askep infeksi
TRANSCRIPT
-
7/31/2019 Askep Infeksi
1/6
Askep Infeksi NifasPosted on 12 Mei 2009 by hidayat2
9 Votes
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN INFEKSI NIFAS
TINJAUAN TEORI
Definisi.
Demam nifas Morbiditas Puerperalis meliputi demam pada masa nifas oleh sebab apa pun. Menurut Joint Committee
on Maternal Welfare, AS morbiditas puerperalis ialah kenaikan C atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama
postsuhu sampai 38 partum dengan mengecualikan hari pertama. Suhu diukur dari mulut sedikit-dikitnya 4 kali
sehari.
Etiologi.Bermacam-macam
Eksasogen : kuman datang dari luar.
Autogen : kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh.
Endogen : dari jalan lahir sendiri.
Selain itu infeksi nifas dapat pula disebabkan oleh:
Streptococcus haemolytieus aerobicus merupakan sebab infeksi yang paling berat, khususnya golongan A.
Infeksi ini biasanya eksogen (dari penderita lain, alat atau kain yang tidak steril, infeksi tenggorokan orang
lain).
Staphylococcus aerus menyebabkan infeksi terbatas, walaupun kadang-kadang menjadi infeksi umum.
Banyak ditemukan di RS dan dalam tenggorokan orang-orang yang nampaknya sehat.
E. coli berasal dari kandung kemih atau rektum dan dapat menyebabkan infeksi terbatas pada perineum,
vulva dan endometrium.
Clostridium Welchii, bersifat anaerob. Jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi lebih sering
terjadi pada abortus kriminalis.
Cara terjadinya infeksi:
Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada pemeriksaan dalam atau operasi
membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain adalah sarung tangan
atau alat- alat yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari kuman.
Droplet infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri yang berasal dari hidung atau
tenggorokan dokter atau yang membantunya.
Hidung dan mulut petugas yang bekerja di kamar bersalin ditutup dengan masker dan penderita infeksi
saluran pernafasan dilarang memasuki kamar bersalin.
Dalam RS banyak kuman-kuman patogen yang berasal dari penderita dengan berbagai jenis infeksi.
Kuman-kuman ini bisa dibawa oleh aliran udara ke mana-mana antara lain ke handuk, kain-kain, alat-alat
yang suci hama dan yang digunakan untuk merawat wanita dalam persalinan atau nifas.
http://hidayat2.wordpress.com/2009/05/12/askep-infeksi-nifas/http://hidayat2.wordpress.com/2009/05/12/askep-infeksi-nifas/http://hidayat2.wordpress.com/2009/05/12/askep-infeksi-nifas/ -
7/31/2019 Askep Infeksi
2/6
Coitus pada akhir kehamilan bukan merupakan sebab yang paling penting kecuali apabila mengakibatkan
pecahnya ketuban.
Infeksi intra partum. Biasanya terjadi pada partus lama, apalagi jika ketuban sudah lama pecah dan
beberapa kali dilakukan periksa dalam.
Gejala: kenaikan suhu disertai leukositosis dan tachikardi, denyut jantung janin meningkat, air ketuban
menjadi keruh dan berbau. Prognosis infeksi intra partum sangat tergantung dari jenis kuman, lamanya infeksi berlangsung,
dapat/tidaknya persalinan berlangsung tanpa banyak perlukaan jalan lahir.
Faktor Predisposisi.
o Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan penderita, seperti perdarahan banyak, pre ekslampsi, infeksi
lain seperti pneumonia, penyakit jantung dan sebagainya.
o Partus lama terutama dengan ketuban pecah lama.
o Tindakan bedah vagina yang menyebabkan perlukaan jalan lahir.
o Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah.
Patologi.
Setelah kala III, daerah bekas insertio plasenta merupakan sebuah luka dengan diameter kira-kira 4 cm, permukaan
tidak rata, berbenjol-benjol karena banyaknya vena yang ditutupi trombus dan merupakan area yang baik untuk
tumbuhnya kuman-kuman dan masuknya jenis-jenis yang patogen dalam tubuh wanita. Serviks sering mengalami
perlukaan pada persalinanan, begitu juga vulva, vagina, perineum merupakan tempat masuknya kuman patogen.
Proses radang dapat terbatas pada luka-luka tersebut atau dapat menyebar di luar luka asalnya.
Infeksi nifas dapat terbagi dalam 2 golongan :
Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, seviks dan endometrium.
Penyebaran dari tempat-tempat melalui vena, jalan limfe dan melalui permukaan endometrium.
Infeksi pada Perineum, Vulva, Vagina, Serviks dan Endometrium
1. Vulvitis.
Pada infeksi bekas sayatan episiotomi atau luka perineum jaringan sekitar membengkak, tepi luka menjadi merah
dan bengkak, jahitan mudah terlepas, luka yang terbuka menjadi ulkus dan megeluarkan pus.
1. Vaginitis.
Dapat terjadi secara langsung pada luka vagina atau melalui luka perineum, permukaan mokusa membengkak dan
kemerahan, terjadi ulkus dan getah mengandung nanah yang keluar dari daerah ulkus.
