asean forum on migrant labour (afml) dalam...

111
ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM PENANGANAN KASUS TENAGA KERJA ASING ILEGAL DI MALAYSIA 2012-2017 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Mindarti Utami 11141130000052 PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

Upload: others

Post on 17-Jul-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR

(AFML) DALAM PENANGANAN KASUS

TENAGA KERJA ASING ILEGAL DI MALAYSIA

2012-2017

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Mindarti Utami

11141130000052

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019

Page 2: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

ii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul:

ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM

PENANGANAN KASUS TENAGA KERJA ASING ILEGAL DI

MALAYSIA 2012-2017

1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli

saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya

bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 30 Juli 2019

Mindarti Utami

Page 3: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:

Nama : Mindarti Utami

NIM : 11141130000052

Program Studi : Hubungan Internasional

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:

ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM

PENANGANAN KASUS TENAGA KERJA ASING ILEGAL DI

MALAYSIA 2012-2017

dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.

Jakarta, 30 Juli 2019

Mengetahui,

Ketua,

Menyetujui,

Pembimbing

Ahmad Alfajri, MA

NIP. 19850702 201903 1 005

M. Adian Firnas, S.IP, M.Si

NIP.

Page 4: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

iv

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

SKRIPSI

ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM

PENANGANAN KASUS TENAGA KERJA ASING ILEGAL DI MALAYSIA

2012-2017

Oleh

Mindarti Utami

11141130000052

telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal

2019. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Hubungan Internasional.

Ketua, Sekretaris,

Ahmad Alfajri, MA

NIP. 19850702 201903 1 005

Khoirun Nisa, MA.Pol.

NIP. 198503112018012001

Penguji I,

Penguji II,

Irfan R. Hutagalung, SH, LLM

NIP:

Febri Dirgantara Hasibuan, M.M.

NIP:

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada 2019.

Ketua Program Studi Hubungan Internasional

FISIP UIN Jakarta

Ahmad Alfajri, MA

NIP. 19850702 201903 1 005

Page 5: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

v

ABSTRAK

Skripsi ini menganalisis peran ASEAN dalam membantu Malaysia

menangani kasus TKA illegal. Tujuan penelitian ini adalah memberikan

penjelasan mengenai peran ASEAN, melalui AFML, dalam penanganan masalah

TKA illegal di Malaysia. Penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka terhadap

literature-literature yang ada. Peneliti menemukan bahwa ada dua langkah yang

dapat diberikan ASEAN dalam hal penanganan kasus TKA illegal, yaitu

mempertemukan berbagai pemangku kepentingan terkait dan memetakan

permasalahan dasar yang menyebabkan munculnya TKA illegal. Selain itu,

ASEAN juga memberikan rekomendasi-rekomendasi terkait permasalahan dasar

yang dihadapi. Akan tetapi, rekomendasi dan langkah-langkah ASEAN belum

mampu membuat kemunculan TKA illegal, khususnya di Malaysia, terhenti. Hal

ini dikarenakan beberapa permasalahan, seperti, 1) tidak pahamnya TKA dengan

birokrasi pemerintah, 2) tidak diketahuinya jumlah pasti TKA illegal dan sektor

yang ditempati, 3) penyebaran informasi terkai tjalur illegal oleh TKA sendiri,

dan 4) tidak pastinya nasib TKA setelah kembali ke negara asal. Kerangka

teoritis yang digunakan dalam skripsi ini adalah konsep organisasi regional dan

kerjasama regional. Dari hasil analisis menggunakan konsep tersebut dapat

disimpulkan bahwa ASEAN, sebagai wadah kerjasama regional, sudah

memberikan platform terbaik bagi para pemangku kepentingan terkait TKA

illegal. Akan tetapi, beberapa faktor di atas masih menjadi hambatan tercapainya

penanganan kasus TKA illegal.

Kata kunci: ASEAN, AFML, Tenaga Kerja Asing Ilegal, Kerjasama

Regional.

Page 6: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWr. Wb.

AlhamdulillahiRabbil ‘Alamin, puji dan syukur selalu penulis panjatkan

kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam tak

lupa penulis haturkan kepada junjungan kita, Nabi Besar Muhammad SAW

beserta seluruh keluarga, sahabat, dan para pengikut beliau.

Penulis merasa perlu untuk menyampaikan ucapan terima kasih kepada

beberapa pihak berikut yang telah memberikan dukungan moril kepada penulis

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Dengan segenap rasa hormat dan kerendahan hati, penulis sangat ingin

menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Darsiah, S.Sos, MH dan Ibu Sahmin, selaku orang tua penulis, serta

seluruh anggota keluarga lainnya, yang selalu memberikan dukungan moril

maupun materil.

2. Bapak M. Adian Firnas, S.IP, M.Si. selaku dosen pembimbing penulis yang

selalu memberikan arahan, motivasi, dan kritik yang membangun dalam

perbaikan penulisan skripsi ini.

3. Segenap jajaran staff dan dosen Program Studi Hubungan Internasional UIN

Jakarta yang telah memberikan begitu banyak ilmu serta wawasan yang baru

kepada penulis.

4. Seluruh Staf Departemen Hubungan Internasional, NCB-Interpol Indonesia.

Terima kasih karena telah memberikan kesempatan magang dan membimbing

penulis selama magang.

5. Sahabat-sahabat penulis yang senantiasa menemani penulis selama

menempuh pendidikan dalam suka maupun duka. Terutama kepada Zahra,

Page 7: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

vii

Shelvy Nujuliyani, Ghina Luqyana, dan teman-teman lainnya. Terima kasih

sudah menjadi bagian dari penyusunan skripsi ini.

6. Teman-teman seangkatan 2014 HI UIN Jakarta yang selalu membantu penulis

selama masa pembelajaran di kampus.

7. Kelompok KKN DEVITION XV yang sudah membantu penulis

menyelesaikan salah satu tugas akademik dengan baik.

Penulis berharap bahwa semoga semua bentuk dukungan dan kebaikan

tersebut mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Penulis menyadari

bahwa penulisan skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari

kata sempurna, sehingga kritik dan saran dari berbagai pihak tentu akan sangat

membantu penulis sebagai bahan pertimbangan perbaikan penulisan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangsih yang besar kedepannya dalam

ranah kajian penelitian pada bidang Ilmu Hubungan Internasional.

Wassalamu’alaikumWr. Wb.

Jakarta, 30 Juli 2019

Mindarti Utami

Page 8: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

viii

DAFTAR ISI

HalamanCover

Pernyataan Bebas Plagiarisme ........................................................................... ii

Persetujuan Pembimbing Skripsi ..................................................................... iii

Pengesahan Panitia Ujian Skripsi ..................................................................... iv

Abstrak ................................................................................................................. v

Kata Pengantar ................................................................................................... vi

Daftar Isi ............................................................................................................ viii

Daftar Tabel ......................................................................................................... x

Daftar Singkatan ................................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Pernyataan Penelitian ................................................................................... 1

B. Pertanyaan Penelitian ................................................................................. 15

C. Manfaat dan Tujuan Penelitian .................................................................. 15

D. Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 16

E. Landasan Teori........................................................................................... 20

E.1. Kerjasama Regional............................................................................ 20

E.2. Organisasi Regional............................................................................ 23

F. Metode Penelitian ...................................................................................... 26

G. Sistematika Penelitian ................................................................................ 26

BAB II TENAGA KERJA ASING ILEGAL DI MALAYSIA ...................... 28

A. Malaysia Sebagai Negara Penerima Tenaga Kerja Asing ......................... 28

B. Tenaga Kerja Asing Ilegal Di Malaysia..................................................... 37

C. Kebijakan Pemerintah Malaysia Terkait Tenaga Kerja Asing Ilegal ........ 44

BAB III ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR ................................... 52

A. ASEAN Declaration on the Protection and Promotion of the Rights

Migrant Workers ........................................................................................ 54

B. ASEAN Forum On Migrant Labour .......................................................... 55

BAB IV AFML DAN UPAYA PENANGANAN KASUS TENAGA KERJA

ASING ILEGAL DI MALAYSIA .................................................................... 68

Page 9: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

ix

A. Upaya ASEAN Dalam Penanganan Kasus Tenaga Kerja Asing Ilegal

Melalui AFML ........................................................................................... 68

A.1. Mempertemukan Setiap Pemangku Kepentingan ASEAN Terkait

TKA Ilegal ................................................................................................. 68

A.2. Memetakan Permasalahan Dasar Terkait TKA Ilegal ....................... 70

B. Implementasi Rekomendasi AFML Oleh Negara Anggota ASEAN ........ 71

C. Dampak Bagi Malaysia .............................................................................. 80

BAB V Kesimpulan ........................................................................................... 90

Daftar Pustaka

Page 10: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jumlah Tenaga Kerja Asing Berdasarkan Negara Asal 1999-2008

Tabel 2.2 Jumlah Tenaga Kerja Asing Bedasarkan Negara Asal 2011-2015

Tabel 2.3 Jumlah Tenaga Kerja Asing Berdasarkan Sektor Pekerjaan

Page 11: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

xi

DAFTAR SINGKATAN

3D Dirty, Difficult, and Dangerous

ACMW ASEAN Committee on the Implementation of the ASEAN

Declaration on the Protection and Promotion of the Rights of

Migrant Workers

ACRA Association of Cambodia Recruitment Agencies

ADB Asian Development Bank

AFML ASEAN Forum On Migrant Labour

ANZUS Australia, New Zealand, US Security Treaty Organization

ASEAN Association of South-East Asia Nations

BNP2TKI Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja

Indonesia

CEDAW Committee on the Elimination of Discrimination Against Women

CLMV Cambodia, Laos, Myanmar, and Vietnam

CRC Convention on the Rights of the Child

CSOs Civil Society Organizations

CSPS Contractor Safety Passport

DOSH Department of Occupational Safety and Health

EIB European Investment Bank

E-Kad Employment Card

FMM Federation of Malaysian Manufacture

FWCMS Foreign Workers Centralized System

GDP Gross Domestic Products

IC Identification Card

IDB Inter-American Development Bank

IGO International Governmental Organization

ILMS International Labour Migration Statistics

ILO International Labour Organizations

IOM International Organization for Migration

KBRI Kedutaan Besar Republik Indonesia

MAP Migrant Assistance Program

MIGRANT Migrasi Internasional

MoFA Ministry of Foreign Affairs

MOI Ministry of Information

MoLSW Lao Ministry of Labour and Social Welfare

MoU Memorandum of Understanding

MRCs Migrant Workers’ Centre

MTUC Malaysian Trade Unions Congress

MWG Migration Working Group

NAP National Action Plans

Page 12: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

xii

NATO North Atlantic Treaty Organization

NEM New Economic Model

NER National Employment Returns

NGO Non-Governmental Organization

NIOSH National Institute of Occupational Safety and Health

NSI North South Initiative

NTSP NIOSH TNB Safety Passport

OAS Organization of American States

OAU Organization of African Unity

OGSP Oil and Gas Safety Passport

OSH Occupational Safety and Health

PIKAP Pertubuhan Kebangsaan Agensi Pekerjaan Malaysia

PSD-BM Pusat Sumber Daya Buruh Migran

TFAMW Task Force for ASEAN Migrant Workers

TKA Tenaga Kerja Asing

TKI Tenaga Kerja Indonesia

TKI-B Tenaga Kerja Indonesia Bermasalah

UN United Nations

UNI-APRO Union Network International-Asia Pacific Regional Organization

VAMAS Viet Nam Association of Manpower and Supply

WNI Warga Negara Indonesia

WTO Warsaw Treaty Organization

Page 13: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Penelitian

Malaysia merupakan salah satu negara yang berkebutuhan terhadap

migrant workers (tenaga kerja asing). Salah satu faktor utama mengapa

Malaysia membutuhkan tenaga kerja asing adalah tingkat pertumbuhan

populasi penduduk. Malaysia adalah salah satu negara yang tingkat

pertumbuhan populasi penduduknya rendah. Pada tahun 2008, tingkat

pertumbuhan populasi penduduk Malaysia hanya sekitar 1,7%. Di tahun

2000, diperkirakan jumlah populasi penduduk Malaysia sekitar 25,27 juta

jiwa dengan sekitar 13,2% merupakan penduduk usia 50 tahun ke atas.

Jumlah populasi usia 50 tahun ke atas diperkirakan akan meningkat hingga

22,9% di tahun 2030 dan sekitar 29,7% di tahun 2050.1

Faktor lainnya adalah banyak dari penduduk Malaysia, seperti

penduduk negara penerima tenaga kerja asing umumnya, tidak

menginginkan pekerjaan yang menurut mereka mengandung unsur 3D

(dirty, difficult, and dangerous). Khususnya bagi penduduk yang memiliki

tingkat pendidikan menengah ke atas.2 Pendidikan penduduk Malaysia,

dalam dua dekade terkahir, menunjukkan peningkatan yang signifikan.

Pada tahun 2010, penduduk Malaysia yang hanya berpendidikan sekolah

dasar jumlahnya menurun dari 61% di tahun 1990 menjadi hanya 26% di

1 Philip S. Robertson Jr., Migrant Workers in Malaysia – Issues, Concerns, and Points for Action,

Fair Labour Association, 2008. Hlm. 1 2Ibid., hlm. 1

Page 14: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

2

tahun 2010. Dari angkatan sekolah menengah meningkat dari 34%

menjadi 56%. Tingkat penduduk angkatan kerja berpendidikan perguruan

tinggi mencapai peningkatan dari 5% ke 18% di tahun yang sama. 3

Tingginya pendidikan penduduk Malaysia kemudian meningkatkan

permintaan kerja bagi pekerja asing di sektor-sektor low-skilled, seperti

manufaktur, pertanian, konsruksi, dll. Sekitar sepertiga dari tenaga kerja

pertanian, manufaktur, dan konstruksi adalah migran, industri yang secara

kolektif menyumbang MYR297 miliar (USD68 miliar) atau 35,7% dari

GDP Malaysia pada tahun 2014.4 Sebagian besar perkiraan menunjukkan

bahwa ada 3-4 juta imigran yang saat ini bekerja di Malaysia, yang akan

membentuk sekitar 20-30 persen dari angkatan kerja negara.5 Per tahun

2017, tenaga kerja asing di Malaysia datang dari negara-negara ASEAN

dan negara-negara terdekat Malaysia, seperti Bangladesh (221,089), China

(15,399), Filipina (56,153), India (114, 455), Indonesia (728,870),

Kamboja (5,103), Myanmar (127, 705), Nepal (405,898), Pakistan

(59,281), Sri Lanka (5,964), Thailand (12,603), dan Vietnam (29,039).6

Terbukanya kesempatan kerja yang cukup besar bagi low-skilled

workers menimbulkan permasalahan dalam ketenagakerjaan Malaysia,

yaitu munculnya tenaga kerja illegal. Tahun 2016, diberitakan oleh

3The World Bank, Foreign Workers in Malaysia: Assessment of Their Economic Effects and Review

of the Policy, ‘The World Bank, EASHS, KNOMAD Seminar Series’, Human Development Department Social Protection and Labor Unit, June 13

th, 2013. Hlm. 8-9.

4Benjamin Harkins, Review of Labour Migration Policy in Malaysia, Bangkok: ILO Regional Office

for Asia and the Pacific, 2016. Hlm. 2. 5Ibid., hlm. 1

6More Than 1.7 Million Foreign Workers in Malaysia; Majority from Indonesia dalam

https://www.nst.com.my/news/nation/2017/07/261418/more-17-million-foreign-workers-malaysia-majority-indonesia diakses pada tanggal 10 September 2018.

Page 15: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

3

bbc.com bahwa jumlah tenaga kerja asing ilegal di Malaysia mencapai

sekitar 1,5 juta orang. Dominannya, tenaga kerja asing ilegal berasal dari

Indonesia, Myanmar, Bangladesh, dan Nepal.7

Pada tahun 2017,

channelnewsasia.com juga memberitakan bahwa terdapat sekitar 3 juta

tenaga kerja asing di Malaysia dan setengah dari jumlah ini adalah tenaga

kerja asing illegal. Menurut channelnewsasia.com, beberapa faktor yang

mendukung membludaknya tenaga kerja asing illegal di antaranya,

terbukanya kesempatan kerja yang lebih besar dibanding di negara asal,

employers dari Malaysia lebih memilih tenaga kerja asing yang tingkat

upahnya lebih rendah dibanding penduduk asli, dan kesempatan kerja yang

besar disalahgunakan oleh tenaga kerja asing dengan bekerja pada sektor-

sektor di luar yang telah ditentukan pemerintah Malaysia.8

Pemerintah, baik dari negara pengirim maupun penerima, tidak

memiliki jumlah pasti TKA ilegal. Pemerintah hanya dapat memastikan

jumlah yang tertangkap ketika terjadi razia terkait TKA ilegal. Salah satu

contoh, di hari ketiga diadakannya razia TKA illegal pada Juli 2017,

sekitar 1,509 TKA illegal tertangkap. Jumlah terbesar adalah dari

Bangladesh sekitar 752 orang, diikuti Indonesia (195), Myanmar (117),

7“Malaysia Rekrut Kembali Tenaga Asing Gelap Temasuk TKI” dalam

http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2016/02/160218_dunia_malaysia_tkidiakses pada tanggal 7 Desember 2017. 8Malaysia Continues Crackdown on Illegal Migrant Workers Even as Businesses Cry Foul dalam

https://www.channelnewsasia.com/news/asia/malaysia-continues-crackdown-on-illegal-migrant-workers-even-as-9033668 diakses pada tanggal 30 Mei 2018.

Page 16: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

4

Filipina (50), dan Thailand (45).9 Dalam 3+1 Amnesty Programme, sebuah

program razia immigrant illegal, pada tahun 2018, terjaring sekitar 29,040

immigrant illegal. Jumlah immigrant terbanyak yang tertangkap adalah

dari Indonesia sekitar 9,759 orang, diikuti Bangladesh (5,959 orang),

Filipina (2,820 orang), dan Myanmar (2,715 orang).10

Dalam mengontrol membludaknya pekerja asing illegal, Malaysia

memiliki aturan legal, yaitu The Immigration Act 1959. The Immigration

Act 1959 mengatur mengenai administrasi dan penempatan tenaga kerja

asing. Pada tahun 2002, undang-undang ini diamandemen dikarenakan

meningkatnya jumlah tenaga kerja asing illegal (undocumented migrants).

Undang-undang hasil amandemen ini menekankan bahwa pekerja asing

yang tidak memenuhi syarat sebagai pekerja, sesuai undang-undang

ketenagakerjaan Malaysia, merupakan pekerja illegal.11

Pekerja asing maupun employers, yang termasuk dalam kategori

illegal, berdasarkan The Immigration Act 1959, akan dikenai beberapa

hukuman, seperti denda sebesar MYR10.000 (USD2.280), hukuman

penjara minimal 5 tahun, dan deportasi. Untuk melaksanakan aturan

tersebut, pada tahun 2006, Malaysia mendirikan Immigration Courts

9Immigration Detains 28 Employers, 1,500 Illegal Workers dalam

https://www.freemalaysiatoday.com/category/nation/2017/07/03/immigration-detains-28-employers-1500-illegal-workers/ diakses pada tanggal 26 September 2018. 10

Immigration set to crackdown hard on illegals, human traffickersdalam https://www.thestar.com.my/news/nation/2018/08/30/immigration-set-to-crack-down-hard-on-illegals-human-traffickers/ diakses pada tanggal 10 September 2018. 11

Benjamin Harkins, Review of Labour Migration Policy in Malaysia, Bangkok: ILO Regional Office for Asia and the Pacific, 2016. Hlm. 4

Page 17: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

5

(Pengadilan Imigrasi).12

Selain The Immigration Act 1959, terdapat

beberapa kebijakan Malaysia yang mengatur mengenai pekerja asing,

khususnya pekerja asing illegal. Malaysia mencoba mengatur quota

pekerja asing dengan menerapkan sistem twin-track policy on labour

migration (mengadapatsi sistem pengelolaan tenaga kerja asing

Singapura). Sistem ini membagi tenaga kerja asing menjadi dua kategori,

yaitu contract workers (low-skilled workers) dan expatriates (high-skilled

workers). Perbedaan ini didasarkan pada perolehan gaji setiap bulannya.

Pekerja asing dengan perolehan gaji MYR3000 (USD689) merupakan

kelas pekerja expatriates.13

Selain perolehan gaji, pemerintah Malaysia juga menetapkan

beberapa aturan khusus bagi contract workers. Beberapa aturan tersebut

adalah sebagai berikut: 1) Malaysian Employers harus menunjukkan bukti

bahwa mereka telah membuka lowongan kerja terlebih dahulu bagi

penduduk lokal baru kemudian bagi pekerja asing atau pekerja migran, 2)

sektor-sektor yang diperizinkan bagi pekerja asing adalah sektor

manufaktur, konstruksi, agrikultur, perkebunan, pelayanan, dan pekerjaan

domestik, 3) penerimaan pekerja asing hanya berlaku bagi 14

kewarganegaraan dan masing-masing kewarganegaraan akan ditempatkan

di sektor-sektor spesifik, dan 4) pembatasan gender telah diterapkan,

khususnya dalam hal migrasi perempuan, yang telah dipromosikan sebagai

12

Ibid., hlm. 1. 13

Ibid., hlm. 9.

Page 18: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

6

sarana untuk memfasilitasi transfer pekerjaan rumah tangga dan tugas

pengasuhan di rumah-rumah pribadi dari warga negara ke migran.14

Usaha lainnya dari pemerintah Malaysia adalah menerapkan

kebijakan kenaikan tarif pungutan bagi tenaga kerja asing (levy) pada

tahun 2016. Kenaikan levy diumumkan oleh Perdana Menteri Datuk Seri

Dr. Ahmad Zahid Hamidi. Dalam pernyataannya, beliau menyampaikan

bahwa kenaikan tarif ini didasari oleh perhitungan mengenai penggunaan

fasilitas negara oleh pekerja asing. Hal ini juga, menurut Datuk Seri Dr.

Ahmad Zahid Hamidi, sebagai langkah baru bagi Malaysia untuk menjadi

negara yang tidak ketergantungan pekerja asing atau pekerja migrant.

Kenaikan tarif levy ini diberlakukan pada dua sektor, yaitu sektor

manufaktur, konstruksi, dan jasa, serta sektor perkebunan dan pertanian.

Untuk sektor manufaktur, konstruksi dan jasa dikenakan MYR2,500.

Sedangkan untuk sektor perkebunan dan pertanian dikenakan tarif

MYR1,500. Jumlah tarif disesuaikan dengan pendapatan dari pekerja asing

di setiap sektor. Kebijakan ini tidak berlaku bagi pekerja lokal.15

Kebijakan ini kemudian menuai protes dari kalangan industri dan

negara pengekspor tenaga kerja, salah satunya Indonesia. Dari kalangan

industri, Malaysia menyampaikan keberatan dengan naiknya tarif, karena

industri merupakan sektor yang berkebutuhan tinggi terhadap pekerja.

Merespon hal ini, Kementerian Dalam Negeri Malaysia menyatakan

14

Ibid., hlm. 9. 15

Kadar Levy Baharu Pekerja Asing Beri Pendapatan dalam http://www.sinarharian.com.my/mobile/nasional/kadar-levi-baharu-pekerja-asing-beri-pendapatan-1.479908 diakses pada tanggal 30 Mei 2018.

Page 19: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

7

penundaan pelaksanaan kenaikan tarif dari tanggal 1 Februari 2016

menjadi tanggal 18 Maret 2016. Menurut Kementerian Dalam Negeri

Malaysia, penundaan ini dilakukan untuk mencoba mendiskusikan ulang

kebijakan ini dengan asosiasi-asosiasi dari berbagai sektor. Selain

penundaan tanggal berlakunya levy baru, pemerintah juga menerapkan

penundaan penerimaan tenaga kerja asing baru sampai dengan waktu yang

telah ditentukan.16

Selain dari pihak industri, Malaysia juga mendapat protes dari

salah satu negara pengekspor tenaga kerja asing, yaitu Indonesia. Sebagai

negara pengekspor tenaga kerja terbesar ke Malaysia, Indonesia

menyatakan keberatannya atas kebijakan ini. Didasarkan pada protes para

Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang menyatakan bahwa tarif tersebut

terlalu tinggi. Seorang TKI asal Jambi, Sugianto, menyatakan bahwa levy

merupakan tanggungan tenaga kerja sendiri bukan majikan. Karenanya,

TKI meminta pemerintah untuk mencoba bernegosiasi dengan pihak

Malaysia. Salah satu aktivis Pusat Sumber Daya Buruh Migran (PSD-BM)

Indonesia, Ridwan Wahyudi, menyatakan bahwa kebijakan ini hanya akan

menambah jumlah buruh migrant tak berdokumen (undocumented

workers).17

Namun, kebijakan ini tetap berlaku.

