artikel pendidikan

22
ARTIKEL PENDIDIKAN Perpustakaan, Oh Perpustakaan MINAT baca selama ini menjadi salah satu masalah besar bagi bangsa Indonesia. Betapa tidak, saat ini minat baca masyarakat Indonesia termasuk yang terendah di Asia. Indonesia hanya unggul di atas Kamboja dan Laos. Padahal semakin rendah kebiasaan membaca, penyakit kebodohan dan kemiskinan akan berpotensi mengancam kemajuan dan eksistensi bangsa ini. Parahnya lagi, rendahnya minat baca bukan hanya terjadi pada masyarakat umum, di SD, SMP, SMA, bahkan di perguruan tinggi pun minat baca mahasiswa sangat rendah. Hal tersebut sangat bertolak belakang dengan kondisi di Jepang. Saat ini tentu kita sudah melihat bagaimana kemajuan perkembangan iptek di Jepang. Semua itu disebabkan karena pemerintah Jepang sangat memprioritaskan kebutuhan bahan bacaan masyarakatnya, terutama anak-anak sekolah dan mahasiswa, sehingga tak mengherankan jika perpustakaan, terutama di kampus-kampus Jepang, selalu ramai dikunjungi mahasiswa. Berbeda dari kondisi perpustakaan kampus di Indonesia, perpustakaan kampus tak lebih hanya sebagai tempat

Upload: rizkynet

Post on 22-Jun-2015

288 views

Category:

Data & Analytics


6 download

DESCRIPTION

data

TRANSCRIPT

Page 1: Artikel pendidikan

ARTIKEL PENDIDIKAN

Perpustakaan, Oh Perpustakaan

MINAT baca selama ini menjadi salah satu masalah besar bagi bangsa Indonesia.

Betapa tidak, saat ini minat baca masyarakat Indonesia termasuk yang terendah di

Asia.

Indonesia hanya unggul di atas Kamboja dan Laos. Padahal semakin rendah

kebiasaan membaca, penyakit kebodohan dan kemiskinan akan berpotensi

mengancam kemajuan dan eksistensi bangsa ini. Parahnya lagi, rendahnya minat

baca bukan hanya terjadi pada masyarakat umum, di SD, SMP, SMA, bahkan di

perguruan tinggi pun minat baca mahasiswa sangat rendah. Hal tersebut sangat

bertolak belakang dengan kondisi di Jepang.

Saat ini tentu kita sudah melihat bagaimana kemajuan perkembangan iptek di

Jepang. Semua itu disebabkan karena pemerintah Jepang sangat memprioritaskan

kebutuhan bahan bacaan masyarakatnya, terutama anak-anak sekolah dan

mahasiswa, sehingga tak mengherankan jika perpustakaan, terutama di kampus-

kampus Jepang, selalu ramai dikunjungi mahasiswa.

Berbeda dari kondisi perpustakaan kampus di Indonesia, perpustakaan kampus

tak lebih hanya sebagai tempat penyimpanan dan pajangan berbagai koleksi buku

dan bahan referensi lainnya. Lebih ironis lagi, perpustakaan kampus sering

dijadikan sebagai tempat untuk pacaran, bukan tempat membaca dan berdiskusi.

Sebagai seorang mahasiswa dan calon ilmuwan, perpustakaan seharusnya menjadi

tempat yang paling dicari, terutama dalam mencari referensi untuk membuat atau

menyelesaikan tugas-tugas perkuliahan.

Page 2: Artikel pendidikan

Menumbuhkan Minat Baca

Faktor yang menjadi peyebab sepinya perpustakaan, selain minat baca mahasiswa

yang menurun, juga karena perpustakaan tidak bisa mengikuti perkembangan

zaman dengan tidak memenuhi kebutuhan mahasiswa. Untuk memenuhi

kebutuhan tugas-tugas kuliah, mahasiswa seringkali lebih memilih cara instan,

yaitu mencari di internet.

