askep jiwa bu asminarsih akper pemkab muna

78
Rabu, 27 April 2011 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perawat adalah profesi yang difokuskan pada perawatan individu, keluarga, dan masyarakat sehingga mereka dapat mencapai, mempertahankan, atau memulihkan kesehatan yang optimal dan kualitas hidup dari lahir sampai mati. Bagaimana peran perawat dalam menangani pasien yang sedang menghadapi proses sakaratul maut? Peran perawat sangat konprehensif dalam menangani pasien karena peran perawat adalah membimbing rohani pasien yang merupakan bagian integral dari bentuk pelayanan kesehatan dalam upaya memenuhi kebutuhan biologis-psikologis-sosiologis-spritual (APA, 1992 ), karena pada dasarnya setiap diri manusia terdapat kebutuhan dasar spiritual ( Basic spiritual needs, Dadang Hawari, 1999 ). Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi ketetapan WHO yang menyatakan bahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah satu unsur dari pengertian kesehataan seutuhnya

Upload: operator-warnet-vast-raha

Post on 25-Jun-2015

419 views

Category:

Education


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

Rabu, 27 April 2011

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perawat adalah profesi yang difokuskan pada perawatan

individu, keluarga, dan masyarakat sehingga mereka dapat

mencapai, mempertahankan, atau memulihkan kesehatan yang

optimal dan kualitas hidup dari lahir sampai mati. Bagaimana

peran perawat dalam menangani pasien yang sedang

menghadapi proses sakaratul maut?

Peran perawat sangat konprehensif dalam menangani pasien

karena peran perawat adalah membimbing rohani pasien yang

merupakan bagian integral dari bentuk pelayanan kesehatan

dalam upaya memenuhi kebutuhan biologis-psikologis-

sosiologis-spritual (APA, 1992 ), karena pada dasarnya setiap

diri manusia terdapat kebutuhan dasar spiritual ( Basic spiritual

needs, Dadang Hawari, 1999 ). Pentingnya bimbingan spiritual

dalam kesehatan telah menjadi ketetapan WHO yang

menyatakan bahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah

satu unsur dari pengertian kesehataan seutuhnya (WHO, 1984).

Oleh karena itu dibutuhkan dokter dan terutama perawat untuk

memenuhi kebutuhan spritual pasien. Karena peran perawat

yang konfrehensif tersebut pasien senantiasa mendudukan

perawat dalam tugas mulia mengantarkan pasien diakhir

hayatnya sesuai dengan Sabda Rasulullah yang menyatakan

Page 2: Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

bahwa amalan yang terakhir sangat menentukan, sehingga

perawat dapat bertindak sebagai fasilisator (memfasilitasi) agar

pasien tetap melakukan yang terbaik seoptimal mungkin sesuai

dengan kondisinya. Namun peran spiritual ini sering kali

diabaikan oleh perawat. Padahal aspek spiritual ini sangat

penting terutama untuk pasien terminal yang didiagnose

harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul

maut.

Menurut Dadang Hawari (1977,53) “ orang yang mengalami

penyakit terminal dan menjelang sakaratul maut lebih banyak

mengalami penyakit kejiwaan, krisis spiritual, dan krisis

kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien

menjelang ajal perlu mendapatkan perhatian khusus”. Pasien

terminal biasanya mengalami rasa depresi yang berat,

perasaan marah akibat ketidakberdayaan dan keputusasaan.

Dalam fase akhir kehidupannya ini, pasien tersebut selalu

berada di samping perawat. Oleh karena itu, pemenuhan

kebutuhan spiritual dapat meningkatkan semangat hidup klien

yang didiagnosa harapan sembuhnya tipis dan dapat

mempersiapkan diri pasien untuk menghadapi alam yang

kekal.

B. Tujuan

1. Mendefinisikan bagaimana kondisi seseorang yang

mendekati kematian.

2. Mengetahui konsep teori dari kebutuhan terminal atau

menjelang ajal.

3. Mengkaji dan memaparkan diagnosa dari kebutuhan

terminal.

Page 3: Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

4. Memberi intervensi serta mengevaluasi pada klien yang

menjelang ajal.

C. Rumusan Masalah

1. Latar belakang permasalahan terminal pada klien.

2. Konsep materi tentang kebutuhan terminal pada klien.

3. Diagnosa keperawatan pada pasien terminal.

4. Intervensi masalah.

5. Evaluasi masalah.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Masalah

Menjadi tua adalah proses alamiah yang akan dihadapi oleh

setiap mahluk hidup dan meninggal dengan tenang adalah

Page 4: Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

dambaan setiap insan. Namun sering kali harapan dan

dambaan tersebut tidak tercapai. Dalam masyarakat kita, umur

harapan hidup semakin bertambah dan kematian semakin

banyak disebabkan oleh penyakit-penyakit degeneratif seperti

kanker dan stroke. Pasien dengan penyakit kronis seperti ini

akan melalui suatu proses pengobatan dan perawatan yang

panjang. Jika penyakitnya berlanjut maka suatu saat akan

dicapai stadium terminal yang ditandai dengan oleh kelemahan

umum, penderitaan, ketidak berdayaan, dan akhirnya

kematian.

Sebagin besar kematian di rumah sakit adalah kematian akibat

penyakit kronis dan terjadi perlahan-lahan. Pada umumnya,

dokter dan perawat lebih mudah menghadapi kematian yang

muncul secara perlahan-lahan. Mereka tidak dipersiapkan

dengan baik untuk berhadapan dengan ancaman kematian.

Ditengah keputusasaan, sering kali terdengar ”Kami sudah

melakukan segalanya yang bisa dilakukan........”

Namun kini telah mulai disadari untuk pasien terminal pun

profesi medis masih dapat melakukan banyak hal. Jika upaya

kuratif tidak dimunginkan lagi, masih luas kesempatan untuk

upaya paliatif. Pada stadium lanjut, pasien dengan penyakit

kronis tidak hanya mengalami berbagai masalah fisik seperti

nyeri, sesak nafas, penurunan berat badan, gangguan aktivitas

tetapi juga mengalami gangguan psikososial dan spiritual yang

mempengaruhi kualitas hidup pasien dan keluarganya. Maka

kebutuhan pasien pada stadium lanjut suatu penyakit tidak

hanya pemenuhan/pengobatan gejala fisik, namun juga

pentingnya dukungan terhadap kebutuhan psikologis, sosial

Page 5: Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

dan spiritual yang dilakukan dengan pendekatan interdisiplin

yang dikenal sebagai perawatan paliatif atau palliative care.

Dalam perawatan paliatif maka peran perawat adalah

memberikan Asuhan Keperawatan pada Pasien Terminal untuk

membantu pasien menjalani sisa hidupnya dalam keadaan

seoptimal mungkin.

B. Konsep Materi

a) Pengertian

1. Keadaan Terminal

Adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal sehat tidak

tidak ada harapan lagi bagi si sakit untuk sembuh. Keadaan

sakit itu dapat disebabkan oleh suatu penyakit atau suatu

kecelakaan.

2. Kematian

Adalah suatu pengalaman tersendiri, dimana setiap individu

akan mengalami/menghadapinya seorang diri, sesuatu yang

tidak dapat dihindari, dan merupakan suatu kehilangan.

b) Tahap-tahap Menjelang Ajal

Kubler-Rosa (1969), telah menggambarkan atau membagi

tahap-tahap menjelang ajal (dying) dalam 5 tahap, yaitu:

1. Menolak/Denial

Pada fase ini , pasien/klien tidak siap menerima keadaan yang

sebenarnya terjadi, dan menunjukkan reaksi menolak.

2. Marah/Anger

Kemarahan terjadi karena kondisi klien mengancam

kehidupannya dengan segala hal yang telah diperbuatnya

sehingga menggagalkan cita-citanya.

3. Menawar/bargaining

Page 6: Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

Pada tahap ini kemarahan baisanya mereda dan pasien

malahan dapat menimbulkan kesan sudah dapat menerima apa

yang terjadi dengan dirinya.

4. Kemurungan/Depresi

Selama tahap ini, pasien cen derung untuk tidak banyak bicara

dan mungkin banyak menangis. Ini saatnya bagi perawat untuk

duduk dengan tenang disamping pasien yang sedangan melalui

masa sedihnya sebelum meninggal.

5. Menerima/Pasrah/Acceptance

Pada fase ini terjadi proses penerimaan secara sadar oleh klien

dan keluarga tentang kondisi yang terjadi dan hal-hal yang

akan terjadi yaitu kematian. Fase ini sangat membantu apabila

kien dapat menyatakan reaksi-reaksinya atau rencana-rencana

yang terbaik bagi dirinya menjelang ajal. Misalnya: ingin

bertemu dengan keluarga terdekat, menulis surat wasiat.

c) Tipe-tipe Perjalanan Menjelang Kematian

Ada 4 type dari perjalanan proses kematian, yaitu:

Kematian yang pasti dengan waktu yang diketahui, yaitu

adanya perubahan yang cepat dari fase akut ke kronik.

Kematian yang pasti dengan waktu tidak bisa diketahui,

baisanya terjadi pada kondisi penyakit yang kronik.

Kematian yang belum pasti, kemungkinan sembuh belum

pasti, biasanya terjadi pada pasien dengan operasi radikal

karena adanya kanker.

Kemungkinan mati dan sembuh yang tidak tentu. Terjadi pada

pasien dengan sakit kronik dan telah berjalan lama.

d) Tanda-tanda Klinis Menjelang Kematian

Kehilangan Tonus Otot, ditandai:

Page 7: Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

a. Relaksasi otot muka sehingga dagu menjadi turun.

b. Kesulitan dalam berbicara, proses menelan dan hilangnya

reflek menelan.

c. Penurunan kegiatan traktus gastrointestinal, ditandai:

nausea, muntah, perut kembung, obstipasi, dsbg.

d. Penurunan control spinkter urinari dan rectal.

e. Gerakan tubuh yang terbatas.

Kelambatan dalam Sirkulasi, ditandai:

a. Kemunduran dalam sensasi.

b. Cyanosis pada daerah ekstermitas.

c. Kulit dingin, pertama kali pada daerah kaki, kemudian

tangan, telinga dan hidung.

Perubahan-perubahan dalam tanda-tanda vital

a. Nadi lambat dan lemah.

b. Tekanan darah turun.

c. Pernafasan cepat, cepat dangkal dan tidak teratur.

Gangguan Sensoria.

a. Penglihatan kabur.

b. Gangguan penciuman dan perabaan.

e) Tanda-tanda Klinis Saat Meninggal

1) Pupil mata melebar.

2) Tidak mampu untuk bergerak.

3) Kehilangan reflek.

4) Nadi cepat dan kecil.

5) Pernafasan chyene-stoke dan ngorok.

6) Tekanan darah sangat rendah.

