asuhan kebidan an keluarga berencana pada ny. m … · asuhan kebidan p 2 a 0 umur 37 spotting...
TRANSCRIPT
ASUHAN KEBIDAN
P2 A0 UMUR 37
SPOTTING
Diajukan untuk memenuhi s
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA PADA NY.
UMUR 37 TAHUN AKSEPTOR KB IMPLAN
SPOTTING DI PUSKESMAS SIBELA SURAKARTA
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun oleh :
PRIHANA NUR SHOLIFAH
NIM B13034
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2016
AN KELUARGA BERENCANA PADA NY. M
KB IMPLAN DENGAN
SURAKARTA
yarat Tugas Akhir
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA PADA NY. M
P2 A0 UMUR 37 TAHUN AKSEPTOR KB IMPLAN DENGAN
SPOTTING DI PUSKESMAS SIBELA SURAKARTA
Diajukan Oleh :
Prihana Nur Sholifah
NIM B13034
Telah diperiksa dan disetujui
Pada tanggal.................
Pembimbing
Muthiah Rissa P, SST., M.Kes
NIK.201487131
ASUHAN KEBIDAN
P2 A0 UMUR 37
SPOTTING
Telah
PENGUJI I PENGUJI II
Deny Eka Widyastuti,
NIK. 201188075
Tugas A
Untuk memenuhi
iii
HALAMAN PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA PADA NY.
UMUR 37 TAHUN AKSEPTOR KB IMPLAN DENGAN
SPOTTING DI PUSKESMAS SIBELA SURAKARTA
Karya Tulis Ilmiah
Disusun oleh :
Prihana Nur Sholifah
NIM B13034
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Ujian Akhir Program D III Kebidanan
PadaTanggal…….
PENGUJI I PENGUJI II
Widyastuti, SST., M.Kes Muthiah Rissa P, SST.,
NIK. 201487131
Akhir ini telah diterima sebagai salah satu syarat
memenuhi Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan
Mengetahui,
Ka. Prodi D III Kebidanan
Siti Nurjanah, SST., M.Keb
NIK. 201188093
AN KELUARGA BERENCANA PADA NY. M
TAHUN AKSEPTOR KB IMPLAN DENGAN
SURAKARTA
PENGUJI I PENGUJI II
Rissa P, SST., M.Kes
syarat
Pendidikan Diploma III Kebidanan
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : “Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana pada
Ny. M P2 A0 umur 37 tahun Akseptor KB Implan dengan Spotting di Puskesmas
Sibela Surakarta”. Karya Tulis Ilmiah ini sebagai syarat menyelesaikan
pendidikan Program Studi Diploma III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarah dari berbagai pihak,
Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselsaikan dengan baik. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kes selaku Ketua STIKes
Kusuma Husada Surakarta.
2. Ibu Siti Nurjanah, SST., M.Keb selaku Ketua Program Studi D III
kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Ibu Muthiah Rissa P, SST., M.Kes, selaku Dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada
penulis.
4. Ibu Deny Eka Widyastuti, SST., M.Kes, selaku penguji Karya Tulis
Ilmiah.
5. Ibu Dr. Nur Hastuti, M.Kes selaku Kepala UPTD Puskesmas Sibela
Surakarta yang telah bersedia memberikan ijin pada penulis dalam
melakukan Studi Kasus.
6. Seluruh Dosen dan Staff Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada
Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.
7. Bagian perpustakaan yang telah membantu penulis dalam memperoleh
referensi dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah.
8. Ny. M beserta keluarga yang telah bersedia menjadi subjek penelitian dan
kerjasamanya dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
v
9. Teman-teman Diploma III Kebidanan STIKes Kusuma Husada yang telah
memberikan dukungan hingga tersusunya Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih
jauh dari kata sempurna, maka dari itu kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah
ini.
Penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya dan serta teman-teman seprofesi pada umumnya.
Surakarta, April 2016
Penulis
Prihana Nur Sholifah
vi
Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2016
Prihana Nur Sholifah
B13034
ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA PADA NY. M
P2 A0 UMUR 37 TAHUN AKSEPTOR KB IMPLAN DENGAN
SPOTTING DI PUSKESMAS SIBELA SURAKARTA Xii+ 73 halaman + 12 lampiran
INTISARI
Latar Belakang: Pemerintah terus menekan laju pertumbuhan jumlah
penduduk melalui program Keluarga Berencana (KB) (Anggraini dan
Martini, 2012). Salah satu metode KB adalah kontrasepsi implan dengan
persentase pengguna di Indonesia sebesar (11,31%) akseptor. Namum implan
memilik beberapa efek samping salah satunya spotting. Spotting adalah
perubahan pola haid berupa perdarahan bercak ringan, jika perdarahan
berlanjut akan menyebabkan anemia (Arum dan Sujiyatini, 2009).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Sibela
Surakarta, pada bulan Oktober 2014 sampai dengan bulan Oktober 2015
diperoleh akseptor KB implan sebanyak 65 orang (11,5%), didapatkan
akseptor dengan keluhan spotting sebanyak 35 orang (63,6%) dan dengan
keluhan amenore sebanyak 20 orang (36,4%).
Tujuan: Melaksanakan asuhan kebidanan pada akseptor KB implan dengan
spotting di Puskesmas Sibela Surakarta dengan menggunakan pendekatan
manajemen kebidanan 7 langkah varney.
Penelitian: Jenis studi kasus yang digunakan pada pengambilan data ini yaitu
deskriptif yang berlokasi di Puskesmas Sibela Surakarta. Subjek studi kasus
yang diambil adalah akseptor KB implan dengan spotting, waktu studi kasus
dilaksanakan tanggal 1 Maret 2016 sampai dengan 08 Maret 2016. Teknik
pengumpulan data diambil dari data primer yang terdiri dari pemeriksaan
fisik yang meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi, wawancara,
pengamatan. Data sekunder meliputi studi dokumentasi, studi kepustakaan.
Hasil: Berdasarkan asuhan kebidanan yang menyeluruh yang telah
dilaksanakan selama 8 hari diperoleh hasil keadaan umum baik, vital sign
normal, tidak ada masalah potensial, ibu tidak cemas, perdarahan berhenti,
ibu tetap menggunakan KB implan, ibu akan datang kembali jika ada
keluhan.
Kesimpulan: Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada akseptor KB implan
dengan spotting terdapat kesenjangan antara teori dan praktik yaitu pada
langkah pengkajian data tidak dilakukan pemeriksaan inspekulo, perencanaan
dan pelaksanaan tidak sesuai dengan teori.
Kata Kunci: Asuhan kebidanan, KB implan, Spotting.
Kepustakaan: 33 literatur (tahun 2006 s/d 2015).
vii
MOTTO
1. ALLAH tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya (QS. Al- Baqarah 26).
2. Hidup adalah perjuangan, hidup adalah pilihan. Teruslah berjuang untuk
memperjuangkan pilihan itu (penulis).
PERSEMBAHAN
Dengan segala rendah hati, Karya Tulis Ilmiah ini penulis persembahkan
kepada :
1. Bapak dan ibu tercinta terima kasih atas doa restunya, cinta kasihnya
selama ini.
2. Adik ku Irwan dan Annisa terima kasih banyak atas dukungannya.
3. Bagas sejati indiana terima kasih atas support yang diberikan .
4. Teman baik ku Pandawa terima kasih atas perjuangannya selama 3 tahun
ini dan teman-teman senasib seperjuangan angkatan 2013.
5. Almameter tercinta.
viii
CURICULUM VITAE
Nama : Prihana Nur Sholifah
Tempat / tanggal lahir : Mataram (NTB) / 05 Nopember 1994
Agama : Islam
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Siyono wetan, Rt. 63/10, Logandeng, Playen,
Gunungkidul, DIY
Riwayat Pendidikan
1. SD N Lempeh, Sumbawa Barat Lulus Tahun : 2007
2. SMP N 01 Sumbawa, Sumbawa Barat Lulus Tahun : 2010
3. MAN Gondangrejo, Karanganyar Lulus Tahun : 2013
4. D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Angkatan Tahun 2013
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................ iii
KATA PENGANTAR ........................................................................ iv
INTISARI ........................................................................................... vi
MOTTO .............................................................................................. vii
CURICULUM VITAE ....................................................................... viii
DAFTAR ISI ....................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .............................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 4
C. Tujuan Studi Kasus .................................................................. 4
D. Manfaat Studi Kasus ................................................................ 5
E. Keaslian Studi Kasus ............................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis .............................................................................. 8
1. Definisi Keluarga Berencana ............................................. 8
2. Kontrasepsi ......................................................................... 9
3. Kontrasepsi Implan ............................................................ 11
4. Spotting .............................................................................. 17
B. Teori Manajemen Kebidanan ................................................... 18
1. Pengertian Manajemen Kebidanan .................................... 18
2. Proses Manajemen Kebidanan 7 Langkah Varney ............ 19
3. Data Perkembangan ........................................................... 38
C. Landasan Hukum ..................................................................... 39
x
BAB III METODOLOGI
A. Jenis Studi ................................................................................ 41
B. Lokasi Studi ............................................................................. 41
C. Subjek Studi ............................................................................. 41
D. Waktu Studi .............................................................................. 42
E. Istrumen Studi .......................................................................... 42
F. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 42
G. Alat-alat yang digunakan ......................................................... 45
H. Jadwal Studi Kasus .................................................................. 46
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus ......................................................................... 47
B. Pembahasan ............................................................................. 64
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 71
B. Saran ......................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Riwayat obstetri .......................................................................... 48
Tabel 4.2 Riwayat KB ................................................................................. 49
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian (dalam bentuk tabel).
Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan.
Lampiran 3. Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan.
Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin penggunaan Lahan.
Lampiran 5. Surat Balasan Ijin Penggunaan Lahan.
Lampiran 6. Surat Permohonan Menjadi Responden.
Lampiran 7. Surat persetujuan Responden (Informed Consent).
Lampiran 8. Lembar Observasi.
Lampiran 9. Satuan Acara Penyuluhan.
Lampiran 10. Leaflet.
Lampiran 11. Dokumentasi.
Lampiran 12. Lembar Konsultasi.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan sebuah negara yang berkembang dengan jumlah
peningkatan penduduk yang tinggi. Hasil sensus menurut publikasi Badan
Pusat Statistik (BPS) pada Agustus 2010 menyebutkan bahwa jumlah
penduduk Indonesia adalah 118.168.290 orang, terdiri atas 119.507 pria dan
118.048.783 wanita, dengan laju pertumbuhan sebesar 1,49 persen per tahun.
Pertumbuhan penduduk ini tentu saja berimplikasi secara signifikan terhadap
perkembangan ekonomi dan kesejahteraan negara (Irianto, 2014).
Pemerintah terus menekan laju pertumbuhan jumlah penduduk melalui
program Keluarga Berencana (KB). Sebab jika tidak meningkatkan peserta
KB, jumlah penduduk Indonesia akan mengalami ledakan yang luar biasa
(Anggraini dan Martini, 2012). Salah satu metode KB adalah kontrasepsi
implan.
Kontrasepsi implan diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1982 dan
dapat diterima masyarakat sehingga Indonesia merupakan negara terbesar
pemakaian implan (Manuaba, 2010). Implan adalah alat kontrasepsi yang
disusupkan dibawah kulit lengan atas sebelah dalam. Berbentuk kapsul
silastik (lentur), panjangnya sedikit lebih pendek dari batang korek api. Di
dalamnya terdapat hormon Levonorgestril yang dapat mencegah terjadinya
2
kehamilan (Syafrudin dkk, 2011). Dua efek samping utama implan adalah
perdarahan menstruasi yang tidak teratur memiliki rentang dari amenore
(jarang terjadi) sampai perdarahan tiba-tiba, tidak teratur dan sering atau ada
bercak darah (spotting) sampai perdarahan berkepanjangan (Varney dkk,
2006).
Spotting termasuk perdarahan rahim disfungsional yang disebabkan
oleh gangguan hormonal endogen (dari dalam) (Proverawati dan Misaroh,
(2009). Spotting adalah perubahan pola haid berupa perdarahan bercak
ringan, namun jika perdarahan berlanjut akan menyebabkan anemia (Arum
dan Sujiyatini, 2009).
