artikel ttg zikir dan penyembuhan

15
Redam Psikosomatis dengan Ibadah Sumber : http://wap.fajar.co.id/news.php? newsid=14475 akses 6 Jun 2009: 16:41wib BANYAK keluhan atau penyakit yang dialami oleh seseorang yang berawal dari kejadian stres yang tidak dapat dikendalikan. Stres berkepanjangan ini memberikan gangguan metabolisme dalam tubuh sehingga fungsi organ yang sangat dipengaruhi oleh pengaturan hormon dan sistem persarafan ini terganggu. Gejala seperti sakit kepala, mual, pusing, nyeri pada organ-organ tertentu (dikenal dengan psikosomatis) banyak diderita oleh mereka yang menderita stres. Penderita ini biasanya akan berputar dari dokter yang satu ke dokter yang lain, karena ternyata obat yang diberikan hanya berupa suatu terapi simtomatik semata. Apabila kerja obat selesai, maka keluhannya akan datang lagi. Bagi dokter yang cepat mengenal penyakit ini akan dengan mudah memberikan obat penenang kepada pasien tersebut. Namun, penderita seperti ini tidak pernah akan tuntas pengobatannya sepanjang mentalnya tidak diobati. Jumlah pasien psikosomatis sangat banyak jumlahnya saat ini di Indonesia. Mereka datang ke dokter dengan beragam alasan. Kadang-kadang sangat sukar diidentifikasi. Dr Veni Hadju, Ph D mengutarakan istilah yang sempat populer yang disebut dengan Post Power Syndrome. Penyakit ini diderita seseorang pada saat lengser dari suatu jabatan. "Karena sudah keenakan dan lupa diri, pada saat tidak memegang jabatan lagi, orang seperti ini langsung merasakan suatu kehilangan yang sangat berarti," ungkap Veni. Ini yang membuat stres yang berkepanjangan sehingga menimbulkan berbagai gangguan atau penyakit. Penanganan stres secara ilmiah telah banyak dikemukakan oleh para pakar. Berbagai terapi stres diperkenalkan seperti yoga yang berupa suatu latihan pernapasan yang diiringi dengan meditasi laris manis di negara- negara maju. Ada juga terapi tenaga dalam yang banyak diikuti oleh masyarakat yang dari hasil penelitian dapat meningkatkan kesehatan tubuh. Penanganan secara natural atau alamiah banyak juga laku di Amerika. Puasa termasuk salah satu jenis terapi yang dilakukan.

Upload: fetty-indriani

Post on 26-Oct-2015

46 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Artikel Ttg Zikir Dan Penyembuhan

Redam Psikosomatis dengan Ibadah

Sumber : http://wap.fajar.co.id/news.php?newsid=14475 akses 6 Jun 2009: 16:41wib

BANYAK keluhan atau penyakit yang dialami oleh seseorang yang berawal dari kejadian stres yang tidak dapat dikendalikan. Stres berkepanjangan ini memberikan gangguan metabolisme dalam tubuh sehingga fungsi organ yang sangat dipengaruhi oleh pengaturan hormon dan sistem persarafan ini terganggu.

Gejala seperti sakit kepala, mual, pusing, nyeri pada organ-organ tertentu (dikenal dengan psikosomatis) banyak diderita oleh mereka yang menderita stres. Penderita ini biasanya akan berputar dari dokter yang satu ke dokter yang lain, karena ternyata obat yang diberikan hanya berupa suatu terapi simtomatik semata.

Apabila kerja obat selesai, maka keluhannya akan datang lagi. Bagi dokter yang cepat mengenal penyakit ini akan dengan mudah memberikan obat penenang kepada pasien tersebut. Namun, penderita seperti ini tidak pernah akan tuntas pengobatannya sepanjang mentalnya tidak diobati.

Jumlah pasien psikosomatis sangat banyak jumlahnya saat ini di Indonesia. Mereka datang ke dokter dengan beragam alasan.

Kadang-kadang sangat sukar diidentifikasi. Dr Veni Hadju, Ph D mengutarakan istilah yang sempat populer yang disebut dengan Post Power Syndrome. Penyakit ini diderita seseorang pada saat lengser dari suatu jabatan.