7) Mata dapat tertutup atau agak terbuka.

Page 8: Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

f) Tanda-tanda Meninggal secara klinis

Secara tradisional, tanda-tanda klinis kematian dapat dilihat

melalui perubahan-perubahan nadi, respirasi dan tekanan

darah. Pada tahun 1968, World Medical Assembly, menetapkan

beberapa petunjuk tentang indikasi kematian, yaitu:

a. Tidak ada respon terhadap rangsangan dari luar secara total.

b. Tidak adanya gerak dari otot, khususnya pernafasan.

c. Tidak ada reflek.

d. Gambaran mendatar pada EKG.

g) Macam Tingkat Kesadaran/Pengertian Pasien dan

Keluarganya Terhadap Kematian.

Strause et all (1970), membagi kesadaran ini dalam 3 type:

a. Closed Awareness/Tidak Mengerti

Pada situasi seperti ini, dokter biasanya memilih untuk tidak

memberitahukan tentang diagnosa dan prognosa kepada

pasien dan keluarganya. Tetapi bagi perawat hal ini sangat

menyulitkan karena kontak perawat lebih dekat dan sering

kepada pasien dan keluarganya. Perawat sering kal dihadapkan

dengan pertanyaan-pertanyaan langsung, kapan sembuh,

kapan pulang, dsbg.

b. Matual Pretense/Kesadaran/Pengertian yang Ditutupi.

Pada fase ini memberikan kesempatan kepada pasien untuk

menentukan segala sesuatu yang bersifat pribadi walaupun

merupakan beban yang berat baginya.

c. Open Awareness/Sadar akan keadaan dan Terbuka

Pada situasi ini, klien dan orang-orang disekitarnya mengetahui

akan adanya ajal yang menjelang dan menerima untuk

mendiskusikannya, walaupun dirasakan getir. Keadaan ini

Page 9: Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

memberikan kesempatan kepada pasien untuk berpartisipasi

dalam merencanakan saat-saat akhirnya, tetapi tidak semua

orang dapat melaksanaan hal tersebut.

h) Bantuan yang dapat Diberikan

Bantuan Emosional

1) Pada Fase Denial

Perawat perlu waspada terhadap isyarat pasien dengan denial

dengan cara mananyakan tentang kondisinya atau

prognosisnya dan pasien dapat mengekspresikan perasaan-

perasaannya.

2) Pada Fase Marah

Biasanya pasien akan merasa berdosa telah mengekspresikan

perasaannya yang marah. Perawat perlu membantunya agar

mengerti bahwa masih me rupakan hal yang normal dalam

merespon perasaan kehilangan menjelang kamatian. Akan

lebih baik bila kemarahan ditujukan kepada perawat sebagai

orang yang dapat dipercaya, memberikan ras aman dan akan

menerima kemarahan tersebut, serta meneruskan asuhan

sehingga membantu pasien dalam menumbuhkan rasa aman.

3) Pada Fase Menawar

Pada fase ini perawat perlu mendengarkan segala keluhannya

dan mendorong pasien untuk dapat berbicara karena akan

mengurangi rasa bersalah dan takut yang tidak masuk akal.

4) Pada Fase Depresi

Pada fase ini perawat selalu hadir di dekatnya dan

mendengarkan apa yang dikeluhkan oleh pasien. Akan lebih

baik jika berkomunikasi secara non verbal yaitu duduk dengan

Page 10: Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

tenang disampingnya dan mengamati reaksi-reaksi non verbal

dari pasien sehingga menumbuhkan rasa aman bagi pasien.

5) Pada Fase Penerimaan

Fase ini ditandai pasien dengan perasaan tenang, damai.

Kepada keluarga dan teman-temannya dibutuhkan pengertian

bahwa pasien telah menerima keadaanya dan perlu dilibatkan

seoptimal mungkin dalam program pengobatan dan mampu

untuk menolong dirinya sendiri sebatas kemampuannya.

Bantuan Memenuhi Kebutuhan Fisiologis

1. Kebersihan Diri

Kebersihan dilibatkan unjtuk mampu melakukan kerbersihan

diri sebatas kemampuannya dalam hal kebersihan kulit,

rambut, mulut, badan, dsbg.

2. Mengontrol Rasa Sakit

Beberapa obat untuk mengurangi rasa sakit digunakan pada

klien dengan sakit terminal, seperti morphin, heroin, dsbg.

Pemberian obat ini diberikan sesuai dengan tingkat toleransi

nyeri yang dirasakan klien. Obat-obatan lebih baik diberikan

Intra Vena dibandingkan melalui Intra Muskular/Subcutan,

karena kondisi system sirkulasi sudah menurun.

3. Membebaskan Jalan Nafas

Untuk klien dengan kesadaran penuh, posisi fowler akan lebih

baik dan pengeluaran sekresi lendir perlu dilakukan untuk

membebaskan jalan nafas, sedangkan bagi klien yang tida

sadar, posisi yang baik adalah posisi sim dengan dipasang

drainase dari mulut dan pemberian oksigen.

Page 11: Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

4. Bergerak

Apabila kondisinya memungkinkan, klien dapat dibantu untuk

bergerak, seperti: turun dari tempat tidur, ganti posisi tidur

untuk mencegah decubitus dan dilakukan secara periodik, jika

diperlukan dapat digunakan alat untuk menyokong tubuh klien,

karena tonus otot sudah menurun.

5. Nutrisi

Klien seringkali anorexia, nausea karena adanya penurunan

peristaltik. Dapat diberikan annti ametik untuk mengurangi

nausea dan merangsang nafsu makan serta pemberian

makanan tinggi kalori dan protein serta vitamin. Karena terjadi

tonus otot yang berkurang, terjadi dysphagia, perawat perlu

menguji reflek menelan klien sebelum diberikan makanan,

kalau perlu diberikan makanan cair atau Intra Vena/Invus.

6. Eliminasi

Karena adanya penurunan atau kehilangan tonus otot dapat

terjadi konstipasi, inkontinen urin dan feses. Obat laxant perlu

diberikan untuk mencegah konstipasi. Klien dengan

inkontinensia dapat diberikan urinal, pispot secara teratur atau

dipasang duk yang diganjti setiap saat atau dilakukan

kateterisasi. Harus dijaga kebersihan pada daerah sekitar

perineum, apabila terjadi lecet, harus diberikan salep.

7. Perubahan Sensori

Klien dengan dying, penglihatan menjadi kabur, klien biasanya

menolak/menghadapkan kepala kearah lampu/tempat terang.

Klien masih dapat mendengar, tetapi tidak dapat/mampu

merespon, perawat dan keluarga harus bicara dengan jelas dan

tidak berbisik-bisik.

Page 12: Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

Bantuan Memenuhi Kebutuhan Sosial

Klien dengan dying akan ditempatkan diruang isolasi, dan

untuk memenuhi kebutuhan kontak sosialnya, perawat dapat

melakukan:

a. Menanyakan siapa-siapa saja yang ingin didatangkan untuk

bertemu dengan klien dan didiskusikan dengan keluarganya,

misalnya: teman-teman dekat, atau anggota keluarga lain.

b. Menggali perasaan-perasaan klien sehubungan dengan

sakitnya dan perlu diisolasi.

c. Menjaga penampilan klien pada saat-saat menerima

kunjungan kunjungan teman-teman terdekatnya, yaitu dengan

memberikan klien untuk membersihkan diri dan merapikan diri.

d. Meminta saudara/teman-temannya untuk sering

mengunjungi dan mengajak orang lain dan membawa buku-

buku bacaan bagi klien apabila klien mampu membacanya.

Bantuan Memenuhi Kebutuhan Spiritual

• Menanyakan kepada klien tentang harapan-harapan hidupnya

dan rencana-rencana klien selanjutnya menjelang kematian.

• Menanyakan kepada klien untuk mendatangkan pemuka

agama dalam hal untuk memenuhi kebutuhan spiritual.

• Membantu dan mendorong klien untuk melaksanakan

kebutuhan spiritual sebatas kemampuannya.

C. Asuhan Keperawatan

Tanda-tanda Kematian

1. Dini:

• Pernafasan terhenti , penilaian > 10 menit (inspeksi, palpasi

auskultasi)

Page 13: Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

• Terhentinya sirkulasi, penilaian 15 menit, nadi karotis tidak

teraba.

• Kulit pucat

• Tonus otot menghilang dan relaksasi

• Pembuluh darah retina bersegmentasi beberapa menit pasca

kematian

• Pengeringan kornea yang menimbulkan kekeruhan dalam 10

menit (hilang dengan penyiraman air)

2. Lanjut (Tanda pasti kematian)

• Lebam mayat (livor mortis)

• Kaku mayat (rigor mortis)

• Penurunan suhu tubuh (algor mortis)

• Pembusukan (dekomposisi)

• Adiposera (lilin mayat)

• Mumifikasi

Gejala dan masalah yang sering dijumpai pada berbagai

sistem organ

Sistem Gastrointestinal : Anorexia, konstipasi, mulut kering

dan bau, kandidiasis dan sariawan mulut.

Sistem Genitourinaria : Inkontinensia urin

Sistem Integumen : Kulit kering/pecah-pecah, dekubitus

Sistem Neurologis : Kejang

Perubahan Status Mental : Kecemasan, halusinasi, depresi

Pengkajian

Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan

kondisi terminal, tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan

dan bantuan bagi klien sehingga pada saat-saat terakhir dalam

hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat meninggal dengan

Page 14: Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

tenang dan damai.

Doka (1993) menggambarkan respon terhadap penyakit yang

mengancam hidup kedalam empat fase, yaitu :

1. Fase Prediagnostik : terjadi ketika diketahui ada gejala atau

faktor resiko penyakit.

2. Fase Akut : berpusat pada kondisi krisis. Klien dihadapkan

pada serangkaian keputusasaan, termasuk kondisi medis,

interpersonal, maupun psikologis.

3. Fase Kronis, klien bertempur dengan penyakit dan

pengobatannya.

4. Fase Terminal, dalam kondisi ini kematian bukan lagi hanya

kemungkinan, tetapi pasti terjadi.

Klien dalam kondisi Terminal akan mengalami berbagai

masalah baik fisik, psikologis, maupun social-spiritual.

Gambaran problem yang dihadapi pada kondisi terminal antara

lain :

Problem Oksigenisasi ; respirasi irregular, cepat atau lambat,

pernafasan cheyne stokes, sirkulasi perifer menurun,

perubahan mental; agitasi-gelisah, tekanan darah menurun,

hypoksia, akumulasi secret, nadi ireguler.

Problem Eliminasi; Konstipasi, medikasi atau imobilitas

memperlambat peristaltic, kurang diet serat dan asupan

makanan jugas mempengaruhi konstipasi, inkontinensia fekal

bisa terjadi oleh karena pengobatan atau kondisi penyakit(mis

Ca Colon), retensi urin, inkopntinensia urin terjadi akibat

penurunan kesadaran atau kondisi penyakit mis trauma

medulla spinalis, oliguri terjadi seiring penurunan intake cairan

atau kondisi penyakit mis gagal ginjal.