Berdasarkan data dari BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional) peserta KB aktif nasional tahun 2014 sebanyak
29.790.000 orang. Apabila dilihat berdasarkan jumlah pengguna kontrasepsi
maka presentasinya adalah : akseptor KB suntik sebanyak 13.348.103 orang
(44,80%), akseptor KB pil sebanyak 7.412.539 orang (24,88%), KB implan
sebanyak 3.369.869 orang (11,31%), KB IUD (Intra Uterine Device)
sebanyak 3.365.070 orang (11,29%), KB MOW (Medis Operatife Wanita)
sebanyak 1.152.293 orang (3,86%), KB kondom sebanyak 842.045 orang
(2,82%), KB MOP (Medis Operatife Pria) sebanyak 300.081 orang (1,00%)
(BKKBN, 2014). Berdasarkan hasil yang diperoleh dari BKKBN KB implan
menduduki urutan nomor 3.
Berdasarkan data dari (DKK) Dinas Kesehatan Kota Surakarta peserta
KB aktif tahun 2013 sebanyak 57.034 peserta. Apabila dilihat berdasarkan
3
jumlah pengguna kontrasepsi maka presentasinya adalah : akseptor KB suntik
sebanyak 27.189 orang (47,7%), KB IUD (Intra Uterine Device) sebanyak
12.028 orang (21,1%), akseptor KB pil sebanyak 7.899 orang (13,8%), KB
kondom sebanyak 4.941 orang (8,7%), KB implan sebanyak 2.406 orang
(4,2%), KB MOW (Medis Operatife Wanita) sebanyak 2.391 orang (4,2%),
KB MOP (Medis Operatife Pria) sebanyak 180 orang (0,3%) (DKK
Surakarta, 2014). Berdasarkan hasil yang diperoleh DKK Surakarta KB
implan menduduki urutan nomor 5.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Sibela
Surakarta, pada bulan Oktober 2014 sampai dengan bulan Oktober 2015
diperoleh hasil sebagai berikut. Jumlah akseptor KB keseluruhan sebanyak
561 akseptor dengan rincian : akseptor kontrasepsi suntik sebanyak 274 orang
(48,84%), pil sebanyak 139 orang (24,77%), intra uterine devices (IUD)
sebanyak 53 orang (9,44%), kondom sebanyak 30 orang (5,34%), akseptor
KB implan sebanyak 65 orang (11,5%). Dari 65 orang pengguna implan
tersebut, terdapat 10 orang akseptor tanpa keluhan dan 55 orang dengan
keluhan. Adapun rincian akseptor dengan keluhan adalah sebagai berikut :
dengan keluhan spotting sebanyak 35 orang (63,6%) dan dengan keluhan
amenore sebanyak 20 orang (36,4%).
Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis peroleh di Puskesmas
Sibela Surakarta, didapatkan hasil pengguna KB implan dengan keluhan
spotting sebanyak 35 orang (63,6%). Angka ini cukup tinggi, sehingga
penulis tertarik untuk mengambil studi kasus dengan judul “Asuhan
4
Kebidanan Keluarga Berencana pada Ny. M P2 A0 umur 37 tahun akseptor
KB Implan dengan Spotting di Puskesmas Sibela Surakarta”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam studi kasus ini yaitu “Bagaimana
penatalaksanaan asuhan kebidanan keluarga berencana pada Ny. M P2 A0
umur 37 tahun akseptor KB implan dengan spotting di Puskesmas Sibela
Surakarta dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan 7 langkah
varney ?”.
C. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan Umum
Penulis dapat menerapkan asuhan kebidanan pada Ny. M P2 A0 umur 37
tahun akseptor KB implan dengan spotting di Puskesmas Sibela Surakarta
dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan 7 langkah
varney.
2. Tujuan Kusus
a. Penulis Mampu
1) Melaksanakan pengkajian data pada Ny. M P2 A0 umur 37 tahun
akseptor KB implan dengan spotting.
2) Melakukan interpretasi data pada Ny. M P2 A0 umur 37 tahun
akseptor KB implan dengan spotting.
3) Merumuskan diagnosa potensial pada Ny. M P2 A0 umur 37 tahun
akseptor KB implan dengan spotting.
5
4) Melakukan antisipasi masalah yang akan dilaksanakan pada Ny. M
P2 A0 umur 37 tahun akseptor KB implan dengan spotting.
5) Merencanakan asuhan yang menyeluruh pada Ny. M P2 A0 umur 37
tahun akseptor KB implan dengan spotting.
6) Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada Ny. M P2 A0 umur
37 tahun akseptor KB implan dengan spotting.
7) Melakukan evaluasi tindakan secara teliti dan cermat pada Ny. M P2
A0 umur 37 tahun akseptor KB implan dengan spotting.
b. Penulis mampu menganalisis kesenjangan antara teori dan kasus nyata
di lapangan termasuk faktor pendukung dan penghambat pada akseptor
KB implan dengan spotting.
D. Manfaat Studi Kasus
1. Bagi diri sendiri
Studi kasus ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
dalam praktik di lahan dan mendapatkan gambaran yang nyata dalam
melaksanakan asuhan kebidanan pada akseptor KB implan dengan
spotting.
2. Bagi institusi
a. Puskesmas Sibela Surakarta
Studi kasus ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam
pelaksanaan asuhan kebidanan pada akseptor KB implan dengan
spotting, sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan yang sudah ada.
6
b. Institusi Pendidikan Kebidanan
Studi kasus ini diharapkan dapat digunakan untuk tambahan referensi,
wacana dan pengetahuan mahasiswa maupun pengajar tentang asuhan
kebidanan pada akseptor KB implan dengan spotting.
3. Bagi Masyarakat
Studi kasus ini diharapkan dapat sebagai wacana dalam meningkatkan
pengetahuan bagi akseptor KB implan tentang efek samping dari KB
implan berupa spotting dan segera memeriksakan diri ke tenaga kesehatan
jika hal tersebut terjadi.
E. Keaslian Studi Kasus
Berdasarkan penulisan kepustakaan ada beberapa karya tulis ilmiah tentang
Asuhan Kebidanan Akseptor KB Implan dengan spotting yang pernah
dilakukan oleh :
1. Feni Hastuti (tahun 2010) STIKes Kusuma Husada Surakarta dengan judul
: “Asuhan Kebidanan Akseptor KB Implan dengan Spotting di RB
Beta Kusuma Matesih Karanganyar”. Asuhan yang diberikan berupa pil
KB planotab dengan dosis 2x1 tablet / hari selama 14 hari dan pemberian
konseling tentang efek kontrasepsi implan. Hasilnya spotting dapat diatasi
selama 14 hari keadaan ibu membaik dan implan tetap dipakai.
2. Desma Lataliana (tahun 2009) STIKes Kusuma Husada Surakarta dengan
judul : “Asuhan Kebidanan pada Ny. L Akseptor KB Implan dengan
Spotting di BPS Suparti Pondok Sambungmacan Sragen”. Asuhan yang
diberikan berupa pil kombinasi 30-35 µg etinilesstradiol dengan dosis 2x1
7
tablet / hari selama 6 hari dan KIE tentang vulva hygiene. Hasilnya
spotting dapat diatasi selama 13 hari, keadaan ibu membaik dan implan
tetap dipakai.
3. Yekti Ayu Mahanani (tahun 2015) STIKes Kusuma Husada Surakarta
dengan judul : “Asuhan Kebidanan pada Ny. N umur 39 tahun P2A0
Akseptor KB Implan dengan Spotting di BPM Dyah Sumarmo Boyolali”.
Asuhan yang diberikan berupa tablet penambah darah dengan dosis 1x1
tablet / hari dan dan KIE tentang vulva hygiene. Hasilnya spotting dapat
diatasi selama 7 hari, keadaan ibu membaik dan implan tetap dipakai.
4. Annisa Nur Fauziyah (tahun 2015) UNS Fakultas Kedokteran Program D
III Kebidanan dengan judul : “Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana
pada Ny. R P1A0 Akseptor Implan dengan Spotting di RSUD Surakarta”.
Asuhan yang diberikan berupa asam tranexamat 500 mg, SF 60 mg, pil
kombinasi 1 siklus dan pemantauan dengan kunjungan rumah sebanyak
3x. Hasilnya flek-flek yang dialami tidak berhenti dan dilakukan kuretasi
untuk menghentikan perdarahan.
Perbedaan dengan studi kasus diatas dengan studi kasus penulis adalah
subjek, lokasi, waktu dan terapi. Persamaan dari studi kasus diatas dengan
penulis adalah kasus KB implan dengan spotting.
8
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Teori Medis
1. Keluarga Berencana
a. Definisi
Menurut Purwoastuti dan Walyani (2015), keluarga berencana
merupakan usaha suami-istri untuk mengukur jumlah dan jarak anak
yang diinginkan. Usaha yang dimaksudkan termasuk kontrasepsi atau
pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga. Prinsip dasar metode
kontrasepsi adalah mencegah sperma laki- laki mencapai dan membuahi
telur wanita (fertilisasi) atau mencegah telur yang sudah dibuahi
berimplantasi (melekat) dan berkembang didalam rahim.
Pengertian keluarga berencana menurut UU no 10 th 1992 (tentang
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera)
adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat
melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran,
pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga
kecil, bahagia dan sejahtera (Arum dan Sujiyatini, 2009).
9
2. Kontrasepsi
a. Definisi
Menurut Mulyani dan Rinawati (2013), kontrasepsi yaitu
pencegahan pembuahan sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau
pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi kedinding rahim.
b. Pemilihan metode kontrasepsi
Menurut Prawirohardjo (2011), urutan pemilihan kontrasepsi
yang rasional adalah :
1) Fase menunda kehamilan (pil, IUD, sederhana, suntikan, implan).
2) Fase menjarangkan kehamilan (IUD, suntikan, minipil, pil, implan,
sederhana, steril).
3) Fase tidak hamil lagi (steril, IUD, implan, suntikan, sederhana, pil).
c. Faktor yang mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi
Menurut Varney dkk (2006), faktor yang mempengaruhi pemilihan
metode kontrasepsi, yaitu :
1) Faktor sosial-budaya.
2) Faktor pekerjaan dan ekonomi.
3) Faktor keagamaan.
4) Faktor hukum.
5) Faktor fisik.
6) Faktor hubungan.
7) Faktor psikologis.
8) Status kesehatan saat ini dan riwayat genetik.
10
d. Syarat kontrasepsi
Menurut Proverawati dkk (2010), syarat kontrasepsi adalah :
1) Aman pemakaianya dan dipercaya.
2) Tidak ada efek samping yang merugikan.
3) Lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan.
4) Tidak mengganggu hubungan persetubuhan.
5) Tidak memerlukan bantuan medis atau kontrol yang ketat selama
pemakaiannya.
6) Cara penggunaannya sederhana atau tidak rumit.
7) Harga murah dan dapat dijangkau oleh masyarakat.
8) Dapat diterima oleh pasangan suami istri.
e. Macam – macam kontrasepsi
Menurut Handayani (2010), macam-macam metode kontrasepsi,
antara lain sebagai berikut :
1) Metode Kontrasepsi Sederhana Tanpa Alat
a) Metode alamiah
Metode alamiah terdiri dari :
(1) Metode kalender.
(2) Metode suhu basal.
(3) Metode lendir servik.
(4) Metode sympto thermal (perubahan suhu tubuh).
b) Metode amenorhea laktasi (MAL).
c) Metode coitus interruptrus (senggama terputus).
11
2) Metode Sederhana Dengan Alat
Metode sederhana dengan alat terdiri dari :
a) Kondom.
b) Spermisida.
c) Diafragma.
d) Kap servik.
3) Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi hormonal terdiri dari :
a) Kontrasepsi pil.
b) Kontrasepsi suntik.
c) Implan.
4) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR/IUD).
