asuhan keperawatan demam thypoid

Upload: samsudin-oioiix-momo

Post on 18-Oct-2015

99 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM THYPOIDMINGGU, 30 SEPTEMBER 2012DEMAM THYFOID

A.KONSEP DASAR1.Pengertiana.Thypoid abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 7 hari, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran (Arief, Mansjoer, 2000).b.Thypoid abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran. (Nursalam, M. Nurs dkk, 2005)c.Demam tifoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai dengan bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difus, pembentukan mikroabses dan ulserasi Nodus peyer di distal ileum. (Soegeng Soegijanto, 2002)2.EtiologiEtiologi thypoid abdominalis adalah salmonella typhi yang berhasil diisolasi pertama kali dari seorang pasien thypoid abdominalis oleh Gaffkey di Jerman pada tahun 1884, mikroorganisme ini merupakan bakteri gram negatif yang motil dan bersifat aerob. Kuman Salmonella thypii masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan dan minuman yang tercemar.(Soegeng Soegijanto, 2002)

3.InsidenThypoid abdominalis merupakan penyakit infeksi yang dijumpai secara luas didaerah tropis dan subtropis terutama didaerah dengan kualitas sumber air yang tidak memadai dengan standar hygiene dan sanitasi yang rendah. Beberapa hal yang mempercepat terjadinya penyebaran thypoid abdominalis di negara sedang berkembang adalah urbanisasi, kepadatan penduduk, sumber air minum dan standar hygiene industri pengelolahan makanan yang masih rendah. Menurut PANG, selain karena meningkatnya urbanisasi, thypoid abdominalis masih terus menjadi masalah karena faktor lain yaitu penyediaan air bersih yang tidak memadai. (Soegeng Soegijanto, 2002)Di Indonesia, thypoid abdominalis terdapat dalam keadaan endemik, pasien anak yang ditemukan berumur diatas satu tahun. (Ngastiyah, 2005).Selama ini penyakit thypoid abdominalis masih merupakan masalah kesehatan diberbagai negara tropis, terutama Indonesia, kejadian tifus didunia sekitar 16 juta kasus setiap tahunnya. Di Indonesia kejadian thypoid abdominalis mencapai 760-810 kasus per 100 ribu penduduk per tahun. (Anonim, 2007).4.PatofisiologiInfeksi terjadi pada saluran pencernaan. Basil diserap diusus halus melalui pembuluh limfe lalu masuk kedalam peredaran darah sampai diorgan-organ lain, terutama hati dan limfa. Basil yang tidak dihancurkan berkembang biak dalam hati dan limfe sehingga organ-organ tersebut akan membesar (hipertropi) disertai nyeri pada perabaan, kemudian basil masuk kembali kedalam darah (bakteremia) dan menyebar keseluruh tubuh terutama kedalam kelenjar limfoid usus halus, sehingga menimbulkan tukak berbentuk lonjong pada mukosa diatas plak peyeri. Tukak tersebut dapat menimbulkan perdarahan dan perforasi usus. Gejala demam disebabkan oleh endotoksin, sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus.(Ngastiyah, 2005).5.Manifestasi Klinika.Masa tunas 10 20 hari yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan jika melalui minuman yang terlama 30 hari.b.Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, nafsu makan kurang.c.Demam. Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris remiten dan suhu tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua pasien terus berada dalam keadaan demam, pada minggu ketiga suhu berangsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.d.Gangguan pada saluran pencernaan. Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya kemerahan.e.Gangguan kesadaran, umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak dalam yaitu apatis sampai somnolen, jarang terjadi stupor atau koma (kecuali penyakitnya berat dan terlambat mendapatkan pengobatan).f.Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan roseola yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit yang dapat ditemukan pada minggu pertama demam.6.KomplikasiKomplikasi demam thypoid dibagi dalam:a.Komplikasi Intestinal1.Pendarahan usus2.Perforasi usus3.Ileus paralitikb.Komplikasi ektra-intestinal1.Komplikasi kardiovaskulerKegagalan sirkulasi perifel (renjatan sepsis) miokarditis, trombosis dan tromboflebitis.2.Komplikasi darahAnemia hemolitik, trombositoperia dan sidroma uremia hemolitik.c.Komplikasi paruPneumonia, emfiema, dan pleuritisd.Komplikasi hepair dan kandung empeduHepatitis dan kolesistitise.Komplikasi ginjalGlomerulonefritis, periostitis, spondilitis, dan arthritisf.Komplikasi neuropsikiatrikDelirium, meningismus, meningistis, polyneuritis perifer, sindrom, katatoni