Page 15: Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

Problem Nutrisi dan Cairan; asupan makanan dan cairan

menurun, peristaltic menurun, distensi abdomen, kehilangan

BB, bibir kering dan pecah-pecah, lidah kering dan

membengkak, mual, muntah, cegukan, dehidrasi terjadi karena

asupan cairan menurun.

Problem suhu; ekstremitas dingin, kedinginan sehingga harus

memakai selimut.

Problem Sensori ; Penglihatan menjadi kabur, refleks berkedip

hilang saat mendekati kematian, menyebabkan kekeringan

pada kornea, Pendengaran menurun, kemampuan

berkonsentrasi menjadi menurun.

penglihatan kabur,pendengaran berkurang, sensasi menurun.

Problem nyeri ; ambang nyeri menurun, pengobatan nyeri

dilakukan secara intra vena, klien harus selalu didampingi

untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan

kenyamanan.

Problem Kulit dan Mobilitas ; seringkali tirah baring lama

menimbulkan masalah pada kulit sehingga pasien terminal

memerlukan perubahan posisi yang sering.

Masalah Psikologis ; klien terminal dan orang terdekat

biasanya mengalami banyak respon emosi, perasaaan marah

dan putus asa seringkali ditunjukan. Problem psikologis lain

yang muncul pada pasien terminal antara lain ketergantungan,

hilang control diri, tidak mampu lagi produktif dalam hidup,

kehilangan harga diri dan harapan, kesenjangan komunikasi /

barrier komunikasi.

Perubahan Sosial-Spiritual ; klien mulai merasa hidup sendiri,

terisolasi akibat kondisi terminal dan menderita penyakit kronis

Page 16: Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

yang lama dapat memaknai kematian sebagai kondisi

peredaan terhadap penderitaan. Sebagian beranggapan bahwa

kematian sebagai jalan menuju kehidupan kekal yang akan

mempersatukannya dengan orang-orang yang dicintai.

Sedangkan yang lain beranggapan takut akan perpisahan,

dikuncilkan, ditelantarkan, kesepian, atau mengalami

penderitaan sepanjang hidup

Faktor-Faktor yang perlu dikaji

1. Faktor Fisik

Pada kondisi terminal atau menjelang ajal klien dihadapkan

pada berbagai masalah pada fisik. Gejala fisik yang ditunjukan

antara lain perubahan pada penglihatan, pendengaran, nutrisi,

cairan, eliminasi, kulit, tanda-tanda vital, mobilisasi, nyeri.

Perawat harus mampu mengenali perubahan fisik yang terjadi

pada klien, klien mungkin mengalami berbagai gejala selama

berbulan-bulansebelum terjadi kematian. Perawat harus respek

terhadap perubahan fisik yang terjadi pada klien terminal

karena hal tersebut menimbulkan ketidaknyamanan dan

penurunan kemampuan klien dalam pemeliharaan diri.

2. Faktor Psikologis

Perubahan Psikologis juga menyertai pasien dalam kondisi

terminal. Perawat harus peka dan mengenali kecemasan yang

terjadi pada pasien terminal, harus bisa mengenali ekspresi

wajah yang ditunjukan apakah sedih, depresi, atau marah.

Problem psikologis lain yang muncul pada pasien terminal

antara lain ketergantungan, kehilangan harga diri dan harapan.

Perawat harus mengenali tahap-tahap menjelang ajal yang

terjadi pada klien terminal.

Page 17: Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

3. Faktor Sosial

Perawat harus mengkaji bagaimana interaksi pasien selama

kondisi terminal, karena pada kondisi ini pasien cenderung

menarik diri, mudah tersinggung, tidak ingin berkomunikasi,

dan sering bertanya tentang kondisi penyakitnya.

Ketidakyakinan dan keputusasaan sering membawa pada

perilaku isolasi. Perawat harus bisa mengenali tanda klien

mengisolasi diri, sehingga klien dapat memberikan dukungan

social bisa dari teman dekat, kerabat/keluarga terdekat untuk

selalu menemani klien.

4. Faktor Spiritual

Perawat harus mengkaji bagaimana keyakinan klien akan

proses kematian, bagaimana sikap pasien menghadapi saat-

saat terakhirnya. Apakah semakin mendekatkan diri pada

Tuhan ataukah semakin berontak akan keadaannya. Perawat

juga harus mengetahui disaat- saat seperti ini apakah pasien

mengharapkan kehadiran tokoh agama untuk menemani

disaat-saat terakhirnya.

Konsep dan Prinsip Etika, Norma, Budaya dalam Pengkajian

Pasien Terminal

Nilai, sikap, keyakinan, dan kebiasaan adalah aspek

cultural/budaya yang mempengaruhi reaksi klien menjelang

ajal. Latar belakang budaya mempengaruhi individu dan

keluarga mengekspresikan berduka dan menghadapi

kematian/menjelang ajal. Perawat tidak boleh menyamaratakan

setiap kondisi pasien terminal berdasarkan etika, norma, dan

budaya, sehingga reaksi menghakimi harus dihindari.

Page 18: Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

Keyakinan spiritual mencakup praktek ibadah, ritual harus

diberi dukungan. Perawat harus mampu memberikan

ketenangan melalui keyakinan-keyakinan spiritual. Perawat

harus sensitive terhadap kebutuhan ritual pasien yang akan

menghadapi kematian, sehingga kebutuhan spiritual klien

menjelang kematian dapat terpenuhi.

Diagnosa Keperawatan

I. Ansietas/ ketakutan individu , keluarga ) yang berhubungan

diperkirakan dengan situasi yang tidak dikenal, sifat dan

kondisi yang tidak dapat diperkirakan takut akan kematian dan

efek negatif pada pada gaya hidup.

II. Berduka yang behubungan dengan penyakit terminal dan

kematian yang dihadapi, penurunan fungsi perubahan konsep

diri dan menarik diri dari orang lain.

III. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan

gangguan kehidupan keluarga,takut akan hasil ( kematian )

dengan lingkungnnya penuh dengan stres ( tempat perawatan )

IV. Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan

perpisahan dari system pendukung keagamaan, kurang pripasi

atau ketidak mampuan diri dalam menghadapi ancaman

kematian.

Intervensi

Diagnosa I

1. Bantu klien untuk mengurangi ansietasnya :

• Berikan kepastian dan kenyamanan.

• Tunjukkan perasaan tentang pemahman dan empti, jangan

menghindari pertanyaan.

Page 19: Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

• Dorong klien untuk mengungkapkan setiap ketakutan

permasalahan yang berhubungan dengan pengobtannya.

• Identifikasi dan dukung mekaniosme koping efektif Klien yang

cemas mempunbyai penyempitan lapang persepsi denagn

penurunan kemampuan untuk belajar. Ansietas cendrung untuk

memperburuk masalah. Menjebak klien pada lingkaran

peningkatan ansietas tegang, emosional dan nyeri fisik.

2. Kaji tingkat ansietas klien : rencanakan pernyuluhan bila

tingkatnya rendah atau sedang Beberapa rasa takut didasari

oleh informasi yang tidak akurat dan dapat dihilangkan denga

memberikan informasi akurat. Klien dengan ansietas berat

atauparah tidak menyerap pelajaran.

3. Dorong keluarga dan teman untuk mengungkapkan

ketakutan-ketakutan mereka Pengungkapan memungkinkan

untuk saling berbagi dan memberiakn kesempatan untuk

memperbaiki konsep yang tidak benar.

4. Berika klien dan keluarga kesempatan dan penguatan koping

positif Menghargai klien untuk koping efektif dapat

menguatkan renson koping positif yang akan datang.

Diagnosa II

1. Berikan kesempatan pada klien da keluarga untuk

mengungkapkan perasaan, didiskusikan kehilangan secara

terbuka, dan gali makna pribadi dari kehilangan.jelaskan bahwa

berduka adalah reaksi yang umum dan sehat Pengetahuan

bahwa tidak ada lagi pengobatan yang dibutuhkan dan bahwa

kematian sedang menanti dapat menyebabkan menimbulkan

perasaan ketidak berdayaan, marah dan kesedihan yang dalam

dan respon berduka yang lainnya. Diskusi terbuka dan jujur

Page 20: Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

dapat membantu klien dan anggota keluarga menerima dan

mengatasi situasi dan respon mereka terhdap situasi tersebut.

2. Berikan dorongan penggunaan strategi koping positif yang

terbukti yang memberikan keberhasilan pada masa lalu Stategi

koping fositif membantu penerimaan dan pemecahan masalah.

3. Berikan dorongan pada klien untuk mengekpresikan atribut

diri yang positif Memfokuskan pada atribut yang positif

meningkatkan penerimaan diri dan penerimaan kematian yang

terjadi.

4. Bantu klien mengatakan dan menerima kematian yang akan

terjadi, jawab semua pertanyaan dengan jujur Proses berduka,

proses berkabung adaptif tidak dapat dimulai sampai kematian

yang akan terjadi di terima.

5. Tingkatkan harapan dengan perawatan penuh perhatian,

menghilangkan ketidak nyamanan dan dukungan Penelitian

menunjukkan bahwa klien sakit terminal paling menghargai

tindakan keperawatan berikut :

a. Membantu berdandan

b. Mendukung fungsi kemandirian

c. Memberikan obat nyeri saat diperlukandan

d. meningkatkan kenyamanan fisik ( skoruka dan bonet 1982 )

Diagnosa III

1. Luangkan waktu bersama keluarga atau orang terdekat klien

dan tunjukkan pengertian yang empati Kontak yang sering dan

me ngkmuikasikan sikap perhatian dan peduli dapat membantu

mengurangi kecemasan dan meningkatkan pembelajaran.

2. Izinkan keluarga klien atau orang terdekat untuk

mengekspresikan perasaan, ketakutan dan kekawatiran. Saling

Page 21: Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

berbagi memungkinkan perawat untuk mengintifikasi

ketakutan dan kekhawatiran kemudian merencanakan

intervensi untuk mengatasinya.

3. Jelaskan lingkungan dan peralatan ICU

Informasi ini dapat membantu mengurangi ansietas yang

berkaitan dengan ketidak takutan.

4. Jelaskan tindakan keperawatan dan kemajuan postoperasi

yang dipikirkan dan berikan informasi spesifik tentang

kemajuan klien.

5. Anjurkan untuk sering berkunjung dan berpartisipasi dalam

tindakan perawan Kunjungan dan partisipasi yang sering dapat

meningakatkan interaksi keluarga berkelanjutan.