"Karena sudah keenakan dan lupa diri, pada saat tidak memegang jabatan lagi, orang seperti ini langsung merasakan suatu kehilangan yang sangat berarti," ungkap Veni. Ini yang membuat stres yang berkepanjangan sehingga menimbulkan berbagai gangguan atau penyakit.

Penanganan stres secara ilmiah telah banyak dikemukakan oleh para pakar. Berbagai terapi stres diperkenalkan seperti yoga yang berupa suatu latihan pernapasan yang diiringi dengan meditasi laris manis di negara-negara maju.

Ada juga terapi tenaga dalam yang banyak diikuti oleh masyarakat yang dari hasil penelitian dapat meningkatkan kesehatan tubuh. Penanganan secara natural atau alamiah banyak juga laku di Amerika. Puasa termasuk salah satu jenis terapi yang dilakukan.

"Ibadah puasa sudah terkenal digunakan sebagai obat untuk berbagai penyakit. Nah, mungkin ada penyakit dalam hati kita yang bisa kita sebut penyakit hati yang dapat kita obati melalui puasa."

"Insya Allah, keseluruhan aktivitas ibadah seperti puasa, salat, zikir, salat sunah seperti tahajud, tobat, menyesali kesalahan-kesalahan yang pernah diperbuat, akan mendatangkan rasa aman dan tenang sehingga memberikan kesempatan kepada tubuh kita sehat secara sempurna," ungkap Veni.

 

Page 2: Artikel Ttg Zikir Dan Penyembuhan

http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2001/12/26/KSH/mbm.20011226.KSH86583.id.html

akses tanggal 6 Juni 2009, 16.02wib

Angin Segar Jalur SpiritualMeskipun banyak hal yang masih misterius, dunia kedokteran mulai memberi tempat kepada pengobatan spiritual. Departemen Kesehatan Amerika Serikat pun menggelar sebuah riset bertema doa yang berskala besarNINA mungkin tak pernah menyangka bahwa kondisi putrinya bisa membaik. Kelainan jantung bawaan yang diderita Sinta, putrinya semata wayang, telah melemahkan fungsi berbagai organ tubuhnya. Napasnya memburu, suhu badan tinggi, dan dia tak sanggup lagi mencerna makanan. Para dokter pun sudah angkat tangan menyerah. "Ibu sebaiknya menyenangkan hatinya. Waktu Sinta mungkin tak lama lagi," demikian Nina menirukan kalimat dokter yang disampaikan kepadanya tiga tahun silam.

Namun, Nina tak menyerah pada keadaan. Atas anjuran seorang teman, dia segera berangkat menunaikan ibadah umrah ke Masjidil Haram di Mekah, Arab Saudi, dengan mengajak serta Sinta kecil—waktu itu berusia tiga tahun—yang tak sanggup berjalan. Dengan ditemani suami, ayah, ibu, dan adiknya, Nina berniat memohon kesembuhan Sinta di Tanah Suci.

Kemudian, setiba di Mekah, Nina menyiapkan segala keperluan. Tengah malam seusai salat tahajud, Nina membawa putrinya ke Masjidil Haram. Gadis kecil yang ringkih itu ia mandikan dengan segayung air zam-zam dengan diiringi doa-doa.

Ternyata, doa-doa yang khusyuk itu terjawab. Esok paginya Sinta bangun, minum susu, dan terpesona memandangi burung yang hinggap di jendela kamar hotel tempat keluarga Nina menginap. Demamnya reda, napasnya sudah normal, dan Sinta pun siap menjalani terapi pengobatan lebih lanjut. "Alhamdulillah, ini keajaiban Tuhan," kata Nina, 28 tahun, mengenang peristiwa itu.

Menurut Profesor Dadang Hawari, psikiater yang berkecimpung dalam pengobatan pecandu narkoba, rangkaian doa seperti yang di-lakukan Nina itu memang memegang peran penting dalam pengobatan. Awal Desember lalu, Dadang juga menyampaikan keampuhan pengobatan spiritual dalam sebuah seminar di Rumah Sakit Internasional M.H. Thamrin, Jakarta.

