askep kanker kolorektal

20
ASKEP KANKER KOLOREKTAL 1. Pendahuluan Kolon (termasuk rectum) merupakan tempat keganasan tersering dari saluran cerna. Kanker kolon merupakan penyebab ketiga dari semua kematian akibat dari kanker di Ameika Serikat,baik pada pria maupun wanita (Cancer Fact and Figure, 1991). Ini adalah penyakit budaya barat. Diperkirakan bahwa 150.000 kasus baru kanker kolorektal di diagnosis di negara ini seiap tahunnya. Insidenya meningkat sesuai dengan usia,kebanyakan pada pasien yang berusia lebih dari 55 tahun. Kanker ini jarang di temukan di bawah usia 40 tahun, kecuali pada orang dengan riwayat kolesitif ulseratif atau poliposif familial. Kedua kelamin terserang sama seringnya, walaupun kanker kolon lebih

Upload: muhammad-rachdian

Post on 01-Jan-2016

41 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ASKEP KANKER KOLOREKTAL

ASKEP KANKER KOLOREKTAL

1.      Pendahuluan

 Kolon (termasuk rectum) merupakan tempat keganasan tersering dari saluran cerna.

Kanker kolon merupakan penyebab ketiga dari semua kematian akibat dari kanker di Ameika

Serikat,baik pada pria maupun wanita (Cancer Fact and Figure, 1991). Ini adalah penyakit

budaya barat. Diperkirakan bahwa 150.000 kasus baru kanker kolorektal di diagnosis  di

negara ini seiap tahunnya.

 Insidenya meningkat sesuai dengan usia,kebanyakan pada pasien yang berusia lebih dari

55 tahun. Kanker ini jarang di temukan di bawah usia 40 tahun, kecuali pada orang dengan

riwayat kolesitif ulseratif  atau poliposif familial. Kedua kelamin terserang sama seringnya,

walaupun kanker kolon lebih sering pada wanita, sedangkan lesi pada rektum lebih sering

pada pria.

Distribusi  tempat kanker pada bagian-bagian kolon adalah sebagai berikut:

Ansendens  : 15%

Transversa  : 10%

Desendens  : 15%

Sigmoid     :  20%

Rektum      :  30%

Page 2: ASKEP KANKER KOLOREKTAL

Namun pada tahun-tahun terakhir, diketemukan adanya pergeseran mencolok pad

distribusinya. Insidens kanker sigmoid dan area rekatal telah menurun , sedangkan insidens

pada kolon ansendens dan desendens meningkat. Lebih dari 156.000 orang terdiagnosa tiap

tahunnya, kira-kira setengah dari jumlah tersebut meninggal setiap tahunnya, meskipun

sekitar tiga dari empat pasien dapat diselamatkan dengan di diagnosis dini dan tindakan

segera. Angka kelangsungan hidup di bawah 5 tahun adalah 40-50 %, terutama terlambat

dalam diagnosis dan adanya metastase. Kebanyakan orang asimpomatis dalam jangka waktu

lama dan mencari bantuan kesehatan hanya bila mereka menemukan  perubahan pada

defekasi dan perdarahan rektal.

2. Etiologi

Penyebab nyata dari kanker kolorektal belum diketahui secara pasti, namun faktor resiko

& faktor predisposisi telah teridentifikasi. Faktor resiko yang mungkin adalah adanya riwayat

adalah adanya kanker payudara dan tumor uterus atau kanker kolon atau polip dalam

keluarga ; riwayat penyakit usus inflamasi kronis.

Faktor predisposisi yang penting adalah adanya hubungan dengan kebiasaan makan,

karena kanker kolorektal (seperti juga divertikulosis) adalah sekitar 10 kali lebih banyak pada

penduduk dunia barat, yang mengkonsumsi lebih banyak makanan yang mengandung

karbohidrat refinet dan rendah serat kasar, dibandingkan penduduk primitive (Afrika) dengan

diet kaya serat kasar. Burkitt (1971), mengemukakan bahwa diet rendah serat, tinggi

karbohidrat refined mengakibatkan perubahan pada flora feses dan perubahan degredasi

garam-garam empedu atau hasil pemecahan protein dan lemak, dimana  sebagian dari zat-zat

ini bersifat karsinogenik. Diet rendah serat juga menyebabkan pemekatan zat yang berpotensi

karsinogenik ini dalam feses yang bervolume lebih kecil. Selain itu masa transisi feses

meningkat. Akibatnya kontak zat yang berpotensi karsinogenik dengan mukosa usus

bertambah lama.

