aspek pokok bahasan hukum bisnis - afriliyanti ismei · tanggal 2 juli 1934 yang menghapuskan...
TRANSCRIPT
04/11/2011
1
ASPEK
HUKUM BISNIS
Mishbahul Munir
POKOK BAHASAN
1. Pengantar Aspek Hukum Bisnis
2. Hukum Dagang
3. Hukum Perseroan dan badan
Usaha
4. Hukum Ketenagakerjaan
5. Hukum Perjanjian
6. Hukum Pajak
7. Hukum Perbankan
8. Hukum Persaingan Usaha
9. Hukum Perlindungan
Konsumen
10.HaKI
11.Hukum Asuransi dan
Pengakutan
12.Hukum Kepailitan
13.Hukum Surat Berharga
14.Alternatif Penyelesaian
Sengketa
04/11/2011
1
Pengantar ASPEK HUKUM BISNIS
Apa Hukum itu?
Hukum adalah
Peraturan yang tertulis mapun tidak tertulis,
mengatur tingkah laku manusia dalam hidup bermasyarakat,
bersifat mengikat dan memaksa apabila dilanggar ada sanksi yang
tegas.
Apa Tujuan Hukum ?
Kepastian hukum
Kemanfaatan
Keadilan
Apa Bisnis itu?
Bisnis adalah
Kegiatan usaha
ditujukan untuk mencapai keuntungan,
baik itu di bidang: a. Produksi
b. Distribusi/Pemasaran; dan
c. Perdagangan
Apa Ekonomi itu ?
Ekonomi berasal dari istilah
“oikos” = rumah tangga, dan
“nomos” = mengatur
Ekonomi artinya mengatur rumah tangga agar tercapai kesejahteraan dalam hidup.
Hukum Bisnis
Hukum Bisnis adalah
Peraturan-peraturan yang mengatur kegiatan bisnis agar bisnis dijalankan secara adil
04/11/2011
2
Hukum Ekonomi
Hukum Ekonomi adalah
hukum yang mengatur distribusi/pembagian sumber-sumber daya agar tercapai kesejahteraan yang berkeadilan.
Sumber-Sumber Hukum
Bisnis/Ekonomi
1. Peraturan Perundang-undangan
2. Perjanjian/Kontrak
3. Traktat
4. Yurisprudensi
5. Kebiasaan-Kebiasaan dalam Bisnis
6. Doktrin
Manusia --------- Kepentingan --------- Manusia
Interaksi
Harmonis Bisnis Konflik
Hukum/Tata Nilai
11/4/2011
1
Hukum Dagang
Istilah Hukum Dagang
Hubungan KUH Perdata Dengan KUHD
Evolusi Hukum Dagang Menuju Hukum Ekonomi
Politik Hukum Ekonomi Indonesia
Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi
UU Yang Mengatur Dalam Bidang Ekonomi
Istilah
Hukum Dagang
Hukum Ekonomi
Hukum dan Ekonomi
Hukum Ekonomi Pembangunan
Hukum Ekonomi dan Teknologi
Hukum Bisnis
Hubungan KUH Perdata Dengan
KUHD
Hukum Perdata
Hk yg mengatur hub hk antara perseorangan atau
badan hk yg satu dg yg lain dlm segala usahanya utk
memenuhi kebutuhanya yg diselenggarakan sesuai
dg hematnya sendiri.
Hukum Perikatan
Suatu hub hk yg terletak dlm bidang hk harta
kekayaan antara dua pihak yg masing masing berdiri
sendiri yg menyebabkan pihak yg satu thd pihak yg
lain berhak atas suatu prestasi,prestasi mana adl
menjadi kewajiban pihak terakhir thd pihak I.
Hk Dagang
Hk yg mengatur tingkah laku manusia yg turut melakukan perdagangan dlm usahanya memperoleh keuntungan.
Atau
Hk yg mengatur hub hk antara manusia2 dan badan hk satu sama lainnya dlm lapangan perdagangan.
Hubungan KUH Perdata Dengan
KUHD
• Berdasarkan Pasal 1 KUHD dapat diketahui kedudukan KUH Dagang terhadap KUH Perdata, di mana KUH Dagang merupakan hukum yang khusus (Lex Specialis), sedangkan KUH Perdata merupakan hukum yang bersifat umum (Lex Generalis),
• Sehingga berlaku suatu asas “Lex Specialis Derogat Legi Generalis” yang artinya hukum yang khusus dapat mengesampingkan hukum yang umum.
• Dengan demikian, hukum dagang adalah
bagian yang tidak terpisahkan dari hukum
perikatan, karena hukum perikatan adalah
hukum yang terdapat dalam masyarakat
umum maupun dalam perdagangan.
11/4/2011
2
Pembagian Hukum Privat (Sipil) ke dalam Hukum
Perdata dan Hukum Dagang sebenarnya bukanlah
pembagian yang asasi, tetapi pembagian yang
berdasarkan sejarah dari Hukum Dagang.
Bahwa pembagian tersebut bukan bersifat asasi,
dapatlah kita lihat dalam ketentuan yang tercantum
dalam Pasal I KUHD yang menyatakan, bahwa
peraturan-peraturan KUH Per dapat juga dijalankan
dalam penyelesaian soal-soal yang disinggung
dalam KUHD terkecuali dalam penyelesaian soal-
soal yang semata-mata diadakan oleh KUHD itu.
Kenyataan-kenyataan lain yang membuktikan bahwa
pembagian itu bukan pembagian asasi ialah:
a. perjanjian jual beli yang merupakan perjanjian
terpenting dalam bidang perdagangan tidaklah
ditetapkan dalam KUHD, tetapi diatur dalam KUH
Per;
b. perjanjian pertanggungan (asuransi) yang sangat
penting juga bagi soal keperdataan ditetapkan dalam
KUHD.
Mengenai istilah Hukum Dagang, apakah sekarang ini
masih tepat digunakan, ada yang berpendapat bahwa
istilah itu tidak tepat lagi.
Pendapat ini didasarkan pada Wet (UU Belanda)
tanggal 2 Juli 1934 yang menghapuskan seluruh Bab I
dari Kitab I KUHD yang memuat Pasal 2 sampai
dengan Pasal 5 mengenai "pedagang dan perbuatan
dagang" dan menggantikannya dengan istilah-istilah
perusahaan dan perbuatan-perbuatan perusahaan.
Dengan undang-undang inilah (yang mulai berlaku 1
Januari 1935) dilenyapkan pengertian-pengertian
menurut KUHD tentang pedagang, perbuatan, dan
perikatan dagang yang sebelum berlakunya Wet
tersebut merupakan hukum pedagang.
Akan tetapi dalam undang-undang ini tidak dimuat
penjelasan resmi tentang istilah "perusahaan" dan
"perbuatan-perbuatan perusahaan", sehingga hal
tersebut harus diserahkan kepada dunia keilmuan dan
yurisprudensi.
Pengertian Perniagaan
Secara historis, hukum dagang adalah hukum perdata khusus bagi pedagang.''- Menurut Pasal 2 KUHD (lama), pedagang adalah mereka yang melakukan perbuatan perniagaan sebagai pekerjaannya sehari-hari. Kemudian oleh Pasal 3 KUHD (lama) disebutkan lagi bahwa perbuatan perniagaan pada umumnya adalah perbuatan pembelian barang-barang untuk dijual kembali.
Pasa14 KUHD (lama) kemudian lebih merinci lagi
beberapa kegiatan termasuk dalam kategori
perbuatan perniagaan, yaitu:
1. perusahaan komisi;
2. pemiagaan wesel;
3. pedagang, bankir, Casir, makelar dan yang sejenis;
4. pembangunan, perbaikan, -dan perlengkapan kapal
untuk pelayaran laut
11/4/2011
3
5. ekspedisi dan pengangkutan barang;
6. jual-beli perlengkapan dan keperluan kapal;
7. rederij, carter kapal, bordemerij, dan perjanjian lain
tentang perniagaan taut;
8. mempekerjakan nahkoda dan anak buah kapal untuk
keperluan kapal niaga;
9. perantara (makelar) taut, cargadoor, convoilopers,
pembantupembantu pengusaha perniagaan, dan lain-
lain.
10. perusahaan asuransi
Pasal 2 sampai dengan Pasal 5 tersebut telah
dicabut oleh Stb.1938-276 yang mulai berlaku
sejak tanggal 17 Juli 1936.
Ketentuan ini juga mengganti istilah perbuatan
perniagaan menjadi perusahaan
Pengertian Perusahaan
Berbeda dengan istilah perbuatan perniagaan yang terdapat
pada Pasal 2 sampai 5 KUHD (lama) yang secara rinci
menjelaskan perbuatan perniagaan tersebut, istilah perusahaan
dan menjalankan perusahaan yang dianut KUHD sekarang
tidak ada perinciannya.
Menurut H.M.N. Purwosutjipto, hal ini memang disengaja oleh
pembentuk undang agar pengertian perusahaan berkembang
baik dengan langkah dalam lalu lintas perusahaan sendiri
Makna tersebut diserahkan kepada dunia ilmiah dan
yurisprudensi. Dalam perkembangannya, definisi otentik
perusahaan dapat pula ditemukan di dalam beberapa undang-
undang.
Sebelum tahun 1938 Hukum Dagang hanya mengikat kepada para pedagang saja yang melakukan perbuatan dagang, tetapi sejak tahun 1938 pengertian Perbuatan Dagang, dirubah menjadi Perbuatan Perusahaan yang artinya menjadi lebih luas sehingga berlaku bagi setiap pengusaha (perusahaan).
1. Menurut Molengraaf, perusahaan adalah
keseluruhan perbuatan yang dilakukan secara
terus menerus, bertindak ke luar untuk
mendapatkan penghasilan, dengan cara
memperniagakan barang-barang atau
mengadakan perjanjian perdagangan.