Mengapa minat baca mahasiswa rendah? Menurut (Arixs: 2006) ada enam faktor

penyebab:

(1) Sistem pembelajaran di Indonesia belum membuat mahasiswa harus membaca

buku,

(2) banyaknya tempat hiburan, permainan, dan tayangan TV yang mengalihkan

perhatian mereka dari menbaca buku,

(3) budaya baca memang belum pernah diwariskan nenek moyang kita, sedangkan

budaya tutur masih dominan daripada budaya membaca,

(4) sarana untuk memperoleh bacaan seperti perpustakaan atau taman bacaan

masih merupakan barang langka,

(5) tidak meratanya penyebaran bahan bacaan di berbagai lapisan masyarakat

(6) serta dorongan membaca tidak ditumbuhkan sejak jenjang pendidikan

praperguruan tinggi.

Perpustakaan sesungguhnya memainkan peranan penting bagi terciptanya budaya

membaca bagi mahasiswa. Perpustakaan merupakan jembatan menuju

penguasaan ilmu pengetahuan, dapat memberikan kontribusi penting bagi

terbukanya akses informasi, serta menyediakan data yang akurat bagi proses

pengambilan sumber-sumber referensi bagi pengembangkan ilmu pengetahuan.

Dan semua itu hanya bisa di dapatkan dengan cara membaca.

Oleh sebab itulah, perpustakaan kampus hendaknya didesain sedemikian rupa

supaya mahasiswa dan civitas academica lebih betah berada di sana. Perpustakaan

Page 3: Artikel pendidikan

harus mampu memenuhi dahaga para mahasiswa yang haus akan ilmu

pengetahuan dengan empat cara.

Pertama, menambah sarana dan prasarana perpustakaan, seperti adanya fasilitas

dan jaringan internet atau wi-fi, memperbanyak ruang diskusi, dan memperbaiki

ruang bacaan. Jika hal ini dapat diwujudkan, tentu akan menarik perhatian

mahasiswa berkunjung ke perpustakaan.

Kedua, memberikan pelayanan yang baik, ramah, dan bersahabat. Hal ini sangat

penting mengingat para pengunjung adalah mahasiswa yang berpendidikan. Jadi

jika ada pelayanan dari petugas yang kurang baik dan kurang memuaskan tentu

mereka akan protes dan kurang nyaman dalam menggunakan fasilitas

perpustakaan.

Ketiga, tersedianya koleksi buku yang memadai. Koleksi bahan bacaan (buku atau

literarur) merupakan komponen yang paling penting bagi perpustakaan. Koleksi

yang harus dimiliki oleh perpustakaan minimal adalah buku wajib bagi setiap mata

kuliah yang diajarkan dan jumlahnya harus memadai. Menurut SK Mendikbud

0686/U/1991, setiap mata kuliah dasar dan mata kuliah keahlian harus disediakan

dua judul buku wajib dengan jumlah eksemplar sekurang-kurangnya 10 % dari

jumlah mahasiswa yang mengambil mata kuliah tersebut.

Keempat, menciptakan iklim membaca di kampus. Lingkungan akademik yang

kondusif akan mendorong mahasiswa untuk rajin ke perpustakaan. Hal itu bisa

dilakukan, misalnya dengan cara dosen memberikan tugas membaca bagi

mahasiswanya.

Jika perpustakaan dapat memberikan layanan yang baik dan menyediakan

berbagai kebutuhan literatur yang dibutuhkan, maka mahasiswa akan banyak

mendatangi perpustakaan. Lingkungan yang demikian memang tidak bisa

diciptakan sendirian oleh perpustakaan, melainkan harus bekerja sama dengan

seluruh warga kampus. (24)

Page 4: Artikel pendidikan

Setop Kecurangan UN

KURANG lebih dua bulan lagi Kementerian Pendidikan Nasional akan

menyelenggarakan hajat besar. Yakni menyelenggarakan Ujian Nasional (UN)

untuk SMP-SMA. Meskipun kegiatan tersebut rutin dilaksanakan setiap tahun, akan

tetapi dalam proses selalu menimbulkan kontroversi.

