artikel mufqi fitra

Upload: yudi-pratama

Post on 03-Apr-2018

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/28/2019 Artikel Mufqi Fitra

    1/7

    AKTIVITAS ANTIJAMUR TERHADAP Candida albicansDARI TEPUNG CACING

    TANAH (Lumbri cus rubell us) SECARA I N VITRO

    Mufqi Fitra1Tr istia Rinanda

    2Fajriah

    3

    1)

    Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala2)

    Bagian Mikrobiologi FakultasKedokteran Universitas Syiah Kuala 3)Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran

    Universitas Syiah Kuala

    ABSTRAK

    Resistensi antibiotik terhadap mikroorganisme menjadi permasalahan besar di bidang

    kesehatan. Salah satu alternatif penanggulangan resistensi antimikroba dengan penggunaan

    bahan alam seperti tepung cacing tanah (Lumbricus rubellus). Penelitian ini bertujuan untuk

    mengetahui aktivitas antijamur terhadap Candida albicans dari tepung cacing tanah

    (L.rubellus) secara in vitro. Jenis Penelitian ini adalah eksperimental laboratorium dengan

    menggunakan Rancangan Acak Lengkap ( RAL ) dengan 4 kali pengulangan yang terdiri dari6 kelompok perlakuan yaitu 5 konsentrasi ( 100 mg/5 ml, 200 mg/5 ml, 300 mg/5 ml, 400

    mg/5ml dan 500 mg/5ml ) dan kelompok kontrol negatif yaitu asam asetat 50% dan asetonitril

    100% yang dinormalisasikan mencapai konsentrasi 1%. Metode uji aktivitas antijamur

    menggunakan difusi cakram Kirby-Bauer. Hasil penelitian menunjukkan tepung cacing tanah

    (L.rubellus) dengan konsentrasi 100 mg/5ml, 200 mg/5ml, 300 mg/5ml, 400 mg/5ml dan 500

    mg/5ml memiliki aktivitas antijamur terhadap Candida albicans dengan diameter rata-rata

    zona hambat 16,5 mm, 18 mm, 17,5 mm, 17,75 mm dan 16 mm. Hasil analisis data dengan

    ANOVA dilanjutkan dengan uji beda Duncan (p < 0.01) menunjukkan konsentrasi tepung

    cacing tanah (L.rubellus) memiliki pengaruh yang sangat nyata dalam menghambat

    pertumbuhan Candida albicans secara in vitro melalui aktivitas antimikroba yang dimilikinya.

    Konsentrasi 200 mg/5 ml menunjukkan aktivitas antimikroba yang paling optimal.

    Kata Kunci : Aktivitas antimikroba,Lumbricus rubellus, Candida albicans, Lumbricin-1

    ABSTRACT

    The development of antimicrobial resistance has become a major health problem.

    Because of this phenomena, the finding and development of new candidates for antimicrobial

    substances is strongly encouraging. One of the potential candidate is earthworm Lumbricus

    rubellus( L. rubellus) powder. This study aims to determine the antifungal activity against

    Candida albicans (C. albicans). This study was conducted by exprerimental method using

    Completely Randomized Design (CRD) with 6 treatment groups consist of 100 mg, 200 mg,

    300 mg, 400 mg and 500 mg L.rubellus powder per 5 ml solvent (acetic acid and acetonitrile

    in normalized concentration) and negative control groups. Antimicrobial activity was

    conducted by Kirby Bauee Disc Diffusion method. The results showed that L. rubellus powder

    in concentration 100 mg, 200 mg, 300 mg, 400 mg and 500 mg obtained antimicrobial

    activity against C. albicans with average diameter of inhibition zones respectively 16.5 mm,

    18 mm, 17.5 mm, 17.75 mm and 16 mm. The results of statistical analysis of ANOVA followed

    by Duncan test (p< 0,01) showed that L. rubellus powder obtained very significant

    antimicrobial activity against C. albicans in vitro. Lumbricus rubellus powder in

    concentration of 200 mg showed the most optimal antimicrobial activity.

    Keywords : Antimicrobial activity, Lumbricus rubellus, Candida albicans, Lumbricin-1

  • 7/28/2019 Artikel Mufqi Fitra

    2/7

    2

    PENDAHULUAN

    Resistensi antibiotik terhadap

    mikroorganisme saat ini masih menjadi

    permasalahan besar di bidang kesehatan.

