as vi 289_tahun baru hijriyah

2
Mendengarkan Khutbah adalah wajib, Maka simaklah Khutbah dan simpanlah Buletin Anda Lalu apa saja empat bulan suci tersebut? Dari Abu Ba- kroh, Nabi shallallahu ’alai- hi wa sallam bersabda, ”Setahun berputar sebaga- imana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di an- taranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulan- nya berturut-turut yaitu Dzul -qo’dah, Dzulhijjah dan Mu- harram. (Satu bln lagi ada- lah) Rajab Mudhor yg ter- letak antara Jumadil (akhir) dan Sya’ban.”[2] Jadi empat bulan suci yang dimaksud adalah (1) Dzul- qo’dah; (2) Dzulhijjah; (3) Muharram; dan (4) Rajab. Oleh karena itu bulan Mu- harram termasuk bln haram. Di Balik Bulan Haram Lalu kenapa bulan2 terse- but disebut bulan haram? Al Qodhi Abu Ya’la rahima- hullah mengatakan, ”Dina- makan bulan haram karena dua makna. Pertama, pada bulan tersebut diharamkan berbagai pembunuhan. Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal (Belajar Islam) Sebentar lagi kita akan mema -suki tanggal 1 Muharram. Seperti kita ketahui bahwa perhitungan awal thn hijriyah dimulai dari hijrahnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu bagaimanakah panda- ngan Islam mengenai awal tahun yang dimulai dengan bulan Muharram? Ketahuilah bulan Muharram adalah bu- lan yang teramat mulia, yang mungkin banyak di antara ki- ta tidak mengetahuinya. Na- mun banyak di antara kaum muslimin yang salah kaprah dalam menyambut bulan Mu- harram atau awal tahun. Silakan simak pembahasan berikut. Bulan Muharram Termasuk Bulan Haram Dalam agama ini, bulan Mu- harram (dikenal oleh orang Jawa dgn bulan Suro), meru- pakan salah satu di antara empat bulan yang dinamakan bulan haram. Lihatlah firman Allah Ta’ala berikut. ”Sesungguhnya bila- ngan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, da- lam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bu- lan haram (suci). Itulah (kete- tapan) agama yang lurus, ma -ka janganlah kamu mengani- aya diri kamu dlm bulan yang empat itu.” (QS At Taubah: 36) Ibnu Rajab mengatakan: ”Allah Ta’ala menjelaskan bah -wa sejak penciptaan langit dan bumi, penciptaan malam dan siang, keduanya akan berputar di orbitnya. Allah pun menciptakan matahari, bulan dan bintang lalu menjadikan matahari dan bulan berputar pada orbitnya. Dari situ mun- cullah cahaya matahari dan juga rembulan. Sejak itu, Allah menjadikan satu tahun menjadi dua belas bulan se- suai dengan munculnya hilal. Satu tahun dlm syariat Islam dihitung berdasarkan perpu- taran dan munculnya bulan, bukan dihitung berdasarkan perputaran matahari seba- gaimana yg dilakukan oleh Ahli Kitab.”[1] BULETIN JUMAT, No.289 / Th.VI 27 Zulhijjah 1434 H [01 November 2013] BULETIN JUMAT, No.289 / Th.VI 27 Zulhijjah 1434 H [01 November 2013] BULETIN JUMAT, No.289 / Th.VI 27 Zulhijjah 1434 H [01 November 2013] BULETIN JUMAT, No.289 / Th.VI 27 Zulhijjah 1434 H [01 November 2013] DKM Masjid Ash DKM Masjid Ash DKM Masjid Ash DKM Masjid Ash- - -Shofa Perumahan Puri Anggrek Mas, DEPOK Shofa Perumahan Puri Anggrek Mas, DEPOK Shofa Perumahan Puri Anggrek Mas, DEPOK Shofa Perumahan Puri Anggrek Mas, DEPOK TAHUN BARU HIJRIYAH Halaman 2 bulan pertama dalam setahun dan pembuka tahun.”