askep isk

25
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) A. Konsep Dasar Penyakit 1. Definisi/ Pengertian Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius, dengan atau tanpa disertai gejala. (Smeltzer & Bare, 2002, 1428) Tempat yang paling sering mengalami infeksi biasanya adalah kandung kemih (sistitis), uretra (uretritis), prostat (prostatitis) dan ginjal (pielonefritis). Normalnya traktus urinarius diatas uretra adalah steril. 2. Epidemiologi/ Insiden kasus Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua umur baik pada anak-anak remaja, dewasa maupun pada umur lanjut. Akan tetapi, dari dua jenis kelamin ternyata wanita lebih sering dari pria dengan angka populasi umur, kurang lebih 5 – 15 %. Anak wanita dan wanita dewasa mempunyai insiden infeksi saluran kemih yang lebih tinggi dibandingkan pria. halTingkat infeksi untuk wanita dikalangan usia sekolah kira-kira 1% dan 4% pada usia masa subur. ISK lebih sering terjadi pada wanita, salah satu penyebabnya karena kedekatan jarak anus dengan meatus

Upload: ayu-melin

Post on 25-Jun-2015

8.025 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: ASKEP ISK

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN INFEKSI SALURAN KEMIH

(ISK)

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi/ Pengertian

Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah

adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius, dengan atau tanpa

disertai gejala. (Smeltzer & Bare, 2002, 1428)

Tempat yang paling sering mengalami infeksi biasanya adalah kandung

kemih (sistitis), uretra (uretritis), prostat (prostatitis) dan ginjal (pielonefritis).

Normalnya traktus urinarius diatas uretra adalah steril.

2. Epidemiologi/ Insiden kasus

Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari

semua umur baik pada anak-anak remaja, dewasa maupun pada umur lanjut. Akan

tetapi, dari dua jenis kelamin ternyata wanita lebih sering dari pria dengan angka

populasi umur, kurang lebih 5 – 15 %. Anak wanita dan wanita dewasa

mempunyai insiden infeksi saluran kemih yang lebih tinggi dibandingkan pria.

halTingkat infeksi untuk wanita dikalangan usia sekolah kira-kira 1% dan 4%

pada usia masa subur.

ISK lebih sering terjadi pada wanita, salah satu penyebabnya karena

kedekatan jarak anus dengan meatus uretra dan uretra wanita lebih pendek

sehingga bakteri kontaminan lebih mudah masuk ke kandung kemih. (Potter &

Perry, 2005,1687)

Faktor lain adalah kecenderungan wanita menahan miksi, serta iritasi kulit

lubang uretra pada waktu berhubungan kelamin. Uterus pada wanita juga dapat

menghambat aliran urine pada keadaan tertentu.

David S Howes, MD (University of Chicago, 2005) memperkirakan sekitar

20% wanita mengalami masalah saluran kemih selama hidupnya.

Page 2: ASKEP ISK

3. Penyebab ISK

Organisme penyebab ISK yang paling sering ditemukan adalah :

a. Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)

(ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing baik

anatomik maupun fungsional normal. ISK sederhana ini terutama mengenai

penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa superfisial kandung

kemih)

b. Pseudomonas, Proteus, Klebsiella: penyebab ISK complicated.

(ISK yang sering menimbulkan masalah karena kuman penyebab sulit

diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam

antibiotika, sering terjadi bakteriemia, sepsis dan shock.)

c. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci,

d. Virus dan jamur

Organisme tersebut dapat mencapai kandung kemih melalui uretra dan dapat pula

merambat keatas melalui ureter sampai keginjal.

4. Factor predisposisi dalam perkembangan ISK :

a. Obstruksi saluran kemih : Batu saluran kemih, hipertrofi prostat, tumor.

b. Refluks vesikoureter : congenital, disfungsi neuropathy, striktur,

tuberculosis saluran kemih.

c. Penyakit kronis : Diabetes Melitus, Gout, penyakit ginjal.

d. Iatrogenic : keteterisasi, nefrostomi, sistokopi

e. Kehamilan

f. PH urine yang tinggi sehingga mempermudah pertumbuhan kuman.