    Resistensi terhadap antibiotik adalah

    perubahan kemampuan mikroorganisme

    sehingga menjadi kebal terhadap

    antibiotik. Hal ini terjadi akibat

    berubahnya sifat mikroorganisme tersebut

    sehingga tidak lagi dapat dimatikan atau

    dibunuh. Keampuhan obat menjadi

    melemah bahkan menghilang.

    Mikroorganisme yang resisten terhadap

    antibiotik tidak akan terbunuh oleh

    antibiotik, lalu berkembang biak danmenyebar sehingga menjadi lebih

    berbahaya (WHO, 2011). Antimikroba

    merupakan dasar untuk terapi infeksi

    mikroba (bakteri dan jamur), namun

    penggunaan yang tidak rasional menjadi

    faktor utama terjadinya resistensi

    mikroorganisme terhadap antimikroba

    (Harbottle et al., 2006).

    Salah satu alternatif dalam

    menanggulangi masalah resistensi

    antimikroba adalah dengan menggunakanbahan alam. Penggunaan bahan alam

    semakin dikembangkan oleh para ilmuwan

    mulai dari tanaman hingga hewan, salah

    satunya adalah tepung cacing tanah

    (Lumbricus rubellus). Cacing tanah

    (L.rubellus) sangat berperan dalam

    kehidupan manusia dikarenakan

    kandungan gizinya yang cukup tinggi,

    terutama kandungan proteinnya yang

    mencapai 64-76%. Kandungan lainnya

    yang terdapat dalam tubuh cacing tanahantara lain lemak 7-10%, kalsium 0,55%,

    fosfor 1% dan serat kasar 1,08%

    (Palungkun, 1999).

    Cacing tanah (L. rubellus) memiliki

    senyawa antimikroba Lumbricin-1 yang

    berfungsi sebagai pertahanan alami

    terhadap keberadaan mikroba patogen di

    lingkungan mereka (Tasiemski, 2008).

    Tepung cacing tanah (L.rubellus) juga

    mengandung Lumbricin-1 yang merupakan

    senyawa peptida antimikroba

    /antimicrobial peptide (AMP). Hasil

    penelitian Dafonsa (2013) menunjukkan

    bahwa tepung cacing tanah (L.rubellus)

    memiliki aktivitas antibakteri terhadap

    pertumbuhan bakteri MRSA (Methicilin-

    resistant Staphylococcus aureus) secara in

    vitro. Oktavia (2013) juga melakukan

    penelitian mengenai tepung cacing tanah(L.rubellus) yang memiliki aktivitas

    antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri

    MDR (Multi Drug Resistant)

    Pseudomonas aeruginosa secara in vitro.

    Lumbricin-1 bersifat broad spectrum

    sehingga tidak hanya dapat menghambat

    bakteri Gram positif dan bakteri Gram

    negatif, tetapi juga dapat menghambat

    pertumbuhan jamur (Cho et al., 1998).

    Candida albicans (C. albicans)

    adalah mikroorganisme yang merupakanflora normal pada saluran pernapasan,

    pencernaan, vagina, kulit dan dibawah

    kuku (Simatupang, 2008). Mikroba ini

    bersifat oportunistik, dapat menyebabkan

    infeksi apabila terjadi perubahan

    keseimbangan populasi flora normal dan

    menurunnya daya tahan tubuh manusia

    (Brooks et al., 2004).

    Berdasarkan latar belakang di atas

    maka peneliti tertarik untuk membuktikan

    aktivitas antijamur spektrum luas yangdimiliki oleh Lumbricin-1 yang terdapat

    dalam tepung cacing tanah (L.rubellus).

    Aktivitas antimikroba difokuskan pada

    sifat antijamur terhadap C.albicans secara

    in vitro.

