artikel terapi kanker tulang

10
Artikel terapi kanker tulang. Kanker Tulang Tak Perlu Amputasi, Bisa Direhabilitasi Benjolan pada seseorang tidak selalu berkonotasi jelek. Bagi wanita, "benjolan di bagian dada" boleh jadi bisa menambah seksi, tetapi jika benjolan itu terdapat pada bagian tubuh yang tak semestinya, tentu harus diwaspadai, jangan-jangan itu merupakan pertanda awal terjadinya kanker tulang. Benarkah kanker tulang kini bisa direhabilitasi, tak perlu amputasi? KANKER tulang, menurut para ahli, belum diketahui penyebabnya. Itulah sebabnya mengapa penderita harus menjalani amputasi alias dipotong bagian tubuh yang terkena kanker itu. Bersyukurlah kita sekarang ini, kemajuan teknologi di bidang kedokteran telah mampu memberi harapan-harapan baru bagi penderita kanker tulang. Istilah rehabilitasi, mungkin bisa lebih pas untuk mereka yang menjalani pengobatan kanker tulang saat ini, dimana dokter akan melakukan penggantian tulang yang rusak dengan tulang yang baru, dengan cara penyemenan. Cara terakhir ini praktis bukan tanpa kendala. Sulitnya memperoleh tulang pada orang yang sudah mati adalah salah satunya. Selain itu, istilah donor tulang pun mungkin belum terlalu populer di telinga banyak orang. Untuk mengetahui liku- liku kanker jenis yang satu ini, berikut petikan wawancara penulis dengan Dr Nicolaas Budhiparama, FICS, ahli Bedah Tulang di RS Kanker Dharmais, Jakarta; Dapat Anda jelaskan perihal kanker tulang? Sebelumnya perlu diketahui bahwa antara tumor dan kanker sama saja artinya. Ada tiga macam tumor tulang yaitu yang bersifat lunak, ganas dan yang memiliki lesi di tulang (berlubangnya struktur karena jaringan akibat cedera atau penyakit). Selain itu ada yang bersifat primer dan skunder. Pada tumor tulang skunder misalnya, seseorang terkena tumor payudara, kemudian menjalar ke tulang dan selanjutnya menggerogoti tulang tersebut. Kanker tulang ini merupakan kelompok tumor tulang yang ganas. Tingkat bahayanya? Kanker paling sulit ditangani. Sebagai perbandingan, pada kanker jenis lain, sebut saja kanker payudara yang

Upload: r-metya

Post on 28-Dec-2015

32 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

bahan tugas EBM

TRANSCRIPT

Page 1: Artikel Terapi Kanker Tulang

Artikel terapi kanker tulang.