5) Kontrasepsi Mantap
Menurut Dewi Kurnia (2013), kontrasepsi mantap ada dua yaitu :
a) MOW (Metode Operasi Wanita).
b) MOP (Metode Operasi Pria).
3. Kontrasepsi Implan
a. Definisi
Menurut Purwoastuti dan walyani (2015), implan atau susuk
kontrasepsi merupakan alat yang berbentuk batang dengan panjang
sekitar 4 cm yang didalamnya terdapat hormon progesteron, implan ini
kemudian dimasukkan kedalam kulit bagian lengan atas.
12
b. Jenis-jenis implan
Menurut Saifuddin (2006), jenis-jenis implan ada 3, yaitu :
1) Norplan, terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan
panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg
Levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
2) Implanon, terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-
kira 40 mm, dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3-keto-
desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.
3) Jadena dan indoplan, terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg
Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.
c. Cara kerja kontrasepsi implan
Menurut Saifuddin (2006), cara kerja dari kontrasepsi implan
adalah sebagai berikut :
1) Lendir serviks menjadi kental.
2) Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit
terjadi implantasi.
3) Mengurangi transportasi sperma.
4) Menekan ovulasi.
d. Efektivitas kontrasepsi implan
Menurut Tresnawati (2013), efektivitas kontrasepsi implan sangat
efektif yaitu 99% (kegagalan 0,2-1 kehamilan per 100 perempuan).
13
e. Indikasi pemakaian kontrasepsi implan
Menurut Anggraini dan Martini (2012), indikasi pemakaian
kontrasepsi implan adalah :
1) Usia reproduktif.
2) Telah memiliki anak ataupun yang belum.
3) Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektivitas tinggi dan
menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang.
4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi.
5) Pasca persalinan dan tidak menyusui.
6) Pasca keguguran.
7) Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak sterilisasi.
8) Riwayat kehamilan ektopik (kehamilan diluar kandungan).
9) Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah pembekuan
darah atau anemia bulan sabit (sickle cell).
10) Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang
mengandung estrogen.
11) Sering lupa menggunakan pil.
f. Kontraindikasi pemakaian kontrasepsi implan
Menurut Yuhedi dan Kurniawati (2014), yang tidak boleh
menggunakan kontrasepsi ini yaitu :
1) Bagi ibu hamil atau diduga hamil.
2) Mengalami perdarahan pervaginam tanpa diketahui penyebabnya.
3) Tromboflebitis aktif atau trombo emboli.
14
4) Penyakit hati akut.
5) Tumor hati jinak atau ganas.
6) Karsinoma payudara atau dicurigai karsinoma payudara.
7) Tumor ginekologi.
8) Wanita dengan penyakit jantung, hipertensi, DM.
g. Keuntungan dan kerugian KB implan
Menurut Manuaba (2010), keuntungan dan kerugian
menggunakan KB implan adalah :
1) Keuntungan :
a) Dipasang selama lima tahun.
b) Kontrol medis ringan.
c) Dapat dilayani di daerah pedesaan.
d) Penyulit medis tidak terlalu tinggi.
e) Biaya murah.
2) Kerugian :
a) Menimbulkan gangguan menstruasi, yaitu tidak mendapat
menstruasi dan terjadi perdarahan yang tidak teratur.
b) Berat badan bertambah.
c) Menimbulkan acne atau jerawat, ketegangan payudara.
d) Liang senggama terasa kering.
15
h. Efek samping kontrasepsi implan
Menurut Sulistyawati (2011), efek samping kontrasepsi implan
yaitu :
1) Amenorea (tidak haid).
2) perdarahan bercak (spotting) ringan.
3) Ekspulsi.
4) Infeksi pada daerah insersi.
5) Berat badan naik atau turun.
i. Teknik pencabutan implan
Menurut manuaba (2012), terdapat tiga teknik pencabutan implan
sebagai berikut :
1) Teknik “Pop- Out”
a) Insisi dilakukan pada bagian distal tempat pemasangan implan.
b) Tangan kiri operator mendorong kapsul implan.
c) Dengan menggunakan pisau bedah, jaringan ikat yang menutupi
kapsul dilepaskan (sampai bersih), lalu kapsul ditarik keluar.
2) Teknik Baku
a) Alat-alat :
(1) Klem mosquito.
(2) Klem crile.
(3) Pisau bedah.
b) Teknik pelepasan :
(1) Desinfeksi daerah di sekitar kapsul.
16
(2) Daerah di sekitar kapsul insisi sampai 1/3 kapsul dianestesi.
(3) Kapsul didorong ke arah insisi dan ujungnya dijepit dengan
klem mosquito.
(4) Jaringan ikat di sekitar kapsul dibersihkan, selanjutnya,
kapsul dikeluarkan menggunakan klem crile.
3) Teknik “U”
a) Alat-alat
(1) Klem khusus (yaitu modifikasi dari klem pemfiksasi vas
deferens, yang dibengkokan sehingga melengkung).
(2) Klem mosquito atau crlie.
(3) Pisau bedah.
b) Teknik pelepasan
(1) Lokasi kapsul ditentukan, lalu ditandai dengan pena.
(2) Lakukan insisi membujur pada kulit di antara kapsul 3-4 cm.
(3) Klem norplan di masukkan sejajar dengan insisi, selanjutnya
diputar 90 ° ke arah bahu sehingga kapsul terlipat.
(4) Dengan terjadinya lipatan tersebut, implan dibersihkan dari
jaringan ikat sekitarnya.
(5) Dengan tindakan pembersihan ini diharapkan implan akan
tersembul dan mudah dilepaskan.
17
4. Spotting
a. Definisi
Spotting adalah perdarahan inter-menstrual yang jumlahnya sedikit
sekali sehingga tidak memerlukan pemakaian tampon atau kain atau
kassa pembalut (Hartanto, 2015).
Spotting yaitu perubahan pola haid berupa perdarahan bercak
ringan (Sulistywati, 2014). Spotting adalah perdarahan yang tidak ada
hubungan dengan haid dan dapat disebabkan kelainan organik dan
kelainan hormon (Dewi Kurnia, 2013).
b. Penyebab
Disebabkan karena penurunan kadar estrogen yang menyebabkan
terhambatnya pembentukan endometrium dan menimbulkan perdarahan
yang tidak teratur sama sekali, penyebab lain stres psikologi serta
komplikasi dan pemakaian alat kontrasepsi (Irianto, 2015).
c. Penatalaksanaan kasus spotting
Menurut Handayani (2010), penatalaksanaan kasus spotting
adalah Spotting sering ditemukan terutama pada tahun pertama
pemakaian implan bila tidak ada masalah dan klien tidak hamil, tidak
diperlukan tindakan apapun. Bila klien mengeluh dapat diberikan :
1) Kotrasepsi oral kombinasi (30-50 µg) selama 1 siklus.
2) Ibuprofen (hingga 800 mg 3 kali sehari x 5 hari). Terangkan pada
klien bahwa akan terjadi perdarahan setelah pil kombinasi habis.
18
3) Bila terjadi perdarahan lebih banyak dari biasa, berikan 2 tablet pil
kombinasi selama 3-7 hari dan lanjutkan dengan satu siklus pil
kombinasi.
Penatalaksanaan kasus spotting menurut Saifuddin, (2006)
adalah:
1) Jelaskan bahwa perdarahan ringan sering ditemukan terutama pada
tahun pertama. Bila tidak ada masalah dan klien tidak hamil, tidak
diperlukan tindakan apapun.
2) Bila klien tetap saja mengeluh masalah perdarahan dan ingin
melanjutkan pemakaian implan dapat diberikan pil kombinasi satu
siklus, atau ibuprofen 3x800 mg selama lima hari. Terangkan pada
klien bahwa akan terjadi perdarahan setelah pil kombinasi habis.
3) Bila terjadi perdarahan lebih banyak dari biasa, berikan 2 tablet pil
kombinasi untuk 3-7 hari dan kemudian dilanjutkan dengan satu
siklus pil kombinasi, atau dapat juga diberikan 50 µg etinilestradiol,
atau 1,25 mg estrogen equen konjugasi 14-21 hari.
B. Teori Manajemen Kebidanan
1. Pengertian
Menurut Tresnawati (2013), manajemen kebidanan adalah suatu
pendekatan proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode
untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,
temuan, keterampilan, dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk
mengambil suatu keputusan yang berfokus pada klien.
19
2. Proses Manajemen Kebidanan 7 Langkah Varney
Proses manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah
yang memperkenalkan sebuah metode atau pemikiran dan tindakan-
tindakan dengan urutan yang logis sehingga pelayanan komprehensif dan
aman dapat tercapai (Ambarwati, 2010). Menurut Helen Varney, proses
manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah yang berurutan, dimulai dari :
a. Langkah 1 : Pengkajian
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan
semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
1) Data subjektif
Data subjektif diperoleh dengan cara melakukan anamnesa.
Anamnesa adalah pengkajian dalam rangka mendapatkan data pasien
dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Bagian penting dari
anamnesa adalah data subjektif pasien yang meliputi : biodata
identitas pasien dan suami pasien, alasan masuk dan keluhan,
riwayat haid atau menstruasi, riwayat perkawinan lalu, riwayat
obstetri (riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu), riwayat
persalinan sekarang, riwayat dan perencanaan keluarga berencana,
riwayat kesehatan (kesehatan sekarang, kesehatan yang lalu,
kesehatan keluarga), pola kebisaaan (pola makan dan minum, pola
eliminasi, pola aktivitas dan istirahat, personal hygiene), data
pengetahuan, psikososial, spiritual, dan budaya (Tresnawati, 2013).
20
a) Identitas pasien
Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), identitas
meliputi :
(1) Nama : nama jelas dan lengkap bila perlu nama
panggilan sehari-hari agar tidak keliru
dalam memberikan penanganan.
(2) Umur : dicatat dalam tahun untuk mengetahui
adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun,
alat-alat reproduksi belum matang, mental
dan psikisnya belum siap.
(3) Agama : untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut
untuk membimbing atau mengarahkan
pasien dalam berdoa.
(4) Pendidikan : berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan
untuk mengetahui sejauh mana tingkat
intelektualnya (kecerdasan), sehingga bidan
dapat memberi konseling sesuai dengan
pendidikannya.
(5) Pekerjaan : gunanya untuk mengetahui dan mengukur
tingkat sosial ekonominya, karena ini juga
mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut.
(6) Suku/bangsa : berpengaruh pada adat istiadat atau
kebiasaan sehari-hari.
21
(7) Alamat : ditanya untuk mempermudah kunjungan
rumah bila diperlukan.
b) Alasan kunjungan atau keluhan utama
Keluhan utama untuk mengetahui masalah yang dihadapi
yang berkaitan dengan kondisi pasien (Ambarwati dan Wulandari,
2010). Keluhan utamanya adalah perdarahan bercak (spotting)
yang dialami akseptor KB implan.
c) Riwayat perkawinan
Ini penting untuk dikaji karena dari data ini akan
mendapatkan gambaran mengenai suasana rumah tangga
pasangan, kawin umur berapa tahun, status pernikahan, lama
pernikahan, dan suami yang keberapa (Sulistyawati, 2011).
d) Riwayat menstruasi
Pada riwayat menstruasi dianamnesis pertama kali klien
mendapatkan haid pada usia berapa, lamanya haid berapa hari,
siklus haidnya berapa hari dan nyeri yang menyertai haid
(dismenorhoe) (Irianto, 2015). Pada akseptor KB implan dengan
spotting riwayat menstruasi berupa perdarahan bercak.
e) Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak,
cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas
yang lalu (Ambarawati dan Wulandari, 2010).
22
f) Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan
kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama
menggunakan kontrasepsi serta rencana KB (Ambarawati dan
Wulandari, 2010).
g) Riwayat penyakit
(1) Riwayat kesehatan sekarang
Untuk mengetahui ibu menderita penyakit menular
(TBC, hepatitis, dan malaria), penyakit keturunan (DM,
jantung, hipertensi) (Sulistyawati, 2011).
(2) Penyakit yang sedang diderita
Tanyakan kepada klien penyakit apa yang sedang ia
derita sekarang. Hal ini diperlukan untuk menentukan
bagaimana asuhan berikutnya (Astuti, 2012).