[7] Al Hafizh Abul Fadhl Al ’Iroqiy mengatakan dalam Syarh Tirmidzi, ”Apa hikmah bulan Muharram disebut dengan syahrullah (bulan Allah), pa- dahal semua bulan adalah milik Allah?” Beliau rahima- hullah menjawab, ”Disebut demikian karena di bulan Mu- harram ini diharamkan pem- bunuhan. Juga bulan Muhar- ram adalah bulan pertama dalam setahun. Bulan ini di- sandarkan pada Allah (sehing -ga disebut syahrullah atau bulan Allah, pen) untuk me- nunjukkan istimewanya bulan ini. Dan Nabi shallallahu ’ala- ihi wa sallam sendiri tidak per- nah menyandarkan bulan lain pada Allah Ta’ala kecuali bu- lan Allah (yaitu Muharram).[8] Dengan melihat penjelasan Az Zamakhsyari dan Abul Fadhl Al ’Iroqiy di atas, jelas- lah bahwa bulan Muharram adalah bulan yang sangat utama dan istimewa. Menyambut Tahun Baru Hijriyah Dalam menghadapi tahun ba- ru hijriyah atau bulan Muhar- ram, sebagian kaum muslimin salah dalam menyikapinya. Bila tahun baru Masehi disam- but begitu megah dan meriah, maka mengapa kita selaku umat Islam tidak menyambut tahun baru Islam semeriah tahun baru masehi dengan perayaan atau pun amalan? Satu hal yang mesti diingat bahwa sudah semestinya kita mencukupkan diri dengan dengan disandarkan pada la- fazh jalalah Allah. Karena di- sandarkannya bulan ini pada lafazh jalalah Allah, inilah yg menunjukkan keagungan dan keistimewaannya.[6] Perkataan yang sangat ba- gus dari As Zamakhsyari, ka- mi nukil dari Faidhul Qodir (2/53), beliau rahimahullah mengatakan, ”Bulan Muhar- ram ini disebut syahrullah (bu -lan Allah), disandarkan pada lafazh jalalah ’Allah’ untuk me- nunjukkan mulia dan agung- nya bulan tersebut, sebagai- mana pula kita menyebut ’Baitullah’ (rumah Allah) atau ’Alullah’ (keluarga Allah) keti- ka menyebut Quraisy. Penyan -daran yang khusus di sini dan tdk kita temui pada bulan -bulan lainnya, ini menunjuk- kan adanya keutamaan pada bulan tersebut. Bulan Muhar- ram inilah yang mengguna- kan nama Islami. Nama bulan ini sebelumnya adalah Shofar Al Awwal. Bu- lan lainnya masih mengguna- kan nama Jahiliyah, sedang- kan bulan inilah yang mema- kai nama islami dan disebut Muharram. Bulan ini adalah seutama-utamanya bulan un- tuk berpuasa penuh setelah bulan Ramadhan. Adapun melakukan puasa tathowwu’ ‘(puasa sunnah) pada seba- gian bulan, maka itu masih lebih utama daripada melaku -kan puasa sunnah pada se- bagian hari seperti pada hari Arofah dan 10 Muharram. Inilah yang disebutkan oleh Ibnu Rojab. Bulan Muharram memiliki keistimewaan demi- kian karena bulan ini adalah Orang-orang Jahiliyyah pun meyakini demikian. Kedua, pada bulan tersebut larang- an untuk melakukan perbu- atan haram lebih ditekan- kan daripada bulan yg lain- nya karena mulianya bulan tersebut. Demikian pula pa- da saat itu sangatlah baik untuk melakukan amalan ketaatan.”[3] Karena pada saat itu adalah waktu sangat baik untuk me -lakukan amalan ketaatan, sampai-sampai para salaf sangat suka untuk melaku- kan puasa pada bln haram. Sufyan Ats Tsauri menga- takan, ”Pada bulan2 haram, aku sangat senang berpua- sa di dalamnya.” Ibnu ’Abbas mengatakan, ”Allah mengkhususkan em- pat bulan tersebut sebagai bulan haram, dianggap se- bagai bln suci, melakukan maksiat pada bulan terse- but dosanya akan lebih be- sar, dan amalan sholeh yg dilakukan akan menuai pa- hala yang lebih banyak.”[4] Bulan Muharram adalah Syahrullah (Bulan Allah) Suri tauladan dan panutan kita, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ”Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada syahrul- lah (bulan Allah) yaitu Mu- harram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.”[5] Bulan Muharram betul-betul istimewa karena disebut syahrullah yaitu bulan Allah,