4. Pasal 1 Butir 2 UU No. 8 Tahun 1997 mendefinisikan
perusahaan sebagai bentuk usaha yang melakukan
kegiatan secara tetap dan terus menerus
dengan tujuan memperoleh keuntungan dan
atau laba baik yang diselenggarakan oleh orang
perseorangan maupun badan usaha yang berbentuk
badan hukum atau bukan badan hukum, yang
didirikan dan berkedudukan dalam wilayah negara
Republik Indonesia
11/4/2011
4
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
sesuatu dapat dikatakan sebagai perusahaan jika
memenuhi unsur-unsur di bawah ini:
l. Bentuk usaha, baik yang dijalankan secara orang
perseorangan atau badan uasaha;
2. Melakukan kegiatan secara tetap dan terus menerus;
dan
3. Tujuannya adalah untuk mencari keuntungan atau
laba.
Evolusi Hukum Dagang Menuju
Hukum Ekonomi KUHD tidak bisa mengikuti perkembangan
ekonomi yang semakin kompleks dan unpredictable.
Perkembangan hukum perdagangan internasional dalam WTO yang belum terakomodasi.
Muncul istilah Hukum Ekonomi, Yg bersifat Interdisipliner, Multidisipliner dan Transnasional
Eksistensi Hukum Ekonomi
Seminar on Indonesian Legal Development tanggal 1 Juli 1970 di New York (sponsor Internasional Legal Center): Perlunya peningkatan pengetahuan hukum ekonomi bagi kebanyakan pejabat dan para ahli hukum Indonesia.
1978. Simposium Hukum Ekonomi Nasional-BPHN
1979/1980 BPHN Mengkaji Hukum Ekonomi (Prof. Subekti SH)
1980/1981 BPHN Mengkaji Hukum Ekonomi (Mr.Nugroho/Drs.Sumantoro)
1981-1985 BPHN Mengkaji Hukum Ekonomi (Dr. Sumantoro).
Di UI, Pusat Studi Hukum Dagang diganti Pusat Studi Hukum dan Ekonomi (1977)-Ch.Himawan.
Harapan Dunia Bisnis Pada Hukum
Menciptakan kepastian dan Stabilitas
Mendukung Efisiensi dan Produktivitas (DOUGLASS NORTH)
Responsif (NONET DAN SELZNICK)
Mengadung daya Prediktibiltas
Penyelesaian Sengketa secara Efektif, Efisien dan Menghasilkan Putusan Yang bisa diterima semua Pihak (ADAM SMITH)
Substansi Hukum Sesuai Dengan Yang Diinginkan Ekonomi Pasar dan Mendatangkan Efisiensi dan Kedailan (MAX WEBER)
Politik Hukum Ekonomi Indonesia
Mengacu Pasal 33 UUD 1945 1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama bdr atas asas
kekeluargaan.
2. Cabang-cabang produksi yg penting bagi negara dan yg menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
3. Bumi dan air dan kekayaan alam yg terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
4. Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional (hasil amandemen keempat).
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang (hasil amandemen keempat).
Beberapa Undang-undang dalam
Bidang Ekonomi
ATURAN YANG MEMBERI LANDASAN HUKUM KEBERADAAN LEMBAGA-LEMBAGA YANG MEWADAHI PARA PELAKU
BISNIS DLM MENJALANKAN AKTIFITASNYA.
1. UU NO.25 TAHUN 1992 Tentang PERKOPERASIAN
2. UU No.2 Tahun 1992 Tentang USAHA PERASURANSIAN
3. UU N0.40 TAHUN 2008 Tentang PERSEROAN TERBATAS
4. UU No 10 Tahun 1998 Tentang PERBANKAN
5. UU No. 3 Tahun 2004 Tentang BANK INDONESIA
6. UU No.16 Tahun 2001 Tentang YAYASAN (diperbarui UU No.28 Th 2004)
7. UU No. 19 Tahun 2003 Tentang BUMN (BADAN USAHA MILIK NEGARA)
8. UU. No.21 Tahun 2008 Tentang PERBANKAN SYARIAH
11/4/2011
5
ATURAN YANG MEMBERI LANDASAN HUKUM DALAM MENGATUR PERILAKU PELAKU BISNIS DALAM MENJALANKAN AKTIFITAS
1. UU No.3 Tahun 1982 Tentang WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN
2. UU No. 5 Tahun 1984 Tentang PERINDUSTRIAN
3. UU NO. Tahun 1992 Tentang PENERBANGAN
4. UU No.8 Tahun 1995 Tentang PASAR MODAL
5. UU No. 32 Tahun 2009 Tentang PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
6. UU No. 24 Tahun 1997 Tentang PENYIARAN
7. UU No.32 Tahun 1997 Tentang PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI
8. UU No. 5 Tahun 1999 Tentang LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN TIDAK SEHAT.
9. UU No.8 Tahun 1999 Tentang PERLINDUNGAN KONSUMEN
10. UU No.24 Tahun 1999 Tentang LALU LINTAS DEVISA DAN SISTEM NILAI TUKAR
11. UU No.18 Tahun 1999 Tentang JASA KONSTRUKSI
12. UU No.9 Tahun 1999 Tentang PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI.
13. UU No. 36 Tahun 1999 Tentang TELEKOMUNIKASI
14. UU No.29 Tahun 2000 Tentang PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN
15. UU No. 30 Tahun 2000 Tentang RAHASIA DAGANG
16. UU No. 31 Tahun 2000 Tentang DESAIN INDUSTRI
17. UU No.32 Tahun 2000 Tentang DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU.
18. UU No. 14 Tahun 2001 Tentang PATEN
19. UU No. 15 tahun 2001 Tentang MEREK
20. UU No.19 Tahun2002 Tentang HAK CIPTA
21. UU No. 22 Tahun 2001 Tentang MINYAK DAN GAS BUMI
22. UU No.15 Tahun 2002 Tentang TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
23. UU No. 17 Tahun 2003 Tentang KEUANGAN NEGARA
24. UU No.21 Tahun 2003 Tentang PENGESAHAN KONVENSI ILO NO.81
MENGENAI PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DLM INDUSTRI
DAN PERDAGANGAN
25. UU No.19 Tahun 2004 Tentang KEHUTANAN (UU No.41/1999-Perpu
No.1/2004-judicial review di MK larangan penambangan di hutan lindung
tdk dikabulkan)
26. UU No. 24 Tahun 2004 Tentang LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN
27. UU No.37 Tahun 2004 Tentang KEPAILITAN DAN PENUNDAAN
KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG (No. 4 Tahun 1998)
28. UU No. 17 Tahun 2006 Tentang KEPABEANAN 29. UU No. 25 Tahun 2007 Tentang PENANAMAN MODAL 30. UU No. 39 Tahun 2007 Tentang CUKAI 31. UU NO..19 Tahun 2008 Tentang SURAT BERHARGA
SYARIAH NEGARA 32. UU. No.1 TH 2009 Tentang Penerbangan 33. UU.No.4 TH 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara 34. UU.No.5 TH 2009 Tentang Pengesahan United Nations
Convention Againts Transnational Organized Crime 35. UU.No.9 TH 2009 Tentang BHP (dicabut)
ATURAN YANG MENGATUR KEBERADAAN MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA
1. UU No. 5 Tahun 2004 Tentang MAHKAMAH AGUNG
2. UU No. 48 tahun 2009 Tentang KEKUASAAN KEHAKIMAN
3. UU No.30 Tahun 1999 Tentang ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA
4. UU No.2 Tahun 2004 Tentang PENYELESAIAN PERSELISIAN HUBUNGAN INDUSTRIAL
5. UU No.14 Tahun 2002 Tentang PENGADILAN PAJAK.\
6. UU NO.3 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua UU No. 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung.
Aturan Internasional Hukum Ekonomi
WTO (The World Trade Organization)
1 Januari 1995 – UU No.7 Tahun 1994
GATS (General Agreement Trade Services)
TRIPs (Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights)
TRIMs (Trade Related Investment Measures)
Indonesia Harus Menyesuaikan semua peraturan perundang-undangannya pada ketentuan2 tersebut
04/11/2011
1
HUKUM BADAN
USAHA
Perusahaan Definisi
Kegiatan dalam ekonomi
Terus menerus
Terang terangan
Dalam kedudukan tertentu
Dengan maksud mencari keuntungan
Karakteristik Perusahaan & Badan Usaha
KARAKTERISTIK PERUSAHAAN KARAKTERISTIK BADAN USAHA
Perusahaan ialah suatu daya ikhtiar atau pekerjaan
yang teratur yang dilaksanakan sebagai mata
pencaharian sehari-hari
Badan usaha merupakan perwujudan atau
pengejawantahan organisasi perusahaan yang
memberikan bentuk cara kerja, wadah kerja, dan
bentuk/besar-kecilnya tanggung jawab
pengurus/para anggotanya
Perusahaan menghasilkan barang jasa yang
selanjutnya dilemparkan ke pasaran (oleh badan
usaha yang bersangkutan)
Badan usaha menghasilkan laba yang didapat dari
hasil pemasaran barang jasa yang dihasilkan oleh
perusahaan
Suatu perusahaan tidak selalu pasti berwujud suatu
badan usaha, karena mungkin saja perusahaan itu
tidak berwujud organisasi, melainkan dijalankan
hanya oleh seorang pelaksana (yang hanya dibantu
oleh seorang atau beberapa pembantunya)
Suatu badan usaha pastilah merupakan
perwujudan dari suatu perusahaan yang teroganisir
Secara kongrit perusahaan itu tampak misalnya
sebagai toko, bengkel, restoran, bioskop, hotel, dan
sebagainya
Badan usaha itu wujudnya abstrak, karena pada
hakekatnya merupakan organisasi dari suatu
perusahaan. Yang dapat diketahui oleh umum
untuk dibedakan hanyalah bentuk hukum yang
tertulis didepan namanya, missal: Firma, CV, PT,
dan sebagainya, sedangkan yang terlihat secara
kongkrit dari suatu badan usaha itu sebenarnya
adalah perusahaannya
Kategori Badan Usaha
Badan usaha dilihat dari tujuan
dibentuknya:
1. Badan usaha yang komersil, yaitu;
Maatschap, Vennotschap onder Firma
(Firma), Commanditaire Vennotschap
(CV), Koperasi, Perseroan Terbatas
(PT).