Kanker TulangTak Perlu Amputasi, Bisa DirehabilitasiBenjolan pada seseorang tidak selalu berkonotasi jelek. Bagi wanita, "benjolan di bagian dada" boleh jadi bisa menambah seksi, tetapi jika benjolan itu terdapat pada bagian tubuh yang tak semestinya, tentu harus diwaspadai, jangan-jangan itu merupakan pertanda awal terjadinya kanker tulang. Benarkah kanker tulang kini bisa direhabilitasi, tak perlu amputasi?KANKER tulang, menurut para ahli, belum diketahui penyebabnya. Itulah sebabnya mengapa penderita harus menjalani amputasi alias dipotong bagian tubuh yang terkena kanker itu.Bersyukurlah kita sekarang ini, kemajuan teknologi di bidang kedokteran telah mampu memberi harapan-harapan baru bagi penderita kanker tulang. Istilah rehabilitasi, mungkin bisa lebih pas untuk mereka yang menjalani pengobatan kanker tulang saat ini, dimana dokter akan melakukan penggantian tulang yang rusak dengan tulang yang baru, dengan cara penyemenan. Cara terakhir ini praktis bukan tanpa kendala. Sulitnya memperoleh tulang pada orang yang sudah mati adalah salah satunya. Selain itu, istilah donor tulang pun mungkin belum terlalu populer di telinga banyak orang. Untuk mengetahui liku-liku kanker jenis yang satu ini, berikut petikan wawancara penulis dengan Dr Nicolaas Budhiparama, FICS, ahli Bedah Tulang di RS Kanker Dharmais, Jakarta;Dapat Anda jelaskan perihal kanker tulang?Sebelumnya perlu diketahui bahwa antara tumor dan kanker sama saja artinya. Ada tiga macam tumor tulang yaitu yang bersifat lunak, ganas dan yang memiliki lesi di tulang (berlubangnya struktur karena jaringan akibat cedera atau penyakit). Selain itu ada yang bersifat primer dan skunder. Pada tumor tulang skunder misalnya, seseorang terkena tumor payudara, kemudian menjalar ke tulang dan selanjutnya menggerogoti tulang tersebut. Kanker tulang ini merupakan kelompok tumor tulang yang ganas.Tingkat bahayanya?Kanker paling sulit ditangani. Sebagai perbandingan, pada kanker jenis lain, sebut saja kanker payudara yang memiliki banyak jenis, patologinya mudah diketahui, sehingga tidak sulit ditangani. Berbeda dengan kanker tulang yang jenisnya banyak pula, tetapi penangannannya berbeda-beda. Karena terlalu banyaknya, tak heran terjadi salah diagnosa, akibatnya praktis akan salah pula pengobatannya.Bedanya dengan "osteoporotis"?Jelas berbeda, osteoporotis penyakit yang ditandai dengan adanya kerapuhan di tulang, desebabkan kekurangan kalsium. Osteoporotis biasanya terjadi pada orang-orang lanjut usia, sedangkan kanker tulang penyebabnya hingga sekarang belum diketahui. Celakanya, bisa menyerang semua usia. Karena belum diketahui penyebabnya, maka sulit kita mencegah. Yang bisa dilakukan sekarang ini hanyalah mengobati, mengganti dan mengamputasi bagian yang terkena tumor yang tidak bisa diselamatkan.Prevalensinya di Indonesia?Belum diketahui secara pasti. Di negeri ini belum ada pusat data mengenai kanker tulang secara menyeluruh. Yang bisa saya katakan sekarang, ada rumah sakit yang baru mengumpulkan jumlah penderitanya, tetapi mereka berdiri

