askep post operasi seksio sesarea atas indikasi plasenta previa
DESCRIPTION
askep scTRANSCRIPT
ASKEP POST OPERASI SEKSIO SESAREA ATAS INDIKASI
PLASENTA PREVIA
A. Konssep Dasar Puerpurium1. Definisi Nifas
Nifas adalah waktu atau masa dimana organ-organ reproduksi kembali kepada
keadaan tidak hamil.( Hellen Farrer , 2000:225 )
Nifas adalah waktu penyembuhan dan perubahan , waktu kembali pada keadaan
tidak hamil dan penyesuaian terhadap penambahan keluarga baru ( Persis Mary
Hamilton , 1995 :281 )Nifas adalah masa yang dimulai setelah partus selesai dan berakhir kira-kira enam minggu dimana seluruh alat genetalia baru pulih kembali seperti sebelum hamil ( Sarwono Prawiro Harjo, 1997 : 237 )
2. Adaptasi Fisiologi Dan Psikologis Ibu Post Partum
a. Adaptasi fisiologis
Pada masa pertumbuhan terjadi perubahan-perubahan fisiologis, yaitu :
1) Tanda-tanda vital
Setelah persalinan 24 jam pertama suhu badan bisa meningkat tetapi bila kenaikan
tubuhn lebih dari 380 C dan berlangsung berturut-turut selama 2 hari, kemungkinan
ada tanda-tanda infeksi. Bradikardi umumnya ditemukan pada 6-8 jam pertama
setelah melahirkan, nadi antara 50–70 kali permenit dianggap normal tekanan
darah sedikit berubah atau tidak berubah sama sekali.
2) Uterus
Setelah janin dilahirkan fundus uteri kira-kira setinggi pusat segera setelah plasenta
lahir tinggi fundus uteri + 2 jari di bawah pusat pada hari ke 5 post partum uterus
kurang lebih 7 cm diatas simpisis pubis, setelah 12 hari uterus tidak teraba lagi,
dan sesudah enam minggu ukurannya sudah kembali seperti semula.
3) LocheaAdalah pengeluaran darah dan jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus selama masa nifas (Hellen farrer, 2000 : 226 )Jenis lochea terdiri dari 3 menurut karakteristiknya yaitu :
a) Lochea Rubra ( hari ke 1-4 )
Terdiri dari sebagian besar darah, desidua dan robekan trobastik dan bakteri.
b) Lochea Serosa ( hari ke 4-8 )Terdiri dari darah yang sudah tua, serum, lekosit dan jaringan .
c) Lochea Aiba ( hari ke 8-14 )Jumlahnya sedikit berwarna putih atau sampai tidak berwarna .
4) ServiksServiks mengalami involusi bersama–sama uterus. Setelah persalinan, oscium eksterna dapat dimasuki oleh dua hingga tiga jari tangan . setelah 6 minggu post natal , serviks menutup. Pada klien yang melahirkan pada dengan seksio sesaria tidak terjadi perubahan pada serviks.
5) Vulva dan VaginaDalam beberapa hari pertama sesudah post partum kedua organ tersebut tetap berada dalam keadaan kendur, himen mengalami ruptur pada saat melahirkan bayi pervaginam. Pada klien yang melahirkan dengan secsio sesaria tidak terjadi perubahan tersebut .
6) PeriniumSegera setelah melahirkan, perinium menjadi kendur karena sebelumnya terganggu oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada klien yang melahirkan dengan secsio sesarea perubahan tersebut tidak terjadi.
7) PayudaraPayudara mengalami maturitas yang penuh selama masa nifas kecuali jika laktasi disupresi payudara akan menjadi besar, kencang dan mula-mula nyeri tekan reaksi terhadap perubahan status hormonal serta dimulainya laktasi
8) Sistem perkemihanFungsi ginjal kembali normal dalam beberapa bulan setelah persalinan dalam 24 jam pertama BAK sulit sehingga kandung kemih penuh dan menekan uterus sehingga mengeras, hal ini menambah ketidak nyamanan pada klien
9) Sistem PencernaanPada klien post secsio sesaria dengan nekrose umum biasanya dipuasakan , fungsi kolon akan mengalami penurunan karena pengaruh anastesi setelah fungsi dan peristaltik usus kembali normal, maka mulailah pemberian minum dan makanan peroral secara bertahap.
10) Sistem KardiovaskulerSetelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar ekstrogen, volume darah kembali pada keadaan tidak hamil, tekanan darah menurun akibat volume darah yang berkurang
11) Sistem IntegumenKloasma kehamilan sering kali hilang akhir kehamilan, mungkin terdapat hiperpigmentasi ariola dan putting susu terutama pada multipara, linea nigra lebih sering terdapat pada multipara .
12) Sistem EndokrinSetelah kelahiran terdapat penurunan kadar estrogen dan progesteron, sehingga tidak mengganggu kerja lakto genik prolaktin, ditambah dengan rangsang isap pada puting susu yang dapat mencetuskan peninggian prolaktin. Neuro hifosis mensekresikan oksitosin sehingga merangsang pengeluaran air susu saat ada isapan bayi.
13) Sistem MuskuloskeletalAdaptasi pada masa ini yaitu terjadi perubahan pusat gravitasi ibu yang disebabkan pembesaran uterus. Stabilisasi sendi secara sempurna terjadi pada 6 sampai 8 minggu setelah persalinan.
b. Adaptasi Psikologis Post Partum
Ada tiga tahap adaptasi psikologis ibu post partum yaitu :
1) Tahap I ketergantungan
Tahap ini terjadi pada hari kesatu dan kedua setelah melahirkan.
2) Tahap 2 ketergantungan–ketidak tergantungan . Tahap kedua mulai pada sekitar hari ketiga setelah melahirkan pada minggu
keempat sampai kelima.3) Tahap 3 saling ketrergantungan Dimulai sekitar minggu ke-5 sampai dengan melahirkan , sistem keluarga telah
menyesuaikan diri dengan anggota keluarga yang baru.
