asiklovir

4
Asiklovir Farmakokinetik Pemberian obat bisa secara intravena, oral atau topical. Efektivitas pemberian topical diragukan.obat tersebar keseluruh tubuh,termaksuk cairan serebrospinal.asiklovir sebagian dimetabolisme menjadi produk yang tidak aktif.Ekskresi kedalam urine terjadi melalui filtrasi glomerular dan sekresi tubular. Obat diabsorbsi dengan lambat, tergantung dari dosisnya, dan luas didistribusikan ketubuh dan jaringan organ. Lima puluh persen melalui cairan serebrospinal. Sepuluh sampai tiga puluh persen obat berikatan dengan protein. Waktu paruhnya adalah 2-3 jampada fungsi ginjal normal. Asiklovir disekresikan tanpa mengalami perubahan ke dalam urin. Asiklovir bersifat konsisten mengikuti model dua-kompartemen; volume distribusi taraf mantap kira-kira sama dengan volume cairan tubuh. Kadar plasma taraf mantap setelah dosis oral ialah 0,5 ug/ml setelah dosis 200 mg dan 1,3 ug/ml setelah dosis 600 mg. pada pasien dengan fungsi ginjal normal, waktu paruh eliminasi kira-kira 2 ½ jam pada orang dewasa dan 4 jam pada neonatus serta 20 jam pada pasien anuria. Kadar obat juga dapat diukur di saliva, cairan lesi dan secret vagina. Kadar cairan serebrospinal mencapai setengah kadar plasma. Di ASI kadarnya lebih tinggi. Lebih dari 80% dosis obat dieliminasi melalui filtasi glomerulus ginjal dan sebagian kecil melalui sekresi tubuli. Hanya sekitar 15% dosis obat yang diberikan dapat ditemukan kembali di urine sebagai metabolit inaktif Farmakodinamik Asiklovir merupakan analog 2’-deoksiguanosin. Asiklovir adalah memiliki efek antivirus setelah dimetabolisme menjadi asiklovir trifosfat. Langkah yang penting dari proses ini adalah pembentukan asiklovir monofosfat yang dikatalisis oleh timidin kinase pada sel hospes yang terinfeksi oleh virus herpes atau varicella zoster atau oleh fosfotransferase yang dihasilkan oleh sitomegalo virus, kemudian enzim seluler menambahkan gugus fosfat untuk membentuk asiklovir difosfat dan asiklovir trifosfat. Asiklovir trifosfat menghambat sintesis DNA virus dengan cara kompetisi dengan 2’-deoksiguanosin trifosfat dengan substrat DNA polimerase virus. Jika asiklovir (dan bukan 2’-deosiguanosin)

Upload: billy-chietra

Post on 25-Jul-2015

353 views

Category:

Documents


18 download

TRANSCRIPT

Page 1: Asiklovir

AsiklovirFarmakokinetikPemberian obat bisa secara intravena, oral atau topical. Efektivitas pemberian topical diragukan.obat tersebar keseluruh tubuh,termaksuk cairan serebrospinal.asiklovir sebagian dimetabolisme menjadi produk yang tidak aktif.Ekskresi kedalam urine terjadi melalui filtrasi glomerular dan sekresi tubular.Obat diabsorbsi dengan lambat, tergantung dari dosisnya, dan luas didistribusikan ketubuh dan jaringan organ. Lima puluh persen melalui cairan serebrospinal. Sepuluh sampai tiga puluh persen obat berikatan dengan protein. Waktu paruhnya adalah 2-3 jampada fungsi ginjal normal. Asiklovir disekresikan tanpa mengalami perubahan ke dalam urin.Asiklovir bersifat konsisten mengikuti model dua-kompartemen; volume distribusi taraf mantap kira-kira sama dengan volume cairan tubuh. Kadar plasma taraf mantap setelah dosis oral ialah 0,5 ug/ml setelah dosis 200 mg dan 1,3 ug/ml setelah dosis 600 mg. pada pasien dengan fungsi ginjal normal, waktu paruh eliminasi kira-kira 2 ½ jam pada orang dewasa dan 4 jam pada neonatus serta 20 jam pada pasien anuria. Kadar obat juga dapat diukur di saliva, cairan lesi dan secret vagina. Kadar cairan serebrospinal mencapai setengah kadar plasma. Di ASI kadarnya lebih tinggi. Lebih dari 80% dosis obat dieliminasi melalui filtasi glomerulus ginjal dan sebagian kecil melalui sekresi tubuli. Hanya sekitar 15% dosis obat yang diberikan dapat ditemukan kembali di urine sebagai metabolit inaktif

FarmakodinamikAsiklovir merupakan analog 2’-deoksiguanosin. Asiklovir adalah memiliki efek antivirus setelah dimetabolisme menjadi asiklovir trifosfat. Langkah yang penting dari proses ini adalah pembentukan asiklovir monofosfat yang dikatalisis oleh timidin kinase pada sel hospes yang terinfeksi oleh virus herpes atau varicella zoster atau oleh fosfotransferase yang dihasilkan oleh sitomegalo virus, kemudian enzim seluler menambahkan gugus fosfat untuk membentuk asiklovir difosfat dan asiklovir trifosfat. Asiklovir trifosfat menghambat sintesis DNA virus dengan cara kompetisi dengan 2’-deoksiguanosin trifosfat dengan substrat DNA polimerase virus. Jika asiklovir (dan bukan 2’-deosiguanosin) yang masuk ketahap replikasi DNA virus, sintesis berhenti. Inkorporasi asiklovirmonofosfat ke DNA virus bersifat ireversibel karena enzim eksonuklease tidak dapat memperbaikinya. Pada proses ini, DNA polimerase virus menjadi inaktif.