2. Badan usaha yang non komersil, yaitu;
Yayasan, Perkumpulan.
Kategori Badan Usaha
Badan usaha dilihat dari bentuk
hukumnya:
1. Badan usaha yang Badan Hukum,
seperti: Perkumpulan, PT, Yayasan,
Koperasi.
2. Badan Usaha yang Non Badan Hukum,
seperti: Maatschap, Firma, CV.
Perbedaan Badan Hukum & Non Badan Hukum
KARAKTERISTIK BADAN HUKUM KARAKTERISTIK NON BADAN HUKUM
Adalah suatu badan yang diakui oleh
peraturan Perundang-undangan memiliki hak-
hak dan kewajiban-kewajiban sebagaimana
manusia
Adalah suatu badan yang tidak diakui oleh
peraturan Perundang-undangan memiliki
hak-hak dan kewajiban-kewajiban
sebagaimana manusia, namun
pengaturannya ada didalam BW, KUHD, dan
hukum kebiasaan
Yang menjadi subjek hukumnya disini ialah
badan usaha itu sendiri, karena ia telah
menjadi badan hukum yang juga termasuk
subjek hukum disamping manusia
Yang menjadi subjek hukum disini ialah
orang-orang yang menjadi pengurusnya,
bukan badan usaha itu sendiri, karena ia
bukanlah badan hukum sehingga tidak dapat
menjadi subjek hukum
Atas nama perusahaan dapat melakukan
perbuatan hukum (bisa digugat dan
menggugat)
Yang dapat melakukan perbuatan hukum
(digugat dan menggugat) hanyalah orang-
orang yang menjadi pengurus
Harta kekayaan perusahaan terpisah dengan
harta kekayaan pribadi para
pengurus/anggotanya, sehingga tanggung
jawabnya hanya sebatas harta
perusahaannya saja
Harta perusahaan bersatu dengan harta
pribadi para pengurus/anggota, sehingga
tanggung jawabnya penuh secara tanggung
renteng hingga harta pribadi
04/11/2011
2
Unsur-unsur badan hukum
◦ Perkumpulan orang (organisasi)
◦ Dapat melakukan perbuatan hukum
(rechtshandeling) dalam hubungan-hubungan
hukum (rechtsbetrekking)
◦ Mempunyai harta kekayaan sendiri
◦ Mempunyai pengurus
◦ Mempunyai hak dan kewajiban
◦ Dapat menggugat dan digugat didepan
Pengadilan
MATRIKS KARAKTERISTIK
MAATSCHAP, FIRMA, CV,
KOPERASI, YAYASAN &
PERSEROAN TERBATAS (PT)
Kepengurusan badan Usaha
PENDIRIAN BADAN USAHA
PERSEROAN TERBATAS (PT)
Pengertian PT (Pasal 1 angka 1 UU
Nomor 40 Tahun 2007):
Adalah badan hukum yang merupakan
persekutuan modal, didirikan berdasarkan
perjanjian, melakukan kegiatan usaha
dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi
dalam saham dan memenuhi persyaratan
yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini
serta peraturan pelaksanaannya.
Unsur-unsur didalam PT, yaitu:
◦ Badan hukum
◦ Persekutuan Modal
◦ Dasar pendiriannya adalah perjanjian
◦ Adanya modal dasar
◦ Adanya saham
Karakteristik PT
ORGAN PT
Pendirian PT
I. MATRIKS KARAKTERISTIK MAATSCHAP, FIRMA, CV, KOPERASI, YAYASAN & PERSEROAN TERBATAS (PT) NAMA
BADAN USAHA PENGERTIAN UNSUR-UNSUR KARAKTERISTIK
YURIDIS STATUS HUKUM
DASAR HUKUM
MAATSCHAP/ PERSEKUTUAN
Maatschap/ Persekutuan adalah suatu perjanjian dengan mana dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk memasukan sesuatu dalam persekutuan, dengan maksud untuk membagi keuntungan yang terjadi karenanya
Persekutuan lahir dari perjanjian
Kewajiban untuk memasukan sesuatu ke dalam persekutuan Kewajiban dalam memasukan sesuatu kedalam persekutuan sangat terkait dengan “Inbreng” (pemasukan) yang dapat dilakukan dalam bentuk: - Uang - Benda; baik benda bergerak
atau tidak bergerak, baik yang berwujud maupun tidak berwujud.
- Keahlian
Persekutuan didirikan untuk mencari keuntungan
Keuntungan yang diharapkan diperoleh dari: penggunaan, pemanfaatan, pengelolaan harta persekutuan, dan keahlian yang dijanjikan untuk dimasukan dalam persekutuan
Keuntungan dibagi kepada seluruh sekutu yang ada di dalam persekutuan
Hubungan Internal Dalam Maatschap: Yang dimaksud dengan hubungan internal adalah bagaimana hubungan sesama diantara para sekutu yang satu dengan sekutu yang lain, terkait dengan pembagian diantara para sekutu atas segala untung, rugi, dan beban atau utang
Hubungan Eksternal Dalam Maatschap: Yang dimaksud dengan hubungan eksternal adalah bagaimana hubungan para sekutu sebagai satu kesatuan berhadapan dengan pihak ketiga. Namun pada asasnya hubungan persekutuan semata-semata untuk hubungan internal diantara para sekutu tanpa berpengaruh ke luar secara eksternal. Perbuatan sekutu dengan pihak ketiga secara eksternal dipandang semata-mata sebagai perbuatan pribadi dari sekutu pelaku dan tidak menimbulkan ikatan antara pihak ketiga dengan sekutu pelaku tersebut
Berakhirnya Persekutuan Pasal 1646 BW mengatur tentang berakhirnya Persekutuan/Maatschap, yaitu: - Lewat waktu yang telah dijanjikan - Musnahnya barang dari pokok
persekutuan - Atas kehendak dari masing-masing
sekutu - Sekutu meninggal/dibawah
pengampuan
Bukan Berbentuk Badan Hukum
Bab VIII bagian 1 (satu) Buku III BW, Pasal 1618 BW sampai dengan Pasal 1652 BW
FIRMA Adalah bentuk persekutuan yang didirikan untuk menjalankan suatu perusahaan dibawah satu nama bersama
Dalam bentuk persekutuan/Maatschap
Menjalankan suatu perusahaan bersama
Dibawah satu nama bersama
Firma merupakan bentuk khusus dari Maatschap
Sesuai dengan ketentuan dalam unsur-unsur disamping, maka segala ketentuan dalam Persekutuan/Maatschap berlaku juga pada firma
Tiap-tiap persekutuan Firma harus didirikan dengan akta otentik, akan tetapi ketiadaan akta yang demikian tidak dapat dikemukakan untuk merugikan pihak ketiga
Firma menggunakan nama bersama dalam persekutuan, dengan digunakannya nama bersama tersebut setiap sekutu dalam Firma menyatakan kehendaknya untuk terikat secara tanggung-menanggung
Bukan Berbentuk Badan Hukum
Diatur Dalam Pasal 15 – 35 Kitab Undang Undang Hukum Dagang (KUHD)
COMANDITAIRE VENNOTSCHAP
(CV)
Adalah suatu persekutuan dapat juga dalam waktu yang sama berwujud persekutuan dengan firma terhadap sekutu-sekutu yang memakai nama bersama dan persekutuan secara peminjaman uang bagi si pelepas uang
Didirikan atas dasar perjanjian
Dalam bentuk persekutuan
Ada unsur Firma didalamnya dengan sekutu-sekutu yang memakai nama bersama
Persekutuan secara peminjaman uang bagi si pelepas uang
Didalam CV ada terdapat unsur Firma, sehingga merupakan bentuk khusus dari Firma
Dalam CV ada 2 kelompok sekutu, yaitu: - Sekutu Komplementer/Sekutu
Kerja/Sekutu Aktif, yang bertanggung jawab penuh sampai harta kekayaan pribadi. Dalam hal inilah bentuk Firma ada dalam CV , sehingga berlaku juga Pasal 18 KUHD
- Sekutu Komanditer/Sekutu Diam/Sekutu Pasif, yang hanya bertanggung jawab tidak lebih dari bagiannya (inbrengnya) dalam CV
Sekutu Komanditer/Sekutu Diam/Sekutu Pasif dalam CV hanya bertanggung jawab sebatas pemasukan (inbreng)/modal yang ia masukan
Manakala dalam CV ada lebih dari
Bukan Berbentuk Badan Hukum
Diatur Dalam Pasal 19 – 35 KUHD
seorang sekutu kerja, maka dalam hal ini hubungan di antara para sekutu kerja yang ada adalah hubungan Firma, artinya para sekutu kerja itu satu terhadap yang lainnya diantara sesama sekutu kerja bertanggung jawab tanggung-menanggung renteng
PERKUMPULAN Suatu perhimpunan orang-orang baik yang diakui oleh kekuasaan umum, maupun untuk suatu maksud tertentu yang tidak bertentangan dengan undang-undang atau kesusilaan yang baik.
