aspek manusia dalam kajian dan praktek akuntansi
DESCRIPTION
tugasTRANSCRIPT
Tugas Kelompok III.
Behavioral Accounting Manajemen
ASPEK MANUSIA DALAM KAJIAN DAN PRAKTEK AKUNTANSI
(TINJAUAN TEORI COGNITIVE DAN CONTINGENCY).
Kelompok III
Andi Faisal : P3400214020
Alimuddin
Masuleng
MEGISTER SAINS AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2015
A. Latar Belakang
Manusia merupakan elemen utama dalam suatu struktur baik organisasi maupun struktur
masyarakat. Olehnya, itu roda organiasi hanya dapat berputar apabila didalamnya terdapat proses
pengorganisasian manusia. dengan kata lain, manusialah yang menggerakkan suatu struktur
organisasi. Setiap saat manusia melahirkan suatu keputusan – keputusan penting yang
mempengaruhi kehidupan sehari – harinya. Dalam kontks entitas bisnis, keputusan manusia
menentukan jatuh bangunnya suatu entitas bisnis.
Akuntansi sesungguhnya berbicara soal pertimbangan dan pengambilan keputusan dari
dari individu seperti investor, manajer, dna auditor (bonner, 2008 dalam I Wayan Suartana,
2010). Sebagai contoh, investor mempertimbangkan untuk membeli saham, dan manajer
mempertimbangkan metode akuntansi untuk transaksi tertentu. Dengan kata lain, pertimbangan
dan pengambilan keputusan menjadi isu penting bagi praktisi dan peneliti akuntansi. Setiap
orang pasti membuat keputusan, baik keputusan penting maupun tidak.
Pengambilan keputusan yang tidak penting adalah pengambilan keputusan ringan yang
tidak memiliki efek atau akibat yang besar. Seperti memutuskan memakai baju apa ke kekampus
juga merupakan suatu keputusan namun tidak berimplikasi sesuatu yang besar. Sebaliknya,
seorang manager yang memutuskan membuka suatu kantor cabang di daerah tertentu merupakan
suatu keputusan yang memiliki resiko dan implikasi yang besar.
Oleh karena itu, setiap keputusan yang diambil harus didasarkan pada suatu aspek
rasionalitas. Semakin besar resiko yang dihasilkan oleh suatu keputusan tertentu, maka
pertimbangan rasionalitasnya harus semakin tinggi. Menurut Darmawan (2003) dalam I Wayan
Suartana (2010) model pengambilan keputusan dikembangkan atas dasar asumsi bahwa
keputusan didasarkan atas rasionalitas. Model rasionalitas memandang pengambil keputusan
sebagai manusia rasional, dimana mereka selalu konsisten dalam membuat pilihan
pemaksimuman nilai di dalam lingkup keterbatasan – keterbatasan tertentu. Model rasional
didasarkan pada sekumpula asumsi yang menguraikan bagaimana keputusan seharusnya diambil
dibandingkan dengan menguraikan bagaimana suatu keputusan dibuat.
Namun pertanyaan utama adalah bagaimana manusia menggunakan rasionalitasnya
dalam mengambil suatu keputusan. Bagaimanapun juga manusia memerlukan sesuatu yang dapat
menguatkan kapasitas rasionya untuk membuat keputusan. Informasi adalah medium utama bagi
seseorang untuk menentukan suatu keputusan. Misalnya, seseorang menggunakan baju batik
pada hari jumat didasarkan kepada informasi bahwa hari jumat merupakan hari batik nasional.
Akunatansi sendiri merupakan suatu system yang menghasilkan informasi keuangan dan
nonkeuangan bagi penggunanya. Informasi akuntansi dalam entitas bisnis merupakan sumber
daya utama yang memberikan input kepada penentu kebijakan untuk mengeluarkan suatu
keputusan penting. Keputusan yang dikelurkan oleh penentu kebijakan tersebut adalah keputusan
yang memliki akibat yang besar. oleh karena itu, validitas dan keandalan informasi akuntansi dan
kemampuan rasional penentu keputusan akan sangat menentukan apakah keputusan yang diambil
tepat sasaran.