7.Test Diagnostika.Pemeriksaan darahPemeriksaan darah untuk kultur (biakan empedu)Salmonella typhosa dapat ditemukan dalam darah penderita pada minggu pertama sakit, lebih sering ditemukan dalam urine dan feces dalam waktu yang lama.Pemeriksaan widalPemeriksaan widal merupakan pemeriksaan yang dapat menentukan diagnosis thypoid abdominalis secara pasti. Pemeriksaan ini perlu dikerjakan pada waktu masuk dan setiap minggu berikutnya. (diperlukan darah vena sebanyak 5 cc untuk kultur dan widal)b.Pemeriksaan sumsum tulang belakangTerdapat gambaran sumsum tulang belakang berupa hiperaktif Reticulum Endotel System (RES) dengan adanya sel makrofag.8.Penatalaksanaan Medika.PerawatanPasien thypoid perlu dirawat di Rumah Sakit untuk mendapatkan perawatan, observasi dan diberikan pengobatan yakni :Isolasi pasien.Desinfeksi pakaian.Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi, mengingat sakit yang lama, lemah, anoreksia dan lain-lain.Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu setelah suhu normal kembali (istirahat total), kemudian boleh duduk jika tidak panas lagi, boleh berdiri kemudian berjalan diruangan.b.DietMakanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein. Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang dan tidak menimbulkan gas, susu 2 gelas sehari, bila kesadaran pasien menurun diberikan makanan cair melalui sonde lambung.Jika kesadaran dan nafsu makan anak baik dapat juga diberikan makanan biasa.c.ObatObat anti mikroba yang sering digunakan :CloramphenicolCloramphenicol masih merupakan obat utama untuk pengobatan thypoid.Dosis untuk anak : 50 100 mg/kg BB/dibagi dalam 4 dosis sampai 3 hari bebas panas/minimal 14 hari.KotrimaksasolDosis untuk anak : 8 20 mg/kg BB/hari dalam 2 dosis sampai 5 hari bebas panas/minimal 10 hari.Bila terjadi ikterus dan hepatomegali : selain Cloramphenicol juga diterapi dengan ampicillin 100 mg/kg BB/hari selama 14 hari dibagi dalam 4 dosis.

B.KONSEP KEPERAWATAN1.Pengkajiana.Pengumpulan data1)Identitas klienMeliputi nama,, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit, nomor register dan diagnosa medik.2)Keluhan utamaKeluhan utama demam tifoid adalah panas atau demam yang tidak turun-turun, nyeri perut, pusing kepala, mual, muntah, anoreksia, diare serta penurunan kesadaran.3)Riwayat penyakit sekarangPeningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman salmonella typhi ke dalam tubuh.4)Riwayat penyakit dahuluApakah sebelumnya pernah sakit demam tifoid.5)Riwayat penyakit keluargaApakah keluarga pernah menderita hipertensi, diabetes melitus.6)Pola-pola fungsi kesehatana)Pola nutrisi dan metabolismeKlien akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan muntah saat makan sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak makan sama sekali.