Didirikan atas dasar perjanjian
Suatu Perhimpunan/Perkumpulan orang
Diakui oleh kekuasaan umum/masyarakat
Bekerja atas suatu maksud tertentu
Pekerjaan yang dilakukan tidak bertentangan dengan undang-undang atau kesusilaan yang baik
Bentuk perkumpulan yang diatur dalam BW (KUHPerdata) tersebut merupakan perkumpulan yang berbadan hukum
Perkumpulan dipandang sebagai orang, sehingga Perkumpulan berkuasa melakukan tindakan-tindakan Perdata (berkuasa melakukan tindakan hukum)
Pengurus bertindak untuk dan atas nama perkumpulan bukan atas nama anggota dari perkumpulan tersebut (dalam hal ini perkumpulan merupakan subyek hukum)
Anggota perkumpulan tidak bertanggung jawab secara pribadi untuk tindakan-tindakan atas nama perkumpulan
Ada yang berbentuk Badan Hukum, seperti: - Partai Politik - Organisasi
Kemahasiswaan (HMI, GMNI, PMII,KAMMI)
- Organisasi Keagamaan (Muhammadiyah, NU)
Ada yang tidak berbentuk Badan Hukum, seperti: - Perkumpulan
Hobi Sepeda Motor
- Perkumpulan Arisan
Diatur Dalam Pasal 1653 – 1665 BW (KUHPerdata)
KOPERASI Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas
Berbentuk Badan Usaha yang berbadan hukum
Beranggotakan Orang-Seorang/Badan Hukum Koperasi
Melandaskan Kegiatannya Berdasarkan Prinsip Koperasi
Sebuah Gerakan Ekonomi Rakyat
Asas Kekeluargaan
Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
Bentuk Koperasi ada 2, yaitu: - Koperasi Primer: adalah Koperasi
yang didirikan oleh dan beranggotakan orang-seorang, yang
Berbentuk Badan Hukum
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian
kekeluargaan anggotanya minimal sebanyak 20 orang
- Koperasi Sekunder: adalah Koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan Koperasi, yang anggotanya minimal 3 buah Koperasi Primer
Perangkat Organisasi Koperasi Adalah: a. Rapat Anggota b. Pengurus c. Pengawas
Modal Koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman. Modal sendiri dapat berasal dari: a. Simpanan pokok b. Simpanan wajib c. Dana cadangan d. Hibah
Modal pinjaman dapat berasal dari: a. Anggota b. Koperasi lainnya dan/atau
anggotanya c. Bank dan lembaga d. Penerbitan obligasi dan surat
hutang lainnya e. Sumber lain yang sah
PERSEROAN TERBATAS (PT)
Adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan undang-undang ini serta
Badan usaha yang berbentuk badan hukum
Dasar pendiriannya adalah perjanjian
Adanya modal dasar
Adanya saham
a. Pertanggungjawaban yang timbul semata-mata dibebankan kepada harta kekayaan yang terhimpun dalam asosiasi. Ini merupakan prinsip yang melekat pada badan hukum
Sifat mobilitas atas hak penyertaan (saham)
b. PT sebagai wadah asosiasi modal sedemikian rupa agar modal yang telah dikumpulkan tidak mudah untuk keluar, walaupun telah bergantinya orang (kepemilikan) dari modal itu
c. Prinsip pengurusan melalui suatu
Berbentuk Badan Hukum
Undang Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
peraturan pelaksanaannya
organ, yaitu: a. Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS) b. Komisaris c. Direksi
d. Kedudukan diantara ketiga organ tersebut adalah sama, karena masing-masing memiliki kewenangan dan fungsi yang berbeda dan dijamin oleh undang-undang
PROSES PENDIRIAN BADAN USAHA BADAN USAHA
PENDIRI BENTUK PERJANJIAN
PENDAFTARAN PENGUMUMAN
PERKUMPULAN Perjanjian yang dilakukan minimal 2 orang atau lebih
- Tidak Tertulis (cukup kata sepakat dari para pihak)
- Tertulis (Akta otentik maupun dibawah tangan)
- Untuk yang badan hukum wajib didaftarkan
- Yang tidak berbadan hukum tidak didaftarkan
- Untuk yang badan hukum diumumkan di berita negara
- Yang tidak berbadan hukum tidak diumumkan
MAATSCHAP Perjanjian yang dilakukan minimal 2 orang atau lebih
Boleh tidak tertulis (lisan) & boleh tertulis (akta otentik / dibawah tangan
Tidak Perlu
Tidak Perlu
FIRMA Perjanjian yang dilakukan minimal 2 orang atau lebih
Harus tertulis dengan akta otentik (Pasal 22 KUHD)
Harus didaftarkan (Pasal 23 KUHD) Wajib diumumkan (Pasal 28 KUHD) dan diumumkan dalam Berita Negara
CV CV merupakan bentuk khusus dari Firma dan pengaturannya dalam satu titel dengan Firma (Bagian Pertama, Buku II KUHD), sehingga seluruh ketentuan pendirian Firma berlaku juga bagi CV
KOPERASI - Didirikan minimal 20 orang atau lebih (Koperasi Primer, Pasal 6 ayat (1)
- Didirikan minimal 3 Koperasi (Koperasi Sekunder, Pasal 6 ayat (2)
Harus tertulis dalam bentuk akta pendirian (Pasal 7 ayat (1), UU No 25 Thn 1992)
Wajib didaftarkan ke Menteri untuk mendapat pengesahan sebagai badan hukum (Pasal 9 – 11, UU No 25 Thn 1992)
Diumumkan dalam Berita Negara (Pasal 10 ayat (3) UU No 25 Thn 1992)
Karakteristik Kepengurusan Pada Maatschap, Firma, CV & Koperasi
BENTUK BADAN USAHA
BENTUK KEPENGURUSAN
MAATSCHAP, FIRMA & CV
Pasal 1639 ayat (1) Pada azasnya sekutu dianggap secara bertimbal-balik telah memberikan kuasa kepada sekutu lainnya untuk melakukan pengurusan. Apa yang telah dilakukan oleh masing-masing sekutu mengikat sekutu lainnya yang tidak ikut melakukan perbuatan, sekalipun perbuatan itu dilakukan oleh si sekutu pelaku tanpa persetujuan sekutu lainnya, dengan tidak mengurangi hak sekutu lainnya untuk mengajukan ketidaksetujuannya, tetapi selama perbuatan tersebut masih belum dilakukan.
Pasal 17 KUHD:
Bahwa setiap sekutu berhak untuk bertindak, untuk mengeluarkan dan menerima uang atas nama persekutuan, sepanjang sekutu yang bersangkutan tidak diperkecualikan
Hal diatas berlaku pula bagi Firma & CV, namun bagi CV hanya berlaku bagi sekutu aktif saja, Bagaimana jika sekutu yang tidak melakukan pengurusan tetap menjalankan kepengurusan? Dalam hal ini perbuatan yang dilakukan sekutu tersebut tidak batal, perbuatannya sah, hanya saja jika sampai menimbulkan kewajiban bagi persekutuan, maka persekutuan tidak bertanggung jawab. kewajiban tersebut menjadi tanggung jawab pribadi yang bersangkutan.
Pasal 21 KUHD:
Dalam hal sekutu diam pada CV, apa bila sekutu diam melakukan pengurusan, maka sekutu diam akan kehilangan kekebalan tanggung jawabnya yang terbatas. Sekutu diam dapat dimintai tanggung jawabnya secara pribadi untuk seluruh kewajiban persekutuan. (dalam artian sekutu diam berubah statusnya menjadi sekutu aktif)
KOPERASI
Perangkat Organisasi Koperasi terdiri dari: a. Rapat Anggota b. Pengurus c. Pengawas
Alur Proses Pendirian PT
PROSES PENDIRIAN
Masih terdiri dari kumpulan pemilik modal
Belum berbentuk PT, sehingga belum berbentuk badan hukum
Belum dikenal adanya : saham, RUPS, Komisaris, dan Direksi
Pertanggung jawaban dengan pihak ke tiga dilakukan oleh pemilik modal secara tanggung renteng (berlaku prinsip Maatschap)
PROSES PENDAFTARAN
Sudah terdiri dari pemilik modal dan para pengurus (Direksi)
Belum berbentuk PT dan belum dikenal adanya unsur : Saham, RUPS, Komisaris dan Direksi
Pengurus melakukan proses pendaftaran
Pertanggung jawaban dengan pihak ketiga dilakukan oleh pengurus
PROSES PENGUMUMAN
Sudah berbadan hukum PT dan sudah memiliki unsur : Saham, RUPS, Komisaris, dan Direksi
Berlaku segala ketentuan di dalam UU No 40 Thn 2007
Pertanggung jawaban sudah melekat pada PT itu sendiri
Harus diumumkan didalam Tambahan Berita Negara
Karakteristik PT
Tiga
Karakteristik
Dominan PT
Pertanggungjawaban yang timbul semata-mata dibebankan kepada harta kekayaan yang terhimpun dalam asosiasi
Prinsip yang melekat pada badan hukum
Secara ekonomis merupakan faktor penting sebagai umpan pendorong untuk kesedian menanam modal dalam PT
Sifat mobilitas atas hak penyertaan dalam bentuk saham
PT sebagai wadah asosiasi modal sedemikian rupa agar modal yang telah dikumpulkan tidak mudah untuk keluar, walaupun telah bergantinya orang (kepemilikan) dari modal itu bertolak belakang dengan prinsip pada: Perkumpulan, Maatschap, Firma, dan CV
Sebagai sebuah asosiasi modal tentunya pemegang sahamnya akan banyak, sehingga tidak menutup kemungkinan ada yang keluar dan meninggal. Jika ini terjadi maka akan mengganggu stabilitas modal karena harus dilakukan pembaruan lagi didalam PT. dengan adanya saham maka jika ada pemegang saham yang tidak ingin melanjutkan penyertaannya (karena ingin menjual sahamnya/meninggal), maka cukup mengalihkannya (melalui jual beli/ pewarisan) kepada pihak lain
Prinsip pengurusan melalui suatu organ, yaitu:
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
Direksi
Komisaris
Organ PT Organ Perseroan adalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Direksi, dan Dewan Komisaris. (Pasal 1 angka 2)
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) (Pasal 75 – 91)
Adalah Organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Undang-Undang ini dan/atau anggaran dasar. (Pasal 1 angka 4)
RUPS mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris, dalam batas yang ditentukan dalam Undang-Undang ini dan/atau anggaran dasar. (Pasal 75 (1)
Komisaris (Pasal 108 – 121)
Adalah Organ Perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada Direksi. (Pasal 1 angka 6)
Dewan Komisaris melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai Perseroan maupun usaha Perseroan, dan memberi nasihat kepada Direksi. (Pasal 108 (1)
Pengawasan dan pemberian nasihat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan. (Pasal 108 (2)
Direksi (Pasal 92 – 107)
Adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. (Pasal 1 angka 5)
Direksi menjalankan pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan. (Pasal 92 (1)
ORGAN PT
04/11/2011
1
Perjanjian/
Kontrak
21 Oktober 2011 [email protected] 1
Sistem Hukum Perjanjian
Dalam KUH Perdata
sistem terbuka
21 Oktober 2011 [email protected] 2
Sistem terbuka artinya memberikan kebebasan kepada para pihak (dalam hal menentukan isi, bentuk, serta macam perjanjian) untuk mengadakan perjanjian akan tetapi isinya selain tidak bertentangan dengan perundang-undangan, kesusilaan, dan ketertiban umum, juga harus memenuhi syarat sahnya perjanjian
21 Oktober 2011 [email protected] 3
Perjanjian/Contract hubungan hukum antara dua orang atau
lebih yang mengikatkan diri berdasarkan
kesepakatan untuk menimbulkan akibat
hukum. Akibat hukum itu berupa hak dan
kewajiban secara timbal balik antara para
pihak.