Page 3: Artikel Ttg Zikir Dan Penyembuhan

Sebenarnya doa sebagai bentuk terapi spiritual bukan hal yang baru. Lafal doa, mantra, meditasi—dengan beragam variasi—telah diterapkan selama ribuan tahun di seluruh penjuru dunia. Hanya, selama ini dunia kedokteran cenderung skeptis dan menilai pengobatan spiritual tak punya basis ilmiah yang kuat.

Namun, pandangan skeptis tersebut agaknya mulai berubah semenjak adanya berbagai riset yang menguatkan khasiat doa. Riset yang terbaru digelar Mark Snyder, ahli bedah jantung dari Duke University Medical Center, North Carolina, Amerika Serikat. Snyder merekrut 150 pasien bedah jantung yang terbagi dalam tiga kelompok. Pertama, grup yang menjalani terapi pijat guna memulihkan kondisi pascaoperasi. Grup kedua melakukan fisioterapi. Sedangkan kelompok ketiga tak menjalani terapi apa pun selain didoakan tiap hari sekali oleh tim dokter. Ternyata, seperti dilaporkan WLWT HealthTeam 5's, awal bulan lalu, kemajuan paling pesat justru terjadi pada grup pasien yang "hanya" mendapatkan guyuran doa.

Sementara itu, di belahan dunia yang lain, Rogerio Lobo, ahli kandungan dari Universitas Columbia, New York, juga berupaya membuktikan khasiat doa. Sepanjang dua tahun, Lobo mengamati 199 perempuan yang sedang menjalani proses pembuahan bayi tabung (in vitro) di sebuah rumah sakit di Seoul, Korea.

Lobo mengirimkan foto sebagian responden itu kepada sekelompok jemaah Kristiani di Kanada, Australia, dan Amerika Serikat. Grup jemaah ini rutin mendoakan responden dari jarak jauh tanpa sepengetahuan responden. Hasilnya, tingkat keberhasilan kehamilan responden yang didoakan dua kali lipat ketimbang rekan mereka yang tak didoakan. "Ini cukup mengejutkan. Saya sendiri tak tahu persis apa artinya," demikian dilaporkan Lobo dalam Journal of Reproductive Medicine, September lalu.

Boleh jadi memang tak seorang pun sanggup memotret persis peranan doa dalam dunia kedokteran. Maklum, seperti pendapat Lobo, ada banyak sisi misterius yang menyertai pengobatan spiritual dan tak punya penjelasan rasional.

Namun, setidaknya berbagai riset tersebut mencerminkan bertiupnya gairah baru. Seperti diungkapkan David Larson, Presiden Lembaga Nasional bagi Penelitian Perawatan Kesehatan (National Institute for Healthcare Research) di Maryland, AS, riset mengenai doa melonjak dua kali lipat dalam sepuluh tahun terakhir. Bahkan, National Institutes of Health (NIH), Departemen Kesehatan AS, kini tengah menggelar sebuah riset bertema doa yang berskala besar. Padahal, tadinya NIH menolak mentah-mentah proposal riset apa pun yang berurusan dengan doa. Artinya, "Angin telah berganti arah memihak pengobatan spiritual," kata Larson.

Adalah Herbert Benson, ilmuwan dari Harvard Medical School, yang turut mengubah arah angin itu. Selama 30 tahun Benson mengamati efek meditasi pada pasien yang berobat di The Mind Body Medical Institute. Dia merekam citra jaringan saraf pasien selama melakukan meditasi dengan metode magnetic resonance imaging (MRI).

Berdasar rekaman MRI, Benson menyimpulkan bahwa meditasi mengaktifkan bagian

Page 4: Artikel Ttg Zikir Dan Penyembuhan

otak yang mengatur kesadaran diri, waktu, dan lingkungan sekitar. Meditasi juga mengaktifkan bagian tengah otak, disebut sistem limbic, yang memegang komando keseimbangan emosi psikologis, saraf otonom, irama jantung, dan tekanan darah. Nah, dengan aktifnya sistem limbic, metabolisme tubuh secara total juga bergerak menuju keseimbangan dan mewujudkan kesembuhan.