3. Konsep Dasar Seksio Sesaria Dengan Anastesi Umum
a. Konsep dasar seksio sesarea
1) Definisi Seksio Sesarea
Seksio sesarea adalah suatun tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat badan
diatas 500 gram, melalui sayatan dinding uterus yang masih utuh ( Sarwono
Prawiro Harjo, 1997 : 863 )
2) Indikasi
Indikasi seksio sesarea ada dua yaitu indikasi bagi ibu dan janin
a. Indikasi pada ibu
(1) Panggul sempit
(2) Tumor-tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi.
(3) Preekslamsi dan Hipertensi
(4) Plasenta prefia lokalis dan leteralis
(5) Dis proporsi cevalo pelvik.
(6) Ruptura uteri.
(7) Distorsia
(8) Partus tidak maju
b. Indikasi janin
(1). Kelainan letak.
(2). Gawat janin.
(3). Janin besar.
3) Komplikasi Seksio Sesaria
Tindakan secsio sesaria dapat menimbulkan komplikasi yaitu :
a) Pada ibu
(1) Infeksi periperal
(2) Perdarahan
(3) Pundus uteri
(4) Luka pada kandung kencing
(5) Embolisme paru-paru
4) Jenis-Jenis Operasi Secsio Sesaria
a) Secsio sesaria ismika
Yaitu dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen bawah rahim.
Kelebihan :
- Penjahitan lebih mudah
- Penutupan luka dengan riferitonealisasi yang baik
- Perdarahan kurang
- Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptur uteri sepontan kurang atau
lebih ringan
Kekurangan :
- Luka dapat melebar kekiri dan kekanan serta kebawah sehingga dapat
menyebabkan arteri uterina putus sehingga terjadi pendarahan yang banyak
- Keluhan pada kandung kemih post operatif tinggi
b) Secsio sesaria ekstra peritoneal
Yaitu tanpa membuka peritonium parietalis, dengan membuka kavum abdominalis.
Kelebihan :
- Mengeluarkan janin lebih cepat
- Tidak menyebabkan komplikasi kandung kemih tertarik
- Sayatan bisa diperpanjang atau diatas
Kekurangan :
- Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena reperitonial yang baik
- Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi ruptura uteri spontan
b. Anastesi yang digunakan pada secsio sesaria
Anastesi adalah suatu tindakan untuk menghilangkan kesadaran disertai hilangnya
rasa sakit yang sifatnya sementara
1) Jenis anastesi umum
- Anastesi inhalasi
- Anastesi intravena
- Anastesi rektal
2) Tehnik anastesi
- Metode tetes terbuka
- Metode spora tertutup
- Metoda tertutup
- Intubasi tracheal
3) Komplikasi dan efek samping
- Gangguan pernafasan
- Kerja jantung berhenti
- Turgor distasi : Suatu keadaan keluarnya isi lambung ke faring tanpa adanya
tanda-tanda
- Muntah
- Pendarahan
- Reaksi toksik iskemik
- Sakit kepala dan keluhan neurologi post anastesi
- Komplikasi durameter : Jarum atau kateter anastesi bisa menembus kantong dura
meter atau pembuluhnya.
- Komplikasi pada janin
1) Oksigenasisasi pada janin terganggu
2) Pengaruh obat-obatan yang melewati urin
4) Konsep dasar plasenta previa
a. Pengertian
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abdormal, yaitu pada segmen
bawaan uterus bawaan uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh
permukaan jalan lahir ( Sarwono Prawiroharjo, 2002: 365 ).
b. Klasifikasi plasenta previa
Didasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada
waktu tertentu.
1) Plasenta Previa Totalis
Apabila seluruh pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta.
2) Plasenta Previa Parsialis
Apabila sebagian pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta.
3) Plasenta Previa Marginalis.
Apabila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir plasenta berada tepat pada
pinggir pembukaan
4) Plasenta Letak Rendah
Plasenta yang letaknya abnormal pada sigmen bawah uterus akan tetapi belum
sampai menutupi jalan lahir.
c. Etiologi
1) Vaskularisasi yang berkurang, atau perubahan atrofi pada desidua akibat
persalinan yang lampau
2) Sebagian besar pada penderita dengan parietas tinggi
3) Kehamilan kembar
4) Primigravida yang berumur lebih dari 35 tahun.
d. Tanda dan gejala plasenta previa
1) Perdarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri
2) Perdarahan terjadi selagi penderita tidur atau bekerja biasa
3) Perdarahan biasanya tidak banyak
4) Darah bewarna merah segar
5) Sering dikatakan terjadi pada triwulan ketiga
e. Penanganan pada plasenta previa
Prinsip dasar penanganan, setiap ibu dengan perdarahan antepartum harus segera
dikirim kerumah sakit yang memiliki fasilitas melakukan tranfusi darah dan
operasi.
1) Penanganan pasif
Penanganan pasif pada beberapa kasus plasenta previa yang janinnya masih
prematur dan perdarahannya tidak berbahaya sehingga tidak diperlukan tindakan
pengakhiran kehamilan segera.