1. Sevicitis.
Sering terjadi tapi tidak menimbulkan banyak gejala. Luka serviks yang dalam dan meluas dan langsung kedasar ligamentum latum dapat menyebabkan infeksi yang menjalar ke parametrium.
2. Endometritis.
Paling sering terjadi. Kumankuman memasuki endometrium (biasanya pada luka insertio plasenta) dalam waktu
singkat dan menyebar ke seluruh endometrium. Pada infeksi setempat, radang terbatas pada endometrium. Jaringan
desidua bersama bekuan darah menjadi nekrosis dan mengeluarkan getah berbau yang terdiri atas keping-keping
nekrotis dan cairan. Pada infeksi yang lebih berat batas endometrium dapat dilampaui dan terjadilah penjalaran.
-
7/31/2019 Askep Infeksi
3/6
Penyebaran melalui pembuluh darah (Septikemia dan Piemia)
Merupakan infeksi umum disebabkan oleh kuman patogen Streptococcus Hemolitikus Golongan A. Infeksi ini sangat
berbahaya dan merupakan 50% dari semua kematian karena infeksi nifas.
Penyebaran melalui jalan limfe.
Peritonitis dan Parametritis (Sellulitis Pelvika)
Penyebaran melalui permukaan endometrium.Salfingitis dan Ooforitis.
Gambaran Klinik.
1. Infeksi pada Perineum, Vulva, Vagina dan Serviks.
2. Rasa nyeri dan panas pada infeksi setempat.
3. Nyeri bila kencing.
4. Suhu meningkat 38o C kadang mencapai 39o C 40o C disertai menggigil.
5. Nadi kurang dan 100/menit.
Endometritis
Tergantung pada jenis virulensi kuman, daya tahan penderita dan derajat trauma pada jalan lahir.
Biasanya demam mulai 48 jam pertama post partum bersifat naik turun.
Lokia bertambah banyak, berwarna merah atau coklat dan berbau.
Kadang-kadang lokia tertahan dalam uterus oleh darah, sisa plasenta dan selaput ketuban yang disebut
Lokiometra.
Uterus agak membesar, nyeri pada perabaan dan lembek.
Septikemia dan Piemia
Septikemia adalah keadaan dimana kuman-kuman atau toxinnya langsung masuk ke dalam peredaran
darah umum dan menyebabkan infeksi umum.
Piemia dimulai dengan tromboplebitis vena-vena daerah perlukaan lalu lepas menjadi embolus-embolus
kecil dibawa keperadaran darah umum dan terjadilah infeksi dan abses pada organ-organ tubuh yang
dihinggapinya.
Keduanya merupakan infeksi berat.
Gejala septikemia lebih akut dan dari awal ibu kelihatan sudah sakit dan lemah.
Keadaan umum jelek
Suhu meningkat antara 39C 40C, menggigil, nadi cepat 140 160 x per menit atau lebih. TD turun,
keadaan umum memburuk. Sesak nafas, kesadaran turun, gelisah.
Piemia dimulai dengan rasa sakit pada daerah tromboplebitis, setelah ada penyebaran trombus terjadi
gejala umum diatas.
Lab: leukositosis.
Lochea: berbau, bernanah, involusi jelek.
Peritonitis
Peritonitis terbatas pada daerah pelvis (pelvia peritonitis): demam, nyeri perut bagian bawah, KU baik.
Peritonitis umum: suhu meningkat, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri, terdapat abses pada
cavum Douglas
-
7/31/2019 Askep Infeksi
4/6
Sellulitis Pelvika
Pada periksa dalam dirasakan nyeri, demam tinggi menetap dari satu minggu, nadi cepat, perut nyeri, sebelah/kedua
belah bagian bawah terjadi pembentukkan infiltrat yang dapat teraba selamaVT. Infiltrat kadang menjadi abses.
Salfingitis dan Ooforitis
Gejala hampir sama dengan pelvio peritonitis.
Pencegahan Infeksi Nifas
a) Selama kehamilan
v Perbaikan gizi untuk mencegah anemia.
v Coitus pada hamil tua hendaknya tidak dilakukan karena dapat mengakibatkan pecahnya ketuban dan terjadinya
infeksi.
v Selama persalinan.
Membatasi masuknya kuman-kuman ke dalam jalur jalan lahir.
Membatasi perlukaan.
Membatasi perdarahan.
Membatasi lamanya persalinan.
b) Selama nifas
v Perawatan luka post partum dengan teknik aseptik.
v Semua alat dan kain yang berhubungan dengan daerah genital harus suci hama.
v Penderita dengan tanda infeksi nifas jangan digabung dengan wanita dalam nifas yang sehat.
Pengobatan Infeksi Nifas
Sebaiknya segera dilakukan kultur dari sekret vagina dan serviks, luka operasi dan darah, serta uji kepekaan untuk
mendapatkan antibiotika yang tepat. Berikan dosis yang cukup dan adekuat.
Sambil menunggu hasil laboratorium berikan antibiotika spektrum luas. Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh
seperti infus, transfusi darah, makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan tubuh, serta perawatan lainnya
sesuai komplikasi yang dijumpai.
ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian
.
II. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul adalah
1. Infeksi berhubungan dengan trauma persalinan, jalan lahir, dan infeksi nasokomial.
2. Nyeri berhubungan dengan infeksi pada organ reproduksi
3. Cemas/ketakutan berhubungan dengan perubahan keadaan
III. Rencana Keperawatan
1. Infeksi berhubungan dengan trauma persalinan, jalan lahir, daninfeksi nasokomial.
Tujuan 1: Mencegah dan mengurangi infeksi.
Intervensi:
Kaji data pasien dalam ruang bersalin.Infeksi perineum (menggunakan senter yang baik), catat warna, sifat
episiotomi dan warnanya. Perkiraan pinggir epis dan kemungkinan perdarahan / nyeri.
Kaji tinggi fundus dan sifat.
-
7/31/2019 Askep Infeksi
5/6
Kaji lochia: jenis, jumlah, warna dan sifatnya. Hubungkan dengan data post partum.
Kaji payudara: eritema, nyeri, sumbatan dan cairan yang keluar (dari puting). Hubungkan dengan data perubahan
post partum masing-masing dan catat apakah klien menyusui dengan ASI.
Monitor vital sign, terutama suhu setiap 4 jam dan selama kondisi klien kritis. Catat kecenderungan demam jika
lebih dari 38o C pada 2 hari pertama dalam 10 hari post partum. Khusus dalam 24 jam sekurang-kurangnya 4 kali
sehari. Catat jumlah leukosit dan gabungkan dengan data klinik secara lengkap.
Lakukan perawatan perineum dan jaga kebersihan, haruskan mencuci tangan pada pasien dan perawat.
Bersihkan perineum dan ganti alas tempat tidur secara teratur.
Pertahankan intake dan output serta anjurkan peningkatan pemasukan cairan.
Bantu pasien memilih makanan. Anjurkan yang banyak protein, vitamin C dan zat besi.
Kaji bunyi nafas, frekwensi nafas dan usaha nafas. Bantu pasien batuk efektif dan nafas dalam setiap 4 jam untuk
melancarkan jalan nafas.
Kaji ekstremitas: warna, ukuran, suhu, nyeri, denyut nadi dan parasthesi/ kelumpuhan. Bantu dengan ambulasi
dini. Anjurkan mengubah posisi tidur secara sering dan teratur.
Anjurkan istirahat dan tidur secara sempurna.
Tujuan 2 : Identifikasi tanda dini infeksi dan mengatasi penyebabnya.
Intervensi:
Catat perubahan suhu. Monitor untuk infeksi.
Atur obat-obatan berikut yang mengindikasikan setelah perkembangan dan test sensitivitas antibiotik seperti
penicillin, gentamisin, tetracycline, cefoxitin, chloramfenicol atau metronidazol. Oxitoksin seperti ergonovine atau
methyler gonovine.
Hentikan pemberian ASI jika terjadi mastitis supuratif.
Pertahankan input dan output yang tepat. Atur pemberian cairan dan elektrolit secara intravena, jangan berikan
makanan dan minuman pada pasien yang muntah
Pemberian analgetika dan antibiotika.
1. Nyeri berhubungan dengan infeksi pada organ reproduksi
Tujuan :
Nyeri berkurang/terkontrol
Intervensi :
Selidiki keluhan pasien akan nyeri;perhatikan intensitas (0-10),lokasi,dan faktor pencetus
Awasi tanda vital,perhatikan petunjuk non-verbal,misal: tegangan otot, gelisah.
Berikan lingkungan yang tenang dan kurangi rangsangan penuh stress.
Berikan tindakan kenyamanan (missal : pijatan / masase punggung)
Dorong menggunakan tekhnik manajemen nyeri , contoh : latihan relaksasi / napas dalam , bimbingan imajinasi ,
visualisasi)
Kolaborasi :
Pemberian obat analgetika.
Catatan: hindari produk mengandung aspirin karena mempunyai potensi perdarahan
Pemberian Antibiotika
1. Cemas / ketakutan berhubungan dengan perubahan keadaan atau ancaman kematian
Tujuan :
-
7/31/2019 Askep Infeksi
6/6
Klien dapat mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya dan mengatakan perasaan cemas berkurang atau hilang.
Intervensi :
Kaji respon psikologis klien terhadap perdarahan paska persalinan
Rasional : Persepsi klien mempengaruhi intensitas cemasnya
Kaji respon fisiologis klien ( takikardia, takipnea, gemetar )
Rasional : Perubahan tanda vital menimbulkan perubahan pada respon fisiologis Perlakukan pasien secara kalem, empati, serta sikap mendukung
Rasional : Memberikan dukungan emosi
Berikan informasi tentang perawatan dan pengobatan
Rasional : Informasi yang akurat dapat mengurangi cemas dan takut yang tidak diketahui
Bantu klien mengidentifikasi rasa cemasnya
Rasional : Ungkapan perasaan dapat mengurangi cemas
Kaji mekanisme koping yang digunakan klien
Rasional : Cemas yang berkepanjangan dapat dicegah dengan mekanisme koping yang tepat.