21 Oktober 2011 [email protected] 4
21 Oktober 2011 [email protected] 5
Subjek Hukum Perjanjian
Subjek Hukum adalah pendukung hak dan kewajiban,
◦ Manusia
◦ Badan hukum Kemampuan dalam membuat perjanjian dengan
menafsirkan Pasal 1330 KUHPerdata secara
“a contrario”
Digolongkan orang-orang yang cakap (“bekwaamheid”) adalah:
◦ Orang-orang yang sudah dewasa
◦ Mereka yang tidak di bawah pengampuan
◦ Istri ? Psl 31 UU 1/1974
Syarat Sahnya Perjanjian Pasal 1320 KUH Perdata
1. Sepakat mereka yang mengikatkan
dirinya;
2. Kecakapan untuk membuat suatu
perjanjian;
3. Suatu hal tertentu;
4. Suatu sebab yang halal.
04/11/2011
2
Syarat pertama dan kedua di atas
dinamakan syarat subjektif; Jika tidak
terpenuhi, maka perjanjian dapat
dibatalkan: Voidable / vernietigbaarheid
Syarat ketiga dan keempat merupakan
syarat obyektif; Jika tidak terpenuhi, maka
Perjanjian batal demi hukum: Void/ nietig
(1) Kesepakatan –Persesuaian kehendak
–Sepakat; pertemuan antara penawaran
dengan penerimaan/kedua kehendak
bertemau
ex. Secara diam; pelelangan, barang
dietalase
– Jika terpenuhi, terjadinya perjanjian
Kata sepakat berhubungan dengan
CACAT KEHENDAK (1321 KUHPdt) (1) Kekhilafan, (2) Paksaan, (3) Penipuan
1. Paksaan/kekerasan/ancaman (dwang);
– memaksa menandatangani perjanjian
– dengan cacat kehendak perjanjian telah terjadi, tapi tidak sah
– dapat dimintakan pembatalan
2. Kekhilafan/kesesatan (Dwaling);
Pasal 1322 KUHPdt
a) Oneigenlijke dwaling (kekilafaan tidak
sesungguhnya):
– kekeliruan/salah paham
ex. salah tulis, salah terima, salah
paham
– tidak melahirkan perjanjian
b) Eigenlijke dwaling (kekhilafan
sesungguhnya);
– menimbulkan/melahirkan
perjanjian;
– sehingga ada akibat hukumnya,
– dapat dimintakan pembatalan
– tuntutan kekhilafan; error in persona,
error in substansia
– kekhilafan yang dapat dituntut
adalah kekhilafan yang terjadi pada
saat perjanjian dilaksanakan
3. Penipuan/bedrog
Pasal 1328 KUHPerdata
ex. Beli mobil baru, tapi diberi mobil yang sudah dipakai
Beda Kekhilafan dan Penipuan ?
Dalam penipuan ada usaha keras dari salah satu pihak untuk memberi gambaran yang keliru
04/11/2011
3
(2) Kecakapan –Kemampuan/bekwaamheid; mampu
membuat perjanjian obligatoir
–Kewenangan/bevoegdheid; wenang untuk melakukan perbuatan hukum
–Orangmempunyai kewenangn hukum (tidak berarti dapat melakukan perbuatan hukum)
a) mampu; melakukan perjanjian oblgatoir
b) tidak mampu; belum cukup umur, istri,
dibawah pengampuan
–Perjanjian/kontrak dibuat oleh
orang yang di bawah umur
–Apa akibatnya ?
Dapat dibatalkan atau batal
demi hukum
(3) Hal tertentu
Syaratnya
1. Dapat ditentukan/dipastikan/ditetapkan
Jual beli suatu barang, scr individual/jenisnya;
ex. beli lemari (model dan ukurannya)
barangnya dikemudian hari
2. Halal
3. Dimungkinkanyang tidak mungkin?
4. Keseluruhan yang dapat dinilai
dengan uang
(4) Sebab yang Halal
– Pasal 1337 KUHPdt; Sebab yang dilarang
–Argumentum a contrario
Asas-Asas Perjanjian
Asas kebebasan berkontrak
Asas konsensualisme
Asas pacta sunt servanda
Asas itikad baik
04/11/2011
4
(1) Asas Kebasan Berkontrak
― Setiap orang bebas untuk mengadakan atau tidak mengadakan perjanjian dengan siapapun juga;
― Bebas untuk menentukan sendiri isi, bentuk dan syarat-syarat perjanjian dan bebas untuk menundukkan diri kepada ketentuan hukum mana perjanjian yang kita buat itu;
― Dengan kata lain, kita diperbolehkan membuat undang-undang bagi kita sendiri. Pasal-pasal Hukum Perjanjian hanya berlaku, apabila kita tidak mengadakan sendiri aturan-aturan dalam perjanjian yang kita buat.
(2) Asas konsensualisme
◦ Kesepakatan para pihak yang membuat
perjanjian, yang ditandai dengan apa yang
dikehendaki pihak yang satu juga
dikehendaki oleh pihak lainnya
◦ Perjanjian lahir, terjadi, timbul, berlaku
sejak saat tercapainya kata sepakat
diantara para pihak tanpa perlu adanya
formalitas tertentu
(3) Asas Pacta Sunt Servanda
Asas ini dapat disimpulkan dari kata “berlaku
sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya“ dalam Ps 1338 Ayat (1)
KUHPerdata.
Para pihak harus mematuhi dan menghormati
perjanjian yang dibuatnya
Hal ini dikuatkan oleh Ps 1338 Ayat (2):
“perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain
dengan sepakat kedua belah pihak atau karena
alasan-alasan yang oleh Undang-undang
dinyatakan cukup untuk itu”.
Asas itikat baik = te goeder trouw = in good faith
Diatur di dalam Pasal 1338 Ayat (3)
KUHPerdata: perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik
Asas ini ada 2 unsurq : subyektif dan obyektif
(4) Asas itikat baik
Kontrak Standar
adalah perjanjian yang isinya telah
ditetapkan terlebih dahulu secara
tertulis berupa formulir-formulir
yang digandakan dalam jumlah tidak
terbatas, untuk ditawarkan kepada
para konsumen tanpa
memperhatikan perbedaan kondisi
para konsumen (Johannes Gunawan)
KARAKTERISTIK KONTRAK
STANDAR 1. dibuat agar suatu industri atau bisnis
dapat melayani transaksi tertentu secara efisien, khususnya untuk digunakan dalam akti- vitas transaksional yang diperkirakan akan berfrekuensi tinggi;
2. dimaksudkan untuk memberikan pelayanan yang cepat bagi penggunanya, tetapi juga mampu memberikan kepastian hukum bagi pembuatnya;
04/11/2011
5
KARAKTERISTIK UTAMA
KONTRAK STANDAR 3. demi pelayanan cepat, ditetapkan
terlebih dahulu secara tertulis dan dipersiapkan untuk dapat digandakan dan ditawarkan dalam jumlah sesuai kebutuhan;
4. isi persyaratan distandarisir atau dirumuskan terlebih dahulu secara sepihak;
5. dibuat untuk ditawarkan kepada publik secara massal.
Klausula Eksonerasi
adalah klausula yang dibuat untuk
membebaskan tanggung jawab
kreditur dari resiko-resiko yang
sebenarnya/secara yuridik
merupakan tanggung jawabnya.
Klausula eksonerasi berbeda dengan
force majeur
Hal ini tidak diperkenankan oleh UU
TRANSAKSI ELEKTRONIK
Pengertian:
Transaksi elektronik adalah hubungan hukum yang dilakukan melalui komputer, jaringan komputer atau media elektronik lainnya.
Hubungan hukum:
adalah hubungan yang menimbulkan akibat hukum yaitu hak dan kewajiban.
Komputer:
adalah alat pemroses data elektronik, magnetik, optikal, atau sistem yang melaksanakan fungsi logika, aritmatika, dan penyimpanan.
PENGATURAN TRANSAKSI
ELEKTRONIK
TERJADI POLEMIK:
Tidak perlu diatur
Transaksinya secara maya, sehingga sesuatu yang maya/tidak nyata tidak perlu diatur.
Perlu diatur
Meskipun transaksinya maya, tetapi pelaku, aktivitas dan akibatnya di dunia nyata.
Sama dengan hukum di dunia nyata
Pengaturan khusus
E-COMMERCE
Kegiatan bisnis yang melibatkan manufactur, konsumen, service provider dan pedagang perantara dengan menggunakan jaringan komputer (internet).
Karakteristik E-Commerce:
Transaksi tanpa batas
Transaksi anonim
Produk barang tak berwujud
Mekanisme E-Commerce
04/11/2011
6
PARA PIHAK E-COMMERCE
E-Merchant
E-Customer
Internet Service Provider
Issuer Bank
Acquirer Bank
Jasa Pengiriman
Mekanisme E-Commerce
E-customer dan e-merchant bertemu dalam dunia
maya melalui server yang disewa dari Internet Server
Provider (ISP) oleh e-merchant.