Polemik yang sering muncul dalam setiap kali pelaksanaan UN adalah adanya jual

beli kunci jawaban. Banyak sekali spekulan yang menjual jawaban yang tidak

benar, korbannya tentu orang tua dan siswa yang berpikiran pendek. Selain itu,

praktik kerja sama dan menyontek juga masih sering dilakukan siswa supaya bisa

lulus ujian. Semua itu menjadi catatan buruk bagi Kemendiknas dalam

penyelenggarakan UN.

Hal itu juga sering diperparah dengan adanya intervensi dari pihak terkait,

terutama sekolah yang menginginkan siswanya lulus 100% dengan cara membuka

soal terlebih dahulu kemudian dikerjakan guru dan jawabannya disebarkan

kepada anak didik.

Kecurangan semacam itu masih sering mewarnai pelaksanaan UN tiap tahun.

Alasan yang digunakan karena malu jika ada anak didik sekolah yang bersangkutan

tidak lulus.

Maraknya praktik mafia dalam UN sangat memprihatinkan. Seharusnya UN

dilaksanakan dengan cara-cara yang fair dan elegan, bukan dengan cara-cara yang

curang.

Apalagi kecurangan sangat bertentangan dengan ruh pendidikan yang

mengajarkan pentingnya nilai kejujuran.

Modifikasi Soal

Langkah Kemendiknas dengan menambah jumlah paket soal yang semula dua

Page 5: Artikel pendidikan

paket menjadi lima paket patut diapresiasi.

Dengan lima paket soal yang berbeda, tentu akan mengurangi praktik jual beli

jawaban UN serta meminimalikan peluang kerja sama dan aksi menyontek siswa

ketika ujian berlangsung. Bukan hanya itu. Dengan modifikasi soal ujian, akan

memperkecil intervensi dari berbagai pihak.

Yang terpenting saat ini harus ada sosialisasi kepada seluruh Dinas Pendidikan di

tingkat provinsi, kabupaten/kota, serta sekolah dengan adanya sistem baru yang

akan diterapkan, terutama dalam hal paket soal.

Tujuannya agar siswa yang ikut UN juga mempersiapkan diri sebaik mungkin

dalam menghadapi soal-soal yang berbeda antara siswa satu dengan yang lain.

Meskipun ada pro dan kontra dalam sistem baru UN, itu adalah wajar. Jika sistem

ini berhasil dan bisa menekan kecurangan dalam pelaksanaan UN, tentu akan lebih

baik, dengan harapan kualitas pendidikan semakin meningkat.

Page 6: Artikel pendidikan

Menakar Profesionalisme Pendidik

SURAT Keputusan Bersama (SKB) Menteri Keuangan, Menteri Pendayagunaan

Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi serta Menteri Dalam Negeri tentang

Moratorium Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) telah terbit dan berlaku efektif

mulai 1 Sepetember 2011. Meskipun moratorium tidak diberlakukan bagi tenaga

pendidik (guru), hal itu justru memiliki konsekuensi bahwa penerimaan guru

harus dilakukan secara selektif.

Sisi positif adanya moratorium bagi guru adalah kesempatan untuk menjadi

pegawai negeri sipil (PNS) tetap terbuka. Selain itu, moratorium juga memiliki

dampak positif pada upaya peningkatkan kualitas guru Indonesia. Karena

moratorium sesungguhnya merupakan sinyal bahwa guru harus mampu

meningkatkan kualitas kerja.

Jika tidak, bukan tidak mungkin di masa mendatang guru juga akan terkena

moratorium karena tidak bekerja dengan baik. Pemerintah tentu tidak ingin

mengeluarkan anggaran secara percuma hanya untuk menggaji PNS Guru yang

tidak bisa bekerja secara profesional. Karena itu, adanya moratorium CPNS

hendaknya dijadikan sebagai momentum bagi guru dan calon guru untuk

meningkatkan kemampuan dalam mendidik.

Masih Rendah

Harus diakui jika saat ini tingkat profesionalisme guru di Indonesia masih rendah.

