asuhan keperawatan (askep) diabetes melitus
DESCRIPTION
Diabetes melitus adalah sindrom yang disebabkan ketidakseimbangan antara tuntunan dan suplai insulin. Sindrom ditandai oleh hiperglikemi dan berkaitan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Abnormalitas metabolik ini mengarah pada perkembangan bentuk spesifik komplikasi ginjal, okular, neurologik dan kardiovaskuler.TRANSCRIPT
TUGAS KELOMPOK PRAKTEK KLINIK KMB IV
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny “S”
Dengan Diabetes Melitus Tipe II Di IRNA Penyakit Dalam Interna C
Rumah Sakit Dr. Moehammad Hoesin Palembang
Tahun 2008
DISUSUN
OLEH :
1. AAM CITRIDA PRAMITA2. ARI KONCORO3. A. THERESIA4. AULIA DWI NATALIA
TINGKAT III.B
POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANGDEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
JURUSAN KEPERAWATAN PALEMBANGTAHUN 2008
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Pengertian
Diabetes melitus adalah sindrom yang disebabkan ketidakseimbangan antara tuntunan
dan suplai insulin. Sindrom ditandai oleh hiperglikemi dan berkaitan dengan
abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Abnormalitas metabolik
ini mengarah pada perkembangan bentuk spesifik komplikasi ginjal, okular,
neurologik dan kardiovaskuler.
2. Etiologi
Insulin Dependen Diabetes Melitus (IDDM) atau diabetes melitus tergantung insulin
disebabkan oleh destruksi sel B pulau langerhans akibat proses autoimun. Sedangkan
non insulin dependen diabetik melitus (NIDDM) atau diabetes melitus tidak
tergantung insulin disebabkan kegagalan relatif sel B dan resistensi insulin.
Resistensu insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang
pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa
oleh hati. Sel B tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya. Artinya
terjadi defisiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya
sekresi insulin pada perangsangan sekresi insulin, berarti sel B pankreas mengalami
desensitisasi terhadap glukosa.
3. Patofisiologi
Dalam keadaan normal, terdapat insulin produksi glukosa yang melebihi kebutuhan
kalori akan disimpan sebagai glikogen dalam sel – sel hati dan sel – sel otot.
Glikogenesis ini mencegah hiperglikemi (kadar glukogenesis)
a. Transport glukosa yang melintas menyebabkan sel – sel berkurang
b. Glikogenesis berkurang dan terdapat kelebihan glukosa dalam darah.
c. Glikolisis meningkat sehingga cadangan glikogen berkurang dan glukosa “HATI”
dicurahkan ke dalam darah
d. Glukoneogenesis meningkat dan lebih banyak lagi glukosa hati yang tercurah ke
dalam darah dan hasil pemecahan asam amino dan lemak
4. Gejala – Gejala Klinis
a. Akut
1. Pada awalnya gambaranya klinik yang khas pada penderita diabetes melitus
adalah:
Polyuria (banyak kencing) 3-4 1/hr
Disebabkan lobus posterior mengeluarkan sekret hormon ADH (anti
dieuretika hormon) dalam jumlah yang kurang, sedangkan ADH berguna
untuk mengatur jumlah air yang melalui ginjal, karena kekurangan ADH
inilah maka penambahan sekresi urine yang tidak terkontrol.
Polydifsia (banyak minium), ini diakibatkan banyak kencing, sehingga
merasa haus terus menerus.
Polypagi (banyak makan), karana glukosa hilang bersama urine maka
penderita diabetes melitus menderita keseimbangan kalori negatif dan BB
berkurang.
b. Akibat lanjutan bila tidak segera diobati
Berat badan berkurang dengan cepat, walau nafsu makan meningkat.
Berkurangnya tenaga dalam beberapa minggu atau bahkan bulan dan
mudah lelah.
b. Kronis
Setelah beberapa tahun mengidap diabetes melitus dikemudian hari akan tinbul
gejala-gejala seperti :
Kesemutan, rasa tebal di kulit dan mudah mengantuk.
Sering terjadi kram, lelah & mudah mengantuk.
Mata kabur, biasanya sering ganti kacamata.
Gatal-gatal pada kemaluan terutama pada wanita.
Kemampuan seksual menurun.
5. Diagnosis
Keluaran dan gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu
> 200 mg/dl atau glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan
diagnosis DM. Bila hasil pemeriksaan glukosa darah meragukan, pemeriksaan TTGO
diperlukan untuk memastikan diagnosis DM. Untuk diagnosis DM dan gangguan
toleransi glukosa lainya diperiksa glukosa darah selama 2 jam setelah beban glukosa.
Sekurang-kurangnya diperlukan kadar glukosa darah 2 kali abnormal untuk
konfirmasi diagnosis DM pada hari yang lain atau TTGO yang abnormal. Konformasi
tidak diperlukan pada keadaan khas hiperglikemia dengan dekompensasi metabolik
akut, seperti ketoasidosis, berat badan yang menurun cepat, dll.
