aspek sosial budaya dalam masa nifas

12
ASPEK SOSIAL BUDAYA DALAM MASA NIFAS Masa nifas (puerperium) secara tradisional di definisikan sebagai periode 6 minggu segera setelah lahirnya bayi dan mencerminkan periode saat fisiologi ibu, terutama sistem reproduksi, kembali mendekati keadaan sebelum hamil. Hal ini mungkin berakar dari tradisi “chuching”, yaitu upacara keagamaan ketika wanita diterima yaitu pada periode 40hari saat mana mereka dianggap tidak bersih. Seiring dengan meningkatkan dominasi bidang medis, akhir masa nifas ditandai oleh pemeriksaan pasca postpartem wanita yang bersangkutan dengan dokter. Hal ini menyebabkan penjelasan tradisional tentang masa nifas terstruktur sebagai periode pemulihan ibu, didukung oleh medikalisasi kehamilan menjadi suatu keadaan medis. Bidan bertanggung jawab mempertahankan pengawasan yang cermat terhadap perubahan fisiologis pada masa nifas dan mengenali tanda-tanda keadaan patologis. Selama masa nifas,terjadi penurunan yang mencolok kadar estrogen dan progesteron dalam sistem ibu. Penurunan konsentrasi hormon steroid mempermudah inisiasi laktasi dan memungkinkan sistem fisiologis kembali ke pra hamil. Pada kenyataannya masa nifas seyogyanya digambarkan sebagai transisi. Masa ini dimulai saat lahirnya bayi dan rahimnya saat kembalinya fertilitas. Namun, wanita tidak kembali ke keadaan fisiologis dan anatomis yang sama. Masa nifas juga, dalam konteks sosial, mencerminkan banyak transisi bagi orang tua, anak, dan anggota keluarga yang lain. Banyak perubahan fisiologis dalam masa nifas, misalnya dalam pembentukan keterampilan menjadi orangtua, laktasi pemberian makan, dimodifikasi oleh interaksi sosial dahulu dan sekarang individu dalam situasi keluarga yang baru. (Jane Coad,Melvyn Dunstall : 2007).

Upload: arifandi-bocah-krembong

Post on 31-Jul-2015

2.025 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Aspek Sosial Budaya Dalam Masa Nifas

ASPEK SOSIAL BUDAYA DALAM MASA NIFAS

Masa nifas (puerperium) secara tradisional di definisikan sebagai periode 6

minggu segera setelah lahirnya bayi dan mencerminkan periode saat fisiologi ibu,

terutama sistem reproduksi, kembali mendekati keadaan sebelum hamil. Hal ini

mungkin berakar dari tradisi “chuching”, yaitu upacara keagamaan ketika wanita

diterima yaitu pada periode 40hari saat mana mereka dianggap tidak bersih. Seiring

dengan meningkatkan dominasi bidang medis, akhir masa nifas ditandai oleh

pemeriksaan pasca postpartem wanita yang bersangkutan dengan dokter. Hal ini

menyebabkan penjelasan tradisional tentang masa nifas terstruktur sebagai periode

pemulihan ibu, didukung oleh medikalisasi kehamilan menjadi suatu keadaan medis.

Bidan bertanggung jawab mempertahankan pengawasan yang cermat terhadap

perubahan fisiologis pada masa nifas dan mengenali tanda-tanda keadaan patologis.

Selama masa nifas,terjadi penurunan yang mencolok kadar estrogen dan

progesteron dalam sistem ibu. Penurunan konsentrasi hormon steroid mempermudah

inisiasi laktasi dan memungkinkan sistem fisiologis kembali ke pra hamil. Pada

kenyataannya masa nifas seyogyanya digambarkan sebagai transisi. Masa ini dimulai

saat lahirnya bayi dan rahimnya saat kembalinya fertilitas. Namun, wanita tidak

kembali ke keadaan fisiologis dan anatomis yang sama. Masa nifas juga, dalam konteks

sosial, mencerminkan banyak transisi bagi orang tua, anak, dan anggota keluarga yang

lain. Banyak perubahan fisiologis dalam masa nifas, misalnya dalam pembentukan

keterampilan menjadi orangtua, laktasi pemberian makan, dimodifikasi oleh interaksi

sosial dahulu dan sekarang individu dalam situasi keluarga yang baru. (Jane

Coad,Melvyn Dunstall : 2007).

