artikel pembangunan berkelanjutan

7
BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, umumnya para penduduknya merupakan masyarakat konsumtif. Terlihat di negara- negara berkembang, ketika pendapatan naik pada tingkat tertentu, pengeluaran untuk konsumsi juga meningkat. Apabila tingkat konsumsi tinggi maka sisa pendapatan yang telah dibelanjakan akan kecil bahkan tidak ada. Jika terjadi keadaan demikian, maka akan berpengaruh pada rendahnya penanaman modal yang akan mendesak pemerintah untuk melakukan upaya menarik investasi asing dan mencari pinjaman kepada negara lain dalam bentuk utang luar negeri. Apabila pemerintah mendorong investasi dengan pinjaman, maka pemerintah wajib membayar utang beserta dengan bunga pinjamannya. Ini berarti pengeluaran pemerintah akan terus meningkat. Apabila keadaan seperti ini terus berlanjut dan tidak ditemukan penyelesaiannya, maka akan terjadi apa yang disebut lingkaran setan yang tidak berujung pangkal. Jadi, konsumsi mempengaruhi sikap individualis. Masyarakat akan berpikir bahwa tanpa menambah pendapatan, konsumsi tidak akan meningkat. Oleh karena itu setiap individu akan selalu berusaha dengan berbagai cara untuk meningkatkan pendapatannya. Faktanya kemudian, revolusi industri dan kemajuan ilmu ekonomi konvensional yang terjadi sejak abad ke-18 telah membuat pertumbuhan ekonomi dunia sangat spektakuler, tetapi belum pernah ada negara yang merasa kemajuan ekonominya memadai. Islam sebagai pedoman hidup mengatur segenap perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Demikian pula masalah konsumsi, Islam mengatur bagaimana manusia bisa melakukan kegiatan-kegiatan konsumsi yang membawa manusia berguna bagi kemaslahatan hidupnya. Islam telah mengatur jalan hidup manusia melalui Al-Quran dan Hadis, sejalan dengan prinsip ekonomi Islam yang tidak menempatkan materialisme sebagai pedoman hidup, maka perbedaan utama pola konsumsi dalam Islam dan ekonomi konvensional ialah pada niat dan pendekatan memenuhi kebutuhan seseorang. Islam tidak mengakui prinsip materialisme sebagaimana ekonomi konvensional menempatkan konsumsi dalam perspektif Pembangunan Berkelanjutan Ekonomi Konsumsi 1 Ari Hardiansyah 1404108010035 Aufaz Zihni 1404108010010 Edy Mirza 1404108010017 Muhammad Fadhil 1404108010046 Muhammad Farhannur1404108010043 Muhammad Zulfahmi 1404108010056

Upload: muhd-fadhil

Post on 08-Nov-2015

11 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Membahas tentang pembangunan berkelanjutan yang dikupas secara Islam.

TRANSCRIPT

Ari Hardiansyah1404108010035Aufaz Zihni1404108010010Edy Mirza1404108010017Muhammad Fadhil1404108010046Muhammad Farhannur1404108010043Muhammad Zulfahmi1404108010056

BAB 1 PENDAHULUANLatar Belakang.Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, umumnya para penduduknya merupakan masyarakat konsumtif. Terlihat di negara-negara berkembang, ketika pendapatan naik pada tingkat tertentu, pengeluaran untuk konsumsi juga meningkat. Apabila tingkat konsumsi tinggi maka sisa pendapatan yang telah dibelanjakan akan kecil bahkan tidak ada. Jika terjadi keadaan demikian, maka akan berpengaruh pada rendahnya penanaman modal yang akan mendesak pemerintah untuk melakukan upaya menarik investasi asing dan mencari pinjaman kepada negara lain dalam bentuk utang luar negeri.Apabila pemerintah mendorong investasi dengan pinjaman, maka pemerintah wajib membayar utang beserta dengan bunga pinjamannya. Ini berarti pengeluaran pemerintah akan terus meningkat. Apabila keadaan seperti ini terus berlanjut dan tidak ditemukan penyelesaiannya, maka akan terjadi apa yang disebut lingkaran setan yang tidak berujung pangkal. Jadi, konsumsi mempengaruhi sikap individualis. Masyarakat akan berpikir bahwa tanpa menambah pendapatan, konsumsi tidak akan meningkat. Oleh karena itu setiap individu akan selalu berusaha dengan berbagai cara untuk meningkatkan pendapatannya. Faktanya kemudian, revolusi industri dan kemajuan ilmu ekonomi konvensional yang terjadi sejak abad ke-18 telah membuat pertumbuhan ekonomi dunia sangat spektakuler, tetapi belum pernah ada negara yang merasa kemajuan ekonominya memadai.Islam sebagai pedoman hidup mengatur segenap perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Demikian pula masalah konsumsi, Islam mengatur bagaimana manusia bisa melakukan kegiatan-kegiatan konsumsi yang membawa manusia berguna bagi kemaslahatan hidupnya. Islam telah mengatur jalan hidup manusia melalui Al-Quran dan Hadis, sejalan dengan prinsip ekonomi Islam yang tidak menempatkan materialisme sebagai pedoman hidup, maka perbedaan utama pola konsumsi dalam Islam dan ekonomi konvensional ialah pada niat dan pendekatan memenuhi kebutuhan seseorang. Islam tidak mengakui prinsip materialisme sebagaimana ekonomi konvensional menempatkan konsumsi dalam perspektif kepuasaan duniawi belaka. Dalam pandangan ekonomi Islam niat dan cara memenuhi kebutuhan menjadi sangat penting. Tujuan penggunaan pendapatan tidak hanya untuk kepentingan indvidu tetapi juga untuk kepentingan bersama yang diimplementasikan dalam bentuk ZIS. Islam membatasi konsumsi dengan pengendalian diri yang didasarkan pada prinsip-prinsip keadilan, kebersihan, kesederhanaan, kemurahan hati dan moralitas. Semua dilakukan dalam rangka mencari ridha Allah SWT yang tulus. Suatu pola konsumsi yang dapat menghindari ketamakan manusia dari sifatnya sebagai homo economicus.BAB IIISI