Transaksi melalui e-commerce disertai term of use dan
sales term condition atau klausula standar, yang pada
umumnya e-merchant telah meletakkan klausula
kesepakatan pada website-nya, sedangkan e-customer
jika berminat tinggal memilih tombol accept atau
menerima.
Penerimaan e-customer melalui mekanisme
“clik” tersebut sebagai perwujudan dari
kesepakatan yang tentunya mengikat pihak e-
merchant.
Pada saat kedua belah pihak mencapai
kesepakatan, kemudian diikuti dengan
pembayaran, yang melibatkan dua bank
perantara yaitu aquiring mercant bank dan
issuing customer bank.
Prosedurnya e-customer memerintahkan kepada issuing customer bank untuk dan atas nama e-customer melakukan pembayaran atas harga barang kepada aquiring merchant bank yang ditujukan kepada e-merchant.
Setelah proses pembayaran selesai kemudian diikuti dengan proses pemenuhan prestasi oleh pihak e-merchant berupa pengiriman barang sesuai dengan kesepakatan mengenai saat penyerahan dan spesifikasi barang.
Pembayaran
◦ Memenuhi prestasi
◦ Menggunakan credit card
◦ Mekanismenya
Cardholder memerintahkan issuer bank untuk
membayar;
Issuer bank membayar kepada aquier bank;
Aquier bank membayar kepada merchant;
Merchant mengirim barang ke cardholder;
Issuer bank menagih kepada cardholder;
Cardholder membayar ke issuer bank.
Penyerahan
◦ Benda berwujud: pengiriman dan penyerahan
nyata
◦ Benda tak berwujud: dengan download
Perlindungan Konsumen
◦ Berdasarkan wanprestasi
◦ Berdasarkan perbuatan melawan hukum
◦ UU Perlindungan Konsumen
11/4/2011
1
Hukum Ketenagakerjaan
Dasar Hukum
Hubungan Kerja (pengusaha-pekerja, PKWT, PKWTT)
Perlindungan Hukum
Pengupahan
Kerja Kontrak/ Outsourcing
Perselisihan, PHK
Dasar Hukum
UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
UU No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial
UU No.1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan
Kerja
UU No.7 Tahun 1981 Tentang Wajib Lapor
Ketenagakerjaan di Perusahaan
UU No.21 Tahun 2000 Tentang Serikat
Pekerja/Serikat Buruh
Hubungan Kerja
Definisi
hubungan antara pengusaha dengan
pekerja/buruh berdasarkan
perjanjian kerja, yang mempunyai
unsur pekerjaan, upah, dan perintah
Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja
dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk
lain
Pengusaha adalah
a.orang perseorangan, persekutuan, atau badan
hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik
sendiri;
b.orang perseorangan, persekutuan, atau badan
hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan
perusahaan bukan miliknya;
c.orang perseorangan, persekutuan, atau badan
hukum yang berada di Indonesia mewakili
perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a
dan b yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.
Perjanjian kerja adalah perjanjian
antara pekerja/buruh dengan
pengusaha atau pemberi kerja yang
memuat syarat kerja, hak, dan
kewajiban para pihak.
Perjanjian Kerja
1. Perjanjian kerja untuk waktu
tertentu
2. Perjanjian kerja untuk waktu tidak
tertentu
11/4/2011
2
Kategori Pekerjaan PKWT:
Pekerjaan yang sekali selesai atau sementara sifatnya
Pekerjaan yg diperkirakan selesainya tidak lebih dari 3
tahun
Pekerjaan yg bersifat musiman
Pekerjaan yg berhubungan dgn produk baru, kegiatan
baru, atau produk tambahan yg masih dlm percobaan
atau penjajagan
Jangka Waktu PKWT
PKWT dapat diperpanjang atau diperbaharui
Diadakan paling lama 2 tahun dan hanya boleh diperpanjang 1 kali untuk jangka waktu paling lama 1 tahun
Pembaharuan perjanjian bisa diadakan setelah tenggang waktu 30 hari sejak berakhirnya perjanjian semula untuk jangka waktu paling lama 2 tahun
Larangan mempekerjakan anak;
1. Usia anak adl kurang dari 16 tahun.
2. Pekerjaaan terburuk, yang membahayakaan
anak
3. Dapat dikecualikan anak berumur 13 - 15 th,
mllk pekerjaan ringan, tdk mengganggu
perkembangan dan kesehatan fisik, mental dan
sosial, syarat: atas ijin orang tua, maks 3 jam
sehari, lingkungan kerja hrs dipisahkan dgn
pekerja dewasa, dapat upah sesuai dgn
ketentuan.
Perlindungan Pekerja Anak
Perlindungan pekerja perempuan;
Dilarang mempekerjakan pekerja/buruh perempuan dibawah 18 th antara pukul 23.00 – 07.00
Pekerja/buruh yg sedang hamil pada pukul 23.00-07.00
Pengusaha hrs menyediakan angkutan antar jemput
Pengusaha hrs menjaga kesusilaan dan keamanan tempat kerja
Pekerja/buruh perempuan selain berhak
waktu istirahat yg sama dgn
Cuti hamil, 1,5 bulan sebelum dan 1,5
bulan setelah melahirkan.
Cuti haid, hari I dan II haid.
Waktu menyusui pada jam kerja.
Perlindungan Keamanan Kerja
Mengatur dan memelihara ruang, alat dan
perkakas, ditempat melakukan pekerjaan,
sehingga buruh/pekerja terlindungi dari
bahaya yang mengancam keselamatan,
kehormatan dan dan harta bendanya.
(Pasal 1602 w KUHPer)
11/4/2011
3
Tujuan pengaturan keamanan kerja adl mempertinggi produktifitas kerja buruh/pekerja dalam lingkungan kerja yang aman dan sehat
UU no.13 th 2003 pasal 86 diatur mengenai hak buruh untuk memperoleh perlindungan atas:
1. Keselamatan dan kesehatan kerja
2. Moral dan kesusilaan
3. Perlakuan yg sesuai dgn harkat dan martabat manusia dan nilai-nilai agama
Perlindungan Kesehatan Kerja
Tujuannya:
1. Melindungi kepentingan buruh dari
eksploitasi tenaga buruh oleh majikan; 2. Buruh melakukan pekerjaan yg layak bagi
kemanusiaan; 3. Buruh dpt melakukan pekerjaan yg tidak
membahayakan jiwanya.
Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Memberikan fasilitas jamsostek (pekerja
dan keluarga)
Pengusaha wajib menyediakan
fasilitas kesejahteraan seperti;
Fasilitas kesehatan
Fasilitas ibadah
Fasilitas olahraga
Pelayanan keluarga berencana
Tempat penitipan anak
Perumahan
Fasilitas rekreasi
Buruh dapat menumbuhkan usaha-usaha
produktif di perusahaan seperti koperasi
karyawan.
Usaha produktif adl kegiatan yang bersifat
ekonomis yang menghasilkan pendapatan
di luar upah.
Upah
Hak pekerja/buruh yg diterima dan dinyatakan
dalam bentuk uang sebagai imbalan dari
pengusaha atau pemberi kerja kepada
pekerja/buruh yg ditetapkan dan dibayarkan
menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan,
atau peraturan perundang-undangan, termasuk
tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya
atau suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah
atau akan dilakukan.
11/4/2011
4
Penghidupan yang layak
Jumlah penerimaan atau pendapatan
pekerja/buruh dari hasil pekerjaannya sehingga
mampu memenuhi kebutuhan hidup buruh dan
keluarganya secara wajar (makanan, minuman,
sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan,
rekreasi, jaminan hari tua).
Ada 43 Komponen, PANGAN, SANDANG,
PAPAN, FASILITAS LAINNYA
Prinsip Pengupahan
Hak menerima upah timbul karena hubungan
kerja
Tidak boleh diskriminasi
NO WORK NO PAY
Komponen upah; upah pokok dan tunjangan
tetap
Tuntutan pembayaran upah daluwarsa dalam 2
tahun sejak timbulnya hak.
Buruh tidak bekerja tidak mendapatkan upah.
Pengusaha tidak wajib membayar upah kecuali:
Buruh sakit shg tdk dpt bekerja.
Buruh wanita sakit pada hari I dan II masa haidnya shg tdk dpt melakukan pekerjaan.
Buruh menikah, menikahkan, menghitankan, nmembaptiskan anaknya, istri melahirkan atau keguguran, suami/istri/anak atau menantu/orang tua/mertua/anggota dlm 1 rumah meninggal dunia.
Buruh menjalankan kewajiban negara.
Buruh menjalankan ibadah agamanya.
Pengusaha tidak mempekerjakan.
Buruh melaksanakan hak istirahat.
Buruh melaksanakan kegiatan serikat pekerja.
Buruh malaksanakan tugas pendidikan perusahaan.