b)Pola eliminasiEliminasi alvi. Klien dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring lama. Sedangkan eliminasi urine tidak mengalami gangguan, hanya warna urine menjadi kuning kecoklatan. Klien dengan demam tifoid terjadi peningkatan suhu tubuh yang berakibat keringat banyak keluar dan merasa haus, sehingga dapat meningkatkan kebutuhan cairan tubuh.c)Pola aktivitas dan latihanAktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total,agar tidak terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu.d)Pola tidur dan istirahatPola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan suhutubuh.e)Pola persepsi dan konsep diriBiasanya terjadi kecemasanpada orang tuaterhadap keadaan penyakitanaknya.f)Pola sensori dan kognitifPada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan penglihatan umumnya tidak mengalami kelainan serta tidak terdapat suatu waham pad klien.g)Pola hubungan dan peranHubungan dengan orang lain terganggu sehubungan klien di rawat di rumah sakit dan klien harus bed rest total.h)Pola penanggulangan stressBiasanya orang tua akan nampak cemas7)Pemeriksaan fisika)Keadaan umumDidapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh meningkat 38 410C, muka kemerahan.b)Tingkat kesadaranDapat terjadi penurunan kesadaran (apatis).c)Sistem respirasiPernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam dengan gambaran seperti bronchitis.d)Sistem kardiovaskulerTerjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relatif, hemoglobin rendah.e)Sistem integumenKulit kering, turgor kullit menurun, muka tampak pucat, rambut agak kusamf)Sistem gastrointestinalBibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor (khas), mual, muntah, anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak enak, peristaltik usus meningkat.g)Sistem muskuloskeletalKlien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.

h)Sistem abdomenSaat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan konsistensi lunak serta nyeri tekan pada abdomen. Pada perkusi didapatkan perut kembung serta pada auskultasi peristaltik usus meningkat.2.Diagnose keperawatana.Pola napas tidak efektif berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen dengan kebutuhan, dispnea.b.Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi kuman salmonella thypii.c.Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses peradangan.d.Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri, demame.Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.f.Resiko devisit volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat dan peningkatan suhu tubuh.g.Gangguan pola eliminasi BAB berhubungan dengan konstipasih.Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan kesadarani.Kelemahan berhubungan dengan intake inadekuat, tirah baringj.Gangguan personal hygiene berhubungan dengan kelemahank.Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan kondisi anaknya.

3.Patofisiologi Penyimpangan KDM4.Intervensi Keperawatana.Pola napas tidak efektif berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen dengan kebutuhan, dispnea.Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3X24 jam pola napas efektif Kriteria hasil : - Pola napas efektifTidak terdapat pernapasan cuping hidungTidak ada keluhan sesakFrekuensi pernapasan dalam batas normal24-32 x/menitIntervensi keperawatan1)Kaji frekuensi, kedalaman, dan upaya pernapasanR/: Pernapasan dangkal, cepat/dispnea sehubungan dengan peningkatan kebutuhan oksigen2)Selidiki perubahan kesadaranR/: Perubahan mental dapat menunjukkan hipoksemia dan gagal pernapasan3)Pertahankan kepala tempat tidur tinggi. Posisi miringR/: Memudahkan pernapasan dengan menurunkan tekanan pada diafragma4)Dorong penggunaan teknik napas dalam R/: Membantu memaksimalkan ekspansi paru

5)KolaborasiBerikan tambahan okseigen sesuai indikasiR/: Perlu untuk mengatasi/mencegah hipoksia. Bila pernapasan/oksigenasi tidak adekuat, ventilasi mekanik sesuai kebutuhan.b.Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi, proses peradangan Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam, suhu tubuh normalKriteria hasil : Tidak ada tanda-tanda peningkatan suhu tubuh, TTV dalam batas normal TD : 80-120/60-80 mmhg N : 80-100x/i S : 36,5-370C P : 24-32x/i Intervensi Keperawatan1.)Observasi tanda-tanda vitalR/: Tanda-tanda vital berubah sesuai tingkat perkembangan penyakit dan menjadi indikator untuk melakukan intervensi selanjutnya2.)Beri kompres pada daerah dahiR/: Pemberian kompres dapat menyebabkan peralihan panas secara konduksi dan membantu tubuh untuk menyesuaikan terhadap panas