  • 7/28/2019 Artikel Mufqi Fitra

    3/7

    METODOLOGI

    Jenis dan Rancangan PenelitianJenis penelitian ini adalah

    penelitian eksperimental laboratorium

    dengan menggunakan Rancangan Acak

    Lengkap (RAL) yang terdiri dari 6

    kelompok perlakuan yaitu 5 kelompok

    dengan konsentrasi 100 mg, 200 mg, 300

    mg, 400 mg dan 500 mg dalam 5 ml

    pelarut asam setat dan asetonitril serta

    kelompok kontrol negatif yaitu asam asetat

    50% dan asetonitril 100% yang

    dinormalisasikan mencapai konsentrasi

    1%.

    Tempat dan Waktu PenelitianPengujian aktivitas antijamur

    tepung cacing tanah (L.rubellus) terhadap

    C.albicans secara in vitro dilakukan di

    Laboratorium Mikrobiologi Fakultas

    Kedokteran Universitas Syiah Kuala.

    Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei

    2013.

    Alat dan Bahan Penelitian

    Alat-alat yang digunakan adalah

    microwave, labu Erlenmeyer, gelas ukur,pinset, cawan petri, timbangan digital,

    autoklaf, oven, inkubator, refrigerator,

    ose, tabung reaksi beserta raknya, kapas

    lidi, kertas saring, gunting, penggaris,

    kertas label, mikropipet, tip, kuvet, vortex,

    spektrofotometer, lampu spiritus, batang

    pengaduk, spuit kaca objek dan mikroskop.

    Bahan-bahan yang digunakan adalah

    isolat C.albicans ATCC 10231, tepung

    cacing tanah Vermihouse, alumunium foil,

    selotip, kertas cakram, alkohol, akuadessteril, larutan Natrium Klorida (NaCl)

    0,9%, media Sabouraud Dextrose Agar

    (SDA), kristal violet, lugol, alkohol 96%,

    Kalium Hidroksida (KOH) 10%, serum,

    safranin, asam asetat 50% dan asetonitril.

    Prosedur Penelitian

    1. Sterilisasi Alat dan Bahan.2. Pembuatan Media PertumbuhanJamur.3. Penanaman Jamur.4. Reidentifikasi Jamur Candida

    albicans.

    5. Penyiapan Tepung Cacing Tanah(L.rubellus).

    6. Penyiapan Larutan Tepung CacingTanah (L.rubellus).

    7. Uji Aktivitas Antijamur TepungCacing Tanah (L.rubellus)

    terhadap Candida albicans.

    ParameterParameter penelitian yang digunakan

    adalah besarnya diameter zona hambat

    yang terbentuk di sekitar cakram yang

    diukur menggunakan jangka sorong. Hasil

    pengukuran dinyatakan dalam satuan

    milimeter (mm).

    Analisis DataData hasil penelitian yang

    diperoleh dilakukan uji normalitas dan

    homogenitas terlebih dahulu, jika syarat uji

    normalitas dan homogenitas terpenuhi

    maka data dianalisis dengan Analysis of

    Variance (ANOVA). Apabila data tidak

    berdistribusi normal dan homogen maka

    dilakukan transformasi data dandilanjutkan uji non parametrik. Jika hasil

    uji ANOVA menunjukkan adanya

    pengaruh maka dilakukan uji beda Duncan.

  • 7/28/2019 Artikel Mufqi Fitra

    4/7

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Hasil Reidentifikasi Candida albicans

    Hasil pemeriksaan secara makroskopis

    pada media SDA memperlihatkan

    pertumbuhan koloni C. albicans berbentuk

    bulat, halus, berwarna krem dan berbaukhas seperti ragi. Hasil dapat dilihat pada

    Gambar 1.

    Gambar 1. Morfologi C.albicans

    pada media SDA

    Berdasarkan gambar 1. didapatkan

    hasil pertumbuhan koloni yang berbentuk

    bulat, dengan permukaan yang halus,

    berwarna krem serta memiliki bau yang

    khas seperti ragi. Hal ini sesuai denganpernyataan Brooks et al (2004) yang

    menyatakan bahwa pertumbuhan C.

    albicans pada media SDA yang diinkubasi

    selama 24 jam pada suhu 37oC

    menghasilkan koloni halus atau lunak yang

    berbentuk bulat, berwarna krem dan

    memiliki bau seperti ragi/tape.