16

Kenaikan Biaya Levy Hanya di Semenanjung Malaysia dalam https://buruhmigran.or.id/2016/03/22/kenaikan-biaya-levy-hanya-di-semenanjung-malaysia/ diakses pada tanggal 30 Mei 2018. 17

Pungutan di Malaysia Naik, Buruh Migran Makin Tercekik dalam https://buruhmigran.or.id/2016/02/01/pungutan-di-malaysia-naik-buruh-migran-makin-tercekik/ diakses pada tanggal 30 Mei 2018.

Page 20: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

8

Pada tahun 2017, Malaysia kemudian menerapkan kebijakan razia

tenaga kerja asing illegal. Kebijakan razia ini didasarkan pada protes

Federasi Manufaktur Malaysia (FMM) mengenai kebijakan pemerintah

terkait memorandum of understanding (MoU) impor tenaga kerja dari

Bangladesh. Pemerintah Malaysia diberitakan akan membawa sekitar 1,5

juta pekerja dari Bangladesh. Menurut FMM, lebih baik pemerintah

menyelesaikan permasalahan TKA illegal terlebih dahulu daripada harus

mendatangkan begitu banyak TKA baru. Hal ini kemudian diklarifikasi

oleh Wakil Menteri Dalam Negeri Malaysia, Nur Jazlan Mohamed, bahwa

pemerintah tidak membawa 1,5 juta pekerja dari Bangladesh, melainkan

akan membawa sekadar kebutuhan saja. Bangladesh bukan ingin

membawa pekerja sejumlah 1,5 juta orang ke Malaysia, tetapi

menawarkan sekitar 1,5 juta pekerja tidak hanya kepada Malaysia,

melainkan ke negara-negara lain yang juga membutuhkan.18

Kebijakan razia tenaga kerja asing illegal ini merupakan kelanjutan

dari program re-hiring (mempekerjakan kembali) dan pembuatan

employment card (E-Kad). Program re-hiring dan pembuatan E-Kad mulai

dijalankan dari bulan Februari hinggga Juni 2017. Menurut beberapa

laporan, dari 600.000 tenaga kerja asing illegal yang diharapkan

mendaftar, hingga Juni 2017 hanya sekitar 155.680 tenaga kerja asing

yang sudah mendaftar. Menurut Figo Kurniawan, seorang TKI dan

penggiat Komunitas Serantau, salah satu penyebab enggannya para tenaga 18

Malaysia Rekrut Kembali Tenaga Kerja Asing Gelap Termasuk TKI dalam http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2016/02/160218_dunia_malaysia_tki diakses pada tanggal 30 Mei 2018.

Page 21: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

9

kerja asing ini mendaftarkan diri adalah adanya kemungkinan dideportasi.

Ada beberapa syarat yang diajukan pihak Malaysia yang jika tidak

terpenuhi akan menyebabkan para tenaga kerja dideportasi.19

E-Kad

berfungsi sebagai permit letter bagi tenaga kerja asing illegal untuk

mendapat izin kerja legal dari pemerintah Malaysia. E-Kad hanya

berfungsi bagi 15 negara (kewarganegaraan), termasuk di dalamnya

Indonesia, Bangladesh, dan Myanmar.20

Tidak tercapainya target re-hiring, pemerintah Malaysia kemudian

mulai melakukan razia terhadap tenaga kerja asing illegal pada Juli 2017.

Pada 10 hari pertama razia dilaksanakan sudah terjaring sekitar 3.300

tenaga kerja asing illegal. Tenaga kerja asing tersebut akan dipulangkan ke

negara masing-masing dan akan blacklist dari ketenagakerjaan Malaysia.

Direktur Jenderal Departemen Imigrasi Malaysia, Mustafar Ali,

menyatakan bahwa pemerintah Malaysia akan terus menjalankan razia

hingga tenaga kerja asing illegal terakhir ditangkap.21

Selain kebijakan nasional, Malaysia juga memanfaatkan forum

organisasi regional dalam upaya penanggulangan permasalahan TKA

illegal. Dalam hal ini, Malaysia menjadi peserta dalam ASEAN Forum on

Migrant Labour (AFML). Sebagai salah satu negara anggota ASEAN,

19

Terancam Razia, Ratusan TKI ‘Bertahan dan Bersembunyi’ di Malaysia dalam http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-40482368 diakses pada tanggal 30 Mei 2018. 20

Malaysia Begins Crackdown on Illegal Foreign Workers dalam https://www.straitstimes.com/asia/se-asia/malaysia-begins-crackdown-on-illegal-foreign-workers diakses pada tanggal 30 Mei 2018. 21

Malaysia Continues Crackdown on Illegal Migrant Workers Even as Businesses Cry Foul dalam https://www.channelnewsasia.com/news/asia/malaysia-continues-crackdown-on-illegal-migrant-workers-even-as-9033668 diakses pada tanggal 30 Mei 2018.

Page 22: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

10

Malaysia, dalam posisi sebagai negara yang berkebutuhan terhadap TKA,

sudah sepatutnya ada dalam AFML. AFML merupakan forum terbuka

antara pemerintah, organisasi pekerja dan pengusaha, dan pemangku

kepentingan masyarakat sipil tentang isu-isu utama yang dihadapi pekerja

migrant di Asia Tenggara. Forum ini bertujuan untuk mengembangkan

rekomendasi untuk memajukan pelaksanaan prinsip Deklarasi ASEAN

tentang Perlindungan dan Promosi Hak-Hak Pekerja Migran (ASEAN

Declaration on the Protection and Promotion of the Rights of Migrant

Workers). Forum ini memberikan kesempatan untuk berbagi kegiatan para

pemangku kepentingan untuk mengimplementasikan berbagai

rekomendasi dari pertemuan AFML.22

Permasalahan tenaga kerja asing illegal tidak hanya dihadapi oleh

Malaysia sebagai negara penerima. Dalam konteks ASEAN, hampir

seluruh negara di Asia Tenggara menghadapi permasalahan tenaga kerja

asing illegal. Salah satu contoh adalah Indonesia. Sebagai negara

pengekspor tenaga kerja terbesar ke Malaysia, Inodonesia dianggap tidak

memiliki data valid mengenai warga negaranya yang menjadi tenaga kerja

asing di luar negeri. Pada tahun 2017, diestimasikan ada sekitar 305,774

orang tenaga kerja Indonesia (TKI) yang berada di Malaysia. Akan tetapi,

Indonesia tidak memiliki data valid mengenai jumlah TKI (tenaga kerja

22

The ASEAN Forum on Migrant Labour dalam http://www.ilo.org/asia/WCMS_416365/lang--en/index.htm diakses pada tanggal 9 Agustus 2018.

Page 23: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

11

Indonesia) illegal. Diperkirakan, ada sekitar satu juta TKI illegal di

Malaysia.23

Sampai hari ini, ada sekitar hampir satu setengah juta TKI illegal di

Malaysia. Keberadaan TKI illegal ini, tidak jarang memunculkan

permasalahan terhadap hubungan diplomatik Indonesia dengan Malaysia.

Dalam program razia TKA illegal pada tahun 2017, hubungan kedua

negara sempat memanas akibat isu-isu mengenai perlakuan tidak pantas

terhadap para TKI illegal. Pemerintah Indonesia, melalui BNP2TKI,

menjelaskan bahwa razia seperti yang dilakukan pemerintah Malaysia saat

itu tidak akan menghentikan munculnya TKA illegal, khususnya TKI.

Perlu solusi yang lebih tepat yang harus didiskusikan antara kedua

negara.24

Kehadiran pekerja asing illegal juga menimbulkan permasalahan

lainnya, salah satunya adalah permasalahan keamanan. Dalam hal

keamanan, pekerja asing illegal terasosiasi dengan hal-hal kriminal, seperti

penyelundupan dan perdagangan manusia yang melibatkan sindikat

kejahatan lintas negara, serta terjadinya eksploitasi tenaga kerja.

Dominannya, korban penyelundupan dan perdagangan manusia adalah

wanita. Wanita-wanita korban penyelundupan dan perdagangan manusia

23

Mohd Nae’im Ajis, dkk., Managing Foreign Workers in Southeast Asian Countries, “Journal of Asia Pacific Studies”, no. 3, vol. 1, 2010. Hlm. 489-490. 24

Ratusan TKI Illegal Ditangkap Malaysia, Indonesia Kirim Nota Diplomatik dalam https://nasional.kompas.com/read/2017/07/07/22353841/ratusan.tki.ilegal.ditangkap.malaysia.indonesia.kirim.nota.diplomatik diakses pada tanggal 15 Agustus 2018.

Page 24: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

12

ini banyak dipekerjakan sebagai budak sex.25

Malaysia memiliki masalah

besar dengan perdagangan dan penyelundupan di sepanjang perbatasannya

dengan Indonesia. Relatif mudah melintasi perbatasan dengan visa turis

atau pengunjung dan mengubahnya menjadi visa kerja. Pada periode 1999-

2005, sebanyak 729 kasus perdagangan yang dicurigai diselidiki oleh

polisi Indonesia dan dari mereka, 550 orang dirujuk ke pengadilan.26

Hal ini kemudian menjadi masalah bersama bagi negara-negara di

Asia Tenggara. Penyelesaian secara bilateral sudah seringkali dilakukan.

Paitoonpong mengidentifikasi beberapa permasalahan yang dihadapi

negara-negara anggota ASEAN dalam penanganan kasus tenaga kerja

asing illegal, di antaranya tuntutan administratif yang kompleks, biaya

pekerja yang relative tinggi (sesuai dengan MoU), stabilitas politik yang

tidak menentu di negara mitra masing-masing, masalah verifikasi

kebangsaan, dan efektivitas kebijakan yang dipertanyakan karena biaya

yang terlalu tinggi dan rumitnya birokrasi.27

Pada tahun 2006, Malaysia menandatangani MoU dengan

Indonesia terkait penempatan dan proses rekruitment tenaga kerja antar-

negara. MoU ini bertujuan untuk mengurangi dampak dari munculnya

TKA illegal di Malaysia. MoU tersebut membahas mengenai sektor-sektor

legal tanpa membahas secara spesifik sektor-sektor illegal yang

25

Jacqueline Joudo Larsen, Migration and People Trafficking in Southeast Asia, “Trends & Issues in Crime and Criminal Justice”, No. 401, Australian Institute of Criminology, November 2010. Hlm. 4. 26

Ibid., Hlm. 5 27

Aniceto Orbita Jr. & Kathrina Gonzales, Managing International Labour Migration in ASEAN: Themes from a Six-Country Study, Philippine Institute for Development Studies, 2013. Hlm. 8.

Page 25: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

13

menyebabkan masalah di Malaysia.28

Malaysia juga mengadakan sebuah

forum dengan Filipina sekitar tahun 2006. Forum ini disebut sebagai RP-

Malaysia Working Group on Migrant Workers. Forum ini membahas

mengenai perlindungan tenaga kerja dari Filipina di Malaysia. Forum ini

tidak secara spesifik membahas mengenai TKA illegal. Pada tahun 2006,

terjaring sekitar 100,000 warga negara Filipina yang berstatus

undocumented migrant workers.29

Pada tahun 2016, Association of Cambodia Recruitment Agencies

(ACRA) menandatangani MoU dengan Malaysia National Association of

Employment Agencies (PIKAP) dalam hal perlindungan tenaga kerja

Kamboja di Malaysia. Forum ini juga tidak membahas mengenai

kemungkinan adanya masalah TKA illegal dari Kamboja di Malaysia.30

Dominannya, negara-negara pengekspor tenaga kerja asing ke Malaysia,

khususnya negara anggota ASEAN, membuat perjanjian terkait

perlindungan warga negara mereka di Malaysia. Ketika terdapat warga

negara mereka yang terjaring oleh otoritas Malaysia sebagai TKA illegal,

negara-negara ini hanya meminta kepada Malaysia agar otoritas Malaysia

menjaga hak asasi manusia warga negara mereka. Tidak ada forum

bilateral khusus yang membahas penanganan munculnya TKA illegal di

Malaysia.

28

Syamsul Ardiansyah, Memorandum of Misunderstanding: Policy Brief on Bilateral Labour Agreement of Indonesian, Institute for National and Democratic Studies, 2008. Hlm. 5. 29

RP Asks Malaysia to Ensure Orderly Repartriation of OFWs dalam https://www.philstar.com/headlines/2006/06/25/343785/rp-asks-malaysia-ensure-orderly-repatriation-ofws diakses pada tanggal 16 Agustus 2018. 30

Workers Fear Arrest in Malaysia dalam https://www.phnompenhpost.com/national/workers-fear-arrest-malaysia diakses pada tanggal 16 Agustus 2018.

Page 26: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

14

Selain itu, para TKA illegal, umumnya termasuk dalam kategori

low-skilled workers yang tingkat pendidikannya masih rendah. Banyak

dari mereka yang tidak paham mengenai birokrasi yang diterapkan

pemerintah setempat. Mereka juga takut terhadap ancaman deportasi dan

blacklist. Oleh karena itu, mereka lebih memilih tetap bekerja tanpa harus

memenuhi administrasi. Jika terjadi razia, para TKA illegal memilih untuk

lari dan bersembunyi. Hal ini disampaikan oleh Figo Kurniawan, seorang

TKI dan penggiat Komunitas Serantau.31

Pemerintah masing-masing

negara juga tidak memiliki data valid mengenai jumlah warga negara

mereka yang menjadi TKA illegal di Malaysia.

Berdasarkan setiap permasalahan di atas, ASEAN berinisiatif

untuk membentuk suatu forum khusus mengenai migrant labour, yaitu

ASEAN Forum on Migrant Labour (AFML). Di awal, AFML difokuskan

pada perlindungan TKA di tiap negara anggota ASEAN. Akan tetapi,

melihat permasalahan ketenagakerjaan yang begitu rumit di kawasan Asia

Tenggara, AFML kemudian menjadi forum yang lebih general. Sejauh ini,

ASEAN sudah menyelenggarakan sebelas AFML dengan setiap negara

anggota ASEAN menjadi tuan rumah. Sebelas forum yang telah

dilaksanakan memunculkan berbagai rekomendasi terkait pemecahan

masalah pekerja asing di Asia Tenggara. Salah satunya adalah mengenai

permasalahan terus munculnya TKA illegal. Sebagai salah satu negara

yang sering menghadapi permasalahan TKA illegal, apakah Malaysia 31

Malaysia Begins Crackdown on Illegal Foreign Workers dalam https://www.straitstimes.com/asia/se-asia/malaysia-begins-crackdown-on-illegal-foreign-workers diakses pada tanggal 27 Agustus 2018.

Page 27: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

15

mendapat solusi dari hadirnya AFML?. Berdasarkan pertanyaan tersebut,

peneliti berinisiatif untuk menyusun sebuah penelitian dengan judul Asean

Forum On Migrant Labour (AFML) Dalam Penanganan Kasus

Tenaga Kerja Asing Ilegal Di Malaysia 2012-2017.

B. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana upaya AFML dalam membantu Malaysia menangani

permasalahan TKA illegal?

C. Manfaat dan Tujuan Penelitian

Penelitian mengenai kerjasama ASEAN melalui AFML dalam

membantu Malaysia menangani permasalahan tenaga kerja asing illegal

disusun dengan beberapa tujuan berikut:

1. Memberikan penjelasan mengenai peran ASEAN melalui AFML

dalam penanganan masalah TKA illegal di Malaysia.

Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat

sebagai berikut:

1. Dapat melengkapi penelitian-penelitian terkait sebelumnya dan

menjadi rujukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

2. Pembaca memperoleh informasi mengenai permasalahan TKA

illegal di Malaysia, faktor-faktor penyebabnya, dan upaya

penanganan serta peran apa saja yang diberikan ASEAN

melalui AFML bagi permasalahan yang dihadapi Malaysia.

D. Tinjauan Pustaka

Page 28: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

16

Dalam menganalisa pembahasan mengenai peran ASEAN melalui

AFML dalam penanganan kasus illegal migrant workers di Malaysia,

peneliti merujuk beberapa penelitian yang disusun sebelumnya. Penelitian

pertama berjudul Upaya Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di

Singapura dalam Pelayanan Warga Negara Indonesia (WNI) dan

Perlindungan Terhadap Tenaga Kerja Indonesia Bermasalah (TKI-B) di

Singapura Antara Tahun 2011-2015 yang disusun oleh Dendy Perwira D.

Satria, Mahasiswa Program Studi Hubungan Internasional, FISIP, UIN

Jakarta.

Penelitian Dendy Perwira D. Satria secara umum membahas

mengenai bagaimana KBRI, selaku wakil masyarakat Indonesia di luar

negeri, melaksanakan tugasnya dalam lingkup perlindungan WNI dan

TKI-B di Singapura. Dalam permasalahan TKI-B, penelitian Dendy

Perwira D. Satria menjelaskan bahwa, secara umum, permasalahan TKI di

luar negeri adalah permasalahan dokumen, kurangnya kapabilitas calon

pekerja, hadirnya calo, dan hadirnya oknum-oknum koruptor yang

memanfaatkan dana TKI untuk mendapatkan keuntungan.32

Di Singapura sendiri, beberapa permasalahan yang dihadapi TKI

adalah permasalahan gaji, kerja terlalu berat dan tidak sesuai Standar

Operasional, kurangnya penguasaan bahasa, direct hiring oleh perusahaan

penerima tenaga kerja, biaya penempatan yang terlalu tinggi, masalah

32

Dendy Perwira D. Satria, Skripsi: Upaya Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Singapura dalam Pelayanan Warga Negara Indonesia (WNI) dan Perlindungan Terhadap Tenaga Kerja Indonesia Bermasalah (TKI-B) di Singapura Antara Tahun 2011-2015, Ciputat: UIN Jakarta, 2017. Hlm. 43-44.

Page 29: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

17

perizinan, dan semacamnya. Untuk menghadapi hal ini, KBRI

menyediakan lembaga khusus, yaitu Fungsi Protokol dan Konsuler

Kedutaan Besar Republik Indonesia, termasuk Direktorat Perlindungan

WNI dan Bantuan Hukum Indonesia, serta dibantu oleh Fungsi

Keimmigrasian.33

Persamaan penelitian Dendy Perwira D. Satria dengan penelitian

ini adalah adanya pembahasan mengenai peran lembaga dalam

penanganan permasalahan tenaga kerja asing di luar negeri.Akan tetapi,

Dendy Perwira D. Satria lebih fokus pada peran KBRI, yang dalam hal ini

merupakan lembaga kerjasama bilateral dan wakil masyarakat Indonesia di

luar negeri, dalam penanganan kasus TKI bermasalah. Penelitian ini akan

fokus pada peran ASEAN, yang merupakan lembaga kerjasama regional,

dalam membantu Malaysia menyelesaikan permasalahan tenaga kerja

asing ilegal. Penelitian Dendy fokus pada permasalahan bilateral,

penelitian ini akan membahas mengenai hubungan negara dengan

organisasi regional.

Rujukan selanjutnya adalah sebuah master thesisyang disusun oleh

Sirus Rustamov dari Linkopings Universitet berjudul “Global

Governance of Migration”. Secara umum, thesis ini membahas mengenai

organisasi-organisasi internasional maupun regional yang menangani

masalah migrasi dan migrant.Sirus Rutamov mengklasifikasikan

organisasi-organisasi tersebut menjadi dua bagian, yaitu Formal-

33

Dendy Perwira, Skripsi: Upaya Keduataan Besar, hlm. 46-52.

Page 30: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

18

Institutional dan Informal.Organisasi yang termasuk ke dalam kelompok

Formal-Institutional terbagi lagi ke dalam dua kelompok, yaitu “Through

UN System” dan “Outside of UN System”.Organisasi yang termasuk

dalam kategori “Through UN System” adalah organisasi-organisasi

internasional yang menangani masalah migrasi dan migrant di bawah

naungan United Nations(UN).Salah satu organisasi terbesarnya adalah

International Labour Organization (ILO).34

ILO menurut konstitusinya, merupakan wadah di mana perwakilan

negara, asosiasi pengusaha dan pekerja (konfederasi serikat pekerja) sama-

sama berpartisipasi dalam melindungi kepentingan pekerja migran yang

dipekerjakan di negara-negara selain negara mereka sendiri. Program

Migrasi Internasional (MIGRANT), yang bertanggung jawab untuk

migrasi tenaga kerja di ILO, bertujuan untuk melindungi hak-hak pekerja

migran, serta untuk mengembangkan pemahaman dan basis pengetahuan

migrasi. Dalam hal melindungi kepentingan dan hak pekerja migran, ILO

beroperasi di bawah dua konvensi utama: 1949 Konvensi ILO tentang

Migrasi Ketenagakerjaan, 6 (no. 97) dan 1975 Konvensi Pekerja Migran

ILO7 (no. 143). Namun, hanya 42 dan 18 negara anggota yang telah

meratifikasi konvensi ini. Dengan mempertimbangkan bahwa konvensi

ILO mengikat secara hukum hanya jika mereka diratifikasi, jumlah negara

34

Sirus Rustamov, Thesis: Global Governance of Migration, Sweden: Linkopings Universitet, 2011. Hlm. 16.

Page 31: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

19

yang meratifikasi menunjukkan bahwa sebagian besar negara anggotanya

tidak mau mengikat diri dengan ketentuan-ketentuannya.35

Dalam kategori “Outside UN System” terdapat satu organisasi

internasional yang menangani masalah migrasi dan migrant, yaitu

International Organization for Migration(IOM). IOM merupakan

organisasi antar pemerintah yang terkemuka dan satu-satunya yang

berhubungan dengan migrasi internasional di luar sistem UN.Organisasi

ini didirikan pada tahun 1951 sebagai the Provisional Intergovernmental

Committee untuk para Migran dari Eropa. IOM berubah dari badan

operasional dan logistik ke lembaga internasional terkemuka pada tahun

1989. Saat ini, IOM memiliki 132 negara anggota dan 97 pengamat, 80 di

antaranya merupakan IGO global dan regional serta LSM.36

Dalam kategori informal, terdapat tiga model organisasi, yaitu

Independent Initiatives,Inter-Agency and Arrangement, dan Inter-Regional

Cooperation. Contoh model pertama, seperti Bern Intiatives (didirikan di

Swiss oleh pemerintah Swiss pada tahun 2001), Global Commission on

International Migration (didirikan pada Desember 2003 oleh Sekretaris

Jenderal PBB), The High Level Dialogue on Migration and Development

(diinisiasi dalam Majelis Umum PBB pertama kali pada tahun 2006), dan

Global Forum on International Migration and Development

(melaksanakan first assembly di Belgia pada tahun 2007). Contoh model

kedua adalah Global Migration Group dan International Migration Policy

35

Ibid. hlm. 20. 36

Ibid., hlm. 21.

Page 32: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

20

Programme.Contoh dari model ketiga adalah EU-Africa Dialogue on

Migration, the Ibero-American Dialogue on Migration, dll.37

Persamaan antara penelitian Sirus Rustamov dengan penelitian ini

adalah pembahasan mengenai peran penting hadirnya organisasi, baik

internasional maupun regional, yang mampu menjadi wadah bagi setiap

negara dalam membahas kebijakannya terkait migrant asing. Dialogue-

dialogue antar-negara melalui suatu forum khusus dapat menjadi jembatan

bagi pemecahan masalah-masalah kependudukan masing-masing negara.