Page 2: Artikel Terapi Kanker Tulang

sendiri-sendiri, sehingga jumlah keseluruhan di masyarakat tidak diketahui pasti. Memang ada rencana RS Kanker Dharmais dengan RS Cipto Mangunkusumo mendirikan pusat data ini. Kalau ini terwujud nanti pasti prevalansinya diketahui.Dapat Anda jelaskan gejala awal penyakit ini?Ini yang penting diketahui. Untuk gejala tumor tulang jinak, biasanya penderita tidak merasakan sakit sama sekali. Misalnya sedang bermain sepakbola terjatuh, kemudian setelah difoto rontgen ternyata terdapat tumor jinak. Sementara tumor ganas mulanya mulanya kecil disertai benjolan. Benjolan itu bisa besar, bisa juga kecil. Keadaan ini diikuti rasa sakit dan berwarna merah. Kalau benjolan tadi diurut, sumber tumor tadi akan pecah, akibatnya bisa menyebar ke bagian lain. Kebiasaan diurut lazim terjadi di masyarakat kita. Padahal ini sangat riskan, sebab bisa saja tumor tersebut menjadi tidak terlokalisir.Kalau demikian, mengurut itu berbahaya bagi mereka yang keseleo atau yang habis terjatuh?Penyakit timbul bukan karena terjatuhnya yang bersangkutan, melainkan sebelumnya penderita memang sudah memiliki tumor terlebih dahulu. Kalau dalam kondisi seperti ini dilakukan pengurutan bisa berakibat tumor tadi pecah dan menyebar. Dalam keadaan demikian sudah barang tentu harus ditanggulangi melalui mengganti tulang. Sementara yang rusak diamputasi. Saya tidak mengatakan dukun urut itu jelek, namun saya lebih menganjurkan si penderita difoto rontgen dahulu, hingga diketahui jelas, tumor atau bukan. Bagi yang tidak terdapat tumor dan percaya akan dukun silahkan saja diurut. Sedangkan bagi yang terdapat tumor, maka tindakan mengurut itu sangat berbahaya.Tumor seperti itu senangnya di bagian apa?Biasanya, bisa terdapat di dalam dan di luar tulang. Untuk diketahui, kanker tulang tidak ada kaitannya dengan makanan. Ada orang menduga akibat radioaktif yang terdapat di lingkungan masyarakat. Tetapi memang belum diketahui secara pasti apa penyebabnya.Mereka yang berisiko tinggi?Ini terjadi, tergantung dari jenis tumornya. Kalau jenisnya osteosarcoma misalnya, lebih banyak terjadi pada usia muda (belasan tahun). Sedangkan kelompok condrosarcoma terjadi pada usia di atas 50 tahun. Yang jelas bisa mengenai semua kelompok umur.Pilihan lain selain amputasi?Hampir setiap kanker tulang ganas dengan segala kondisi apapun, dahulu selalu dilakukan amputasi untuk menghindari kematian. Sekarang dengan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat dilakukan cara lain yang lebih "terhormat". Si penderita yang terkena kanker sebelum diganti tulangnya terlebih dahulu dimatikan kankernya dengan pengobatan. Kalau masih bisa ditambal, ya disemen. Atau juga menggunakan metode teknik baru limb salvage, dimana tulang yang terkena tumor ganas disambung dengan bekas kaki pasien lain yang baru saja meninggal dunia. Sesuai dengan perkembangan, teknik terapi baru ini telah dikembangkan di hampir semua pusat penyembuhan kanker di seluruh dunia. Angka keberhasilannya meningkat 80%. Di Indonesia juga mulai diterapkan. Pasien terlebih dahulu menjalani kemoterapi, setelah itu baru tumor ganasnya diangkat. Bila tulang yang bersangkutan perlu diganti, maka diganti. Tentu saja kerjasama dalam pelaksanaan metode ini menuntut keterampilan tersendiri.

Page 3: Artikel Terapi Kanker Tulang

Namun cara itu membutuhkan biaya tinggi?Biaya mahal tak begitu problem. Yang menjadi masalah adalah soal donor tulang. Seperti halnya dengan donor mata, hanya berapa persen pendonornya berasal dari dalam negeri. Sedangkan sebagian besar pendonor datang dari Srilanka. Begitu juga dengan pendonor tulang. Berbeda dengan di luar negeri. Di negeri Belanda misalnya, banyak orang yang mendonorkan tulangnya. Mayatnya dibedah, diambil tulangnya dan diganti dengan kayu. Oleh sebab itu di Belanda, soal pengadaan tulang tak menjdi masalah.* A. Wahab(http://www.balipost.co.id/BaliPostcetak/2002/4/21/i2.html)

