artikel mufqi fitra
TRANSCRIPT
-
7/28/2019 Artikel Mufqi Fitra
1/7
AKTIVITAS ANTIJAMUR TERHADAP Candida albicansDARI TEPUNG CACING
TANAH (Lumbri cus rubell us) SECARA I N VITRO
Mufqi Fitra1Tr istia Rinanda
2Fajriah
3
1)
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala2)
Bagian Mikrobiologi FakultasKedokteran Universitas Syiah Kuala 3)Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala
ABSTRAK
Resistensi antibiotik terhadap mikroorganisme menjadi permasalahan besar di bidang
kesehatan. Salah satu alternatif penanggulangan resistensi antimikroba dengan penggunaan
bahan alam seperti tepung cacing tanah (Lumbricus rubellus). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui aktivitas antijamur terhadap Candida albicans dari tepung cacing tanah
(L.rubellus) secara in vitro. Jenis Penelitian ini adalah eksperimental laboratorium dengan
menggunakan Rancangan Acak Lengkap ( RAL ) dengan 4 kali pengulangan yang terdiri dari6 kelompok perlakuan yaitu 5 konsentrasi ( 100 mg/5 ml, 200 mg/5 ml, 300 mg/5 ml, 400
mg/5ml dan 500 mg/5ml ) dan kelompok kontrol negatif yaitu asam asetat 50% dan asetonitril
100% yang dinormalisasikan mencapai konsentrasi 1%. Metode uji aktivitas antijamur
menggunakan difusi cakram Kirby-Bauer. Hasil penelitian menunjukkan tepung cacing tanah
(L.rubellus) dengan konsentrasi 100 mg/5ml, 200 mg/5ml, 300 mg/5ml, 400 mg/5ml dan 500
mg/5ml memiliki aktivitas antijamur terhadap Candida albicans dengan diameter rata-rata
zona hambat 16,5 mm, 18 mm, 17,5 mm, 17,75 mm dan 16 mm. Hasil analisis data dengan
ANOVA dilanjutkan dengan uji beda Duncan (p < 0.01) menunjukkan konsentrasi tepung
cacing tanah (L.rubellus) memiliki pengaruh yang sangat nyata dalam menghambat
pertumbuhan Candida albicans secara in vitro melalui aktivitas antimikroba yang dimilikinya.
Konsentrasi 200 mg/5 ml menunjukkan aktivitas antimikroba yang paling optimal.
Kata Kunci : Aktivitas antimikroba,Lumbricus rubellus, Candida albicans, Lumbricin-1
ABSTRACT
The development of antimicrobial resistance has become a major health problem.
Because of this phenomena, the finding and development of new candidates for antimicrobial
substances is strongly encouraging. One of the potential candidate is earthworm Lumbricus
rubellus( L. rubellus) powder. This study aims to determine the antifungal activity against
Candida albicans (C. albicans). This study was conducted by exprerimental method using
Completely Randomized Design (CRD) with 6 treatment groups consist of 100 mg, 200 mg,
300 mg, 400 mg and 500 mg L.rubellus powder per 5 ml solvent (acetic acid and acetonitrile
in normalized concentration) and negative control groups. Antimicrobial activity was
conducted by Kirby Bauee Disc Diffusion method. The results showed that L. rubellus powder
in concentration 100 mg, 200 mg, 300 mg, 400 mg and 500 mg obtained antimicrobial
activity against C. albicans with average diameter of inhibition zones respectively 16.5 mm,
18 mm, 17.5 mm, 17.75 mm and 16 mm. The results of statistical analysis of ANOVA followed
by Duncan test (p< 0,01) showed that L. rubellus powder obtained very significant
antimicrobial activity against C. albicans in vitro. Lumbricus rubellus powder in
concentration of 200 mg showed the most optimal antimicrobial activity.