Page 3: ASKEP KANKER KOLOREKTAL

3. Patofisologi

 Kanker kolon dan rektum terutama (95%) Adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel

usus). Di mulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak

jaringan normal dan meluas ke dalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari

tumor primer dan menyebar ke bagian  yang lain (paling sering hati).

Kanker kolorektal dapat menyebar melalui beberapa cara, yaitu:

1.       Secara infiltrat langsug ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih.

2.       Melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesekolon.

3.       Melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirkan darah ke sistem

portal

4.       Penyebarabn secara transperitoneal.

5.       Penyebaran ke luka jahitan, insisi abdomen atau lokasi drain.

Pertumbuhan kanker menghasilkan efek sekunder, meliputi penyumbatan lumen usus

denagn obstruksi dan ulserasi pada dinding serta perdarahan. Penetrasi kanker dapat

menyebabkan perforasi dan abses, serta timbulnya metastase pada jaringan lain. Prognosis

relatif baik  bila lesi terbatas pada mukosa dan submukosa pada saat reseksi dilakukan, dan

jauh lebih jelek bila terjadi metastase ke kelenjar limfe. Dengan menggunakan metode dukes,

kanker kolorektal digolongkan berdasarkan metastasenya:

Stadium A : Tumor di batasi pada mokusa dan submukosa saja

Stadium B :  kanker yang sudah menembus  usus kejaringan rektal

Stadium C : Invasi ke dalam sistem limfe yang mengalir regional

Lanjut Stdium D : Metastase regional tahap dan penyebaran yang luas dan tidak dapat

dioperasi lagi.

Page 4: ASKEP KANKER KOLOREKTAL

4. Manifestasi Klinik

Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus

tempat kanker berlokasi. Adanya perubahan dalam defekasi, darah feses, konstipasi,

perubahan dalam penampilam feses, tenesmu anemia dan perdarahan rektal merupaka

keluhan yang umum terjadi.

Kanker kolon kanan, dimana isi kolon berupa cairan, cenderung tetap tersamar hingga

stadium lanjut. Sedikit kecenderungan menimbulkan obstruksi, karena lumen usus lebih besar

dan feses masih encer. Anemia kibat perdarahan sering terjadi, dan darah bersifat samar dan

hanya dapat dideteksi dengan tes guaiak (suatu tes sederhana yang apat dilakukan di klinik).

Mucus jarang terlihat karena dalam feses. Pada orang yang kurus, tumor kolon kanan

mungkin dapat teraba, tetapi jarang pada stadium  awal. Penderita mungkin mengalami

perasaan tidak enak pada abdomen, dan kadang-kadang pada epigastrium .

Kanker kolon kiri dan rektum cenderung menyebabkan perubahan defekasi sebagai akibat

iritasi dan respon refleks, diare, nyeri kejang, dan kembung sering terjadi. Karena lesi kolon

kiri cenderung melingkar, sering timbul gangguan obstruksi. Feses dapat kecil dan berbentuk

seperti pita. Baik mucus maupun darah segar sering terlihat pada feses. Dapat terjadi anemia

akibat kehilangan darah kronik.Pertumbuhan pada sigmoid atau rektum dapat mengenai

radiks saraf , pembuluh limfe atau vena, menimbulkan gejala-gejala pada tungkai atau

perineum. Hemoroid, nyeri pinggang bagian bawah, keinginan defekasi atau sering berkemih

dapat timbul sebagai akibat tekanan pada alat-alat tersebut. Gejala yang mungkin dapat

timbul pada lesi rektal adalah evakuasi feses  yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi

an diare bergantian, serta feses berdarah.

5. Pemeriksaan Diagnostik

The American Cacncer Society merekomendasikan pemeriksaan rektal manual setiap

tahun bagi orang dengan usia di atas 40 tahun, sample feses untuk menilai adanya darah setia

Page 5: ASKEP KANKER KOLOREKTAL

tahun setelah usia 50 tahun dan proktosigmoidoskopi setiap 3-5 tahun setelah usia, 50 tahun,

yang mengikuti pemeriksaan dengan dua kali hasil negatif setiap tahunnya. Rekomandisi ini

adalah untuk oran-orang yang asimptomatik, dan evaluasi lebih sering pada individu yang

diketahui mempunyai faktor-faktor resiko yang lebih tinggi. Sebanyak 60% dari kasus kanker

kolorektal dapat diidentifikasi dengan sigmoidoskopi.

