit berlanjut, pasien-pasien mungkin
memerlukan suplemen oksigen untuk mampu berfungsi. Seringkali ia
mulai dengan penggunaan malam hari, kemudian dengan latihan/olahraga,
dan ketika penyakit memburuk, keperluan untuk menggunakan oksigen
selama seharian untuk aktivitas-aktivitas rutin meningkat.
-
8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema
19/34
19
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
A. Aktivitas/istirahat
y Gejala: Keletihan, kelelahan, malaise, ketidakmampuan untukmelakukan aktivitas sehari-hari karena sulit bernapas,
ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi,
dispnea pada saat istirahat atau respons terhadap aktivitas atau latihan.
y Tanda: Keletihan, gelisah, insomnia, kelemahan umum/kehilanganmassa otot.
B. Sirkulasiy
Gejala: Pembengkakan pada ekstremitas bawah.
y Tanda: Peningkatan TD, peningkatan frekuensi jantung/takikardiaberat, disritmia, distensi vena leher (penyakit berat), edema dependen,
bunyi jantung redup, warna kulit/membran mukosa: normal atau abu-
abu/ sianosis; kuku tabuh dan sianosis perifer, pucat dapat
menunjukkan anemia.
C. Integritas egoy Gejala: Peningkatan faktor resiko, perubahan pola hidup.y Tanda: Ansietas, ketakutan, peka rangsang.
-
8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema
20/34
20
D.
Makanan/cairan
y Gejala: Mual/muntah, napsu makan buruk/anoreksia,ketidakmampuan untuk makan karena distres pernapasan, penurunan
berat badan menetap.
y Tanda: Turgor kulit buruk, edema dependen, berkeringat, penurunanberat badan, penurunan massa otot/lemak subkutan.
E. Higieney Gejala: Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan
melakukan aktivitas sehari-hari.
y Tanda: Kebersihan buruk, bau badan.F. Pernapasan
y Gejala: Napas pendek khususnya pada kerja, lapar udara kronis, batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari (terutama pada
saat bangun) selama minimum 3 bulan berturut-turut tiap tahun
sedikitnya 2 tahun, episode batuk hilang-timbul, biasanya tidak
produktif pada tahap dini meskipun dapat menjadi produktif, riwayat
pneumonia berulang, terpajan pada polusi kimia/iritan pernapasan
dalam jangka panjang, faktor keluarga dan keturunan, mis: defisiensi
alfa-antitripsin, penggunaan oksigen pada malam hari atau terus
menerus.
-
8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema
21/34
21
y Tanda: Pernapasan: biasanya cepat, dapat lambat; fase ekspirasimemanjang dengan mendengkur, napas bibir, penggunaan otot bantu
pernapasan, dada: dapat terlihat hiperinflasi dengan peninggian
diameter AP (bentuk-barrel); gerakan diafragma minimal, bunyi
napas: mungkin redup dengan ekspirasi mengi, perkusi: hipersonan
pada area paru, kesulitan bicara kalimat atau lebih dari 4 atau 5 kata
sekaligus, warna: pink puffer karena warna kulit normal meskipun
pertukaran gas tak normal dan frekuensi pernapasan cepat, tabuh pada
jari-jari.
G. Keamanany Gejala: Riwayat reaksi alergi atau sensitif terhadap zat/faktor
lingkungan, adanya/berulangnya infeksi.
H.
Seksualitas
y Gejala: Penurunan libido.I. Interaksi sosial
y Gejala: Hubungan ketergantungan, kurang sistem pendukung,kegagalan dukungan dari/terhadap pasangan/orang terdekat, penyakit
lama atau ketidakmampuan membaik.
y Tanda: Ketidakmampuan untuk membuat/mempertahankan suarakarena distres pernapasan, keterbatasan mobilitas fisik, kelalaian
hubungan dengan anggota keluarga lain.
-
8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema
22/34
22
J.
Penyuluhan/pembelajaran
y Gejala: Penggunaan/penyalahgunaan obat pernapasan, kesulitanmenghentikan merokok, penggunaan alkohol secara teratur, kegagalan
untuk membaik.
y Pertimbangan: DRG menunjukkan rerata lama dirawat: 5,9 hari.y Rencana pemulangan: Bantuan dalam berbelanja, transportasi,
kebutuhan perawatan diri, perawatan rumah/mempertahankan tugas
rumah, perubahan pengobatan/program terapeutik.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas b/d ketidaksamaan ventilasi-perfusi.
2. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d peningkatan produksi lendir.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d anoreksia.
4. Defisit perawatan diri b/d keletihan sekunder akibat peningkatan upaya
pernapasan dan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.
5. Kecemasan b/d perubahan status kesehatan.
6. Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi mengenai penyakit yang
dideritanya.
-
8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema
23/34
23
III. INTERVENSI
1. Gangguan pertukaran gas b/d ketidaksamaan ventilasi-perfusi.
Tujuan: Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan
adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala
distres pernapasan.
Intervensi:
1) Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Catat penggunaan otot
aksesori, napas bibir, ketidak mampuan bicara/berbincang.
R/ Berguna dalam evaluasi derajat distres pernapasan dan/atau
kronisnya proses penyakit.
2) Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi
yang mudah untuk bernapas. Dorong napas dalam perlahan atau
napas bibir sesuai kebutuhan/toleransi individu.
R/ Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi
dan latihan napas untuk menurunkan kolaps jalan napas, dispnea,
dan kerja napas.
3) Berikan bronkodilator sesuai yang diharuskan. Dapat diberikan
peroral, IV, rektal, atau inhalasi. Berikan bronkodilator oral atau
IV pada waktu yang berselingan dengan tindakan nebuliser,
inhaler dosis terukur, atau IPPB untuk memperpanjang
keefektifan obat. Observasi efek samping: takikardia, disritmia,
eksitasi SSP, mual dan muntah.
-
8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema
24/34
24
R/ Bronkodilator mendilatasi jalan napas dan membantu melawan
edema mukosa bronkial dan spasme muskular. Karena efek
samping dapat terjadi pada tindakan ini, dosis obat disesuaikan
dengan cermat untuk setiap pasien, sesuai dengan toleransi dan
respons klinisnya.
4) Evaluasi efektivitas tindakan nebuliser, inhaler dosis terukur, atau
IPPB. Kaji penurunan sesak napas, penurunan mengi atau krekels,
kelonggaran sekresi, penurunan ansietas. Pastikan bahwa tindakan
diberikan sebelum makan untuk menghindari mual dan untuk
mengurangi keletihan yang menyertai aktivitas makan.
R/ Mengkombinasikan medikasi dengan aerosolized bronkodilator
nebulisasi biasanya digunakan untuk mengendalikan
bronkokonstriksi. Pemberian tindakan yang tidak tepat akan
mengurangi keefektifannya. Aerolisasi memudahkan klirens
bronkial, membantu mengendalikan proses inflamasi, dan
memperbaiki fungsi ventilasi.
5) Instruksikan dan berikan dorongan pada pasien pada pernapasan
diafragmatik dan batuk yang efektif.
R/ Teknik ini memperbaiki ventilasi dengan membuka jalan napas &
membersihkan jalan napas dari sputum. Perbaikan pertukaran gas.
6) Berikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil GDA
dan toleransi pasien.
-
8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema
25/34
25
R/ Dapat memperbaiki/mencegah memburuknya hipoksia.
2. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d peningkatan produksi lendirl.
Tujuan: Mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih/
jelas.
Intervensi:
1) Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai toleransi
jantung. Memberikan air hangat. Anjurkan masukan cairan antara,
sebagai pengganti makan.
R/ Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret, mempermudah
pengeluaran. Penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme
bronkus. Cairan selama makan dapat meningkatkan distensi gaster
dan tekanan pada diafragma.
2) Ajarkan dan berikan dorongan penggunaan teknik pernapasan
diafragmatik dan batuk.
R/ Teknik ini akan membantu memperbaiki ventilasi dan untuk
menghasilkan sekresi tanpa menyebabkan sesak napas dan
keletihan.
3) Berikan humidifikasi tambahan, mis: nebuliser ultranik, humidifier
aerosol ruangan.
-
8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema
26/34
26
R/ Kelembaban menurunkan kekentalan sekret mempermudah
pengeluaran dan dapat membantu menurunkan/mencegah
pembentukan mukosa tebal pada bronkus.
4) Bantu pengobatan pernapasan, mis: IPPB, fisioterapi dada.
R/ Drainase postural dan perkusi bagian penting untuk membuang
banyaknya sekresi/kental dan memperbaiki ventilasi pada segmen
dasar paru.
5) Ajarkan tentang tanda-tanda dini infeksi yang harus dilaporkan
pada dokter dengan segera: peningkatan sputum, perubahan dalam
warna sputum, peningkatan kekentalan sputum, peningkatan napas
pendek, rasa sesak di dada, keletihan, peningkatan batuk.