Meskipun berbagai cara telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan

profesionalitas guru, seperti dengan mengadakan seminar, pelatihan, sertifikasi,

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG), kualitas guru kita masih tetap sama.

Adanya program peningkatan kesejahteraan guru lewat jalur sertifikasi justru

bukan dijadikan sebagai sarana untuk meningkatkan profesionalisme, tapi hanya

Page 7: Artikel pendidikan

digunakan untuk mencari tambahan materi. Jika hal itu dibiarkan berlarut-larut,

bukan tidak mungkin suatu saat guru juga bisa terkena moratorium. Alasannya

sangat jelas, anggaran untuk menggaji guru sangat besar sementara kualitas guru

tidak meningkat.

Karena itu, profesionalisme merupakan harga mati bagi guru jika tidak ingin

terkena moratorium PNS di masa mendatang. Karena hanya dengan guru yang

profesional maka pendidikan di Indonesia akan dapat maju dan melahirkan

generasi penerus yang berkualitas. Dan itu artinya, pemerintah tidak salah jika

mengeluarkan anggaran besar demi menggaji guru.

Selain itu profesionalisme guru memiliki korelasi yang sangat erat dengan produk

pendidikan. Guru yang profesional akan membantu proses pembelajaran menjadi

berkualitas, sehingga peserta didik senang mengikuti proses pembelajaran.

Fauzul Andim, guru di SLB Negeri Ungaran

rujukan : http://www.suaramerdeka.com/smcetak/index.php?

fuseaction=beritacetak.detailberitacetak&id_beritacetak=158426

Diposkan oleh Fauzul_Abimanyu_Andim_Blora di 08.12 6 komentar:

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan

ke Pinterest

Waspadai Calo UN

Page 8: Artikel pendidikan

SELURUH siswa, baik SD, SMP maupun SMA saat ini dituntut untuk

mempersiapkan diri dengan matang guna menghadapi UN yang sebentar lagi tiba.

Bagi sebagian siswa UN merupakan momok menakutkan. Karena di sinilah nasib

mereka ditentukan. Lulus dan tidaknya siswa sangat bergantung pada persiapan

yang dilakukan.

Begitu pentingnya UN bagi masa depan siswa, tak jarang cara apa pun akan

ditempuh mereka untuk bisa lulus. Salah satu cara ditempuh adalah membeli kunci

jawaban ujian dari calo UN.

Harus diakui bahwa dalam setiap pelaksanaan ujian sering muncul oknum tidak

bertanggung jawab yang mengaku bisa memberikan kunci jawaban soal ujian.

Kehadiran oknum calo UN tersebut tentu sangat merugikan para siswa. Bukan

hanya kerugian materi, keberadaan calo UN juga akan membuat siswa kurang

percaya diri dalam menghadapi ujian.

Karena itu, bagi siswa dan orang tua diharapkan selalu waspada jika bertemu

dengan oknum yang mengaku bisa memberikan kunci jawaban UN. Bisa dipastikan

informasi yang mereka bawa adalah bohong. Karena kunci keberhasilan lulus ujian

Page 9: Artikel pendidikan

nasional bukan terletak pada calo, melainkan dari siswa.

Ditindak Tegas

Tidak bisa kita pungkiri bahwa keberadaan oknum calo sering membuat lengah

siswa dan orang tua. Apalagi bagi mereka yang berpikiran pendek dan memiliki

persiapan kurang maksimal dalam menghadapi ujian. Akhirnya jalan yang

ditempuh adalah membeli kunci jawaban kepada calo UN yang tingkat

kebenarannya sangat diragukan.

Untuk menghindari dampak negatif akan keberadaan calo UN, langkah terbaik

yang bisa diambil adalah memberikan pengertian kepada orang tua ataupun siswa

agar tidak mudah terpengaruh dan percaya kepada calo UN. Khusus kepada siswa

pihak sekolah dan guru diharapkan mampu memberikan motivasi agar mereka

percaya diri dalam menghadapi ujian.