Dari penjelasan diatas keandalan informasi dan rasionalitas adalah elemen fital dalam
membuat suatu keputusan. Namun, bagaimana suatu informasi dinilai rasional oleh seseorang
adalah pertanyaan yang akan dibahas dalam makalah ini. Bagaimanapun, kemampuan kognitife
manusia dalam mengolah suatu informasi sangat berbeda antara satu dengan yang lain.
Perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan kondisi dan situasi dimana seseorang hidup. Oleh
karena itu, bagaimana suatu informasi dapat diolah menjadi suatu keputusan sangat tergantung
pada aspek kognitife (persepsi yang dipengaruhi oleh lingkungan) seseorang tersebut.
Kondisi ketidakpastian yang dialami oleh suatu entitas bisnis merupakan tantangan utama
bagi pengambil keputusan untuk menentuka suatu keputusan yang tepat sasaran. Entitas
senantiasa dihadapkan pada kondisi perubahan situasional, tekhnologi, gaya hidup dan lain –
lain.
Untuk itu, keandalan suatu informasi (dalam hal ini informasi akuntansi) sangat
menentukan. Selain itu, kemampuan seseorang menyerap informasi tersebut adalah factor lain
yang harus dikaji lebih mendalam, apakah informasi yang diperoleh dapat langsung diserap atau
tidak. ?
B. Kajian Teoritis
1. Teori Skema
What happens when people make decisions about an accounting phenomenon,
amid the pressures, constraints, dangers, and opportunities of today’s business
environment?
Demikian pertanyaan yang dikeluarkan oleh Ahmad Bulkoi ketika mengawali
pembahasan di bab 5 bukunya yang berjudul “Behavioral Accounting Management”. Dari
pertanyaan tersebut Ahmad Bolkoi ingin menegaskan bahwa proses akhir dari suatu siklus
akuntansi bukanlah ketika akuntansi mampu membuat suatu laporan keuangan entitas.
Namun, proses akhir dari akuntansi adalah ketika laporan keuangan entitas tersebut mampu
menghasilkan suatu keputusan yang terkait dengan fenomena akuntansi dan lingkungan
bisnis itu sendiri.
Sebagaimana yang diketahui fenomena akuntansi banyak dipengaruhi oleh tindakan
opportunistic untuk kepentingan kelompok tertentu. Namun, fenomena akuntansi tidak
hanya melulu berkaitan dengan tindakan opportunistic namun terkadang juga merupakan
tindakan realitas untuk kepentingan perusahaan itu sendiri. Misalnya penggunaan akuntansi
kreatif untuk menaikkan laba dapat ditinjau dari sudut pandang opportunistic jika tindakan
tersebut digunakan untuk kepentingan kelompok tertentu, namun dapat diliat sebagai
tindakan realistis jika dimaksudkan untuk kepentingan entitas secara keseluruhan.
Pada dasarnya, setiap keputusan yang diambil oleh penentu kebijakan/pembuat
keputusan merupakan produk dari aspek kognitife manusia yang sangat dipengaruhi oleh
factor situasional. Yang mencakup didalamnya informasi tentang akuntasi yang secara umum
dikumpulkan melalui suatu skema tertentu dan disimpan dalam memori untuk kemudian
diingat kembali apabila dibutuhkan.
Penjelasan diatas mengantar kita untuk memahami pentingnya Teori Skema. Yaitu
suatu teori yang mengatakan suatu asosiasi gagasan/persepsi yang dapat muncul kembali
apabila pada saat seseorang membaca atau melihat peristowa tertentu (Lilis Sulistianingsih).
Artinya, informasi akuntansi yang disajikan oleh pembuat keputusan hanya akan berfungsi
apabila si pembuat keputusan memiliki seperengkat informasi tentang fenomena akuntansi
sebelumnya.
Hal ini didukung oleh asusmi yang menagatakan bahwa Ada asumsi dengan teori
skema bahwa teks yang kita baca atau kita dengar itu tidaklah dengan sendirinya
menyampaikan makna kepada kita. Teks hanya memberikan petunjuk kepada pembaca atau
pendengar untuk menyusun pengertian/pemahaman berdasarkan penetahuan yang telah
dimilki sebelumnya. Dengan bantuan skema yang ada, seseorang akan berupaya memahami
teks yang dibacanya atau didengarkannya.