R/ Infeksi pernapasan minor yang tidak memberikan konsekuensi
pada individu dengan paru-paru yang normal dapat menyebabkan
gangguan fatal. Pengenalan diri sangat penting.
6) Berikan antibiotik sesuai resep dokter.
R/ Antibiotik untuk mencegah atau mengatasi infeksi.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d anoreksia.
Tujuan: Menunjukkan perilaku/perubahan pola hidup untuk
meningkatkan dan/atau mempertahankan berat yang tepat.
Intervensi:
1) Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat
kesulitan makan. Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.
-
8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema
27/34
27
R/ Pasien distres pernapasan akut sering anoreksia karena dispnea,
produksi sputum, dan obat.
2) Berikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus
untuk sekali pakai dan tisu.
R/ Rasa tak enak, bau dan penampilan adalah pencegah utama
terhadap napsu makan dan dapat membuat mual dan muntah
dengan peningkatan kesulitan napas.
3) Dorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah
makan. Berikan makan porsi kecil tapi sering.
R/ Membantu menurunkan kelemahan selama waktu makan dan
memberikan kesempatan meningkatkan masukan kalori total.
4) Konsultasikan dengan ahli gizi/nutrisi pendukung tim untuk
memberikan makanan yang mudah di cerna, secara nutrisi
seimbang, mis: tambahan oral/selang, nutrisi parenteral.
R/ Metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan pada
situasi/kebutuhan individu untuk memberikan nutrisi maksimal
dengan upaya minimal pasien/penggunaan energi.
5) Kaji pemeriksaan laboratorium, mis: albumin serum, transferin,
profil asam amino, besi, pemeriksaan keseimbangan nitrogen,
glukosa, pemeriksaan fungsi hati, elektrolit. Berikan
vitamin/mineral/elektrolit sesuai indikasi.
-
8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema
28/34
28
R/ Mengevaluasi/mengatasi kekurangan dan mengawasi keefektifan
terapi nutrisi.
4. Defisit perawatan diri b/d keletihan sekunder akibat peningkatan upaya
pernapasan dan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.
Tujuan: Kemandirian dalam aktivitas perawatan diri.
Intervensi:
1) Ajarkan klien untuk mengkoordinasikan pernapasan diafragmatik
dengan aktivitas (mis: berjalan, membungkuk).
R/ Akan memungkinkan klien untuk lebih aktif dan untuk
menghindari keletihan yang berlebihan atau dispnea selama
aktivitas.
2) Berikan dorongan untuk mulai mandi sendiri, berpakaian sendiri,
berjalan, dan minum cairan. Bahas tentang tindakan penghematan
energi.
R/ Sejalan dengan teratasinya kondisi, klien mampu melakukan lebih
banyak namun perlu didorong untuk menghindari peningkatan
ketergantungan.
3) Ajarkan tentang drainase postural bila memungkinkan.
R/ Memberikan dorongan untuk terlibat dalam perawatan dirinya,
membangun harga diri dan menyiapkan klien untuk mengatasinya
di rumah.
-
8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema
29/34
29
5. Kecemasan b/d perubahan status kesehatan.
Tujuan: Mendapatkan mekanisme koping yang efektif dan ikut serta
dalam program rehabilisasi paru.
Intervensi:
1) Mengadopsi sikap yang penuh harapan dan memberikan semangat
yang ditujukan pada klien.
R/ Suatu perasaan harapan atau memberikan klien sesuatu yang
dapat dikerjakan dan bukan sikap yang merasa kalah tidak
berdaya.
2) Dorong aktivitas sampai tingkat toleransi gejala.
R/ Aktivitas mengurangi ketegangan dan mengurangi tingkat dispnea
sejalan dengan klien menjadi terkondisi.
3) Ajarkan teknik relaksasi atau berikan rekaman untuk relaksasi
bagi klien.
R/ Relaksasi mengurangi stress dan ansietas serta membantu klien
untuk mengatasi ketidakmampuannya.
4) Daftarkan klien pada program rehabilitasi pulmonari bila tersedia.
R/ Program rehabilitasi paru telah menunjukkan dapat meningkatkan
perbaikan subjektif status dan harga diri pasien juga
meningkatkan toleransi latihan serta mengurangi hospitalisasi.
5) Sarankan konseling vokasional untuk menggali kesempatan
alternatif pekerjaan (jika memungkinkan).