2) Memilih cara persalinan
a) Persalinan pervaginam
Pemecahan selaput ketuban adalah cara yang terpilih untuk melangsungkan
persalinan pervaginam, karena (1)bagian terbawah janin akan menekan plasenta
dan bagian plasenta yang berdarah(2) Bagian plasenta yang berdarah itu dapat
bebas mengikutio rengangan segmen-bawah uterus, sehingga pelepasan plasenta
dari segmen bawah uterus lebih lanjut dapat dihindarkan.
b) Secsio sesaria
Bertujuan untuk secepatnya mengangkat sumber perdarahan, dengan demikian
memberikan kesempatan kepada uterus untuk berkontruksi menghentikan
perdarahannya, dan untuk menghindarkan perlukaan serviks dan segmen bawah
uterus yang rapuh apabila dilangsungkan persalinan pervaginam
5) Konsep dasar nifas dengan secsio sesaria
Perawatan nifas selanjutnya bagi ibu harus mencangkup hal-hal berikut :
a. Analgesia
Untuk wanita dengan ukuran tubuh rata-rata dapat disuntikan intramuskuler 75 mg
mecriain setiap 3 jam sekali bila diperlukan untuk mengatasi rasa sakit
b. Tanda-tanda vital
Perlu dievaluasi setiap 4 jam yaitu tekanan darah, pengeluaran urin, dandarah yang
hilang.
c. Terpi cairan dan diit
Masa nifas akan di tandai dengan cairan yang tertahan selama kehamilan yang
kemudian jumlah menjadi berlebih pada saat persalinan di selesaikan
d. Visika urinaria dan usus
Kateter harus sudah di lepas dari vesika urinaria setelah 0012 jam post operasi atau
pada esok paginya setelah operasi
e. Ambulasi
Pada hari pertama setelah pembedahan, pasien dengan bantuan perawat dapat
bangun dari tempat tidur sekurang-kurangnya dua kali
f. Perawatan luka
Secara normal jahitan di angkat pada hari ke empat
g. Perawatan payudara
Pemberian ASI dapat di berikan pada hari ke dua post partum
B. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir
1. Posture
Lengan, kaki dalam fleksi yang cukup
2. Tanda-tanda vital
Pols dapat dilihat dari midclavikula kiri antara intra kostal ke lima, pols apikal
intra kostal ke empat jaraknya 140 kali permenit. Temperatur axiler 370 C,
temperatur stabil usia 8-10 jam setelah melahirkan, respirasi rate 40 kali permenit
3. Warna kulit
Bayi harus berwarna merah muda
4. Antopometri
- Berat badan
Perempuan berat normalnya : 3400 gram, sedangkan laki-laki : 3500 gram
- Panjang
Normalnya 50 cm
- Lingkar kepala
Ukurannya 2 cm kurang dari lingkar dada, jika prematur ukurannya kurang dari 30
cm
- Lingkar abdomen
Abdomen membesar setelah makan di sebabkan karena otot abdoman longgar
ukuran sama dengan lingkar dada
5. Kepala
Pada saat palpasi kulit kepala perlu di lihat integumentum chepalhematom yang
terbentuk keras disebabkan karena trauma lahir. Saat di palpasi seluruh saluraan
telah bersatu
6. Genetalia
Vagina orivisium terbuka dan keluar mukoid, pada laki-laki meatus di ujung penis,
preposium menutupi gians penis, testis pada saat di palpasi turun
7. Anus
Pada saat inspeksi dan palpasi terdapat satu lubang dengan satu splinter yang baik.
Mengandung mekonium dalam 24 jam setelah lahir
8. Refleks
- Refleks moro
Merupakan tanda adanya koordinasi neuro mokuler tidak ada refleks ini
menunjukan serebral
- Refleks menggenggam
Berlangsung pada usia 3 - 4 bulan menurun sampai dengan usia 8 bulan dan masih
dapat di lihat sampai dengan usia 1 tahun
- Refleks menghisap dan rooting
Refleks rooting berkaitan dengan menghisap
- Refleks babinsky
Terjadi ketika bagian rateral di goreskan dari mulai ke atas sampai dengan
menyilang ke bawah
C. Konsep Dasar Keperawatan1. Pengkajian
Tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses yang sistematis dalam
pengumpulan berbagai data untuk mengevaluasi dan meng identifikasi status
kesehatan klien
a. Pengumpulan data
Data di kumpulkan melalui wawancaran tentang riwayat kesehatan, pengkajian
fisik, pemeriksaan laboratorium. Selain dari klien data juga dapat di peroleh dari
keluarga, orang terdekat pada saat itu, dari masyarakat, atau pun dari perawat
ruangan. Data dasar dapat diperoleh dari klien post operasi seksio sesarea dengan
anastesi umum
1) Tinjau uang catatan pranatal dan intra operatif serta indikasi kelahiran sesarea
2) Sirkulasi
Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 ml
3) Menunjukan labilitas emosional dari kegembiraan, kekuatan, marah dan menarik
diri
4) Eliminasi
Kateter urinalisis terpasang : urine jernih pucat, bising usus tidak ada samar atau
jelas
5) Makanan dan cairan
Abdomen lunak dan tidak ada distensi.
6) Neuro sensori
Kerusakan gerakan dan sensasi dibawah tingkat anastesia, spiral, epidural
7) Klien mengeluh nyeri dan tidak nyaman
8) Bunyi paru jelas dan vasikuler
9) Balutan abdomen tampak sedikit noda, kering, utuh
10) Pemeriksaan diagnostik
b. Analisa data
Analisa data pada klien post operasi secsio sesarea menggunakan dasar – dasar
anatomi fisiologi sistem reproduksi. Patofisiologi dari indikasi dilakukannya secsio
sesaria dengan anestesi umum. Data dasar dari post operasi secsio sesaria diteliti
kembali. Kelompokan berdasarkan kebutuhan psikososial, spirutual, dibandingkan
dengan standar dan dibuat kesimpulan dari kesenjangan tersebut sehingga dapat
disimpulkan masalah yang muncul.
c. Prioritas masalah
Masalah yang telah ditemukan dari hasil penganalisaan tersebut diperioritaskan
menurut Hierarki maslow, sehingga dapat ditentukan masalah mana yang harus
diatasi terlebih dahulu berkaitan dengan kebutuhan dasar manusia.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan analisa data yang diperoleh melalui
pengkajian .
a. Komponen diagnosa keperawatan
1) Problem ( masalah )
Keadaan pasien, kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang
harusnya terjadi.