Keywords : Antimicrobial activity, Lumbricus rubellus, Candida albicans, Lumbricin-1
-
7/28/2019 Artikel Mufqi Fitra
2/7
2
PENDAHULUAN
Resistensi antibiotik terhadap
mikroorganisme saat ini masih menjadi
permasalahan besar di bidang kesehatan.
Resistensi terhadap antibiotik adalah
perubahan kemampuan mikroorganisme
sehingga menjadi kebal terhadap
antibiotik. Hal ini terjadi akibat
berubahnya sifat mikroorganisme tersebut
sehingga tidak lagi dapat dimatikan atau
dibunuh. Keampuhan obat menjadi
melemah bahkan menghilang.
Mikroorganisme yang resisten terhadap
antibiotik tidak akan terbunuh oleh
antibiotik, lalu berkembang biak danmenyebar sehingga menjadi lebih
berbahaya (WHO, 2011). Antimikroba
merupakan dasar untuk terapi infeksi
mikroba (bakteri dan jamur), namun
penggunaan yang tidak rasional menjadi
faktor utama terjadinya resistensi
mikroorganisme terhadap antimikroba
(Harbottle et al., 2006).
Salah satu alternatif dalam
menanggulangi masalah resistensi
antimikroba adalah dengan menggunakanbahan alam. Penggunaan bahan alam
semakin dikembangkan oleh para ilmuwan
mulai dari tanaman hingga hewan, salah
satunya adalah tepung cacing tanah
(Lumbricus rubellus). Cacing tanah
(L.rubellus) sangat berperan dalam
kehidupan manusia dikarenakan
kandungan gizinya yang cukup tinggi,
terutama kandungan proteinnya yang
mencapai 64-76%. Kandungan lainnya
yang terdapat dalam tubuh cacing tanahantara lain lemak 7-10%, kalsium 0,55%,
fosfor 1% dan serat kasar 1,08%
(Palungkun, 1999).
Cacing tanah (L. rubellus) memiliki
senyawa antimikroba Lumbricin-1 yang
berfungsi sebagai pertahanan alami
terhadap keberadaan mikroba patogen di
lingkungan mereka (Tasiemski, 2008).
Tepung cacing tanah (L.rubellus) juga
mengandung Lumbricin-1 yang merupakan
senyawa peptida antimikroba
/antimicrobial peptide (AMP). Hasil
penelitian Dafonsa (2013) menunjukkan
bahwa tepung cacing tanah (L.rubellus)
memiliki aktivitas antibakteri terhadap
pertumbuhan bakteri MRSA (Methicilin-
resistant Staphylococcus aureus) secara in
vitro. Oktavia (2013) juga melakukan
penelitian mengenai tepung cacing tanah(L.rubellus) yang memiliki aktivitas
antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri
MDR (Multi Drug Resistant)
Pseudomonas aeruginosa secara in vitro.
Lumbricin-1 bersifat broad spectrum
sehingga tidak hanya dapat menghambat
bakteri Gram positif dan bakteri Gram
negatif, tetapi juga dapat menghambat
pertumbuhan jamur (Cho et al., 1998).
Candida albicans (C. albicans)
adalah mikroorganisme yang merupakanflora normal pada saluran pernapasan,
pencernaan, vagina, kulit dan dibawah
kuku (Simatupang, 2008). Mikroba ini
bersifat oportunistik, dapat menyebabkan
infeksi apabila terjadi perubahan
keseimbangan populasi flora normal dan
menurunnya daya tahan tubuh manusia
(Brooks et al., 2004).
Berdasarkan latar belakang di atas
maka peneliti tertarik untuk membuktikan
aktivitas antijamur spektrum luas yangdimiliki oleh Lumbricin-1 yang terdapat
dalam tepung cacing tanah (L.rubellus).
Aktivitas antimikroba difokuskan pada
sifat antijamur terhadap C.albicans secara
in vitro.