Perbedaan kedua penelitian ini terletak pada fokus utama

penelitian.Penelitian Sirus Rustamov fokus pada penjabaran mengenai

organisasi-organisasi dan dialogue-dialogue, baik internasional maupun

regional, yang menangani migrasi dan migrant secara umum. Sedangkan

penelitian ini akan membahas mengenai peran salah satu organisasi

regional, yaitu ASEAN dengan dialogue AFML-nya, dalam membantu

salah satu negara anggotanya, Malaysia, dalam menyelesaikan

permasalahan spesifik, yaitu tenaga kerja asing illegal.

E. Landasan Teori

Dalam menganalisa peran apa saja yang diberikan ASEAN melalui

AFML kepada Malaysia dalam upaya penanganan permasalahan TKA

ilegal, peneliti menggunakan teori dan konsep berikut.

E.1. Kerjasama Regional

37

Ibid., hlm. 21-29.

Page 33: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

21

Kerjasama regional bisa muncul dalam beberapa bentuk,

seperti kerja sama fungsional, kerja sama ekonomi, kerja sama

politik, dan kerja sama dalam masalah luar negeri dan kebijakan

keamanan.Tingkat kerja sama regional dapat dilihat dalam empat

jenis, yaitu asosiasi, koordinasi, harmonisasi, dan integrasi.

Asosiasi merupakan pertemuan antar-negara utnuk membahas isu-

isu tertentu.Tingkat asosiasi belum mencapai tingkat merumuskan

aturan bersama.Contoh asosiasi, seperti summit meeting, annual

meeting, dan semacamnya.38

Koordinasi merupakan pertemuan antar-negara yang sudah

memiliki kesepakatan dalam penanganan isu-isu tertentu. Menurut

Paul Taylor, koordinasi adalah sebuah cara untuk membuat

kebijakan bersama yang memiliki kompetensi secara legal

mengenai aspek-aspek kebijakan tertentu. Koordinasi harus

memenuhi tiga unsur, yaitu setiap aktor harus mempunyai

kebebasan menentukan pilihan, kebijakan yang dikoordinasikan

mengarah pada kesepakatan bersama, dan kebijakan tersebut

dilaksanakan dalam program yang dianggap menguntungkan pihak

terkait.39

Tingkat selanjutnya adalah harmonisasi.Harmonisasi

merupakan tingkatan dimana masing-masing negara saling

melakukan adaptasi terhadap kebijakan luar negeri lainnya. Akan 38

Nuraeini S, Deasy Silvya, Arfin Sudirman, Regionalisme Dalam Studi Hubungan Internasional, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010. Hlm. 79-82. 39

Ibid., hlm. 83.

Page 34: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

22

tetapi, harmonisasi belum sampai pada tingkat terbentuknya

struktur kerja sama. Tingkat terakhir adalah integrasi. Integrasi

merupakan kerja sama yang sudah mengarah pada pembentukan

norma bersama serta terdapat sebuah organisasi regional yang

memiliki otoritas wewenang. 40

Dalam hal ini, ASEAN sudah termasuk ke dalam bentuk

kerja sama integrasi. Kesepakatan terbentuknya ASEAN sudah

mencapai tingkat dimana negara-negara anggota ASEAN telah

memiliki norma bersama dalam penyelesaian beberapa kasus.

Meskipun tidak terintegrasi secara keseluruhan, ASEAN sudah

cukup berperan dalam memberikan pengaruh cukup besar bagi

pembentukan kebijakan bersama negara-negara anggota ASEAN.

AFML merupakan salah satu bentuk kerja sama negara-

negara anggota ASEAN dalam mengintegrasi setiap penyelesaian

permasalahan mengenai tenaga kerja asing. AFML mengharapkan

adanya solusi yang baik bagi setiap negara anggota dalam

menghadapi permasalahan ketenagakerjaan.Salah satu yang banyak

dihadapi negara anggota ASEAN, dalam hal ini, adalah

permasalahan tenaga kerja asing illegal. Melalui AFML, dengan

asas kerja sama yang sudah dimiliki ASEAN, negara-negara

anggota ASEAN mencoba mencari solusi yang efektif untuk

menyelesaikan permasalahan ini.

40

Ibid.,, hlm. 83-85.

Page 35: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

23

E.2. Organisasi Regional

Organisasi regional terbentuk dari kerja sama regional yang

integratif. Pembentukan organisasi regional didasarkan pada ikatan

geografis, sosial, budaya, ekonomi, atau politik. A. Leroy Bannet

mengklasifikasikan organisasi regional ke dalam empat bentuk,

yaitu Multipurpose Regional Organizations, Alliance Type

Regional Organizations, Functional Regional Organizations, dan

United Nation Regional Commissions.41

Multipurpose Regional Organizations merupakan bentuk

organisasi regional yang memiliki tujuan dan kegiatan yang sangat

luas dan menangani isu-isu yang sangat beragam. Contoh

organisasi regional yang termasuk dalam Multipurpose Regional

Organizations adalah Organization of American States (OAS),

Organization of African Unity (OAU), Association of Southeast

Asia Nations (ASEAN), dan semacamnya. Alliance Type Regional

Organizationsadalah tipe organisasi yang berorientasi pada politik

dan militer. Organisasi yang termasuk dalam tipe ini merupakan

organisasi hasil respon dari kondisi Perang Dingin. Contoh dari

tipe organisasi ini adalah North Atlantic Treaty Organization

(NATO), Warsaw Treaty Organization (WTO), Australia, New

41

Ibid., hlm. 93.

Page 36: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

24

Zealand, United States Security Treaty Organization (ANZUS),

dan semacamnya.42

Functional Regional Organizations merupakan oganisasi

regionall yang mendukung kolaborasi ekonomi, sosial, atau

politik.Dominannya organisasi regional fungsional memiliki tujuan

ekonomi. Beberapa contoh organisasi regional fungsional adalah

European Investment Bank (EIB), Asian Development Bank

(ADB), Inter-American Development Bank (IDB), dan

semacamnya. Tipe terakhir dari organisasi regional adalah United

Nations Regional Commissions. United Nations Regional

Commissions merupakan badan regional milik Persatuan Bangsa-

Bangsa (PBB).Badan regional ini dibentuk untuk mengarahkan

program-program PBB agar lebih efisien dan efektif.43

Seperti yang telah disebutkan di atas, ASEAN termasuk ke

dalam tipe Multipurpose Regional Organizations.ASEAN

memiliki tujuan utama, yaitu integrasi antar-negara kawasan Asia

Tenggara.Untuk mencapai tujuan ini, tidak hanya satu dua aspek

yang harus diperhatikan oleh ASEAN, melainkan banyak aspek,

seperti ekonomi, politik, kemanan, sosial, budaya, dll. Dalam

kaitannya dengan ASEAN Forum on Migrant Labour (AFML),

khususnya dalam masalah penanganan kasus TKA illegal, ASEAN

42

Ibid., hlm. 94-96. 43

Ibid., hlm. 97-99.

Page 37: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

25

menonjolkan beberapa tujuan yang harus diselesaikan bersama, di

antaranya, tujuan keamanan dan ekonomi.

Tujuan keamanan tentu mengedepankan kedaulatan tiap

negara anggota. Masing-masing negara anggota ASEAN memiliki

regulasi dalam menerima tenaga kerja dari negara lain, termasuk

Malaysia. Malaysia memiliki aturannya mengenai pekerja asing

dan pendatang asing yang memasuki negaranya. Melanggar aturan

tersebut sama dengan melanggar kedaulatan Malaysia. TKA illegal

yang masuk tanpa dokumen lengkap atau TKA yang dokumennya

sudah melewati batas waktu perijinan telah melanggar prosedur

keamanan Malaysia. Sudah begitu banyak kebijakan yang

dibentuk Malaysia untuk menangani hal ini, namun hasilnya masih

minim. Oleh karena itu, Malaysia mencoba memanfaatkan forum

regionalnya, dalam hal ini AFML.Karena, dominannya,

permasalahan TKA illegal datang dari negara-negara anggota

ASEAN lainnya.

Permasalahan TKA illegal juga terindikasi pada munculnya

tindakan kriminal, seperti penyelundupan dan perdagangan

manusia.Pekerja asing illegal terasosiasi dengan hal-hal kriminal,

seperti penyelundupan dan perdagangan manusia yang melibatkan

sindikat kejahatan lintas negara, serta terjadinya eksploitasi tenaga

kerja.Dominannya, korban penyelundupan dan perdagangan

Page 38: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

26

manusia adalah wanita. Wanita-wanita korban penyelundupan dan

perdagangan manusia ini banyak dipekerjakan sebagai budak sex.44

F. Metode Penelitian

Penelitian mengenai peran ASEAN melalui AFML dalam

penanggulangan kasus TKA illegal menggunakan metode penelitian

kualitatif. Mohammad Nadzir menjelaskan bahwa tujuan dari penelitian

deskriptif adalah untuk membuat deskripsi atau gambaran secara

sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta

hubungan antar-fenomena yang tengah diteliti.45

Data-data dalam

penelitian ini menggunakan data pustaka. Data-data pustaka diperoleh dari

beberapa situs internet dan studi kepustakaan yang bersumber dari buku,

majalah, jurnal, surat kabar, dan semacamnya.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembahasan, maka dalam penyusunan

penelitian ini dibagi ke dalam lima bab berikut.

BAB I, pendahuluan. Bab ini terdiri dari pernyataan penelitian (garis besar

penelitian), pertanyaan penelitian, manfaat dan tujuan penelitian, tinjauan

pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan

BAB II, Tenaga Kerja Asing Ilegal di Malaysia. Bab ini akan membahas

mengenai permasalahan ketenagakerjaan di Malaysia, secara umum, dan

permasalahan tenaga kerja asing illegal, secara khusus.

44

Jacqueline Joudo Larsen, Migration and People Trafficking in Southeast Asia, “Trends & Issues in Crime and Criminal Justice”, No. 401, Australian Institute of Criminology, November 2010, Hlm. 4. 45

Mohammad Nadzir, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985. Hlm 63.

Page 39: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

27

BAB III, ASEAN Forum on Migrant Labor. Bab ini akan membahas

sejarah pembentukan AFML. Selain itu, bab ini akan memaparkan

mengenai forum-forum yang sudah dilaksanakan AFML dan hasil-

hasilnya.

BAB IV, AFML dan Upaya Penanganan Kasus TKA Ilegal di Malaysia.

Pada bab ini akan dijelaskan hubungan Malaysia dengan AFML dan peran

apa saja yang dimiliki Malaysia di dalam AFML, serta bagaimana AFML

memberikan solusi atau jalan keluar bagi Malaysia dalam penanganan

kasus TKA illegal.

BAB V, Kesimpulan.

Page 40: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

28

BAB II

TENAGA KERJA ASING ILEGAL DI MALAYSIA

Migrasi tenaga kerja merupakan salah satu pendorong pertumbuhan sosial

ekonomi di Asia Tenggara. Migrasi tenaga kerja diakui berkontribusi terhadap

peningkatan mata pencaharian di negara-negara asal dan mengisi kekurangan

tenaga kerja di negara penerima. Di antara negara anggota ASEAN, Brunei

Darussalam, Malaysia, Singapura, dan Thailand menjadi negara tujuan utama dari

tenaga kerja asing. Indonesia, Laos, Myanmar, Filipina, dan Vietnam menjadi

negara asal dominan tenaga kerja asing. Dari keempat negara tujuan utama tenaga

kerja asing, Malaysia dan Thailand menjadi negara yang paling diminati.46

Bab ini

akan fokus pada pembahasan mengenai Malaysia sebagai negara penerima tenaga

kerja asing dan permasalahan yang dihadapi, khususnya permasalahan tenaga

kerja asing illegal.

A. Malaysia Sebagai Negara Penerima Tenaga Kerja Asing

Malaysia merupakan salah satu negara yang berkebutuhan terhadap

migrant workers (tenaga kerja asing).Salah satu faktor utama mengapa

Malaysia membutuhkan tenaga kerja asing adalah tingkat pertumbuhan

populasi penduduk yang rendah. Pada tahun 2008, tingkat pertumbuhan

populasi penduduk Malaysia hanya sekitar 1,7%. Di tahun 2000,

diperkirakan jumlah populasi penduduk Malaysia sekitar 25,27 juta jiwa

46

Thailand and Malaysia Top Countries for ASEAN Labour Migration dalam https://theaseanpost.com/article/thailand-and-malaysia-top-countries-asean-labour-migration diakses pada tanggal 10 September 2018.

Page 41: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

29

dengan sekitar 13,2% merupakan penduduk usia 50 tahun ke atas. Jumlah

populasi usia 50 tahun ke atas diperkirakan akan meningkat hingga 22,9%

di tahun 2030 dan sekitar 29,7% di tahun 2050.47

Tahun 2017, tingkat

pertumbuhan penduduk Malaysia hanya sekitar 1,3% dengan pertumbuhan

citizens sekitar 1,1% dan non-citizens 2,9%. Pertumbuhan ini menurun

dari pertumbuhan tahun 2016. Di tahun 2016, Malaysia mengalami

pertumbuhan populasi sekitar 1,4% secara keseluruhan.48

Sejak

kemerdekaannya hingga tahun 2018, Malaysia hanya mampu mencapai

rangking 45 dalam tingkat pertumbuhan penduduk. Malaysia mengalami

pertumbuhan jumlah populasi penduduk tertinggi pada tahun 1965, yaitu

sekitar 3,15%.49

Di tengah tingkat pertumbuhan populasi yang rendah, Malaysia

mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan.Sejak

kemerdekaannya di tahun 1957, Malaysia mulai melakukan diversifikasi

ekonomi.Malaysia mulai berkembang dari negara agrikultural menjadi

negara yang bergerak dalam bidang manufaktur dan jasa, yang telah

mendorongnya menjadi salah satu negara pengekspor peralatan listrik dan

komponen elektronik.Malaysia menjadi salah satu negara dengan ekonomi

paling terbuka di dunia dengan rasio perdagangan terhadap GDP rata-rata

sekitar 140% sejak tahun 2010. Keterbukaan terhadap perdagangan dan

47

Philip S. Robertson Jr., Migrant Workers in Malaysia – Issues, Concerns, and Points for Action, Fair Labour Association, 2008. Hlm. 1 48

Department of Statistic Malaysia, Press Release Current Populations Estimates, Malaysia, 2016-2017, Department of Statistic Malaysia: Malaysia, 2017. 49

Malaysia Population dalam http://www.worldometers.info/world-population/malaysia-population/ diakses pada tanggal 12 September 2018.

Page 42: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

30

investasi telah berperan dalam penciptaan lapangan pekerjaan dan

pertumbuhan pendapatan.Sekitar 40% pekerjaan di Malaysia terkait

dengan kegiatan ekspor. Sejak tahun 2010 juga, rata-rata pertumbuhan

ekonomi Malaysia berada pada angka 5,4%.50

Menurut data World Bank, Malaysia mengalami peningkatan yang

sangat signifikan dalam industrinya. Tahun 1960 hingga 2017, Malaysia

mengalami peningkatan dari USD1,45 miliar hingga USD525,136

miliar.51

Peningkatan ini membuka kesempatan kerja yang begitu besar.

Akan tetapi, menyambut hal ini, Malaysia mengalami kelangkaan tenaga

kerja domestik untuk bidang industri. Hal ini membuat Malaysia harus

mencari tenaga kerja asing.52

Layaknya negara penerima tenaga kerja asing lainnya, Malaysia

memiliki penduduk yang menghindari pekerjaan yang mengandung unsur

3D (dirty, difficult, and dangerous). Salah satu yang melatarbelakangi hal

ini adalah tingkat pendidikan dari masyarakat Malaysia. Pendidikan

penduduk Malaysia, dalam dua dekade terkahir, menunjukkan peningkatan

yang signifikan. Pada tahun 2010, penduduk Malaysia yang hanya

berpendidikan sekolah dasar jumlahnya menurun dari 61% di tahun 1990

menjadi hanya 26% di tahun 2010. Dari angkatan sekolah menengah

50

The World Bank in Malaysia: Overview dalam http://www.worldbank.org/en/country/malaysia/overview#1 diakses pada tanggal 12 September 2018. 51

The World Bank National Accounts Data: Selected Country Malaysia dalam https://data.worldbank.org/indicator/NV.IND.TOTL.CN?end=2017&locations=MY&start=1960&type=shaded&view=chart diakses pada tanggal 10 September 2018. 52

Siti Awanis Othman & Rohani Abdul Rahim, Migrant Workers in Malaysia: Protection of Employers, “Pertanika Journals: Social Sciences & Humanities”, 22 (S): 271-282 (2014). Hlm. 272.

Page 43: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

31

meningkat dari 34% menjadi 56%. Tingkat penduduk angkatan kerja

berpendidikan perguruan tinggi mencapai peningkatan dari 5% ke 18% di

tahun yang sama.53

Tingginya pendidikan penduduk Malaysia kemudian meningkatkan

permintaan kerja bagi pekerja asing di sektor-sektor low-skilled, seperti

manufaktur, pertanian, konstruksi, dll.Sekitar sepertiga daritenaga kerja

pertanian, manufaktur, dan konstruksi adalah migran, industri yang secara

kolektif menyumbang MYR297 miliar (USD68 miliar) atau 35,7% dari

GDP Malaysia pada tahun 2014.54

Sebagian besar perkiraan menunjukkan

bahwa ada 3-4 juta imigran yang saat ini bekerja di Malaysia, yang akan

membentuk sekitar 20-30 persen dari angkatan kerja negara.55

Malaysia merupakan salah satu negara penerima TKA di Asia

Tenggara dengan jumlah terbesar. Salah satu alasan TKA memilih

Malaysia sebagai negara tujuan adalah terbukanya kesempatan kerja yang

lebih besar daripada di negara asal mereka.56

Selain itu, hubungan sosial

budaya juga menjadi faktor lainnya.Jumlah TKA terbanyak, umumnya,

dari Indonesia. Indonesia merupakan negara yang memiliki sejarah sosial

53

The World Bank, Foreign Workers in Malaysia: Assessment of Their Economic Effects and Review of the Policy, ‘The World Bank, EASHS, KNOMAD Seminar Series’, Human Development Department Social Protection and Labor Unit, June 13

th, 2013. Hlm. 8-9.

54Benjamin Harkins, Review of Labour Migration Policy in Malaysia, Bangkok: ILO Regional Office

for Asia and the Pacific, 2016. Hlm. 2. 55

Ibid., hlm. 1 56

Malaysia Continues Crackdown on Illegal Migrant Workers Even as Businesses Cry Foul dalam https://www.channelnewsasia.com/news/asia/malaysia-continues-crackdown-on-illegal-migrant-workers-even-as-9033668 diakses pada tanggal 26 September 2018.

Page 44: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

32

budaya yang panjang dengan Malaysia.57

Tingkat upah dan standar hidup

yang lebih tinggi di negara tujuan juga menjadi alasan bagi TKA untuk

mencari pekerjaan di luar negaranya, salah satunya Malaysia. TKA datang

untuk mencari upah yang lebih tinggi. Upah minimum rata-rata tahunan

Malaysia sekitar USD4,735.00.58

Foreign Workers di Malaysia mulai muncul pada periode 1970an

hingga 1980an. Pada tahun 1971, Malaysia mulai mengimplementasikan

salah satu dari New Economic Policy, yaitu the Second Malaysia Plans

(1971-1975). Program ini merencanakan restrukturasi ekonomi dan

penghapusan kemiskinan. Program ini juga fokus pada pengembangan

pendidikan pribumi Malaysia, khususnya pribumi yang tinggal di desa-

desa. Pendidikan bekas jajahan Inggris kurang menguntungkan pribumi

(Bumiputera) yang tinggal di desa, karena seluruh sekolah berada di kota-

kota dan menggunakan pengantar Bahasa Inggris.59

Implementasi

kebijakan ini menyebabkan urbanisasi besar-besaran dari pedesaan ke

kota-kota. Hal ini membuat sektor-sektor pekerjaan di desa mengalami

kekosongan pekerja, khususnya di bidang perkebunan dan sektor terkait

sumber daya alam lainnya. Dalam kebijakan awal, TKA didatangkan

dalam jumlah sedikit hanya untuk mengisi kekurangan pekerja dalam

57

Vijayakumari Kanaphaty, Migrant Workers in Malaysia: An Overview, Presented Paper at the Workshop on an East Asian Cooperation Framework for Migrant Labour, Kuala Lumpur, 6-7 December 2006. Hlm. 3. 58

Hamzah Abdul Rahman, dkk., Negative Impact Induced by Foreign Workers: Evidence in MalaysianConstruction Sector, “Habitat International”, 36(4) dalam http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S019739751200015X. hlm. 5. 59

R. Thillainathan & Kee-Cheok Cheong, Malaysia’s New Economic Policy, Growth and Distribution: Revisiting the Debate, “Malaysian Journal of Economic Studies” 53(1), University of Malaya, 2016. Hlm. 56.

Page 45: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

33

sektor perkebunan dan sumber daya alam. Akan tetapi, dengan

pertumbuhan industri yang cukup pesat, Malaysia diharuskan membawa

pekerja asing lebih banyak lagi.60

Ada 3 fase kedatangan TKA ke Malaysia. Fase pertama pada

periode 1970-1985. Pada fase ini, Malaysia baru saja mulai

mengimplementasikan New Economic Policy. Implementasi kebijakan ini

membawa TKA ke Malaysia dalam jumlah sedikit untuk mengisi

kekosongan pekerja di sektor pedesaan. Fase kedua pada periode 1985-

1998. Di fase ini, Malaysia menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang

cukup signifikan. Malaysia mengalami pertumbuhan hingga 8,0% per

1988-1997. Tercatat pada periode ini, jumlah TKA dengan izin kerja yang

sah mencapai sekitar setengah juta pada tahun 1993 dan meningkat hingga

1,5 juta pada tahun 1997. Akan tetapi, krisis tahun 1997-1998 juga

mempengaruhi ekonomi Malaysia. Krisis ini memaksa Malaysia

memberlakukan pelarangan terhadap TKA dan kebijakan untuk menahan

dan memulangkan sebanyak mungkin TKA. Hal ini mengakibatkan

penurunan signifikan jumlah TKA di Malaysia. Jumlah TKA turun dari

1,2 juta pada tahun 1997 menjadi hanya 0,78 juta di tahun 1998.61

Fase ketiga pada periode 1998-sekarang. Pada fase ini, Malaysia

telah mulai melakukan perbaikan ekonomi. Tercatat pada tahun 2000,

jumlah TKA di Malaysia mencapai titik terendah, yaitu hanya sekitar

60

Vijayakumari Kanaphaty, Migrant Workers in Malaysia: An Overview, Presented Paper at the Workshop on an East Asian Cooperation Framework for Migrant Labour, Kuala Lumpur, 6-7 December 2006. Hlm. 2. 61

Ibid. Hlm. 2-3.

Page 46: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

34

800,000. Pada tahun 2002, seiring berjalannya recovery ekonomi yang

dilakukan Malaysia, jumlah TKA kembali meningkat menjadi sekitar

847,000 dan mencapai 1,1 juta pada tahun 2003. Tahun 2005, jumlah TKA

kembali meningkat hingga 1,9 juta.62

Berikut adalah tabel perkembangan jumlah tenaga kerja asing dari

tahun 1999 hingga 2008 berdasarkan negara asal.63

Tabel 2.1 Jumlah Tenaga Kerja Asing Berdasarkan Negara

Asal 1999-2008

Country Of

Origin

Year

1999 2002 2005 2008

Indonesia 269,194 788,221 1,211,584 1,085,658

Bangladesh 110,788 82,642 55,364 316,401

Thailand 2,130 20,599 5,751 21,065

Philippines 7,299 21,234 21,735 26,713

Pakistan 2,605 2,000 13,297 21,278

Others 17,644 152,833 507,507 591,481

Total 409,660 1,067,529 1,815,238 2,062,596

Tabel 2.2 Jumlah Tenaga Kerja Asing Bedasarkan Negara

Asal 2011-201564

62

Ibid. hlm. 4. 63

Rahmah Ismail & Ferayuliani Yuliyusman, Foreign Labour on Malaysian Growth, “Journal of Economic Integration”, Vol. 29 No. 4, Center for Economic Integration: Sejong University, Desember 2014. Hlm. 660.