2) Etiologi
Keadaan ini menunjukan penyebab dari masalah kesehatan.
3) Sigh / symtom
Ciri, tanda dan gejala diperluka untuk merumuskan diagnosa keperawatan.
b. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien secsio sesarea menurut Susan martin tucker.
1) Nyeri berhubungan dengan kondisi pasca operasi.
2) Kerusakan perpusi jaringan kardio pulmoner dan perifer berhubungan dengan
interupsi aliran sekunder terhadap imobilitas pasca operasi.
3) Potensial terhadap perubahan pola eliminasi perkemihan dan konstipasi
berhubungan dengan manipulasi atau trauma sekunder terhadap secsio sesarea.
4) Potensial infeksi berhubungan prosedur pembedahan
5) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
perawatan melahirkan pasca sesarea
6) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
prosedur dan perawatan sebelum melahirkan
3. Rencana asuhan keperawatan
Langkah-langkah dalam membuat rencana asuhan keperawatan antara lain:
a. Nyeri berhubungan dengan kondisi pasca operasi
Kriteria hasil :
1) Nyeri diminimalkan dan terkontrol
2) Klien mengungkapkan bahwa dia nyaman
Intervensi:
1) Antisipasi nyeri dengan metode tambahan penghilang nyeri
Rasional : Merileksasikan otot dan mengalihkan perhatian dari sensasi nyeri serta
meningkatkan kenyamanan.
2) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat penghilang nyeri dan evaluasi
efeksitasnya.
Rasional : Analgesik dapat meningkatkan kenyamanan dan memperbaiki status
psikologis dan menghilangkan nyeri.
3) Berikan tindakan kenyamanan klien seperti perubahan posisi atau menyokong
dengan bantal
Rasional : merelaksasikan otot dan mengalihkan perhatian dari sensasi nyeri
meningkatkan kenyamanan dan menurunkan distrasi yang tidak menyanangkan
b. Kerusakan perfusi jaringan kardio pulmoner dan perifer berhubungan dengan
interupsi aliran sekunder sekunder terhadap imobilitas paska operatif
Kriteria hasil : Mempertahankan kontrol pola pernapasaan
Intervensi :
1) Kaji status pernapasan dan tanda- tanda vital
Rasional : Pada banyak pasien nyeri dapat meningkatkan tekanan darah.
2) Dokumentasikan dan laporkan terhadap peningkatan frekuensi pernapasan, batuk
non produktif, ronchi, dan rales.
Rasional : Ronchi menandakan tertahannya sekresi dan bunya napas berkurang
selama 24 jam pembedahan
3) Perhatikan gejala trombosis vena, nyeri betis, bengkak dan hommansign
Rasionalnya : Trombosit vena akan meningkatkan aliran balik vena dan
terbentuknya trombus, hommonsign merupakan tanda dari plebitis
c. Potensial terhadap perubahan pola eliminasi perkemihan dan konstipasi
berhubungan dengan manipulasi atau trauma sekunder terhadap seksio sesarea
Kriteria hasil :
1) Mendapatkan pola berkemih biasa setelah pengangkatan kateter
2) Motilitas usus kembali ( bising usus aktif, platus )
3) Pola eliminasi normal kembali dalam 9 hari post partum
Itervensi :
1) Ajurkan berkemih setiap 4-6 bila mungkin, yang penuh mengganggu mobilitas
dan involusio uterus dan meningkatkan aliran lochea, distensi yang berlebihan
akan mengakibatkan atonia uteri
Rasional : Kandungkemih yang npenuh mengganggu mobilitas dan invousio uterus
dan meningkatkan aliran lochea, distensai yang berlebihan akan mengakibatkan
atonia uteri
2) Palpasi abdomen bawah klien mengaluh distensi kandung kemih
Rasional : Pada periode pertama paska partum aliran plasma ginjal tetap tinggi
( meningkat 25% - 50% ) dan mengakibatkan pengisian kandung kemih
3) Pantau masukan intake dan output cairan
Rasional : Oliguria disebabkan karena kehilangan cairan ketidak adekuatan
penggantian cairan dan efek-efek anti diuretik
d. Potensial infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan
Kriteria hasil :
1) Insisi bersih, kering tanpa tanda-tanda dan gejala infeksi
2) Involusi uterus lanjut secara normal
Intervensi :
1) Pantau terhadap peningkatan suhu
Rasional : Demam setelah paska operasi hari ke tiga menunjukan infeksi
peningkatan suhu 38,30 C dalam 24 jam pertama adalah mengidentifikasikan
infeksi
2) Observasi insisi terhadap tanda-tanda infeksi, kemerahan, nyeri tekan, bengkak
pada sisi insisi disertai keluhan nyeri
Rasionalnya : Tanda-tanda tersebut merupakan tanda-tanda infeksi
3) Penggantian balutan bila basah
Rasional : Lingkungan lembab merupakan media paling baik untuk pertumbuhan
bakteri, bakteri dapat berpindah melalui aliran kapiler melalui balutan basah ke
luka
4) Evaluasi tanda-tanda vital terhadap gejala infeksi
Rasionalnya : Demam, leukositosis, tachikardia menunjukan infeksi peningkatan
suhu sampai 380 C hari ke dua paska partum adalah bermakna
e. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
perwatan paska sesaria
Kriteria hasil :
1) Mengungkapkan pemahaman mengenai kebutuhan individu
2) Melakukan aktifitas /prosedur dengan benar dan alasan tindakan .
Intervensi :
1) Berikan penjelasan pada ibu mengenai : perlunya menghindari koitus selama 4-6
minggu. Perawatan payudara bila menyusui, perlunya menghindari duduk dalam
periode lama ,lutut ditekuk , perawatan insisi .
Rasional : Melakukan koitus dapat menyebabkan infeksi, perawatan payudara
dapat melancarkan pengeluaran asi , perawatan insisi dapat mencegah terjadinya
infeksi.