6. Konsul dengan atau berikan rujukan kesumber komunitas

dan sumber lainnya Keluarga denagan masalah-masalh seperti

kebutuhan financial , koping yang tidak berhasil atau konflik

yang tidak selesai memerlukan sumber-sumber tambahan

untuk membantu mempertahankankan fungsi keluarga

Diagnosa IV

1. Gali apakah klien menginginkan untuk melaksanakan

praktek atau ritual keagamaan atau spiritual yang diinginkan

bila yang memberi kesemptan pada klien untuk melakukannya

Bagi klien yang mendapatkan nilai tinggi pada do,a atau

praktek spiritual lainnya , praktek ini dapat memberikan arti

dan tujuan dan dapat menjadi sumber kenyamanan dan

kekuatan.

2. Ekspesikan pengertrian dan penerimaan anda tentang

pentingnya keyakinan dan praktik religius atau spiritual klien

Menunjukkan sikap tak menilai dapat membantu mengurangi

Page 22: Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

kesulitan klien dalam mengekspresikan keyakinan dan

prakteknya.

3. Berikan prifasi dan ketenangan untuk ritual spiritual sesuai

kebutuhan klien dapat dilaksanakan Privasi dan ketenangan

memberikan lingkungan yang memudahkan refresi dan

perenungan.

4. Bila anda menginginkan tawarkan untuk berdo,a bersama

klien lainnya atau membaca buku ke agamaan Perawat

meskipun yang tidak menganut agama atau keyakinan yang

sama dengan klien dapat membantu klien memenuhi

kebutuhan spritualnya.

5. Tawarkan untuk menghubungkan pemimpin religius atau

rohaniwan rumah sakit untuk mengatur kunjungan. Jelaskan

ketidak setiaan pelayanan ( kapel dan injil RS ) Tindakan ini

dapat membantu klien mempertahankan ikatan spiritual dan

mempraktikkan ritual yang penting ( Carson 1989 )

Evaluasi

1. Klien merasa nyaman dan mengekpresikan perasaannya

pada perawat.

2. Klien tidak merasa sedih dan siap menerima kenyataan.

3. Klien selalu ingat kepada Allah dan selalu bertawakkal.

4. Klien sadar bahwa setiap apa yang diciptakan Allah SWT

akan kembali kepadanya

BAB III

PENUTUP

Page 23: Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

A. Kesimpulan

Kondisi Terminal adalah suatu keadaan dimana seseorang

mengalami penyakit/sakit yang tidak mempunyai harapan

untuk sembuh sehingga sangat dekat dengan proses kematian.

Respon klien dalam kondisi terminal sangat individual

tergantung kondisi fisik, psikologis, social yang dialami,

sehingga dampak yang ditimbulkan pada tiap individu juga

berbeda. Hal ini mempengaruhi tingkat kebutuhan dasar yang

ditunjukan oleh pasien terminal. Orang yang telah lama hidup

sendiri, terisolasi akibat kondisi terminal dan menderita

penyakit kronis yang lama dapat memaknai kematian sebagai

kondisi peredaan terhadap penderitaan. Atau sebagian

beranggapan bahwa kematian sebagai jalan menuju kehidupan

kekal yang akan mempersatukannya dengan orang-orang yang

dicintai. Sedangkan yang lain beranggapan takut akan

perpisahan, dikuncilkan, ditelantarkan, kesepian, atau

mengalami penderitaan sepanjang hidup.

Seseorang yang menghadapi kematian/kondisi terminal, dia

akan menjalani hidup, merespon terhadap berbagai kejadian

dan orang disekitarnya sampai kematian itu terjadi. Perhatian

utama pasien terminal sering bukan pada kematian itu sendiri

tetapi lebih pada kehilangan kontrol terhadap fungsi tubuh,

pengalaman nyeri yang menyakitkan atau tekanan psikologis

yang diakibatkan ketakutan akan perpisahan, kehilangan orang

yang dicintai.

B. Saran

1. Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan

Page 24: Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

kondisi terminal, tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan

dan bantuan bagi klien sehingga pada saat-saat terakhir dalam

hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat meninggal dengan

tenang dan damai.

2. Ketika merawat klien menjelang ajal/terminal, tanggung

jawab perawat harus mempertimbangkan kebutuhan fisik,

psikologis, dan social yang unik.

3. Perawat harus lebih toleran dan rela meluangkan waktu lebih

banyak dengan klien menjelang ajal, untuk mendengarkan

klien mengekspresikan duka citanya dan untuk

mempertahankan kualitas hidup pasien.

4. Asuhan perawatan klien terminal tidaklah mudah. Perawat

membantu klien untuk meraih kembali martabatnya. Perawat

dapat berbagi penderitaan klien menjelang ajal dan melakukan

intervensi yang dapat meningkatkan kualitas hidup, klien harus

dirawat dengan respek dan perhatian penuh. Dalam melakukan

perawatan keluarga dan orang terdekat klien harus dilibatkan,

bimbingan dan konsultasi tentang perawatan diperlukan.

DAFTAR PUSTAKA

Smith, Sandra F, Smith Donna J with Barbara C Martin. Clinical

Nursing Skills. Basic to Advanced Skills, Fourth Ed, 1996.

Appleton&Lange, USA.

Craven, Ruth F. Fundamentals of nursing : human healt and

Page 25: Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

function.

Kozier, B. (1995). Fundamentals of nursing : Concept Procees

and Practice, Ethics and Values. California : Addison Wesley

http://nurse-smw.blogspot.com/2009/05/asuhan-keperawatan-

pada-pasien-terminal_08.html

http://kikiyogi.blogspot.com/2009/12/terminal-dan-menjelang-

ajal.html

http://keperawatanreligionmentariwardhani.wordpress.com/

Diposkan oleh veloiszt academy di 19:00

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke

Facebook

http://lisaselaluada.blogspot.com/2011/04/asuhan-

keperawatan-pada-pasien-terminal.html

Jumat, 25 Februari 2011

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL

Page 26: Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

TERMINAL

1. Batasan Pasien Terminal

Kondisi Terminal adalah suatu keadaan dimana seseorang

mengalami penyakit / sakit yang tidak mempunyai harapan

untuk sembuh sehingga sangat dekat dengan proses kematian.

Respon klien dalam kondisi terminal sangat individual

tergantung  kondisi fisik, psikologis, social yang dialami,

sehingga dampak yang ditimbulkan pada tiap individu juga

berbeda. Hal ini mempengaruhi tingkat kebutuhan dasar yang

ditunjukan oleh pasien terminal.

Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan

kondisi terminal, tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan

dan bantuan bagi klien sehingga pada saat-saat terakhir dalam

hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat meninggal dengan

tenang dan damai.

Penyakit yang bisa menyebabkan seseorang dalam kondisi

terminal/ mengancam hidup, antara lain :

         Penyakit kronis seperti TBC, Pneumonia, Edema

Pulmonal,Sirosis Hepatis, Penyakit Ginjal Kronis, Gagal Jantung

dan HIpertensi

         Kondisi Keganasan seperti Ca Otak, Ca Paru-paru, Ca

Pankreas, Ca Liver, Leukemia

         Kelainan Syaraf seperti Paralise, Stroke, Hydrocephalus dll

         Keracunan seperti keracunan obat, makanan, zat kimia

         Kecelakaan/Trauma seperti Trauma Kapitis, Trauma Organ

Vital (Paru-Paru atau jantung) ginjal dll.

Page 27: Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

Doka (1993) menggambarkan respon terhadap penyakit yang

mengancam hidup kedalam empat fase, yaitu :

         Fase Prediagnostik terjadi ketika diketahui ada gejala atau

factor resiko penyakit

         Fase Akut; berpusat pada kondisi krisis. Klien dihadapkan

pada serangkaian keputusasaan, termasuk kondisi medis,

interpersonal, maupun psikologis.

         Fase Kronis, klien bertempur dengan penyakit dan

pengobatannya.

         Fase Terminal, dalam kondisi ini kematian bukan lagi

hanya kemungkinan, tetapi pasti terjadi.

Klien dalam kondisi Terminal akan mengalami berbagai

masalah baik fisik, psikologis, maupun social-spiritual.

Gambaran problem yang dihadapi pada kondisi terminal antara

lain :

         Problem Oksigenisasi ; respirasi irregular, cepat atau

lambat, pernafasan cheyne stokes, sirkulasi perifer menurun,

perubahan mental; agitasi-gelisah, tekanan darah menurun,

hypoksia, akumulasi secret, nadi ireguler.

         Problem Eliminasi; Konstipasi, medikasi atau imobilitas

memperlambat peristaltic, kurang diet serat dan asupan

makanan jugas mempengaruhi konstipasi, inkontinensia fekal

bisa terjadi oleh karena pengobatan atau kondisi penyakit(mis

Ca Colon), retensi urin, inkopntinensia urin terjadi akibat

penurunan kesadaran atau kondisi penyakit mis trauma

medulla spinalis, oliguri terjadi seiring penurunan intake cairan

atau kondisi penyakit mis gagal ginjal

Page 28: Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

         Problem Nutrisi dan Cairan; asupan makanan dan cairan

menurun, peristaltic menurun, distensi abdomen, kehilangan

BB, bibir kering dan pecah-pecah, lidah kering dan

membengkak, mual, muntah, cegukan, dehidrasi terjadi karena

asupan cairan menurun

         Problem suhu; ekstremitas dingin, kedinginan sehingga

harus memakai selimut

         Problem Sensori ; Penglihatan menjadi kabur, refleks

berkedip hilang saat mendekati kematian, menyebabkan

kekeringan pada kornea, Pendengaran menurun, kemampuan

berkonsentrasi menjadi menurun.

         penglihatan kabur,pendengaran berkurang, sensasi

menurun.

         Problem nyeri ; ambang nyeri menurun, pengobatan nyeri

dilakukan secara intra vena, klien harus selalu didampingi

untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan kenyamanan

         Problem Kulit dan Mobilitas ; seringkali tirah baring lama

menimbulkan masalah pada kulit sehingga pasien terminal

memerlukan perubahan posisi yang sering.

         Masalah Psikologis ; klien terminal dan orang terdekat

biasanya mengalami banyak respon emosi, perasaaan marah

dan putus asa seringkali ditunjukan. Problem psikologis lain

yang muncul pada pasien terminal antara lain ketergantungan,

hilang control diri, tidak mampu lagi produktif dalam hidup,

kehilangan harga diri dan harapan, kesenjangan komunikasi /

barrier komunikasi.

         Perubahan Sosial-Spiritual, klien mulai merasa hidup

sendiri, terisolasi akibat kondisi terminal dan menderita

Page 29: Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

penyakit kronis yang lama dapat memaknai kematian sebagai

kondisi peredaan terhadap penderitaan. Sebagian beranggapan

bahwa kematian sebagai jalan menuju kehidupan kekal yang

akan mempersatukannya dengan orang-orang yang dicintai.