-
7/28/2019 Artikel Mufqi Fitra
3/7
METODOLOGI
Jenis dan Rancangan PenelitianJenis penelitian ini adalah
penelitian eksperimental laboratorium
dengan menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) yang terdiri dari 6
kelompok perlakuan yaitu 5 kelompok
dengan konsentrasi 100 mg, 200 mg, 300
mg, 400 mg dan 500 mg dalam 5 ml
pelarut asam setat dan asetonitril serta
kelompok kontrol negatif yaitu asam asetat
50% dan asetonitril 100% yang
dinormalisasikan mencapai konsentrasi
1%.
Tempat dan Waktu PenelitianPengujian aktivitas antijamur
tepung cacing tanah (L.rubellus) terhadap
C.albicans secara in vitro dilakukan di
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Syiah Kuala.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei
2013.
Alat dan Bahan Penelitian
Alat-alat yang digunakan adalah
microwave, labu Erlenmeyer, gelas ukur,pinset, cawan petri, timbangan digital,
autoklaf, oven, inkubator, refrigerator,
ose, tabung reaksi beserta raknya, kapas
lidi, kertas saring, gunting, penggaris,
kertas label, mikropipet, tip, kuvet, vortex,
spektrofotometer, lampu spiritus, batang
pengaduk, spuit kaca objek dan mikroskop.
Bahan-bahan yang digunakan adalah
isolat C.albicans ATCC 10231, tepung
cacing tanah Vermihouse, alumunium foil,
selotip, kertas cakram, alkohol, akuadessteril, larutan Natrium Klorida (NaCl)
0,9%, media Sabouraud Dextrose Agar
(SDA), kristal violet, lugol, alkohol 96%,
Kalium Hidroksida (KOH) 10%, serum,
safranin, asam asetat 50% dan asetonitril.
Prosedur Penelitian
1. Sterilisasi Alat dan Bahan.2. Pembuatan Media PertumbuhanJamur.3. Penanaman Jamur.4. Reidentifikasi Jamur Candida
albicans.
5. Penyiapan Tepung Cacing Tanah(L.rubellus).
6. Penyiapan Larutan Tepung CacingTanah (L.rubellus).
7. Uji Aktivitas Antijamur TepungCacing Tanah (L.rubellus)
terhadap Candida albicans.
ParameterParameter penelitian yang digunakan
adalah besarnya diameter zona hambat
yang terbentuk di sekitar cakram yang
diukur menggunakan jangka sorong. Hasil
pengukuran dinyatakan dalam satuan
milimeter (mm).
Analisis DataData hasil penelitian yang
diperoleh dilakukan uji normalitas dan
homogenitas terlebih dahulu, jika syarat uji
normalitas dan homogenitas terpenuhi
maka data dianalisis dengan Analysis of
Variance (ANOVA). Apabila data tidak
berdistribusi normal dan homogen maka
dilakukan transformasi data dandilanjutkan uji non parametrik. Jika hasil
uji ANOVA menunjukkan adanya
pengaruh maka dilakukan uji beda Duncan.
-
7/28/2019 Artikel Mufqi Fitra
4/7
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Reidentifikasi Candida albicans
Hasil pemeriksaan secara makroskopis
pada media SDA memperlihatkan
pertumbuhan koloni C. albicans berbentuk
bulat, halus, berwarna krem dan berbaukhas seperti ragi. Hasil dapat dilihat pada
Gambar 1.
Gambar 1. Morfologi C.albicans
pada media SDA
Berdasarkan gambar 1. didapatkan
hasil pertumbuhan koloni yang berbentuk
bulat, dengan permukaan yang halus,
berwarna krem serta memiliki bau yang
khas seperti ragi. Hal ini sesuai denganpernyataan Brooks et al (2004) yang
menyatakan bahwa pertumbuhan C.
albicans pada media SDA yang diinkubasi
selama 24 jam pada suhu 37oC
menghasilkan koloni halus atau lunak yang
berbentuk bulat, berwarna krem dan
memiliki bau seperti ragi/tape.