2) Pentingnya latihan ,tetapi tidak dimulai dengan latihan keras sesuai izin dari
dokter.
Rasional : klien yang telah menjalani sesarea memerlukan bantuan lebih banyak
f. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
prosedur dan perawatan sebelum melahirkan
Kriteria hasil :
Klien dapat mengungkapkan rasional melahirkan sesar dan dapat bekerja sama
Intervensi :
1) Berikan informasi akurat dengan istilah sederhana
Rasional : Memberikan informasi dan mengklasifikasi kesalahan konsep
2) Diskusikan sensasi yang di antisifikasi Skema melahirkan dan periode pemulihan
Rasional : Mengetahui apa yang di rasakan dan apa yang normal yang dapat
membantu masalah yang tidak perlu
4. Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan dari tercapainya intervensi yang telah di
tetapkan pada tahap ini perawat menerapkan keterampilan, sikap dan pengetahuan
berdasarkan ilmu keperawatan dan ilmu yang terkait secara terintegrasi.
Komponen dari tahap implementasi adalah tindakan keperawatan mandiri dan
kolaborasi, pendokumentasian tindakan keperawatan dan respon klien terhadap
asuhan keperawatan
5. Evaluasi
Hasil dari tindakan keperawatan diamati dan di bandingkan dengan kriteria hasil
pada tahap perencanaan komponen dari tahap evaluasi adalah : Pencapaian kriteria
hasil, keefektifan terhadap proses keperawatan.
Langkah-langkah dalam evaluasi adalah : Mengumpulkann data baru tentang
pasien, menafsirkan data baru, membandingkan data baru dengan setandar yang
berlaku.Diposkan oleh Kapevi Hatake di 4:37 AM
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
a. Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus
sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh penbukaan jalan lahir (Wiknjosastro, 1994).
b. Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus
sehingga dapat menutupi jalan lahir (Mansjoer, 2001).
c. Seksio sesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding
perut dan dinding rahim (Mansjoer, 2001).
2. Anatomi fisiologi
Perubahan anatomi fisiologi pada wanita hamil Terjadinya kehamilan Peristiwa prinsip pada
peristiwa terjadinya kehamilan
a. Pembuahan/ fertilisasi: bertamunya sel telur/ ovum wanita dengan spermatozoa pria
b. Pembelahan sel (zigot), hasil pembuahan tersebut
c. Nidasi/ implantasi zigot tersebut pada dinding selama reproduksi (pada
keadaan normal: implantasi pada lapisan endometrium dinding kavum uteri)
d. Pertumbuhan dan perkembangan xigot-embrio-janin-menjadi bakal individu baru
Kehamilan dipengaruhi berbagai hormone: estrogen, progesterone, human chorionic
gonadotropin (HCG) adalah hormon aktif khusus yang berperan selama awal masa
kehamilan, berfluktualisasi kadarnya selama kehamilan. Terjadi perubahan juga pada
anatomi dan fisiologi organ-organ sistem reproduksi dan organ-organ tubuh lainya, yang
dipengaruhi terutama oleh perubahan keseimbangan hormonal tersebut.
Adapun perubahan pada organ-organ sistem reproduksi sebagai berikut:
1. Uterus
Uterus membesar primer maupun sekunder akibat pertumbuhan isi konsepsi intra uterin.
Esterogen menyebabkan hyperplasia jaringan, progesterone berperan untuk elastisitas/
kelenturan uterus. Tafsiran kasar pembesaran uterus pada perabaan tinggi fundus:
1) Tidak hamil/ normal sebesar telur ayam (±30 gram)
2) Kehamilan 8 minggu sebesar telur bebek
3) Kehamilan 12 minggu sebesar telur angsa
4) Kehamilan 16 minggu: pertengahan simfisis pusat
5) Kehamilan 20 minggu: pinggir bawah pusat
6) Kehamilan 24 minggu: pinggir atas pusat
7) Kehamilan 28 minggu: sepertiga pusat-xypoid
8) Kehamilan 32 minggu: pertengahan pusat xypoid
9) Kehamilan 36-42 minggu sekitar 3 sampai 1 jari dibawah xypoid
Ismus uteri bagian dari servik batas anatomic, menjadi sulit ditentukan pada kehamilan
terisemester I memanjang dan lebih kuat. Pada kehamilan 16 minggu menjadi satu bagian
dengan korpus dan pada kehamilan diatas 32 minggu menjadi segmen bawah uterus.
Vaskularisasi sedikit lapis muscular tipis, mudah rupture, kontraksi minimal lebih berbahaya
jika lemah, dapat rupture, mengancam nyawa janin dan nyawa ibu. Servik uteri mengalami
hipervaskularisasi akibat stimulasi estrogen dan perlunakan akibat progesterone (> tanda
hegar), warna menjadi livide/ kebiruan, sekresi lender serviks meningkat pada kehamilan
memberikan gejala keputihan.
2. Vagina/ vulva
Terjadi hipervaskularisasi akibat pengaruh oksigen dan progesterone, warna merah
kebiruan (tanda Chadwick).
3. Ovarium
Sejak kehamilan 16 minggu fungsi diambil oleh plasenta terutama fungsi reproduksi dan
esterogen. Selama kehamilan ovarium tenang/ beristirahat, tidak terjadi pembentukan dan
pematangan folikel baru, tidak terjadi ovulasi, tidak terjadi siklus hormonal menstruasi
4. Payudara
Akibat pengaruh esterogen terjadi hyperplasia system duktus dan jaringan intertisial
payudara. Hormone laktogenik plasenta (diantaranya somatommotropin menyebabkan
hipertropi dan pertambahan sel-sel asinus payudara, serta mengingkatkan produksi zat-zat
kasein laktoalbumin, laktoglobulin sel-sel lemak, kolostrum. Mamae membesar dan tegang
terjadi hiperpigmentasi kulit serta hipertrofi kelenjar montmogeri, terutama daerah aerola dan
papilla akibat pengaruh melanopor. Putting susu membesar dan menonjol (beberapa
kepustakaan tidak memasuki payudara dalam system reproduksi wanita yang dipelajari
dalam ginekologi). Peningkatan berat badan selama hamil normal berat badan meningkat
sekitar 6-16 kilogram, terutama dari pertumbuhan isi konsepsi dan volume berbagai organ/
cairan intra uterin.