(3) Riwayat kesehatan keluarga
Dengan menyebutkan nama penyakit berat yang pernah
diderita oleh keluarga dan dikhususkan terhadap riwayat
kesehatan terutama penyakit genetik dan penyakit keturunan,
misalnya kejadian diabetes, penyakit jantung, tekanan darah
tinggi, stroke, epilepsi dan lain-lain (Setiadi, 2012).
23
(4) Riwayat keturunan kembar
Dikaji untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada
yang mempunyai riwayat keturunan kembar (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
(5) Riwayat operasi
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu pernah dilakukan
tindakan operasi atau belum (Ambarwati dan Wulandari,
2010).
b) Pemenuhan kebutuhan sehari-hari
Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), pemenuhan
kebutuhan sehari-hari adalah :
(1) Pola nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum,
frekuensi, banyaknya, jenis makanan, makanan pantangan.
(2) Pola eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan
buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi, dan
bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna,
jumlah.
(3) Pola istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa
jam pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur.
24
(4) Pola hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga
kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia.
(5) Aktivitas sehari-hari
Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari. Pada
pola ini perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap
kesehatannya.
C) data psikologis
Data psikologis ini untuk mengetahui keadaan psikologis
pasien akseptor KB implan dengan spotting. Pasien merasa cemas
atau tidak dengan adanya bercak darah yang keluar (Sulistyawati,
2014).
2) Data objektif
Data objektif dapat diperoleh melalui pemeriksaan fisik
sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, dan
pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara
inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi (Tresnawati, 2013).
a) Status generalis :
(1) Keadaan umum
Menurut Sulistyawati (2011), keadaan umum dibagi
menjadi dua, yaitu :
25
(a) Baik
Jika pasien memperlihatkan respon yang baik
terhadap lingkungan dan orang lain, serta secara fisik
pasien tidak mengalami ketergantungan dalam
berjalan.
(b) Lemah
Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ia kurang
atau tidak memberikan respon yang baik terhadap
lingkungan dan orang lain, dan pasien sudah tidak
mampu lagi untuk berjalan sendiri.
(2) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran
pasien, dapat melakukan pengkajian tingkat kesadaran
mulai dari keadaan composmentis (kesadaran maksimal)
sampai dengan coma (pasien tidak dalam keadaan sadar
(Sulistyawati, 2011). Menurut Astuti, (2012) tingkat
kesadaran dibedakan menjadi :
(a) Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal,
sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan
tentang keadaan sekelilingnya.
(b) Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk
berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak
acuh.
26
(c) Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat,
waktu), memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi,
kadang berhayal.
(d) somnolen (Obtundasi, letargi), yaitu kesadaran
menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah
tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang
(mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi,
mampu memberi jawaban verbal.
(e) Stupor (sopora koma), yaitu keadaan seperti tertidur
lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.
(f) coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak
ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin
juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya.
(3) tanda-tanda vital
Pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi tekanan
darah, nadi, pernapasan, dan suhu tubuh (Suparmi, 2012).
(a) Tekanan darah
Mengukur tekanan darah bertujuan untuk menilai
sistem kardiovaskuler (Kusmiyati, 2010).
(b) Suhu
Mengukur suhu tubuh bertujuan untuk mengetahui
keadaan pasien apakah suhu tubuhnya normal
(36,5ºC-37,5ºC) atau tidak (Kusmiyati, 2010).
27
(c) Pernapasan
Menghitung pernapasan dilakukan selama 1 menit
penuh. Tujuan untuk mengetahui sistem fungsi
pernapasan yang terdiri dari mempertahankan
pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam paru-
paru dan pengaturan keseimbangan asam basa
(Kusmiyati, 2010).
(d) Nadi
Denyut nadi adalah loncatan aliran darah yang
dapat teraba pada berbagai titik tubuh (Setiadi, 2012).
(4) Tinggi badan
Mengukur tinggi badan bertujuan untuk mengetahui
tinggi badan pasien, membantu menegakkan diagnosa,
menentukan prognosis (Kusmiyati, 2010).
(5) Berat badan
Pengukuran ini dimaksudkan untuk menghitung
indeks masa tubuh (BMI), karena dengan mengetahui
(BMI) seseorang dapat melihat apakah seseorang termasuk
dalam kategori kurus, normal, obesitas (Suparmi, 2012).
b) Pemeriksaan sistematik
(1) Inspeksi
Teknik ini merupakan teknik pemeriksaan fisik yang
paling mudah karena tidak memerlukan peralatan khusus,
28
hanya mengandalkan penglihatan dan kemampuan
menangkap tanda dan isyarat yang ditampilkan pasien
(Suparmi, 2012). Pemeriksaan inspeksi antara lain adalah :
(a) Rambut
Untuk mengetahui adanya kuantitas, distribusi,
tekstur. Secara kuantitas, untuk mengetahui tipis atau
tebal, distribusi untuk mengetahui adanya alopesia
(kerontokan) sebagian atau total, dan tekstur untuk
mengetahui kasar atau halus (Suparmi, 2012).
(b) Muka
Untuk mengetahui simetris wajah, gerakkan
involunter (gerakan spontan), oedema dan adanya
massa (Niman, 2013).
(c) Mata
Pemeriksaan mata dilakukan dengan teknik inspeksi
terhadap adanya kelainan, warna konjungtiva dan
sclera mata, kekeruhan lensa mata, reaksi dan ukuran
pupil, gerakan bola mata, dan ketajaman pengelihatan
(Suparmi, 2012).
(d) Hidung
Untuk mengetahui kebersihan hidung, adanya polip
atau tidak, dan alergi debu atau tidak (Sulistyawati,
2011).
29
(e) Telinga
Untuk mengetahui adanya gangguan pendengaran
atau tidak dan kebersihan telinga (Sulistyawati, 2011).
(f) Mulut
Pemeriksaan ini untuk mengetahui ada tidaknya
luka atau peradangan gusi, bibir, lidah dan faring,
keadaan gigi geligi, keadaan tonsil, keadaan lidah, dan
bau mulut (Suparmi, 2012).
(g) Leher
Pemeriksaan fisik leher meliputi otot, kelenjar getah
bening, kelenjar tiroid dan trakea (Niman, 2013).
(h) Dada dan mammae
Meliputi pemeriksaan pembesaran, simetris, aerola,
putting, kolostrum, dan tumor (Astuti, 2012).
(i) Axilla
Untuk mengetahui adanya pembesaran kelenjar
ketiak, massa dan nyeri tekan (Astuti, 2012).
(j) Abdomen
Meliputi pemeriksaan luka bekas operasi,
pembesaran perut, linea nigra, strie gravidarum
(Astuti, 2012).
30
(k) Genetalia
Meliputi pemeriksaan varises, luka, kemerahan,
pengeluaran pervaginam, kelenjar bartholini
(bengkak, massa) (Astuti, 2012). Pada kasus spotting
pemeriksaan inspekulo juga dilakukan untuk
memastikan bahwa pengeluaran berupa darah yang
sedikit-dikit tersebut memang benar keluar melalui
jalan lahir (Affandi, 2010).
(l) Anus
Meliputi pemeriksaan hemoroid (Astuti, 2012).
(m) Ekstremitas
Meliputi pemeriksaan oedema, varices, kuku jari
dan reflek patella (Astuti, 2012).
(2) Palpasi
Palpasi merupakan salah satu teknik yang
mengandalkan kemampuan dalam mempergunakan
sensasi tangan dan kemampuan tanda serta
mempersepsikan temuan yang diperoleh (Suparmi, 2012).
(a) Muka
Meliputi pemeriksaan oedema dan cloasma
gravidarum (Astuti, 2012).
31
(b) Leher
Pemeriksaan fisik leher meliputi otot, kelenjar getah
bening, kelenjar tiroid dan trakea (Niman, 2013).
(c) Payudara
Palpasi payudara untuk mengetahui kontur keras
atau lunak, adanya benjolan atau tumor, adanya cairan
darah, pus, cairan bening, air susu (Suparmi, 2012)
(d) Abdomen
Palpasi dilakukan dengan tujuan mencari adanya
tahanan, keras, lembut dan massa (Niman, 2013).
Pada kasus spotting dilakukan pemeriksaan abdomen
untuk mengetahui ada nyeri tekan atau tidak, dan ada
pembesaran tidak.
(e) Genetalia
Meliputi pemeriksaan varises, luka, kemerahan,
pengeluaran pervaginam, kelenjar bartholini
(bengkak, massa) (Astuti, 2012). Pada kasus spotting
untuk mengetahui perdarahan dan bercak darah
berupa flek-flek berwarna merah.
(3) Perkusi
Perkusi adalah metode pemeriksaan dengan cara
mengetuk. Tujuan perkusi adalah menentukan batas-batas
organ atau bagian tubuh dengan cara merasakan vibrasi
32
yang ditimbulkan akibat adanya gerakan yang diberikan
ke bawah jaringan (Priharjo, 2006).
(a) Ekstremitas
Meliputi pemeriksaan oedema, varices, kuku jari
dan reflek patella (Astuti, 2012).
(4) Auskultasi
Auskultasi merupakan metode pengkajian yang
menggunakan stetoskop untuk memperjelas pendengaran
(Priharjo, 2006).
(a) Tekanan darah
Tekanan darah diukur dengan menggunakan alat
tensimeter dan stetoskop. Tekanan darah normal,
sistolik antara 110 sampai 140 mmHg dan diastolik
antara 70 sampai 90 mmHg (Astuti, 2012).
(b) Nadi
Teknik pengukuran vital sign pulse (nadi) pada
lokasi tertentu di mana dapat dirasakan gelombang
darah yang disebabkan oleh pemompaan atau
kontraksi ventrikal kiri jantung. Normalnya frekuensi
nadi adalah 60-100 kali/menit (Niman, 2013).
c) Data penunjang
Pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan urine
untuk mengetahui kadar protein dan glukosanya, dan
33
pemeriksaan darah untuk mengetahui faktor rhesus, golongan
darah, Hb (normal ≥ 11gr %) (Astuti, 2012). Pada kasus KB
implan dengan spotting dilakukan pemeriksaan kehamilan
untuk memastikan pasien hamil atau tidak dan pemeriksaan Hb
(Arum dan Sujiyatini, 2009).
b. Langkah II : Interpretasi data
Interpretasi data merupakan identifikasi terhadap diagnosa,
masalah dan kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi yang benar atas
data-data yang telah dikumpulkan (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
Interprestasi data meliputi :
1) Diagnosa kebidanan
Diagnosa dapat ditegakkan yang berkaitan dengan para, abortus,
anak hidup, umur ibu dan keadaan nifas (Ambarwati dan Wulandari,
2010).
Diagnosa : Ny... P…A… umur…tahun akseptor KB implan dengan
spotting.
Data dasar meliputi :
(a) Data subjektif
Pernyataan ibu tentang jumlah persalinan, apakah pernah
abortus atau tidak, keterangan ibu tentang umur, keterangan ibu
tentang keluhan (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
(1) Ibu mengatakan bernama….
(2) Ibu mengatakan memakai KB implan sejak….
34
(3) Ibu mengatakan mengalami bercak-bercak dari
kemaluannya sejak…..
(b) Data objektif
Hasil pemeriksaan tentang pengeluaran pervaginam, hasil
pemeriksaan tanda-tanda vital (Ambarwati dan Wulandari,
2010).
(1) Keadaan umum, untuk mengetahui keadaan umum apakah
baik atau lemah (Sulistyawati, 2011).
(2) Tanda-tanda vital, pemeriksaan tanda-tanda vital adalah
melakukan pengukuran suhu tubuh (temperature), nadi
(pulse), pernapasan (respirasirate), tekanan darah
(bloodpressure) dan pengkajian terhadap nyeri (pain) pada
tubuh (Niman, 2013).
(3) Genetalia, Untuk mengetahui adanya pembengkakan,
indurasi, nyeri dan sekret dari kelenjar bartholini (Niman,
2013).