Teori schemata sendiri pertama kali popular dalam kajian psikologi oleh F.C barlet
yang memberikan defenisi skema sebagai “an active organization of past reactions, or past
experiences, which must always be supposed to be operating in any well-adapted organic
response”. Dengan kata lain, schemata adalah pengetahuan tak sadar (unconscious
Knowledge) yang bersumber dari pengalaman masa lalu.
Skema merupakan aspek yang menghubungan atau memberikan suatu gagasan dan
menyediakan suatu mekanisme yang mempertemukan antara pengetahuan lama dengan
pengetahuan baru dalam persepsi, bahasa, dan pemikiran. Ketiga element tersebut (persepsi,
bahasa, pemikiran) merupakan tiga serangkai yang menentukan tindakan seseorang dan
setiap keputusan yang diambilnya.
Persepsi adalah bagaimana orang – orang melihat atau mengintepretasikan peristiwa,
objek, serta manusia. orang – orang bertindak atas dasar persepsi mereka dengan
mengabaikan apakah persepsi itu mencerminkan kenyataan yang sebenarnya.
Persepsi memberikan makna pada stimuli (sensor stimuli). Persepsi juga merupakan
pengalaman tentang objek atau hubungan – hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan
informasi dan menafsirkan pesan. Meskipun demikian, karena persepsi tentang objek atau
peristiwa tersebut bergantung pada suatu kerangka ruang dan waktu, maka persepsi akan
bersifat sangat subjekti dan situasional.
Penjelasan teori schemata menekankan kepada penggunaan aspek cognitivsm dalam
kajian dan praktek akuntansi. Hal tersebut Nampak dari kajian yang dilakukan terhadap
keputusan professional akuntan public terkait suatu fenomena akuntansi. Keputusan –
keputusan akuntan professional tersebut dapat dikategorikan dalam lima proses. Yaitu :
a. Pengetahuan tentang fenomena akuntansi dikumpulkan melalui pengalaman
b. Stimulus
c. Lingkungan
d. Proses pengambilan keputusan
e. Keputusan
2. Teori utilitas dalam Pengambilan keputusan.
Pada dasarnya antara teori schemata dengan teori utilitas adalah dua hal yang saling
berkaitan. Skema menyediakan informasi yang bersumber dari pengalaman dan pengetahuan
sebelumnya adapun utilitas adalah aspek rasionalitas manusia. kedua elemen tersebut adalah
2 pedang yang melahirkan suatu keputusan. Contoh sederhana. Misalkan seorang mahasiswa
merencakan untuk pergi kekampus. Dari pengalaman masa lalunya, jika dia berangkat jam 7,
maka jalanan akan macet (skema) dan jika macet dia bisa jadi terlambat masuk kelas
(rasionalitas). Dengan kedua aspek tersebut, maka dia memutuskan untuk berangkat ke
kampus lebih awal.
Dalam teori ekonomi, konsep utilitas pertama kali di perkenalkan oleh seorang filsuf
yang bernama John Struat Mill. Utilitarianisme adalah suatu teori dari segi etika normatif
yang menyatakan bahwa suatu tindakan yang patut adalah yang memaksimalkan penggunaan
(utility), biasanya didefinisikan sebagai memaksimalkan kebahagiaan dan mengurangi
penderitaan. "Utilitarianisme" berasal dari kata lain utilis, yang berarti berguna, bermanfaat,
berfaedah, atau menguntungkan.
Utilitarianisme merupakan suatu paham etis yang berpendapat bahwa yang baik
adalah yang berguna, berfaedah, dan menguntungkan. Sebaliknya, yang jahat atau buruk
adalah yang tak bermanfaat, tak berfaedah, dan merugikan. Karena itu, baik buruknya
perilaku dan perbuatan ditetapkan dari segi berguna, berfaedah, dan menguntungkan atau
tidak. Dari prinsip ini, tersusunlah teori tujuan perbuatan.
Menurut kaum utilitarianisme, tujuan perbuatan sekurang-kurangnya menghindari
atau mengurangi kerugian yang diakibatkan oleh perbuatan yang dilakukan, baik bagi diri
sendiri ataupun orang lain. Adapun maksimalnya adalah dengan memperbesar kegunaan,
manfaat, dan keuntungan yang dihasilkan oleh perbuatan yang akan dilakukan. Perbuatan
harus diusahakan agar mendatangkan kebahagiaan daripada penderitaan, manfaat daripada
kesia-siaan, keuntungan daripada kerugian, bagi sebagian besar orang. Dengan demikian,
perbuatan manusia baik secara etis dan membawa dampak sebaik-baiknya bagi diri sendiri
dan orang lain.