5. Patofisiologi terjadinya ISK secara umum :

Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik

dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui meatus uretra bisa

karena terkontaminasi dengan feses, kateterisasi, sistoskopi maupun berasal dari

infeksi darah dan limfe yang terinfeksi mikroorganisme). Pada normalanya

Page 3: ASKEP ISK

kandung kemih mampu membersihkan dirinya dari sejumlah besar bakteri dalam

2 hari sejak masuknya bakteri kedalam kandung kemih. Akan tetapi infeksi dapat

terjadi karena bakteri mencapai kandung kemih, melekat pada mukosa dan

mengkolonisasi epitelium traktus urinarius untuk menghindari pembilasan

kandung kemih.

Distensi kandung kemih mengurangi aliran darah ke lapisan mukosa dan

submukosa sehingga jaringan menjadi lebih rentan terhadap bakteri. Urine yang

tersisa didalam kandung kemih menjadi lebih basa sehingga kandung kemih

merupakan tempat yang yang ideal untuk pertumbuhan organisme. Kolonisasi

organisme tersebut mengiritasi dan menimbulkan peradangan pada mukosa yang

selanjutnya menyebar ke sistem urinarius.

Bila jaringan yang mengalami inflamasi dialiri urine maka akan

menimbulkan nyeri dan ras terbakar selama berkemih.demam, menggigil, mual,

muntah serta kelemahan terjadi ketika infeksi memburuk. Kandung kemih yang

teriritasi menyebabkan timbulnya sensasi ingin berkemih yang mendesak dan

sering. Iritasi pada kandung kemih dan uretra yang sering menyebabkan darah

bercampur dalam urine.

Ketika infeksi tidak teratasi dan menetap akan menyebar ke traktus urinarius

bagian atas (ginjal) yang mengiritasi jaringan-jaringan ginjal yang terjadi secara

berulang yang kemudian akan menimbulkan jaringan parut pada ginjal. Adanya

obstruksi aliran kemih proksimal yang mengakibatkan penimbunan cairan

bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebut sebagai hidronefroses.

Penyebab umum obstruksi adalah jaringan parut ginjal, batu, neoplasma, dan

hipertrofi prostate.

6. Klasifikasi ISK

ISK secara umum dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian yaitu :

a. Infeksi saluran kemih bawah

( sistitis, uretritis dan prostatitis)

Page 4: ASKEP ISK

1. Uretritis

Merupakan suatu inflamasi pada uretra, kuman penyebab tersering adalah

kuman gonorrhoe atau kuman lain yang biasanya terjadi karena infeksi

asending. (Smeltzer & Bare, 2002, 1436)

2. Sistitis dan Prostatitis

Merupakan peradangan pada Vesika urinaria. Pada wanita menginfeksi

uretra distal veriko urinaria dinamakan Sistitis sedangkan pada pria

menginfeksi bagian prostat dan vesika urinaria yang disebut Prostatitis.

(Smeltzer & Bare, 2002, 1432)

Patofisiologi :

Sistitis dapat disebabkan infeksi asending dari uretra, aliran balik

urine dari uretra ke dalam kandung kemih (refluk uretrovesikal),

kontaminasi fekal. Bagian distal uretra dikolonisasi oleh bakteri yang

dapat masuk ke mukosa uretra akan menyebabkan organisme melekat dan

berkolonisasi di periuretral kemudian masuk ke dalam kandung kemih.

Terjadinya urine statis karena pengosongan yang tidak sempurna dari

kandung kemih, batu ginjal, obstruksi akan memberi kesempatan yang

besar bagi bakteri untuk tumbuh dan dengan media yang lebih alkalis akan

menyuburkan pertumbuhan dan multiplikasi.

Pecahnya integritas jaringan akibat erosi oleh ujung kateter / oleh

pinggir batu memungkinkan bakteri masuk menyerang jaringan dan

menyebabkan infeksi. Sistitis dapat dibagi menjadi dua yaitu sistitis akut

dan kronis. Sistitis kronis dapat terjadi karena pengobatan sistitis akut

yang tidak sempurna maupun infeksi berulang yang menetap.