2) Masalah
Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien
(Ambarwati dan Wulandari, 2010). Masalah sering berhubungan
dengan bagaimana wanita itu mengalami kenyataan terhadap
diagnosisnya (Sulistyawati, 2011). Masalah yang dialami pada kasus
KB implan dengan spotting adalah :
(a) Rasa tidak nyaman pada daerah genetalia.
35
(b) Rasa cemas pada perdarahan bercak (spotting).
3) Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh pasien dan belum
terindikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan
melakukan analisa data (Kusbandiyah, 2010). Pada kasus KB implan
dengan spotting kebutuhan yang diperlukan menurut Sulistyawati,
(2014) yaitu, Penjelasan tentang gangguan pola haid pada pemakaian
implan berupa amenorea dan spotting.
c. Langkah III : Diagnosa potensial
Pada langkah ini diidentifikasikan masalah atau diagnosa
potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini
membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan menunggu
mengamati dan bersiap-siap apabila hal tersebut benar-benar terjadi
(Ambarwati dan Wulandari, 2010). Diagnosa potensial yang mungkin
terjadi pada kasus implan dengan spotting adalah terjadinya anemia
(Arum dan Sujiyatini, 2009).
d. Langkah IV : Antisipasi masalah
Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen
kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh
bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani
bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi
pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Antisipasi pada anemia perlu
36
diberikan preparat besi dan anjurkan mengkonsumsi makanan yang
banyak mengandung zat besi (Arum dan Sujiyatini, 2009).
e. Langkah V : Perencanaan
Langkah ini ditentukan dari hasil kajian pada langkah sebelumnya.
Jika ada informasi atau data yang tidak lengkap bisa dilengkapi.
Merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa
yang telah diidentifikasi atau diantisipasi yang sifatnya segera atau rutin
(Tresnawati, 2013). Rencana tindakan yang dapat dilakukan pada
akseptor KB implan dengan spotting menurut (Saifuddin, 2006) :
1) Jelaskan bahwa perdarahan ringan sering ditemukan terutama pada
tahun pertama. Bila tidak ada masalah dan klien tidak hamil, tidak
diperlukan tindakan apapun.
2) Bila klien tetap saja mengeluh masalah perdarahan dan ingin
melanjutkan pemakaian implan dapat diberikan pil kombinasi satu
siklus, atau ibuprofen 3x800 mg selama lima hari. Terangkan pada
klien bahwa akan terjadi perdarahan setelah pil kombinasi habis.
3) Bila terjadi perdarahan lebih banyak dari biasa, berikan 2 tablet pil
kombinasi untuk 3-7 hari dan kemudian dilanjutkan dengan satu
siklus pil kombinasi, atau dapat juga diberikan 50 µg
etinilestradiol, atau 1,25 mg estrogen equen konjugasi 14-21 hari.
f. Langkah VI : Pelaksanaan
Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan
pada klien dan keluarga. Mengarahkan atau melaksanakan rencana
37
asuhan secara efisien pada pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
Pada langkah ini bidan melaksanakan langsung tindakan yang telah di
rencanakan pada akseptor KB implan dengan spotting menurut
Saifuddin (2011), yaitu sebagai berikut :
1) Menjelaskan bahwa perdarahan ringan sering ditemukan terutama
pada tahun pertama. Bila tidak ada masalah dan klien tidak hamil,
tidak diperlukan tindakan apapun.
2) Bila klien tetap saja mengeluh masalah perdarahan dan ingin
melanjutkan pemakaian implan dapat diberikan pil kombinasi satu
siklus, atau ibuprofen 3x800 mg selama lima hari.
3) Menjelaskan pada klien bahwa akan terjadi perdarahan setelah pil
kombinasi habis. Bila terjadi perdarahan lebih banyak dari biasa,
berikan 2 tablet pil kombinasi untuk 3-7 hari dan kemudian
dilanjutkan dengan satu siklus pil kombinasi, atau dapat juga
diberikan 50 µg etinilestradiol, atau 1,25 mg estrogen equen
konjugasi 14-21 hari.
g. Langkah VII : Evaluasi
Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa
yang telah dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang
diberikan, ulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap
setiap aspek asuhan yang dilaksanakan tapi belum efektif atau
merencanakan kembali yang belum terlaksana (Ambarwati dan Wulan,
2010).
38
Evaluasi yang ingin dicapai pada akseptor KB implan dengan
spotting menurut Sulistyawati (2011), yaitu :
1) Klien sudah tahu bahwa spotting adalah efek samping KB implan.
2) Ibu tetap menggunakan KB implan.
3) Terapi pil kombinasi atau etinilestradiol sudah diberikan dan ibu
bersedia untuk meminumnya.
3. Data Perkembangan
Metode pendokumentasian untuk data perkembangan dalam
asuhan kebidanan pada KB menggunakan SOAP. Menurut Muslihatun
dkk (2009), pendokumentasian manajemen kebidanan dengan metode
SOAP, yaitu :
a. S (Data Subjektif)
Data subjektif (S), merupakan pendokumentasian manajemen
kebidanan menurut Helen Varney langkah pertama (pengkajian data),
terutama data yang diperoleh melalui anamnesa.
b. O (Data Objektif)
Data objektif (O), merupakan pendokumentasian manajemen
kebidanan menurut Helen Varney pertama (pengkajian data), terutama
data yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan
fisik pasien, pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik
lain.
39
c. A (Assessment)
(Analysis/Assessment), merupakan pendokumentasian hasil analisis
dan interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif.
d. P (planning)
(Planning) perencanaan, adalah membuat rencana asuhan saat ini
dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil
analisis dan interpretasi data.
C. Landasan Hukum
Landasan hukum asuhan kebidanan KB implan pada pasien dengan
spotting yaitu, Permenkes Nomor 1464/Menkes/per/X/2010 dengan pasal :
1. Pasal 9 yang berbunyi :
Bidan dalam menjalani praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan
meliputi :
a. Pelayanan kesehatan ibu;
b. Pelayanan kesehatan anak ; dan
c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.
2. Pasal 12 yang berbunyi :
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana sebagai maksud dalam pasal 9 huruf c, berwenang
untuk :
a. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana; dan
b. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom.
40
3. Pasal 13 yang berbunyi :
Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 10, pasal 11, dan
pasal 12 bidan yang menjalankan program pemerintah berwenang
melakukan pelayanan kesehatan meliputi :
a. Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim, dan
memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit.
b. Pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit hanya dapat dilakukan oleh
bidan yang dilatih.
41
BAB III
METODOLOGI STUDI KASUS
A. Jenis Studi
Studi kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan secara intensif
terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu.
Metode deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki
keadaan, kondisi atau hal lain-lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya
dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian (Arikunto, 2013).
Studi kasus ini menggambarkan tentang Asuhan Kebidanan Keluarga
Berencana pada Ny. M P2 A0 Umur 37 Akseptor KB Implan dengan Spotting
menggunakan asuhan kebidanan menurut tujuh langkah varney.
B. Lokasi Studi
Lokasi studi menjelaskan tempat atau lokasi tersebut dilakukan
(Notoatmodjo, 2012). Studi kasus ini dilakukan di Puskesmas Sibela
Surakarta.
C. Subjek Studi
Subjek studi adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti
(Arikunto, 2013). Subjek pada studi kasus ini adalah Ny.M P2 A0 Umur 37
Tahun Akseptor KB Implan dengan Spotting.
42
D. Waktu Studi
Waktu studi kasus adalah waktu yang dibutuhkan penulis untuk
mendapatkan data penelitian sampai batas yang ditentukan (Nursalam, 2009).
Studi kasus ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 - Maret 2016.
E. Istrumen Studi
Instrumen studi kasus adalah alat-alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data (Notoatmodjo, 2012). Pada kasus ini instrumen yang
digunakan untuk mendapatkan data adalah format asuhan kebidanan ibu KB
menurut tujuh langkah Varney dan SOAP dalam bentuk data perkembangan.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada klien adalah dengan cara mengambil
data primer dan data sekunder :
1. Data primer
Data primer adalah data yang secara langsung diambil dari objek
atau objek penelitian oleh peneliti perorangan maupun organisasi
(Riwidikdo, 2012). Data primer diperoleh dengan cara :
a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan empat cara yaitu :
1) Inspeksi
Inspeksi adalah penggunaan penglihatan, pendengaran, dan
penciuman untuk mendeteksi karakteristik normal atau tanda fisik
tertentu dari bagian dan fungsi tubuh (Setiadi, 2012). Inspeksi
dilakukan secara berurutan dari kepala sampai kaki, pada kasus Ny.
43
M P2 A0 umur 37 tahun akseptor KB implan dengan spotting. Untuk
melihat adanya spotting dilakukan pemeriksaan genetalia.
2) Palpasi
Palpasi dilakukan dengan menggunakan sentuhan atau rabaan
(Priharjo, 2006). Dalam kasus akseptor KB implan dengan spotting
palpasi dilakukan untuk mengetahui apakah adanya nyeri tekan atau
tidak, hal ini menunjukkan adanya massa, pemeriksaan yang
dilakukan yaitu pemeriksaan pada nadi, kepala dan genetalia.
3) Auskultasi
Auskultasi merupakan metode pengkajian yang menggunakan
stetoskop untuk memperjelas pendengaran (Priharjo, 2006).
Pemeriksaan ini dilakukan untuk memeriksa tekanan darah ibu
normal atau tidak pada akseptor KB implan dengan spotting
dilakukan pemeriksaan tekanan darah.
4) Perkusi
Perkusi adalah metode pemeriksaan dengan cara mengetuk.
Tujuan perkusi adalah menentukan batas-batas organ atau bagian
tubuh dengan cara merasakan vibrasi yang ditimbulkan akibat
adanya gerakan yang diberikan ke bawah jaringan (Priharjo, 2006).
Dalam kasus ini pemeriksaan perkusi dilakukan untuk mengetahui
adanya oedema atau tidak, adanya varices atau tidak, adanya
kelainan atau tidak, reflek patella positif atau negatif pada kasus
44
akseptor KB implan dengan spotting dilakukan pemeriksaan
ekstremitas.
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk
mengumpulkan data, di mana peneliti mendapatkan keterangan atau
informasi secara lisan dari seseorang sasaran penelitian, atau bercakap-
cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (Notoatdmodjo, 2012).
Dalam kasus ini wawancara dilakukan secara langsung pada Ny. M P2
A0 umur 37 tahun akseptor KB implan dengan spotting dan tenaga
kesehatan di Puskesmas Sibela Surakarta.
c. Pengamatan (observasi)
Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan mengadakan
pengamatan secara langsung kepada responden penelitian untuk
mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti (Hidayat, 2010). Pada
kasus akseptor KB implan dengan spotting dilakukan pengamatan
(observasi) pada perdarahan pervaginam.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari
metode baik secara objek penelitian. Peneliti mendapatkan data yang
sudah jadi yang dikumpulkan oleh pihak lain dengan berbagai cara atau
komersial maupun non komersial (Riwidikdo, 2012). Data sekunder
diperoleh dengan cara :
45
a. Studi dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara
mengambil data yang berasal dari dokumen asli (Hidayat, 2014). Dalam
studi kasus ini, dokumentasi dilakukan dengan cara pengumpulan data
yang diambil dari rekam medik di Puskesmas Sibela Surakarta.
b. Studi kepustakaan
Studi Kepustakaan adalah semua literatur atau bacaan yang
digunakan untuk mendukung dalam menyusun proposal tersebut.
Literatur ini umumnya terdiri dari buku-buku teks, majalah atau jurnal
ilmiah, makalah ilmiah, skripsi (Notoatdmojo, 2012). Pada kasus ini
studi kepustakaan berupa buku-buku referensi, artikel internet, karya
ilmiah yang terdahulu, dan sumber pustaka lainnya yang menunjang
studi kasus ini dari tahun 2006-2015.
G. Alat-alat yang digunakan
Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam teknik pengumpulan data antara
lain :
1. Alat dan bahan pengambilan data :
a. Format pengkajian pada akseptor KB implan (askeb).
b. Buku tulis.
c. Pulpen.