Sedangkan yang lain beranggapan takut akan perpisahan,

dikuncilkan, ditelantarkan, kesepian, atau mengalami

penderitaan sepanjang hidup

Seseorang yang menghadapi kematian/kondisi terminal, dia

akan menjalani hidup, merespon terhadap berbagai kejadian

dan orang disekitarnya sampai kematian itu terjadi. Perhatian

utama pasien terminal sering bukan pada kematian itu sendiri

tetapi lebih pada kehilangan kontrol terhadap fungsi tubuh,

pengalaman nyeri yang menyakitkan atau tekanan psikologis

yang diakibatkan ketakutan akan perpisahan, kehilangan orang

yang dicintai. Orang yang telah lama hidup sendiri, terisolasi

akibat kondisi terminal dan menderita penyakit kronis yang

lama dapat memaknai kematian sebagai kondisi peredaan

terhadap penderitaan. Atau sebagian beranggapan bahwa

kematian sebagai jalan menuju kehidupan kekal yang akan

mempersatukannya dengan orang-orang yang dicintai.

Sedangkan yang lain beranggapan takut akan perpisahan,

dikuncilkan, ditelantarkan, kesepian, atau mengalami

penderitaan sepanjang hidup.

2. Cara Mengkaji Tingkat Kesadaran

Page 30: Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

Kesadaran adalah status individu tentang keberadaan dirinya

dan hubungan dengan lingkungan sekitarnya.

Menurut Strauss dan Glaser Tahun 1970, Tingkat Kesadaran

dibagi 3 :

         Closed Awarness

         Mutual Pretense

         Open Awarness

Teknik lain untuk mengkaji tingkat kesadaran adalah dengan

metode GCS (Glasgow Coma Scale) .

JENIS PEMERIKSAAN NILAI

Respon motorik ( M )

           Ikut perintah

           Melokalisir nyeri

           Fleksi norma

           Dekortasi

           Deserebrasi

           Tidak ada

6

5

4

3

2

1

Respon Verval ( V )

           Orientasi baik

           Bicara kacau / bingung

           Kata-kata tidak teratur

           Suara tidak jelas

           Tidak ada

5

4

3

2

1

Respon buka mata

 ( Eye Opening E )

           Spontan

           Terhadap suara

           Terhadap nyeri

4

3

2

Page 31: Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

           Tidak ada 1

Skor GCS 14-15 : Compos Mentis/Alert/Sadar Penuh

Skor GCS 11 – 13 : Somnolent

Skor GCS 9 – 11 : Sopor

Skor GCS 3-8 : Koma

3. Faktor-Faktor yang perlu dikaji

a.      Faktor Fisik

Pada kondisi terminal atau menjelang ajal klien dihadapkan

pada berbagai masalah pada fisik. Gejala fisik yang ditunjukan

antara lain perubahan pada penglihatan, pendengaran, nutrisi,

cairan, eliminasi, kulit, tanda-tanda vital, mobilisasi, nyeri.

Perawat harus mampu mengenali perubahan fisik yang terjadi

pada klien, klien mungkin mengalami berbagai gejala selama

berbulan-bulansebelum terjadi kematian. Perawat harus respek

terhadap perubahan fisik yang terjadi pada klien terminal

karena hal tersebut menimbulkan ketidaknyamanan dan

penurunan kemampuan klien dalam pemeliharaan diri.

b.      Faktor Psikologis

Perubahan Psikologis juga menyertai pasien dalam kondisi

terminal. Perawat harus peka dan mengenali kecemasan yang

terjadi pada pasien terminal, harus bisa mengenali ekspresi

wajah yang ditunjukan apakah sedih, depresi, atau marah.

Problem psikologis lain yang muncul pada pasien terminal

antara lain ketergantungan, kehilangan harga diri dan harapan.

Perawat harus mengenali tahap-tahap menjelang ajal yang

terjadi pada klien terminal.

Page 32: Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

Menurut Kubler Ross (1969) seseorang yang menjelang ajal

menunjukan lima tahapan, yaitu :

         Denial (menolak), pada tahap ini individu menyangkal dan

bertindak seperti tidak terjadi sesuatu, dia mengingkari bahwa

dirinya dalam kondisi terminal. Pernyataan seperti ‘ tidak

mungkin, hal ini tidak akan terjadi pada saya, saya tidak akan

mati karena kondisi ini’ umum dilontarkan klien.

         Anger (Marah) individu melawan kondisi terminalnya, dia

dapat bertindak pada seseorang atau lingkungan di sekitarnya.

Tindakan seperti tidak mau minum obat, menolak tindakan

medis, tidak ingin makan, adalah respon yang mungkin

ditunjukan klien dalam kondisi terminal.

         Bargaining (Tawar Menawar), individu berupaya membuat

perjanjian dengan cara yang halus atau jelas untuk mencegah

kematian. Seperti “ Tuhan beri saya kesembuhan, jangan cabut

nyawaku, saya akan berbuat baik dan mengikuti program

pengobatan’.

         Depresion (Depresi), ketika ajal semakin dekat atau kondisi

semakin memburuk klien merasa terlalu sangat kesepian dan

menarik diri. Komunikasi terjadi kesenjangan, klien banyak

berdiam diri dan menyendiri.

         Aceptance(Penerimaan), reaksi fisiologis semakin

memburuk, klien mulai menyerah dan pasrah pada keadaan

atau putus asa.

Peran perawat adalah mengamati perilaku pasien terminal,

mengenali pengaruh kondisi terminal terhadap perilaku, dan

memberikan dukungan yang empatik.

c.      Faktor Sosial

Page 33: Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

Perawat harus mengkaji bagaimana interaksi pasien selama

kondisi terminal, karena pada kondisi ini pasien cenderung

menarik diri, mudah tersinggung, tidak ingin berkomunikasi,

dan sering bertanya tentang kondisi penyakitnya.

Ketidakyakinan dan keputusasaan sering membawa pada

perilaku isolasi. Perawat harus bisa mengenali tanda klien

mengisolasi diri, sehingga klien dapat memberikan dukungan

social bisa dari teman dekat, kerabat/keluarga terdekat untuk

selalu menemani klien.

d.      Faktor Spiritual

Perawat harus mengkaji bagaimana keyakinan klien akan

proses kematian, bagaimana sikap pasien menghadapi saat-

saat terakhirnya. Apakah semakin mendekatkan diri pada

Tuhan ataukah semakin berontak akan keadaannya. Perawat

juga harus mengetahui disaat- saat seperti ini apakah pasien

mengharapkan kehadiran tokoh agama untuk menemani

disaat-saat terakhirnya.

4. Konsep dan Prinsip Etika, Norma, Budaya

dalam Pengkajian Pasien Terminal

Nilai, sikap, keyakinan, dan kebiasaan adalah aspek

cultural/budaya yang mempengaruhi reaksi klien menjelang

ajal. Latar belakang budaya mempengaruhi individu dan

keluarga mengekspresikan berduka dan menghadapi

kematian/menjelang ajal. Perawat tidak boleh menyamaratakan

setiap kondisi pasien terminal berdasarkan etika, norma, dan

budaya,  sehingga reaksi menghakimi harus dihindari.

Page 34: Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

Keyakinan spiritual mencakup praktek ibadah, ritual harus

diberi dukungan. Perawat harus mampu memberikan

ketenangan melalui keyakinan-keyakinan spiritual. Perawat

harus sensitive terhadap kebutuhan ritual pasien yang akan

menghadapi kematian, sehingga kebutuhan spiritual klien

menjelang kematian dapat terpenuhi.

B. RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN PADA PASIEN

TERMINAL

1. Jenis Diagnosa Keperawatan

Perawat mengumpulkan data-data senjang untuk membuat

diagnosa keperawatan klien pada kondisi terminal.

Mengelompokan perubahan/ masalah fisik, psikologis, social,

spiritual klien dan keluarganya kedalam kelompok actual atau

potensial.

Perawat harus mengidentifikasi batasan/karakteristik yang

membentuk dasar untuk kelompok diagnosa yang actual atau

potensial.

2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul

pada pasien terminal

Klien menjelang ajal / kondisi terminal membutuhkan

pertimbangan khusus ketika diagnosa keperawatn ditegakkan.

Klien yang sakit terminal menyebabkan berbagai perubahan

kondisi seperti perubahan citra tubuh, cacat fisik atau

perubahan konsep diri. Sejalan dengan memburuknya kondisi

klien perawat membuat diagnos yang relevan dengan

Page 35: Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

kebutuhan dasar seperti perubahan rasa nyaman, perubahan

eliminasi, pernafasan tidak efektif, perubahan sensoris dan

sebagainya. Berbagai kondisi tersebut bisa dituangkan dalam

bentuk diagnosa actual atu potensial.

Karena sifat dan tingkat keparahan kondisi terminal, data

pengkajian fisik harus  dikumpulkan dengan sering dan dapat

digunakan untuk memvalidasi diagnosa.

Contoh diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada

kondisi terminal antara lain :

         Nutrisi tidak terpenuhi berhubungan dengan intake/asupan

tidak adekuat

         Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan

akumulasi secret

         Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan peningkatan

suhu tubuh

         Konstipasi berhubungan dengan immobilisasi

         Potensial terjadi kecelakaan fisik berhubungan dengan

kelemahan

         Gangguan konsep diri  berhubungan dengan

ketidakmampuan pasien menerima keadaannya

         Cemas berhubungan dengan ketidakmampuan klien

mengungkapkan perasaannya dalam menghadapi kematian

         Depresi berhubungan dengan ketidaksiapan menghadapi

kematian

C. PERENCANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN TERMINAL

Page 36: Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

1. Prinsip Rencana Keperawatan pada pasien

terminal

Ketika merawat klien menjelang ajal/terminal, tanggung jawab

perawat harus mempertimbangkan kebutuhan fisik, psikologis,

dan social yang unik. Perawat harus lebih toleran dan rela

meluangkan waktu  lebih banyak dengan klien menjelang ajal,

untuk mendengarkan klien mengekspresikan duka citanya dan

untuk mempertahankan kualitas hidup pasien.

Tujuan merawat klien terminal adalah sebagai berikut :

         Mencapai kembali dan mempertahankan kenyamanan fisik

         Mempertahankan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari

         Mempertahankan harapan

         Mencapai kenyamanan spiritual

         Menghindarkan / mengurangi rasa kesepian, takut, depresi

dan isolasi

         Mempertahankan rasa aman, harkat , dan rasa berguna

         Membantu klien menerima kehilangan

2. Intervensi Keperawatan pada pasien terminal

Menurut Rando (1984), ada tiga kebutuhan utama klien

terminal yaitu pengendalian nyeri, pemulihan jati diri dan

makna diri, dan cinta serta afeksi.