Upload: zoo-genk

Post on 12-Aug-2015

222 views

Category:

Spiritual


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: As vi 289_tahun baru hijriyah

Mendengarkan Khutbah adalah wajib, Maka simaklah Khutbah dan simpanlah Buletin Anda

Lalu apa saja empat bulan suci tersebut? Dari Abu Ba-kroh, Nabi shallallahu ’alai-hi wa sallam bersabda, ”Setahun berputar sebaga-imana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di an-taranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulan-nya berturut-turut yaitu Dzul-qo’dah, Dzulhijjah dan Mu-harram. (Satu bln lagi ada-lah) Rajab Mudhor yg ter-letak antara Jumadil (akhir) dan Sya’ban.”[2] Jadi empat bulan suci yang dimaksud adalah (1) Dzul-qo’dah; (2) Dzulhijjah; (3) Muharram; dan (4) Rajab. Oleh karena itu bulan Mu-harram termasuk bln haram. Di Balik Bulan Haram Lalu kenapa bulan2 terse-but disebut bulan haram? Al Qodhi Abu Ya’la rahima-hullah mengatakan, ”Dina-makan bulan haram karena dua makna. Pertama, pada bulan tersebut diharamkan berbagai pembunuhan.

Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal

(Belajar Islam)

Sebentar lagi kita akan mema-suki tanggal 1 Muharram. Seperti kita ketahui bahwa perhitungan awal thn hijriyah dimulai dari hijrahnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu bagaimanakah panda-ngan Islam mengenai awal tahun yang dimulai dengan bulan Muharram? Ketahuilah bulan Muharram adalah bu-lan yang teramat mulia, yang mungkin banyak di antara ki-ta tidak mengetahuinya. Na-mun banyak di antara kaum muslimin yang salah kaprah dalam menyambut bulan Mu-harram atau awal tahun. Silakan simak pembahasan berikut. Bulan Muharram Termasuk Bulan Haram Dalam agama ini, bulan Mu-harram (dikenal oleh orang Jawa dgn bulan Suro), meru-pakan salah satu di antara empat bulan yang dinamakan bulan haram.

Lihatlah firman Allah Ta’ala berikut. ”Sesungguhnya bila-ngan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, da-lam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bu-lan haram (suci). Itulah (kete-tapan) agama yang lurus, ma-ka janganlah kamu mengani-aya diri kamu dlm bulan yang empat itu.” (QS At Taubah: 36) Ibnu Rajab mengatakan: ”Allah Ta’ala menjelaskan bah-wa sejak penciptaan langit dan bumi, penciptaan malam dan siang, keduanya akan berputar di orbitnya. Allah pun menciptakan matahari, bulan dan bintang lalu menjadikan matahari dan bulan berputar pada orbitnya. Dari situ mun-cullah cahaya matahari dan juga rembulan. Sejak itu, Allah menjadikan satu tahun menjadi dua belas bulan se-suai dengan munculnya hilal. Satu tahun dlm syariat Islam dihitung berdasarkan perpu-taran dan munculnya bulan, bukan dihitung berdasarkan perputaran matahari seba-gaimana yg dilakukan oleh Ahli Kitab.”[1]

BULETIN JUMAT, No.289 / Th.VI 27 Zulhijjah 1434 H [01 November 2013]BULETIN JUMAT, No.289 / Th.VI 27 Zulhijjah 1434 H [01 November 2013]BULETIN JUMAT, No.289 / Th.VI 27 Zulhijjah 1434 H [01 November 2013]BULETIN JUMAT, No.289 / Th.VI 27 Zulhijjah 1434 H [01 November 2013]

DKM Masjid AshDKM Masjid AshDKM Masjid AshDKM Masjid Ash----Shofa Perumahan Puri Anggrek Mas, DEPOKShofa Perumahan Puri Anggrek Mas, DEPOKShofa Perumahan Puri Anggrek Mas, DEPOKShofa Perumahan Puri Anggrek Mas, DEPOK