Pemeriksaan mikroskopis C.
albicans meliputi uji KOH,germ tube, dan
pewarnaan Gram. Pengamatan secara
mikroskopis jamur C. albicans denganmenggunakan larutan KOH 10%
didapatkan elemen jamur yang berbentuk
seperti yeast cell. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Kayser (2005) yang
menyatakan bahwa pada pemeriksaan
secara makroskopis uji KOH 10% terlihat
morfologi C. albicans berupa sel tunas dan
sel yeast, serta terkadang juga dapat
terlihat bagian-bagian seperti sel budding
dan miselium.
Pada ujigerm tube ditemukan bentuk
sel C. albicans yang berkecambah seperti
raket. Hal ini juga sesuai dengan
pernyataan Patrick dan Safitri (2012) yang
menyatakan bahwa pada medium yang
mengandung faktor protein, misalnya putih
telur, serum atau plasma darah dalam
waktu 1-2 jam pada suhu 37C terjadi
pembentukan kecambah dari blastospora.
Uji germ tube merupakan uji yang
membedakan C. albicans dengan jenis
candida lainnya (Brooks et al., 2004).
Pemeriksaan secara mikroskopis
jamur C. albicans dengan menggunakan
metode pewarnaan gram ditemukan bentuksel Candida albicans berupa sel yeastdan
miselium. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Kayser (2005) yang
menyatakan bahwa pada pemeriksaan
mikroskopis melalui pewarnaan Gram
positif ditemukan C. albicans dalam
bentuk yeast, berbentuk oval dengan
diameter kurang lebih 5 m dan sering
juga ditemukan dalam bentuk miselium.
Hasil uji reidentifikasi di atas
menunjukkan bahwa mikroba uji yangdigunakan adalah benarC. albicans.
Hasil Aktivitas Antijamur Tepung
Cacing Tanah (L. rubellus) Terhadap
C. albicans.Hasil penelitian menunjukkan
bahwa aktivitas antijamur tepung cacing
tanah (L.rubellus) diperlihatkan pada
konsentrasi 100 mg/5ml, 200 mg/5ml, 300
mg/5ml, 400 mg/5ml dan 500 mg/5ml
dengan diameter rata-rata zona hambatyang terbentuk secara berurutan adalah
16,5 mm, 18 mm, 17,5 mm, 17,75 mm dan
16 mm. Pada kontrol negatif (asam asetat 4
ml dan asetonitril 1 ml yang
dinormalisasikan mencapai konsentrasi
1%) tidak terbentuk zona hambat (0 mm).
Hasil aktivitas antijamur terhadap
C.albicans dari tepung cacing tanah
(L.rubellus) dapat dilihat pada gambar 2.
dan tabel 1.
-
7/28/2019 Artikel Mufqi Fitra
5/7
Gambar 2. Hasil uji aktivitas antijamur
Tabel 1 Hasil Aktivitas Antijamur terhadap
C.albicans dari Tepung Cacing
Tanah (L.rubellus).
Klmpk Diameter Zona Hambat (mm)
I II III IVRata-rata (mm)
SD
P0 0 0 0 0 0,0 0,00
P1 17 19 15 15 16,5 1,91
P2 17 20 17 18 18,0 1,41
P3 16 20 16 18 17,5 1,91
P4 19 17 17 18 17,7 0,95
P5 16 16 15 17 16,0 0,81Keterangan :
P0 : Kontrol negatif
P1 : Tepung cacing tanah 100 mg/5ml
P2 : Tepung cacing tanah 200 mg/5ml
P3 : Tepung cacing tanah 300 mg/5ml
P4 : Tepung cacing tanah 400 mg/5ml
P5 : Tepung cacing tanah 500 mg/5ml
Data hasil penelitian dilakukan uji
normalitas dan homogenitas dahulu dengan
menggunakan uji Shapiro-Wilk dan uji
Lavene. Hasil uji menunjukkan data
berdistribusi normal dan bervariasi
homogeny. Selanjutnya data dianalisis
dengan Analysis of Variance (ANOVA)
pada taraf kritis 1% (p < 0,01). Hasil
analisis data dengan ANOVA diperoleh
nilai taraf signifikansi adalah 0,000 (p 0,01).