Upah berdasarkan bentuknya:
Upah berupa uang
Upah berupa barang (termasuk pengobatan, perumahan, pengangkutan dsb)
(Ps 12 PP 8/1981 Maks 25 %)
Pekerja Kontrak
Outsourcing
Outsourcing
Perjanjian kerja yang dibuat antara
pengusaha dengan tenaga kerja, dimana
perusahaan tersebut dapat menyerahkan
sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada
perusahaan lainnya melalui perjanjian
pemborongan pekerjaan yang dibuat secara
tertulis
11/4/2011
5
Pihak-pihak dalam Outsourcing
Pekerja outsourcing
Perusahaan Penyedia Jasa outsourcing
Perusahaan Pengguna Jasa outsourcing
Jenis Pekerjaan yang di-
outsourcing-kan
Bukan Pekerjaan pokok, tetapi
pekerjaan penunjang
Pemutusan Hubungan Kerja
Pengakhiran hubungan kerja karena suatu
hal tertentu yg mengakibatkan
berakhirnya hak dan kewajiban antara
pekerja/buruh dan pengusaha/majikan
Jenis PHK
PHK dari Pengusaha
PHK atas Permohonan pekerja
PHK putus deemi hukum
PHK oleh lembaga peradilaan
◦ Perselisihan
◦ Permohonan
PHK dilarang: (UU 13/2003)
1. Sakit tidak lebih dari 12 bulan berturut-turut 2. Memenuhi kewajiban negara
3. Menjalankan ibadah agamanya 4. Buruh menikah
5. Buruh hamil, melahirkan, keguguran atau menyusui
6. Buruh punya pertalian saudara atau perkawinan kecuali telah diatur dlm PK, PP atau PKB
7. Buruh menjadi anggota atau pengurus SP
8. Buruh melaporkan majikan ke polisi krn tindak kejahatannya
9. Perbedaan SARA 10.Buruh sakit karena kecelakaan kerja
Majikan dapat melakukan PHK setelah ijin
Lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial
Ijin tidak diperlukan bila:
• Dalam masa percobaan
• Mengundurkan diri
• Mencapai usia pensiun
• Meninggal dunia
11/4/2011
6
Hak pekerja apabila terkena
PHK:
1. Uang pesangon; dan atau
2. Uang penghargaan masa kerja
3. Uang penggantian hak yg seharusnya
diterima
Perhitungan pesangon:
1. Masa kerja < 1 th, 1 bulan upah
2. Masa kerja 1 th tapi < 2 th, 2 bulan upah
3. 2 th tapi < 3 th, 3 bulan upah
4. 3 th tapi < 4 th, 4 bulan upah
5. 4 th tapi < 5 th, 5 bulan upah
6. 5 th tapi < 6 th, 6 bulan upah
7. 6 th tapi < 7 th, 7 bulan upah
8. 7 th tapi < 8 th, 8 bulan upah
9. 8 th atau lebih, 9 bulan upah
Perhitungan uang penghargaan masa
kerja:
1. Masa kerja 3 th tapi < 6 th, 2 bulan upah
2. Masa kerja 6 th tapi < 9 th, 3 bulan upah
3. Masa kerja 9 th tapi < 12 th, 4 bulan upah
4. Masa kerja 12 th tapi < 15 th, 5 bulan upah
5. Masa kerja 15 th tapi < 18 th, 6 bulan upah
6. Masa kerja 18 th tapi < 21 th, 7 bulan upah
7. Masa kerja 21 th tapi < 24 th, 8 bulan upah
8. Masa kerja 24 th atau lebih, 10 bulan upah
Uang penggantian hak yg seharusnya
diterima meliputi:
1. Cuti tahunan yg belum diambil dan belum gugur
2. Biaya atau ongkos pulang untuk pekerja/buruh dan keluarga ketempat dimana pekerja/buruh diiterima bekerja
3. Penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan ditetapkan 15 % dari uang pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja
Perselisihan Hubungan Industrial
Perbedaan pendapat yang mengakibatkan
pertentangan
antara pengusaha atau gabungan pengusaha
dengan pekerja/buruh atau serikat
pekerja/serikat buruh
karena adanya perselisihan mengenai hak,
perselisihan kepentingan, dan perselisihan
pemutusan hubungan kerja serta perselisihan
antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam
satu perusahaan.
Penyelesaian Perselisihan HI
Mekanisme sesuai dengan UU No. 2 tahun
2004
1. Bipartit
2. Mediasi
3. Konsiliasi
4. Arbitrase
5. PHI
1
HUKUM
PERBANKAN
Dasar Hukum
UU No. 7 Th. 1992 tentang Perbankan
UU No. 10 Th. 1998 tentang Perubahan UU No. 7 Th 1992 tentang
Perbankan
UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
Peraturan perundang-undangan yang terkait, diantaranya :
UU tentang Pasar Modal
UU tentang Money Loundering
UU tentang Perseroan Terbatas
UU tentang Koperasi
UU tentang BUMN
UU tentang BUMD
KUHPdt
KUHD
Pengertian Bank
Badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan bentuk-bentuk lainnya
dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak.
Fungsi Bank
Fungsi utama sbg
“Financial Intermediary”
Penghimpun dan penyalur dana masyarakat
Funding BANK Lending
Jenis-jenis Bank
Bank Umum
Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Berdasarkan jenis usaha:
Retail Banking (Anchor Bank)
Corporate Banking
Bank Syariah
Usaha Bank Umum
menghimpun dana dari masyarakat dlm bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yg dipersamakan dgn itu
memberikan kredit
menerbitkan surat pengakuan utang (baik jangka panjang/pendek)
melakukan usaha-usaha yang mencakup kegiatan membeli,menjual/menjamin surat-surat berharga
memindahkan dana pada,meminjam dari,atau meminjamkan dana pada bank lain,baik menggunakan surat,sarana telekomunikasi maupun dgn wesel unjuk,cek/sarana lain
menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga & melakukan perhitungan dengan/antar pihak ketiga(inkaso & kliring)
menyediakan tempat untuk menyimpan barang & surat berharga
melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak
melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yg tdk tercatat di bursa efek
membeli melalui pelelangan agunan
melakukan kegiatan anjak piutang,usaha kartu kredit & kegiatan wali amanat
menyediakan pembiayaan/melakukan kegiatan lain berdasarkan prinsip syariah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh bank indonesia
melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dg uu dan peraturan perundangan yang berlaku (bank garansi)
2
Prinsip Pengelolaan Perbankan
Prinsip Kehati-hatian (Prudential principle)
Prinsip Kepercayaan (Fiduciary principle)
Prinsip kerahasiaan (Confidential principle)
Prinsip kehati-hatian
Prinsip kehati-hatian ditujukan kepada keamanan dan kesehatan lembaga perbankan dalam kaitannya dengan perlindungan nasabah khususnya kerugian nasabah yang timbul ketika institusi tersebut bangkrut
Penerapan prinsip kehati-hatian antara lain: Batas Maksimum Pemberian Kredit, Kualitas Aktiva Produktif, Pembentukan Penyisihan Aktiva Produktif, Pemantauan Likuiditas Bank, Posisi Devisa Neto.
Pengaturan ketentuan kehati-hatian dan pelaksanaan pengawasan serta pemeriksaan perbankan oleh BI, karena nasabah tidak berada dalam posisi untuk menilai dan mengetahui keamanan serta kesehatan dari banknya serta tidak memiliki informasi yang lengkap tentang kegiatan usaha lembaga keuangannya.
9
Prinsip Kepercayaan
Hubungan antara bank dan nasabah bukan sekedar hubungan debitur dan kreditur semata
Mengingat status bank yang unik : sebagai “a place of special safety and probity”, (keamanan dan kejujuran) , maka hubungan hukum antara bank dengan nasabah adalah hubungan “fiduciary” (kepercayaan).
10
Mengapa demikian ? Karena dalam praktek bank dapat
menggunakan dana simpanan nasabah tersebut sedemikian rupa atas dasar kepercayaan (fiduciary relation) untuk tujuan dan dengan cara yang dapat menjamin kepastian bahwa bank mampu mengembalikan dana tersebut apabila ditagih oleh penyimpannya sewaktu-waktu.
11
“ Fiduciary relation “ secara normatif di dalam UU
No.7 Thn 1992 jo UU No.10 Thn 1998 ( UU
Perbankan ) dapat dilihat di dalam penjelasan pasal
29 : “bank terutama bekerja dengan dana masyarakat
yang disimpan pada bank atas dasar kepercayaan,
setiap bank perlu terus menjaga kesehatannya dan
memelihara kepercayaan masyarakat padanya”.
12
3
“ Fiduciary Relation “ juga dapat dilihat di dalam Pasal 8 UU Perbankan dalam kaitannya dengan pemberian kredit (penyediaan pembiayaan) dari bank kepada nasabah yang secara jelas mengharuskan adanya kepercayaan bank berdasarkan analisis dan itikad baik kepada nasabah debitur bahwa yang bersangkutan mampu melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaannya sesuai dengan kesepakatan bank dan nasabah.
13
Oleh karena itu Pasal 29 ayat (4) UUPerbankan menetapkan bahwa untuk kepentingan nasabah, bank wajib menyediakan informasi mengenai kemungkinan timbulnya risiko kerugian sehubungan dengan transaksi nasabah yang dilakukan melalui bank.
Informasi tersebut perlu diberikan dalam hal bank bertindak sebagai perantara penempatan dana dari nasabah atau pembelian / penjualan surat berharga untuk kepentingan dan atau perintah nasabah.
14
Prinsip Kerahasiaan
UU No. 10 Tahun 1998 merubah ruang lingkup rahasia bank sehingga ketentuan-ketentuan rahasia bank yang diatur dalam Pasal 40 menjadi sebagai berikut :
1. Bank wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dana dan simpanannya kecuali dalam hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 41A, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44 dan Pasal 44A.
2. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku pula bagi pihak terafliasi.
15
Di samping itu, pengecualian atas ketentuan rahasia bank juga diperluaskan, sehingga meliputi :
Kepentingan perpajakan, atas perintah tertulis dari Pimpinan Bank Indonesia memenuhi permintaan Menteri Keuangan,
Kepentingan perkara peradilan pidana, atas izin Pimpinan Bank Indonesia memenuhi permintaan Kapolri, Jaksa Agung dan Ketua Mahkamah Agung,
Dalam rangka tukar menukar informasi antar bank (tanpa izin BI)
Permintaan atau persetujuan tertulis nasabah (tanpa izin BI)
Kepentingan ahli waris yang sah dari nasabah (tanpa izin BI)
16
Ancaman pidana berkaitan dengan ketentuan rahasia bank ini dikenakan terhadap :
Pihak yang dengan sengaja memaksa bank untuk memberikan keterangan yang wajib dirahasiakan,
Direksi, komisaris atau pegawai bank yang dengan sengaja membuka keterangan yang wajib dirahasiakan,
Direksi, komisaris atau pegawai bank yang dengan sengaja tidak memberikan keterangan yang wajib dipenuhi.
17
Selanjutnya ketentuan rahasia bank sebagaimana diatur dalam UU No.7 Thn 92 jo UU No 10 Thn 98 , lebih lanjut diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No. 2/PBI/2000 tanggal 7 September tahun 2000 tentang Persyaratan dan Tatacara Pemberian Perintah atau Izin Tertulis Membuka Rahasia Bank.