Page 47: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

35

Country 2011 2012 2013 2014 2015

Indonesia 785,236 746,063 1,021,655 817,300 835,965

Bangladesh 116,663 132,350 322,750 296,930 282,437

Thailand 5,838 7,251 17,044 12,467 13,547

Philippines 44,359 44,919 69,126 63,711 65,096

Pakistan 26,229 31,249 50,662 51,563 72,931

Myanmar 146,126 129,506 161,447 143,334 145,652

Nepal 258,49 304,717 385,466 490,297 502,596

India 87,339 93,761 124,017 105,188 139,751

Others 102,714 81,773 98,155 92,624 77,060

Total 1,573,061 1,571,589 2,250,322 2,073,414 2,135,035

Per tahun 2017, tenaga kerja asing di Malaysia datang dari negara-

negara ASEAN dan negara-negara terdekat Malaysia, seperti Bangladesh

(221,089 orang), China (15,399), Filipina (56,153), India (114, 455),

Indonesia (728,870 orang), Kamboja (5,103), Myanmar (127, 705), Nepal

(405,898 orang), Pakistan (59,281), Sri Lanka (5,964), Thailand (12,603),

dan Vietnam (29,039).65

Umumnya, TKA di Malaysia ditempatkan di

sektor manufaktur, konstruksi, agrikultur, perkebunan, pelayanan, dan

64

Muhammad Badri Bin Othman, Illegal Immigrant Issue in Malaysia: A Review From An Islamic Perspective, “Southeast Asia Journal on Contemporary Business, Economics, and Law”, Vol. 10, Issue 4 (Augusts), University Sains Islam Malaysia: Malaysia, 2016. Hlm. 33. 65

More Than 1.7 Million Foreign Workers in Malaysia; Majority from Indonesia dalam https://www.nst.com.my/news/nation/2017/07/261418/more-17-million-foreign-workers-malaysia-majority-indonesia diakses pada tanggal 10 September 2018.

Page 48: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

36

pekerjaan domestik.Di bawah ini adalah tabel jumlah TKA berdasarkan

sektor pekerjaan dari tahun 1999-2011.66

Tabel 2.3 Jumlah Tenaga Kerja Asing Berdasarkan Sektor

Pekerjaan

Sector

Year

1999 2002 2005 2008 2011

Maid 94,192 232,282 320,171 293,359 184,092

Manufacturin

g

155,277 323,299 581,379 728,867 580,820

Plantation 74,501 298,325 472,246 333,900 299,217

Construction 49,080 149,342 281,780 306,873 223,688

Services 36,610 64,281 159,662 211,630 132,919

Agriculture

Not

availabl

e

Not

available

Not

available

186,967 152,325

Total 409,660

1,067,52

9

1,815,23

8

2,062,59

6

1,573,06

1

Menurut data National Employment Returns (NER), terdapat

sekitar 3,851,000 TKA di Malaysia, pada tahun 2016, yang menempati

beberapa sektor pekerjaan, seperti agrikultur (1,985,900), manufaktur

66

Rahmah Ismail & Ferayuliani Yuliyusman, Foreign Labour on Malaysian Growth, “Journal of Economic Integration”, Vol. 29 No. 4, Center for Economic Integration: Sejong University, Desember 2014. Hlm. 661.

Page 49: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

37

(977,300), konstruksi (214,700), pertambangan (8,500), dan pelayanan

(664,600).67

Saat ini, Malaysia mulai bergerak untuk mewujudkan cita-citanya

menjadi negara high-income economy di tahun 2020. Pada tahun 2010,

Malaysia mengenalkan the New Economic Model (NEM). NEM

membutuhkan pertumbuhan ekonomi hingga 5-8%. NEM menguraikan 12

bidang prioritas yang dapat merangsang pertumbuhan ekonomi dan

meningkatkan pendapatan per kapita dari MYR23,000.00 menjadi

MYR49,000.00 pada tahun 2020. Pencapaian ini bergantung pada banyak

strategi, di anataranya adalah peningkatan sumber daya manusia dan

pengadopsian lebih banyak teknologi yang lebih canggih.68

Dalam hal ini,

kehadiran TKA juga sangat berdampak.

B. Tenaga Kerja Asing Ilegal di Malaysia

Dalam ekonomi negara penerima TKA seperti Malaysia, kehadiran

TKA sangatlah penting. Karena, TKA membantu mengisi sektor-sektor

yang tidak diminati pekerja lokal, seperti sektor konstruksi, pertambangan,

dan pertanian, serta sektor jasa kelas bawah.69

Para pelaku industri

Malaysia cenderung lebih memilih pekerja migrant daripada pekerja lokal.

Menurut para pelaku industri, para pekerja migrant memiliki sikap dan

67

Lee Hwok-Aun & Khor Yu Leng, Counting Migrant Workers in Malaysia: A Needlessly Persisting Conundrum, ISEAS: Singapura, 2018. Hlm. 8. 68

Rahmah Ismail, Impact of Foreign Workers in Labour Productivity: Analysis of Firm Level Data, “International Journal of Productivity & Quality Management”, Vol. 16, No. 1, University Kebangsaan Malaysia: Selangor, 2015. Hlm. 38. 69

Ibid.

Page 50: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

38

etika kerja yang lebih kuat daripada orang pribumi. Selain itu, pekerja

migrant juga memiliki upah yang lebih rendah daripada pekerja lokal.70

Rendahnya upah TKA membuat biaya produksi menjadi lebih

rendah. Hal ini kemudian banyak mengundang investor asing untuk datang

ke Malaysia. Investasi asing, pada gilirannya, akan menguntungkan

masyarakat Malaysia, karena semakin banyak peluang kerja yang

diciptakan. Dalam konteks ini, TKA telah memainkan peran penting dalam

memberikan energi bagi angkatan kerja lokal dan mempertahankan

pertumbuhan ekonomi Malaysia yang pesat. Selain meningkatkan

keunggulan kompetitif Malaysia di pasar ekonomi global, kehadiran para

pekerja asing yang terus berlanjut juga telah membantu meningkatkan

kesejahteraan sosial dan standar kehidupan masyarakat setempat.71

Akan tetapi, sebagai negara penerima, Malaysia tentu menghadapi

permasalahan-permasalahan terkait ketenagakerjaan. Dalam hal ekonomi,

salah satu permasalahan yang dihadapi Malaysia adalah terhambatnya

perkembangan teknologi. Beberapa peneliti isu TKA menyebutkan bahwa,

secara keseluruhan, TKA di Malaysia didominasi oleh pekerja semi-skilled

dan unskilled. Dengan kualifikasi pendidikan yang rendah dan

keterampilan bekerja yang kurang, TKA model ini cenderung tidak melek

teknologi. TKA semi-skilled dan unskilled cenderung hanya mengetahui

metode bekerja model lama. Oleh karena itu, tingkat pertumbuhan sektor-

70

Ibid. 71

The Impact of Foreign Labour on Malaysian Society dalam https://www.ukessays.com/essays/economics/the-impact-of-foreign-labor-on-malaysian-society-economics-essay.php diakses pada tanggal 27 September 2018.

Page 51: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

39

sektor pekerjaan yang diisi oleh TKA semi-skilled dan unskilled, seperti

sektor pertanian, pertambangan, dan konstruksi, cenderung lebih rendah.72

Selain itu, terlepas dari kenyataan bahwa upah yang lebih rendah

dari pekerja asing langsung diterjemahkan ke dalam keuntungan bisnis

yang lebih tinggi, beberapa berpendapat bahwa hal ini menurunkantingkat

upahyang ditawarkan di pasar tenaga kerja.Menurut statistik yang

diberikan oleh Dewan Pengembangan Industri Konstruksi, pekerja

konstruksi lokal umumnya menerima pembayaran 40% lebih tinggi dari

mitra asingnya. Selain itu, mempekerjakan pekerja migran mengurangi

sejumlah persyaratan hukum dan tunjangan karyawan lainnya pada

perusahaan seperti dana pensiun, tunjangan medis dan sosial. Oleh karena

itu, ini mengancam pasar tenaga kerja lokal dan pada akhirnya mengurangi

daya tawar penduduk setempat karena pemilik bisnis mungkin cenderung

mempekerjakan tenaga kerja asing yang murah untuk menjaga biaya

produksi mereka tetap rendah.Selain itu, banyak pengusaha lebih memilih

merekrut pekerja asing dengan mempertimbangkan efisiensi dan

kemampuan kerja mereka. Oleh karena itu, kehadiran pekerja asing sering

dipandang sebagai ancaman bagi tenaga kerja lokal dan belum diterima

dengan baik oleh banyak penduduk lokal Malaysia.73

72

Rahmah Ismail & Ferayuliani Yuliyusman, Foreign Labour on Malaysian Growth, “Journal of Economic Integration”, Vol. 29 No. 4, Center for Economic Integration: Sejong University, Desember 2014. Hlm. 659. 73

The Impact of Foreign Labour on Malaysian Society dalam https://www.ukessays.com/essays/economics/the-impact-of-foreign-labor-on-malaysian-society-economics-essay.php diakses pada tanggal 27 September 2018.

Page 52: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

40

Terlepas dari meningkatnya persaingan dengan penduduk

setempat, masuknya pekerja asing ke negara itu juga mengakibatkan arus

keluar uang dari ekonomi Malaysia. Sebuah penelitian telah menemukan

bahwa pekerja asing rata-rata mengirim sebanyak 80% dari pembayaran

mereka kembali ke negara asal masing-masing secara stabil. Kebocoran ini

dipandang sebagai kerugian ekonomi Malaysia karena mereka mengurangi

jumlah uang beredar dalam aliran pendapatan ekonomi lokal. Ini akan

memperlambat ekonomi negara pada akhirnya karena belanja konsumen

berkurang untuk merangsang industri lokal.74

Selain hal-hal di atas, Malaysia juga menghadapi hal yang lebih

serius, yaitu munculnya TKA ilegal. Tahun 2016, diberitakan oleh

bbc.com bahwa jumlah tenaga kerja asing ilegal di Malaysia mencapai

sekitar 1,5 juta orang. Dominannya, tenaga kerja asing ilegal berasal dari

Indonesia, Myanmar, Bangladesh, dan Nepal.75

Pada tahun 2017,

channelnewsasia.com juga memberitakan bahwa terdapat sekitar 3 juta

tenaga kerja asing di Malaysia dan setengah dari jumlah ini adalah TKA

illegal. Menurut channelnewsasia.com, beberapa faktor yang mendukung

membludaknya TKA illegal di antaranya, terbukanya kesempatan kerja

yang lebih besar dibanding di negara asal, employers dari Malaysia lebih

memilih TKA yang tingkat upahnya lebih rendah dibanding penduduk asli,

dan kesempatan kerja yang besar disalahgunakan oleh tenaga kerja asing

74

Ibid. 75

“Malaysia Rekrut Kembali Tenaga Asing Gelap Temasuk TKI” dalam http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2016/02/160218_dunia_malaysia_tkidiakses pada tanggal 7 Desember 2017.

Page 53: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

41

dengan bekerja pada sektor-sektor di luar yang telah ditentukan

pemerintah Malaysia.76

Pemerintah, baik dari negara pengirim maupun penerima, tidak

memiliki jumlah pasti TKA ilegal. Pemerintah hanya dapat memastikan

jumlah yang tertangkap ketika terjadi razia terkait TKA ilegal. Salah satu

contoh, di hari ketiga diadakannya razia TKA illegal pada Juli 2017,

sekitar 1,509 TKA illegal tertangkap. Jumlah terbesar adalah dari

Bangladesh sekitar 752 orang, diikuti Indonesia (195), Myanmar (117),

Filipina (50), dan Thailand (45).77

Dalam 3+1 Amnesty Programme,

sebuah program razia immigrant illegal, pada tahun 2018, terjaring sekitar

29,040 immigrant illegal. Jumlah immigrant terbanyak yang tertangkap

adalah dari Indonesia sekitar 9,759 orang, diikuti Bangladesh (5,959

orang), Filipina (2,820 orang), dan Myanmar (2,715 orang).78

Dalam range 1992-2010, jumlah TKA illegal yang teridentifikasi

diestimasikan mencapai sekitar 4,1 juta orang. Angka tersebut sudah

mencakup TKA illegal yang berhasil terlegalisasi, melarikan diri, dan

terdeportasi. Akan tetapi, data 4,1 juta juga belum memenuhi target

program penghapusan TKA illegal di Malaysia. Data ini disajikan dalam

bentuk estimated data, bukan data riil. Hal ini dibuktikan dengan

76

Malaysia Continues Crackdown on Illegal Migrant Workers Even as Businesses Cry Foul dalam https://www.channelnewsasia.com/news/asia/malaysia-continues-crackdown-on-illegal-migrant-workers-even-as-9033668 diakses pada tanggal 30 Mei 2018. 77

Immigration Detains 28 Employers, 1,500 Illegal Workers dalam https://www.freemalaysiatoday.com/category/nation/2017/07/03/immigration-detains-28-employers-1500-illegal-workers/ diakses pada tanggal 26 September 2018. 78

Immigration set to crackdown hard on illegals, human traffickers dalam https://www.thestar.com.my/news/nation/2018/08/30/immigration-set-to-crack-down-hard-on-illegals-human-traffickers/ diakses pada tanggal 10 September 2018.

Page 54: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

42

munculnya 1,3 juta TKA illegal, di tahun 2011-2012, yang melakukan

registrasi ulang di Departemen Imigrasi Malaysia.79

Di tahun 2013, the

Federal Special Task Force (FSTF) telah mendeportasi sekitar 400,000

orang TKA illegal.80

Dalam program 3+1 Amnesty Programme, sejak

implementasinya pertama kali di tahun 2014, program ini terus

menemukan keberadaan TKA illegal. Total jumlah TKA illegal yang

tertangkap dari 2014 hingga 2018 adalah sekitar 840,000 orang. Di tahun

2018 sendiri, terjaring sekitar 148,774 orang TKA illegal.81

Data-data ini

menunjukkan kehadiran TKA illegal secara terus menerus ke Malaysia.

Selain itu, para TKA illegal, umumnya termasuk dalam kategori

low-skilled workers yang tingkat pendidikannya masih rendah. Banyak

dari mereka yang tidak paham mengenai birokrasi yang diterapkan

pemerintah setempat. Mereka juga takut terhadap ancaman deportasi dan

blacklist. Oleh karena itu, mereka lebih memilih tetap bekerja tanpa harus

memenuhi administrasi. Jika terjadi razia, para TKA illegal memilih untuk

lari dan bersembunyi. Hal ini disampaikan oleh Figo Kurniawan, seorang

TKI dan penggiat Komunitas Serantau.82

79

Azizah Kassim & Raqayah Haji Mat Zin, Policy on Irregular Migrants in Malaysia: An Analysis of Its Implementation and Effectiveness, “Discussion Paper Series no. 2011-34”, Phillippine Institute for Development Studies: Philippine, 2011. Hlm. 18. 80

400,000 Illegal Immigrants Repatriated – Task Force dalam http://www.theborneopost.com/2013/01/16/400000-illegal-immigrants-repatriated-task-force/ diakses pada tanggal 16 Oktober 2018. 81

3+1 Programme: 840,000 illegal immigrants surrender to Immigration Dept dalam http://www.thesundaily.my/news/2018/08/04/31-programme-840000-illegal-immigrants-surrender-immigration-dept diakses pada tanggal 16 Oktober 2018. 82

Malaysia Begins Crackdown on Illegal Foreign Workers dalam https://www.straitstimes.com/asia/se-asia/malaysia-begins-crackdown-on-illegal-foreign-workers diakses pada tanggal 27 Agustus 2018.

Page 55: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

43

Secara garis besar, kelompok pekerja asing di Malaysia dibedakan

menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok yang telah

bekerja dan tinggal lama di Malaysia dan sudah memiliki Red IC.

Kelompok ini tidak diizinkan bekerja, berdasarkan Employment

Restriction Act 1968, tanpa permit letter dari pemerintah Malaysia.

Kelompok kedua terdiri dari pekerja high-skilled dan professional di

bidang teknik dan administrasi. Kelompok ketiga adalah pekerja semi-

skilled atau low-skilled yang datang ke Malaysia secara illegal atau melalui

non-registered agencies. Kelompok ini disebut sebagai illegal immigrants,

termasuk di dalamnya TKA ilegal.83

Dampak signifikan yang ditimbulkan TKA ilegal adalah dampak

keamanan. Dalam hal keamanan, pekerja asing illegal terasosiasi dengan

hal-hal kriminal, seperti penyelundupan dan perdagangan manusia yang

melibatkan sindikat kejahatan lintas negara, serta terjadinya eksploitasi

tenaga kerja. Dominannya, korban penyelundupan dan perdagangan

manusia adalah wanita. Wanita-wanita korban penyelundupan dan

perdagangan manusia ini banyak dipekerjakan sebagai budak

sex.84

Malaysia memiliki masalah besar dengan perdagangan dan

penyelundupan di sepanjang perbatasannya dengan Indonesia. Relatif

mudah melintasi perbatasan dengan visa turis atau pengunjung dan

mengubahnya menjadi visa kerja. Pada periode 1999-2005, sebanyak 729

83

Mohd Na’eim Ajis, dkk., “The Dilemma of Managing Foreign Workers in Malaysia: Opportunities and Chalenges”, Global Journal of Human-Social Science: F Political Science, Volume 14, Issue 4, Version 1.0, USA: Global Journals Inc., 2014. Hlm. 46. 84

Jacqueline Joudo Larsen, Migration and People Trafficking in Southeast Asia, “Trends & Issues in Crime and Criminal Justice”, No. 401, Australian Institute of Criminology, November 2010. Hlm. 4.

Page 56: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

44

kasusperdagangan yang dicurigai diselidiki oleh polisi Indonesia dan dari

mereka, 550 orang dirujuk ke pengadilan.85

C. Kebijakan Pemerintah Malaysia Terkait Tenaga Kerja Asing Ilegal

Dalam mengatur hadirnya TKA, Malaysia memiliki aturan legal,

yaitu The Immigration Act 1959. The Immigration Act 1959 mengatur

mengenai administrasi dan penempatan tenaga kerja asing. Pada tahun

2002, undang-undang ini diamandemen dikarenakan meningkatnya jumlah

tenaga kerja asing illegal (undocumented migrants). Undang-undang hasil

amandemen ini menekankan bahwa pekerja asing yang tidak memenuhi

syarat sebagai pekerja, sesuai undang-undang ketenagakerjaan Malaysia,

merupakan pekerja illegal.86

Pekerja asing maupun employers, yang termasuk dalam kategori

illegal, berdasarkan The Immigration Act 1959, akan dikenai beberapa

hukuman, seperti denda sebesar MYR10.000 (USD2.280), hukuman

penjara minimal 5 tahun, dan deportasi. Untuk melaksanakan aturan

tersebut, pada tahun 2006, Malaysia mendirikan Immigration Courts

(Pengadilan Imigrasi).87

Selain The Immigration Act 1959, terdapat

beberapa kebijakan Malaysia yang mengatur mengenai pekerja asing,

khususnya pekerja asing illegal. Malaysia mencoba mengatur quota

pekerja asing dengan menerapkan sistem twin-track policy on labour

migration (mengadapatsi sistem pengelolaan tenaga kerja asing

85

Ibid., Hlm. 5 86

Benjamin Harkins, Review of Labour Migration Policy in Malaysia, Bangkok: ILO Regional Office for Asia and the Pacific, 2016. Hlm. 4 87

Ibid., hlm. 1.

Page 57: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

45

Singapura). Sistem ini membagi tenaga kerja asing menjadi dua kategori,

yaitu contract workers (low-skilled workers) dan expatriates (high-skilled

workers). Perbedaan ini didasarkan pada perolehan gaji setiap bulannya.

Pekerja asing dengan perolehan gaji MYR3000 (USD689) merupakan

kelas pekerja expatriates.88

Selain perolehan gaji, pemerintah Malaysia juga menetapkan

beberapa aturan khusus bagi contract workers. Beberapa aturan tersebut

adalah sebagai berikut: 1) Malaysian Employers harus menunjukkan bukti

bahwa mereka telah membuka lowongan kerja terlebih dahulu bagi

penduduk lokal baru kemudian bagi pekerja asing atau pekerja migran, 2)

sektor-sektor yang diperizinkan bagi pekerja asing adalah sektor

manufaktur, konstruksi, agrikultur, perkebunan, pelayanan, danpekerjaan

domestik, 3) penerimaan pekerja asing hanya berlakubagi 14

kewarganegaraan dan masing-masing kewarganegaraan akan ditempatkan

di sektor-sektor spesifik, dan 4) pembatasan gender telah diterapkan,

khususnya dalam hal migrasi perempuan, yang telah dipromosikan sebagai

sarana untuk memfasilitasi transfer pekerjaan rumah tangga dan tugas

pengasuhan di rumah-rumah pribadi dari warga negara ke migran.89

Usaha lainnya dari pemerintah Malaysia adalah menerapkan

kebijakan kenaikan tarif pungutan bagi tenaga kerja asing (levy) pada

tahun 2016. Kenaikan levy diumumkan oleh Perdana Menteri Datuk Seri

Dr. Ahmad Zahid Hamidi. Dalam pernyataannya, beliau menyampaikan

88

Ibid., hlm. 9. 89

Ibid., hlm. 9.

Page 58: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

46

bahwa kenaikan tarif ini didasari oleh perhitungan mengenai penggunaan

fasilitas negara oleh pekerja asing. Hal ini juga, menurut Datuk Seri Dr.

Ahmad Zahid Hamidi, sebagai langkah baru bagi Malaysia untuk menjadi

negara yang tidak ketergantungan pekerja asing atau pekerja migrant.

Kenaikan tarif levy ini diberlakukan pada dua sektor, yaitu sektor

manufaktur, konstruksi, dan jasa, serta sektor perkebunan dan pertanian.

Untuk sektor manufaktur, konstruksi dan jasa dikenakan MYR2,500.

Sedangkan untuk sektor perkebunan dan pertanian dikenakan tarif

MYR1,500. Jumlah tarif disesuaikan dengan pendapatan dari pekerja

asing di setiap sektor. Kebijakan ini tidak berlaku bagi pekerja lokal.90

Kebijakan ini kemudian menuai protes dari kalangan industri dan

negara pengekspor tenaga kerja, salah satunya Indonesia. Dari kalangan

industri Malaysia menyampaikan keberatan dengan naiknya tarif, karena

industri merupakan sektor yang berkebutuhan tinggi terhadap pekerja.

Merespon hal ini, Kementerian Dalam Negeri Malaysia menyatakan

penundaan pelaksanaan kenaikan tarif dari tanggal 1 Februari 2016

menjadi tanggal 18 Maret 2016. Menurut Kementerian Dalam Negeri

Malaysia, penundaan ini dilakukan untuk mencoba mendiskusikan ulang

kebijakan ini dengan asosiasi-asosiai dari berbagai sektor. Selain

penundaan tanggal berlakunya levy baru, pemerintah juga menerapkan

90

Kadar Levy Baharu Pekerja Asing Beri Pendapatan dalam http://www.sinarharian.com.my/mobile/nasional/kadar-levi-baharu-pekerja-asing-beri-pendapatan-1.479908 diakses pada tanggal 30 Mei 2018.

Page 59: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

47

penundaan penerimaan tenaga kerja asing baru sampai dengan waktu yang

telah ditentukan.91

Selain dari pihak industri, Malaysia juga mendapat protes dari

salah satu negara pengekspor tenaga kerja asing, yaitu Indonesia. Sebagai

negara pengekspor tenaga kerja terbesar ke Malaysia, Indonesia

menyatakan keberatannya atas kebijakan ini. Didasarkan pada protes para

Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang menyatakan bahwa tarif tersebut

terlalu tinggi. Seorang TKI asal Jambi, Sugianto, menyatakan bahwa levy

merupakan tanggungan tenaga kerja sendiri bukan majikan. Karenanya,

TKI meminta pemerintah untuk mencoba bernegosiasi dengan pihak

Malaysia. Salah satu aktivis Pusat Sumber Daya Buruh Migran (PSD-BM)

Indonesia, Ridwan Wahyudi, menyatakan bahwa kebijakan ini hanya akan

menambah jumlah buruh migrant tak berdokumen (undocumented

workers).92

Namun, kebijakan ini tetap berlaku.