TAHUN BARU HIJRIYAH

Halaman 2

bulan pertama dalam setahun dan pembuka tahun.”[7] Al Hafizh Abul Fadhl Al ’Iroqiy mengatakan dalam Syarh Tirmidzi, ”Apa hikmah bulan Muharram disebut dengan syahrullah (bulan Allah), pa-dahal semua bulan adalah milik Allah?” Beliau rahima-hullah menjawab, ”Disebut demikian karena di bulan Mu-harram ini diharamkan pem-bunuhan. Juga bulan Muhar-ram adalah bulan pertama dalam setahun. Bulan ini di-sandarkan pada Allah (sehing-ga disebut syahrullah atau bulan Allah, pen) untuk me-nunjukkan istimewanya bulan ini. Dan Nabi shallallahu ’ala-ihi wa sallam sendiri tidak per-nah menyandarkan bulan lain pada Allah Ta’ala kecuali bu-lan Allah (yaitu Muharram).[8] Dengan melihat penjelasan Az Zamakhsyari dan Abul Fadhl Al ’Iroqiy di atas, jelas-lah bahwa bulan Muharram adalah bulan yang sangat utama dan istimewa. Menyambut Tahun Baru Hijriyah Dalam menghadapi tahun ba-ru hijriyah atau bulan Muhar-ram, sebagian kaum muslimin salah dalam menyikapinya. Bila tahun baru Masehi disam-but begitu megah dan meriah, maka mengapa kita selaku umat Islam tidak menyambut tahun baru Islam semeriah tahun baru masehi dengan perayaan atau pun amalan? Satu hal yang mesti diingat bahwa sudah semestinya kita mencukupkan diri dengan

dengan disandarkan pada la-fazh jalalah Allah. Karena di-sandarkannya bulan ini pada lafazh jalalah Allah, inilah yg menunjukkan keagungan dan keistimewaannya.[6] Perkataan yang sangat ba-gus dari As Zamakhsyari, ka-mi nukil dari Faidhul Qodir (2/53), beliau rahimahullah mengatakan, ”Bulan Muhar-ram ini disebut syahrullah (bu-lan Allah), disandarkan pada lafazh jalalah ’Allah’ untuk me-nunjukkan mulia dan agung-nya bulan tersebut, sebagai-mana pula kita menyebut ’Baitullah’ (rumah Allah) atau ’Alullah’ (keluarga Allah) keti-ka menyebut Quraisy. Penyan-daran yang khusus di sini dan tdk kita temui pada bulan-bulan lainnya, ini menunjuk-kan adanya keutamaan pada bulan tersebut. Bulan Muhar-ram inilah yang mengguna-kan nama Islami. Nama bulan ini sebelumnya adalah Shofar Al Awwal. Bu-lan lainnya masih mengguna-kan nama Jahiliyah, sedang-kan bulan inilah yang mema-kai nama islami dan disebut Muharram. Bulan ini adalah seutama-utamanya bulan un-tuk berpuasa penuh setelah bulan Ramadhan. Adapun melakukan puasa tathowwu’ ‘(puasa sunnah) pada seba-gian bulan, maka itu masih lebih utama daripada melaku-kan puasa sunnah pada se-bagian hari seperti pada hari Arofah dan 10 Muharram. Inilah yang disebutkan oleh Ibnu Rojab. Bulan Muharram memiliki keistimewaan demi-kian karena bulan ini adalah

Orang-orang Jahiliyyah pun meyakini demikian. Kedua, pada bulan tersebut larang-an untuk melakukan perbu-atan haram lebih ditekan-kan daripada bulan yg lain-nya karena mulianya bulan tersebut. Demikian pula pa-da saat itu sangatlah baik untuk melakukan amalan ketaatan.”[3] Karena pada saat itu adalah waktu sangat baik untuk me-lakukan amalan ketaatan, sampai-sampai para salaf sangat suka untuk melaku-kan puasa pada bln haram. Sufyan Ats Tsauri menga-takan, ”Pada bulan2 haram, aku sangat senang berpua-sa di dalamnya.” Ibnu ’Abbas mengatakan, ”Allah mengkhususkan em-pat bulan tersebut sebagai bulan haram, dianggap se-bagai bln suci, melakukan maksiat pada bulan terse-but dosanya akan lebih be-sar, dan amalan sholeh yg dilakukan akan menuai pa-hala yang lebih banyak.”[4] Bulan Muharram adalah Syahrullah (Bulan Allah) Suri tauladan dan panutan kita, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ”Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada syahrul-lah (bulan Allah) yaitu Mu-harram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.”[5] Bulan Muharram betul-betul istimewa karena disebut syahrullah yaitu bulan Allah,