3.)Anjurkan untuk banyak minum air putihR/: Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak4.)Kolaborasi pemberian antiviretik, antibiotikR/: Mempercepat proses penyembuhan, menurunkan demam. Pemberian antibiotik menghambat pertumbuhan dan proses infeksi dari bakteric.Nyeri berhubungan dengan proses peradanganTujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam nyeri hilang/berkurang Kriteria hasil : - Tidak ada keluhan nyeriWajah tampak tampak rileksSkala nyeri 0-1TTV dalam batas normalTD : 80-120/60-80 mmhgN : 80-100x/iS : 36,5-370CP : 24-32x/i Intervensi keperawatan1.)Kaji tingkat nyeri, lokasi, sifat dan lamanya nyeriR/: Sebagai indikator dalam melakukan intervensi selanjutnya dan untuk mengetahui sejauh mana nyeri dipersepsikan.

2.)Berikan posisi yang nyaman sesuai keinginan klien.R/: Posisi yang nyaman akan membuat klien lebih rileks sehingga merelaksasikan otot-otot.3.)Ajarkan tehnik nafas dalamR/: Tehnik nafas dalam dapat merelaksasi otot-otot sehingga mengurangi nyeri4.)Ajarkan kepada orang tua untuk menggunakan tehnik relaksasi misalnya visualisasi, aktivitas hiburan yang tepatR/:Meningkatkan relaksasi dan pengalihan perhatian5.)Kolaborasi obat-obatan analgetikR/: Dengan obat analgetik akan menekan atau mengurangi rasa nyerid.Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri, demam Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam, pola tidur efektif Kriteria hasil : Melaporkan tidur nyenyakKlien tidur 8-10 jam semalamKlien tampak segar Intervensi Keperawatan1.)Kaji pola tidur klienR/: Mengetahui kebiasaan tidur klien, mengetahui gangguan yang dialami, memudahkan intervensi selanjutnya2.)Berikan bantal yang nyamanR/: Meningkatkan kenyamanan meningkatkan pemenuhan istirahat tidur3.)Berikan lingkungan yang nyaman, batasi pengunjungR/: Mengurangi stimulus yang dapat mengganggu istirahat tidur4.)Anjurkan untuk melakukan teknik relaksasi nafas dalam/masase punggung sebelum tidurR/: Meningkatkan relaksasi menstimulasi istirahat tidur yang nyamane.Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan hipertermi, intake inadekuat Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam, tidak terjadi defisit volume cairan Kriteria hasil : Tidak terjadi tanda-tanda dehidrasiKeseimbangan intake dan output dengan urine normal dalam konsentrasi jumlah Intervensi Keperawatan1)Kaji tanda dan gejala dehidrasi hypovolemik, riwayat muntah, kehausan dan turgor kulitR/: Hipotensi, takikardia, demam dapat menunjukkan respon terhadap dan atau efek dari kehilangan cairan2)Observasi adanya tanda-tanda syok, tekanan darah menurun, nadi cepat dan lemahR/:Agar segera dilakukan tindakan/ penanganan jika terjadi syok3)Berikan cairan peroral pada klien sesuai kebutuhanR/:Cairan peroral akan membantu memenuhi kebutuhan cairan

4)Anjurkan kepada orang tua klien untuk mempertahankan asupan cairan secara dekuatR/:Asupan cairan secara adekuat sangat diperlukan untuk menambah volume cairan tubuh5)Kolaborasi pemberian cairan intravenaR/:Pemberian intravena sangat penting bagi klien untuk memenuhi kebutuhan cairan yang hilangf.Resiko pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, nausea, intake inadekuat Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam kekurangan nutrisi tidak terjadi Kriteria hasil : Nafsu makan meningkatTidak ada keluhan anoreksia, nausea.Porsi makan dihabiskan Intervensi keperawatan1)Kaji kemampuan makan klienR/: Untuk mengetahui perubahan nutrisi klien dan sebagai indikator intervensi selanjutnya2)Berikan makanan dalam porsi kecil tapi seringR/: Memenuhi kebutuhan nutrisi dengan meminimalkan rasa mual dan muntah3)Beri nutrisi dengan diet lunak, tinggi kalori tinggi proteinR/: Memenuhi kebutuhan nutrisi adekuat