-
8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema
30/34
30
R/ Modifikasi pekerjaan mungkin harus dibuat dan sumber-sumber
yang sesuai digunakan untuk mencapai tujuan ini.
6. Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi mengenai penyakit yang
dideritanya.
Tujuan: Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam
program pengobatan.
Intervensi:
1) Bantu klien mengerti tentang tujuan jangka panjang dan tujuan
jangka pendek. Ajarkan klien tentang penyakit dan perawatannya.
R/ Klien harus mengetahui bahwa ada rencana dan metode dimana ia
memainkan peranan yang besar, pasien harus mengetahui apa
yang diperkirakan. Mengajarkan klien tentang kondisinya adalah
salah satu aspek yang paling penting dari perawatannya; tindakan
ini akan menyiapkan klien untuk hidup dalam dan mengatasi
kondisi serta memperbaiki kualitas hidup.
2) Diskusikan keperluan untuk berhenti merokok, berikan informasi
tentang sumber-sumber kelompok.
R/ Asap tembakau menyebabkan kerusakan pasti pada paru dan
menghilangkan mekanisme proteksi paru-paru. Aliran udara
terhambat dan kapasitas paru menurun.
-
8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema
31/34
31
IV. EVALUASI
1. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat
dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distres
pernapasan.
2. Mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih/ jelas.
3. Menunjukkan perilaku/perubahan pola hidup untuk meningkatkan
dan/atau mempertahankan berat yang tepat.
4. Kemandirian dalam aktivitas perawatan diri.
5. Mendapatkan mekanisme koping yang efektif dan ikut serta dalam
program rehabilisasi paru.
6. Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program
pengobatan.
-
8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema
32/34
32
BAB IV
PENUTUP
A. KesimpulanSecara umum emfisema adalah suatu perubahan anatomis parenkim
paru yang ditandai dengan pelebaran dinding alveolus, duktus alveolaris
dan destruksi dinding alveolar yang terjadi sedikit demi sedikit selama
bertahun-bertahun. Biasanya mulai pada pasien perokok yang berkisar
15-25 tahun.
Pada umur 25-35 tahun mulai timbul perubahan pada saluran nafas
kecil dan fungsi paru. Umur 35-45 tahun timbul batuk yang produktif.
Pada umur 45-55 tahun terjadi sesak nafas, hipoksemia dan perubahan
spirometri. Pada umur 55-60 tahun sudah ada kor-pulmonal, yang dapat
menyebabkan kegagalan nafas dan meninggal dunia.
B.SaranDemikian yang dapat penulis sampaikan, semoga dapat bermanfaat
bagi penulis sendiri khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.Bagi
para pembaca diharapkan dapat mengatur pola hidup sehat mulai dari
sekarang seperti tidak merokok, menghidari linkungan polusi dan bila
perlu dapat dilakukan vaksinasi.
-
8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema
33/34
33
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2010. Askep Emphysema Paru.(http://www.ziddu.com diakses 20 desember
2010).
Anonim, 2010. Bahaya merokok.(http://www.ngobrolaja.com/showthread.php?
diakses 20 desember 2010).
Anonim, 2010. Emphysema. (http://www.totalkesehatananda.com/ diakses 20
desember 2010).
Baughman,D.C & Hackley,J.C.2000. Keperawatan MedikalBedah. Jakarta : EGC
Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan MedikalBedah Ed. 8 Vol 1. Jakarta:
EGC:
Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Doenges, Marilynn E. 2000.Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman UntukPerencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Ed.3. Jakarta: EGC
J.C.E. Underwood. 1999.Patologi Umum dan Sistematik Ed.2 Vol 2. Jakarta: EGC
Khaidirmuhaj, 2010. A skep emfisema.(http://khaidirmuhaj.blogspot.com diakses 20
desember 2010).
Mills,John & Luce,John M.1993. GawatDarurat Paru-Paru. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne. C, 1997, Buku AjarKeperawatan MedicalBedah, Edisi, EDISI8,
EGC : Jakarta
Soemarto,R.1994.Pedoman Diagnosis dan Terapi. Surabaya : RSUD Dr.Soetomo
Supriono, 2010. A skep supriono. (http://askep-supriyono.blogspot.com diakses 20
desember 2010).
Wikepidia, 2010. Medicine pulmonary.(http://www.meddean.luc.edu/ diakses 20
desember 2010).
-
8/7/2019 Asuhan Keperawatan Emphysema
34/34