    Pemeriksaan mikroskopis C.

    albicans meliputi uji KOH,germ tube, dan

    pewarnaan Gram. Pengamatan secara

    mikroskopis jamur C. albicans denganmenggunakan larutan KOH 10%

    didapatkan elemen jamur yang berbentuk

    seperti yeast cell. Hal ini sesuai dengan

    pernyataan Kayser (2005) yang

    menyatakan bahwa pada pemeriksaan

    secara makroskopis uji KOH 10% terlihat

    morfologi C. albicans berupa sel tunas dan

    sel yeast, serta terkadang juga dapat

    terlihat bagian-bagian seperti sel budding

    dan miselium.

    Pada ujigerm tube ditemukan bentuk

    sel C. albicans yang berkecambah seperti

    raket. Hal ini juga sesuai dengan

    pernyataan Patrick dan Safitri (2012) yang

    menyatakan bahwa pada medium yang

    mengandung faktor protein, misalnya putih

    telur, serum atau plasma darah dalam

    waktu 1-2 jam pada suhu 37C terjadi

    pembentukan kecambah dari blastospora.

    Uji germ tube merupakan uji yang

    membedakan C. albicans dengan jenis

    candida lainnya (Brooks et al., 2004).

    Pemeriksaan secara mikroskopis

    jamur C. albicans dengan menggunakan

    metode pewarnaan gram ditemukan bentuksel Candida albicans berupa sel yeastdan

    miselium. Hal ini sesuai dengan

    pernyataan Kayser (2005) yang

    menyatakan bahwa pada pemeriksaan

    mikroskopis melalui pewarnaan Gram

    positif ditemukan C. albicans dalam

    bentuk yeast, berbentuk oval dengan

    diameter kurang lebih 5 m dan sering

    juga ditemukan dalam bentuk miselium.

    Hasil uji reidentifikasi di atas

    menunjukkan bahwa mikroba uji yangdigunakan adalah benarC. albicans.

    Hasil Aktivitas Antijamur Tepung

    Cacing Tanah (L. rubellus) Terhadap

    C. albicans.Hasil penelitian menunjukkan

    bahwa aktivitas antijamur tepung cacing

    tanah (L.rubellus) diperlihatkan pada

    konsentrasi 100 mg/5ml, 200 mg/5ml, 300

    mg/5ml, 400 mg/5ml dan 500 mg/5ml

    dengan diameter rata-rata zona hambatyang terbentuk secara berurutan adalah

    16,5 mm, 18 mm, 17,5 mm, 17,75 mm dan

    16 mm. Pada kontrol negatif (asam asetat 4

    ml dan asetonitril 1 ml yang

    dinormalisasikan mencapai konsentrasi

    1%) tidak terbentuk zona hambat (0 mm).

    Hasil aktivitas antijamur terhadap

    C.albicans dari tepung cacing tanah

    (L.rubellus) dapat dilihat pada gambar 2.

    dan tabel 1.

  • 7/28/2019 Artikel Mufqi Fitra

    5/7

    Gambar 2. Hasil uji aktivitas antijamur

    Tabel 1 Hasil Aktivitas Antijamur terhadap

    C.albicans dari Tepung Cacing

    Tanah (L.rubellus).

    Klmpk Diameter Zona Hambat (mm)

    I II III IVRata-rata (mm)

    SD

    P0 0 0 0 0 0,0 0,00

    P1 17 19 15 15 16,5 1,91

    P2 17 20 17 18 18,0 1,41

    P3 16 20 16 18 17,5 1,91

    P4 19 17 17 18 17,7 0,95

    P5 16 16 15 17 16,0 0,81Keterangan :

    P0 : Kontrol negatif

    P1 : Tepung cacing tanah 100 mg/5ml

    P2 : Tepung cacing tanah 200 mg/5ml

    P3 : Tepung cacing tanah 300 mg/5ml

    P4 : Tepung cacing tanah 400 mg/5ml

    P5 : Tepung cacing tanah 500 mg/5ml

    Data hasil penelitian dilakukan uji

    normalitas dan homogenitas dahulu dengan

    menggunakan uji Shapiro-Wilk dan uji

    Lavene. Hasil uji menunjukkan data

    berdistribusi normal dan bervariasi

    homogeny. Selanjutnya data dianalisis

    dengan Analysis of Variance (ANOVA)

    pada taraf kritis 1% (p < 0,01). Hasil

    analisis data dengan ANOVA diperoleh

    nilai taraf signifikansi adalah 0,000 (p 0,01).