Benson mengakui, tak semua orang bisa menerima penjelasan pengobatan spiritual itu. Karena itu Benson menawarkan dua sudut pandang yang mungkin. "Jika Anda nonreligius, semua hal itu adalah semata-mata bagian dari proses sel-sel otak. Jika Anda orang yang religius, semua itu datang dari Tuhan," kata Benson.

Dadang Hawari lebih condong mengombinasikan keduanya. Menurut Dadang, yang dalam paket pengobatannya bagi pasien korban narkotik juga memasukkan unsur spiritualitas, pengobatan spiritual bisa dijelaskan dengan pendekatan ilmu psiko-neuro-imunologi. Komunikasi spiritual dengan Tuhan—ter-masuk zikir, meditasi, yoga, dan cara-cara berdoa dalam agama plus kepercayaan yang lain—bekerja mempengaruhi sistem saraf dan hormonal. Rangkaian kalimat teduh yang diucapkan berulang-ulang menurunkan produksi adrenalin alias hormon pemicu stres. Sebaliknya, produksi epinefrin atau hormon penangkal stres meningkat. Jantung pun bekerja lebih lancar, darah mengalir mulus ke seluruh tubuh, dan tekanan darah menuju normal. Walhasil, sistem kekebalan meningkat sehingga tubuh berpeluang melawan penyakit.

Agar hasilnya optimal, doa sebaiknya juga dibarengi pengobatan medis. "Harus gabungan keduanya, medis dan spiritual," kata Dadang. Memang, ada saatnya doa pun bisa berperan sebagai petarung tunggal tanpa bantuan obat-obatan. Tapi biasanya ini hanya berlaku untuk penyakit yang bersumber dari kegelisahan psikis, atau yang disebut psikosomatis. Misalnya, gatal-gatal karena stres. Begitu suasana hati tenang lantaran doa, gatal-gatal pun melayang. Namun, penyakit yang bersumber dari faktor nonpsikis tetap membutuhkan bantuan obat-obatan medis. "Penyakit karena infeksi bakteri, misalnya, harus dibasmi dengan antibiotik sembari tetap diiringi doa," kata Dadang.

Manusia “Modern” Menderita Kekosongan Eksistensialsumber : http://www.percikaniman.org/detail_artikel.php?cPub=Hits&cID=280

Akses tanggal 6 jun 2009 : 16;09

18-01-2008 / 17:12:47 Derap langkah kemajuan teknologi sebagai perpanjangan potensi manusia telah semakin menunjukkan taring keberhasilannya.

Page 5: Artikel Ttg Zikir Dan Penyembuhan

Derap langkah kemajuan teknologi sebagai perpanjangan potensi manusia telah semakin menunjukkan taring keberhasilannya. Produk potensi manusia itu telah pula, mau tidak mau, mempengaruhi perilaku keseharian kita sebagai makhluk sosio-kultural. Perubahan-perubahan terhadap dimensi sosio-kultural memungkinkan kita untuk segera mengambil sikap tertentu, baik preventif maupun partisipatif.

Sikap preventif yang diambil adalah tanggung jawab yang tidak ringan untuk dilakukan sementara kita memposisikan diri kita dalam wilayah konsumen teknologi. Hal ini akan mengakibatkan pengurasan energi fisik maupun psikis yang tidak kecil. Meskipun demikian, bila sikap partisipatif yang dipilih atas dasar keterlibatan yang sukar terelakkan sebab kita berkecimpung secara total dalam pemanfaatan teknologi tersebut, berarti kita siap menerima segala konsekuensi logis yang bakal menyerang kita dari arah yang tidak diduga-duga. Katakanlah kita mengambil sikap partisipatif secara tidak acuh (without thinking twice), maka kita akan tergusur oleh kebengisan teknologi. Misalnya, semalam suntuk kita browse internet untuk keperluan tuntutan kerja atau sekadar iseng, esok hari kita bangun kesiangan, lupa mendirikan shalat subuh. Dengan menyaksikan satu contoh demikian, jelas kita mengalami pergeseran sesuatu di dalam kehangatan komitmen beragama (religious commitment) kita.