2. Alat dan bahan melakukan pemeriksaan dan observasi :
a. Spigmomanometer.
b. Stetoskop.
46
c. Thermometer.
d. Timbangan berat badan.
e. Pengukuran tinggi badan.
f. Sarung tangan.
g. Kapas DTT.
h. Lampu sorot.
i. Hammer patella.
j. Hb sahli.
H. Jadwal Studi Kasus
Dalam bagian ini diuraikan langkah-langkah kegiatan dari mulai
menyusun proposal penelitian, sampai dengan penulisan laporan penelitian,
beserta waktu berjalan atau berlangsungnya tiap kegiatan tersebut
(Notoatmodjo, 2012). Jadwal studi kasus terlampir.
47
BAB IV
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian Data
Tanggal : 1 Maret 2016 Pukul : 09.00 WIB
a. Identitas Pasien Identitas Suami
1) Nama : Ny. M Nama : Tn. W
2) Umur : 37 tahun Umur : 40 tahun
3) Agama : Islam Agama : Islam
4) Suku bangsa : Jawa, Indonesia Suku bangsa : Jawa, Indonesia
5) Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
6) Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Dagang
7) Alamat : Tawangsari, Rt.03/Rw.34, Mojosongo, Surakarta.
b. Anamnesa (Data Subjektif)
Tanggal : 1 Maret 2016 Pukul : 09.05 WIB
1) Keluhan utama
Ibu mengatakan menggunakan KB implan pada tanggal 28 Januari
2016 dan mengalami bercak darah mulai tanggal 26 Februari 2016.
Bercak darah terjadi di luar siklus haid (siklus ibu 28 hari), tidak
nyeri, ganti pembalut 2x/hari. Ibu merasa tidak nyaman dengan
bercak darah yang dialaminya.
48
2) Riwayat perkawinan
Status perkawinan sah, kawin satu kali umur 25 tahun dengan
suami umur 28 tahun dengan anak 2 orang.
3) Riwayat menstruasi
a) Menarche : ibu mengatakan haid pertama usia 15 tahun.
b) Siklus : ibu mengatakan siklusnya 28 hari.
c) Lamanya : ibu mengatakan lamanya 5-6 hari.
d) Banyaknya : ibu mengatakan 2-3 kali per hari ganti pembalut.
e) Teratur/tidak : ibu mengatakan haidnya teratur.
f) Sifat darah : ibu mengatakan darahnya encer dan berwarna
merah segar.
g) Disminorhoe : ibu mengatakan nyeri saat haid namun tidak
mengganggu aktivitas.
4) Riwayat obstetri (kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu)
Tabel 4.1 Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
No
Tahun
Partus
Tempat
Partus
UKM
(bln)
Jenis
Partus
Penolong
JK
BB
PJ
(cm)
Nifas
Kead
Laktasi
Keada-
an
Anak
1 2004 BPM 9 Normal Bidan L 3100 47 Baik Baik Hidup
2 2010 RS 9 Normal Bidan P 3200 47 Baik Baik Hidup
49
5) Riwayat KB
Tabel 4.2 Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
No
Tahun
Partus
Tempat
Partus
UKM
(bln)
Jenis
Partus
Penolong
JK
BB
PJ
(cm)
Nifas
Kead
Laktasi
Keada-
an
Anak
1 2004 BPM 9 Normal Bidan L 3100 47 Baik Baik Hidup
2 2010 RS 9 Normal Bidan P 3200 47 Baik Baik Hidup
6) Riwayat penyakit
a) Riwayat penyakit sekarang : ibu mengatakan mengeluarkan
bercak darah sejak tanggal 26 Februari 2016.
b) Riwayat penyakit sistemik
(1) Jantung : ibu mengatakan tidak pernah merasakan
jantung berdebar kencang, nyeri di dada
sebelah kiri, tidak mudah capek, dan tidak
pernah keringat dingin pada telapak tangan.
(2) Ginjal : ibu mengatakan tidak pernah merasa sakit
pada punggung bagian bawah, dan tidak
pernah sakit saat buang air kecil.
(3) Asma : ibu mengatakan tidak pernah tiba-tiba sesak
nafas atau nafas megap-megap.
(4) TBC : ibu mengatakan tidak pernah batuk
berkepanjangan ± 3 bulan, disertai keluar
darah dan keringat dingin dari telapak
tangan.
50
(5) Hepatitis : ibu mengatakan selama ini tidak pernah
terlihat kuning pada sclera mata dan ujung
kuku.
(6) DM : ibu mengatakan tidak mudah atau sering
lapar (poliphagi), tidak sering haus pada
malam hari (polidipsi), dan tidak sering
buang air kecil pada malam hari ± 6 − 7 kali
(poliuri).
(7) Hipertensi : ibu mengatakan tidak pernah memiliki
tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg.
(8) Epilepsi : ibu mengatakan tidak pernah mengalami
kejang disertai mengeluarkan busa dari
mulutnya.
(6) Lain-lain : ibu mengatakan tidak pernah memilik
riwayat penyakit menular seperti HIV/AIDS.
c) Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan baik dari pihak keluarga suami maupun ibu tidak
ada yang memiliki penyakit menurun (hipertensi, DM) dan
penyakit menular (hepatitis dan epilepsi).
d) Riwayat keturunan kembar
Ibu mengatakan baik dari keluarganya maupun suaminya tidak
ada yang memiliki riwayat keturunan kembar.
51
e) Riwayat operasi
Ibu mengatakan tidak ada riwayat operasi.
6) Data psikologis
Ibu mengatakan cemas dengan keadaannya saat ini.
7) Riwayat kebiasaan sehari-hari
a) Personal hygiene : ibu mengatakan mandi 2 kali sehari dan
gosok gigi 2 kali sehari.
b) Pola nutrisi : ibu mengatakan makan 3 kali sehari,
porsi sedang (nasi, lauk pauk, sayur).
Minum 7-8 gelas per hari.
c) Pola istirahat dan aktivitas : ibu mengatakan tidur siang 1,5 jam,
tidur malam 7 jam dan mengerjakan
pekerjaan rumah dibantu suami.
d) Pola eleminasi : ibu mengatakan BAK ± 4-5 kali sehari
dan BAB 1 kali sehari.
e) Pola seksual : ibu mengatakan selama spotting tidak
melakukan hubungan seksual.
f) Perokok : ibu mengatakan ibu dan suami tidak
pernah merokok.
g) Pemakaian obat-obatan : ibu mengatakan ibu dan suami tidak
pernah memakai obat-obatan terlarang.
52
c. Pemeriksaan Fisik (Data Objektif)
1) Status generalis
a) Keadaan umum : baik.
b) Kesadaran : composmentis.
c) Tekanan darah : 120/80 mmHg.
d) Nadi : 82 x/menit.
e) Suhu : 36,5° C.
f) Pernapasan : 24 x/menit.
g) Tinggi Badan :157 cm.
h) Berat Badan : 58 kg.
2) Pemeriksaan sistematis
a) kepala
(1) Rambut : bersih, warna hitam, panjang, dan
tidak berketombe.
(2) Muka : tidak pucat dan tidak oedema.
(3) Mata
(a) Oedema : tidak ada oedema.
(b) Conjungtiva : warna merah muda.
(c) Sclera : putih.
(4) Hidung : bersih, simetris dan tidak.
(5) Telinga : bersih, simetris.
(6) Mulut/gigi/gusi : mulut bersih, tidak ada stomatitis,
53
gigi tidak caries, gusi tidak
berdarah.
b) Leher
(1) Kelenjar gondok : tidak dilakukan.
(2) Tumor : tidak dilakukan.
(3) Pembesaran kelenjar limfe : tidak dilakukan.
c) Dada dan axilla
(1) Mammae
(a) Membesar : tidak dilakukan.
(b) Tumor : tidak dilakukan.
(c) Simetris : tidak dilakukan.
(d) Putting susu : tidak dilakukan.
(e) Kolostrum : tidak dilakukan.
(2) Axilla
(a) Benjolan : tidak dilakukan.
(b) Nyeri : tidak dilakukan.
d) Abdomen
(1) Pembesaran hati : tidak ada pembesaran hati.
(2) Benjolan/tumor : tidak ada benjolan.
(3) Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan.
(4) Luka bekas operasi : tidak ada bekas operasi.
54
e) Anogenital
(1) Vulva vagina
(a) Varices : tidak ada varices.
(b) Luka : tidak ada bekas luka.
(c) Kemerahan : tidak ada kemerahan.
(d) Nyeri : tidak ada nyeri tekan.
(e) Pengeluaran pervaginam : bercak darah.
(2) Inspekulo
(a) Vagina : tidak dilakukan.
(b) Vulva : tidak dilakukan.
(c) Tanda chadwick : tidak dilakukan.
(3) Pemeriksaan dalam
(a) Porsio/ servik : tidak dilakukan.
(b) Posisi uterus : tidak dilakukan.
(c) Tumor/ benjolan : tidak dilakukan.
(d) Nyeri : tidak dilakukan.
(4) Anus
(a) Haemoroid : tidak dilakukan.
(b) Keluhan lain : tidak dilakukan.
f) Ekstremitas
(1) Varices : tidak ada varices.
(2) Oedema : tidak ada oedema.
(3) Reflek patella : positif.
55
3) Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan laboratorium : Hb :12 gr % (normal ≥ 11 gr %).
PP tes : negatif.
b) Pemeriksaan penunjang lain : tidak dilakukan.
2. Interpretasi Data
Tanggal : 1 Maret 2016 Pukul : 09.15 WIB
a. Diagnosa kebidanan
Ny. M P2 A0 umur 37 tahun akseptor KB implan dengan spotting.
Data dasar :
1) Data Subjektif
a) Ibu mengatakan bernama Ny. M umur 37 tahun.
b) Ibu mengatakan memakai KB implan pada tanggal 28 Januari
2016 dan mengalami bercak darah dari jalan lahir mulai tanggal
26 Februari 2016.
c) Ibu mengatakan pernah melahirkan dua kali dan belum pernah
keguguran.
d) Ibu mengatakan pernah memakai KB suntik tiga bulan.
2) Data Objektif
(a) Keadaan umum : baik.
(b) Kesadaran : composmentis.
(c) Vital sign
Tekanan darah : 120/80 mmHg.
Nadi : 82x/menit.
56
Suhu : 36,5 º C.
pernapasan : 24x/menit.
(d) Perdarahan pervaginam : bercak darah.
(e) Palpasi abdomen : tidak ada nyeri tekan pada perut
bagian bawah dan tidak teraba
benjolan atau massa.
(f) Hb : 12gr %.
(g) Pp tes : negatif.
b. Masalah
Ibu mengatakan merasa cemas tentang keadaannya dan merasa tidak
nyaman dengan bercak darah yang dialaminya.
c. Kebutuhan
Penjelasan KIE tentang efek samping KB implan.
3. Diagnosa Potensial
Tidak ada.
4. Antisipasi Segera
Tidak dilakukan.
5. Perencanaan
Tanggal : 1 Maret 2016 Pukul : 09.40 WIB
a. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu.
b. Berikan KIE tentang vulva hygiene karena pasien kurang menjaga
kebersihan daerah kewanitaan.
c. Berikan KIE tentang efek samping KB implan.
57
d. Berikan terapi pil kombinasi (30-35 µg etinilestradiol) 2x1/hari selama
5 hari.
e. Anjurkan ibu jika ada keluhan segera datang ke Puskesmas.
f. Beritahu ibu bahwa akan dilakukan kunjungan ulang dirumah ibu pada
tanggal 5 Maret 2016.