Kenaikan tarif levy juga tidak menghasilkan hal yang positif. Pada

tahun 2017, Malaysia kemudian menerapkan kebijakan razia tenaga kerja

asing illegal. Kebijakan razia ini didasarkan pada protes Federasi

Manufaktur Malaysia (FMM) mengenai kebijakan pemerintah terkait

memorandum of understanding (MoU) impor tenaga kerja dari

Bangladesh. Pemerintah Malaysia diberitakan akan membawa sekitar 1,5

91

Kenaikan Biaya Levy Hanya di Semenanjung Malaysia dalam https://buruhmigran.or.id/2016/03/22/kenaikan-biaya-levy-hanya-di-semenanjung-malaysia/ diakses pada tanggal 30 Mei 2018. 92

Pungutan di Malaysia Naik, Buruh Migran Makin Tercekik dalam https://buruhmigran.or.id/2016/02/01/pungutan-di-malaysia-naik-buruh-migran-makin-tercekik/ diakses pada tanggal 30 Mei 2018.

Page 60: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

48

juta pekerja dari Bangladesh. Menurut FMM, lebih baik pemerintah

menyelesaikan permasalahan TKA illegal terlebih dahulu daripada harus

mendatangkan begitu banyak TKA baru. Hal ini kemudian diklarifikasi

oleh Wakil Menteri Dalam Negeri Malaysia, Nur Jazlan Mohamed, bahwa

pemerintah tidak membawa 1,5 juta pekerja dari Bangladesh, melainkan

akan membawa sekadar kebutuhan saja. Bangladesh bukan ingin

membawa pekerja sejumlah 1,5 juta orang ke Malaysia, tetapi

menawarkan sekitar 1,5 juta pekerja tidak hanya kepada Malaysia,

melainkan ke negara-negara lain yang juga membutuhkan.93

Kebijakan razia tenaga kerja asing illegal ini merupakan kelanjutan

dari program re-hiring (mempekerjakan kembali) dan pembuatan

employment card (E-Kad). Program re-hiring dan pembuatan E-Kad mulai

dijalankan dari bulan Februari hinggga Juni 2017. Menurut beberapa

laporan, dari 600.000 tenaga kerja asing illegal yang diharapkan

mendaftar, hingga Juni 2017 hanya sekitar 155.680 tenaga kerja asing

yang sudah mendaftar. Menurut Figo Kurniawan, seorang TKI dan

penggiat Komunitas Serantau, salah satu penyebab enggannya para tenaga

kerja asing ini mendaftarkan diri adalah adanya kemungkinan dideportasi.

Ada beberapa syarat yang diajukan pihak Malaysia yang jika tidak

terpenuhi akan menyebabkan para tenaga kerja dideportasi.94

E-Kad

berfungsi sebagai permit letter bagi tenaga kerja asing illegal untuk

93

Malaysia Rekrut Kembali Tenaga Kerja Asing Gelap Termasuk TKI dalam http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2016/02/160218_dunia_malaysia_tki diakses pada tanggal 30 Mei 2018. 94

Terancam Razia, Ratusan TKI ‘Bertahan dan Bersembunyi’ di Malaysia dalam http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-40482368 diakses pada tanggal 30 Mei 2018.

Page 61: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

49

mendapat izin kerja legal dari pemerintah Malaysia. E-Kad hanya

berfungsi bagi 15 negara (kewarganegaraan), termasuk di dalamnya

Indonesia, Bangladesh, dan Myanmar.95

Tidak tercapainya target re-hiring, pemerintah Malaysia kemudian

mulai melakukan razia terhadap tenaga kerja asing illegal pada Juli 2017.

Pada 10 hari pertama razia dilaksanakan sudah terjaring sekitar 3.300

tenaga kerja asing illegal. Tenaga kerja asing tersebut akan dipulangkan ke

negara masing-masing dan akan blacklist dari ketenagakerjaan Malaysia.

Direktur Jenderal Departemen Imigrasi Malaysia, Mustafar Ali,

menyatakan bahwa pemerintah Malaysia akan terus menjalankan razia

hingga tenaga kerja asing illegal terakhir ditangkap.96

Program razia tenaga kerja ini juga mendapat protes dari beberapa

pihak. Salah satunya adalah dari pelaku industri. Adanya anggapan dari

pemerintah terkait kesengajaan pelaku industri manufaktur Malaysia

dalam merekrut TKA ilegal, membuat Presiden Federation of Malaysian

Manufaktur (FMM), Datuk Soh Thian Lai, angkat bicara. Menurutnya,

pelaku industri manufaktur di Malaysia tidak dengan sengaja merekrut

TKA ilegal. Pemerintah sebelumnya sudah banyak menunjuk agen pihak

ketiga dalam urusan rekrutmen TKA. Menurut Datuk Soh juga, program

razia TKA ilegal yang dijalankan pemerintah terlalu rumit, dalam hal

95

Malaysia Begins Crackdown on Illegal Foreign Workers dalam https://www.straitstimes.com/asia/se-asia/malaysia-begins-crackdown-on-illegal-foreign-workers diakses pada tanggal 30 Mei 2018. 96

Malaysia Continues Crackdown on Illegal Migrant Workers Even as Businesses Cry Foul dalam https://www.channelnewsasia.com/news/asia/malaysia-continues-crackdown-on-illegal-migrant-workers-even-as-9033668 diakses pada tanggal 30 Mei 2018.

Page 62: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

50

birokrasi, dan harga administrasi yang terlalu tinggi. Selain itu, Datuk Soh

juga menyampaikan bahwa jika pemerintah terlalu cepat melakukan razia

TKA ilegal, maka pihak industri manufaktur akan mengalami kehilangan

tenaga kerja. Hal ini, karena industri manufaktur adalah industri yang

menggunakan jasa TKA terbanyak.97

Tidak hanya pihak industri Malaysia, Malaysia juga mendapat

protes dari negara pengirim TKA, yaitu Indonesia dan Filipina. Kedua

negara menyampaikan protesnya terkait isu perlakuan kasar dari pihak

Malaysia terhadap warga negara mereka saat dilakukannya razia. Pihak

Indonesia, melalui BNP2TKI, juga menjelaskan bahwa razia seperti yang

dilakukan pemerintah Malaysia saat itu tidak akan menghentikan

munculnya TKA illegal, khususnya TKI. Perlu solusi yang lebih tepat

yang harus didiskusikan antara kedua negara.98

Yang terbaru, pada tahun 2018, Malaysia kembali menjalankan

3+1 Amnesty Programme. Program ini didirikan sejak tahun 2014 dan

berhasil menangkap sekitar 840,000 imigrant gelap. Di tahun 2018 sendiri,

terjaring sekitar 29,040 immigrant illegal. Jumlah immigrant terbanyak

yang tertangkap adalah dari Indonesia sekitar 9,759 orang, diikuti

97

Agents to Blame for Huge Number of Illegal Foreign Workers dalam https://www.nst.com.my/news/exclusive/2018/07/395563/agents-blame-huge-number-illegal-foreign-workers diakses pada tanggal 27 September 2018. 98

Ratusan TKI Illegal Ditangkap Malaysia, Indonesia Kirim Nota Diplomatik dalam https://nasional.kompas.com/read/2017/07/07/22353841/ratusan.tki.ilegal.ditangkap.malaysia.indonesia.kirim.nota.diplomatik diakses pada tanggal 15 Agustus 2018.

Page 63: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

51

Bangladesh (5,959 orang), Filipina (2,820 orang), dan Myanmar (2,715

orang).99

99

Immigration set to crackdown hard on illegals, human traffickersdalam https://www.thestar.com.my/news/nation/2018/08/30/immigration-set-to-crack-down-hard-on-illegals-human-traffickers/ diakses pada tanggal 10 September 2018.

Page 64: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

52

BAB III

ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR

Ada dua jalur masuk TKA menuju Malaysia, yaitu jalur formal (legal) dan

jalur informal (illegal). Jalur legal merupakan jalur yang sudah ditentukan

pemerintah sesuai dengan MoU yang ditandatangani. Agen-agen rekruitment

swasta, dalam jalur ini, hanya sebagai perantara dalam proses rekruitment.

Seringkali, jalur ini dianggap sangat rumit, terlalu panjang, dan mahal. Oleh

karena itu, jalur ini jarang diminati oleh pekerja migrant kebanyakan. Jalur kedua,

yaitu jalur illegal, dapat dikatakan jalur alternatif bagi pekerja migrant yang tidak

ingin berhadapan dengan rumitnya birokrasi pemerintah. Jalur ini biasanya

difasilitasi oleh calo atau agen-agen rekruitment tidak resmi. Jalur illegal biasanya

mudah dan murah. Dalam hal ini, jalur illegal tidak menuntut adanya dokumen

hukum. Kelompok yang masuk melalui jalur illegal disebut sebagai illegal

immigrant workers (Tenaga Kerja Asing/TKA illegal).100

Migrasi tenaga kerja dari dan di dalam ASEAN telah meningkat menjadi

sekitar 5,3 juta pekerja. Aliran tenaga kerja ini didorong oleh kesenjangan

demografi dan ekonomi yang signifikan, serta pasar tenaga kerja yang saling

menguntungkan satu sama lain antar-negara anggota ASEAN. Malaysia, Thailand,

dan Singapura adalah negara tuan rumah utama. Filipina, Indonesia, Kamboja,

Laos, Myanmar, dan Vietnam merupakan negara distributor terbesar. Biasanya,

pola migrasi yang terjadi adalah pekerja dari negara CLMV (Cambodia, Laos,

100

The Philippine Institute for Development Studies, Enhancing the Protection and Promotion of Migrant Workers’ Rights in ASEAN, “Policy Brief No. 05”, The PIDS: Philippines, 2012. Hlm. 2.

Page 65: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

53

Myanmar, dan Vietnam) datang ke Thailand dan pekerja dari Indonesia dan

Filipina datang ke Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam. Umumnya,

pergerakan migrasi tenaga kerja di ASEAN didominasi oleh tenaga kerja semi-

skilled dan unskilled.101

Kemunculan TKA ilegal terutama didorong oleh tidak adanya pemahaman

para pekerja terkait birokrasi yang ditetapkan pemerintah, baik negara penerima

maupun negara pengirim. Semi-skilled dan unskilled labours, umumnya kurang

edukasi dan memiliki tingkat pendidikan yang rata-rata rendah. Hal ini

memunculkan banyak permasalahan. Salah satu permasalahan yang ditimbulkan

adalah permasalahan keamanan. Seringkali, TKA ilegal terindikasi memiliki

hubungan dengan sindikat perdagangan manusia dan semacamnya. Selain

keamanan, permasalahan TKA ilegal juga memunculkan permasalahan sosial dan

ekonomi, seperti kurang berkembangnya teknologi dalam beberapa sektor

pekerjaan, kurang diminatinya tenaga kerja lokal, dan kurangnya uang beredar di

dalam negeri negara penerima.102

Selain itu, permasalahan TKA ilegal juga menimbulkan kebingungan

antar-pemangku kebijakan dan para aktivist pemerhati tenaga kerja asing terkait

permasalahan pelanggaran hak asasi manusia. Karena status yang ilegal,

pemerintah pun bingung akan merespon seperti apa ketika ada warga negaranya

tertangkap dalam razia TKA ilegal. Seringkali pemerintah negara pengirim hanya

101

Ibid. Hlm. 1-2. 102

The Impact of Foreign Labour on Malaysian Society dalam https://www.ukessays.com/essays/economics/the-impact-of-foreign-labor-on-malaysian-society-economics-essay.php diakses pada tanggal 17 Oktober 2018.

Page 66: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

54

meminta pemerintah negara penerima untuk memperlakukan warga negara

mereka yang tertangkap dengan adil dan tanpa melakukan kekerasan atau hal-hal

lainnya yang melanggar hak asasi manusia.103

Menanggapi hal ini, ASEAN

membentuk suatu deklarasi yang disebut ASEAN Declaration on the Protection

and Promotion of the Rights of Migrant Workers.

A. ASEAN Declaration on the Protection and Promotion of the Rights of

Migrant Workers

ASEAN, sebelum 2007, hanya merespon permasalahan

perdagangan manusia. Hal ini juga tidak spesifik dalam kerangka

permasalahan ketenagakerjaan. Di tahun 2007, ASEAN mulai berinisiatif

untuk menyelesaikan permasalahan terkait tenaga kerja. Langkah awal

adalah membentuk suatu deklarasi yang disebut Declaration on the

Protection and Promotion of the Rights of Migrant Workers. Deklarasi ini

ditandatangani dan disahkan di 12th ASEAN Summit, 13 Januari 2007 di

Cebu, Filipina. Deklarasi ini juga merupakan respon terhadap Vientiane

Action Program yang menyerukan “elaboration of an ASEAN instrument

for the protection and promotion of the rights of migrant workers

(elaborasi instrumen ASEAN untuk perlindungan dan promosi hak-hak

pekerja migran)”.104

103

Ratusan TKI Illegal Ditangkap Malaysia, Indonesia Kirim Nota Diplomatik dalam https://nasional.kompas.com/read/2017/07/07/22353841/ratusan.tki.ilegal.ditangkap.malaysia.indonesia.kirim.nota.diplomatik diakses pada tanggal 17 Oktober 2018. 104

The Philippine Institute for Development Studies, Enhancing the Protection and Promotion of Migrant Workers’ Rights in ASEAN, “Policy Brief No. 05”, The PIDS: Philippines, 2012. Hlm. 2.

Page 67: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

55

Sebagai langkah awal implementasi deklarasi ini, ASEAN

membentuk the ASEAN Committee on the Implementation of the ASEAN

Declaration on the Protection and Promotion of the Rights of Migrant

Workers (ACMW). Pada pertemuan pertama ACMW yang

diselenggarakan di Singapura dari 15 hingga 16 September 2008, ACMW

mengadopsi kerangka acuan dan program kerjanya, mengidentifikasi

empat bidang kerja sama, yaitu: 1) Step up protection and promotion of

the rights of migrant workers against exploitationand mistreatment, 2)

Strengthen protection and promotion of the rights of migrant workers by

enhancing labour migration governance in ASEAN countries, 3) Regional

cooperation to fight human trafficking in ASEAN, dan 4) Development of

an ASEAN Instrument on the Protection and Promotion of the Rights of

Migrant Workers.105

Dari keempat bidang kerja di atas, ACMW

memutuskan membentuk suatu kegiatan yang berkaitan dengan

perlindungan dan promosi hak pekerja migrant yang didasari usaha

peningkatan tata kelola migrasi tenaga kerja di ASEAN, yaitu

penyelenggaraan ASEAN Forum on Migrant Labour (AFML).106

B. ASEAN Forum on Migrant Labour

ASEAN Forum on Migrant Labour (AFML) merupakan forum

terbuka antara pemerintah, organisasi pekerja dan pengusaha, dan

pemangku kepentingan masyarakat sipil tentang isu-isu utama yang

105

ILO, The ASEAN Forum on Migrant Labour (AFML) : Background information booklet / Tripartite Action for the Protection and Promotion of the Rights of Migrant Workers in the ASEAN Region (ASEAN TRIANGLE project) , ILO Regional Office for Asia and the Pacific: Bangkok, 2014. Hlm. 1-2. 106

The ASEAN Forum on Migrant Labour dalam https://www.ilo.org/asia/WCMS_214213/lang--en/index.htm diakses pada tanggal 18 Oktober 2018.

Page 68: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

56

dihadapi pekerja migran di Asia Tenggara. Forum ini bertujuan untuk

mengembangkan rekomendasi untuk memajukan pelaksanaan prinsip

Deklarasi ASEAN tentang Perlindungan dan Promosi Hak-Hak Pekerja

Migran (ASEAN Declaration on the Protection and Promotion of the

Rights of Migrant Workers). Forum ini memberikan kesempatan untuk

berbagi kegiatan para pemangku kepentingan untuk mengimplementasikan

berbagai rekomendasi dari pertemuan AFML.107

Tujuan utama AFML terangkum dalam 3 poin, yaitu: 1) To share

stakeholder experiences, challenges and good practices in implementation

of the Recommendations at past AFML meetings, 2) To examine in detail

Articles of the Cebu Declaration that pertain to the obligations of both

countries of origin and destination. This is completed through the

adoption of two Thematic Sessions in every AFML meeting, dan 3) To

draft and agree on Recommendations arising from discussions of the

thematic sessions.108

Peserta AFML merupakan key stakeholders dalam diskusi tentang

migrasi tenaga kerja di Asia Tenggara. Peserta terdiri dari perwakilan

pemerintah, employers (majikan/pengusaha), pekerja, Civil Society

Organizations (Organisasi Masyarakat Sipil/CSOs), dan peserta tambahan.

Perwakilan pemerintah terdiri dari dua puluh orang perwakilan (dua orang

dari masing-masing negara anggota ASEAN) yang datang dari

107

The ASEAN Forum on Migrant Labour dalam http://www.ilo.org/asia/WCMS_416365/lang--en/index.htm diakses pada tanggal 17 Oktober 2018. 108

ILO, The ASEAN Forum on Migrant Labour (AFML) : Background information booklet / Tripartite Action for the Protection and Promotion of the Rights of Migrant Workers in the ASEAN Region (ASEAN TRIANGLE project) , ILO Regional Office for Asia and the Pacific: Bangkok, 2014. Hlm. 3.

Page 69: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

57

kementerian dan lembaga yang bertanggung jawab atas buruh migran.

Perwakilan employers terdiri dari sepuluh perwakilan organisasi

pengusaha nasional (satu orang perwakilan dari setiap negara anggota

ASEAN). Kemudian sepuluh orang perwakilan dari organisasi pekerja

atau serikat pekerja nasional (satu perwakilan dari setiap negara anggota

ASEAN) dan organisasi pekerja atau serikat pekerja perwakilan regional

yang bekerja pada buruh migran di ASEAN. Perwakilan dari CSO terdiri

dari sepuluh perwakilan CSO nasional (satu dari tiap negara anggota

ASEAN) dan tiga perwakilan dari CSO regional yang bekerja pada

permasalahan tenaga kerja atau perwakilan dari kelompok pekerja migran

yang berbasis di negara-negara ASEAN. Peserta tambahan biasanya terdiri

dari perwakilan tambahan dari negara tuan rumah penyelenggara AFML,

serta perwakilan dari the Socio-Cultural Community Department of

ASEAN Secretariat (Departemen Komunitas Sosial Budaya dari

Sekretariat ASEAN), International Labour Organizations (ILO),

International Organization of Migration (IOM), Task Force for ASEAN

Migrant Workers (TFAMW), dan UNWomen. AFML juga menghadirkan

narasumber dan ahli terkait.109

Sejauh ini, sudah terselenggara sebelas AFML. AFML pertama

merupakan langkah pertama untuk mengesahkan (menginstitusionalisasi)

AFML sendiri. AFML pertama diadakan di Manila, Filipina pada tanggal

109

Ibid. hlm. 3-4.

Page 70: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

58

24-25 April 2008.110

AFML kedua diadakan di Bangkok, Thailand pada

tanggal 30-31 Juli 2009, dengan tema “ASEAN Declaration on Migrant

Workers: Achieving its commitment”. Pertemuan ini diadakan bersama

dengan TFAMW untuk mendiskusikan the ASEAN Framework on the

Protection and Promotion of the Rights of Migrant Workers.111

AFML kedua dimulai dengan penjelasan mengenai migrasi di Asia

Tenggara yang disampaikan oleh Ms. Thetis Mangahas, Senior Migration

Specialist, ILO.Ms. Mangahas menjelaskan bahwa migrasi yang

melibatkan negara-negara ASEAN mewakili 9% dari migrasi global. Dia

menggarisbawahi bahwa di kawasan ASEAN semua negara adalah semua

negara pengirim, penerima, dan transit. Telah terjadi peningkatan drastis

dalam migrasi antar negara di kawasan ASEAN sejak 15 tahun terakhir di

mana kesenjangan pendapatan antara negara-negara dan

ketidakseimbangan populasi di ASEAN merupakan faktor utama untuk

migrasi. Ms. Mangahas juga menggarisbawahi bahwa tingginya tingkat

migrasi tidak teratur tetap menjadi masalah utama di ASEAN.112

Ms. Mangahas lebih lanjut menyoroti bahwa krisis keuangan telah

berdampak sangat buruk pada banyak lapangan kerja di banyak industri

seperti manufaktur, konstruksi, dan industri pariwisata. Banyak pekerja

migran telah terpengaruh dengan memburuknya kondisi kerja dan hidup.

110

Ibid. Hlm. 5. 111

The ASEAN Forum on Migrant Labour dalam http://www.ilo.org/asia/WCMS_416365/lang--en/index.htm diakses pada tanggal 18 Oktober 2018. 112

Summary Record of the 2nd

ASEAN Forum on Migrant Labour dalam https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/documents/meetingdocument/wcms_213740.pdf diakses pada 18 Oktober 2018, hlm. 2. Link pdf dapat diakses melalui https://www.ilo.org/asia/WCMS_213740/lang--en/index.htm .

Page 71: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

59

Dia menggarisbawahi perlunya memiliki visi bersama tentang masa depan

migrasi ASEAN dan menyatakan harapan untuk forum untuk

memungkinkan dialog konstruktif mengenai tantangan untuk buruh

migran.113

Setelah sambutan dari beberapa tokoh, AFML kedua dilanjutkan

dengan Working Group Discussion yang terdiri dari dua diskusi panel.

Diskusi Panel 1 difokuskan pada peran berbagai pemangku kepentingan

ASEAN dalam promosi dan perlindungan pekerja migran.kelompok

diskusi panel pertama sangat menekankan untuk mengajak seluruh

pemangku kepentingan untuk dapat terlibat. Pemangku-pemangku

kepentingan yang dimaksud antara lain, pemerintah, pengusaha, serikat

pekerja, pekerja migran, agen rekruitment, Non-Governmental

Organizations (NGOs), organisasi internasional, para pemimpin agama,

lembaga keuangan, dan lembaga akademis.Selain itu, diskusi panel

pertama juga menyoroti hak pekerja migran, khususnya pekerja migran

perempuan. Ada konsensus di antara kelompok diskusi tentang pentingnya

aspek gender dari migrasi dan khususnya kebutuhan untuk pengakuan

pekerjaan perempuan sebagai pekerjaan bukan sebagai tugas perempuan.

Jika terus dipandang sebagai tugas, hal ini dapat mengakibatkan tidak

adanya undang-undang ketenagakerjaan yang akan melindungi.114

Diskusi panel 2 difokuskan pada dua tema penting yang terakit

dengan penyusunan draft Regional Instrument on the Protection of Rights

113

Ibid. 114

Ibid.

Page 72: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

60

of Migrant Workers, yaitu isi dan status hukum instrument regional dan

proses konsultatif dengan CSO dalam perumusan instrument regional.

Presentasi disusun oleh Mr. Sinapan Samydorai dari TFAMW mengenai

proposal yang disampaikan masyarakat sipil terkait ASEAN Framework

Instrument on the Promotion and Protection of the Rights of Migrant

Workers. Ia meminta setiap pihak terkait penanganan isu tenaga kerja

mengingat kembali standar hak asasi manusia dan menghormati standar

kerja PBB dan ILO, baik dalam urusan pekerja legal maupun illegal. Mr.

Samydorai juga mendesak adanya harmonisasi antara hukum nasional

yang diperlukan dengan standar PBB dan ILO. Ia juga mendesak ACMW

untuk memperluas keterlibatan masyarakat sipil dalam pembuatan

keputusan dan penentuan instrument.115

Diskusi Panel 2 membahas lebih lanjut dua topik yang berkaitan

dengan instrumen ASEAN yang sedang disusun oleh Tim Penyusun

ACMW, yaitu: (i) ruang lingkup dan cakupan instrumen regional ASEAN;

dan (ii) Proses dan jadwal yang diperlukan untuk mengembangkan

instrumen regional. Selanjutnya forum ditutup dengan ucapan terima kasih

dari ketua penyelenggara.116

AFML ketiga diselenggarakan di Ha Noi,

Vietnam pada tanggal 19-20 Juli 2010 dengan tema Enhancing awareness

and information services to protect the rights of migrant workers.117

115

Ibid. hlm. 4-5. 116

Ibid. hlm. 5. 117

ILO, The ASEAN Forum on Migrant Labour (AFML) : Background information booklet / Tripartite Action for the Protection and Promotion of the Rights of Migrant Workers in the ASEAN Region (ASEAN TRIANGLE project) , ILO Regional Office for Asia and the Pacific: Bangkok, 2014. Hlm. 5.