Dari penjelasan tersebut, kita dapat memahami konsep dasar dari ulitirianisme yaitu
keuntungan. Sehingga, apa yang dianggap rasional apabila memberikan keuntungan secara
personal dan apa yang dianggap tidak rasional adalah yang memberikan suatu kerugian.
Dalam akuntansi, suatu keputusan hanya dapat dikatakan rasional apabila keputusan tersebut
menciptakan suatu keuntungan bagi entitas bisnis.
Berkaitan dengan pengambilan keputusan. Rasional utility diharapkan didasarkan
pada enam prinsip dasar dalam tingkah laku memilihi. Yaitu :
1. Ada urutan alternative. Pertama – tama, para pengambil keputusan rasional harus
membandingkan setiap dua alternative dan memilih salah satu altiernatife dan
mengabaikan hal lain. Prinsip ini menyatakan bahwa dalam menentukan pilihan A
atau B, cara – cara penyajian pilihan A dan B tersebut tidak mempengaruhi keputusan
yang diambil.
2. Dominasi/kekuasaan. Diantara beberapa pilihan, seseorang pengambil keputusan
akan mempertimbangkan pilihan mana yang lebih mendominasi atau menghasilkan
lebih baik diantara pilihan – pilihan tersebu. Jika ada dua kondisi, dilihat dari aspek
manapun sama, namun, satu kondisi lebih baik jika dipilih, maka secara rasional
orang akan mengambil kondisi tersebut.
3. Cancelattion. Pemilihan diantara dua alternatife harus mempertimbangkan hasil yang
paling mennguntungkan.
4. Transitivitas. Pertimbangan keputusan harus dibuat berdasarkan kesukaan. Misalnya
seseorang yang memilih pasangan seorang serjana kehutanan, didisarkan kepada dia
lebih menyukai petualangan ketimbang kehidupan yang monoton.
5. Kontiniutas. Hasil yang ciapai dari suatu keputusan harus berkelanjutan.
6. Invariance. Prinsip invariance menetapkan bahwa pembuat keputusan seharusnya
tidak dipengaruhi oleh cara alternatife penyajian. Pembuat keputusan harus lebih
mempertimbangkan subbstansi.
Namun, asumsi diatas hanya dapat berlaku jika pengambil keputusan memiliki
informasi secara utuh mengenai fenomena yang ada. Akan tetapi, informasi terhadap
suatu fenomena tertetu lebih sering tidak lengkap atau tidak pasti. Seorang pengambil
keputusan apabila dihadapkan pada situasi akhir yang tidak pasti akan menggunakan
mekanisme psikologis untuk membantu mereka dalam mengambil suatu keputusan.
Mekanisme psikologis yang terpenting adalah bagaimana cara orang menggunakan
informasi yang rumit, kompleks, acak dan tidak dikenali menjadi suatu rumusan yang
memungkinkan mereka mengambil suatu keputusan.
Dari kedua teori yang dikemukakan diatas, dapat dilihat bahwa pada dasarnya pengambil
keputusan dalam suatu entitas bisnis sangat dipengaruhi oleh dua hal yaitu, aspek kognitife
dimana seorang pengambil keputusan akan mendasarkan keputusannya pada pengalaman masa
lalu. Serta aspek kontigensi yaitu kondisi ketidakpastian lingkungan menyebabkan seorang
pengambil keputusan akan menggunakan rasionalitasnya yang lagi – lagi dipengaruhi oleh
pertimbangan pengalaman masa lalu dalam mengambil suatu keputusan.
C. Tinjauan Atas Penelitian Terdahulu
Saat ini, wacana mengenai apek keprilakuan secara khsusu aspek kogntitfe dalam
akuntansi merupakan wacana yang telah diteliti oleh beberapa peneliti, diantaranya :
1. Muji merani dan Beti Lestirioni. Kedua orang tersebut meneliti tentang factor
keprilakuan organiasi terhadap kegunaan system akuntansi keuangan daerah dengan
menggunakan konflik kognit sebagai variable intervening. Dalam penelitian tersebut,
peneliti menjelaskan bahwa Konflik kognitif dapat bermanfaat untuk memecahkan
masalah dan mendorong kea arah perbaikan pengambilan keputusan. Manfaat yang
diperoleh dari konflik kognitif berasal dari potensinya untuk menyediakan kesempatan
untuk interaksi dengan dialegctical style, berdebat, mempertahankan argument yang
memiliki melawan argument lain dalam organisasi.