Berat janin + 2,5-3,5 kilogram, berat palsenta + 0,5 kilogram, cairan amnion + 1,0 kilogram,
berat uterus + 1.0 kilogram, penambahan volume sirkulasi maternal 1,5 kilogram,
pertumbuhan mamae + 1 kilogram, penumpukan cairan intertisial di pelvis dan ekstremitas +
1.001,5 kilogram.
Gejala dan tanda yang dapat mengarah diagnosis adanya kehamilan:
1) Amenorea (sebenarnya bermakna jiak 3 bulan atau lebih)
2) Pembesaran uterus (tampak disertai pembesaran perut atau pada kehamilan muda
diperiksa dengan palpasi)
3) Adanya kontraksi uterus pada palpasi (Braxton-Hicks)
4) Teraba atau terasa gerakan janin pada palpasi atau tampak padaimaging
5) Terdengan jantung janin (dengan alat Laennec/ dopller) atau visual tampak jangtung pada
imaging (Fetal ultrasound choscopy).
6) Teraba bagian tubuh janin pada palpasi/ Leopold atau tampak pada imaging (ultrasonografi)
7) Perubahan serviks uterus (chad wick/ hegar sign)
8) Kurva suhu tubuh meningkat
9) Tes urine B-HCG (pack’s test/ gallimianini) positif
10) Titer B-HCG meningkat pada kehamilan sekitar 90 hari kemudian menurun seperti awal
kehamilan bahkan dapat sampai tidak terdeteksi
11) Perasaan mual dan muntah berulang, morning sickness
12) Perubahan payudara
13) Poliuria
(www.wordpress.com)
3. Etiologi
Adapun etiologi pada plasenta previa yaitu sebagai berikut:
a. Belum diketahui pasti
b. Frekuensi plasenta previa meningkat pada grade multipara
c. Primigravida tua
d. Bekas seksio sesarea
e. Bekas aborsi
f. Kelainan janin
g. Leiomioma uteri
(Mansjoer, 2001)
4. Patofisiologi
Perdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak usia kehamilan 20 minggu
saat segmen bawah uterus telah terbentuk dan telah melebar serta menipis. Umumnya
terjadi pada trisemester ketiga kerena segmen bawah uterus lebih banyak mengalami
perubahan. Pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks menyebabkan sinus
uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robwkan sinus
marginal dari palsenta. Perdarahan tak dapat dihindarkan kerena ketidakmampuan serabut
otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi pada plasenta letak normal (Mansjoer, 2001).
Patoflow DiagramPlasenta previaPerdarahan jalan lahir dari orivisium uteri eksternumBagian terbawah janin belum masuk pintu atas panggulPersalinan macetpersalinanTertutupnya jalan lahirSeksio sesareaResiko tinggi infeksiKondisi pasca pembedahanInsisi bedahNyeri luka operasiKalainan letak janinTertutupnya jalan lahirTidak mengerti proses penyakitGangguan pemenuhan ADLAktivitas terbatasNyeri bila bergerak
Kelemahan fisikKurang pengetahuanSalah interpretasi informasiInsisi bedahNyeriResiko infeksi
(Mansjoer,2001)
5. Manifestasi klinis
a. Perdarahan jalan lahir berwarna merah segar tanpa rasa nyeri, tanpa sebab terutama pada
multigravida pada kehamilan setelah 20 minggu
b. Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul
c. Perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum
(Mansjoer, 2001)
6. Pemeriksaan dianostik
a. USG
Yaitu untuk diagnosis pasti, yaitu untuk menentukan letak plasenta.
b. Pemeriksaan darah: hemoglobin, hematokrit
(Mansjoer, 2001)
7. Penatalaksanaan
Harus dilakukan di Rumah sakit dengan fasilitas operasi. Sebelum dirujuk anjurkan pasien
untuk:
a. Tirah baring total dengan menghadap kekiri
b. Tidak melakukan senggama
c. Menghindari peningkatan tekanan rongga perut (misalnya: batuk, mengedak karena sulit
buang air besar).
d. Pasang infuse NaCl fisiologis
e. Penanganan dirumah sakit dilakukan berdasarkan usia kehamilan, bila terjadi rejatan usia
gestasi < 3 minggu, tafsiran berat janin < 2.500 gram, maka:
1) Bila perdarahan sedikit, rawat sampai usia kehamilan 37 minggu lalu lakukan mobilisasi
beberapa hari. Beri kortikosteroid 12 mg intravena perhari selama 3 hari
2) Bila perdarahan berulang, lakukan PDMO. Bila ada kontraksi ditangani seperti persalinan
normal pereterm (Mansjoer, 2001).
8. Komplikasi
Adapun komplikasi menurut Mansjoer, 2001 sebagai berikut:
a. Komplikasi pada ibu
1) Dapat terjadi perdarahan
2) Syok
3) Anemia kerena perdarahan
4) Plasentitis
5) Endometritis pasca persalinan
b. Komplikasi pada janin
1) Terjadi persalinan premature
2) Komplikasinya seperti asfixia berat
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian fisik memberikan data yang sangat bernilai sebagai dasar asuhan
keperawatan. Pemeriksaan tersebut meliputi inspeksi, auskultasi dan palpasi. Pemeriksaan
fisik mungkin akan dilakukan oleh salah satu orang atau lebih dan harus disesuaikan
kemajuan persalinan. Hal tersebut meliputi evaluasi, tanda-tanda vital, kontraksi,
pemeriksaan.