Page 73: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

61

AFML ketiga memunculkan beberapa rekomendasi yang

terklasifikasi dalam 5 bidang, yaitu promotion and protection of the rights

of migrant workers (promosi dan perlindungan hak-hak pekerja migran),

information and services (informasi dan pelayanan), the role of sending

countries representatives in receiving countries (tugas perwakilan negara

pengirim di negara penerima), broad stakeholder cooperation (kerjasama

pemangku kepentingan yang lebih luas), dan partnership of ASEAN,

stakeholders and international organizations (kemitraan ASEAN, para

pemangku kepentingan dan organisasi internasional).

Selanjutnya AFML keempat diadakan di Bali, Indonesia pada

tanggal 24-25 Oktober 2011 dengan tema Development of a public

campaign to promote understanding, rights and dignity of migrant

workers in countries of destination: return and reintegration and

development of sustainable alternatives in countries of origin.118

AFML

keempat membentuk rekomendasi yang terklasifikasi dalam dua bidang,

yaitu promotion of positive image, rights and dignity of migrant workers

(promosi citra positif, hak dan martabat pekerja migran) dan promotion of

strategies for effective return and reintegration, as well as sustainable

alternatives for migrant workers (promosi strategi untuk pengembalian

dan reintegrasi yang efektif, serta alternatif berkelanjutan bagi pekerja

migran).

118

ILO, The ASEAN Forum on Migrant Labour (AFML) : Background information booklet / Tripartite Action for the Protection and Promotion of the Rights of Migrant Workers in the ASEAN Region (ASEAN TRIANGLE project) , ILO Regional Office for Asia and the Pacific: Bangkok, 2014. Hlm. 5.

Page 74: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

62

AFML kelima diadakan di Siem Reap, Kamboja pada tanggal 9-10

Oktober 2012 dengan tema the Protection and Promotion of the Rights of

Migrant Workers: Towards Effective Recruitments Practices and

Regulations. Dalam AFML kelima, dijelaskan mengenai implementasi

dari Rekomendasi Hanoi (3rd

AFML) dan Rekomendasi Bali (4th

AFML).119

Secara umum, AFML ketiga menjelaskan mengenai perlunya

penyebaran informasi serta pendidikan pra-keberangkatan bagi pekerja

migrant, dan penguatan hubungan antar-negara terkait pencapaian

rekomendasi tersebut. Beberapa negara telah memiliki programnya

masing-masing untuk hal ini. Untuk AFML keempat, fokus pada

penyebaran positive image of migrant workers dan bagaimana

membentuk program pengembalian (return) yang positif dengan menjamin

masa depan pekerja migrant sekembalinya ke negara asal. Bebrapa

rekomendasi belum mampu dijalankan terkait munculnya beberapa

masalah, salah satunya tenaga kerja asing illegal.120

Selain implementasi dari rekomendasi AFML ketiga dan keempat,

AFML kelima juga memunculkan beberapa rekomendasi yang terrangkum

dalam 5 pokok, yaitu 1) mempromosikan hak asasi manusia universal dan

prinsip-prinsip serta hak-hak mendasar dalam bekerja, 2) mempromosikan

transparansi, akuntabilitas, dan keterjangkauan, 3) mempromosikan

119

ILO, Background Paper: Progress on the Implementation of the Recommendations adopted at the 3rd and 4th ASEAN Forum on Migrant Labour, ILO Regional Office for Asia and the Pacific: Bangkok, 2012. Hlm. 28-40. 120

Ibid., hlm. 28-40.

Page 75: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

63

berbagi informasi dan kesadaran publik, 4) mempromosikan mekanisme

pengawasan dan pengaduan yang efektif, dan 5) mempromosikan

keterlibatan multi-stakeholder terkait.121

AFML keenam dilaksanakan di Bandar Seri Begawan, Brunei

Darussalam, 26-27 November 2013, dengan tema “Enhancing Policy and

Protection of Migrant Workers through Data Sharing, and Adequate

Access to the Legal and Judicial System During Employment Including

Effective Complaints Mechanisms”. AFML keenam memberikan beberapa

rekomendasi yang terrangkum dalam dua pokok, yaitu memfasilitasi

pengumpulan data, analisis dan berbagi tentang pekerja migran di kedua

negara asal dan tujuan dan mempromosikan mekanisme pengaduan yang

efektif dan mekanisme penanganan pengaduan.122

AFML ketujuh dilaksanakan pada 20-21 November 2014 di Nay

Pyi Taw, Myanmar dengan tema “Towards the ASEAN Community by

2015 with enhanced measures to protect and promote the rights of migrant

workers”. AFML ketujuh memunculkan beberapa rekomendasi yang

merujuk pada pasal 8 dan 13 dari ASEAN Declaration on the Protection

and Promotion of the Rights of Migrant Workers, yaitu promotion of fair

and appropriate employment protection, payment of wages, and adequate

121

ILO, The ASEAN Forum on Migrant Labour (AFML) : Background information booklet / Tripartite Action for the Protection and Promotion of the Rights of Migrant Workers in the ASEAN Region (ASEAN TRIANGLE project) , ILO Regional Office for Asia and the Pacific: Bangkok, 2014. Hlm. 18-21. 122

The 6th

ASEAN Forum on Migrant Labour dalam https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/documents/meetingdocument/wcms_234228.pdf diakses pada tanggal 29 November 2018, hlm. 1-4. Pdf dapat diakses melalui https://www.ilo.org/asia/events/WCMS_209146/lang--en/index.htm .

Page 76: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

64

access to decent working and living conditions for migrant workers dan

set up policies and procedures to facilitate aspects of migration of

workers, including recruitment, preparation for deployment overseas,

protection of the migrant workers when abroad, and repatriation and

reintegration to the countries of origin.123

AFML kedelapan dilaksanakan pada 26-27 Oktober 2015 di Kuala

Lumpur Malaysia dengan tema Empowering the ASEAN Community

through Protection and Promotion of the Rights of Migrant Workers.

Terdapat dua pembahasan khusus di dalam AFML kedelepan, yaitu

occupational safety and health to foster a safe and healthy working

environment (keselamatan dan kesehatan kerja untuk menumbuhkan

lingkungan kerja yang aman dan sehat) dan labour inspection to ensure

workplaces provide minimum employment rights (pengawasan

ketenagakerjaan untuk memastikan tempat kerja menyediakan hak kerja

minimum).124

AFML kesembilan dilaksanakan di Vientiane, Laos, pada

tanggal 9-10 November 2016. AFML kesembilan mengangkat tema Better

Quality of Life for ASEAN Migrant Workers through Strengthened Social

123

Reccomendations: The 7th

ASEAN Forum on Migrant Labour dalam https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/documents/meetingdocument/wcms_322400.pdf diakses pada tanggal 29 November 2018, hlm. 1-4. Pdf dapat diakses melalui https://www.ilo.org/asia/events/WCMS_322619/lang--en/index.htm . 124

8th

ASEAN Forum on Migrant Labour dalam https://www.ilo.org/asia/events/WCMS_439655/lang--en/index.htm diakses pada tanggal 29 November 2018.

Page 77: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

65

Protection (Kualitas Kehidupan yang Lebih Baik bagi Pekerja Migran

ASEAN melalui Penguatan Perlindungan Sosial).125

AFML kesembilan membahas mengenai follow-up dari

rekomendasi di AFML ketiga sampai kedelapan. Rekomendasi-

rekomendasi tersebut diklasifikasi dalam 8 klaster. Klaster pertama,

penyebaran informasi yang menargetkan pekerja migran dan pengusaha

tentang peraturan dan persyaratan, biaya migrasi, hak dan standar, kondisi

kerja dan hidup, keselamatan dan kesehatan kerja, pemeriksaan tenaga

kerja, dan realita-realita mengenai migrasi. Dalam klaster ini, terdapat dua

implementasi, yaitu 1) negara-negara asal telah membentuk lembaga

penyebar informasi, mengadakan seminar dan sosialisasi terkait, serta

menyediakan lembaga konseling bagi pekerja migrant, dan 2) negara-

negara tujuan menyiapkan lembaga tertentu terkait informasi pasca

kedatangan.126

Klaster kedua, secara efektif mengelola rekruitment tenaga kerja

migrant. Dalam hal ini, beberapa negara telah meninjau kembali aturan-

aturan terkait pekerja migrant, jalur-jalur resmi migrasi, serta memperkuat

fungsi lembaga-lembaga terkait. Klaster ketiga, penyediaan kondisi kerja

yang layak. Dalam hal ini, beberapa negara meratifikasi beberapa konvensi

terkait kesejahteraan pekerja migrant, dan meninjau kembali kebijakan

125

The 9th

ASEAN Forum on Migrant Labour dalam https://www.ilo.org/asia/events/WCMS_535052/lang--en/index.htm diakses pada tanggal 7 Desember 2018. 126

ILO, Progress of the implementation of recommendations adopted at the 3rd

-8th

ASEAN Forum on Migrant Labour: Background Paper to the 9

th AFML, ILO Regional Office for Asia and the

Pacific: Bangkok, 2017. Hlm. 6-41.

Page 78: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

66

awal terkait pekerja migrant di negara masing-masing, khususnya negara

penerima. Klaster keempat, memfasilitasi akses ke sistem hukum dan

peradilan, dan memperbaiki mekanisme. Implementasi dari klaster ini

adalah pengadaan aturan terkait pengaduan masalah hukum bagi migrant

dan penyediaan lembaga terkait.127

Klaster kelima, strategi pengembalian dan reintegrasi yang efektif.

Sejauh ini, hanya Filipina yang sudah menerbitkan kebijakan adminsitratif

terkait. Klaster keenam, kampanye pendidikan publik untuk meningkatkan

persepsi pekerja migrant. Beberapa negara telah menyelenggarakan

seminar dan acara-acara terkait pengembangan persepsi. Klaster ketujuh,

pengumpulan, sharing, dan analisa data pekerja migrant. ASEAN telah

berhasil membentuk International Labour Migration Statistics (ILMS)

database. ASEAN juga dalam proses operasionalisasi the ATUC

Information System on Migrant Workers. Terakhir, klaster kedelapan,

kerjasama, kolaborasi, dan pertukaran informasi di tingkat multilateral dan

multi-stakeholder; regional, sub-regional, dan keterlibatan lintas nasional.

Beberapa inisiatif di tingkat ini adalah peninjauan kembali terkait

kerjasama ketengakerjaan, penguatan kerjasama dengan diadakannya

forum di tingkat nasional, dan maksimalisasi fungsi pejabat

ketenagakerjaan negara.128

Selain membahas progress implementasi rekomendasi dari AFML

ketiga sampai kedelapan, AFML kesembilan juga memunculkan

127

Ibid. 128

Ibid.

Page 79: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

67

rekomendasi-rekomendasi yang terrangkum dalam dua kategosri utama,

yaitu perluasan perlindungan sosial bagi tenaga kerja migrant di ASEAN

dan bekerja menuju portabilitas jaminan sosial bagi tenaga kerja migrant

di ASEAN. AFML kesepuluh dilaksanakan di Manila, Filipina, pada

tanggal 26-27 Oktober 2017 dengan tema “Towards Achieving Decent

Work for Domestic Workers in ASEAN”. AFML kesepuluh memunculkan

rekomendasi-rekomendasi yang terrangkum dalam 2 pembahasan utama,

yaitu penguatan standar-standar perlindungan bagi pekerja rumah tangga

migrant di ASEAN dan peningkatan implementasi kebijakan dan layanan

pendukung bagi pekerja rumah tangga migrant di ASEAN.129

Terakhir,

AFML kesebelas dilaksanakan di Singapura, 29-30 Oktober 2018 dengan

tema “Resilience and Innovation”.130

129

Recommendations the 10th

ASEAN Forum on Migrant Labour dalam https://www.ilo.org/asia/events/WCMS_584087/lang--en/index.htm diakses pada tanggal 9 Desember 2018. 130

11th

ASEAN Forum on Migrant Labour dalam https://www.ilo.org/asia/events/WCMS_644224/lang--en/index.htm diakses pada tanggal 9 Desember 2018.

Page 80: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

68

BAB IV

AFML DAN UPAYA PENANGANAN KASUS TENAGA KERJA ILEGAL

DI MALAYSIA

ASEAN Forum on Migrant Labour (AFML) mulai dilaksanakan dari

tahun 2008. Hingga tahun 2018, ASEAN telah melaksanakan sebelas AFML.

Fokus terbesar AFML dalam hal ini adalah penanganan kasus tenaga kerja asing

illegal, mempromosikan hak-hak dan kontribusi tenaga kerja asing, dan

pembangunan berkelanjutan baik di negara pengirim maupun negara penerima.

Fokus pertama, penanganan kasus tenaga kerja asing illegal, akan menjadi fokus

utama dalam penelitian ini.

A. Upaya ASEAN Dalam Penanganan Kasus Tenaga Kerja Asing Ilegal

Melalui AFML

Ada dua upaya utama yang dihasilkan ASEAN melalui AFML, dalam

penanganan kasus tenaga kerja asing illegal. Pertama, mempertemukan setiap

pemangku kepentingan terkait kasus tenaga kerja asing illegal di seluruh Asia

Tenggara. Kedua, memetakan permasalahan dasar yang mengakibatkan

munculnya tenaga kerja asing. Selain itu, ASEAN juga memberikan rekomendasi

sebagai solusi terkait permasalahan dasar yang muncul.

A.1. Mempertemukan Setiap Pemangku Kepentingan ASEAN Terkait

TKA Ilegal

Dalam forum bilateral, pemangku kepentingan yang hadir adalah wakil-

wakil dari pemerintah (negara/state actor). Keputusan yang dihadirkan pun

Page 81: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

69

berdasarkan data umum yang dimiliki negara. Sebagai organisasi regional,

ASEAN tidak hanya menampung pendapat satu atau dua pihak saja, melainkan

banyak pihak yang terlibat di dalam suatu isu atau permasalahan.

AFML tidak hanya dihadiri oleh perwakilan pemerintah saja, melainkan

juga dihadiri oleh pemangku-pemangku kepentingan lain, seperti perwakilan

komunitas tenaga kerja, perwakilan pihak pengusaha atau majikan, perwakilan

organisasi masyarakat sipil (CSOs). Dalam AFML kedua, Ms. Jacqualine Pollock

dari Migrant Assistance Programme (MAP), menyebutkan bahwa kehadiran

perwakilan dari pekerja migrant, seperti CSOs dan agen perekrutan, sangat

penting dalam pertemuan semacam AFML. CSOs akan menjadi perwakilan yang

memberikan pengawasan terkait implementasi kebijakan yang telah disepakati

bersama di masyarakat. Kehadiran perwakilan komunitas pekerja migrant juga

sangat penting, mengingat komunitas adalah unsur yang terdekat dengan

keseharian para pekerja migrant.131

Selain Ms. Jacqualine Pollock, Christopher Ng dari UNI-APRO juga

menyampaikan hal terkait pentingnya kehadiran beragam pemangku kepentingan

dalam menyikapi isu ketenagakerjaan. Pemangku kepentingan yang disoroti

Christopher Ng adalah serikat pekerja global. Kehadiran serikat pekerja global

sangat dibutuhkan tenaga kerja migrant. Hal ini dapat dilihat dari peran yang

dapat diberikan serikat pekerja global untuk tenaga kerja migrant. Serikat pekerja

131

Summary Record of the 2nd

ASEAN Forum on Migrant Labour dalam https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/documents/meetingdocument/wcms_213740.pdf diakses pada 18 Oktober 2018, hlm. 3-4. Link pdf dapat diakses melalui https://www.ilo.org/asia/WCMS_213740/lang--en/index.htm

Page 82: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

70

global dapat berperan sebagai pusat sumber daya dengan tujuan akses data dan

analisis penting terkait masalah dan trend migrasi serta menjadi pusat bantuan

bagi tenaga kerja migrant terutama untuk kebutuhan hukum dan konseling.

Kehadiran beragam pemangku kepentingan tentu akan memberikan dampak

tersendiri terhadap rekomendasi yang dihasilkan dalam AFML.132

A.2. Memetakan Permasalahan Dasar Terkait TKA Ilegal

Salah satu fungsi organisasi regional adalah membantu anggotanya dalam

memetakan permasalahan dan mengambil keputusan bersama. Dalam hal ini,

ASEAN sebagai organisasi regional, mampu menjalankan salah satu fungsinya.

Selain mempertemukan para pemangku kepentingan dalam forum bersama,

ASEAN juga mengambil langkah dengan memetakan masalah dasar terkait

munculnya tenaga kerja asing ilegal di negara-negara anggota ASEAN.

Berdasarkan rekomendasi-rekomendasi yang dihasilkan AFML, peneliti

menyimpulkan ada dua permasalahan dasar dalam isu munculnya tenaga kerja

asing ilegal di negara-negara anggota ASEAN, yaitu rumitnya administrasi yang

diterapkan pemerintah dan terbatasnya akses informasi yang diterima para

pekerja.

Terdapat dua jalur masuk tenaga kerja, yaitu jalur legal dan jalur ilegal.

Jalur legal merupakan jalur yang disediakan pemerintah yang disesuaikan dengan

MoU antar-pemerintah. Dalam jalur ini, agen-agen rekruitment swasta hanya

berperan sebagai perantara dalam proses rekruitment. Seringkali, jalur ini

132

Ibid. Hlm. 4

Page 83: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

71

dianggap rumit, terlalu panjang, dan mahal (banyak memakan biaya).Oleh karena

itu, jalur ini jarang diminati oleh pekerja migrant kebanyakan. Jalur kedua adalah

jalur ilegal. Jalur ini umumnya ditempuh oleh tenaga kerja yang tidak ingin

berhadapan dengan rumitnya briokrasi pemerintah. Jalur ini biasanya difasilitasi

oleh calo atau agen rekruitment tidak resmi. Jalur ilegal biasanya mudah dan

murah, karena tidak menuntut adanya dokumen hukum.133

Permasalahan di atas diakibatkan oleh kurangnya akses informasi dan

pemahaman tenaga kerja terkait jalur legal yang ditetapkan pemerintah.

Umumnya, tenaga kerja asing ilegal terdiri dari tenaga kerja semi-skilled dan

unskilled, yang rata-rata memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Seperti yang

disampaikan Figo Kurniawan, umumnya tenaga kerja asing ilegal terdiri dari

mereka yang tingkat pendidikannya rendah sehingga terkadang tidak mampu

memahami regulasi yang diatur pemerintah.134

Berdasarkan dua masalah dasar di

atas, AFML kemudian memunculkan rekomendasi-rekomendasi terkait

kemudahan akses informasi untuk tenaga kerja asing.

B. Implementasi Rekomendasi AFML Oleh Negara Anggota ASEAN

Implementasi rekomendasi AFML terkait tenaga kerja asing illegal

dibahas dalam AFML kelima dan kesembilan. AFML kelima membahas

mengenai implementasi dari rekomendasi AFML ketiga dan keempat. AFML

kesembilan membahas mengenai implementasi rekomendasi dalam AFML ketiga

133

The Philippine Institute for Development Studies, Enhancing the Protection and Promotion of Migrant Workers’ Rights in ASEAN, “Policy Brief No. 05”, The PIDS: Philippines, 2012. Hlm. 2. 134

Terancam Razia, Ratusan TKI ‘Bertahan dan Bersembunyi’ di Malaysia dalam http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-40482368 diakses pada tanggal 23 April 2019.

Page 84: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

72

sampai kedelapan. Pembahasan impelementasi rekomendasi, dalam AFML

kelima, dapat diklasifikasikan menjadi dua langkah, yaitu ratifikasi beberapa

konvensi ILO dan penyesuaian aturan nasional dengan kebutuhan bersama dan

peningkatan layanan informasi pra-pekerjaan dan orientasi sebelum

keberangkatan.

Langkah pertama yang ditempuh ASEAN dalam implementasi AFML

adalah meratifikasi beberapa konvensi ILO dan penyesuaian aturan nasional

dengan kebutuhan global. Beberapa konvensi yang diratifikasi oleh negara

anggota ASEAN sebagai berikut: 1) Forced Labour Convention, 1930 (no. 29),

(nine states), 2) Right to Organize Collective Bargaining Convention, 1949 (no.

68) (eight states), 3) Minimum Age Convention, 1973 (no. 138), 4) Worst Forms

of Child Labour Convention, 1999 (no. 182), 5) Equality of Treatment (Accident

Compensation) Convention, 192 (no. 19) (diratifikasi oleh Indonesia, Myanmar,

Filipina, Singapura, dan Thailand), 6) Palermo Protocol on Combating

Trafficking (diratifikasi oleh Kamboja, Indonesia, dan Filipina), 7) International

Convention on the Promotion of the Rights of All Migrant Workers and Members

of Their Families 1990 (diratifikasi oleh Filipina dan Indonesia), 8) Domestic

Workers Convention, 2011 (no. 189), 9) Convention on the Elimination of All

Forms of Discriminations Against Women (CEDAW), dan 10) Convention on the

Rights of the Child (CRC).135

135

ILO, Background Paper: Progress on the Implementation of the Recommendations adopted at the 3rd and 4th ASEAN Forum on Migrant Labour, ILO Regional Office for Asia and the Pacific: Bangkok, 2012. hlm. 4-5.

Page 85: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

73

Selain meratifikasi beberapa konvensi penting ILO, beberapa negara

anggota ASEAN melakukan penyesuaian kembali aturan-aturan nasionalnya

dengan kebutuhan bersama. Kamboja membentuk Sub-Decree 190 tentang

pengelolaan pengiriman tenaga kerja Kamboja ke luar negeri melalui agen swasta.

Sub-Decree 190 mengamanatkan penerbitan langkah-langkah tambahan untuk

mengatur proses perekrutan dengan lebih baik dan melindungi para migrant dan

calon pekerja migrant. Pemerintah Laos membentuk Operations Manual on

Emigration Procedures. Manual ini bertujuan untuk memastikan keselarasan

informasi yang diberikan oleh Lao Ministry of Labour and Social Welfare

(MoLSW), Ministry of Information (MOI), dan Ministry of Foreign Affairs

(MoFA), kepada migrant yang masuk dan keluar.136

Myanmar dalam proses pembentukan draft National Action Plans (NAP)

on the Management of International Labour Migration for 2013-2017. Tujuan

dari NAP ini adalah memaksimalisasi perkembangan potensi migrasi, melalui

sistem management migrasi tenaga kerja yang terintegrasi dan menjamin

perlindungan terhadap tenaga kerja Myanmar sepanjang proses migrasi. Untuk

memperkuat perlindungan terhadap pekerja migrantnya, Filipina

mengamandemen Republic Act 8042 (Migrant Workers and Overseas Filipinos).

Aturan ini mensyaratkan negara penerima memiliki aturan yang pasti terkait

perlindungan sosial bagi tenaga kerja migrant, yang dibuktikan dengan adanya

perjanjian bilateral atau internasional terkait hal ini.137

136

Ibid., hlm. 5. 137

Ibid., hlm. 5-6.