Page 2: As vi 289_tahun baru hijriyah

Halaman 3

ajaran Nabi dan para saha-batnya. Jika mereka tidak melakukan amalan tertentu dalam menyambut tahun ba-ru Hijriyah, maka sudah seha-rusnya kita pun mengikuti mereka dalam hal ini. Bukan-kah para ulama Ahlus Sun-nah seringkali mengutarakan sebuah kalimat, “Seandainya amalan terse-but baik, tentu mereka (para sahabat) sudah mendahului kita melakukannya.”[9] Inilah perkataan para ulama pada setiap amalan atau per-buatan yang tidak pernah di-lakukan oleh para sahabat. Mereka menggolongkan per-buatan semacam ini sebagai bid’ah. Karena para sahabat tidaklah melihat suatu kebaik-an kecuali mereka akan se-gera melakukannya.[10] Sejauh yang kami tahu, tidak ada amalan tertentu yang di-khususkan untk menyambut tahun baru hijriyah. Dan ka-dang amalan yang dilakukan oleh sebagian kaum muslim-in dalam menyambut tahun baru Hijriyah adalah amalan yang tidak ada tuntunannya karena sama sekali tidak ber-dasarkan dalil atau jika ada dalil, dalilnya pun lemah. Amalan Keliru dalam Menyambut Awal Tahun Hijriyah Amalan Pertama: Do’a awal dan akhir tahun. Amalan seperti ini sebenar-nya tidak ada tuntunannya sama sekali. Amalan ini tidak pernah dilakukan oleh Nabi

masuk pemalsu hadits. Asy Syaukani dlm Al Fawa-id Al Majmu’ah (96) menga-tan bahwa ada dua perowi pendusta yang meriwayat-kan hadits ini. Ibnul Jauzi dlm Mawdhu’at (2/566) mengatakan bahwa Al Juwaibari dan Wahb yang meriwayatkan hadits ini ada-lah seorang pendusta dan pemalsu hadits.[12] Kesimpulannya hadits yang menceritakan keutamaan puasa awal dan akhir tahun adalah hadits yang lemah yg tidak bisa dijadikan dalil dalam amalan. Sehingga tidak perlu mengkhususkan puasa pada awal dan akhir tahun karena haditsnya je-las-jelas lemah. Amalan Ketiga: Memeriah-kan Tahun Baru Hijriyah. Merayakan tahun baru hijri-yah dengan pesta kembang api, mengkhususkan dzikir jama’i, mengkhususkan sha-lat tasbih, mengkhususkan pengajian tertentu dalam rangka memperingati tahun baru hijriyah, menyalakan lilin, atau membuat pesta makan, jelas adalah sesuatu yang tidak ada tuntunannya. Karena penyambutan tahun hijriyah semacam ini tidak pernah dicontohkan oleh Na-bi shallallahu ‘alaihi wa sa-llam, Abu Bakr, ‘Umar, ‘Uts-man, ‘Ali, para sahabat lain-nya, para tabi’in dan para ulama sesudahnya. Yang memeriahkan thn baru hijri-yah sebenarnya hanya ingin menandingi tahun baru ma-sehi yang dirayakan oleh

shallallahu ‘alaihi wa sallam, para sahabat, tabi’in dan ula-ma2 besar lainnya. Amalan ini juga tidak kita temui pada kitab2 hadits atau musnad. Bahkan amalan do’a ini ha-nyalah karangan para ahli iba-dah yg tidak mengerti hadits. Yang lebih parah lagi, fadhi-lah atau keutamaan do’a ini sebenarnya tidak berasal dari wahyu sama sekali, bahkan yang membuat-buat hadits tersebut telah berdusta atas nama Allah dan Rasul-Nya. Jadi mana mungkin amalan seperti ini diamalkan.[11] Amalan kedua: Puasa awal dan akhir tahun. Sebagian orang ada yg meng-khususkan puasa dalam di akhir bulan Dzulhijah dan awal tahun Hijriyah. Inilah puasa yang dikenal dengan puasa awal dan akhir tahun. Dalil yang digunakan adalah beri-kut ini. “Barang siapa yang berpuasa sehari pada akhir dari bulan Dzuhijjah dan pua-sa sehari pada awal dari bln Muharrom, maka ia sungguh-sungguh telah menutup tahun yang lalu dengan puasa dan membuka tahun yang akan datang dengan puasa. Dan Allah ta'ala menjadikan kaffa-rot/tertutup dosanya selama 50 tahun.” Lalu bagaimana penilaian ula-ma pakar hadits mengenai riwayat di atas: Adz Dzahabi dalam Tartib Al Mawdhu’at (181) mengatakan bahwa Al Juwaibari dan guru-nya –Wahb bin Wahb- yang meriwayatkan hadits ini ter-