18
4
PERLINDUNGAN HUKUM
NASABAH PENYIMPAN DANA
Perlindungan hukum adalah melindungi kepentingan dari nasabah penyimpan dan simpanannya yang disimpan di suatu bank tertentu terhadap suatu resiko kerugian. Perlindungan hukum juga merupakan suatu upaya untuk mempertahankan dan memelihara kepercayaan masyarakat khususnya nasabah.
Perlindungan terhadap nasabah
penyimpan dana melalui (Marulak
Pardede) :
1. Perlindungan secara implisit, yaitu
perlindungan yang dihasilkan oleh
pengawasan dan pembinaan bank yang
efektif, yang dapat menghindarkan
terjadinya kebangkrutan bank.
Perlindungan secara implisit dilakukan melalui :
1) peraturan perundang-undangan dibidang
perbankan
2) perlindungan yang dihasilkan oleh pengawasan dan
pembinaan efektif
3) upaya menjaga kelangsungan usaha bank
4) memelihara tingkat kesehatan bank
5) melakukan usaha sesuai dengan prinsip kehati-
hatian
6) menyediakan informasi risiko pada nasabah.
2. Perlindungan secara eksplisit yaitu
perlindungan melalui pembentukan suatu
lembaga yang menjamin simpanan
masyarakat, sehingga apabila bank mengalami
kegagalan lembaga tersebut yang akan dapat
mengganti dana masyarakat yang disimpan
pada bank yang gagal tersebut.
Perlindungan Hukum dibedakan menjadi
dua macam, yaitu :
1. Perlindungan Tidak langsung
2. Perlindungan Langsung
5
Perlindungan Tidak Langsung
a. Prinsip Kehati-hatian
Pasal 2 UU No. 10/1998, perbankan
Indonesia dalam melakukan usahanya
berasaskan Demokrasi Ekonomi dengan
menggunakan prinsip kehati-hatian. Dalam
melaksanakan peraturan perundang-
undangan dibidang perbankan berdasarkan
profesionalisme dan itikad baik.
b. Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK)
Pasal 11 ayat (1), adanya batasan maksimum
pemberian kredit bagi kumpulan orang atau
badan hukum yang mempunyai kaitan
kepemilikan, kepengurusan atau hubungan
keuangan.
Pasal 11 ayat (2), batasan maksimal
pemberiannya adalah 30 % dari modal bank.
Pasal 11 ayat (3), pemberian batasan maksimal peminjaman pada kelompok-kelompok yang termasuk perusahaan-perusahaan pada kelompok yang sama. Batasan pemberiannya 10 % dari keseluruhan modal bank.
Yang termasuk kelompok perusahaan: pemilik saham, Anggota Dewan Komisaris,anggota Direksi dan anggota yang memiliki hubungan dengan ketiganya.
c. Kewajiban Mengumumkan Neraca dan
Perhitungan Lab Rugi
Pasal 35 UU No 10/1998, Bank wajib
mengumumkan neraca dan perhitungan laba
rugi dalam waktu dan bentuk yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia..
Tujuan mengumumkan adalah memberikan
informasi kepada masyarakat terutama
nasabah penyimpan mengenai tingkat
kesehatan bank dan segala hal terkait bank.
d. Merger, Konsolidasi dan Akuisisi
Salah satu tujuan dilakukan merger,
konsolidasi dan akuisisi adalah untuk
meningkatkan efisiensi dan dan
mempertinggi daya saing perusahaan.
Perlindungan Langsung
a. Hak Preferen Nasabah Penyimpan
Hak preferen adalah suatu hak yang diberikan pada seorang kreditor untuk didahulukan dari kreditor-kreditor yang lain.
Artinya nasabah penyimpan yang harus didahulukan dalam menerima pembayaran dari bank yang mengalami kegagalan atau kesulitan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban.
6
b. Lembaga Asuransi Deposito
Untuk memberikan perlidungan bagi
kepentingan nasabah penyimpan dari bank-
bank yang mengalami kegagalan, terutama para
deposan yang dananya relatif kecil, maka perlu
diciptakan suatu sistem asuransi deposito.
Pasal 37 B ayat (2) UU No. 10/1998, setiap
bank wajib menjamin dana masyarakat yang
disimpan pada bank yang bersangkutan
Lembaga Penjamin
Simpanan(LPS)
Ketentuan Umum UU No 24 tahun 2004
a. Simpanan adalah simpanan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang perbankan (ayat1)
b. Bank adalah bank umum dan bank perkreditan rakyat sebagaimana dimaksud dlm UU Perbankan (ayat 2)
c. Bank gagal adalah bank yang mengalami kesulitan keuangan dan membahayakan kelangsungan usahanya serta dinyatakan tidak dapat lagi disehatkan oleh LPP sesuai kewenangan yang dimiliki (ayat 7)
d.Penjaminan simpanan nasabah yang selanjutnya
disebut penjaminan adalah penjaminan yang
dilaksanakan oleh lembaga penjamin simpanan
atas simpanan nasabah bank (ayat 8)
e.Komite koordinasi adalah komite yang
beranggotakan Menteri Keuangan, LPP, Bank
Indonesia dan LPS yang memutuskan kebijakan
penyelesaian dan penanganan bank gagal yang
ditengarai berdampak sistemik (ayat 9)
Fungsi lembaga penjamin simpanan:
Menjamin simpanan nasabah penyimpan
Turut aktif dalam memelihara stabilitas
sistem perbankan sesuai denga
kewenangannya.
Tugas Lembaga Penjamin Simpanan
Berdasarkan fungsi pertama :
1. Merumuskan dan menetapkan kebijakan
pelaksanaan penjaminan simpanan
2. Melaksanakan penjaminan simpanan
7
Tugas LPS berdasarkan fungsi kedua :
1. Merumuskan dan menetapkan kebijakan
dalam rangka turut aktif memelihara stabilitas
sistem perbankan
2. Merumuskan, menetapkan dan melaksanakan
kebijakan penyelesaian Bank Gagal yang tidak
berdampak sistemik
3. Melaksanakan penanganan bank gagal yang
berdampak sistemik
Wewenang LPS (pasal 6) :
a. Menetapkan dan memungut premi penjaminan
b. Menetapkan dan memungut kontribusi pada saat bank pertama kali menjadi peserta
c. Melakukan pengelolaan kekayaan dan kewajiban LPS
d. Menetapkan data simpanan nasabah, data kesehatan bank, laporan keuangan, dan laporan hasil pemeriksaan bank sepanjang tidak melanggar kerahasiaan bank
e.Melakukan rekonsiliasi, verifikasi dan atau
konfirmasi atas data yang dimaksud huruf d
f. Menetapkan syarat, tata cara dan ketentuan
pembayaran klaim
g.Menunjuk, menguasakan dan atau menugaskan
pihak lain untuk bertindak bagi kepentingan dan
atau atas nama LPS, guna melaksanakan tugas
tertentu
h.Melakukan penyuluhan kepada bank dan
masyarakat tentang penjaminan simpanan
i. Menjatuhkan sangsi administratif
Kepesertaan (pasal 8) :
a. Setiap bank yang melakukan kegiatan usaha
diwilayah Negara republik Indonesia wajib
menjadi peserta penjaminan
b. Kewajiban bank sebagai peserta penjaminan
sebagaimana dimaksud ayat (1) tidak
termasuk Badan Kredit Desa
Simpanan Yang Dijamin (pasal 10) :
LPS menjamin simpanan nasabah bank yang
berbentuk giro, deposito, tabungan dan atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
Nilai simpanan yang dijamin untuk setiap
nasabah pada satu bank paling banyak Rp 100
juta
Pasal 11
1.Nilai simpanan yang dijamin untuk setiap nasabah
pada satu bank paling banyak
Rp 100 juta
2.Bilai simpanan dapat diubah jika :
a. terjadi penarikan dana perbankan dalam jumlah
besar secara bersamaan
b. terjadi inflasi yang cukup besar
c. jumlah nasabah yang dijamin seluruh
simpanannya menjadi kurang dari 90 % dari
jumlah nasabah penyimpanan seluruh bank
8
Sesuai dengan ketentuan Undang-undang No. 24
Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan
(LPS), maka terhitung sejak tanggal 22 Maret 2007
jumlah maksimum simpanan yang dijamin hanya
Rp 100 juta pernasabah/perbank. Penerapan
kebijakan tersebut didasari pertimbangan bahwa
tujuan dari pendirian sebuah lembaga penjamin
(deposite insurance corporation) adalah untuk
melindungi sebagian besar penyimpan.
Dampak penjaminan simpanan yang dibatasi,
1. adanya mutasi rekening sebagai bagian dari
konsolidasi bagi penyimpan yang beberapa
rekening simpanan di suatu bank. Karena
batasan penjaminan adalah pernasabah/bank,
maka bagi mereka yang memiliki lebih dari satu
rekening di satu bank akan memindahka
rekeningnya yang berjumlah lebih dari Rp 100
juta pada bank yang lain, sehingga simpanan
nasabah tetap mendapat jaminan
2. Dengan pembatasan penjaminan, maka perlindungan terhadap penyimpan yang dilakukan oleh LPS hanya sampai Rp 100 juta, sehingga sisanya (yang lebih dari 100 juta) dijamin oleh bank yang bersangkutan
3. Adanya peralihan ”moral hazard (tindakan sengaja untuk merugikan pihak nasabah) pada para nasabah yang memiliki simpanan lebih dari Rp 100 juta.
Karena kondisi ekonomi dan perbankan secara
global, serta tingginya laju inflansi pemerintah
mengeluarkan Peraturan Pemerintah yang
memberikan kenaikan penjaminan uang
nasabah pada bank sebanyak Rp 2 M.
Pemerintah meminta pada bank untuk
menerapkan pengetatan pemberian kredit dan
mendorong masyarakat untuk menyimpan
uang nya pada bank.