Gejala Klinis:

Dysuria (panas dan nyeri pada saat berkemih),

urgency,

polakisuria,

nokturia,

nyeri /spasme pada area kandung kemih dan supra pubis,

Page 5: ASKEP ISK

urine keruh,

pada pemeriksaan urine ditemukan adanya eritrosit, leukosit, dan

bakteri dalam urine.

b. Infeksi saluran kemih atas

( Ureteritis, Pyelonefritis)

1. Ureteritis

Suatu peradangan pada ureter. Penyebab Adanya infeksi pada ginjal

maupun kandung kemih. Aliran urine dari ginjal ke buli-buli dapat

terganggu karena timbulnya fibrosis pada dinding ureter menyebabkan

striktura dan hydronephrosis, selanjutnya ginjal menjadi rusak, dan

mengganggu peristaltik ureter.

2. Pyelonefritis

Inflamasi pada pelvis ginjal dan parenkim ginjal yang disebabkan karena

adanya infeksi oleh bakteri. Infeksi bakteri pada jaringan ginjal yang

dimulai dari saluran kemih bagian bawah terus naik ke ginjal. Infeksi ini

dapat mengenai parenkim maupun renal pelvis (pyelum=piala ginjal) dan

bakteri menyebar melalui limfatik.

Penyebab:

a. Kuman Escericia Coli ( bakteri yang paling sering)

b. Obstruksi ureter yang mengakibatkan hidronefrosis

c. Abnormalitas struktur ( striktur, anomalia ketidaksempurnaan

hubungan ureterovesikalis)

d. Gangguan inervasi kandung kemih

e. Penyakit kronis : DM, Gout, Penyakit ginjal

Patofisiologi:

Pyelonefritis dapat timbul dalam bentuk akut maupun kronis. Pielonefritis

akut disebabkan oleh infeksi bakteri yang menjalar dari saluran kemih

bagian bawah keatas ginjal. Hal ini dapat mempengaruhi fungsi ginjal

walaupun jarang menyebabkan kegagalan ginjal. Pyelonefritis kronis dapat

Page 6: ASKEP ISK

terjadi dari infeksi bakteri dan juga factor lain seperti refluks urine dan

obstruksi saluran kemih. Pielonefritis kronik dapat merusak jaringan ginjal

untuk selamanya akibat inflamasi yang berulangkali dan timbulnya

jaringan parut.

Gejala klinis:

Pielonefritis akut :

Demam dan menggigil,

Nyeri pinggang,

Nyeri tekan pada sudut kostovertebral (CVA),

Leukositosis, bakteri, leukosit, dan eritrosit dalam urine,

Gejala ISK bawah seperti dysuria dan sering berkemih umumnya

terjadi kadang disertai dengan mual dan muntah akibat reflek reno

intestinal.

Pembengkakan ginjal atau pelebaran penampang ginjal

Pielonefritis kronis :

Adanya serangan pielonefritis akut yang berulang-ulang biasanya tidak

mempunyai gejala yang spesifik.

Adanya keletihan.

Sakit kepala, nafsu makan rendah dan BB menurun.

Adanya poliuria, haus yang berlebihan, azotemia, anemia, asidosis,

proteinuria, pyuria dan kepekatan urin menurun.

Kesehatan pasien semakin menurun, pada akhirnya pasien mengalami

gagal ginjal.

Ketidaknormalan kalik dan adanya luka pada daerah korteks.

Ginjal mengecil dan kemampuan nefron menurun dikarenakan luka

pada jaringan.

7. Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi daerah meatus (Pengkajian sekret, warna, jumlah, bau dan kejernihan

urine)

Page 7: ASKEP ISK

b. Palpasi kandung Kemih (V U)

c. Perkusi daerah costovertebralis untuk mengkaji nyeri tekan panggul

8. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang

a. Urinalisis

Memperlihatkan adanya bakteriuria, sel darah putih (leukosit), dan endapan

sel darah merah (eritrosit). Dimana Leukosuria atau piuria merupakan salah

satu petunjuk penting adanya ISK.

Leukosuria positif (+) bila terdapat > 5 leukosit/lpb (lapang pandang besar)

sedimen air kemih

Hematuria positif (+) bila terdapat 5-10 eritrosit/lpb sediment air kemih.