Di samping itu, pemerintah harus bertindak tegas kepada para calo UN. Jika

ditemukan dan terbukti menjadi calo, oknum tersebut harus diberi sanksi setimpal.

Misalnya dihukum penjara. Hal itu dilakukan guna memberikan efek jera kepada

pelaku serta oknum yang lain agar tidak melakukan perbuatan serupa.

Fauzul Andim, guru SLB Negeri Ungaran.

RESOURCE :

http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/03/17/140267/

Waspadai-Calo-UN-

Diposkan oleh Fauzul_Abimanyu_Andim_Blora di 08.00 7 komentar:

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan

ke Pinterest

Rabu, 14 Desember 2011

Diskriminasi Guru Honorer

Page 10: Artikel pendidikan

Oleh: Fauzul Andim

GURU honorer yang teranulir menjadi pegawai negeri sipil di Jateng,

membutuhkan perlindungan. Sebab, hingga saat ini nasib mereka masih terkatung-

katung. Ketidakjelasan 1.125 guru honorer di Jateng yang gagal menjadi PNS sesuai

dengan janji pemerintah adalah bukti adanya diskriminasi.

Salah satu isi Surat Edaran Menpan No 5 Tahun 2010 merupakan ganjalan

diangkatnya guru honorer. Di mana di dalam SE tersebut disyaratkan guru honorer

yang bisa diangkat menjadi PNS adalah tenaga honorer yang penghasilannya

dibiayai oleh APBN atau APBD dengan kreteria diangkat pejabat berwenang,

bekerja di instansi pemerintah, dan masa kerja minimal setahun pada 31 Desember

2005.

Persyaratan tersebut membuat posisi guru honorer kian terpojok. Sebab, selama

ini SK pengangkatan guru honorer di Jawa Tengah kebanyakan berasal dari kepala

sekolah, bukan dari pejabat yang berwenang, misalnya Dinas Pendidikan. Dengan

kata lain, secara tidak langsung SE Menpan tersebut justru menjadi bukti

keberadaan para guru honorer terbaikan.

Diprioritaskan Untuk menyikapi masalah itu, ada baiknya tahun ini pemerintah

lewat Kemenpan harus memprioritaskan pengangkatan guru honorer yang

Page 11: Artikel pendidikan

teranulir tersebut. Caranya dengan mengurangi jatah CPNS dari formasi umum

untuk kemudian dialokasikan kepada guru honorer yang teranulir.

Selain itu, pemerintah daerah juga ikut andil dalam meringankan beban hidup para

guru honorer yang teranulir tersebut. Caranya dengan mengalokasikan dana

tambahan dari APBD untuk menambah gaji guru honorer supaya lebih layak.

Tujuannya agar kehidupan mereka lebih sejahtera dan fokus dalam mendidik

anak-anak di sekolah.

Tak kalah penting, supaya tidak ada lagi berita tentang guru honorer sehabis

mengajar di sekolah menjadi tukang ojek ataupun kuli bangunan demi memenuhi

kebutuhan hidup.(75)

Fauzul Andim, guru SLB Negeri Ungaran

http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/02/17/137167/

Diskriminasi-Guru-Honorer

Diposkan oleh Fauzul_Abimanyu_Andim_Blora di 06.22 7 komentar:

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan

ke Pinterest

Lokasi: Semarang, Indonesia

Resah Buku SBY

Oleh: FAUZUL ANDIM

Page 12: Artikel pendidikan

DUNIA pendidikan kita sedang heboh karena beredarnya buku-buku seri Presiden

Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Pembagian buku yang menggunakan dana

alokasi khusus (DAK) 2010 itu ternyata tidak bersentuhan langsung dengan

Kurikulum Pendidikan Nasional. Hal ini merupakan ironi bagi dunia pendidikan.

Apalagi terjadi bersamaan dengan kondisi perpolitikan bangsa yang sedang karut-

marut. Bisa jadi masyarakat akan menilai pembagian buku tersebut merupakan

salah satu bentuk kampanye terselubung lewat jalur pendidikan. Jika itu benar,

sangat memprihatinkan. Karena dunia pendidikan sudah dipolitisir sedemikian

rupa.