6. Klasfikasi
Klasifikasi etiologis DM American Diabetes Assosiation (1997) sesuai anjuran
perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) adalah :
1. Diabetes tipe 1 (destruksi sel B ), umumnya menjurus ke definisi insulin absolut :
Autoimun
Idiopatik
2. Diabetes tipe 2 (bervariasi mulai terutama dominan risestensi insulin disertai
definisi insulin relatif sampai terutama defek sekresi insulin disertai resistensi
insulin)
3. Diabetes tipe lain
a. Defek generik fungsi sel B
Maturity Onset Diabetes Of The Young (MODY) 1,2,3
DNA mitokondria
b. Defek generik kerja insulin
c. Penyakit eksoskrin pankreas
Pankreastitis
Tumor / pankreatektomi
Pankreatopati fibrokalkulus
d. Endokrinopati : Akromegali, Syndrom Cushing, Feokromositoma dan
hipertiroidisme.
e. Karena obat / zat kimia.
Vacor, pentamidin, asam nikotinat
Glukokortikoid, hormon tiroid
Tiazid, dilatin, interferon α, dll.
f. Infeksi : Rubela kongenital, sitomegalovirus.
g. Penyebab imunologi yang jarang ; antibodi ; antiinsulin.
h. Syndrom generik lain yang berkaitan dengan DM : Sindrom Down, Sindrom
Klinefelter, Sindrom Turner, dll.
4. Diabetes Melitus Gestasional (DMG)
7. Pemerikasaan Penunjang
Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan resiko tinggi untuk
DM, yaitu kelompok usia dewasa tua (>40thn), obesitas, tekan darah tinggi, riwayat
keluarga DM, riwayat kehamilan dengan berat badan lahir bayi > 4000 g, riwayat DM
pada kehamilan, dan dislipidemia.
Pemeriksaan penyaringan dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah
sewaktu, kadar glukosa darah puasa. Kemudian dapat diikuti dengan Tes Toleransi
Glukosa Oral (TTGO) standar. Untuk kelompok resiko tinggi yang hasil pemeriksaan
penyaringannya negatif, perlu pemeriksaan penyaringan ulangan tiap tahun. Bagi
pasien berusia > 45 thn tanpa faktor resiko, pemeriksaan penyaring dapat dilakukan
setiap 3 tahun.
Cara pemeriksaan TTGO, adalah :
1. Tiga hari sebelum pemeriksaan pasien makan seperti biasa.
2. Kegiatan jasmani sementara cukup, tidak terlalu banyak.
3. Pasien puasa semalam selama 10-12 jam.
4. Periksa glukosa darah puasa
5. Berikan glukosa 75 gr yang dilarutkan dalam air 250 ml, lalu minum dalam waktu
5 menit.
6. Periksa glokosa darah 1 jam dan 2 jam sesudah beban glukosa.
7. Selama pemeriksa, pasien yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok.
8. Komplikasi
1. Akut
a. Koma hipoglikemia
b. Ketoasidosis
c. Koma Hiperosmolar nonketotik
2. Kronik
a. Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar; pembuluh darah jantung,
penbuluh darah tepi, pembuluh darah otak.
b. Mikroangiopati, mengenai pembuluh darah kecil; retinopati diabetik, nefropati
diabetik.
c. Neuropati diabetik
d. Rentan Infeksi, seperti ruberkulosis paru, gingavitis dan infeksi saluran kemih.
e. Kaki diabetik.
9. Penatalaksanaan
Kerangka utama penatalaksanaan DM yaitu ; perencanaan makan, latihan jasmani,
obat hipoglikemik dan penyuluhan.
a. Perencanaan makan (Meal Planning)
Pada Konsensus Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) telah
ditetapkan bahwa dasar standar yang dianjurkan adalah santapan dengan
komposisi seimbang berupa karbihidrat (60-70 %), protein (10-15%) dan lemak
(20-25%). Apabila diperlukan, santapan dengan komposisi karbohidrat sampai
70-75% juga memberikan hasil yang baik, terutama untuk golongan ekonomi
rendah. Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres
akut dan kegiatan jasmani untuk mencapai berat badan ideal. Jumlah kandungan
kolesterol < 300 mg/hr. Jumlah kandungan serat ± 25 g/hr, dianjurkan jenis serat
larut. Konsumsi garam dibatasi bila terdapat hipertensi, pemanis dapat digunakan
secukupnya.
b. Latihan Jasmani
Dianjurkan latihan jasmani teratur. 3-4 kali tiap minggu selama ± 0,5 jam yang
sifatnya sesuai CRIPE (Continous, Rhytmical, Interval, Progressive, Endurance
training). Latihan dilakukan terus menerus tanpa henti, otot-otot
berkontraksi dan relaksasi secara teratur, selang seling antar gerak cepat &
lambat, berangsur-angsur dari sedikit ke latihan yang lebih berat secara bertahap
& bertahan dalam waktu tertentu. Latihan yang dapat dijadikan pilihan jalan kaki,
jogging, lari, renang, bersepeda & mendayung.
c. Obat berkhasiat hipoglikemik
Jika pasien telah melakukan pengaturan makan dan kegiaatan jasmani yang
teratur tetapi kadar glukosa darahnya masih belum baik, dipertimbangkan
pemakaian obat berkhasiat hipoglikemik (oral/suntikan). Obat hipoglikemik oral
(OHO) terdiri dari sufonilarea, Biguanid, Inhibitor α glukosidase, insulin
sesitizing agent, serta obat hipoglikemik suntikan yaitu insulin.