Komentar Delyuzar di Analisa tentang Osteosarcoma

Oleh: Adelina Savitri LubisENAM belas bulan lamanya Ester Jesicha (13) menahan sakit atas penyakit kanker tulang ganas (Osteosarkoma) yang menyerang kaki kirinya. Meski sudah berulangkali berobat, namun benjolan pada kaki kirinya tak kunjung sembuh. Malah semakin membesar dan membesar.Awalnya benjolan hanya sebesar guli. Lambat laun bertambah besar, hingga sebesar bola basket. Anak pertama dari pasangan suami isteri, Disel Sibuea (44) dan Renti Simorangkir (38), warga Jalan CJT Salib Kasih, Kecamatan Siatas Barita, Tapanuli Utara (Taput) ini pun, terpaksa berhenti dari sekolah tatkala indahnya masa remaja mulai bersemi.Jesicha sangat ingin sembuh. Apa daya, orangtuanya tak memiliki biaya untuk perobatannya. Ayah Jesicha bekerja sebagai petani, sedangkan ibunya berkerja sebagai penenun ulos. Upah yang mereka terima hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dapur sehari-hari. Jesicha pasrah."Mungkin ini sudah kehendak Tuhan," katanya. Suatu waktu, Parlin Pakpahan, warga Malang, Jawa Timur, mendatangi kediaman Jesicha. Melalui jejaring sosial, Facebook, Parlin menggalang Dana Gotong Royong Kemanusiaan untuk kesembuhan Jesicha. Melewati proses yang sulit, Parlin atas dukungan para Facebooker pun berhasil membawa dara yang akrab disapa Jessi ini, menjalani perobatan di Rumah Sakit Umum Pemerintah (RSUP) Haji Adam Malik Medan pada 4 Juni 2010. Ini bukanlah kunjungan pertama Jessi ke rumah sakit milik Pemerintah tersebut. Sebelumnya pada April 2009, Jessi sudah pernah menjalani perobatan di RSUPH Adam Malik Medan, berdasarkan rujukan dari Rumah Sakit Umum (RSU) Swadana Tarutung. Sayang, saat itu orang tua Jessi tidak memahami pentingnya penanganan medis terhadap penyakit yang diderita Jessi. Akirnya Jessi pun dibawa pulang kembali ke rumahnya.Setelah menjalani opname selama dua minggu di RSUPH Adam Malik Medan, atas pemeriksaan keadaan penyakit Jessi, sulung dari lima bersaudara ini kemudian menjalani operasi amputasi pada kaki kirinya olehTim Bedah Orthopedi RSUPH Adam Malik Medan, 16 Juni 2010. Penyakit yang diderita Jessi pun, sudah menyebar, hingga ke paru-parunya. Tim Bedah Orthopedi RSUPH Adam Malik Medan terpaksa mengambil tindakan mengamputasi, hingga ke pangkal paha Jessi. Operasi berlangsung selama dua jam, dimulai pada pukul 14.30 WIB - pukul 16.30 WIB. Pada pukul 19.30 WIB, Jessi masuk ke ruang ICU. Saat bertemu dengan ibunya, Jessi terus mengerang kesakitan."Sakit sekali Ma, tolong ambilkan minuman, haus kali kurasakan saat ini,"