Buku serial SBY berisikan biografi serta berbagai keberhasilnnya dalam memimpin

bangsa, di mana menjadi menu utama yang harus dikonsumsi oleh siswa SD-SMA.

Padahal, saat ini SBY masih dalam masa kepemimpinan untuk periode ke-2.

Artinya, buku-buku tersebut kurang etis jika diberikan kepada siswa.

Ditarik Lagi

Page 13: Artikel pendidikan

Pro dan kontra akan peredaran buku seri SBY di sekolah-sekolah menunjukkan

diperlukan evaluasi menyeluruh akan peredaran buku tersebut. Terlepas dari

manfaatnya sebagai buku pengayaan bagi siswa, hal tersebut akan menambah

beban siswa. Apalagi isi satu dari 10 buku serial SBY kurang cocok, terutama bagi

siswa SD.

Untuk mengurangi kecurigaan dari berbagai pihak akan peredaran buku seri SBY,

alangkah baiknya jika Kementerian Pendidikan Nasional —sebagai pihak paling

bertanggung jawab karena memberikan izin terhadap peredaran buku tersebut ke

sekolah-sekolah— harus melakukan penarikan kembali. Langkah itu sangat

penting, guna meminimalisasi adanya dugaan peredaran buku tersebut karena

pesanan.

Cara lain adalah dengan menjadikan buku-buku serial SBY sebagai buku yang

bersifat bacaan umum, bukan buku khusus pengayaan siswa. Tujuannya supaya

bisa dimiliki oleh setiap orang. Di samping untuk mengurangi kontroversi dalam

dunia pendidikan. Hal itu akan lebih bermanfaat, karena memberikan pengetahuan

dan wawasan baru bagi rakyat Indonesia.

Fauzul Andim, guru SLB Negeri Ungaran.

source:

http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/02/07/136312/

Resah-Buku-SBY

Diposkan oleh Fauzul_Abimanyu_Andim_Blora di 05.43 7 komentar:

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan

ke Pinterest

Lokasi: Semarang, Indonesia

Page 14: Artikel pendidikan

Sisi Positif Demo

SETELAH pemerintah secara resmi menaikkan harga BBM 1 Oktober lalu, bersama

itu pula angka kemiskinan di negeri ini semakin meningkat. Akumulasi dari semua

itu adalah kesengsaraan dan penderitaan bagi rakyat miskin. Gelombang

penolakan dan protes atas kenaikan harga BBM terjadi di mana-mana, baik itu

dilakukan oleh mahasiswa, LSM, Ormas, dan masyarakat pada umumnya. Bahkan

di dalam tubuh DPR pun terjadi penolakan serupa oleh sebagian fraksi yang tidak

sependapat dengan kebijakan pemerintah tersebut, dan hal tersebut masih terjadi

hingga kini. Mereka menganggap apa yang dilakukan pemerintah itu kurang

memihak kepentingan rakyat. 

Lalu, bagaimana peran mahasiswaa sebagai agent of social change dalam

menyikapi kenaikan harga BBM yang berdampak pada meningkatnya angka

kemiskinan di negeri ini, cukupkah mereka melakukan demo untuk menyelesaikan

masalah?

Kemiskinan memang tak bisa dihindari, karena hal itu memang sudah menjadi

sunnatullah, namun kemiskinan yang direncanakan dan dibuat, merupakan satu

tindakan yang tidak berprikemanusiaan. Hal itulah yang saat ini sedang terjadi di

Indonesia. Dengan menaikkan harga BBM, berarti pemerintah telah membuat

kemiskinan di negeri ini semakin bertambah, dan hal itulah yang membuat

Page 15: Artikel pendidikan

sebagian kalangan, terutama mahasiswa tidak terima dan melakukan protes

dengan aksi turun ke jalan menolak kebijakan yang tidak populer dan terkesan

menindas rakyat. 