6.                  Penatalaksanaan Medis

Pembedahan merupakan tindakan primer pada kira-kira 75% pasien dengan kanker

kolorektal. Pembedahan dapat bersifat kuratif atau palliatif. Kanker yang terbatas pada satu

sisi dapat diangkat dengan kolonoskopi. Kolostomi, laparoskopik dengan polipektomi, suatu

prosedur yang baru dikembangkan untuk meminimalkan luasnya pembedaham pada beberapa

kasus. Laparoskopi digunakan sebagai pedoman dalam membuat keputusan di kolon; massa

tumor kemudian dieksisi. Reseksi usus diindiksikan untuk kebanyakan lesi kelas A dan kelas

B serta lesi C. Pembedahan kadang dianjurkan untuk mengatasi kanker kolon D. Tujuan

pembedahan dalam situasi ini adalah palliatif. Apabila tumor telah menyebar dan mencakup

struktur vital sekitarnya,maka operasi tidak dilakukan.

Tipe pembedahan tergantung pada lokasi dan ukuran tumor. Prosedur pembedahan

pilihan adalah sebagai berikut (Doughty & Jackson, 1993):

~ Reseksi segmental dengan anastomosis

~ Reseksi abdomonoperineal dengan kolostomi sigmoid permanent

~ Kolostomi sementara diikuti dengan reaksi segmental dan anastomosis lanjut dari kolostomi

~ Kolostomi permanent atau ileostomi

Berkenaan dengan teknik perbaikan melalui pembedahan, kolostomi dilakukan pada

kurang dari sepertiga pasien kanker kolorektal. Kolostomi adalah pembuatan lubang tau

(stoma) pada kolon secara bedah. Stoma ini dapat berfungsi sebagai diversi sementara atau

permanenet. Ini memungkinkan drainase atau evakuasi isi kolon keluar tubuh. Konsistensi

Page 6: ASKEP KANKER KOLOREKTAL

drainase dihubungkan dengan penempatan kolostomi, yang ditentukan oleh lokasi tumor dan

luasnya invasi pada jaringan sekitar.

Pengobatan medis untuk kanker paling sering dalam bentuk pendukung atau terapi

anjufan. Terapi anjufan biasanya diberikan selain pengobatan bedah. Pilihan mencakup

kemoterapi, terapi radiasi dan atau imunoterapi. Terapi anjufan standar yang diberikan untuk

pasien dengan kanker kolon kelas C adalah program 5-FU/Levamesole. Pasien dengan kanker

rektal kelas B dan C diberikan 5-FU dan metil CCNU dan dosis tinggi radiasi pelvis.

Page 7: ASKEP KANKER KOLOREKTAL

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan Keperawatan Pasien Kanker Kolorektal

A.                Pengkajian

Riwayat kesehatan diambil untuk mendapatka informasi tentang :

  Perasaan lelah

  Nyeri abdomen atau rektal dan karakternya (lokasi frekuensi, durasi, berhubungan dengan

makan atau defekasi)

  Pola eliminasi terdahulu dan saat ini

  Deskripsi tentang warna, bau dan konsistensi feses, mencakup adanya darah atau mucus

  Riwayat penyakit usus inlflamasi kronik atau polip rektal

  Riwayat keluarga dari penyakit kolorektal dan terapi obat saat ini

Kebiasaan diet (masukan lemak, serat dan konsumsi alkohol) juga riwayat penurunan BB

Pengkajian Objektif Meliputi :

Auskultasi Abdomen terhadap bising usus

 Palpasi abdomen untuk area nyeri tekan, distensi, dan massa padat

 Inspeksi specimen terhadap karakter dan adanya darah

B.                 Dignosa Keperawatan

Berdasarkan semua data pengkajian, diagnosa keperawatan utama yang mencakup adalah

sebagai berikut:

1.  Konstipasi b/d lesi obstruktif

2.  Nyeri b/d kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi

3.  Keletihan b/d anemia dan anoreksia

4.  Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual dan anorksia

5.  Resiko kekurangan volune cairan b/d muntah dan dehidrasi

Page 8: ASKEP KANKER KOLOREKTAL

6.  Ansietas b/d rencana pembedahan dan diagnosis kanker

7.  Kurang pengetahuan mengenai diagnosa, prosedur pembedahan, dan perawatan diri setelah

pulang

8.  Kerusakan integritas kulit b/d insisi bedah (abdominoperineal), prmbrntukkan stoma dan

kontaminasi feka terhadap kulit periostomal

9.  Gangguan citra tubuh b/d kolostomi

C.                Perencanaan dan Implementasi

   ~ Tujuan              

Tujuan utama dapat mencakup eliminasi produksi sisa tubuh yang adekuat, reduksi/

penghilang nyeri, peningkatan toleransi aktivitas, mendapatkan tingkat nutrisi, optimal.

Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, penurunan ansietas, memahami tentang

diagnosis, prosedur pembedahan dan perawatan diri setelah pulang, Mempertahankan

jaringan optimal, perlindungan kulit periostomal yang adekuat, penggalian dan

pengungkapan rasa dan masalah tentang kolostomi dan pengaruhnya pada diri sendiri.

~ Intervensi Keperawatan Praoperatif

1.           Mempertahankan eliminasi

Frekuensi dan konsistensi defekasi dipantau

Laksatif dan enema diberikan sesuai resep

Pasien yang menunjukkan tanda perkembangan ke arah obstruksi total disiapkan untuk

menjalani pembedahan.

2.           Menghilangkan nyeri

Analgesik diberikan sesuai resep

Lingkungan dibuat kondusif untuk relaksasi dengan meredupkan lampu, mematikan TV atau

radio, dan membatasi pengunjung dan telepon bila diinginkan oleh pasien

Page 9: ASKEP KANKER KOLOREKTAL

Tindakan kenyamanan tambahan ditawarkan: perubahan posisi, gosokkan punggung, dan

teknik relaksasi

3.            Meningkatkan toleransi aktivitas

Kaji tingkat toleransi aktivitas pasien

Ubah dan jadwalkan aktivitas untuk memungkinkan periode tirah baring yang adekuat dalam

upaya untuk menurunkan keletihan pasien.

Terapi komponen darah diberikan sesuai resep bila pasien menderita anemis berat

Apabila transfusi darah diberikan, pedoman keamanan umum dan kebijaksanaan institusi

mengenai tindakan pengamanan harus diikuti.

Aktivitas post op di tingkatkan dan toleransi dipantau

4.            Memberikan tindakan nutrisional

Bila kondisi pasien memungkinkan diet tinggi kalori,protein, karbohidrat, serta  rendah residu

diberikan pada pra op selama beberapa hari untuk memberikan nutrisi adekuat dan

meminimalkan kram dan menurunkan peristaltik  berlebih

Diet cair penuh 24 jam pra op, untuk menggantikan penipisan nutrient, vitamin dan mineral.

Penimbangan BB harian dicatat, dan dokter diberitahu bila terdapat penurunan BB pada saat

menerima nutrisi parenteral

5.            Mempertahankan keseimbangan cairan & elekterolit

Catat masukan dan haluaran, mencaup muntah, yang akan menyediakan data akurat tentang

keseimbangan cairan

Batasi masukan makanan oral dan cairan untuk mencegah muntah

Berikan antiemetik sesuai indikasi

Pasang selang nasogatrikkan pada periode pra op untuk mengalirkan akumulasi cairan dan

mencegah distensi abdomen

Page 10: ASKEP KANKER KOLOREKTAL

Pasang kateter indwelling untuk mementau haluaran urin setiap jam. Haluaran kurang dari 30

ml/jam dilaporkan sehingga terapi intravena dapat disesuaikan

Panatau pemberian cairan IV dan elektrolit, teruama kadar serum untuk mendeteksi

hipokalemi dan hiponatremia, yang terjadi akibat kehilangan cairan gastrointestinal

Kaji TTV untuk mendeteksi hipovolemia : takikardi, hipotensi dan penurunan jumlah denyut

Kaji status hidrasi, penurunan turgor kulit, membrane mukosa kering,urine pekat, serta

peningkatan berat jenis urine dilaporkan

6.            Menurunkan ansietas

Kaji tingkat ansietas pasen serta mekanisme koping yang digunakan

Upaya pemberian dukungan, mencakup pemberian privasi bila diinginkan dan

menginstruksikan pasien untuk latihan relaksasi

Luangkan waktu untuk mendengarkan ungkapan, kesedihan atau pertanyaayn yang diajukan

oleh pasien

Atur pertemuan dengan rohaniawan bila pasien meninginkannya, dengan dokter bila pasien

mengharapkan diskusi pengobatan atau prognosis

Penderita stomalain dapat diminta untuk berkunjung bila pasien mengungkapkan minat untuk

berbicara dengan mereka

Untuk meningkatkan kenyamanan pasien, perawat harus mengutamakan relaksasi dan

perilaku empati.