2. Febrianty yang meneliti tentang perkembangan model moral kognotife dan relevansinya
dalam riset – riset akuntansi. Dengan menggunakan teori moral Jean Piaget (1896-1980)
seorang psikolog Swiss: dikenal dgn teori perkembangan intelektual yang menyeluruh
yang mencerminkan adanya kekuatan antara fungsi biologi dan psikologis. Piaget
menerangkan inteligensi itu sendiri sebagai adaptasi biologi terhadap lingkungan.
Contohnya manusia tidak mempunyai mantel berbulu lembut untuk melindunginya dari
dingin; manusia tidak mempunyai kecepatan untuk lari dari hewan pemangsa; manusia
juga tidak mempunyai keahlian dalam memanjat pohon. Tetapi manusia memiliki
kepandaian untuk memproduksi pakaian dan kendaraan untuk transportasi.
Penelitian yang dilakukan oleh muji murani memberikan pemahaman bahwa adanya
konflik kognitife yaitu suatu kondisi adanya pertentangan informasi yang didapatkan oleh
seseorang sangat bermanfaat untuk menguji suatu informasi dan menguji apakah keputusan yang
akan diambilnya merupakan suatu keputusan terbaik.
Adapun penelitian febrianty, pada dasarnya menjelaskan (berdasarkan teori pieget)
bahwa kemajuan peradaban manusia saat ini tidak lain adalah berkat adanya aspek kognitife
yang dimiliki oleh manusia. yaitu, kemampuan untuk memikirkan sesuatu yang dapat
memajukan hidupnya. Atas dasar pemikiran tersebutlah, sesorang memutuskan untuk membuat
sesuatu. Ini adalah dasar lahirnya penemuan – penemuan besar yang sangat mempengaruhi
kehidupan ummat manusia, seperti penemuan mesin, penemuan sarana komunikasi dan terkahir
penemuan tekhnilogi informasi.
D. Sudut pandang manusia dalam kajian dan prakek akuntansi.
Dari penjelasan diatas, kita dapat membangun hipotesis bahwa pada dasarnya fenomena
akuntansi yang terjadi atas dasar keputusan terhadap suatu fenomena tertentu merupakan
penggunaan aspek kognitif pengambil keputusan tersebut atas situasi ketidak pastian yang
dialaminya.
Sebagaimana yang kita ketahui bersama, bahwa lingkungan bisnis dimana akuntansi itu berada
merupakan lingkungan yang penuh dengan iklim kompetitife dan perubahan yang sangat radikal.
Informasi yang beredar harus memiliki aspek kebaruan sehingga dapat diandalkan, karena
informasi yang lewat sehari saja dapat membuat pengambil keputusan salah dalam mengambil
keputusan.
Fenomena tersebut menuntut para penentu kebijakan membuka diri selebar – lebarnya terhadap
informasi, khususnya informasi akuntansi dan bagaimana informasi akuntansi itu dapat
digunakan. Dengan informasi – informasi tersebut, maka pengambil kebijakan dapat
merumuskan suatu keputusan tepat sasaran.
Namun, yang perlu digaris bawahi adalah informasi – informasi yang beredar tidak sepenuhnya
bebas nilai. Informasi sangat dintentukan oleh seperangkat kepentingan yang mendasari
informasi tersebut. Salah satu adalah penggunaan manajemen laba. Umumnya, manager yang
melihat adanya ketidakpastian ekonomi di periode mendatang akan menggunakan informasi
manajemen laba untuk kepentingan dirinya maupun kepentingan entitas bisnisnya.
Disini peran aspek kognitife dan informas sangat menentukan, maka tidak salah jika pieget
menempelkan aspek moral dalam unsure kognite manusia. menurutnya, aspek kognite manusia
seperti pisau yang dapat digunakan untuk kepentingan konstruktif maupun destruktife.
Pernyataan Piget tersebut dapat dilihat dari fenomena – fenomena akuntansi yang terjadi saat ini.