Aksi demo yang dilakukan mahasiswa di berbagai penjuru Nusantara itu bagi

sebagian orang ditanggapi dengan positif, namun bagi sebagian yang lain justru

apatis dan cenderung pesimis, karena hal tersebut dirasa tidak cukup efektif untuk

mengubah kebijakan pemerintah, apalagi untuk mengurangi kemiskinan yang

terjadi di negara ini.

Berbicara soal demo yang dilakukan oleh mahasiswa, menurut penulis, merupakan

hal yang wajar, dan sejarah telah membuktikan bahwa demo mahasiswa pernah

membuat sejarah Indonesia menjadi berubah, mulai Indonesia merdeka, bahkan di

tahun 1998 dengan semangat kebersamaan mahasiswa dapat meruntuhkan dan

menumbangkan rezim otoriter Soeharto. Indonesia pun kemudian memasuki

gerbang reformasi hinggga saat ini. 

Hal itu pun bisa saja terjadi saat ini. Bagi penulis, apa yang dilakukan oleh

mahasiswa, berupa demo, bisa diambil sisi positifnya. Dengan melakukan demo,

mahasiswa mungkin tidak serta merta akan dapat mengubah kebijakan

pemerintah dalam menaikkan harga BBM, namun di balik itu semua, paling tidak

mahasiswa telah berusaha sekuat tenaga dalam menekan pemerintah agar

meninjau ulang kebijakan itu, karena akibat yang ditimbulkan sangat

menyengsarakan rakyat, terutama rakyat miskin. Di samping itu, demo merupakan

kontrol atas segala kebijakan yang telah ditetapkan dan dijalankan oleh

pemerintah selarna ini. Tugas yang memang diemban mahasiswa adalah sebagai

kontrol pemerinta. Apabila pemerintah lalai dalam menentukan dan menjalankan

kebijakan, maka tugas mahasiswa untuk mengingatkan dan meluruskan. 

Begitu juga dengan adanya kebijakan kenaikan harga BBM yang tidak proporsional,

maka sudah sepantasnya mahasiswa melakukan tugasnya, yaitu berdemo dengan

Page 16: Artikel pendidikan

tujuan mengingkatkan pemerintah bahwa kebijakan yang diambil adalah kurang

tepat dan tidak memihak pada kepentingan rakyat.

Kemiskinan yang terjadi saat ini kemungkinan tidak akan dapat terselesaikan

dengan hanya berdemo. Namun, apa yang dilakukan mahasiswa tersebut

merupakan wujud kepedulian dan pembelaan terhadap kaum miskin di negeri ini.

Oleh sebab itu, sudah seharusnya masyarakat mendukung apa yang dilakukan oleh

mahasiswa, karena tanpa ada dukungan masyarakat, apa yang dilakukan mahasiwa

tidak akan ada artinya, tanpa adanya dukungan masyarakat pula, perjuangan

mahasiswa dalam melakukan kontrol terhadap segala kebijakan pemerintah akan

sia-sia.

Peran mahasiswa dalam menyikapi kemiskinan di negeri ini, selain lewat demo,

dapat juga dilakukan dengan cara pendampingan-pendampingan sebagaimana

yang dilakukan oleh LSM. Hal ini diperlukan dalam rangka memberikan motivasi

dan dukungan kepada masyarakat miskin khususnya, agar tidak gampang

menyerah dan putus asa dalam menjalani hidup yang tidak menentu ini. Di sini

dibutuhkan mahasiswa-mahasiswa yang memang benar-benar mempunyai jiwa

kesabaran, kepedulian serta keikhlasan dalam menolong sesama. Karena

pendampingan yang dilakukan membutuhkan waktu relatif lama, sedangkan

mahasiswa sendiri masih harus belajar setiap harinya. Namun, semua itu bisa

disiasati. Apa pun tugas berat yang harus dipikil, kalau ada kemauan dan niat yang

ikhlas, maka akan mudah dilakukan.

 

Oleh: Fauzul Andim - Mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Semarang.

 

source :  http://www.suaramerdeka.com/harian/0511/24/opi06.htm

Page 17: Artikel pendidikan