Jawab pertanyaan pasien dengan jujur dan mengunakan bahasa yang mudah dipahami

Setiap informasi dari dokter harus dijelaskan , bila perlu. Kadang-kadang kecemasan

berkurang, bila pasien mengetahui persiapan fisik yang diperlukan selama periode pra op dan

mengethui kemungkinan post dp, beberapa pasien akan lebih senang jika diperbolehkan

untuk melihat hasil pemeriksaan, sementara yang lain memilih untuk tidak mengetahuinya.

7.            Mencegah Infeksi

Page 11: ASKEP KANKER KOLOREKTAL

Berikan antibiotik seperti kanamisin sulfat (Kantrex), eritromisin (Erythromycin) dan

Neomicin sulfat sesuai resep, untuk mengurangu bakteri usus dalam rangka persiapan

pembedahan usus. Peparat diberikan per oral untuk mengurangi kandungan bakteri kolon dan

memuakkan serta menurunkan bulk dari isi kolon.

Selain itu usus juga dapat dibersihkan dengan enema, atau irigasi kolon.

8.            Pendidikan pasien praoperatif

Kaji tingkat kebutuhan pasien tentang diagnosis, prognosis, prosedur bedah, dan tingkat

fungsi yang diinginkan pasca op.

Informasi yang diperlukan pasien tentang persiapan fisik untk pembedahan, penampilan dan

perawatan yang diharapkan dari luka pasca op, teknkik perawatan kolostomi, pembatasan

diet, konrol nyeri, penatalaksanaan obat dimasukkan ke dalam materi penyuluhan.

~ Intervensi Keperawatan Pasca Operatif       

1.         Perawatan Luka

Luka abdomen diperiksa dengan sering dalam 24 jam pertama, untuk meyakinkan  bahwa

luka akan sembuh tanpa komplikasi (infeksi, dehidens, hemoragik, edema berlebihan)

Ganti balutan sesuai kebutuhan unuk mencegah infeksi

Bantu pasien untuk membebat insisi abdomen selama batuk dan napas dalam untuk

mengurangi tegangan pada tepi insisi

Pantau adanya peningkatan TTV yang mengindikasikan adanya proses infeksi

Periksa stoma terhadap edema (edema ringan akibat manipulasi bedah adalah normal), warna

(stoma sehat adalah merah jambu), rabas (rembesan berjumlah sedikit adalah normal), dan

perdarahan (tanda abnormal)

Bersihkan kulit peristoma dengan perlahan serta keringkan untuk mencegah iritasi,, berikan

pelindung kulit sebelum meletakkan kantung drainase.

Page 12: ASKEP KANKER KOLOREKTAL

Apabila malignasi telah diangkat dengan rute perineal, luka diobservasi dengan cermat untuk

tanda hemoragik. Luka dapat mengandung drain atau tampon yang diangkat secara bertahap.

Mungkin terdapat jaringan yang terkelupas selama beberpa minggu. Proses ini juga dipecepat

dengan irigasi mekanis luka atau rendam duduk yang dilakukan dua atau tiga kali sehari

Dokumentasikan kondisi luka perineal, adanya peradarahan, infeksi atau nekrosis.

2.          Citra Tubuh Positif

Dorong pasien untuk mengungkapkanmasalah yang dialami sertamendiskusikan tentang

pembedahan dan stoma (dan bila telah dibuat)

Ajarkan pasien mengenai perawatan kolostomi dan pasien sudah harus

mulaiuntukmemasukkan perawatan stoma dalam kehidupan sehari-hari

Berikan lingkungan yang kondusif bagi pasien serta berikan dukungan dalam meningkatkan

adaptsi pasien terhadap perubahan yang terjadi akibat pembedahan.

Page 13: ASKEP KANKER KOLOREKTAL

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C. & Bare, Brenda G. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &

Suddarth Vol. 2, Edisi 8, EGC, Jakarta, 2002.

Gale, Danielle & Charette, Jane, Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, EGC, Jakarta,

2000.

http/Kanker Kolorektal Welcome to Harna’s World. Com

Price, Sylvia A., & Wilson, Lorraine M., Patofisiologi ; Konsep Klinis Proses–Proses

Penyakit Vol. 1, Edisi 4, EGC, Jakarta, 1995.