Page 4: Artikel Terapi Kanker Tulang

erangnya. Tepat pada pukul 23.00 WIB, Jessi pun masuk ke ruang inap Rindu B kamar 23. Sementara itu, Disel, ayah Jessi pada pukul 21.00 WIB kembali pulang ke Siatas Barita membawa potongan kaki milik Jessi untuk dikuburkan di halaman rumah mereka.Kini dara berkulit putih ini, sedang menjalani perawatan luka pascatindakan operasi. Tak banyak kalimat yang keluar dari bibir mungil Jessi, kala Analisa menemuinya di ruangan Rindu B kamar nomor 23 RSUPH Adam Malik Medan. Jessi lebih sering mengangguk dan menjawab sekenanya. Remaja ini malah terlihat asyik dengan boneka Teddy Bear, pemberian salah satu Facebooker yang menyambanginya beberapa pekan lalu. Tangannya asyik mengelus boneka beruang berpita merah itu.Jessi tampak bahagia. Jari-jemari kaki kanan Jessi samar-samar terlihat bergoyang dari balik selimut yang menutupi tubuhnya. Sebelumnya hari pertama pascaoperasi, Jessi belum bisa melihat bekas amputasi pada kaki kirinya. Saat ini Jessi sudah bisa menunjukkan bekas luka operasinya. Jika sebelumnya, dia tak bisa menggerakkan tubuhnya dalam posisi duduk. Kini, Jessi sudah mulai melatih diri untuk menggerakkan tubuh. Jessi bilang, kalau luka bekas operasi sudah benar-benar kering, dia berkeinginan untuk kembali ke bangku sekolah."Kalau sudah sembuh, aku akan sekolah lagi," ucap remaja yang bercita-cita ingin menjadi bidan ini, polos.Selanjutnya, dalam masa penyembuhan bekas luka operasi, Jessi pun harus menjalani serangkaian perawatan demi kesembuhannya. Sebut saja, melakukan penyinaran terhadap luka bekas operasi di Ruang Instalasi Chemo Theraphy RSUPH Adam Malik Medan. Sekaligus juga dilakukan Fisio Theraphy, dimana Jessi mulai dilatih menggerakkan pangkal paha kirinya yang tersisa. Termasuk juga, Jessi dilatih membalikkan badannya ke kiri dan ke kanan. Proses penyinaran dan Fisio Theraphy ini berlangsung selama satu jam.Tak Bisa Tidur Menahan Rasa SakitRenti Simorangkir, ibu Jessi, mengaku tidak menyangka kalau benjolan pada lutut kaki kiri Jessi kian membesar. Benjolan itu muncul tepat pada bekas luka saat Jessi pernah terjatuh. Renti masih ingat, saat itu Jessi masih berusia 10 tahun. Dia terjatuh saat sedang asyik bermain dengan kawan-kawannya. Sebagai pertolongan pertama, Renti pun mengobati luka Jessi dengan memberikan obat salep. Beberapa hari kemudian luka itu pun sembuh. Pada Februari 2009, Jessi mengalami demam. Renti juga melihat anaknya ini berjalan tertatih-tatih, Jessi seperti menahan sakit. Rupanya saat dilihat oleh Renti, terdapat benjolan sebesar guli pada bekas luka terjatuh itu.Saat itu perempuan berambut ikal ini membawa Jessi ke pengobatan tukang pijat, namun dikatakan tukang pijat, kalau engsel lutut Jessi lari. Renti bersama suaminya pun lantas melarikan Jessi ke RSU Swadana Tarutung. Jessi sendiri mengaku sebenarnya sudah lama merasakan sakit pada kakinya itu. Hanya saja ditahan dan dibiar-biarkan Jessi saja. Dipikirnya, saat itu, yang penting dia masih bisa berjalan.Setidaknya selama Jessi dirawat di RSUPH Adam Malik Medan, anaknya ini sudah menjalani transfusi darah sebanyak 8 kantong. Tiga kantong darah kembali ditransfusikan kepada Jessi pascaoperasi yang dijalaninya. Hal ini dilakukan karena Haemoglobin (HB) di tubuh Jessi menunjukkan penurunan, dari HB 10,50 menjadi HB 7. Pasca operasi, Jessi pun harus mengalami proses adaptasi rasa sakit pada luka bekas operasi.