    Berdasarkan tabel 2, terlihat bahwa

    perlakuan kontrol negatif (asam asetat dan

    asetonitril) memiliki perbedaan yang

    sangat nyata dibandingkan dengan

    perlakuan yang menggunakan larutan

    tepung cacing tanah di tiap jenis

    konsentrasi uji (konsentrasi 100 mg/5ml,

    200 mg/5ml, 300 mg/5ml, 400 mg/5ml dan

    500 mg/5ml). Hal ini menunjukkan bahwamasing-masing konsentrasi uji memiliki

    aktivitas antijamur. Hasil analisis statistik

    juga memperlihatkan bahwa masing-

    masing konsentrasi uji tidak menunjukkan

    perbedaan yang sangat nyata dalam

    menghambat pertumbuhan C. albicans

    secara in vitro. Berdasarkan tabel 2. diatas

    juga terlihat konsentrasi larutan tepung

    cacing tanah yang paling optimal yang

    dapat menghambat pertumbuhan Candida

    albicans adalah konsentrasi tepung cacingtanah 200 mg dalam 5 ml pelarut.

    Hasil analisis lanjutan pada

    penelitian ini menggunakan uji Duncan

    karena uji ini merupakan uji yang paling

    teliti (Hanafiah, 2010). Analisis statistik

    dengan uji Duncan pada (p < 0.01) telah

    menjawab hipotesis pertama yaitu tepung

    cacing tanah (L.rubellus) memiliki

    aktivitas antijamur terhadap C.albicans

    secara in vitro. Pada hipotesis kedua

    peningkatan konsentrasi tidak diikutidengan semakin besarnya aktivitas

  • 7/28/2019 Artikel Mufqi Fitra

    6/7

    antijamur yang ditunjukkan terhadap

    C.albicans secara in vitro. Hal ini

    dikarenakan adanya perbedaan rasio antara

    zat pelarut di tiap jenis konsentrasi tepung

    cacing tanah. Kelarutan peptida sangat

    dipengaruhi oleh rasio antara zat terlarut(tepung cacing tanah) dengan pelarut yang

    digunakan (asam asetat dan asetonitril).

    Pada konsentrasi 300 mg, 400 mg dan 500

    mg telah terjadi kejenuhan sehingga

    peptida yang terkandung tidak dapat

    tertarik secara optimal.

    Adanya zona hambat yang

    terbentuk pada penelitian ini menunjukkan

    bahwa tepung cacing tanah (L.rubellus)

    memiliki zat antijamur yang dapat

    menghambat pertumbuhan Candidaalbicans secara in vitro. Hal ini sesuai

    dengan pernyataan Cho et al (1998) yang

    menyatakan bahwa protein yang

    terkandung dalam tepung cacing tanah

    memiliki zat bioaktif yang dinamakan

    lumbricin-1 yang mampu menghambat

    pertumbuhan mikroorganisme yang

    patogen. Selain itu, tepung cacing tanah

    juga mengandung senyawa peptida berupa

    coelomocytes (bagian sel darah putih) di

    dalamnya terdapat lisozim yang berperan

    dalam aktivitas fagositosis serta berfungsi

    untuk meningkatkan kekebalan. Senyawa

    aktif cacing tanah (L.rubellus) yang lain

    yang bersifat sebagai antibakteri adalah

    senyawa golongan alkaloid, senyawa

    alkaloid pada cacing tanah mengandung

    nitrogen dan bersifat basa (pH lebih dari 7)yang juga dimiliki tumbuhan seperti kina

    dan tembakau (Zasloff, 2002).

    KESIMPULAN

    Kesimpulan pada penelitian ini adalah

    sebagai berikut :

    1. Tepung cacing tanah (L.rubellus)memiliki aktivitas antijamur

    terhadap C.albicans secara in vitro.