Page 86: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

74

Singapura telah mengamandemen1959 Employment of Foreign Manpower

Act di tahun 2011. Tujuannya tidak hanya untuk menciptakan pertumbuhan yang

berkelanjutan dan inklusif, melainkan juga memastikan bahwa Singapura dapat

membendung pelanggaran terburuk terhadap tenaga kerja asing. Thailand telah

membuat draft terkait additional protection dalam dua sektor pekerjaan dominan,

yaitu pekerja rumah tangga dan work in fishing. Vietnam akan mereview ulang

kebijakannya terkait penguatan perlindungan dan pelayanan terhadap tenaga kerja

migrant Vietnam dengan bantuan dari ILO.138

Langkah pertama ini diambil berdasarkan rekomendasi Hanoi pertama

terkait jaminan bagi TKA untuk menyadari hak mereka yang sejalan dengan

undang-undang negara anggota ASEAN, the ILO Fundamental Principles and

Rights at Works, serta mengetahui perlindungan bagi hak asasi manusia mereka

yang dilindungi oleh PBB dan konvensi-konvensi internasional. Hal ini untuk

memastikan negara-negara terkait akan menjamin hak setiap TKA. Dengan

adanya konvensi tertulis dan bukti ratifikasi, TKA dapat dengan mudah menyadari

apa yang seharusnya negara berikan kepada mereka dan apa saja kewajiban

mereka sebagai TKA. ASEAN mendorong negara-negara anggotanya untuk

meratifikasi konvensi-konvensi tersebut dalam rangka mempermudah komunikasi

antara ASEAN dengan anggotanya dalam melaksanakan perlindungan terhadap

hak TKA. Selain itu, ratifikasi konvensi juga dilakukan untuk membantu negara-

negara anggota ASEAN dalam penyesuaian aturan nasional dengan aturan

internasional.

138

Ibid., hlm. 6

Page 87: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

75

Langkah kedua adalah peningkatan layanan informasi pra-pekerjaan dan

orientasi sebelum keberangkatan. Di Vietnam dan Filipina, layanan ini diberikan

berkelanjutan secara finansial melalui anggaran negara atau dana kesejahteraan

migrant. Vietnam telah mengintegrasikan layanan informasi pasar tenaga kerja

domestik dan internasional di bawah the Job Centres. Di Kamboja dan Thailand,

CSOs telah aktif dalam penyediaan informasi melalui cara-cara inovatif, seperti

melalui komunitas radio. Di Malaysia dan Thailand, Migrant Workers Resource

Centres (MRCs) telah didirikan oleh serikat pekerja dan CSOs. Di Singapura,

organisasi pekerja dan pengusaha nasional bersama-sama mengelola Migrant

Workers’ Centre.139

Kamboja, Laos, dan Vietnam sedang dalam proses pembentukan standar

materi pre-departure training, dengan berkolaborasi dengan pemerintah, agen-

agen rekruitment, NGOs, dan organisasi internasional lainnya dengan bantuan dari

ILO. Standar materi ini juga didiskusikan dengan Malaysia dan Thailand selaku

negara penerima utama. Beberapa negara, seperti Kamboja, Indonesia, Laos, dan

Filipina, mengadakan seminar terkait kampanye legal recruitment. Selain seminar,

negara-negara ini juga menggunakan media, seperti brosur dan pamphlet, serta

radio untuk mengkampanyekan hal tersebut. Di Brunei Darussalam, kegiatan

rekruitment illegal akan diselesaikan oleh Employment Agency Unit.140

Selanjutnya dalam AFML kesembilan dibahas implementasi dari AFML

ketiga sampai dengan kedelapan. Rekomendasi-rekomendasi ini diklasifikasi ke

139

Ibid., hlm. 7. 140

Ibid.

Page 88: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

76

dalam delapan kategori, yaitu 1) penyebaran informasi yang menargetkan migrant

dan pengusaha terkait peraturan dan persyaratan, biaya migrasi, hak dan

kewajiban, kondisi kerja dan kehidupan, keselamatan dan kesehatan kerja,

inspeksi ketenagakerjaan, dan realitas migrasi, 2) secara efektif mengatur

rekruitment pekerja migrant, 3) menyediakan kondisi kerja yang layak, 4)

memfasilitasi ke akses hukum dan peradilan, serta mekanisme pemulihan, 5)

strategi pengembalian dan reintegrasi yang efektif, 6) kampanye public education

untuk meningkatkan persepsi pekerja migrant, 7) mengumpulkan, sharing, dan

menganalisa data migrasi, dan 8) kerjasama, kolaborasi, dan pertukaran informasi

secara multi-lateral antar-pemangku kepentingan: intervensi lintas sektor, baik

regional, sub-regional, dan nasional.141

Dalam hal perluasan infromasi, negara-negara pengirim memiliki

mekanisme masing-masing untuk orientasi pra-keberangkatan. Dalam hal ini,

disarankan negara pengirim memiliki kurikulum standar yang disesuaikan dengan

jenis pekerjaan dan negara tujuan. Hal ini sudah dimiliki beberapa negara, seperti

Filipina, Laos, dan Vietnam. Di Kamboja, Indonesia, dan Vietnam, penyampaian

orientasi diserahkan ke agen rekruitment. Sedangkan di Filipina, CSOs, asosiasi

perekrut, dan lembaga pelatihan, diorganisir oleh pemerintah untuk memberikan

orientasi dan pelatihan pra-keberangkatan. Biaya orientasi dan pelatihan

ditanggung oleh pekerja sendiri. Dalam hal biaya, Filipina memberikan

pengecualian kepada pekerja rumah tangga. Metode ini tidak akan berjalan

141

ILO, Progress of the implementation of recommendations adopted at the 3rd

-8th

ASEAN Forum on Migrant Labour: Background Paper to the 9

th AFML, ILO Regional Office for Asia and the

Pacific: Bangkok, 2017. Hlm. 5.

Page 89: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

77

dengan baik tanpa kontrol kualitas yang rutin.142

Hal penting yang perlu

disampaikan dalam orientasi pra-keberangkatan adalah resiko, manfaat, dan

prosedur untuk pekerjaan asing sehingga pekerja mendapat informasi dengan baik

sebelum memutuskan untuk bermigrasi. Selain orientasi bagi calon pekerja

migrant, orientasi pasca-kedatangan juga sangat diperlukan. Hal ini harus

disampaikan kepada pekerja migrant maupun pengusaha atau majikan.143

Dalam hal rekruitment, pengusaha dan pencari kerja harus diberikan opsi

yang lebih banyak dan efisien. Dalam hal ini, cara-cara yang dapat ditempuh,

misal; penggunaan agen penempatan publik dan penempatan langsung oleh

pengusaha yang terakreditasi. Hal ini masih sangat jarang dilakukan. Di Vietnam,

Viet Nam Association of Manpower and Supply (VAMAS) melakukan pengaturan

secara mandiri. Agen rekruitment Myanmar juga melakukan pengaturan kode etik

yang komprehensif. Dalam hal penegakan hukum, Filipina adalah negara yang

paling aktif mengajukan kasus-kasus pelanggaran hukum. Terdapat kurang lebih

12000 yang telah diajukan dari tahun 2010-2014. Pada 2014, Filipina

membatalkan sebanyak 96 lisensi agen rekruitment dan memberhentikan sekitar

52 lainnya. Dengan bantuan ahli dari tripartit, ILO telah menyusun prinsip-prinsip

dan pedoman terkait Fair Recruitment. IOM sedang menguji coba kerangka kerja

akreditasi untuk Fair Recruitment (International Recruitment Integrity System) di

Filipina dan negara lainnya.144

142

ILO, The ASEAN Forum On Migrant Labour: Background Information Booklet (3rd Edition), Thailand, 2018. Hlm. 43. 143

Ibid. 144

Ibid. hlm. 44

Page 90: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

78

Dalam hal pekerjaan yang layak, sudah ada beberapa perubahan peraturan

terkait mekanisme penegakan hukum untuk melindungi tenaga kerja migrant

mereka. Pekerja migrant banyak bekerja di sektor-sektor yang kurang mendapat

perhatian, seperti pekerja rumah tangga, pekerja di fishing industry, agrikultur,

dan konstruksi. Oleh karena itu, beberapa negara menegaskan kembali aturannya

di bidang pekerjaan-pekerjaan tersebut. Thailand mengeluarkan revisi Ministrial

Regulation on Sea Fisheries Work yang mulai diberlakukan pada Desember 2014.

Beberapa negara seperti, Malaysia dan Singapura, melakukan kampanye terkait

peningkatan kesadaran akan K3. Thailand dan Malaysia juga berusaha

memperbaiki aturannya terkait upah minimum pekerja migrant.145

Selain membuat pembaharuan aturan, negara-negara anggota ASEAN juga

meratifikasi beberapa konvensi ILO terkait penyediaan pekerjaan yang layak.

Beberapa konvensi tersebut, seperti ILO Promotional Framework for

Occupational Safety and Health Convention, 2006 (no. 187), ILO Maritime

Labour Convention, 2006, ILO Worst Form of Child Labour Convention, 1999

(no. 182). Konvensi no. 187 telah diratifikasi oleh Indonesia, Thailand, dan

Vietnam. MLC diratifikasi oleh Malaysia, Thailand, Myanmar, dan Vietnam.

Filipina menjadi satu-satunya negara yang telah meratifikasi ILO Domestic

Workers Convention, 2011 (no. 189). Indonesia dan Filipina juga meratifikasi UN

Convention on the Rights of All Migrants and Members of Their Family, 1990.146

145

Ibid. hlm. 44-45 146

Ibid. hlm. 45.

Page 91: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

79

Dalam bidang akses ke sistem hukum dan peradilan, mekanisme ganti

rugi, dan proses pengaduan, beberapa negara mencoba mengimplementasikan

rekomendasi-rekomendasi AFML. Kamboja, pada tahun 2013 dan dengan

bantuan ILO, mulai membentuk dan memperkenalkan undang-undang dan

mekanisme pengaduan. Di sejumlah negara, seperti di Malaysia, Filipina, dan

Singapura, juga telah dibentuk asosiasi-asosiasi terkait. Serikat pekerja dan CSOs

pun sangat aktif memberikan bantuan terkait hal ini.Dalam bidang return and

reintegration, banyak negara ASEAN tidak mengerahkan sumber daya. Oleh

karenanya, banyak rekomendasi AFML terkait hal ini yang harus didiskusikan

lebih lanjut.147

Dalam bidang pendidikan dan promosi positive image pekerja migrant,

sudah banyak cara yang dilakukan. Beberapa negara mempersiapkan dana khusus

untuk penyelenggaraan edukasi pra-keberangkatan. Kamboja, Laos, dan Vietnam

mempersiapkan standar materi edukasi pra-keberangkatan yang didiskusikan

bersama Malaysia dan Thailand selaku negara penerima tenaga kerja asing utama.

Edukasi tidak hanya diberikan kepada pekerja migrant, melainkan juga untuk

pengusaha. Dalam promosi positive image, beberapa negara memanfaatkan

media-media, salah satunya radio, untuk menceritakan kontribusi pekerja migrant

kepada khalayak.148

Dalam hal pengumpulan dan berbagi data, kemajuan yang baik telah

dicapai dengan pembentukan International Labour Migration Statistics Databases

147

Ibid. hlm. 45-46. 148

Ibid. hlm. 46.

Page 92: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

80

in ASEAN (ILMS). Kesenjangan masih tetap ada, terutama untuk data migrasi

balik dan pemisahan OSH (kecelakaan, cedera, penyakit, dan kematian). Masih

diperlukan revisi lebih lanjut terkait definisi data nasional untuk memastikan

kesesuaian dengan data internasional. Terakhir, dalam bidang kolaborasi multi-

sektoral, perjanjian bilateral penting dan pengembangan rencana nasional

mengenai migrasi tenaga kerja di wilayah tersebut dilakukan pada periode

tersebut. Sejumlah pertemuan lintas sektor di tingkat ASEAN berlangsung dengan

dukungan ILO. Masih ada ruang untuk kolaborasi lebih lanjut dalam hal ini.

Organisasi pengusaha dan organisasi pekerja terus meningkatkan kapasitas

mereka sehubungan dengan perlindungan pekerja migran. Asosiasi-asosiasi

ASEAN telah bekerjasama untuk membentuk koalisi dalam meningkatkan

bantuan hukum dan akses terhadap keadilan.149

C. Dampak Bagi Malaysia

Malaysia menjadi tuan rumah dalam AFML kedelapan, yang

dilaksanakan pada 26-27 Oktober 2015. Tema yang diusung saat itu adalah

”empowering the ASEAN community through protection and promotion of the

rights of migrant workers”. AFML kedelapan memunculkan 15 rekomendasi yang

tergabung dalam 3 bagian, yaitu 1) promotion of occupational safety and health

awareness among employers and migrant workers in the sending and receiving

countries (promosi keselamatan dan kesehatan kerja di kalangan pengusaha dan

pekerja migran di negara pengirim dan penerima), 2) role of stakeholders to

improve compliance with OSH and employment conditions legislations and

149

Ibid.

Page 93: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

81

ensure effective labour inspections(peran pemangku kepentingan untuk

meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan K3 dan ketentuan ketenagakerjaan

dan memastikan inspeksi ketenagakerjaan yang efektif), dan 3) cooperation

between sending and receiving states to improve compliance with OSH and

employment conditions legislations and ensure effective labour inspections

(kerjasama antara negara pengirim dan penerima untuk meningkatkan kepatuhan

terhadap K3 dan peraturan ketenagakerjaan dan memastikan inspeksi

ketenagakerjaan yang efektif).150

Dalam penerapan hasil AFML, Malaysia melakukan peningkatan

kesadaran terkait K3. Malaysia dan Singapura menjadi negara yang banyak

memprakarsai pendidikan terkait K3. Dalam hal penyebarluasan informasi,

Malaysia memiliki orientasi pengusahatentang hak-hak pekerja migrant. Orientasi

ini disampaikan oleh Malaysian Employers Federation (Federasi Pengusaha

Malaysia).Federasi Pengusaha Malaysia membentuk suatu guideline, yang disebut

Practical Guidelines for Employers. Guideline ini memberikan informasi terkait

undang-undang, prosedur, dan praktik terbaik untuk memungkinkan pengusaha

mematuhi hukum dan peraturan nasional.Malaysia juga telah ikut meratifikasi

ILO Worst Form of Child Labour Convention, 1999 (no. 182) dan ILO Maritime

Labour Comvention, 2006.151

Dalam AFML kesembilan, Malaysia memberikan beberapa

rekomendasinya terkait tema penguatan perlindungan sosial. Rekomendasi ini

150

ILO, ASEAN Forum On Migrant Labour: Background Information Booklet (3rd

Edition), Thailand, 2018. hlm. 32-34. 151

ILO, The 8th

ASEAN Forum On Migrant Labour (AFML): Labour Inspection for the Protection of the Rights of Migrant Workers, ILO: Thailand, 2015. Hlm. 16.

Page 94: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

82

dihasilkan dari sebuah pertemuan persiapan di North South Initiative (NSI)

dengan kerjasama bersama Migration Working Group (MWG) pada hari Minggu,

16 Oktober 2016. Rekomendasi ini dibentuk dengan memperhatikan posisi

Malaysia sebagai salah satu negara tujuan. Beberapa rekomendasi tersebut adalah;

1) mekanisme perlindungan negara asal harus terintegrasi dengan negara tujuan

melalui sistem jaminan sosial, 2) mempermudah pelayanan dan perawatan

kesehatan di Malaysia, salah satunya dengan cara pengurangan jumlah deposit

ketika pekerja migrant meminta pelayanan kepada rumah sakit setempat, 3) akses

keadilan pekerja migrant dan pekerja lokal harus setara, 4) meminimalkan peran

agensi dan memaksimalkan peran pemerintah dalam usaha perlindungan pekerja

migrant, 5) memaksimalkan kerja Labour Inspection, dan 6) negara asal dan

negara tujuan berintegrasi dalam membangun kemudahan migrasi tenaga kerja,

salah satu contoh adalah dengan cara pengembangan teknologi dalam rekruitment

yang dapat memberikan implikasi pada pengurangan biaya dan menghindari

overcharging.152

Terkait penguatan atase tenaga kerja dan pelayanan konsuler di Malaysia,

Kedutaan Besar Filipina sudah memiliki unit khusus yang menangani masalah

yang berkaitan dengan kepolisian. Untuk hal-hal lain, kedutaan besar Filipina

banyak berkomunikasi dengan Malaysian Bar Association. Selain Filipina,

Myanmar juga memiliki atase tenaga kerjanya di Malaysia. MRCs di Malaysia

juga aktif mengorganisir workshop-workshop atau pertemuan-pertemuan untuk

meningkatkan kesadaran pekerja migrant terkait hak-hak mereka dan mendorong 152

6 Rekomendasi Serantau untuk Perlindungan Sosial BMI Malaysia dalam https://buruhmigran.or.id/2016/10/24/6-rekomendasi-serantau-untuk-perlindungan-sosial-bmi-malaysia/ diakses pada tanggal 15 April 2019.

Page 95: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

83

mereka untuk bergabung dalam serikat pekerja. “Peer leaders” terpilih dari

pekerja migrant sudah dilatih dan diharapkan dapat menjangkau rekan kerja

mereka. Menghandel kasus rujukan langsung dari Vitenam dan Kamboja yang

terkait dengan perselisihan perburuhan yang melibatkan unlawful deductions dan

underpayment of wages.153

Pada tahun 2014, the Immigration Department of Malaysia mulai

mengimplementasikan Foreign Workers Centralized Management System

(FWCMS), sebuah sistem online yang menghubungkan agensi pemerintah

Malaysia, kedutaan besar negara-negara pengirim, employers, agensi rekruitmen,

dan pekerja migrant. Kementerian Dalam Negeri Malaysia juga memperkenalkan

Malaysian E-Governance System (www.MyEG.com.my), sebuah layanan online

untuk informasi pembaharuan Foreign Workers Permit dan izin kunjungan

sementara. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kenyamanan, transparansi, dan

efisiensi proses hal-hal terkait.154

Pada dasarnya, seluruh rekomendasi AFML merupakan upaya dalam

penanganan permasalahan ketenagakerjaan di seluruh negara anggota ASEAN.

Salah satunya adalah terkait permasalahan tenaga kerja asing ilegal. Seperti yang

telah dijelaskan pada sub-bab sebelumnya, permasalahan utama yang

menyebabkan munculnya adalah rumitnya birokrasi pemerintah dan sulitnya akses

informasi oleh tenaga kerja. Dalam hal ini, ASEAN berusaha memberikan solusi

153

International Organization for Migration (IOM), The 8th

ASEAN Forum On Migrant Labour (AFML): Labour Inspection for the Protection of the Rights of Migrant Workers, Bangkok: IOM, 2015. Hlm. 34. 154

ILO, Progress of the Implementation of Recommendations Adopted at the 3rd

-8th

ASEAN Forum on Migrant Labour: Background Paper to the 9

th AFML, Thailand, 2017. Hlm. 14.

Page 96: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

84

terbaik dengan memunculkan rekomendasi-rekomendasi yang sekiranya dapat

membantu menangani permasalahan ini.

Jika dilihat kembali, rekomendasi-rekomendasi yang dimunculkan dalam

AFML memberikan solusi berupa penyediaan fasilitas-fasilitas baru yang lebih

memadai. Tujuan dari solusi ini adalah meyakinkan para tenaga kerja bahwa jalur-

jalur resmi dari pemerintah adalah jalur terbaik dalam hal migrasi. Dalam banyak

rekomendasi, ASEAN menekankan adanya fasilitas yang memberikan

kemudahan-kemudahan dalam banyak hal bagi pekerja migrant.Dalam jalur

ilegal, pekerja tidak akan menemukan fasilitas-fasilitas yang diberikan

pemerintah. Misal, surat ijin bekerja resmi yang dapat menjamin kejelasan

pekerjaan yang akan ditempati para pekerja migrant. Di malaysia, surat ijin resmi

ini berbentuk kartu dan disebut sebagai Red Identification Card (Red IC). Dengan

memasuki jalur migrasi ilegal, pekerja tidak akan mendapatkan Red IC dan tentu

saja tidak akan dapat mengakses hal-hal penting lainnya. Misal, pekerja tidak akan

mendapat bantuan hukum apabila terjadi pelanggaran hak terhadap mereka.

Berbicara mengenai bantuan hukum, jalur migrasi ilegal tidak menuntut

adanya dokumen-dokumen hukum.155

Dalam hal ini, dikarenakan banyaknya

pekerja migrant yang tidak memahami birokrasi pembuatan dokumen hukum

pendukung yang dapat membantu mereka saat sedang bekerja di negara lain. Hal

ini diperhatikan oleh ASEAN, sehingga dalam beberapa AFML, rekomendasi

yang diberikan menekankan pada pembentukan birokrasi yang lebih mudah dan

155

The Philippine Institute for Development Studies, Enhancing the Protection and Promotion of Migrant Workers’ Rights in ASEAN, “Policy Brief No. 05”, The PIDS: Philippines, 2012. Hlm. 2.

Page 97: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

85

dapat dipahami para pekerja migrant. Salah satunya dalam rekomendasi AFML

ketujuh, "kebijakan dan prosedur rekrutmen harus disederhanakan dan

diinformasikan dengan baik kepada pekerja migran dan pemangku kepentingan,

termasuk melalui layanan satu pintu dan pusat sumber daya migran di tingkat

nasional dan lokal".156

Fasilitas lainnya seperti, asuransi kecelakaan kerja, perawatan medis, sakit

dan tunjangan kehamilan, uang pensiun, dan cacat serta kematian, juga tidak akan

dapat diakses oleh pekerja migrant yang menggunakan jalur ilegal. Keselamatan

dan kesehatan kerja (K3) merupakan program yang sangat diunggulkan oleh

Malaysia. AFML kedelapan, dimana Malaysia menjadi tuan rumah membahas dua

hal penting, yaitu K3 dan pengawasan ketenagakerjaan (labour inspection).Dalam

rekomendasinya di AFML kesembilan, point penting yang banyak disampaikan

oleh wakil Malaysia adalah terkait K3, termasuk di dalamnya menghindari adanya

diskriminasi dalam akses kesehatan baik bagi pekerja lokal ataupun pekerja

migrant.

Salah satu rekomendasi dalam AFML kedelapan menyatakan,

“menguatkan implementasi K3 oleh departemen ketenagakerjaan dengan

kolaborasi bersama agensi-agensi terkait (kesehatan dan asuransi) dan pemangku

kepentingan (kedutaan besar/atase tenaga kerja, serikat buruh, organisasi

pengusaha/majikan, agensi penempatan luar negeri, organisasi masyarakat sipil)

156

Recommendations the 7th ASEAN Forum on Migrant Labour dalam https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/documents/meetingdocument/wcms_322400.pdf diakses pada tanggal 30 April 2019. Pdf diakses melalui https://www.ilo.org/asia/WCMS_322400/lang--en/index.htm

Page 98: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

86

di dalam dan seluruh negara anggota ASEAN”.157

Hal ini direalisasikan oleh

Malaysia dengan menjadi negara yang mempelopori pendidikan K3 bersama

Singapura.

Department of Occupational Safety and Healthy (DOSH)

menyelenggarakan program penjangkauan dengan asosiasi pengusaha untuk

menyebarluaskan informasi K3 dan mendidik karyawan mereka (baik pekerja

lokal dan migran) tentang masalah K3 melalui bahan komunikasi seperti poster

dan selebaran. Selain itu, National Institute of Occupational Safety and Healthy

(NIOSH) melatih pemberi kerja tentang peraturan dan standar terkait pencegahan

serta identifikasi bahaya, penilaian risiko, dan pengendalian risiko untuk

keselamatan pekerja. Salah satu insiatif yang dikembangkan dan

diimplementasikan oleh NIOSH adalah Safety Passport System, serangkaian

pelatihan dan penilaian untuk kelompok sasaran pekerjaan tertentu, seperti

Contractor Safety Passport (CSPS), Oil and Gas Safety Passport (OGSP), dan

NIOSH TNB Safety Passport (NTSP). Pada tahun 2014, sekitar 5266 pekerja

migrant menerima Safety Passport.158

Kementerian Kesehatan Malaysia juga mengimplementasikan the Foreign

Workers Health Insurance Protection Scheme. Skema ini termasuk jaminan

kesehatan untuk rawat inap dan operasi yang ditanggung oleh pemerintah

157

ILO, ASEAN Forum On Migrant Labour: Background Information Booklet (3rd

Edition), Thailand, 2018. hlm. 32-34. 158

ILO, Progress of the Implementation of Recommendations Adopted at the 3rd

-8th

ASEAN Forum On Migrant Labour: Backgorund Paper to the 9

th AFML, Thailand, 2017. Hlm. 10.