6. Pelaksanaan
Tanggal : 1 Maret 2016 Pukul : 09.55 WIB
a. Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu mengalami spotting
yaitu keluarnya bercak darah dari jalan lahir ibu, TTV: TD = 120/80
mmHg, N = 82x/menit, S = 36,5° C, R = 24x/menit, pemeriksaan Hb =
12gr %.
b. Memberikan KIE pada ibu tentang vulva hygiene. Vulva hygiene adalah
upaya untuk membersihkan daerah genetalia wanita (vulva). Vulva
hygiene dilakukan dengan mengganti celana dalam dan pembalut setiap
selesai mandi atau selesai buang air kecil ataupun besar, saat celana
dalam dan pembalut basah, dan mengajarkan ibu cara cebok yang benar
yaitu membasuh dengan air bersih dari arah depan kebelakang.
c. Memberikan KIE tentang efek samping KB implan yaitu, Amenorea
(tidak haid), perdarahan bercak (spotting) ringan pada tahun pertama
pemakaian, ekspulsi, infeksi pada daerah insersi, berat badan naik atau
turun dan menjelaskan tentang spotting yaitu perubahan pola haid
berupa perdarahan bercak ringan yang disebabkan karena penurunan
kadar estrogen yang menyebabkan terhambatnya pembentukan
58
endometrium dan menimbulkan perdarahan yang tidak teratur sama
sekali.
d. Memberikan terapi pil kombinasi (30-35 µg etinilestradiol) 2x1/hari
selama 5 hari.
e. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang ke Puskesmas
jika ada keluhan.
f. Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan kunjungan rumah pada tanggal
5 Maret 2016.
7. EVALUASI
Tanggal : 1 Maret 2016 pukul : 10.15 WIB
a. Ibu sudah mengerti tentang hasil pemeriksaan dirinya.
b. Ibu bersedia melakukan vulva hygiene sesuai dengan saran dari bidan.
c. Ibu sudah mengerti tentang efek samping KB implan terutama efek
samping tentang spotting.
d. Ibu telah diberikan pil kombinasi (30-35 µg etinilestradiol) dan
bersedia meminumnya.
e. Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang ke Puskesmas jika ada
keluhan dan bersedia dilakukan kunjungan rumah pada tanggal 5
Maret 2016.
59
DATA PERKEMBANGAN 1
Kunjungan rumah 1
Alamat : Tawangsari, Rt. 03/ Rw. 34, Mojosongo, Surakarta.
S : Subjektif
Tanggal : 05 Maret 2016 Pukul : 16.00 WIB
1. Ibu mengatakan bercak darah yang keluar sudah mulai berkurang.
2. Ibu mengatakan meski bercak darah sudah mulai berkurang ibu masih
cemas dengan keadaannya.
3. Ibu mengatakan sudah menerapkan vulva hygiene seperti yang disarankan
pada pemeriksaan.
4. Ibu mengatakan telah meminum pil KB sesuai anjuran dan pil KB sisa 1
tablet sesuai.
O : Objektif
Tanggal : 05 Maret 2016 Pukul : 16.05 WIB
1. Keadaan umum : baik.
2. Kesadaran : composmentis.
3. Vital sign
a. Tekanan darah : 110/80 mmHg.
b. Nadi : 80x/menit.
c. Pernapasan : 24x/menit.
d. Suhu : 36,5 º C.
60
4. Pemeriksaan inspeksi
a. Mata
1) Conjungtiva : merah muda.
2) Sclera : putih.
b. Perdarahan pervaginam : adanya bercak darah yang berwarna
kecokelatan.
A : Assesment
Tanggal : 05 Maret 2016 Pukul : 16.15 WIB
Ny. M P2 A0 umur 37 tahun akseptor KB implan dengan spotting hari ke 9.
P : Planning
Tanggal : 05 Maret 2016 Pukul : 16.20 WIB
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.
2. Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup.
3. Menjelaskan kembali pada ibu tentang KIE vulva hygiene.
4. Menjelaskan kembali pada ibu tentang efek samping KB implan.
5. Menganjurkan ibu untuk tetap meminum obatnya sampai obat habis
secara teratur.
6. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang jika ada keluhan.
Evaluasi
Tanggal : 05 Maret 2016 Pukul : 16.30 WIB
1. Ibu sudah mengerti hasil pemeriksaan.
a. Vital sign
1) Tekanan darah : 110/80 mmHg.
61
2) Suhu : 36,5 º C.
3) Pernapasan : 24x/menit.
4) Nadi : 80x/menit.
b. Perdarahan pervaginam : adanya bercak darah kecokelatan.
2. Ibu bersedia untuk istirahat cukup.
3. Ibu bersedia untuk melakukan vulva hygiene.
4. Ibu lebih paham tentang efek samping KB implan.
5. Ibu bersedia untuk minum obat secara teratur.
6. Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang jika ada keluhan.
62
DATA PERKEMBANGAN 2
Kunjungan rumah 2
Alamat : Tawangsari, Rt. 03/ Rw. 34, Mojosongo, Surakarta.
S : Subjektif
Tanggal : 08 Maret 2016 Pukul : 15.30 WIB
1. Ibu mengatakan bercak darahnya sudah berhenti sejak tanggal 7 Maret
2016 pada sore hari.
2. Ibu mengatakan sudah tidak cemas lagi dengan keadaannya.
3. Ibu mengatakan obatnya sudah habis.
O : Objektif
Tanggal : 08 Maret 2016 Pukul : 15. 35 WIB
1. Keadaan umum : baik.
2. Kesadaran : composmentis.
3. Vital sign
a. Tekanan darah : 120/80 mmHg.
b. Nadi : 80x/menit.
c. Pernapasan : 24x/menit.
d. Suhu : 36,5 º C.
4.Pemeriksaan inspeksi
c. Mata
1) Conjungtiva : merah muda.
2) Sclera : putih.
63
d. Genetalia : tidak tampak adanya bercak darah.
A : Assesment
Tanggal : 08 Maret 2016 Pukul : 15.45 WIB
Ny. M P2 A0 umur 37 tahun akseptor KB implan dengan riwayat spotting.
P : Planning
Tanggal : 08 Maret 2016 Pukul : 15. 50 WIB
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan.
2. Menanyakan pada ibu apakah tetap menggunakan alat kontrasepsi implan
atau memilih menggunakan alat kontrasepsi lain.
3. Menganjurkan ibu kembali untuk melakukan kunjungan ulang jika ada
keluhan.
Evaluasi
Tanggal : 08 Maret 2016 Pukul : 16. 05 WIB
1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.
a. Vital sign
1) Tekanan darah : 120/80 mmHg.
2) Nadi : 80x/menit.
3) Pernapasan : 24x/menit.
4) Suhu : 36,5 º C.
b. Genetalia : tidak tampak bercak darah.
2. Ibu memilih untuk tetap menggunakan KB implan.
3. Ibu bersedia untuk kunjungan ulang jika ada keluhan.
64
B. PEMBAHASAN KASUS
Setelah penulis menerapkan manajemen asuhan kebidanan varney pada
Ny. M P2 A0 umur 37 tahun akseptor KB implan dengan spotting maka penulis
akan memberikan penjelasan kesenjangan antara teori dan praktik di lahan dan
menarik kesimpulan dengan menggunakan 7 langkah varney sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pada kasus ini pengkajian dilakukan pada tanggal 01 Maret 2016
dan diperoleh data subjektif yaitu ibu mengatakan menggunakan KB
implan dan mengalami bercak darah mulai tanggal 26 Februari 2016 dan
ibu merasa tidak nyaman dengan bercak darah yang dialaminya.
Sedangkan pada data objektif diperoleh dari pemeriksaan, antara lain vital
sign : TD= 120/80 mmHg, N= 82 x/menit, S= 36,5 º C, R= 24 x/menit.
Pemeriksaan inspeksi pada mata tidak menunjukkan adanya tanda-tanda
anemia yang ditandai dengan conjungtiva berwarna merah muda.
Pemeriksaan palpasi pada abdomen tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri
tekan, inspeksi pada vulva vagina terdapat adanya bercak darah.
Pemeriksaan laboratorium menghasilkan HB 12gr % dan Pp tes negatif.
Menurut Tresnawati (2013), data subjektif diperoleh dengan cara
melakukan anamnesa yang meliputi : biodata identitas pasien dan suami
pasien, alasan masuk dan keluhan, riwayat haid atau menstruasi, riwayat
perkawinan lalu, riwayat obstetri (riwayat kehamilan, persalinan, nifas
yang lalu), riwayat persalinan sekarang, riwayat dan perencanaan keluarga
berencana. Sedangkan menurut Suparmi (2012), Pemeriksaan objektif
65
pada pasien KB implan dengan spotting dilakukan dengan cara inspeksi,
yaitu pada pemeriksaan genetalia. Palpasi meliputi pemeriksaan abdomen,
genetalia. Auskultasi meliputi pemeriksaan ektremitas dan perkusi
meliputi pemeriksaan tekanan darah dan nadi.
Pada langkah ini data subjektif tidak terdapat kesenjangan antara
teori dan praktik di lahan sedangkan pada data objektif terdapat
kesenjangan yaitu berupa pemeriksaan fisik. Dalam teori pada kasus
pasien KB implan dengan spotting dilakukan pemeriksaan inspekulo dan
pada praktik di lahan tidak dilakukan karena terjadinya spotting dapat
diketahui dari melakukan anamnesa berupa keluhan, berapa lama
menggunakan KB implan, riwayat penyakit dan dapat juga dipastikan dari
bercak darah pada pembalut atau celana dalam pasien saat melakukan
pemeriksaan vulva vagina.
2. Interpretasi data
Data yang telah dikumpulkan diinterpretasikan menurut diagnosa
kebidanan, masalah dan kebutuhan. Pada langkah ini diagnosa kebidanan
yang muncul adalah Ny. M P2 A0 umur 37 tahun akseptor KB implan
dengan spotting. Masalah yang muncul adalah ibu mengatakan merasa
cemas tentang keadaannya dan merasa tidak nyaman dengan bercak darah
yang dialaminya. Kebutuhan yang diberikan berupa penjelasan KIE
tentang efek samping KB implan.
Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), diagnosa kebidanan
dapat ditegakkan yang berkaitan dengan para, abortus, anak hidup, umur
66
ibu dan keadaan ibu. Menurut (Sulistyawati, 2011) masalah yang muncul
pada akseptor KB implan dengan spotting yaitu rasa cemas tentang
keadaanya dan merasa tidak nyaman dengan bercak darah yang
dialaminya, sedangkan menurut Sulistyawati (2014), kebutuhan yang
diberikan berupa penjelasan tentang gangguan pola haid pada pemakaian
implan berupa amenorea dan spotting.
Pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan
praktik di lahan karena antara teori yang ada dan yang penulis temukan di
lahan tidak terdapat perbedaan.
3. Diagnosa potensial
Diagnosa potensial pada kasus ini yaitu, dapat terjadinya anemia.
Menurut Arum dan Sujiyatini (2009), diagnosa potensial yang mungkin
terjadi pada kasus implan dengan spotting adalah terjadinya anemia.
Pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan
praktik di lahan. Pada praktik ibu tidak terjadi anemia karena sudah
dilakukan penanganan yang tepat.
4. Antisipasi
Menurut Arum dan Sujiyatini (2009), antisipasi yang perlu
diberikan preparat besi dan anjurkan mengkonsumsi makanan yang banyak
mengandung zat besi.
Pada kasus Ny. M P2 A0 umur 37 tahun akseptor KB implan
dengan spotting tidak dilakukan antisipasi.
67
Pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan
praktik di lahan, pada teori antisipasi yang diberikan berupa preparat zat
besi sedangkan di lahan tidak diberikan karena pasien tidak mengalami
anemia.
5. Perencanaan
Pada kasus ini perencanaan yang diberikan berupa:
a. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu.
b. Berikan KIE tentang vulva hygiene dan KIE tentang efek samping KB
implan.
c. Berikan terapi pil kombinasi (30-35 µg etinilestradiol) 2x1/hari selama 5
hari.
d. Anjurkan ibu jika ada keluhan segera datang ke Puskesmas.
e. Beritahu ibu bahwa akan dilakukan kunjungan ulang di rumah.
Rencana tindakan pada pasien KB implan dengan spotting menurut
Saifuddin (2006), adalah:
4) Jelaskan bahwa perdarahan ringan sering ditemukan terutama pada
tahun pertama. Bila tidak ada masalah dan klien tidak hamil, tidak
diperlukan tindakan apapun.