Penggunaan Bahan BakarJumlah penduduk dunia terus meningkat setiap tahunnya, sehingga peningkatan kebutuhan energi pun tak dapat dielakkan. Dewasa ini, hampir semua kebutuhan energi manusia diperoleh dari konversi sumber energi fosil, misalnya pembangkitan listrik dan alat transportasi yang menggunakan energi fosil sebagai sumber energinya. Secara langsung atau tidak langsung hal ini mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan makhluk hidup karena sisa pembakaran darienergi fosil ini akan menghasilkan zat-zat pencemar yang berbahaya. Dalam penggunaan bahan bakar hendaknya setiap manusia menerapkan prinsip ekonomi Islam, sehingga bahan bakar yang jumlahnya sangat terbatas tersebut dapat digunakan secara bijaksana sehingga dapat digunakan secara berkelanjutan untuk masa yang akan datang.

Berbagai Alasan Untuk Mencari Energi Alternatif1. Dampak Terhadap Cuaca dan IklimSelain menghasilkan energi, pembakaran sumber energi fosil (misalnya: minyak bumi, batu bara) juga melepaskan gas-gas, antara lain karbon dioksida (CO2), nitrogen oksida (NOx),dan sulfur dioksida (SO2) yang menyebabkan pencemaran udara (hujan asam, smog dan pemanasan global).

2. Dampak Terhadap PerairanEksploitasi minyak bumi, khususnya cara penampungan dan pengangkutan minyak bumi yang tidak layak, misalnya: bocornya tangker minyak atau kecelakaan lain akan mengakibatkan tumpahnya minyak (ke laut, sungai atau air tanah) dapat menyebabkan pencemaran perairan. Pada dasarnya pencemaran tersebut disebabkan oleh kesalahan manusia. Pencemaran air oleh minyak bumi umumnya disebabkan oleh pembuangan minyak pelumas secara sembarangan. Di laut sering terjadi pencemaran oleh minyak dari tangki yang bocor. Adanya minyak pada permukaan air menghalangi kontak antara air dengan udara sehingga kadar oksigen berkurang.Akibatnya pertumbuhanfitoplanktonlaut akan terhambat akibat keberadaan senyawa beracun, jika jumlah fitoplankton menurun, makapopulasiikan,udang, dan kerang juga akan menurun. Padahal hewan-hewan tersebut dibutuhkan manusia karena memiliki nilaiekonomidan kandunganproteinyang tinggi.

3.Dampak Terhadap TanahDampak penggunaan energi terhadap tanah dapat diketahui, misalnya dari pertambahan batu bara. Msalah yang berkaitan dengan lapisan tanah muncul terutama dalam pertambangan terbuka (Open Pit) Jika terhirup dan masuk ke tubuh, sebagian besar akan ditimbun dalam tulang. Ketika orang mengalami stres, pebe diremobilisasi dari tulang dan masuk ke peredaran darah sehingga menimbulkan risiko keracunan. Dalam jangka panjang, penimbunan pebe bisa berbahaya.

Beberapa Energi Alternatif Untuk Menjaga Kestabilan Konsumsi Bahan Bakar

1. Penggunaan solar cell sebagai penghasil energi listrik madaniSolar cell atau yang lebih dikenal dengan pembangkit listrik tenaga surya dapat diaplikasikan sebagai alternatif kebutuhan energi listrik yang tinggi.

2.Membudayakan hemat energiHemat energi yang dimaksud adalah dengan tidak menggunakan energi secara berlebihan di luar batas kebutuhan kita.