4)Anjurkan kepada orang tua klien/keluarga untuk memberikan makanan yang disukaiR/: Menambah selera makan dan dapat menambah asupan nutrisi yang dibutuhkan klien5)Anjurkan kepada orang tua klien/keluarga untuk menghindari makanan yang mengandung gas/asam, pedasR/: dapat meningkatkan asam lambung yang dapat memicu mual dan muntah dan menurunkan asupan nutrisi6)KolaborasiBerikan antiemetik, antasida sesuai indikasiR/: Mengatasi mual/muntah, menurunkan asam lambung yang dapat memicu mual/muntahg.Gangguan pola eliminasi BAB berhubungan dengan konstipasiTujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam, pola eliminasi kembali normalKriteria hasil : - Klien melaporkan BAB lancar-Konsistensi lunakIntervensi Keperawatan1)Kaji pola eliminasi klienR/: Sebagai data dasar gangguan yang dialami, memudahkan intervensi selanjutnya

2)Auskultasi bising ususR/: Penurunan menunjukkan adanya obstruksi statis akibat inflamasi, penumpukan fekalit3)Selidiki keluhan nyeri abdomenR/: Berhubungan dengan distensi gas4)Observasi gerakan usus, perhatikan warna, konsistensi, dan jumlah fesesR/: Indikator kembalinya fungsi GI, mengidentifikasi ketepatan intervensi5)Anjurkan makan makanan lunak, buah-buahan yang merangsang BABR/: Mengatasi konstipasi yang terjadi6)KolaborasiBerikan pelunak feses, supositoria sesuai indikasiR/: Mungkin perlu untuk merangsang peristaltik dengan perlahanh.Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan kesadaranTujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam, persepsi sensori dipertahankanKriteria hasil : - Tidak terjadi gangguan kesadaranIntervensi Keperawatan1)Kaji status neurologisR/: Perubahan endotoksin bakteri dapat merubah elektrofisiologis otak2)Istirahatkan hingga suhu dan tanda-tanda vital stabilR/: Istirahat yang cukup mampu membantu memulihkan kondisi pasien3)Hindari aktivitas yang berlebihanR/: Aktivitas yang berlebihan mampu memperburuk kondisi dan meningkatkan resiko cedera4)KolaborasiKaji fungsi ginjal/elektrolitR/: Ketidakseimbangan mempengaruhi fungsi otak dan memerlukan perbaikan sebelum intervensi terapeutik dapat dimulaii.Kelemahan berhubungan dengan intake inadekuat, tirah baringTujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam, tidak terjadi kelemahanKriteria hasil : - Klien mampu melakukan aktivitas sehari-sehari secara mandiriIntervensi Keperawatan1)Kaji tingkat intoleransi klienR/: Menetapkan intervensi yang tepat2)Anjurkan keluarga untuk membantu memenuhi aktivitas kebutuhan sehari-hariR/: Mengurangi penggunaan energi yang berlebihan3)Bantu mengubah posisi tidur minimal tiap 2 jamR/: Mencegah dekubitus karena tirah baring dan meningkatkan kenyamanan4)Tingkatkan kemandirian klien yang dapat ditoleransiR/: Meningkatkan aktivitasringan dan mendorong kemandirian sejak dinij.Gangguan personal hygiene berhubungan dengan kelemahan; tirah baringTujuan : gangguan personal hygiene teratasiKriteria hasil : klien tampak rapid an tampak segarIntervensi keperwatan :1)Kaji kemampuan dan tingkat kekurangan untuk melakukan kebutuhan sehari-hariR/: Membantu dalam mengantisipasi / merencanakan pemenuhan kebutuhan secara individual2)Lakukan washlap keseluruh tubuh klien dengan air hangatR/: Memberikan kenyamanan dan menjaga kebersihan kulit klien3)Anjurkan klien dan keluarga untuk tetap menjaga kebersihan gigi dan mulut klienR/: Kebersihan mulut dapat meningkatkan kenyamanan dan selera makan dan kesehatan pencernaan.4)Anjurkan orang tua klien untuk mengganti pakaian klien setiap hariR/: Memberikan kenyamanan kepada klien5)Jelaskan kepada klien dan keluarga tentang pentingnya menjaga kebersihan diriR/: Peningkatan pengetahuan mengembangkan kooperatif klien dan keluarga dalam pelaksanaan tindakan keperawatan