Pengkajian dilakukan meliputi:
1) Data dasar
1) Identifikasi klien
2) Riwayat kehamilan dan persalinan lalu klien tidak pernah mengalami operasi seksio
3) Riwayat kesehatan sekarang:
a) Keluhan utama: keluhan nyeri karena masa pembedaha, peningkatan kebutuhan istirahat,
tidur dan penyembuhan (sedjo Winarso Marjono, 1998)
b) Riwayat persalinan: kegagalan untuk melanjutkan persalinan, presentase bokong dan letak
lintang
c) Riwayat psikologis: tingkat kesehatan, gembira, respon keluarga terhadap kelahiran
(Doenges, 1999)
2) Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda vital, karakter lochea, fundus uteri, payudara, abdomen (keadaan luka insisi),
kandung kencing, kebersihan diri dan genital
3) Pemeriksaan penunjang
1) Test laboratorium: Jumlah darah lengkap terutama hemoglobin dan hematokrit (Doenges,
2001)
2) Pelvimetri rontgen (Wiknjosastro, 1994)
2. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan data pengkajian diagnosa keperawatan klien yang utama yang
berhubungan dengan plasenta previa post seksio adalah meliputi: (Doenges, 2001)
a. Gangguan rasa nyaman; nyeri berhubungan dengan trauma jaringan sekunder terhadap
insisi bedah
b. Gangguan perubahan kebutuhan ADL berhubungan dengan kelemahan fisik
c. Kurang pengetahuan mengenai proses bersalin berhubungan dengan kurang informasi
d. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman konsep diri dan ancaman/ actual dari
kesejahteraan maternal dan janin
e. Resti infeksi berhubungan pasca pembedahan.
3. Rencana keperawatan
Adapun rencana keparawatan pada klien dengan seksio sesarea adalah:
a. Gangguan rasa nyaman; nyeri berhubungan dengan trauma jaringan sekunder terhadap
insisi bedah
Tujuan:
Klien tidak nyeri dan mampu menggunakan teknik relaksasi setelah pencapaian
kesembuhan luka
Kriteria hasil:
Klien mengatakan nyeri berkurang, skala intenstias nyeri berkurang sampai hilang, ekspresi
wajah rileks dank lien mampu mendemonstrasikan teknik dengan tarik napas dalam
Intervensi:
1) Kaji tingkat nyeri, perhatikan lokasi dan intensitas dengan menggunakan skala (0-10)
Rasional:
Membantu mengidentifikasi derajat ketidaknyamanan dan kebutuhan untuk keefektipan
analgesic
2) Berikan informasi mengenai sifat ketidaknyamanan sesuai kebutuhan
Rasional:
Meningkatkan kemampuan koping terhadap nyeri yang timbul
3) Dorong mengendalikan sifat nyeri dan teknik imajinasi
Rasional:
Meningkatkan kemampuan koping terhadap nyeri yang timbul
4) Dorong dan ajar penggunaan teknik relaksasi, berika posisi nyaman, latihan napas dalam
saat batuk
Rasioanal:
Kurang memahami keadaan dan penyebab nyeri membuat kecemasan sehingga koping
tidak efektif untuk meredakan nyeri
5) Kolaborasi dengan dokter member obat paracetamol 2 tablet PO
Rasional:
Diberikan untuk menghilangkan nyeri berat, memberikasn relaksasi mental dan fisik
b. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan:
Kebutuhan ADL tanpa terbatas oleh nyeri
Kriteria hasil:
Nyeri saat bergerak tidak ada, klien bisa melakukan mandi, makan, eliminasi secara mandiri
dan proses penyembuhan luka tercapai
Intervensi:
1) Tentukan kemampuan saat ini skala (0-4) dan hambatan untuk partisipasi dalam perawatan
Rasional:
Mengidentifikasi kebutuhan intervensi yang dibutuhkan
2) Gunakan kelengkapan khusus kebutuhan korset
Rasional:
Meningkatkan kemampuan bergerak dan membantu persepsi yang benar
3) Bantu dalam memindahkan dan ambulasi jika dibutuhkan ingatkan keluarga dalam hal ini
Rasional:
Mencegah terjadinya kecelakaan seperti jatuh atau cedera atau menambah nyeri
4) Berikan bantuan memenuhi ADL yang dibutuhkan oleh klien dengan keterbatasab aktivitas
mandi, ganti baju
Rasional:
Memberikan keamanan dan perlindungan terhadap ketidakmampuan mobiliasai
5) Dorong pasien melakukan aktivitas atau latihan pasif yang dapat ditoleransi
Rasional:
Meningkatkan harga diri, meningkatkan rasa control dan kemandirian
c. Kutang pengetahuan mengenai cara perawatan luka post operasi berhubungan dengan
kurang informasi
Tujuan:
Meminta informasi
Kriteria hasil:
Mengungkapkan pemahaman tentang indikasi kelahiran sesarea dan mengenali ini sebagai
metode alternative kelahiran bayi
Intervensi:
1) Kaji kebutuhan belajar
Rasioanal:
Metode kelahiran alternative ini diduskusikan pada kelas persiapan anak, tetapi banyak klien
gagal untuk menyerap informasi
2) Catat tingkat stress dan apakah prosedur ini direncanakan atau tidak
Rasional:
Mengidentifikasi kesiapan klien/ pasangan untuk menerima informasi
3) Berikan informasi akurat dengan istilah-istilah sederhana. Anjurkan pasangan untuk
mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan pertanyaan mereka
Rasional:
Memberikan informasi dan mengklasifikasikan kesalahan konsep. Memberikan kemampuan
untuk mengevaluasi pemahaman klien/ pasangan terhadap situasi
4) Tinjau ulang indikasi-indikasi terhadap pilihan alternative kelahiran
Rasional:
Perkiraan 5 atau 6 kelahiran melalui sesarea seharusnya dilihat sebagai alternative bukan
cara yang abnormal untuk meningkatkan keselamatan dan kesejahteraan meternal/ janin