Hematuria bias disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa

kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.

b. Bakteriologis

1) Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik (102 – 103

organisme koliform/mL urin (+) piuria)

2) Hitung koloni bila terdapat sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari

urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap

sebagai criteria utama adanya infeksi.

c. Metode Tes

1) Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes

Griess untuk pengurangan nitrat).

Tes esterase lekosit positif: maka psien mengalami piuria.

Tes Griess positif : terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal

menjadi nitrit.

2) Tes Penyakit Menular Seksual (PMS): untuk mengetahui apakah terdapat

organisme menular secara seksual misalnya pada Uretritia akut akibat

organisme menular secara seksual (Klamidia trakomatis, neisseria

gonorrhoeae, herpes simplek).

Page 8: ASKEP ISK

3) Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi

juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari

abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses,

hodronerosis atau hiperplasie prostate.

4) Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik

dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang

resisten.

9. Diagnosis / Kreteria Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya jumlah bakteri yang bermakna dalam

urin yang seharusnya steril dengan atau tanpa disertai piuria.

10. Therapy

Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens antibacterial

yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek

minimal terhaap flora fekal dan vagina.

a. Terapi tanpa obat pada ISK : Dianjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai

kebutuhan untuk membilas microorganisme yang mungkin naik ke uretra,

untuk wanita harus membilas dari depan ke belakang untuk menghindari

kontaminasi lubang urethra oleh bakteri feces

b. Terapi antibiotik idealnya harus dapat ditoleransi dengan baik, mencapai

konsentrasi tinggi dalam urin dan mempunyai spektrum aktivitas terhadap

mikroorganisme penyebab infeksi. Pemilihan antibiotik untuk pengobatan

didasarkan pada tingkat keparahan, tempat terjadinya infeksi dan jenis

mikroorganisme yang menginfeksi.

Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) dapat dibedakan atas:

- Terapi antibiotika dosis tunggal

- Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari

- Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu

Page 9: ASKEP ISK

- Terapi dosis rendah untuk supresi

c. Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan

infeksi. Jika kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten di awal infeksi,

factor kausatif (mis: batu, abses), jika muncul salah satu, harus segera

ditangani. Setelah penanganan dan sterilisasi urin, terapi preventif dosis

rendah.

d. Penggunaan medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole (gastrisin),

trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra), kadang

ampicillin atau amoksisilin digunakan, tetapi E. Coli telah resisten terhadap

bakteri ini. Pyridium, suatu analgesic urinarius juga dapat digunakan untuk

mengurangi ketidaknyamanan akibat infeksi.

Pemakaian obat yang berkelanjutan perlu dipikirkan kemungkinan adanya:

Gangguan absorbsi dalam alat pencernaan

Interansi obat

Efek samping obat

Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya

melalui ginjal seperti efek nefrotosik obat dan Efek toksisitas obat

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian ( Assesment )

Dalam melakukan pengkajian pada klien ISK menggunakan pendekatan bersifat

menyeluruh, meliputi :

Identitas klien

Riwayat kesehatan :

1) Riwayat infeksi saluran kemih

2) Riwayat pernah menderita batu ginjal

3) Riwayat penyakit DM, jantung.

Pengkajian fisik :

1) Palpasi kandung kemih

Page 10: ASKEP ISK

2) Inspeksi daerah meatus

Diantaranya:

a. Bagaimana pola berkemih pasien? untuk mendeteksi factor predisposisi

terjadinya ISK pasien (dorongan, frekuensi, dan jumlah)

b. Adakah disuria?

c. Adakah bau urine yang menyengat?

d. Bagaimana haluaran volume orine, warna (keabu-abuan) dan konsentrasi

urine?

e. Adakah nyeri-biasanya suprapubik pada infeksi saluran kemih bagian bawah

f. Adakah nyesi pangggul atau pinggang-biasanya pada infeksi saluran kemih

bagian atas

g. Peningkatan suhu tubuh biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas.

Riwayat psikososial:

1) Usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan

2) Persepsi terhadap kondisi penyakit

3) Mekanisme koping dan system pendukung

4) Pengkajian pengetahuan klien dan keluarga

a. Pemahaman tentang penyebab/perjalanan penyakit

b. Pemahaman tentang pencegahan, perawatan dan terapi medis

Misalkan dari hasil pengkajian diatas data pasien yang didapat yaitu

a. Data Subjektif

Pasien mengeluh nyeri saat berkemih

Pasien mengeluh sakit pinggang

Pasien mengaku tidak ada nafsu makan, mual dan muntah

Pasien merasa tidak puas saat berkemih seperti belum keluar semua.