Kita terus-menerus berpacu dalam kancah kemajuan teknologi. Atas dalih pemanfaatan yang terkesan “mumpung sempat”, ibadah ritual dan sosial kita secara gradual tersisihkan. Betapa tidak, kita sibuk dengan setumpuk pekerjaan di kantor, kita sibuk dengan shoping ke tiap supermarket, dan kita sibuk mencari uang tanpa berhati-hati dari mana dan akan ke mana uang tersebut dibelanjakan. Ternyata kita telah disibukkan oleh sosok makhluk baru, yaitu teknologi atas nama “pola hidup modern” (modern lifestyle). Tentu kita tidak menutup mata untuk mengungkapkan bahwa teknologi haruslah disyukuri sebagai buah dari ilmu pengetahuan (science), tetapi kita tentu pula tidak lantas melupakan kewajiban kita --- sebaiknya kebutuhan kita --- untuk beribadah kepada Allah Swt. Saking sibuknya dengan segala pekerjaan, waktu yang tersisa untuk mendirikan shalat tinggal sedikit. Dari waktu yang hanya beberapa menit itu kita didera rasa letih yang sangat sehingga kita tidak shalat sama sekali. Bila kita terlalu sibuk mengejar dunia, menurut sementara psikolog, kita akan terjangkit gejala psikosomatis.

Tanpa filter dan sikap bijaksana dalam mengimbangi kemajuan teknologi yang demikian pesat, kita lambat laun --- di samping menderita gejala psikosomatis --- akan menderita kekosongan eksistensial (existential vacuum). Kekosongan eksistensial adalah gejala psikis orang modern yang mengalami keterasingan diri: kepada dirinya sendiri, kepada lingkungannya, dan bahkan kepada Tuhan. keterasingan kepada Tuhan inilah yang paling berbahaya sebab manusia modern akan berbuat bebas tanpa batas, yang justru akan membuat dirinya terpuruk ke dalam lembah kesesatan. Orang-orang “modern” tipe inilah yang lebih rendah daripada binatang ternak sekalipun (QS. At-Tin [95]: 5).

Kemajuan teknologi seharusnya terikat dengan tanggung jawab moral (moral responsibility) sehingga akibatnya tidak membabi-buta. Siapapun tidak akan menolak kemajuannya, tetapi bila hal tersebut membangun peradaban yang destruktif, sebagai Muslim, kita harus berani mengatakan “tidak”. Pertanyaannya, tanggung jawab moral itu

Page 6: Artikel Ttg Zikir Dan Penyembuhan

dari dan untuk siapa? Tentu dari dan untuk kita. Yang harus senantiasa kita ingat ialah bahwa setiap amal perbuatan sekecil apapun akan diminta pertanggungjawaban kelak di akhirat. Di sana, kita tidak dapat mengelak untuk berbohong di hadapan-Nya.

Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan sebesar zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan sebesar zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya (QS. Al-Zilzal [99]: 7-8).

Kemajuan teknologi (fikr) akan bersifat fatalistik sebelum dipadukan dengan zikir (dzikr), kata Muhamad Iqbal, serang penyair-filosof asal Pakistan. Bila kita hanya bergantung pada fikr saja, berarti kita telah memutuskan untuk menjadi orang “modern” yang menderita kekosongan eksistensial.***(Narudin, [email protected])

[1] Istilah dari Ben Anderson, seorang antropolog terkemuka, existential vacuum. Lihat Jalaluddin Rakhmat, Catatan Kang Jalal, Bandung, Rosda, 1998, hlm. 57, 218.[2] Penyakit mental yang berdampak munculnya penyakit fisik. Menurut para psikolog, psikosomatis ini sangat berbahaya sebab penyakit ini menyerang mental dan fisik si penderita sekaligus. Lihat Herbert Benson dan Patricia Myers, “Medical Aspects of Belief”, dalam God for the 21st Century, London: Templeton Foundation Press, 2000, hlm. 111-114.[3] Baca Ahmad Syafii Maarif, Al-Quran, Realitas Sosial, dan Limbo Sejarah, Bandung: Pustaka, 1985, hlm. 139-155.[4] Baca pula Ahmad Syafii Maarif, Tuhan Menyapa Kita, Jakarta: Grafindo, 2006, hlm. 83. Lihat pula Dr. ‘Abdul Wahhab ‘Azzam, Iqbal: Siratuh wa Falsafatuh wa Syir’uh, Pakistan: Mathbuat, 1954, terj. Ahmad Rofi’ Usman, Filsafat dan Puisi Iqbal, Bandung: Pustaka, 1985, hlm. 71-72.