Kasus perselingkuhan antara KAP Arthur Anderson dengan Enron Ltd, diawal decade lalu
merupakan tamparan keras bagi para praktisi akuntan.
Tidak hanya diluar negeri, di dalam negeripun kasus – kasus penyimpangan akuntansi marak
terjadi. Diantarnya laporan keuangan PT. Bank Lippo yang menyesatkan, laporan keuangan PT.
Lapindo Brantas yang merugikan Negara. Dan berbagai kasus – kasus penyimpangan akuntansi
lainnya.
Jika mengkaji lebih dalam dan mencari factor yang menyebabkan hal tersebut, maka salah satu
jawabannya adalah pada aspek kognitif manusia. selama ini, akuntansi diliat hanya sebagai suatu
instrument yang melayani kepentingan pemilik modal (capitalist). akuntansi tidak ada bedanya
dengan budak yang tidak peduli dengan apapun kelakuan tuannya yang penting dia memberikan
pelayanan terbaik. Akibatnya, akuntansi yang hanya dilihat sebagai suatu instrument kemudian
digunakan untuk kepentingan kelompok tertentu, meskipun hal tersebut merugikan banyak
pihak.
Oleh karena itu, akuntansi saat ini harus ambil bagian dalam proses penyadaran dan perbaikan
dunia bisnis yang sangat kapitalis. Akuntansi harus juga berpihak pada kepentingan kelas
pekerja, kepentingan masyarakat umum dan kepentingan Negara. Proses tersbeut dapat ditempuh
dengan penguatan aspek etika dan moral dalam kajian akuntansi itu sendiri. Sebagaimana yang
telah dijelaskan dalam tinjauan teoritis diatas, bahwa setiap keputusan yang dikeluarkan oleh
seseorang sangat ditentukan oleh skema pengetahuan yang ada dalam dirinya. Jika akuntansi
senantias mengajarkan efisensi, maksimalisasi profit, efektifitas tanpa dibarangi dengan konsep
etika dan moral. Maka informasi akuntansi hanya akan mengorbankan kelas pekerja untuk
memuaskan hasrat kelas pemilik modal.
E. Kesimpulan
Dari penjelasan makalah diatas, kesimpulan yang dapat ditarik adalah :
1. Proses pengambilan keputusan oleh para penentu keputusan sangat tergantung pada
informasi yang didapatkan terkait suatu fenomena.
2. informasi tersebut tidak hanya informasi yang baru didaptkan, namun juga informasi
yang telah lebih dulu didapatkan.
3. Proses pengambilan keputusan yang mengambil informasi sebelumnya dan menyocokkan
dengan infirmasi baru disebut dengan teori skema.
4. Dalam menentukan suatu keputusan, seseorang sangat dipengarhu oleh aspek
rasionalitasnya.
5. Rasionalitas dalam mengambil keputusan didasarkan kepada kondisi ketidakpastian yang
dialami oleh penentu keputusan.
6. Rasionalitas dapat didefenisikan sebagai keuntungan. Yaitu suatu pilihan akan diambil
jika pilihan tersebut lebih menguntukan dibandingkan dengan pilihan yang lain.
7. Dari hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa aspek kognitife merupakan elemen
kunci yang mendorong seseorang untuk melakukan perubahan danpenyesuaian terhadap
lingkungannya.
8. Aspek etika dan moral dalam akuntansi harus mendapatkan perhatian serius.
DAFTAR REFRENSI
Belkaoui, A.R. 2002. Behavioral Manajemen Accounting. Quarom Books. London.
Febrianty. 2011. Perkembangan Model Kognitive Dan Relevansinya Dalam Riset – Riset
Akuntansi. Jurnal Ekonomi Dan Informasi Akuntansi (Jenius). Vol.1 No. 1.
Ikhsan. A dkk. 2005. Akuntansi Keprilakuan. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.
Meji. M. 2011. Faktor Keprilakuan Organisasi Terhadap Kegunaan System Akuntansi Keuangan
Daerah Dengan Konflik Kognitif Dan Konflik Afektif Sebagai Intervening.
Jurnal Fokus Ekonomi. Vol 10. No 3.
Suartana. I.W. 2010. Akuntansi Keprilakuan. Penerbit Asdi. Denpasar Bali.