5) Bila klien tetap saja mengeluh masalah perdarahan dan ingin
melanjutkan pemakaian implan dapat diberikan pil kombinasi satu
siklus, atau ibuprofen 3x800 mg selama lima hari.
6) Terangkan pada klien bahwa akan terjadi perdarahan setelah pil
kombinasi habis. Bila terjadi perdarahan lebih banyak dari biasa,
68
berikan 2 tablet pil kombinasi untuk 3-7 hari dan kemudian dilanjutkan
dengan satu siklus pil kombinasi, atau dapat juga diberikan 50 µg
etinilestradiol, atau 1,25 mg estrogen equen konjugasi 14-21 hari.
Pada langkah ini terdapat kesenjangan antara teori dan praktik.
Pada teori hanya diberikan KIE tentang bercak ringan dan terapi pil
kombinasi satu siklus atau ibuprofen 3x800 mg selama lima hari,
sedangkan di lahan di lahan jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu, KIE
vulva hygiene, terapi pil kombinasi 2x1/hari selama 5 hari, kunjungan
ulang jika ada keluhan dan dilakukan kunjungan rumah.
6. Pelaksanaan
Pada tahap ini pelaksanaan yang dilakukan pada kasus yaitu,
menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan, memberikan KIE tentang
personal hygiene dan efek samping KB implan, memberikan terapi pil
kombinasi (30-35 µg etinilestradiol) 2x1/hari selama 5 hari, menganjurkan
ibu untuk kunjungan ulang jika ada keluhan, memberitahu ibu bahwa akan
dilakukan kunjungan rumah.
Menurut Saifuddin (2006), pelaksanaan pada akseptor KB implan
dengan spotting yaitu:
a. Menjelaskan bahwa perdarahan ringan sering ditemukan terutama pada
tahun pertama. Bila tidak ada masalah dan klien tidak hamil, tidak
diperlukan tindakan apapun.
69
b. Bila klien tetap saja mengeluh masalah perdarahan dan ingin
melanjutkan pemakaian implan dapat diberikan pil kombinasi satu
siklus, atau ibuprofen 3x800 mg selama lima hari.
c. Menjelaskan pada klien bahwa akan terjadi perdarahan setelah pil
kombinasi habis. Bila terjadi perdarahan lebih banyak dari biasa,
berikan 2 tablet pil kombinasi untuk 3-7 hari dan kemudian dilanjutkan
dengan satu siklus pil kombinasi, atau dapat juga diberikan 50 µg
etinilestradiol, atau 1,25 mg estrogen equen konjugasi 14-21 hari.
Pada langkah ini ditemukan kesenjangan antara teori dan praktik.
Pada teori hanya diberikan KIE tentang bercak ringan dan terapi pil
kombinasi satu siklus atau ibuprofen 3x800 mg selama lima hari,
sedangkan di lahan di lahan jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu, KIE
vulva hygiene, terapi pil kombinasi 2x1/hari selama 5 hari, kunjungan
ulang jika ada keluhan dan dilakukan kunjungan rumah.
7. Evaluasi
Setelah dilakukan asuhan kebidanan tujuh langkah varney, evaluasi
merupakan langkah terakhir yang dilakukan untuk mengetahui keefektifan
dari asuhan yang diberikan pada Ny. M P2 A0 umur 37 tahun akseptor KB
implan dengan spotting. Asuhan yang dilakukan sampai 8 hari yang
dimulai dari tanggal 01 Maret 2016 sampai dengan 08 Maret 2016.
Adapun hasil pengkajian pada kunjungan rumah sebagai berikut:
a. Tanggal 05 Maret 2016 yang dimulai pukul 16.00 WIB diperoleh hasil
keadaan umum ibu baik, vital sign normal, conjungtiva merah muda,
70
perdarahan bercak berwarna kecokelatan, ibu bersedia melakukan vulva
hygiene dan sudah lebih paham tentang efek samping KB implan, terapi
pil kombinasi (30-35 µg etinilestradiol) 2x1/hari selama 5 hari yang
diberikan sudah diminum ibu. Tindakan yang dilakukan meliputi:
memberitahu hasil pemeriksaan, menganjurkan istirahat cukup,
menjelaskan KIE vulva hygiene dan efek samping KB implan,
menganjurkan minum obat dengan teratur dan lakukan kunjungan ulang
jika ada keluhan.
b. Tanggal 08 Maret 2016 yang dimulai pukul 15.30 WIB diperoleh hasil
keadaan umum ibu sudah baik, vital sign normal, conjungtiva merah
muda, spotting sudah berhenti, ibu memilih untuk menggunakan KB
implan, dan ibu sudah tidak lagi cemas.
Menurut Sulistyawati (2011), evaluasi yang ingin dicapai pada
akseptor KB implan dengan spotting yaitu, klien sudah tahu bahwa
spotting adalah efek samping KB implan, klien tetap menggunakan KB
implan, terapi pil kombinasi atau etinilestradiol sudah diberikan dan klien
bersedia untuk meminumnya.
Pada tahap ini dapat ditarik kesimpulan tidak ada kesenjangan antara
teori dan praktik dilahan.
71
BAB V
PENUTUP
Setelah dilakukan asuhan kebidanan tujuh langkah varney pada Ny. M P2
A0 umur 37 tahun akseptor KB implan dengan spotting di Puskesmas Sibela
Surakarta, maka dapat diambil beberapa kesimpulan dan saran untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan asuhan kebidanan khususnya pada
akseptor KB implan dengan spotting.
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan dengan menggunakan tujuh
langkah varney pada Ny. M P2 A0 umur 37 tahun akseptor KB implan dengan
spotting, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan yaitu sebagai
berikut :
1. Pengkajian pada Ny. M P2 A0 umur 37 tahun akseptor KB implan dengan
spotting diperoleh data subjektif dan objektif. Data subjektif didapatkan
melalui wawancara terhadap pasien dimana keluhan utama pasien adalah
ibu mengatakan menggunakan KB implan dan mengalami bercak darah
mulai tanggal 26 Februari 2016. Ibu merasa tidak nyaman dengan bercak
darah yang dialaminya. Data objektif diperoleh dari pemeriksaan fisik,
keadaan ibu, inspeksi pada mata tidak menunjukkan adanya tanda-tanda
anemia yang ditandai dengan conjungtiva berwarna merah muda, palpasi
pada abdomen tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan, inspeksi pada
vulva vagina terdapat adanya bercak darah dan pemeriksaan laboratorium
menghasilkan HB 12gr % dan Pp tes negatif.
72
2. Interpretasi data diperoleh dari pengumpulan data yang diperoleh dari
pengkajian sehingga didapatkan diagnosa kebidanan yaitu, Ny. M P2 A0
umur 37 tahun akseptor KB implan dengan spotting. Didalam interpretasi
data timbul masalah rasa cemas tentang keadaan pasien dan merasa tidak
nyaman dengan bercak darah yang dialaminya sehingga diberi kebutuhan
berupa KIE tentang efek samping KB implan.
3. Diagnosa potensial pada Ny. M tidak ada.
4. Antisipasi masalah pada Ny. M tidak dilakukan.
5. Perencanaan yang dilakukan pada Ny. M yaitu, jelaskan hasil pemeriksaan
kepada ibu, berikan KIE tentang vulva hygiene dan KIE tentang efek
samping KB implan, beri terapi pil kombinasi (30-35 µg etinilestradiol)
2x1/hari selama 5 hari, anjurkan ibu jika ada keluhan segera datang ke
Puskesmas, beritahu ibu bahwa akan dilakukan kunjungan ulang di rumah.
6. Pelaksanaan yang dilakukan pada Ny. M sesuai dengan perencanaan yang
telah direncanakan.
7. Evaluasi dari asuhan yang diberikan pada Ny. M diperoleh hasil keadaan
umum baik, vital sign normal, spotting berhenti pada hari ke 12, tidak
terjadi masalah potensial, ibu sudah mengetahui cara vulva hygiene dan
efek samping KB implan, terapi yang diberikan sudah diminum ibu,
kecemasan ibu hilang dan ibu tetap menggunakan KB implan.
8. Berdasarkan hasil studi kasus yang telah dilakukan terdapat kesenjangan
antara teori dan praktik yaitu pada langkah pengkajian data tidak dilakukan
pemeriksaan inspekulo.
73
B. Saran
Berdasarkan asuhan yang diberikan dan kesimpulan yang diatas perlu upaya
untuk meningkatkan pelayanan yang bermutu. Oleh karena itu penulis
memberikan saran sebagai berikut :
1. Profesi
Diharapkan bidan atau tenaga kesehatan lainnya dapat menambah
wawasan dalam memberikan asuhan kebidanan atau menangani kasus
terutama kasus akseptor KB implan dengan spotting.
2. Bagi institusi
a. Puskesmas Sibela Surakarta
Puskesmas diharapkan dapat memberikan pelayanan yang maksimal
sesuai dengan manajemen kebidanan 7 langkah varney dan dapat
meningkatkan pelayanan secara cepat, tepat dan profesional, sehingga
pasien merasa puas dan nyaman dengan pelayanan yang diberikan.
b. Pendidikan
Diharapkan agar institusi pendidikan dapat lebih meningkatkan atau
menambah referensi terbaru, sehingga dapat mempermudah penulis
selanjutnya dan mahasiswa yang akan mengambil kasus yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, E.R, Wulandari, D. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta : Nuha Medika.
Anggraini, Y, Martini. 2012. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta : Rohima Press.
Arum, D.N.S, Sujiyatini. 2009. Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini. Jogjakarta : Mitra Cendikia
Press.
Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian. Cetakan 15. Jakarta : Rineka Cipta.
Astuti, P.H. 2012. Asuhan Kebidanan Ibu I (Kehamilan). Yogyakarta : Rohima Press.
Dewi, M.U.K. 2013. Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana untuk Mahasiswa Bidan. Jakarta :
CV. Trans Info Medika.
DKK Surakarta. 2014. Profil Kesehatan Kota Surakarta. Surakarta : Dinas Kesehatan Surakarta.
Handayani, S. 2010. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta Pustaka Rihama.
Hartanto, H. 2013. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
Hidayat, A.A. 2014. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Edisi 2. Jakarta : Salemba
Medika.
Irianto, K. 2014. Pelayanan Keluarga Berencana. Bandung : Alfabeta.
_______2015. Gangguan Reproduksi. Bandung : Alfabeta.
Kusmiyati, Y. 2010. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan. Edisi 6. Yogyakarta : Fitramaya.
Manuaba. 2010. Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan KB. Edisi 2. Jakarta : EGC.
Mulyani, N.S, Rinawati, M. 2013. Keluarga Berencana dan Alat Kontrasepsi.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Muslihatun, W.N, Mufdililah, Setyawati, N. 2009. Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta : Fitrimaya.
Niman, S. 2013. Pengkajian Kesehatan untuk Perawat. Jakarta : CV. Trans Info Media.
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Prawirohardjo, S. 2011. Ilmu Kandungan. Edisi 3. Jakarta : Bina Pustaka.
Proverawati, A. Misaroh, S. 2009. Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Proverawati, A. Islaely, A.D, Aspuah, S. 2010. Panduan Memilih Kontrasepsi.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Purwoastuti, E, Walyani E.S. 2015. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.
73
Priharjo, R. 2006. Pengkajian Fisik Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : EGC.
Riwidikdo, H. 2012. Statistik Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Saifuddin, A.B. 2006. Buku Panduan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta Bina Pustaka.
Setiadi. 2012. Konsep dan Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan. Jogjakarta : Graha Ilmu.
Sulistyawati, A. 2011. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta : Salemba Medika.
__________2011. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika.
Suparmi, L. 2012. Pemeriksaan Fisik Keperawatan. Bogor : Ghalia Indonesia.
Syafrudin, Damayani A.D, Delmaifanis. 2011. Penyuluhan Kesehatan. Jakarta Timur : CV. Trans Info
Media.
Tresnawati, F. 2013. Asuhan Kebidanan. Jakarta : Prestasi Pustakarya.
Varney, H. Kriebs, J.M. Gegor, L. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4.Jakarta : EGC.