Page 7: Artikel Ttg Zikir Dan Penyembuhan

http://muslimahsholihah.multiply.com/notes/item/1 AKSES 6 JUN 2009 : 17;03PENGERTIAN DZIKIR

Dzikir adalah menyebut Allah dengan membaca tasbih (Subhanallaah), membaca tahlil (Laa ilaaha illallaah), membaca tahmid (Alhamdulillaah), membaca taqdis (Qudduusun), membaca takbir (Allaahu Akbar), membaca haugalah (Laa haula wala quwwata illaa billah), membaca hasabalah (Hasbiyallaah), membaca basmalah (Bismillaahirrahmaanirrahiim), membaca Al Qur'anul Karim dan membaca doa-doa yang mat'sur (yang diterima atau yang bersumber) dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.

Disamping itu digolongkan dzikir, mengerjakan segala jenis ketaatan kepada Allah SWT. Karena itu pertemuan yang diadakan untuk mengaji dan memperbincangkan masalah agama, dinamakan majlis dzikir. Hal ini pernah ditegaskan oleh 'Atha' : "Majlis-majlis yang dibentuk membahas soal halal dan haram, dianggap sebagai majlis dzikir (majlis menyebut nama Allah) karena majlis-majlis demikian itu dapat memindahkan kita dari kelalaian atau kelengahan kepada keinsyafan dan kesadaran."

Dinamakan dzikir, mengerjakan segala tugas agama yang diwajibkan Allah dan menjauhi segala larangan yang sudah diperintahkan-Nya hamba untuk meninggalkannya. Karena itu membaca Al-Qur'an, mempelajari Al-Hadits, mempelajari ilmu-ilmu agama, melaksanakan shalat tathawwu' dinamakan juga dzikir.

Yang dikehendaki dengan sebutan lidah (berdzikir dengan lidah) ialah, menyebut kata-kata yang menunjuk kepada tasbih (mensucikan Allah), kepada tahmid (memuji Allah), kepada tamjid (memuliakan/membesarkan Allah). Adapun yang dimaksud dengan ingatan hati ialah, memikirkan dalil-dalil tentang adanya Allah, dalil-dalil sifat-Nya, dalil-dalil perintah dan larangan-Nya, untuk diketahui hukum-hukum dan rahsia-rahsia ang tersembunyi dalam penciptaan alam ini. Yang dikehendaki dengan dzikir anggota, ialah mempergunakan segala anggota untuk melaksanakan ketaatan (dengan segala bentuk/manifestasinya). Itulah sebabnya maka shalat Juma'at di dalam Al-Qur'an dinamakan dzikrullah.

Dzikir kepada Allah itu bukan hanya lafazh yang dilafazhkan dengan lidah saja, tetapi kesadaran yang terdapat di dalam hati dilafazhkan atau tidak dilafazkan dan merasa dengan Allah dan wujudNya. Kesadaran dan perasaan yang demikian menimbulkan kesan atau pengaruh yang membawa kepada ketaan pada batasnya yang paling dekat.

Adalah Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang paling sempurna dzikirnya kepada Allah 'Azza wa Jalla. bahkan perkataannya semua merupakan dzikir kepada Allahd engan segala sangkut pautnya. Dan adalah perintahnya dan larangannya serta pensyariatnya bagi umat juga dzikir. Pujiannya kepada Allah dengan segala macam ragam nikmatNya, tamjid dan tasbihnya adalah zikir. Permohonan dan doanya, kesukaan dan ketidak-sukaannya juga dzikir. Diamnya juga adalah dzikir di dalam hatinya. Dengan demikian, maka Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam senantiasa berdzikir kepada Allah, dalam segala waktu/ketika dan dalam segala kondisi. Dan adalah dzikir rasul itu berlaku

Page 8: Artikel Ttg Zikir Dan Penyembuhan

bersama tarikan nafasnya pada waktu berdiri, duduk dan di tempat pembaringan (waktu tidur). Dan pada waktu berjalan kaki, menunggangi kenderaan dan waktu dalam perjalanan, waktu berhenti, waktu berangkat pergi dan waktu menetap di tempat (muqim).