Kehadiran perawat harus bisa memberikan ketenangan dan

menurunkan ansietas, perawat dapat mendukung harga diri

klien dengan menanyakan tentang pilihan perawatan yang

diinginkan. Perawat mendorong keluarga untuk berpartisipasi

dalam pembuatan keputusan klien dan keputusan bersama. Hal

Page 37: Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

ini membantu menyiapkan keluarga ketika klien sudah tidak

mampu membuat pilihan.

Setiap klien dan keluarga harus ditangani secara unik dengan

mengenali kebutuhan, rasa takut, cita-cita, dan kekhawatiran

mereka akan perubahan perjalanan penyakit. Klien terminal

mungkin mengkhawatirkan situasi dan dukacita dari orang

yang ditinggalkan. Selain membutuhkan bantuan dengan

masalah yang berhubungan dengan penyakit dan stress

emosional yang ditimbulkan, klien juga membutuhkan bantuan

dalam masalah financial, perubahan hubungan social dan

seksual dan kesulitan dalam menghadapi rumah sakit. Perawat

bisa menggunakan pendekatan interdisiplin ilmu untuk

mengatasi masalah praktis pada pasien terminal.

D. PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA

PASIEN TERMINAL

1. Konsep Bimbingan dan Konseling pada Pasien

Terminal

Asuhan perawatan klien terminal tidaklah mudah. Perawat

membantu klien untuk meraih kembali martabatnya. Perawat

dapat berbagi penderitaan klien menjelang ajal dan melakukan

intervensi yang dapat meningkatkan kualitas hidup, klien harus

dirawat dengan respek dan perhatian penuh.  Dalam

melakukan perawatan keluarga dan orang terdekat klien harus

dilibatkan, bimbingan dan konsultasi tentang perawatan

diperlukan.

Page 38: Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

Pokok – pokok  dalam memberikan bimbingan dan konseling

dalam perawatan pasien terminal terdiri dari :

a.      Peningkatan Kenyamanan.

Kenyamanan bagi klien menjelang ajal termasuk pengenalan

dan peredaan distress psikobiologis. Perawat harus

memberikan bimbingan kepada keluarga tentang tindakan

penenangan bagi klien sakit terminal. Kontrol nyeri terutama

penting karena mengganggu tidur, nafsu makan, mobilitas, dan

fungsi psikologis. Ketakutan terhadap nyeri umum terjadi pada

klien kanker. Pemberian kenyamanan bagi klien terminal juga

mencakup pengendalian gejala penyakit dan pemberian terapi.

Klien mungkin akan bergantung pada  perawat dan

keluarganya untuk pemenuhan kebutuhan dasarnya, sehingga

perawat bisa memberikan bimbingan dan konseling bagi

keluarga tentang bagaimana cara memberikan kenyamanan

pada klien.

b.      Pemeliharan Kemandirian

Tempat perawatan yang tepat untuk pasien terminal adalah

perawatan intensif, pilihan lain adalah perawatan hospice yang

memungkinkan perawatan komprehensif di rumah. Perawat

harus memberikan informasi tentang pilihan ini kepada

keluarga dank lien. Sebagian besar klien terminal ingin mandiri

dalam melakukan aktivitasnya. Mengizinkan pasien untuk

melakukan tugas sederhana seperti mandi, makan, membaca,

akan meningkatkan martabat klien. Perawat tidak boleh

memaksakan partisipasi klien terutama jika ketidakmampuan

secara fisik membuat partisipasi tersebut menjadi sulit.

Page 39: Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

Perawat bisa memberikan dorongan kepada keluarga untuk

membiarkan klien membuat keputusan.

c.      Pencegahan Kesepian dan Isolasi

Perawat membutuhkan kesabaran dan pengalaman untuk

merespon secara efektif terhadap klien menjelang ajal. Untuk

mencegah kesepian dan penyimpangan sensori, perawat

mengintervensi untuk meningkatkan kualitas lingkungan.

Lingkungan harus diberi pencahayaan yang baik, keterlibatan

anggota keluarga, teman dekat dapat mencegah kesepian.

Keluarga atau penjenguk harus diperbolehkan bersama klien

menjelang ajal sepanjang waktu. Perawat memberikan

bimbingan kepada keluarga untuk tetap/ selalu bersama klien

menjelang ajal, terutama saat-saat terkhir hidupnya.

d.      Peningkatan Ketenangan Spiritual

Peningkatan ketenangan spiritual mempunyai arti lebih besar

dari sekedar meminta rohaniawan. Ketika kematian mendekat,

Klien sering mencari ketenangan. Perawat dan keluarga dapat

membantu klien mengekspresikan nilai dan keyakinannya.

Klien menjelang ajal mungkin mencari untuk menemukan

tujuan dan makna hidup sebelum menyerahkan diri kepada

kematian. Klien mungkin minta pengampunan baik dari yang

maha kuasa atau dari anggota keluarga. Selain kebutuhan

spiritual ada juga harapn dan cinta, cinta dapat diekspresikan

dengan baik melalui perawatan yang tulus dan penuh simpati

dari perawat dan keluarga.

Perawat   dan keluarga memberikan ketenangan spiritual

dengan menggunakan ketrampilan komunikasi, empati, berdoa

dengan klien, membaca kitab suci, atau mendengarkan musik.

Page 40: Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

e.      Dukungan untuk keluarga yang berduka

Anggota keluarga harus didukung melewati waktu menjelang

ajal dan kematian dari orang yang mereka cintai. Semua

tindakan medis, peralatan yang digunakan pada klien harus

diberikan penjelasan, seperti alat Bantu nafas atau pacu

jantung. Kemungkinan yang terjadi selama fase kritis pasien

terminal harus dijelaskan pada keluarga.

2. Prosedur Bimbingan dan Konseling pada pasien

terminal

Dalam memberikan bimbingan dan konseling kepada pasien

terminal atau keluarganya, harus ditetapkan tujuan bersama.

Hal ini menjadi dasar untuk evaluasi  tindakan perawatan.

Bimbingan yang diberikan harus berfokus pada peningkatan

kenyamanan dan perbaikan sisa kualitas hidup, hal ini berarti

memberikan bimbingan pada aspek perbaikan fisik, psikologis,

social dan spiritual.

E. PELAKSANAAN PERAWATAN LANJUTAN DI RUMAH

1. Batasan Perawatan Lanjut di Rumah

Penyakit terminal menempatan tuntutan yang besar pada

sumber social dan financial. Keluarga mungkin takut

berkomunikasi dengan klien, banyak hal sulit yang dialami

keluarga untuk mengatasi kondisi anggota keluarganya yang

terminal. Hal ini mencakup lamanya periode menjelang ajal,

Page 41: Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

gejala yang sulit dikontrol, penampilan dan bau yang tidak

menyenangkan, sumber koping yang terbatas, dan buruknya

hubungan dengan pemberi perawatan. Alternatif perawatan

bisa dilaksanakan di rumah, dikenal dengan Perawatan

Hospice.

Perawatan Hospice adalah program perawatan yang berpusat

pada keluarga yang dirancang untuk membantu klien terminal

dapat hidup nyaman dan mempertahankan gaya hidup

senormal mungkin sepanjang proses menjelang ajal. Sebagian

besar klien dalam program hospice mempunyai waktu hidup 6

bulan atau kurang. Program ini dimulai di Irlandia tahun 1879,

yang kemudian di Inggris, amerika, dan Canada pada tahun

1970-an.

Komponen Perawatan Hospice yaitu:

o        Perawatan di rumah yang terkoordinasi dengan pelayanan

rawat jalan dibawah administrasi rumah sakit

o        Control gejala (fisik,fisiologis, sosio-spiritual)

o        Pelayanan yang diarahkan dokter.

o        Ketentuan tim perawatan interdisiplin ilmu yang terdiri dari

dokter, perwat, rohaniawan, pekerja sosial, dan konselor.

o        Pelayanan medis dan keperawatan tersedia sepanjang

waktu.

o        Klien dan keluarga sebagai unit perawatan.

o        Tindak lanjut kehilangan karena kematian setelah

keamatian klien.

o        Penggunaan tenaga sukarela terlatih sebagai bagian dari

tim.

Page 42: Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

o        Penerimaan kedalam program didasarkan pada kebutuhan

perawatan kesehatan ketimbang pada kemampuan untuk

membayar.

Program hospice menekankan pengobatan paliatif yang

mengotrol gejala ketimbang pengobatan penyakit. Klien dan

keluarga berpartisipasi dalam perawatan .perawatan klien

dikoordinasikan antara lingkungan rumah dan klien. Upaya

diarahkan untuk tetap merawat klien dirumah selama mungkin.

Keluarga menjadi pemberi perawatan primer, pemberian

medikasi dan pengobatan, tim interdisiplin memberikan

sumber psikologis dan fisik yang diperlukan untuk mendukung

keluarga.

2. Sistem Rujukan

Dalam pelayanan rujukan, rujukan pasien harus dibuat oleh

penanggung jawab perawatan. Diluar negeri Registered nurses

(RN), mempunyai kewenangan untuk merujuk pasien ke system

pelayanan yang lebih tinggi lagi. Dalam perawatan pasien di

rumah, system rujukan bisa dibuat, dimana perawatan klien

oleh perawat home care dibawah yurisdiksi Registered nurses

(RN). RN membuat delegasi tugas-tugas perawatan yang harus

dilaksanakan oleh perawat pelaksana yang telah mempunyai

izin (lisenced) dari lembaga berwenang.

Prinsip Delegasi/Rujukan  :

o        Perawat pelaksana secara hukum bertanggung jawab

langsung untuk merawat klien

Page 43: Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

o        Perawat pelaksana bertanggung jawab untuk merujuk

pasien, mengevaluasi asuhan yang diberikan, bimbingan dan

konseling pasien terminal

o        Pemberian terapi intravena tergantung peraturan

pemerintah setempat, ada yang memberi kewenangan untuk

melakukan terapi intravena oleh pelaksana perawat, ada juga

yang tidak.

o        Lembaga berwenang (Rumah sakit, binas kesehatan)

memberi kan izin pada perawat pelaksana untuk merawat dan

membuat rujukan berdasarkan standar asuhan keperawatan.

3. Langkah Perawatan Lanjut di Rumah

Perawatan lanjut di rumah ditujukan untuk memberikan

perawatan fisik berupa perawatan kebersihan diri, perawatan

kulit, ambulasi, laithan dan mobilisasi, berpakaian, kemampuan

eliminasi dan lainnya. Perawatan harus memberikan

kebersihan, keamanan, kenyamanan dan lingkungan yang

tenang. Inti perawatan harus bisa memberikan kenyamanan

bagi klien, peningkatan kemandirian, Pencegahan Kesepian dan

Isolasi, peningkatan ketenagan spiritual.

F. DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN TERMINAL

1. Tujuan Dokumentasi Askep pada Pasien

Terminal

Page 44: Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

Bentuk dokumentasi pasien terminal di tiap rumah sakit sangat

variatif. Modiifikasi yang dikembangkan berbeda-beda, namun

secara garis besar tujuan dokumentasi adalah :

a.      memberi informasi perawatan seperti fakta, gambaran, hasil

observasi kesehatan klien ke tim kesehatan lainnya.

b.      Menunjukan penampilan kerja perawat dalam merawat klien

yang lebih spesifik

c.      Merupakan catatan mutlak atau dokumen legal yang

digunakan sebagai referensi kesehatan klien.

2. Prinsip Aspek Legal dan Etik

Pada prinsipnya semua catatan kesehatan klien adalah

dokumen legal. Dalam tinjauan legal-etik, bentuk perawatan

yang diberikan tetapi tidak dicatat sama saja dengan tidak

memberikan perawatan. Oleh karena itu penting untuk

mencatat semua tindakan yang telah diberikan. Yang legal

adalah tindakan yang terdokumentasikan.

3. Teknik Pendokumentasian

Pendokumentasian atau Charting di tiap rumah sakit berbeda,

terdapat 3 teknik pendokumentasian, yaitu :

a.      berorientasi pada sumber (Source Oriented), informasi

kesehatan pasien didokumentasikan berdasarkan sumber tim

kesehatan yang membuat. Contoh ada 3 dokumentasi terpisah

yaitu catatan kesehatan yang dibuat oleh dokter, perawat, atau

fisioterapi. Kekurangannya adalah untuk mengetahui gambaran

Page 45: Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

lengkap/utuh dari pasien, seseorang harus membaca secara

terpisah tiap lembar dokumentasi klien dari tiap sumber. Hal ini

tentu akan menghabiskan waktu, jenis dokumentasi biasanya

dalam bentuk narasi.

b.      Berorientasi pada Masalah (Problem –based Oriented),

pendokumentasian berdasarkan masalah yang ditemukan pada

klien. Semua masalah actual maupun potensial dibuat

catatannya. Semua tim kesehatan mendokumentasikan pada

lembar yang sama. Keuntungannya semua gambaran

kesehatan klien dapat mudah dibaca.

c.      Teknik komputerisasi (Computer Assisted Oriented), secara

konstan dari berbgai sumber bisa dilihat informasi terkini

perkembangan kesehatan klien. Data perkembangan

kesehatan klien dituangkan dalam format DAR (Data, Action,

Responses).

4. Berpikir Kritis dalam pendokumentasian data

Dalam pendokumentasian perawat harus berpikir kritis, hal-hal

apa saja yang penting didokumentasikan untuk pasien

terminal. Hal penting yang harus dicatat adalah :

o        Perawat harus memperhatikan gejala fisik klien yang

menyebabkan ketidaknyamanan

o        Perawat harus mengenali tahapan menjelang ajal

o        Perawat memberikan dukungan system / lingkungan bagi

klien menjelang ajal/terminal

o        Perawat dapat peka dan mampu menganalisa hal yang

membuat pasien terminal merasa nyaman atau tidak nyaman

Page 46: Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

o        Perawat melihat penerimaan keluarga dan interaksi dengan

pasien terminal

G. BUKU SUMBER

Smith, Sandra F, Smith Donna J with Barbara C Martin. Clinical

Nursing Skills. Basic to Advanced Skills, Fourth Ed, 1996.

Appleton&Lange, USA.

Craven, Ruth F. Fundamentals of nursing : human healt and

function.

Kozier, B. (1995). Fundamentals of nursing : Concept Procees

and Practice, Ethics and Values. California : Addison Wesley

Potter, P (1998). Fundamental of Nursing. Philadelphia :

Lippincott.

Atkinson, Leslie D. Fundamentals of Nursing. A Nursing Process

Approach.

Diposkan oleh lukmanulhakim di 01:22

Label: asuhan keperawatan_Nursing care

http://lukmanulhakim-amk.blogspot.com/2011/02/asuhan-

keperawatan-pada-pasien-terminal.html

Page 47: Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

  PENGERTIAN PENYAKIT KRITIS DAN TERMINAL

Kritis

Suatu keadaan penyakit kritis dimana memungkinkan sekali

klien meninggal.

Contoh : Gangguan kesadaran (coma meninggal)

Keadaan hamper meninggal/sakaratul maut

Ca.Stadium lanjut

Terminal

Keadaan penyakit terminal merupakan kondisi penyakit yang

berat dan tidak dapat disembuhkan lagi.

B.     RESPON KLIEN TERHADAP PENYAKIT KRITIS DAN

TERMINAL

Page 48: Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

Penyakit kronik dan keadaan terminal dapat menimbulkan

respon BIO-PSIKO-SOSIAL-SPIRITUAL ini akan meliputi respon

kehilangan.

1.      Kehilangan Kesehatan

Klien merasa takut, cemas dan pandangan tidak realistis,

aktifitasnya terbatas.

2.      Kehilangan Kemandirian

Ditunjukkan melalui berbagai perilaku, bersifat kekanak-

kanakan, ketergantungan.

3.      Kehilangan Situasi

Klien merasa kehilangan situasi yang dinikmati sehari-hari

bersama keluarga / kelompoknya.

4.      Kehilangan Rasa Nyaman

Gangguan rasa nyaman muncul sebagai akibat gangguan

fungsi tubuh seperti : panas, nyeri, dll.

5.      Kehilangan Fungsi Fisik

Contoh : klien gagal ginjal harus dibantu melalui haoinodialisa.

6.      Kehilangan Fungsi Mental

Klien mengalami kecemasan dan depresi, tidak dapat

berkonsentrasi dan berfikir efisiek sehingga klien tidak dapat

berfikir secara rasional.

7.      Kehilangan Konsep Diri

Klien dengan penyakit kronik merasa dirinya berubah

mencakup bentuk dan fungsi tubuh sehingga klien tidak dapat

berfikir secara rasional (body image) peran serta identitasnya.

Hal ini akan mempengaruhi idealism diri dan harga diri menjadi

rendah.

8.      kehilangan peran dalam kelompok dan keluarga

Page 49: Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

C.    PSIKODINAMIKA PENYAKIT KRITIS DAN TERMINAL

1.      DINAMIKA INDIVIDU

a.       PROTES DAN PENGINGKARAN

Pada fase ini klien mengekspresikan rasa tidak percaya pada

kenyataan.

“mengapa kejadian ini menimpa saya?”

Pada fase ini terjadi proses perubahan konsep diri, ini terjadi

selama kondisi klien dalam keadaan stress tetapi Setelah

keadaan ini berlalu klien mulai masuk kedalam fase berikutnya.

b.      DEPRESI CEMAS DAN MARAH

Pada fase ini emosi klien mulai meningkat. Depresi, cemas dan

marah muncul

Kerika klien tidak mampu mengatasi masalahnya dan merasa

tidak berdaya.

“bagaimana mengatasi masalah ini?”

Manifestasi depresi ; sedih, kadang-kadang menangis, bingung

ketergantungan, tidak dapat mengambil keputusan, tidak

punya harapan.

Kecemasan yang dialami pasien dialihkan menjadi kemarahan

yang diproyeksikan pada diri sendiri, keluarga dan petugas.

c.       PELEPASAN DAN REINVESTASI

Klien mulai mengidentifikasi peningkatan keadaan cemas,

depresi dan perasaan marahnya. Klien mulai mengumpulkan

kekuatan yang dimiliki untuk mengurangi respon yang

memperberat keadaan stress, apabila penyakit ini terjadi

progressif fase ini akan berlangsung siklik. Disini klien mulai

Page 50: Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

ada kerja sama. Klien mulai melepaskan dari obyek yang

hilang, mulai membina hubungan dan penyesuaian diri

terhadap realita.

2.      DINAMIKA KELUARGA

Respon keluarga bersama dengan respon emosi klien ;

pengingkaran, marah, cemas dan depresi.

3.      DINAMIKA LINGKUNGAN

Dengan kesadaran bervariasi menimbulkan dinamika bagi klien

STIGMA SOSIAL ketidakmampuan melakukan aktivitas sosial

perubahan peran dalam kelompok sosial merupakan hambatan

dalam melaksanakan fungsi sosial secara normal.

RESPON PERAWAT

Dalam memberikan asuhan keperawatan perawat harus

menunjukkan sikap professional dan tulus dengan pendekatan

yang baik pada saat pasien mengalami fase pengingkaran

perawat harus dapat menghadirkan fakta.

ANALISA DIRI PERAWAT

Kesadaran diri yang kuat dan perilaku yang ideal diperlukan

perawat dalam terapi.

Contoh :

Bagaimana perasaan saya pada saat melihat orang mengalami

kesulitan.

Bagaimana perasaan saya tentang penyakit klien dalam

keadaan kritis.

Apakah keyakinan saya tentang penyakit kronik sama/berbeda

dengan klien/keluarga.

Page 51: Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

D.    ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

PENYAKIT KRITIS DAN TERMINAL

1.      PENGKAJIAN

a.       PENGKAJIAN TERHADAP KLIEN

Perlu dikaji bagaimana upaya klien dalam mengatasi

kehilangan dan perubahan yang terjadi.

Hal-hal yang perlu dikaji antara lain :

1)    Respon emosi klien terahadap diagnosa

2)    Kemampuan mengekspresikan perasaan sedih terhadap

situasi

3)    Upaya klien dalam mengatasi situasi

4)    Kemampuan dalam mengambil dan memilik pengobatan

5)    Persepsi dan harapan klien

6)    Kemampuan mengingat masa lalu.

b.      PENGKAJIAN KELUARGA

Perawat perlu mengetahui persepsi keluarga terhadap penyakit

klien dan sejauh mana pengaruhnya terhadap keluarga,

kelebihan dan kekurangan yang memerlukan dukungan dan

intervensi.

Hal-hal yang perlu dikaji antara lain :

1)      Respon keluarga terhadap klien

2)      Ekspresi emosi keluarga dan toleransinya.

3)      Kemampuan dan kekuatan keluarga yang diketahui

4)      Kapasitas dan sistem pendukung yang ada.

5)      Pengertian oleh pasangan sehubungan dengan gangguan

fungsional

6)      Proses pengambilan keputusan

Page 52: Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

7)      Identifdikasi keluarga terhadap perasaan sedih akibat

kehilangan dan perubahan yang terjadi.

c.       PENGKAJIAN LINGKUNGAN

Sumberdaya yang ada.

Stigma masyarakat terhadap keadaan normal dan penyakit

Kesediaan untuk membantu memenuhi kebutuhan

Ketersediaan fasilitas partisipasi dalam asuhan keperawatan

kesempatan kerja.