k.Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan kondisi anaknyaTujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X24am, kecemasan teratasiKriteria hasil : - ekspresi tenang-Orang tua klien tidak lagi sering bertanya tentang kondisi anaknyaIntervensi Keperawatan1)Kaji tingkat kecemasan yang dialami orang tua klienR/: Untuk mengeksplorasi rasa cemas yang dialami oleh orang tua klien yang menjadi indikaor untuk menentukan intervensi selanjutnya2)Beri penjelasan pada orang tua klien tentang penyakit anaknyaR/: Meningkatkan pengetahuan orang tua klien tentang penyakit anaknya3)Beri kesempatan pada orang tua untuk mengungkapkan perasaannyaR/:Mendengarkan keluhan orang tua agar merasa lega dan merasa diperhatikan sehingga beban yang dirasakan berkurang4)Libatkan orang tua klien dalam rencana keperawatan terhadap anaknyaR/:Keterlibatan orang tua dalam perawatan anaknya dapat mengurangi kecemasan

5)Berikan dorongan spiritualR/: Meyakinkan orang tua klien bahwa selain perawatan/ pengobatan masih ada yang lebih kuasa yang dapat menyembuhkanE.Evaluasia.Pola napas efektif-Tidak terdapat pernapasan cuping hidung-Tidak ada keluhan sesak-Frekuensi pernapasan dalam batas normal 24-32 x/menitb.Suhu tubuh dalam batas normal dengan kriteria :Suhu tubuh 36C - 37CBebas demamc.Nyeri berkurang/hilang dengan kriteria :Klien tidak mengeluh nyeri.Wajah klien ceriad.Klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dengan kriteria :Turgor kulit baik.Mukosa lembabIntake cairan adekuat.Tidak terjadi muntah.e.Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria :Nafsu makan baik.Menunjukkan berat badan stabil/ideal.f.Tidak terjadi gangguan pola tidur dengan kriteria:Tidak ada keluhan tidur kurangKlien tampak segarKlien tidur 8-10 jam semalamg.Gangguan persepsi sensori teratsi ditandai dengan tidak terjadi gangguan kesadaranh.Tidak terjadi gangguan eliminasi BAB, dengan kriteria:Klien BAB 1 kali sehariKonsistensi lunaki.Kelemahan tearatasi ditandai dengan klien mampu melakukan aktivitas sehari-sehari secara mandirij.Gangguan personal hygiene teratasiditandai denganklien tampak rapi dan tampak segark.Kecemasan berkurang/hilang dengan kriteria :Ekspresi wajah oran tua nampak tenangOrang tua nampak tenangTidak sering bertanya tentang penyakitnya

DAFTAR PUSTAKA

Anonim,(2007),Defenisi Typhoid Abdominalis,(online) (http://www.laboratorium klinik prodia.com, diakses 07 Agustus 2011

Anonim,(2007),EpidemiologiTyphoid Abdominalis,(online) (http://www.pontianak post.com, diakses 07 Agustus 2011

Hidayat AA, (2006),Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, (Edisi 2), Jakarta, Salemba Medika.

Hidayat AA, (2006),Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, (Edisi 1), Jakarta, Salemba Medika.

Ngastiyah, (2005),Perawatan Anak Sakit. Edisi 2, Jakarta, EGC.

Nursalam dkk, (2005),Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak,Jakarta, Salemba Medika.

Pearce C, (2004),Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Jakarta, PT. Gramedia.

Saifuddin, (2006),Anatomi Fisilogi Untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi 3, Jakarta : EGC.