Page 9: Artikel Ttg Zikir Dan Penyembuhan

http://www.ademati.org/2009/04/apa-itu-psikosomatis.html AKSES 6 JUN 2009 17;30

APA ITU PSIKOSOMATIS ????

Gangguan fisik yang diyakini disebabkan atau dipengaruhi oleh faktor psikologis pada masa lalu disebut psikosomatis (psychosomatic) atau psikofisiologis. Istilah psikosomatis berasal dari bahasa Yunani psyche, yang artinya “jiwa” atau “intelek,” dan “soma” yang berarti “tubuh”. Gangguan fisik yang menyangkut unsur psikologis bentuknya mulai dari asma dan sakit kepala sampai sakit jantung.Tukak lambung (maag) juga merupakan penyakit disebabkan gangguan psikosomatis, tetapi telah dievaluasi kembali dalam penelitian yang mendapatkan bahwa suatu bakteri, H. Pylori, dan bukan stres atau diet, penyebab sebagian besar penyakit maag. Peneliti-peneliti mencurigai bahwa maag terjadi karena bakteri merusak lapisan pelindung perut atau usus. Pengobatan dengan antibiotik dapat membantu menyembuhkan maag dengan cara menyerang bakteri secara langsung, belum diketahui mengapa sebagian orang yang memiliki bakteri didalam tubuhnya ada yang mengalami maag dan ada yang tidak. Keganasan jenis H pylori mungkin berperan dalam menentukan apakah orang yang terinfeksi H. Pylori tersebut kemudian terkena maag. Selain itu ada kemungkinan pula bahwa stres psikologis berperan juga.Demikian pula sakit kepala yang terjadi tidak bersamaan dengan gejala-gejala yang lain, maka sakit kepala ini dapat dikelompokkan sebagai gangguan fisik yang berhubungan dengan stres, yang dapat menyebabkan kontraksi kuat terhadap kulit kepala, muka, leher dan bahu sehingga muncul sakit kepala yang periodik dan kronis. Sakit kepala seperti itu secara beransur-ansur berkembang dan biasanya ditandai dengan rasa sakit yang terus-menerus di kedua sisi kepala, disertai dengan tekanan yang menghimpit.Sebuah survei di daerah Baltimore menunjukkan bahwa 38% responden mengeluh kadang-kadang mengalami sakit kepala karena tegang. Survei ini menunjukkan bahwa wanita akan mengalami tingkat sakit kepala16% lebih tinggi dari pada laki-laki. Kebanyakan sakit kepala yang lain, termasuk sakit kepala sebelah (migren) yang parah, diyakini melibatkan perubahan aliran darah ke kepala.Migren diderita oleh lebih dari 28 juta orang Amerika. Biasanya migren berlangsung selama beberapa jam atau beberapa hari. Sakit ini dapat muncul setiap hari atau sering kali setiap bulannya. Sakit ini ditandai dengan rasa yang menusuk disebelah sisi kepala atau di belakang mata. Sakit ini dapat menjadi begitu intensnya sehingga tidak tertahankan. Upaya mengatasi sakit migren yang parah malah dapat menimbulkan rendahnya kualitas hidup dan menimbulkan gangguan pada tidur, dan proses berpikir (Lipton dkk., 2000).Menurut Olesen (1994). Ada dua tipe utama migren yaitu tanpa aura (disebut migren biasa) dan migren dengan aura (disebut dengan migren klasik). Aura adalah sekelompok tanda peringatan sebelum terjadinya serangan migrein. Aura dicirikan dengan distorsi persepsi seperti kilatan cahaya, gangguan pandangan, atau pandangan gelap gulita. Kira-kira 1 sampai 5 penderita migren mengalami aura ini. Ada dan tidaknya aura ini, kedua migren ini dapat dikatakan sama.

Page 10: Artikel Ttg Zikir Dan Penyembuhan