Page 5: Artikel Terapi Kanker Tulang

"Jessi tak pernah bisa tidur di malam hari, akibat rasa sakit yang dialaminya. Dia pun terus-terusan menangis," ujar Renti. Malah asupan obat yang diberikan kepada Jessi pun sekarang diganti, yang tadinya obat suntik sekarang berganti menjadi obat pil. "Dokter bilang, obat suntik dapat membahayakan Jessi karena mengandung zat morphin," sahutnya.Diungkapkan Renti juga, hingga saat ini dia dan suaminya sedang menunggu hasil laboratorium (lab) RSUPH Adam Malik Medan terkait penyakit anaknya ini. Kabar terakhir yang diterima Renti dari pihak rumah sakit, hasil pemeriksaan di laboratorium akan keluar pada Jumat (25/6). Dalam hal ini, pihak rumah sakit akan memutuskan penanganan yang tepat untuk tahapan penyembuhan Jessi. Apakah akan dilakukan kemoterapi atau ada cara lain selain upaya itu. Selain itu, dalam masa perawatan dan penyembuhan bekas luka operasi, seperti yang diungkapkan Renti, pihak rumah sakit berharap perawatan Jessi pascaoperasi ini juga didukung dengan terapi makanan dan asupan gizi demi kemajuan kesembuhan luka operasi yang dialami Jessi. Jadi tidak sekadar berharap pada kekuatan obat dan makanan di rumah sakit semata. Karena itu, Renti pun kerap memberikan asupan susu berkalsium tinggi ditambah dengan asupan buah-buahan. Apalagi sejak menderita sakit pada Februari 2009 lalu, berat badan Jessi semakin kurus. Saat ini saja, berat badannya hanya 35 kilogram.Diakui Renti, terkadang terbersit bagaimana nasib masa depan puteri sulungnya itu. Saat ini, dia dan suaminya hanya mengharapkan total, kesembuhan Jessi. Renti juga sangat mengharapkan dukungan dari masyarakat terhadap Jessi. Apalagi sebagai anak pertama, Jessi merupakan panutan dari keempat adiknya, yakni, Monasari Aprilia (11), anak kedua, baru tamat SD, Puteri Rey Monica (9), anak ketiga, kelas 4 SD, Sriwiarni Cinta Marito (7), anak keempat, kelas I SD, dan Joshua (1 tahun 6 bulan), anak kelima, belum sekolah. "Adik-adiknya sudah rindu pada kakak mereka," ucap Renti tersenyum.Kepala Sub Bagian Humas RSUPH Adam Malik Medan, Sairi M Saragih, DCN, Mkes mengutarakan, masa pemulihan atas kesembuhan Jesicha menunjukkan perkembangan yang membaik. Meskipun belum bisa dipastikan sampai berapa lama Jessi dirawat di RSUPH Adam Malik Medan pasca operasi yang dijalani. Setidaknya kadar HB Jessi meningkat, dari dua menjadi 10,50.Waspadai Benjolan dan LukaTerlepas dari itu, Osteosarkoma, merupakan penyakit kuno yang sulit dipahami. Istilah Sarcoma diperkenalkan oleh ahli bedah Inggris, John Abernathy pada 1804 dan ini berasal dari akar Yunani yang berarti gemuk atau pembesaran. Pada 1805, Ahli Bedah Perancis, Alexis Boyer; Ahli Bedah pribadi untuk Napoleon yang pertama kali menggunakan istilah Osteosarcoma. Dr. H. Delyuzar Sp. PA (K), Spesialis Patologi Anatomik Konsultan Urogenital mengungkapkan, tumor pada tulang itu ada yang bersifat jinak dan ganas. Osteoma misalnya, ini merupakan jenis kanker tulang yang bersifat jinak. Sedangkan Osteosarkoma merupakan jenis kanker tulang yang bersifat ganas. Selain itu, ungkapnya, ada juga Condrosarkoma, jenis kanker tulang yang menyerang tulang rawan. Khusus untuk Osteosakroma, dijelaskan Delyuzar, secara umum menyerang usia muda yakni, mulai usia 10-25 tahun. Dalam beberapa kasus ada juga yang dijumpai penderita Osteosarkoma berusia 60 tahun.Pada penderita anak-anak, dikatakan Delyuzar, dalam kasus kebanyakan disebabkan oleh faktor genetic (keturunan). Meskipun sampai sekarang belum juga bisa diketahui kepastiannya.