tinggal di dunia tidak lain se-perti pengendara yg berte-duh di bawah pohon dan ber-istirahat, lalu meninggalkan-nya.”[14] Hasan Al Bashri mengatakan “Wahai manusia, sesungguh-nya kalian hanya memiliki beberapa hari. Tatkala satu hari hilang, akan hilang pula sebagian darimu.” ‘[15] Semoga Allah memberi keku-atan di tengah keterasing-an. Segala puji bagi Allah yg dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna. Diselesaikan di wisma MTI (secretariat YPIA), 30 Dzulhi-jah 1430 H.

TAHUN BARU HIJRIAH www.rumaysho.com 24 November 2011

§§§

Allah Telah Siapkan

Dua Jalan Assalaamu alaikum wa rah-matullaahi wa barkaatuhu Sahabatku, silakan pilih an-tara dua jalan, "Kami jadikan dua mata, mulut, dua bibir dan Kami buka dua jalan un-tuk dipilih" (QS 90:9-10), "Silakan mau beriman, sila-kan mau kufur" (QS 18:29). Rasulullah bersabda,"Semua umatku masuk Surga kecua-li yang tidak mau". Jadi jelas-lah dengn akal sehat sudah tahu haq dan bathil dengan akibat masing masing, bukan

Advisor : M. Syaftari, Sandy M. Latief

M. Agoes Joesoef Suwardi Suwardjo

—————————————————————————

RedPel : Prasetya B. U.

Masjid Ash-Shofa

Puri Anggrek Mas - Depok

Ph./ SMS: 0811 10 6452

E-mail / Blog

[email protected] /

http://dkm-ash-

shofa.blogspot.com

Diterbitkan Oleh:

DKM Masjid Ash-Shofa

Nashrani. Padahal perbuatan semacam ini jelas-jelas telah menyerupai mereka (orang kafir). Secara gamblang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, ma-ka dia termasuk bagian dari mereka”[13]

Penutup

Menyambut tahun baru hijri-yah bukanlah dengan mem-peringatinya dan memeriah-kannya. Namun yang harus kita ingat adalah dengan ber-tambahnya waktu, maka se-makin dekat pula kematian. Sungguh hidup di dunia ha-nyalah sesaat dan semakin bertambahnya waktu kemati-an pun semakin dekat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku tidaklah mencintai dunia dan tidak pula mengharap-harap darinya. Adapun aku

tidak tahu, tetapi tidak mau. Mulai saat ini jangan lagi ka-takan, "Aku belum mendapat hidayah tetapi katakanlah aku belum mau hidayah!". Rasulullah mengajarkan doa "Allahumma ya Allah, hamba mohon hidup selalu dalam hidayah-Mu, dalam ketaqwa-an, dlm kemampuan meng- endalikan diri dan rizki halal yang berlimpah untuk ibadah dan amal sholeh...Aamiin".

Pojok Arifin Ilham Sabtu, 03 November 2012

§§§

Tiga Kiat Membuat

Dunia Menjadi Syurga Assalaamu alaikum wa rah-matullaahi wa barkaatuhu SubhanAllah, sahabatku, da-lam kesempatan ini kusam-paikan untuk kalian tiga kiat membuat dunia ini "Al Jan-nah qoblal Jannah" Syurga sebelum Syuga sebenarnya di akhirat kelak: [1]. Sungguh-sungguh taat kepada Allah [2]. Baik sangka atas semua takdir-Nya dan [3]. Asyik muhasabah diri de-ngan sibuk terus memper-baiki diri, sama sekali tidak tertarik mencari kekurangan apalagi aib orang lain. Coba renungkan ulang hik-mah ini sahabatku fillah.

Pojok Arifin Ilham Senin, 29 Oktober 2012

Redaktur : Slamet Riyanto