Page 99: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

87

Malaysia dengan dana mencapai sekitar MYR10,000 per tahun.159

Malaysian

Trade Unions Congress (MTUC) bekerjasama dengan Tenaganita (CSO) dan ILO

telah membentuk Migrants Resource Centres (MRCs) di Johor, Kuala Lumpur-

Selangor, dan Penang. Staf MRCs menyelenggarakan workshop untuk

meningkatkan kesadaran di kalangan pekerja migran tentang hak-hak buruh

mereka dan hak-hak terkait penangkapan dan penahanan, demikian juga cara

mengatur diri mereka sendiri dan/atau bergabung dengan serikat pekerja. Pekerja

migran yang terpilih telah dilatih untuk menjadi konselor sebaya dan diharapkan

untuk menjangkau rekan kerja yang berada dalam kesulitan.160

Pengadaan setiap fasilitas yang dilakukan di Malaysia merupakan upaya

dalam meyakinkan pekerja migrant bahwa jalur yang disiapkan pemerintah

merupakan jalur terbaik dalam migrasi, khususnya dalam hal pekerjaan. Akan

tetapi, hingga tahun 2017-2018, Malaysia masih menemukan tenaga kerja ilegal di

negaranya. Dilakukannya razia tenaga kerja pada tahun 2017 menunjukan masih

adanya tenaga kerja asing ilegal. Meski sudah menyiapkan segala model fasilitas

yang memungkinkan kemudahan penyebaran informasi, tenaga kerja asing ilegal

masih menjadi masalah di Malaysia. Pertanyaannya, apakah rekomendasi yang

diberikan AFML kurang efektif dalam membantu Malaysia menangani tenaga

kerja asing ilegal?.

Ada banyak faktor yang dapat menjadi jawaban dari pertanyaan tersebut.

Faktor pertama adalah kurangnya edukasi dari pekerja migrant sendiri. Tenaga

159

Ibid. hlm. 18. 160

Ibid. Hlm. 9-10.

Page 100: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

88

kerja asing ilegal didominasi oleh tenaga kerja dengan kualifikasi pendidikan

yang terbilang rendah. Banyak dari TKA tidak memahami birokrasi yang

diterapkan pemerintah, meski sudah dibentuk sesederhana mungkin. Faktor ini

didukung oleh banyaknya pihak yang mencari keuntungan dari ketidaktahuan

TKA terkait jalur resmi pemerintah. Mudahnya tawaran para calo membuat para

TKA lebih memilih jalur ilegal. Hal ini membudaya di kalangan para TKA.

Mereka akan menawarkan kepada teman atau sanak saudara yang juga

membutuhkan pekerjaan jalur mendapatkan pekerjaan yang mereka tempuh.

Tidak pastinya jumlah TKA ilegal dan bidang-bidang pekerjaan apa saja yang

menjadi sasaran mereka, membuat pemerintah kesulitan menentukan kebijakan

yang tepat untuk menangani hal ini. Jumlah TKA ilegal tidak pernah diketahui

secara pasti. Pemerintah hanya memiliki data TKA ilegal yang terjaring razia saja.

Jalur yang digunakan juga tidak jelas diketahui. TKA hanya ditangkap lalu

kemudian dideportasi.

Tujuan dari dimunculkannya rekomendasi-rekomendasi AFML adalah

meyakinkan para calon TKA maupun TKA bahwa jalur yang disediakan

pemerintah adalah jalur yang terbaik dan sudah sangat lengkap. Akan tetapi, hal

ini tidak menjamin penyebaran informasi mengenai jalur ilegal dari para TKA

sendiri juga tidak masive dilakukan. Tidak hanya mengenai jalur masuk saja,

TKA ilegal juga datang dari TKA yang sebelumnya menggunakan jalur legal atau

yang disediakan pemerintah. Akan tetapi, dengan begitu terbukanya kesempatan

kerja, TKA pun banyak yang menyalahi aturan. Misal, dengan bekerja di luar

Page 101: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

89

sektor yang sudah ditentukan.161

Ketidakpastian nasib setelah kembali ke negara

asal juga menjadi salah satu faktor munculnya TKA ilegal. Para TKA sudah

mendapatkan pekerjaan yang layak di negara tujuan. Belum tentu mereka akan

mendapatkannya kembali di negara asal mereka setelah masa bekerja habis. Oleh

karena itu, banyak TKA yang melanggar aturan masa bekerja dengan tetap tinggal

meski izin tinggal dan bekerjanya sudah habis.

AFML membicarakan hal ini dalam pertemuan keempat yang bertemakan,

Development of a public campaign to promote understanding, rights and dignity

of migrant workers in countries of destination: return and reintegration and

development of sustainable alternatives in countries of origin. Akan tetapi, belum

ada negara yang merealisasikan rekomendasi terkait hal ini. Bahkan di Malaysia

sendiri, sering terjadi deportasi masal akibat banyaknya TKA ilegal. Pada

kesimpulannya, ASEAN telah berusaha memberikan cara terbaik untuk para

pemangku kepentingan terkait penanganan kasus TKA ilegal. Akan tetapi, budaya

penyebaran informasi terkait jalur ilegal oleh para TKA sendiri, dan belum

terealisasikannya beberapa rekomendasi yang menjadi kebutuhan dasar para TKA,

juga menghambat upaya penanganan tersebut.

161

Malaysia Continues Crackdown on Illegal Migrant Workers Even as Businesses Cry Foul dalam https://www.channelnewsasia.com/news/asia/malaysia-continues-crackdown-on-illegal-migrant-workers-even-as-9033668 diakses pada tanggal 8 Mei 2019.

Page 102: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

90

BAB V

KESIMPULAN

Hingga tahun 2018, sudah sebelas AFML yang dijalankan dan

sudah begitu banyak rekomendasi dalam beberapa bidang kebutuhan

tenaga kerja yang dimunculkan. Akan tetapi, rekomendasi-rekomendasi

tersebut belum mampu menangani kemunculan tenaga kerja asing ilegal,

khususnya di Malaysia. AFML sebagai sebuah forum regional telah

menyediakan platform terbaik bagi para pemangku kepentingan dalam

menyelesaikan hal ini. Akan tetapi, hingga tahun 2018 sendiri, TKA

illegal masih muncul, khususnya di Malaysia.

Malaysia, hingga hari ini, masih menghadapi permasalahan TKA

ilegal. Dengan menjadi bagian dari AFML dan merealisasikan beberapa

rekomendasi AFML, tidak dapat dengan mudah membantu Malaysia

menyelesaikan permasalahan tersebut. Malaysia mengimplementasikan

banyak dari rekomendasi AFML. Malaysia ikut meratifikasi ILO Worst

Form of Child Labour Convention, 1999 dalam rangka menghindari

human trafficking dan masuknya TKA illegal dari kalangan anak-anak.

Malaysia banyak mengimplementasikan rekomendasi terkait K3, seperti

membentuk Safety Passport System, bekerjasama dengan organisasi

pengusaha untuk penyebaran informasi terkait peningkatan kesadaran K3,

dan mengimplementasikan Foreign Workers Health Insurance Protection

Scheme. Hal ini dilakukan untuk menjamin tercapainya K3 di kalangan

Page 103: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

91

pekerja dan meyakinkan TKA bahwa sistem migrasi yang dimiliki

pemerintah menjamin kebutuhan dasar TKA dalam hal kesehatan.

MTUC bekerjsama dengan Tenaganita juga telah membentuk

MRCs di Johor, Kuala Lumpur-Selangor, dan Penang, yang banyak

menyelenggarakan workshop terkait peningkatan kesadaran hak-hak TKA.

Upaya ini dilakukan Malaysia untuk mempermudah akses informasi bagi

TKA. Selain itu, Malaysia juga mencoba mempermudah komunikasi

dengan negara-negara pengirim, para pekerja migrant, serta perwakilan

perusahaan, dengan memperkenalkan Foreign Workers Centralized

Management System (FWCMS). Untuk mempermudah birokrasi terkait

izin kerja atau izin tinggal, Malaysia telah menyiapkan Malaysian E-

Governance System (www.MyEG.com.my).

Hal ini tidak membuat kemunculan TKA illegal di Malaysia

terhenti. Razia TKA illegal yang dilakukan Malaysia di tahun 2017

membuktikan hal ini. Malaysia melakukan dua razia pada akhir tahun

2017 hingga awal 2018, yaitu razia TKA illegal terkait pembuatan E-Kad

dan pelaksanaan 3+1 Amnesty Programme. Masing-masing program ini

menemukan banyak TKA illegal. Program razia terkait E-Kad sendiri

menemukan sekitar 3,300 TKA illegal di sepuluh hari pertama.162

3+1

Amnesty Programme menjaring sekitar 29,040 immigrant illegal. Jumlah

immigrant terbanyak yang tertangkap adalah dari Indonesia sekitar 9,759

162

Malaysia Continues Crackdown on Illegal Migrant Workers Even as Businesses Cry Foul dalam https://www.channelnewsasia.com/news/asia/malaysia-continues-crackdown-on-illegal-migrant-workers-even-as-9033668 diakses pada tanggal 24 Mei 2019.

Page 104: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

92

orang, diikuti Bangladesh (5,959 orang), Filipina (2,820 orang), dan

Myanmar (2,715 orang).163

Hal ini dapat dijelaskan dengan beberapa alasan, seperti 1) tidak

pahamnya TKA dengan birokrasi pemerintah, 2) tidak diketahuinya

jumlah pasti TKA illegal dan sektor yang ditempati, 3) penyebaran

informasi terkait jalur illegal oleh TKA sendiri, dan 4) tidak pastinya nasib

TKA setelah kembali ke negara asal.Selain itu, rekomendasi-rekomendasi

yang dimunculkan AFML juga banyak yang membutuhkan penyesuaian

terhadap angggaran, aturan, dan kebutuhan negara. Faktor-faktor ini

menjadi hambatan utama tidak tercapainya tujuan AFML dalam

menangani kemunculan TKA illegal.

ASEAN sebagai penanggung jawab sekaligus penyelenggara

AFML sudah menyiapkan platform terbaik bagi pemangku kepentingan

terkait TKA. Akan tetapi, beberapa faktor di atas masih menjadi hambatan

tercapainya penanganan kasus tenaga kerja illegal.

163

Immigration set to crackdown hard on illegals, human traffickers dalam https://www.thestar.com.my/news/nation/2018/08/30/immigration-set-to-crack-down-hard-on-illegals-human-traffickers/ diakses pada tanggal 24 Mei 2019.

Page 105: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

DAFTAR PUSTAKA

Buku dan Jurnal

Ajis, Mohd Na‟eim, dkk., “The Dilemma of Managing Foreign Workers in Malaysia:

Opportunities and Chalenges”, Global Journal of Human-Social Science: F Political

Science, Volume 14, Issue 4, Version 1.0, USA: Global Journals Inc., 2014.

Ajis, Mohd Nae‟im, dkk., Managing Foreign Workers in Southeast Asian Countries,

“Journal of Asia Pacific Studies”, no. 3, vol. 1, 2010.

Ardiansyah, Syamsul, Memorandum of Misunderstanding: Policy Brief on Bilateral

Labour Agreement of Indonesian, Institute for National and Democratic Studies,

2008.

Harkins, Benjamin, Review of Labour Migration Policy in Malaysia, Bangkok: ILO

Regional Office for Asia and the Pacific, 2016.

Hwok-Aun, Lee, & Khor Yu Leng, Counting Migrant Workers in Malaysia: A

Needlessly Persisting Conundrum, ISEAS: Singapura, 2018.

Ismail, Rahmah & Ferayuliani Yuliyusman, Foreign Labour on Malaysian Growth,

“Journal of Economic Integration”, Vol. 29 No. 4, Center for Economic Integration:

Sejong University, Desember 2014.

Ismail, Rahmah, Impact of Foreign Workers in Labour Productivity: Analysis of Firm

Level Data, “International Journal of Productivity & Quality Management”, Vol. 16,

No. 1, University Kebangsaan Malaysia: Selangor, 2015.

Jr., Aniceto Orbita & Kathrina Gonzales, Managing International Labour Migration

in ASEAN: Themes from a Six-Country Study, Philippine Institute for Development

Studies, 2013.

Jr., Philip S. Robertson, Migrant Workers in Malaysia – Issues, Concerns, and Points

for Action, Fair Labour Association, 2008.

Kanaphaty, Vijayakumari, Migrant Workers in Malaysia: An Overview, Presented

Paper at the Workshop on an East Asian Cooperation Framework for Migrant

Labour, Kuala Lumpur, 6-7 December 2006.

Page 106: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

Kassim, Azizah, & Raqayah Haji Mat Zin, Policy on Irregular Migrants in Malaysia:

An Analysis of Its Implementation and Effectiveness, “Discussion Paper Series no.

2011-34”, Phillippine Institute for Development Studies: Philippine, 2011.

Larsen, Jacqueline Joudo, Migration and People Trafficking in Southeast Asia,

“Trends & Issues in Crime and Criminal Justice”, No. 401, Australian Institute of

Criminology, November 2010.

Nadzir, Mohammad, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985.

Othman, Muhammad Badri Bin, Illegal Immigrant Issue in Malaysia: A Review From

An Islamic Perspective, “Southeast Asia Journal on Contemporary Business,

Economics, and Law”, Vol. 10, Issue 4 (Augusts), University Sains Islam Malaysia:

Malaysia, 2016.

Othman, Siti Awanis & Rohani Abdul Rahim, Migrant Workers in Malaysia:

Protection of Employers, “Pertanika Journals: Social Sciences & Humanities”, 22 (S):

271-282 (2014).

Rahman, Hamzah Abdul, dkk., Negative Impact Induced by Foreign Workers:

Evidence in Malaysian Construction Sector, “Habitat International”, 36(4) dalam

Rustamov, Sirus, Thesis: Global Governance of Migration, Sweden: Linkopings

Universitet, 2011.

S, Nuraeini, Deasy Silvya, Arfin Sudirman, Regionalisme Dalam Studi Hubungan

Internasional, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.

Satria, Dendy Perwira D., Skripsi: Upaya Kedutaan Besar Republik Indonesia

(KBRI) di Singapura dalam Pelayanan Warga Negara Indonesia (WNI) dan

Perlindungan Terhadap Tenaga Kerja Indonesia Bermasalah (TKI-B) di Singapura

Antara Tahun 2011-2015, Ciputat: UIN Jakarta, 2017.

The Philippine Institute for Development Studies, Enhancing the Protection and

Promotion of Migrant Workers’ Rights in ASEAN, “Policy Brief No. 05”, The PIDS:

Philippines, 2012.

Thillainathan, R. & Kee-Cheok Cheong, Malaysia’s New Economic Policy, Growth

and Distribution: Revisiting the Debate, “Malaysian Journal of Economic Studies”

53(1), University of Malaya, 2016.

Internet

Page 107: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

“Malaysia Rekrut Kembali Tenaga Asing Gelap Temasuk TKI” dalam

http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2016/02/160218_dunia_malaysia_tki diakses

pada tanggal 7 Desember 2017.

11th

ASEAN Forum on Migrant Labour dalam

https://www.ilo.org/asia/events/WCMS_644224/lang--en/index.htm diakses pada

tanggal 9 Desember 2018.

3+1 Programme: 840,000 illegal immigrants surrender to Immigration Dept dalam

http://www.thesundaily.my/news/2018/08/04/31-programme-840000-illegal-

immigrants-surrender-immigration-dept diakses pada tanggal 16 Oktober 2018.

400,000 Illegal Immigrants Repatriated – Task Force dalam

http://www.theborneopost.com/2013/01/16/400000-illegal-immigrants-repatriated-

task-force/ diakses pada tanggal 16 Oktober 2018.

6 Rekomendasi Serantau untuk Perlindungan Sosial BMI Malaysia dalam

https://buruhmigran.or.id/2016/10/24/6-rekomendasi-serantau-untuk-perlindungan-

sosial-bmi-malaysia/ diakses pada tanggal 15 April 2019.

8th

ASEAN Forum on Migrant Labour dalam

https://www.ilo.org/asia/events/WCMS_439655/lang--en/index.htm diakses pada

tanggal 29 November 2018.

Agents to Blame for Huge Number of Illegal Foreign Workers dalam

https://www.nst.com.my/news/exclusive/2018/07/395563/agents-blame-huge-

number-illegal-foreign-workers diakses pada tanggal 27 September 2018.

Immigration Detains 28 Employers, 1,500 Illegal Workers dalam

https://www.freemalaysiatoday.com/category/nation/2017/07/03/immigration-

detains-28-employers-1500-illegal-workers/ diakses pada tanggal 26 September 2018.

Immigration set to crackdown hard on illegals, human traffickers dalam

https://www.thestar.com.my/news/nation/2018/08/30/immigration-set-to-crack-

down-hard-on-illegals-human-traffickers/ diakses pada tanggal 10 September 2018.

Kadar Levy Baharu Pekerja Asing Beri Pendapatan dalam

http://www.sinarharian.com.my/mobile/nasional/kadar-levi-baharu-pekerja-asing-

beri-pendapatan-1.479908 diakses pada tanggal 30 Mei 2018.

Page 108: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

Kenaikan Biaya Levy Hanya di Semenanjung Malaysia dalam

https://buruhmigran.or.id/2016/03/22/kenaikan-biaya-levy-hanya-di-semenanjung-

malaysia/ diakses pada tanggal 30 Mei 2018.

Malaysia Begins Crackdown on Illegal Foreign Workers dalam

https://www.straitstimes.com/asia/se-asia/malaysia-begins-crackdown-on-illegal-

foreign-workers diakses pada tanggal 30 Mei 2018.

Malaysia Continues Crackdown on Illegal Migrant Workers Even as Businesses Cry

Foul dalam https://www.channelnewsasia.com/news/asia/malaysia-continues-

crackdown-on-illegal-migrant-workers-even-as-9033668 diakses pada tanggal 30 Mei

2018.

Malaysia Population dalam http://www.worldometers.info/world-

population/malaysia-population/ diakses pada tanggal 12 September 2018.

More Than 1.7 Million Foreign Workers in Malaysia; Majority from Indonesia dalam

https://www.nst.com.my/news/nation/2017/07/261418/more-17-million-foreign-

workers-malaysia-majority-indonesia diakses pada tanggal 10 September 2018.

More Than 1.7 Million Foreign Workers in Malaysia; Majority from Indonesia dalam

https://www.nst.com.my/news/nation/2017/07/261418/more-17-million-foreign-

workers-malaysia-majority-indonesia diakses pada tanggal 10 September 2018.

Pungutan di Malaysia Naik, Buruh Migran Makin Tercekik dalam

https://buruhmigran.or.id/2016/02/01/pungutan-di-malaysia-naik-buruh-migran-

makin-tercekik/ diakses pada tanggal 30 Mei 2018.

Ratusan TKI Illegal Ditangkap Malaysia, Indonesia Kirim Nota Diplomatik dalam

https://nasional.kompas.com/read/2017/07/07/22353841/ratusan.tki.ilegal.ditangkap.

malaysia.indonesia.kirim.nota.diplomatik diakses pada tanggal 15 Agustus 2018.

Reccomendations: The 7th

ASEAN Forum on Migrant Labour dalam

https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-

bangkok/documents/meetingdocument/wcms_322400.pdf diakses pada tanggal 29

November 2018, hlm. 1-4. Pdf dapat diakses melalui

https://www.ilo.org/asia/events/WCMS_322619/lang--en/index.htm

Recommendations from the 3rd

ASEAN Forum on Migrant Labour dalam

https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-

Page 109: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

bangkok/documents/meetingdocument/wcms_213739.pdf diakses pada tanggal 22

Oktober 2018, hlm. 2. Pdf dapat diakses melalui

https://www.ilo.org/asia/WCMS_213739/lang--en/index.htm

Recommendations the 10th

ASEAN Forum on Migrant Labour dalam

https://www.ilo.org/asia/events/WCMS_584087/lang--en/index.htm diakses pada

tanggal 9 Desember 2018.

RP Asks Malaysia to Ensure Orderly Repartriation of OFWs dalam

https://www.philstar.com/headlines/2006/06/25/343785/rp-asks-malaysia-ensure-

orderly-repatriation-ofws diakses pada tanggal 16 Agustus 2018.

Summary Record of the 2nd

ASEAN Forum on Migrant Labour dalam

https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-

bangkok/documents/meetingdocument/wcms_213740.pdf diakses pada 18 Oktober

2018, hlm. 2. Link pdf dapat diakses melalui

https://www.ilo.org/asia/WCMS_213740/lang--en/index.htm .

Terancam Razia, Ratusan TKI ‘Bertahan dan Bersembunyi’ di Malaysia dalam

http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-40482368 diakses pada tanggal 30 Mei

2018.

Thailand and Malaysia Top Countries for ASEAN Labour Migration dalam

https://theaseanpost.com/article/thailand-and-malaysia-top-countries-asean-labour-

migration diakses pada tanggal 10 September 2018.

The 4th

ASEAN Forum on Migrant Labour dalam

https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-

bangkok/documents/meetingdocument/wcms_213738.pdf diakses pada tanggal 24

Oktober 2018, hlm. 1-2. Pdf dapat diakses melalui

https://www.ilo.org/asia/projects/WCMS_213738/lang--en/index.htm .

The 6th

ASEAN Forum on Migrant Labour dalam

https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-

bangkok/documents/meetingdocument/wcms_234228.pdf diakses pada tanggal 29

November 2018, hlm. 1-4. Pdf dapat diakses melalui

https://www.ilo.org/asia/events/WCMS_209146/lang--en/index.htm

Page 110: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

The 9th

ASEAN Forum on Migrant Labour dalam

https://www.ilo.org/asia/events/WCMS_535052/lang--en/index.htm diakses pada

tanggal 7 Desember 2018.

The ASEAN Forum on Migrant Labour dalam

http://www.ilo.org/asia/WCMS_416365/lang--en/index.htm diakses pada tanggal 9

Agustus 2018.

The Impact of Foreign Labour on Malaysian Society dalam

https://www.ukessays.com/essays/economics/the-impact-of-foreign-labor-on-

malaysian-society-economics-essay.php diakses pada tanggal 27 September 2018.

The World Bank in Malaysia: Overview dalam

http://www.worldbank.org/en/country/malaysia/overview#1 diakses pada tanggal 12

September 2018.

The World Bank National Accounts Data: Selected Country Malaysia dalam

https://data.worldbank.org/indicator/NV.IND.TOTL.CN?end=2017&locations=MY&

start=1960&type=shaded&view=chart diakses pada tanggal 10 September 2018.

Workers Fear Arrest in Malaysia dalam

https://www.phnompenhpost.com/national/workers-fear-arrest-malaysia diakses pada

tanggal 16 Agustus 2018.

Laporan

Department of Statistic Malaysia, Press Release Current Populations Estimates,

Malaysia, 2016-2017, Department of Statistic Malaysia: Malaysia, 2017.

ILO, Background Paper: Progress on the Implementation of the Recommendations

adopted at the 3rd and 4th ASEAN Forum on Migrant Labour, ILO Regional Office

for Asia and the Pacific: Bangkok, 2012.

ILO, Progress of the implementation of recommendations adopted at the 3rd

-8th

ASEAN Forum on Migrant Labour: Background Paper to the 9th

AFML, ILO

Regional Office for Asia and the Pacific: Bangkok, 2017.

ILO, The 8th

ASEAN Forum On Migrant Labour (AFML): Labour Inspection for the

Protection of the Rights of Migrant Workers, ILO: Thailand, 2015.

Page 111: ASEAN FORUM ON MIGRANT LABOUR (AFML) DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49281...NTSP NIOSH TNB Safety Passport OAS Organization of American States OAU Organization

ILO, The ASEAN Forum on Migrant Labour (AFML) : Background information

booklet / Tripartite Action for the Protection and Promotion of the Rights of Migrant

Workers in the ASEAN Region (ASEAN TRIANGLE project) , ILO Regional Office

for Asia and the Pacific: Bangkok, 2014.

ILO, The ASEAN Forum On Migrant Labour: Background Information Booklet (3rd

Edition), Thailand, 2018.

The World Bank, Foreign Workers in Malaysia: Assessment of Their Economic

Effects and Review of the Policy, „The World Bank, EASHS, KNOMAD Seminar

Series‟, Human Development Department Social Protection and Labor Unit, June

13th

, 2013.