Page 6: Artikel Terapi Kanker Tulang

"Selain itu, anak-anak yang memiliki bawaan menderita penyakit kanker mata (Retinablaskoma) juga cenderung meningkatkan insiden pada Osteosarkoma," katanya. Diakui Delyuzar, pada Osteosarkoma memang ada kelainan gen yang disebut di kromosom 13. Kelainan inilah yang menjadi penyakit Osteosakroma. Sampai saat ini, ada beberapa faktor lain yang diidentifikasi dapat menyebabkan kelainan-kelainan Osteosakroma. Sebut saja, seperti radiasi yang dilakukan saat seseorang menjalani keadaan rontgen atau adanya paparan zat-zat radioaktif yang lain.Melihat gejala penyakit ini memang bermacam-macam. Salah satunya adalah tumbuh benjolan pada tulang dengan rasa sakit atau tanpa rasa sakit."Benjolan ini tumbuh sangat cepat dan mudah sekali untuk menjalar melalui aliran darah. Pada banyak kasus, biasanya tumor ini akan metathasis (menyebar) ke beberapa tempat dan paling banyak menyebar ke paru-paru," jelas Delyuzar.Terkait pengobatan yang dilakukan terhadap penderita Osteosarkoma, hingga saat ini diungkapkan Delyuzar dengan melakukan amputasi. Selain itu, dapat juga dilakukan pemberian kemoterapi. Menurut Delyzar khusus pada penderita anak-anak, dalam waktu lima tahun, bila dilakukan tindakan yang cepat, kemungkinan hidup bisa mencapai 80 persen. Seringkali dalam banyak kasus, penanganan terhadap pasien Osteosarkoma ini, sering terlambat.Ditegaskan Delyuzar, Osteosarkoma merupakan tumor sangat agresif. Selain mengalir melalui aliran darah, Osteosarkoma juga bisa metathesis melalui pembuluh limfa."Kalau di Patologi sendiri memiliki tingkatan-tingkatannya, disebut grade 1-4. Kalau pada grade satu, kemungkinan hidup penderita bisa lebih lama, sedangkan bila menunjukkan grade empat, kemungkinan hidup penderita semakin kecil," jelasnya. Karena itu, Delyuzar menghimbau masyarakat agar tidak menyepelekan tumbuhnya benjolan pada kaki. Sebagai contoh kasus, dia mengumpamakan bila anak terjatuh saat bermain bola, lalu terjadi luka patah pada kaki. Diharapkan untuk segera memeriksakan ke dokter.Perlu diketahui sambungnya, luka patah yang terjadi pada kaki bukanlah semata-mata disebabkan akibat terjatuh karena main bola. Karena sudah ada tumor di dalam tulang, sehingga memudahkan terjadinya patah tersebut. Sederhananya, tumor itu memang sudah ada di dalam tulang, lalu jatuh saat bermain bola, hanya merupakan pemicu sehingga tumor itu baru dapat diketahui."Karena salah satu tanda dari pada kanker tulang disebut faktur pathologis, jadi ada tulang yang seharusnya tidak patah, namun karena sudah lemah diakibatkan Osteosarkoma, tulang pun menjadi patah," bilang Delyuzar.Selain itu masyarakat juga diharapkan dapat mewaspadai luka. Menurut Delyuzar, luka tidak hanya terdapat pada kanker tulang, tapi ada jenis luka yang tak sembuh-sembuh. Misalnya pada kanker kulit, kanker pada otot. Atau ada luka yang jenisnya berbentuk tahi lalat. Singkatnya, benjolan mau pun luka yang tak sembuh-sembuh, harus diwaspadai keganasannya. Beberapa kasus menunjukkan, bila penderita Osteosarkoma cepat diamputasi dan segera mengasup obat kanker, penderita dapat diselamatkan.Banyak penderita Osteosarkoma yang mengulur waktu dan menahan lama tindakan amputasi. Ya, pilihan amputasi bukanlah hal yang mudah. Apalagi penderitanya harus menanggung resiko cacat pasca amputasi. Padahal, secara medis dijelaskan Delyuzar, apabila tindakan amputasi tidak dilakukan secara cepat, kanker dapat menyebar ke paru-paru, dan kemungkinan besar tak bisa

Page 7: Artikel Terapi Kanker Tulang

ditolong lagi. Sebagai alternatifnya, pasca operasi dapat dilakukan kemoterapi."Kepada masyarakat setiap ada pembesaran benjolan baik sakit atau tidak sakit sebaiknya diwaspadai. Rasa sakit yang muncul bisa saja karena terjadinya infeksi. Harus dipahami juga, infeksi tulang juga mirip dengan kanker tulang, namun kalau infeksi tulang lebih menonjol rasa sakitnya. Sedangkan kanker tulang lebih sering tidak terasa sakit. Justru ini yang berbahaya kan," ujar Delyuzar.Menurut Delyuzar, saat ini masyarakat tidak perlu harus menunggu lama untuk mendapatkan kepastian penyakit Osteosarkoma. Kalau dulu harus melakukan operasi, diambil tulangnya lalu menunggu seminggu untuk dapat mengetahui penyakit ini. Sekarang, seiring dengan perkembangan teknologi medis yang semakin canggih, menurut Delyuzar, penderita tinggal dibawa ke tempat praktek, kemudian dilakukan Aspirasi Biopsy. Pada saat pasien menunggu sebentar, hasilnya pun sudah dapat diketahui. "Saat ini sudah sangat maju diagnostic untuk mengetahui Osteosarkoma," tandasnya.(Dari Analisa Minggu tanggal 27 Juni 2010)(http://ihcdelyuzar.blogspot.com/2010/06/komentar-delyuzar-di-analisa-tentang.html)