3. Menggunakan energi kincir anginEnergi angin tersedia dalam jumlah tidak terbatas, selama bumi masih memiliki cadangan udara. Energi tersebut dihasilkan dari angin yang menggerakkan kincir angin ukuran raksasa.

4. HydropowerEnergi hydropower sangat bergantung dengan curah hujan. Air yang mengalir ini dapat digunakan untuk memutar turbin yang mendorong proses mekanis untuk memutar generator yang dapat menghasilkan listrik.

5. Energi gelombang air laut Energi dari gelombang laut dan pasang surut dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik, dan energi termal laut dari panas yang tersimpan dalam air laut dapat juga diubah menjadi listrik.

6. BiomassaKayu masih merupakan sumber yang paling umum dari energi biomassa, tetapi sumber-sumber lain dari energi biomassa meliputi tanaman pangan, rumput, limbah pertanian dan kehutanan, bahkan gas metana dari tempat pembuangan sampah. Biomassa dapat digunakan untuk menghasilkan listrik, sebagai bahan bakar untuk transportasi dll.

Pandangan Islam Terhadap Ekonomi KonsumsiDalam pandangan Islam, perilaku konsumsi mempunyai tujuan yang berbeda dengan tujuan perilaku konsumsi dalam pandangan ekonomi konvensional (yang materialistik) yang hanya ingin memenuhi kebutuhan jasmaniah lahiriah. Seorang muslim dalam berkonsumsi didasarkan atas beberapa pertimbangan, diantaranya :

Pertama, dalam konsep Islam kebutuhan yang membentuk pola konsumsi seorang muslim, sebab pola konsumsi yang didasarkan atas kebutuhan akan menghindari pengaruh- pengaruh pola konsumsi yang tidak perlu.

Kedua, Perilaku konsumsi dalam pandangan Islam akan melihat bagaimana suasana psikologi orang lain. Dengan konsep ini maka Islam menjamin terbangunnya pembangunan masyarakat yang berkeadilan, terhindar dari kesenjangan sosial atau diskriminasi sosial. Allah menjelaskan:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah maha penyayang kepadamu. Q.S. An-Nisa (4): 29

Teori ekonomi menjelaskan bahwa kepuasan seseorang dalam mengkonsumsi suatu barang dinamakan utility atau nilai guna. Jika kepuasan semakin tinggi maka semakin tinggi pula nilai gunanya, sebaliknya bila kepuasan semakin rendah maka semakin rendah pula nilai gunanya. Oleh karena itu kepuasan seorang muslim tidak didasarkan atas banyak sedikitnya barang yang bisa dikonsumsi, tetapi lebih dikarenakan apa yang dilakukannya sebagai ibadah dengan memenuhi apa yang diperintahkan Allah swt dan menjauhi segala larangan Allah swt. Tindakan-tindakan yang merugikan, seperti pemborosan, dilarang Allah sebagaimana tersebut dalam Q.S. al-Israa (17): 26-27.

Q.S Al-Israa (17):26-27 Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah Saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. Demikian pula dalam Q.S Al-A`raaf (7):31. Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebihlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan

Allah swt. menganjurkan hidup dalam keseimbangan agar terciptanya pembangunan berkelanjutan dalam segala aspek kehidupan, seperti yang terkandung dalam :

Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.Q.S Al-Furqan (25):67

Dari uraian diatas dinyatakan bahwa memperturutkan kepuasan yang tidak terbatas akan merusak diri, bukan berarti seorang muslim tidak boleh mendapatkan kepuasan dari konsumsinya terhadap sejumlah barang, tetapi kepuasan seorang muslim dibatasi.Dengan demikian kepuasan bukan didasarkan atas banyaknya barang yang dikonsumsi, tetapi didasarkan atas kemampuan fisik manusia dalam menggunakan barang yang dikonsumsinya dalam melangsungkan hidupnya. Sehingga dengan mengurangi konsumsi sebelum mencapai kepuasan maksimal sebagai upaya untuk menjaga konsistensi kepuasan yang diterima seorang muslim dari mengkonsumsi suatu barang, karena tambahan nilai guna yang akan diperoleh akan menjadi semakin sedikit apabila ia terus-menerus menambah konsumsinya, yang demikian dikenal dengan istilah hukum nilai guna marginal yang semakin menurun (the law diminishing return), yang pada akhirnya tambahan nilai guna akan menjadi negative, apabila konsumsi ke atas barang tersebut ditambah terus, maka nilai guna total akan menjadi semakin sedikit.

Daftar Pustaka1. Wikipedia. Ekonomi Syariah. http://id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi_syariah2. Wikipedia. Revolusi Industri. http://id.wikipedia.org/wiki/Revolusi_industri3. Salman Blog. Energi Alternatif Pengganti Minyak Bumi. http://salmanbloger.blogspot.com/2014/10/energi-alternatif-pengganti-minyak-bumi.htmlPembangunan Berkelanjutan Ekonomi Konsumsi5