Berdasarkan tabel 2, terlihat bahwa
perlakuan kontrol negatif (asam asetat dan
asetonitril) memiliki perbedaan yang
sangat nyata dibandingkan dengan
perlakuan yang menggunakan larutan
tepung cacing tanah di tiap jenis
konsentrasi uji (konsentrasi 100 mg/5ml,
200 mg/5ml, 300 mg/5ml, 400 mg/5ml dan
500 mg/5ml). Hal ini menunjukkan bahwamasing-masing konsentrasi uji memiliki
aktivitas antijamur. Hasil analisis statistik
juga memperlihatkan bahwa masing-
masing konsentrasi uji tidak menunjukkan
perbedaan yang sangat nyata dalam
menghambat pertumbuhan C. albicans
secara in vitro. Berdasarkan tabel 2. diatas
juga terlihat konsentrasi larutan tepung
cacing tanah yang paling optimal yang
dapat menghambat pertumbuhan Candida
albicans adalah konsentrasi tepung cacingtanah 200 mg dalam 5 ml pelarut.
Hasil analisis lanjutan pada
penelitian ini menggunakan uji Duncan
karena uji ini merupakan uji yang paling
teliti (Hanafiah, 2010). Analisis statistik
dengan uji Duncan pada (p < 0.01) telah
menjawab hipotesis pertama yaitu tepung
cacing tanah (L.rubellus) memiliki
aktivitas antijamur terhadap C.albicans
secara in vitro. Pada hipotesis kedua
peningkatan konsentrasi tidak diikutidengan semakin besarnya aktivitas
-
7/28/2019 Artikel Mufqi Fitra
6/7
antijamur yang ditunjukkan terhadap
C.albicans secara in vitro. Hal ini
dikarenakan adanya perbedaan rasio antara
zat pelarut di tiap jenis konsentrasi tepung
cacing tanah. Kelarutan peptida sangat
dipengaruhi oleh rasio antara zat terlarut(tepung cacing tanah) dengan pelarut yang
digunakan (asam asetat dan asetonitril).
Pada konsentrasi 300 mg, 400 mg dan 500
mg telah terjadi kejenuhan sehingga
peptida yang terkandung tidak dapat
tertarik secara optimal.
Adanya zona hambat yang
terbentuk pada penelitian ini menunjukkan
bahwa tepung cacing tanah (L.rubellus)
memiliki zat antijamur yang dapat
menghambat pertumbuhan Candidaalbicans secara in vitro. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Cho et al (1998) yang
menyatakan bahwa protein yang
terkandung dalam tepung cacing tanah
memiliki zat bioaktif yang dinamakan
lumbricin-1 yang mampu menghambat
pertumbuhan mikroorganisme yang
patogen. Selain itu, tepung cacing tanah
juga mengandung senyawa peptida berupa
coelomocytes (bagian sel darah putih) di
dalamnya terdapat lisozim yang berperan
dalam aktivitas fagositosis serta berfungsi
untuk meningkatkan kekebalan. Senyawa
aktif cacing tanah (L.rubellus) yang lain
yang bersifat sebagai antibakteri adalah
senyawa golongan alkaloid, senyawa
alkaloid pada cacing tanah mengandung
nitrogen dan bersifat basa (pH lebih dari 7)yang juga dimiliki tumbuhan seperti kina
dan tembakau (Zasloff, 2002).
KESIMPULAN
Kesimpulan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Tepung cacing tanah (L.rubellus)memiliki aktivitas antijamur
terhadap C.albicans secara in vitro.