A.    Pengertian dan tujuan asuhan masa nifas

Ada beberapa pengertian masa nifas, antara lain:

1. Masa nifas dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu

berikutnya (JHPEIGO, 2002).

2. Masa nifas tidak kurang dari 10 hari dan tidak lebih dari 8 hari setelah akhir

persalinan, dengan pemantauan bidan sesuai kebutuhan ibu dan bayi (Bennet dan

Brown, 1999).

Page 2: Aspek Sosial Budaya Dalam Masa Nifas

Dalam bahasa Latin, waktu tertentu setelah melahirkan anak ini disebut puerpenthy,

yaitu dari kata puer yang artinya bayi dan parousmelahirkan. Puerperium berarti masa

setelah melahirkan bayi.

Masa nifas (puerperium) adalah masa pun kembali, mulai dari persalinan selesai

hingga alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas ini, yaitu 6-8

minggu. Nifas dibagi dalam tiga periode, yaitu:

1. Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu tclah diperbolehkan berdiri dan

bcrjalan.

2. Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyelurula alat-alat genital.

3. Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna,

terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu

untuk sehat sempurna mungkin beberapa minggu, bulan, atau tahun.

TUJUAN ASUHAN MASA NIFAS

Semua kcgiatan yang dilakukan, baik dalam bidang kebidanan maupun di bidang

lain selalu mempunyai tujuan agar kegiatan tersebut terarah dan diadakan cvaluasi

dan penilaian. Tujuan dari perawatan nifas ini adalah:

1. Memulihkan kesehatan umum penderita

a. Menyediakan makanan sesuai kebutuhan

b. Mengatasi anemia

c. Mencegah infeksi dengan memerhatikan kebersihan dan sterilisasi

d. Mengernbalikan kesehatan urnum dengan pergerakan otot untuk memperlancar

peredaran darah

2. Mempertahankan kesehatan psikologis

3. Mencegah infeksi dan komplikasi

4. Memperlancar pembentukan air susu ibu (ASI)

5. Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai masa nifas selcsai

dan memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi dapat mengalami pertumbuhan dan

perkembangan yang normal

.       Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat kali

melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk :

1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.

Page 3: Aspek Sosial Budaya Dalam Masa Nifas

2. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan

adanyagangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.

3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.

4. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan

ibu nifas maupun bayinya.

Asuhan yang diberikan sewaktu melakukan kunjungan masa nifas:

Kunjungan Waktu Asuhan

I

6-8

jampost

partum

Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri.

Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta

melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut.

Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara

mencegah perdarahan yang disebabkan atonia uteri.

Pemberian ASI awal.

Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru

lahir.

Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi.

Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan, maka bidanharus

menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiranatau

sampai keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam keadaan baik.

II6 haripost

partum

Memastikan involusi uterus barjalan

dengan normal, uterusberkontraksi dengan baik, tinggi fundus

uteri di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal.

Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan.

Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.

Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukupcairan.

Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada

tanda-tanda kesulitan menyusui.

Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir.

III

2

mingg

upost

partum

Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan yang

diberikan pada kunjungan 6 hari post partum.

IV 6

mingg

Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa

nifas.

Page 4: Aspek Sosial Budaya Dalam Masa Nifas

upost

partumMemberikan konseling KB secara dini.

DAFTAR PUSTAKA

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Norma

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal Oleh Bahiyatun, S.Pd, S.Si.T

Saifudin, Abdul Bari Dkk, 2000, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal

dan Neonatal, Yayasan Bidan Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta

Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.

borneo-ufi.blog.friendster.com/2008/07/konsep-nifas-eklamsi-forceps/ diunduh 1

September 2009: 20.00 WIB.

Ibrahim, Christin S, 1993, Perawatan Keebidanan (Perawatan Nifas), Bharata

NiagaMedia Jakarta

masanifas.blogspot.com/ diunduh 1 September 2009: 20.10 WIB.

Pusdiknakes, 2003. Asuhan Kebidanan Post Partum. Jakarta: Pusdiknakes.

Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.