Kencing mengeden

Mengompol

b. Data objektif

Wajah pasien tampak meringis

Pasien berkemih kurang dari normal (< 1 – 2 L/hari)

Page 11: ASKEP ISK

warna (keabu-abuan), dengan bau menyengat.

Adanya eritrosit, leukosit, dan bakteri dalam urine.

Suhu aksila : 370 C

2. Diagnosa Keperawatan ( Nursing Diagnosis)

Pohon masalah

Kelainan Kongenital Obstruksi & gangguan Neurogenik

Mikroorganisme, kateterisasi

Kurang Pengetahuan

Kelainan

anatomi

Reflek pengaliran tidak lancar

Urine Statis di V.U.

ISK bawah kurang personal hygine

↓ fungsi kutub uretrovesikuler

Ureter sempit

Uretra

Perkembangan kuman ↑

Aliran Balik

Penimbunan cairan & kuman

Peny kronis DM, peny

ginjal

Jaringa parut

Obstruksi

Infeksi

(Ginjal)

Rasa sakit dan panas pd simpisis, Dysuria

Respon peradangan

ISK

Nyeri AkutReflek

renointestin

AnoreksiaMuntahMual

Perubahan Nutrisi kurang dr

kebutuhan

Terjadi peradangan pd

mukosa

Nyeri Akut

Kandung kemih tidak kuat

menampung urine

Polakisuria urgency

Kerusakan eleminasi urin

Distensi, Nyeri pinggang

Page 12: ASKEP ISK

Diagnosa keperawatan yang muncul berdasarkan prioritas

a) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi dan spasme otot polos skunder

terhadap infeksi ditandai dengan:

mengeluh nyeri/sakit pada pigngang, wajah tampak meringis,

Ada tendernes pada daerah costovertebra.

Disuria

Wajah tampak meringis

Suhu aksila 370C

b) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia

ditandai dengan:

Page 13: ASKEP ISK

Mual (+),

Muntah (+),

Tidak ada nafsu makan, makan 3 X ½ porsi per hari

c) Kerusakan eliminasi urin berhubungan dengan infeksi traktus urinaria. Ditandai

dengan:

Urine warna (keabu-abuan), dengan bau menyengat.

Adanya eritrosit, leukosit, dan bakteri dalam urine.

Pasien berkemih kurang dari normal (< 1 – 2 L/hari)

d) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi

Ditandai dengan:

Tidak mampu menyebutkan dan menjelaskan penyebab ISK serta cara

pencegahannya

3. Rencana tindakan

Rencana tindakan keperawatan tanggal:…………….

Diagnosa keperawatan Rencana tujuan Rencana tindakan Rasional

Page 14: ASKEP ISK

1. Nyeri akut

berhubungan

dengan inflamasi

dan spasme otot

polos skunder

terhadap infeksi

ditandai dengan:

- mengeluh

nyeri/sakit pada

pigngang, wajah

tampak

meringis,

- Ada tendernes

pada daerah

costovertebra.

- Disuria

- Wajah tampak

meringis

Setelah diberikan

tindakan perawatan

selama …X….. jam

diharapkan rasa

nyeri hilang dengan

kriteria tidak

melaporkan nyeri,

tidak meringis,

Kaji tingkat nyeri

perhatikan lokasi

intensitas dan

penyebaran

Dorong penggunaan

teknik relaksasi,

perubahan posisi

Berikan kompres

hangat pada daerah

yang nyeri

Pantau tanda vital

Kolaborasi berikan

obat analgetik sesuai

indikasi

Penting untuk menentukan

intervensi yang cocok dan

mengevaluasi keefektifan

dari terapi yang diberikan

Untuk menghilangkan

ketegangan dan

meningkatkan relaksasi

otot.