2. Tepung cacing tanah (L.rubellus)menunjukkan aktivitas antijamur
terhadap C.albicans pada
konsentrasi 100 mg/5ml 500
mg/5ml. Peningkatan konsentrasi
tepung cacing tanah tidak diiringipeningkatan zona hambat. Hal ini
disebabkan karena rasio tepung
cacing tanah dengan pelarut tidak
seimbang sehingga peptida tidak
dapat tertarik sempurna. Aktivitas
antijamur paling optimal
ditunjukkan oleh konsentrasi 200
mg/5ml.
SARANSaran pada penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Perlu dilakukan isolasi Lumbricin-1 dari tepung cacing tanah
(L.rubellus) yang berasal dari Aceh
dan diuji aktivitas antijamurnya
terhadap C.albicans.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutanuntuk mengatahui Kadar Hambat
Minimum (KHM) dan Kadar
Bunuh Minimum (KBM) dariLumbricin-1 terhadap C.albicans.
UCAPAN TERIMA KASIH
Selama penelitian dan penyusunan
artikel ilmiah ini penulis mendapat bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada
dr. Tristia Rinanda, M.Si., dr. Fajriah,
Sp.PA., dra. Tjut Mariam Zanaria, MS. dan
Dr. Mudatsir, M.Kes. Penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu terlaksananya
penelitian ini.
-
7/28/2019 Artikel Mufqi Fitra
7/7
DAFTAR PUSTAKA
Brooks, G F; Butel, J S; Morse, S A, 2004.
Mikrobiologi Kedokteran. 23rd ed.
Jakarta: EGC. pp.39-40,58-59.
Cho, J.H., Park, C.B., Yoon, Y.G. & Kim,
S.C., 1998. Lumbricin I, a novel
proline rich antimicrobial peptide
from the earthworm: purification,
cDNA cloning and molecular
characterization. Biochim. Biophys.
Acta, I(408), pp.67-64.
Dafonsa, M., 2013. Uji Aktivitas
Antibakteri Tepung Cacing Tanah(Lumbricus rubellus) Terhadap
Isolat Klinis Methicilin-Resistant
Staphylococcus Aureus Secara in
vitro. Banda Aceh: Universitas Syiah
Kuala. pp.26-34.
Hanafiah, K.A., 2010. Rancangan
Percobaan : Teori dan Aplikasi. 3rd
ed. Jakarta: Rajawali Pers. pp.37-43.
Harbottle, H., Thakur, S., Zhao, S. &
White, D.G., 2006. Genetics ofantimicrobial resistance. Anim.
Biotechnol, (17), pp.111-24.
Kayser, F.H. 2005. General Mycology.
Kayser FH, Bienz KA, Eckert J &
Zinkernagel RM. Medical
Microbiology. Thieme. Stuttgart.
pp.348-356
Oktavia, R., 2013. Uji Aktivitas Antibakteri
Tepung Cacing Tanah (Lumbricusrubellus) Terhadap Isolat Klinis
Multi-Drug Resistant Psedomonas
Aeroginosa Secara in vitro. Banda
Aceh: Universitas Syiah
Kuala.pp.29-36.
Palungkun, R., 1999. Sukses Beternak
Cacing Tanah (Lumbricus rubellus).
Jakarta: Penebar Swadaya. pp.5-20.
Patrick, D., & A. Safitri., 2012. Medicine
at a Glance. Jakarta: Erlangga.
pp.63-64.
Simatupang, M., 2008. Candida albicans.
Medan: Departemen Mikrobiologi
Fakultas Kedokteran, Universitas
Sumatera Utara. pp.3-5.
Tasiemski, A., 2008. Antimicrobial
peptides in Annelids. J. Invertebr.
Surviv, (5), pp.75-82.
World Health Organization (WHO)., 2011.
Use Antibiotic Rationally. WorldHealth Organization, p.2.
Zasloff, M. 2002. Antimicrobial Peptides
of Multicellar organisms.
Biochemistry and Biophysic,
University of Pennsylvania School of
Medicine, Philadelphia,USA. pp.
389-95.