    2. Tepung cacing tanah (L.rubellus)menunjukkan aktivitas antijamur

    terhadap C.albicans pada

    konsentrasi 100 mg/5ml 500

    mg/5ml. Peningkatan konsentrasi

    tepung cacing tanah tidak diiringipeningkatan zona hambat. Hal ini

    disebabkan karena rasio tepung

    cacing tanah dengan pelarut tidak

    seimbang sehingga peptida tidak

    dapat tertarik sempurna. Aktivitas

    antijamur paling optimal

    ditunjukkan oleh konsentrasi 200

    mg/5ml.

    SARANSaran pada penelitian ini adalah

    sebagai berikut :

    1. Perlu dilakukan isolasi Lumbricin-1 dari tepung cacing tanah

    (L.rubellus) yang berasal dari Aceh

    dan diuji aktivitas antijamurnya

    terhadap C.albicans.

    2. Perlu dilakukan penelitian lanjutanuntuk mengatahui Kadar Hambat

    Minimum (KHM) dan Kadar

    Bunuh Minimum (KBM) dariLumbricin-1 terhadap C.albicans.

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Selama penelitian dan penyusunan

    artikel ilmiah ini penulis mendapat bantuan

    dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

    penulis mengucapkan terima kasih kepada

    dr. Tristia Rinanda, M.Si., dr. Fajriah,

    Sp.PA., dra. Tjut Mariam Zanaria, MS. dan

    Dr. Mudatsir, M.Kes. Penulis juga

    mengucapkan terimakasih kepada semua

    pihak yang telah membantu terlaksananya

    penelitian ini.

  • 7/28/2019 Artikel Mufqi Fitra

    7/7

    DAFTAR PUSTAKA

    Brooks, G F; Butel, J S; Morse, S A, 2004.

    Mikrobiologi Kedokteran. 23rd ed.

    Jakarta: EGC. pp.39-40,58-59.

    Cho, J.H., Park, C.B., Yoon, Y.G. & Kim,

    S.C., 1998. Lumbricin I, a novel

    proline rich antimicrobial peptide

    from the earthworm: purification,

    cDNA cloning and molecular

    characterization. Biochim. Biophys.

    Acta, I(408), pp.67-64.

    Dafonsa, M., 2013. Uji Aktivitas

    Antibakteri Tepung Cacing Tanah(Lumbricus rubellus) Terhadap

    Isolat Klinis Methicilin-Resistant

    Staphylococcus Aureus Secara in

    vitro. Banda Aceh: Universitas Syiah

    Kuala. pp.26-34.

    Hanafiah, K.A., 2010. Rancangan

    Percobaan : Teori dan Aplikasi. 3rd

    ed. Jakarta: Rajawali Pers. pp.37-43.

    Harbottle, H., Thakur, S., Zhao, S. &

    White, D.G., 2006. Genetics ofantimicrobial resistance. Anim.

    Biotechnol, (17), pp.111-24.

    Kayser, F.H. 2005. General Mycology.

    Kayser FH, Bienz KA, Eckert J &

    Zinkernagel RM. Medical

    Microbiology. Thieme. Stuttgart.

    pp.348-356

    Oktavia, R., 2013. Uji Aktivitas Antibakteri

    Tepung Cacing Tanah (Lumbricusrubellus) Terhadap Isolat Klinis

    Multi-Drug Resistant Psedomonas

    Aeroginosa Secara in vitro. Banda

    Aceh: Universitas Syiah

    Kuala.pp.29-36.

    Palungkun, R., 1999. Sukses Beternak

    Cacing Tanah (Lumbricus rubellus).

    Jakarta: Penebar Swadaya. pp.5-20.

    Patrick, D., & A. Safitri., 2012. Medicine

    at a Glance. Jakarta: Erlangga.

    pp.63-64.

    Simatupang, M., 2008. Candida albicans.

    Medan: Departemen Mikrobiologi

    Fakultas Kedokteran, Universitas

    Sumatera Utara. pp.3-5.

    Tasiemski, A., 2008. Antimicrobial

    peptides in Annelids. J. Invertebr.

    Surviv, (5), pp.75-82.

    World Health Organization (WHO)., 2011.

    Use Antibiotic Rationally. WorldHealth Organization, p.2.

    Zasloff, M. 2002. Antimicrobial Peptides

    of Multicellar organisms.

    Biochemistry and Biophysic,

    University of Pennsylvania School of

    Medicine, Philadelphia,USA. pp.

    389-95.