Akan meningkatkan

sirkulasi pada otot dan

mengurangi ketegangan

Karena respon otonomi

pada nyeri akut yaitu

tekanan darah meningkat,

nadi menigngkat

Untuk menurunkan atau

mengontrol rasa nyeri

2 Perubahan nutrisi

kurang dari

Setelah diberikan

tindakan perawatan

Kolaborasi berikan

antiperetik

Kaji adanya mual

Karena dapat mengubah /

menurunkan pemasukan

dan memerlukan

intervensi.

Untuk mengurangi

Page 15: ASKEP ISK

kebutuhan

berhubungan

dengan anoreksia

ditandai dengan

mual (+), muntah

(+), tidak ada nafsu

makan

3, Kerusakan eliminasi

urin berhubungan

dengan infeksi traktus

urinaria. Ditandai

dengan

- Urine warna (keabu-

abuan), dengan bau

menyengat.

- Adanya eritrosit,

selama …. x … jam

diharapkan

kebutuhan nutrisi

tubuh terpenuhi

dengan kriteria

mual/muntah (-),

nafsu makan baik,

berat badan stabil

(naik), makan 3 X ½

porsi per hari

Setelah diberikan

asuhan keperawatan

selama …X… jam

diharapkan pasien

dapat berkemih

normal, dengan

kreteria hasil:

-Urine tidak

berwarna keabu-

dan muntah

Hindarkan pasien

dari bau yang tidak

menyenangkan.

Catat pemasukan diet

Berikan makan

sedikit dan sering

Jaga oral hygiene

lakukan perawatan

mulut setelah muntah

Timbang BB setelah

2 hari

Pasien minum bebas

sejumlah cairan (air)

Pasien dianjurkan

untuk sering

berkemih setiap 2

rangsangan pada pusat

muntah

Untuk mengidentifikasi

kekurangan nutrisi/

kebutuhan

Membantu mencegah

distensi gaster dan

ketidaknyamanan serta

meningkatkan pemasukan.

Agar mulut bersih dan

meningkatkan rasa serta

membantu nafsu makan

yang baik.

Untuk mengawasi

penurunan BB dan

keefektifan program diet.

Dengan minum cairan (air)

mendukung aliran darah

renal dan untuk membilas

bakteri dari traktus

urinarius.

Untuk mengosongkan

kandung kemih, karena hal

Page 16: ASKEP ISK

leukosit, dan bakteri

dalam urine.

- Pasien berkemih

kurang dari normal (<1–

2 L/hari)

abuan, dengan bau

khas

- Tidak terdapat

eritrosit, leukosit,

dan bakteri dalam

urine.

- Pasien berkemih

normal (< 1 – 2

L/hari)

dan 3 jam. ini secara signifikan

menurunkan jumlah

bakteri dalam urine,

mengurangi statis urine

dan mencegah

kekambuhan infeksi.

4. Evaluasi

Evaluasi tindakan keperawatan tanggal:……………..

1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi dan spasme otot polos skunder terhadap

infeksi

S: Px melaporkan nyeri atau sakit pada pinggang berkurang dan sewaktu kencing

tidak sakit

O: wajah tidak meringis, tidak Ada tendernes pada daerah costovertebra

A: Tujuan tercapai

P: Pertahankan kondisi

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia

S: Px melaporkan nafsu makan meningkat, mual (+), muntah 1x

O: Berat badan stabil , makan 3X ½ porsi per hari,

A: Tujuan tercapai sebagian

P: lanjutkan intervensi

3. Kerusakan eliminasi urin berhubungan dengan infeksi traktus urinaria.

S: Px melaporkan berkemih kurang lebih 1-2 L/hari

O: Urine warna normal dengan bau khas, tidak Ada eritrosit, leukosit, dan bakteri

dalam urine

A: Tujuan tercapai

Page 17: ASKEP ISK

P: pertahankan kondisi

Daftar Pustaka :

1. Smeltzer & Bare. 2001. “Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah Brunner &

Suddarth”. Edisi 8. Vol 2. Jakarta : EGC.

2. Potter & Perry. 2005. “ Fundamental Keperawatan Konsep, Proses & Praktik”.

Edisi 4. Vol 2. Jakarta. EGC

3. Carpenito, Linda Jual. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.

4. Price, Sylvia, Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit.

Jakarta : EGC.

5. Situs Internet.