Suherni, 2008. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.

yoana-widyasari.blogspot.com/2009/04/satuan-acara-pengajaran-s.html diunduh 1

September 2009: 20.05 WIB.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat

Page 5: Aspek Sosial Budaya Dalam Masa Nifas

kandungan pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas

berlangsung selama 6 -

8 minggu. Periode nifas merupakan masa kritis bagi ibu, diperkirakan bahwa

60% kematian

ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, yang mana 50% dari kematian

ibu tersebut

terjadi dalam 24 jam pertama setelah persalinan. Selain itu, masa nifas ini juga

merupakan

masa kritis bagi bayi , sebab dua pertiga kematian bayi terjadi dalam 4

minggu setelah

persalinan dan 60% kematian bayi baru lahir terjadi dalam waktu 7 hari

setelah lahir

(Saifuddin et al, 2002). Untuk itu perawatan selama masa nifas merupakan hal

yang sangat

penting untuk diperhatikan.

Perawatan masa nifas mencakup berbagai aspek mulai dari pengaturan dalam

mobilisasi, anjuran untuk kebersihan diri , pengaturan diet, pengaturan miksi

dan defekasi,

perawatan payudara (mamma) yang ditujukan terutama untuk kelancaran

pemberian air susu

ibu guna pemenuhan nutrisi bayi, dan lain-lain (Rustam Mochtar, 1998 dan

Saifuddin et al,

2002).

Selain perawatan nifas dengan memanfaatkan sistem pelayanan biomedical,

ada juga

ditemukan sejumlah pengetahuan dan perilaku budaya dalam perawatan masa

nifas. Para ahli

antropologi melihat bahwa pembentukan janin, kelahiran, dan masa pasca

kelahiran pada

umumnya dianggap oleh berbagai masyarakat di berbagai penjuru dunia

sebagai peristiwaperistiwa yang wajar dalam kehidupan manusia. Namun

respon masyarakat terhadap

Universitas Sumatera Utaraberbagai peristiwa kehidupan ini bersifat budaya,

yang tidak selalu sama pada berbagai

kelompok masyarakat (Swasono, 1998).

Page 6: Aspek Sosial Budaya Dalam Masa Nifas

Pada masyarakat Bandanaera, Kabupaten Maluku Tengah, perawatan

postpartum

dilakukan dengan memberikan minuman yang salah satu bahannya dari jeruk

nipis,

pemberian makanan berupa rujak dalam beberapa jam setelah persalinan

selesai,

penyembuhan luka jalan lahir dengan menggunakan pasir panas, perawatan

dengan

pengurutan, penguapan badan, konsumsi jamu-jamuan dan aneka perlakuan

lainnya yang

bertujuan untuk kesejahteraan ibu dan bayinya (Swasono, 1998).

Pada masyarakat Bajo di Saloso, Kabupaten Kendari, untuk keselamatan ibu

dan

bayinya dilakukan upacara adat dengan berbagai syarat dan aturan yang

harus dipenuhi

selama proses maupun sebelum proses upacara tersebut terlaksana. Begitu

juga pada

masyarakat Aceh yang memiliki aturan berupa pantangan meninggalkan

rumah selama 44

hari bagi wanita yang baru melahirkan. Anjuran untuk berbaring selama masa

nifas,

perawatan nifas dengan pengurutan , penghangatan badan, konsumsi

minuman berupa jamujamuan dan pantangan makan - makanan tertentu

(Swasono, 1998).

Berbeda dengan etnis Tionghoa, yang merupakan salah satu etnis pendatang

di

Indonesia yang jumlahnya cukup besar dibandingkan masyarakat pendatang

lainnya, yang

memiliki aturan bagi perempuan selama masa nifas meliputi pantangan bagi

wanita nifas

untuk keluar rumah selama satu bulan, tidak boleh mandi dan keramas selama

satu bulan

dengan alasan kondisi ibu yang dianggap dingin setelah melahirkan sehingga

bila terpapar

Page 7: Aspek Sosial Budaya Dalam Masa Nifas

sesuatu yang dingin lagi akan menyebabkan masuk angin. Pantangan makan

makanan yang

bersifat dingin, kekhususan dalam mengolah makanan, juga penyajian

makanan yang juga

dilakukan secara khusus (Mahriani, 2008).