5) Berikan penyuluhan pasca operasi, termasuk instruksi, latihan, kaki, batuk dan nafas dalam
dan teknik/ latihan pengetatan abdomen
Rasional:
Memberikan teknik untuk mencegah komplikasi yang berhubungan dengan statis vena dan
pneumonia hipostatistik dan menurunkan stress pada sisi operasi
d. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman konsep diri dan ancaman yang
dirasakan/ actual dari kesejahteraan maternal dan janin
Tujuan:
Ketergantungan klien menurun, distress, kegelisahan dan ketakutan akan sesuatu yang
akan terjadi dapat diatasi
Kriteria hasil:
Klien mengungkapkan rasa takut pada keselamatan diri dan janin, klien/suami/keluarga
mendiskusikan kelahiran sesarea, klien tampak benar-benar rileks
Intervensi:
1) Kaji respon psikologis pada kejadian dan kesediaan system pendukung
Rasioanal:
Makin klien merasaknan ancaman makin besar tingkat ansietas
2) Pastikan apakah prosedur direncanakan atau tidak direncanakan
Rasional:
Pada kelahiran sesarea yang tidak direncanakan klien/ pasangan biasanya tidak mempunyai
persiapan secara psikologis atau fisiologis
3) Anjurkan pengungkapan perasaan
Rasional:
Mengidentifikasikan area untuk diatasi reaksi klien bervariasi dan dapat menyulitkan
diagnosa pada periode operasi
4) Berikan komunikasi verbal dari pengkajian dan intervensi informasi tertulis dapat diberikan
pada waktu selanjutnya
Rasional:
Bila masalah harga diri timbul pada klien, ini dapat menjadi berat pada periode pra operasi,
klien difokuskan pada saat ini dan ini tidak siap untuk membaca atau menerima informasi
tambahan
5) Anjurkan klien/ pasangan dalam aktivitas ikatan diruang melahirkan (misalnya: menyusui
dan menggendong bayi)
Rasional:
Memberikan penguatan pengalaman dan menghilangkan suasanan perbedahan terhadap
kelahiran
(Doenges, 2001)
4. Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik
(Nursalam, 2001).
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dan perencanaan
tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik. Jika ada keinginan klien untuk
berpartisipasi dalam pelaksanaan tindakan dan selama tahap pelaksanaan, perawat terus
melakukan pengumpulan data memiliki tindakan keperawatan yang paling sesuai dengan
kebutuhan klien (Nursalam, 2001).
a. Fase persiapan
1) Preview antisipasi tindakan keperawatan
2) Menganalisa pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3) Mengetahui komplikasi yang mungkin timbul
4) Persiapan alat
5) Persiapan lingkungan yang kondusif
b. Fase intervensi terdiri dari:
1) Independent
Tindakan yang dilakukan oleh perawat tanpa tergantung pada program medis atau tim
kesehatan lain
2) Interdependent
Tindakan keperawatan yang memerlukan kerjasama dengan tim kesehatan lainnya: ahli gizi,
fisioterapi, laboratorium dan lain-lain
3) Dependent
Tindakan keperawatan yang berhubungan dengan tindakan medis atau menandakan
dimana medis dilaksanakan oleh perawat
5. Evaluasi
Adapun evaluasi menurut Nursalam (2001) yaitu:
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang digunakan sebagai alat
untuk menilai keberhasilan dalam asuhan keperawatan dan proses ini berlangsung terus
menerus yang diarahkan pada pencapaian tujuan.
Ada empat yang dapat terjadi pada tahap evaluasi, yaitu:
a. Masalah teratasi
b. Masalah teratasi sebagian
c. Masalah tidak teratasi
d. Timbul masalah baru
Evaluasi terdiri dari 2 jenis yaitu: evaluasi formatif dsn evaluasi sumatif. Evaluasi formatif
disebut juga proses evaluasi jangka pendek atau evaluasi sedang berjalan dimana evaluasi
dilakukan secepatnya setelah tindakan keperawatan dilakukan sampai tujuan tercapai.
Sedangkan evaluasim sumatif disebut juga evaluasi akhir atau hasil atau jangka panjang.
Evaluasi ini dilakukan pada akhir tindakan keperawatan paripurna dan menjadi suatu
metode dalam memonitori kualitas dan efisiensi tindakan yang diberikan. Bentuk evaluasi ini
lazimnya menggunakan format SOAP.
6. Perencanaan pulang
Penyuluhan dan perencanaan diperlukan ketika pasien mengalami perawatan dirumah sakit
Sebelum pulang klien atau keluarga akan:
a) Menunjukan niat untuk berbagi beban dengan orang yang dipercaya
b) Mengidentifikasi tanda-tanda, gejala-gejala yang harus dilakukan pada tenaga kesehatan
c) Mengidentifikasikan ketersediaan sumber komunikasi.
(Carpenito Lynda Juall, 2000)
7. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan merupakan pencatatan dan pelaporan yang dimiliki
perawat dalam melakukan catatan perawat dan tim kesehatan dalam memberikan
pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara
tertulis tentang tanggung jawab perawat (Hidayat. A. 2001).Agar seluruh proses
keperawatan yang dilakukan oleh perawat dapat dipertanggung jawabkan,
maka perlu dilakukan pendokumentasia. Menurut Capernito (1995) dikutip
Anastasi Anna (2000) standar dokumentasi keperawatan meliputi
pengkajian awal dan ulang, diagnosa keperawatan dan kebutuhan asuhan
klien, rencana tindakan keperawatan, respons klien dan hasil dari
asuhan keperawatan yang diberikan serta kemampuan untuk meneruskan
asuhan setelah klien pulang.