Efek samping Tergantung pada cara pemberian. Misalnya, iritasi local dapat terjadi dari pemberian topical; sakit kepala; diare; mual ;dan muntah merupakan hasil pemberian oral , gangguan fungsi ginjal dapat timbul pada dosis tinggi atau pasien dehidrasi yang menerima obat secara intravena.

CTMFarmakokinetik- Pemberian antihistamin H1 secara oral bisa diabsorpsi dengan baik dan mencapai konsentrasi puncak plasma rata-rata dalam 2 jam. Ikatan dengan protein plasma berkisar antara 78-99%. Sebagian besar antihistamin H1 dimetabolisme melalui hepatic microsomal mixed-function

Page 2: Asiklovir

oxygenase system. Konsentrasi plasma yang relative rendah setelah pemberian dosis tunggal menunjukkan kemungkinan terjadi efek lintas pertama oleh hati.- Waktu paruh antihistamin H1 sangat bervariasi. Klorfeniramin memiliki waktu paruh cukup panjang sekitar 24 jam, sedang akrivastin hanya 2 jam. Waktu paruh metabolit aktif juga sangat berbeda jauh dengan obat induknya, seperti astemizole 1,1 hari sementara metabolit aktifnya, N-desmethylastemizole, memiliki waktu paruh 9,5 hari. Hal inilah yang mungkin menjelaskan kenapa efek antihistamin H1 ratarata masih eksis meski kadarnya dalam darah sudah tidak terdeteksi lagi. Waktu paruh beberapa antihistamin H1 menjadi lebih pendek pada anak dan jadi lebih panjang pada orang tua, pasien disfungsi hati, danm pasien yang menerima ketokonazol, eritromisin, atau penghambat microsomal oxygenase lainnya.

FarmakodinamikFarmakokinetik secara umum yaitu antagonisme Histamin H1 yang mempengaruhi otot polos terutama bronkus, permeabilitas kapiler yaitu untuk mengurangi udem, untuk reaksi anafilaksis dan alergi, pada kelenjar eksokrin AH1 mempengaruhi sekresi saliva dan eksokrin lain akibat histamine, pada susunan saraf pusat dapat merangsang atau menghambat SSP umumnya terjadi kantuk atau sedasi pada pemakaian AH1, antikolinergik nemun tidak memadai untuk dosis terapeutik,

Efek SampingEfek samping yang sering terjadi adalah sedatif, gangguan saluran cerna, mulut kering, kesukaran miksi. Kontraindikasi dari klorfeniramin maleat ini menimbulkan aktivitas antikolinergik yang dapat memperburuk asma bronkial, retensi urin, glaukoma. Klorfeniramin memiliki interaksi dengan alkohol, depresan syaraf pusat, anti kolinergik

ParacetamolFarmakokinetikParasetamol diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu ½ jam dan masa paruh plasma antara 1 sampai 3 jam

FarmakodinamikEfek analgetik parasetamol serupa dengan salisilat, yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga berdasarkan efek sentral seperti salisilat. Efek anti-inflamasi parasetamol sangat lemah, oleh karena itu parasetamol tidak digunakan sebagai antireumatikMekanisme aksi utama dari parasetamol adalah hambatan terhadap enzim siklooksigenase (COX: cyclooxigenase), dan penelitian terbaru menunjukkan bahwa obat ini lebih selektif menghambat COX-2. Meskipun mempunyai aktifitas antipiretik dan analgesik, tetapi aktifitas anti-inflamasinya sangat lemah karena dibatasi beberapa faktor, salah satunya adalah tingginya kadar peroksida dapa lokasi inflamasi. Hal lain, karena selektifitas hambatannya pada COX-2, sehingga obat ini tidak menghambat aktifitas tromboksan yang merupakan zat pembekuan darah.Efek SampingJarang terjadi, antara lain reaksi hipersensitifitas dan kelainan darah. Pada penggunaan kronis dari 3-4 g sehari dapat terjadi kerusakan hati, pada dosis di atas 6 g mengakibatkan nekrose hati yang reversible. Hepatotoksisitas ini disebabkan oleh metabolit-metabolitnya, yang pada dosis

Page 3: Asiklovir

normal dapat ditangkal oleh glutation (suatu tripeptida dengan –SH). Pada dosis diatas 10 g, persediaan peptida tersebut habis dan metabolit-metabolit mengikat pada protein dengan –SH di sel-sel hati, dan terjadilah kerusakan irreversible. Parasetamol dengan dosis diatas 20 g sudah berefek fatal. Over dosis bisa menimbulkan antara lain mual, muntah, dan anorexia. Penanggulanganya dengan cuci lambung, juga perlu diberikan zat-zat penawar (asam amino N-asetilsisten atau metionin) sedini mungkin, sebaiknya dalam 8-10 jam setelah intoksikasi (Tjay dan Rahardja, 2002) Wanita hamil dapat menggunakan parasetamol dengan aman, juga selama laktasi walaupun mencapai air susu ibu.