Universitas Sumatera UtaraBerdasarkan fakta yang terjadi pada masyarakat di

atas, dapatlah dikatakan bahwa

memang benar ada beberapa nilai kepercayaaan masyarakat yang

berhubungan dengan

perawatan postpartum. Mengingat bahwa masyarakat Indonesia adalah

masyarakat yang

multikultural, maka fenomena tersebut sangat wajar terjadi. Dan pengetahuan

tentang aspek

budaya merupakan hal penting diketahui oleh pelayan kesehatan untuk

memudahkan dalam

melakukan pendekatan dan pelayanan kesehatan. Sebab, tidak semua

perawatan yang

dilakukan dengan berpedoman pada warisan leluhur tersebut bisa diterima

sepenuhnya, bisa

saja perawatan-perawatan yang dilakukan tersebut memberikan dampak

kesehatan yang

kurang menguntungkan bagi ibu dan bayinya. Hal ini tentu saja memerlukan

perhatian

khusus untuk mengatasinya (Swasono, 1998).

Dari uraian di atas, peneliti merasa tertarik untuk mengadakan penelitian

tentang

aspek budaya, khususnya budaya Jawa, mengingat bahwa masyarakat suku

Jawa adalah

masyarakat yang banyak tersebar di berbagai kepulauan di Indonesia, yang

salah satunya

adalah pulau Sumatera. Selain itu setelah penulis melakukan tinjauan literatur,

belum pernah

ada penelitian yang khusus mempelajari dan membahas perawatan

postpartum menurut

Page 8: Aspek Sosial Budaya Dalam Masa Nifas

perspektif budaya Jawa. Oleh karena itu, penelitian tentang perawatan

postpartum menurut

perspektif budaya Jawa penting dilakukan.

B. Pertanyaan Penelitian

Universitas Sumatera UtaraBagaimana perawatan postpartum pada

masyarakat suku Jawa di Desa Sei Rejo,

Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara?

C. Tujuan Penelitian

Identifikasi cara perawatan postpartum yang dilakukan oleh Ibu suku Jawa di

Desa

Sei Rejo, Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai, Propinsi

Sumatera Utara.

D. Manfaat Penelitian

1. Pelayanan Kesehatan/Kebidanan

Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat menjadi sumber

pengetahuan dan strategi bagi pelayan kesehatan dalam memberikan asuhan

yang lebih

komprehensif pada ibu postpartum dengan memperhatikan aspek budaya

setempat yang

dapat dikembangkan tanpa meninggalkan nilai-nilai dasar budaya itu sendiri,

serta tidak

mengikutsertakan hal - hal yang dapat merugikan kelangsungan proses nifas

yang dapat

memberikan dampak kesehatan kurang menguntungkan baik bagi ibu maupun

bagi bayi yang

dilahirkannya.

2. Perkembangan ilmu kebidanan khususnya asuhan kebidanan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebagai bekal mahasiswa

nantinya

dalam menerapkan asuhan kebidanan secara komprehensif pada ibu nifas

dengan

memperhatikan aspek budaya setempat dan dikembangkan tanpa

meninggalkan nilai dasar

budaya. Namun, tidak mengikutsertakan hal-hal yang membawa pengaruh

negatif.

Page 9: Aspek Sosial Budaya Dalam Masa Nifas

3. Penelitian Kebidanan

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumber informasi awal untuk

penelitian

selanjutnya dalam melakukan penelitian aspek-aspek budaya dalam

kesehatan, khususnya

Universitas Sumatera Utarauntuk populasi ibu postpartum yang bersuku Jawa

di Desa Sei Rejo, Kecamatan Sei

Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai.

Universitas Sumatera Utara

 ASPEK SOSIAL BUDAYA DALAM MASA NIFAS

PEMBAHASAN2.1DefinisiAspek adalah suatu hal yang mendasar Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sanserketa yaitu buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi

(budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budidan akal manusia. Dalam bahasa inggris kebudayaan disebut culture yang bersal dari kata latincolere yaitu

mengolah atau mengerjakan bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani.Sosial berarti kata society berasal dari bahasa latin societas yang berarti hubungan persahabatanyang

lain. Societas diturunkan dari katasocius yang berarti teman sehingga arti society berhubungan erat dengan kata sosial. Jadi sosial mengandung makna bahwa setiap

anggotanyamempunyai perhatian dan kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan bersama.Masa nifas adlah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali

alatkandungan yang lamnya enam minggu.Jadi arti keseluruhan dari aspek sosial budaya pada masa nifas adalah suatu hal yang berkaitandengan budi dan akal manusia untuk mencapai

tujuan bersama pada masa sesudah persalinan.2.2 macam-macam aspek sosial budaya pada masa nifasmasa nifas dilarang makan telur, daging, udang, ikan laut dan lele, keong ,daun lembayung, buah pare, nenas, gula merah, dan makanan yang berminyak.Dampak positif:

tidak ada Dampak negative :merugikan karena masa nifas memerlukan makananyang bergizi seimbang agar ibu dan bayi sehat.Setelah melahirkan atau setelah operasi hanya boleh

makan tahu dan tempe tanpa garam³ngayep´dilarang banyak makan dan minum, makanan harus disangan/dibakar. Dampak  positif:tida ada dampak negative :merugikan karena

makanan yang sehat akan mempercepat penyembuhan luka.masanifasdilarangtidursiangDampakpositif:tidakadaDampak negative : karena masa

nifas harus cukup istirahat, kurangi kerja berat. Karena tenagayangtersediasangatbermanfaatuntukkesehatanibudanbayiMasa nifas /saat menyusui

setelahwaktunya Maghrib harus puasa tidak makan makanan yangpadat. Dampak positif : Hal inidibenarkan karena dalam faktanya masa nifas setelah maghrib dapat menyebabkan badan masanifas mengalami penimbunan lemak,disamping itu organ-organ kandungan pada masa

nifas belum pulih kembali.

 Dampak negative : ibu menjadi kurang nutrisi sehingga produksi ASI menjadii berkuran 

Masanifas tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari. Dampak positif: tidak adaDampak negative : Hal ini tidak perlu karena masa nifas dan bayi baru lahir (pemberianimunisasi) harus periksa kesehatannya sekurang-kurangnya 2 kali dalam bulan pertama yaituumur0-7haridan8-30hari Ibu setelah melahirkan dan bayinya harus dipijat/ diurut, diberi pilis /

Page 10: Aspek Sosial Budaya Dalam Masa Nifas

lerongan dan tapel.Dampak positif : jika pijatannya benar maka peredaran darah ibu dan bayi menjadii lancar Dampak negative : pijatan yang salah sangat berbahaya karena dapat merusak kandungan. Pilisdan tapel dapat merusak kulit bagi yang tidak kuat / menyebabkan alergi.

Masa nifas harus minum abu dari dapur dicampur air, disaring, dicampur garam dan asamdiminumkan supaya ASI banyak. Dampak positif : tidakadaDampak negative : karena abu, garam dan asam tidak mengandung zat gizi yang diperlukan olehibu menyusui untuk

memperbanyak produksi ASI nya.Masa nifas tidak diperbolehkan berhubungan intim Dampak positif : dari sisi medis, sanggamamemang dilarang selama 40 hari pertama usai

melahirkan. Alasannya, aktivitas yang satu iniakan menghambat proses penyembuhan jalan lahir maupun involusi rahim, yakni mengecilnyarahim kembali ke bentuk dan ukuran semula.

Contohnya infeksi atau malah perdarahan. Belumlagi libido yang mungkin memang belum muncul ataupun pengaruh psikologis, semisalkekhawatiran akan robeknya jahitan maupun ketakutan bakal hamil lagi.dampak negative:tidakadaAspek social budaya pada masa nifas

pada daerah yang lain:1.Harus pakais andal kemana pun Bufas pergi, selama 40hari.2.Harus memakai Stagen /udet/ centing. (positif)3.Minum jamu, agar rahim cepat kembali seperti

semula.4.Pakai lulur param kocok keseluruh badan, biar capek pada badannya cepat hilang.5.Tidak boleh bicara dengan keras keras6.tiap pagi harus mandi keramas, biar

badannya cepat segar dan peredaran darah lancar .7.kalau tidur/ duduk kaki harus lurus. Tidak boleh ditekuk /posisi miring, hal itu dapatmempengaruhi posisi tulang, cos tulang bufas seperti bayi baru melahirkan/ mudah terkenaVarises.8. Harus banyak makanan yang bergizi

atau yang mengandung sayur-sayuran.9. Tidak usah memakai perhiasan, karena dapat mengganggu aktifitas Bayi

Posted by Ng