2.      DIAGNOSA KEPERAWATAN

a.       Respon pengingkaran yang tidak kuat berhubungan dengan

kehilangan dan perubahan.

b.      Kecemasan yang meningkat berhubungan dengan

ketidakmampuan mengekspresikan perasaan.

c.       Gangguan berhubungan (menarik diri) berhubungan

dengan ketidakmampuan melakukan aktivitas hidup sehari-hari

(ADL)

d.      Gangguan body image berhubungan dengan dampak

penyakit yang dialami

e.       Resiko tinggi terjadinya gangguan identitas berhubungan

dengan adanya hambatan dalam fungsi seksual.

3.      PERENCANAAN

TUJUAN

a.       Klien dapat mengidentifikasi respon pengingkaran terhadap

kenyataan.

b.      Klien dapat mengidentifikasi perasaan cemas

c.       Klien mau membina hhubungan dengan keluarga dan

petugas

d.      Klien dapat menerima realitas/keadaan dirinya saat ini.

Page 53: Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

e.       Klien tidak mengalami gangguan fungsi seksual.

INTERVENSI TERHADAP KLIEN

a.       Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan

perasaan cemas, marah, frustasi dan depresi.

b.      Bantu klien untuk menggunakan koping yang konstruktif

c.       Berikan informasi secara benar dan jujur

d.      Bantu klien untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan

e.       Beri penjelasan mengenai perubahan fungsi seksual yang

dialami terhadap penyakitnya.

f.       Ciptakan lingkungan yang mendukung penyembuhan.

INTERVENSI TERHADAP KELUARGA

a.       Bantu keluarga untuk mengidentifikasi kekuatannya.

b.      Beri informasi tentang klien kepada keluarga secara jelas

c.       Bantu keluarga untuk mengenali kebutuhan

d.      Berikan motivasi pada keluarga untuk memberikan

perhatian kepada klien

e.       Tingkatkan harapan keluarga terhadap keadaan klien

f.       Optimalkan sumber daya yang ada

g.      Beri informasi tentang penyakit ynag jelas

h.      Beri motivasi pada lingkungan untuk membantu klien dalam

proses penyembuhan

i.        Upayakan fasilitas kesehatan yang memadai sesuai

Read more: http://texbuk.blogspot.com/2011/06/asuhan-

keperawatan-klien-penyakit.html#ixzz1xxEmAJC7

Page 54: Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

http://texbuk.bsplogot.com/2011/06/asuhan-keperawatan-klien-

penyakit.html

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terminal

Pendahuluan

Menjadi tua adalah proses alamiah yang akan dihadapi oleh

setiap mahluk hidup dan meninggal dengan tenang adalah

dambaan setiap insan. Namun sering kali harapan dan

dambaan tersebut tidak tercapai. Dalam masyarakat kita, umur

harapan hidup semakin bertambah dan kematian semakin

banyak disebabkan oleh penyakit-penyakit degeneratif seperti

kanker dan stroke. Pasien dengan penyakit kronis seperti ini

akan melalui suatu proses pengobatan dan perawatan yang

panjang. Jika penyakitnya berlanjut maka suatu saat akan

dicapai stadium terminal yang ditandai dengan oleh kelemahan

umum, penderitaan, ketidak berdayaan, dan akhirnya

kematian.

Sebagin besar kematian di rumah sakit adalah kematian akibat

penyakit kronis dan terjadi perlahan-lahan. Pada umumnya,

dokter dan perawat lebih mudah menghadapi kematian yang

muncul secara perlahan-lahan. Mereka tidak dipersiapkan

dengan baik untuk berhadapan dengan ancaman kematian.

Ditengah keputusasaan, sering kali terdengar ”Kami sudah

melakukan segalanya yang bisa dilakukan........”

Namun kini telah mulai disadari untuk pasien terminal pun

profesi medis masih dapat melakukan banyak hal. Jika upaya

kuratif tidak dimunginkan lagi, masih luas kesempatan untuk

Page 55: Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

upaya paliatif. Pada stadium lanjut, pasien dengan penyakit

kronis tidak hanya mengalami berbagai masalah fisik seperti

nyeri, sesak nafas, penurunan berat badan, gangguan aktivitas

tetapi juga mengalami gangguan psikososial dan spiritual yang

mempengaruhi kualitas hidup pasien dan keluarganya. Maka

kebutuhan pasien pada stadium lanjut suatu penyakit tidak

hanya pemenuhan/pengobatan gejala fisik, namun juga

pentingnya dukungan terhadap kebutuhan psikologis, sosial

dan spiritual yang dilakukan dengan pendekatan interdisiplin

yang dikenal sebagai perawatan paliatif atau palliative care.

Dalam perawatan paliatif maka peran perawat adalah

memberikan Asuhan Keperawatan pada Pasien Terminal untuk

membantu pasien menjalani sisa hidupnya dalam keadaan

seoptimal mungkin.

Konsep Kehilangan dan berduka

(sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya: Asuhan

Keperawatan pada pasien kehilangan dan berduka)

Arti Kematian

Kematian terjadi bila:

- Fungsi spontan pernafasan dan jantung telah terhenti secara

pasti

- Penghentian ireversibel setiap fungsi otak telah terbukti

Meninggal dunia adalah keadaan insani yang diyakini oleh ahli

kedokteran yang berwenang bahwa fungsi otak, pernafasan

dan denyut jantung terhenti.jantung seseorang telah terhenti.

Page 56: Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

Tanda-tanda Kematian

1. Dini:

• Pernafasan terhenti , penilaian > 10 menit (inspeksi, palpasi

auskultasi)

• Terhentinya sirkulasi, penilaian 15 menit, nadi karotis tidak

teraba

• Kulit pucat

• Tonus otot menghilang dan relaksasi

• Pembuluh darah retina bersegmentasi beberapa menit pasca

kematian

• Pengeringan kornea yang menimbulkan kekeruhan dalam 10

menit (hilang dengan penyiraman air)

2. Lanjut (Tanda pasti kematian)

• Lebam mayat (livor mortis)

• Kaku mayat (rigor mortis)

• Penuruna suhu tubuh (algor mortis)

• Pembusukan (dekomposisi)

• Adiposera (lilin mayat)

• Mumifikasi

Perawatan Setelah Kematian

• Menangani tubuh klien secepat mungkin untuk mencegah

kerusakan jaringan atau perubahan bentuk tubuh (setelah

kematian tubuh akan mengalami perubahan fisik)

• Beri kesempatan keluarga untuk melihat tubuh klien

• Luangkan waktu bersama keluarga untuk membantu mereka

dala melewati masa berduka

Page 57: Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

• Siapkan kondisi ruangan sebelum keluarga melihat mayat

klien

• Perawat menyiapkan tubuh klien dengan membuatnya

tampak sealamiah dan senyaman mungkin

Dampak sakit Terminal

• Gangguan psikologis

• Gangguan somatis

• Gangguan seksual

• Gangguan sosial

• Gangguan dalam bidang pekerjaan

GEJALA DAN MASALAH YANG SERING DIJUMPAI PADA BERBAGAI

SISTEM ORGAN

Sistem Gastrointestinal

- Anorexia

- Konstipasi

- Mulut kering dan bau

- Kandidiasis dan sariawan mulut

Sistem Genitourinaria

- Inkontinensia urin

Sistem Integumen

- Kulit kering/pecah-pecah

- Dekubitus

Sistem Neurologis :

- Kejang

Perubahan Status Mental

Page 58: Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

- Kecemasan

- Halusinasi

- Depresi

Asuhan Keperawatan pada Pasien Terminal

a. Pengkajian

• Faktor Predisposisi

• Faktor Presipitasi (Kehilangan bio, psiko, sosial, spiritual)

• Perilaku

• Mekanisme Koping

b. Diagnosa Keperawatan

1. Dukacita adaptif b.d kehilangan kepemilikan pribadi

2. Dukacita maladaptif b.d penyakit Terminal kronis

3. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor

psikologis (respon dukacita yang tertahan)

4. Perubahan proses keluarga b.d transisi/krisis situasi

5. Isolasi sosial b.d sumber pribadi tidak adequat

6. Gangguan pola tidur b.d stress karena respon berduka

7. Distress spiritual b.d perpisahan dari ikatan keagamaan dan

kultural

c. Intervensi

1. Akomodasi dukacita

2. Menerima realitas kehilangan

3. Mencapai kembali rasa harga-diri

4. Memperbarui aktivitas atau hubungan normal

5. Terpenuhinya kebutuhan fisiologis, perkembangan dan

Page 59: Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

spiritual

6. Mencapai kembali dan mempertahankan kenyamanan

7. Mempertahankan kemandirian dalam aktivitas seharí-hari

8. Mempertahankan harapan

9. Mencapai kenyamanan spiritual

10. Meraih kelegaan akibat kesepian dan isolasi

d. Implementasi

1. Komunikasi terapeutik

a. Denial

Pembantahan ini menyangkut penyakit atau pronologis yang

fatal. Pembantahan ini hanya diepaskan sedikit demi sedikit

dalam suatu relasi kepercayaan dan pasien untuk diberi waktu

untuk itu.

b. Anger

Dalam fase ini pasien memberontak melawan suratan

nasip ,melawan Tuhan. Secara konkrit kemarahannya

diarahkan kepada dokter, perawat atau keluarga terdekat.

Yang penting ialah dokter atau perawat tidak menanggapi

dengan mencap pasien sebagai pasien rewel.

c. Bergaining

Pasien mencoba meloloskan diri dari nasibnya atau sekurang-

kurangnya menundanya. Dalam fase ini kita sering melihat

pasien mencari kesembuhan dangan konsutasi pada dokter lain

atau ia mencoba pengobatan alternatif

Page 60: Askep jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA

d. Depression

Jika akhir kehidupan harus diakui dengan tidak mungkin

dihindarkan lagi, pasien menjadi sedih dan depresi. Konselor

berusaha mendobrak kesedihan, terutama membuat pasien

menyelesaikan hal-hal yang masih harus diurus atau

memperbaiki kesalahan dahulu. Dengan cara ini pasien dapat

meninggal dengan tenang dan damai.

e. Aceptence

Dalam fase ini konselor tidak boleh kecewa kalu fase terakhir

tidak tercapai. Konselor harus mendampingi pasien dan tidak

memaksa cara yang paling dianggap ideal

Orang yang paling dapat bertindak sebagai konseling kepada

pasien terminal adalah dokter. Selain itu perawat seringkali

juga paling dekat dengan pasien juga dapat memberikan

konstribusi yang sangat berharga.

Hal penting yang harus dimiliki konselor adalah empati, yang

penting pasien mendapat kepastian bahwa ia tidak ditinggalkan

sendirian.

2. Pemeliharaan harga diri

3. Peningkatan kembalinya aktivitas kehidupan

4. Merawat klien menjelang ajal dan keluarganya

http://nurse-smw.blogspot.com/2009/05/asuhan-keperawatan-

pada-pasien-terminal_08.html