artikel motorik

23
Pengertian Belajar 1. Menurut james O. Whittaker ( Djamarah, Syaiful Bahri , Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999). Belajar adalah Proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. 2. Cronchbach ( Djamarah, Syaiful Bahri , Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999). Belajar adalah suatu aktifitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. 3. Howard L. Kingskey ( Djamarah, Syaiful Bahri , Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999). Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan. 4. Geoch( Djamarah, Syaiful Bahri , Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999). Belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari latihan. 5. Drs. Slameto ( Djamarah, Syaiful Bahri , Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999). Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya. Pengertian Motorik Motorik adalah keseluruhan proses yang terjadi pada tubuh manusia, yang meliputi proses pengendalian (koordinasi) dan proses pengaturan (kondisi fisik) yang dipengaruhi oleh faktor fisiologi dan faktor psikis untuk mendapatkan suatu gerakan yang baik.Motorik berfungsi sebagai motor penggerak yang terdapat didalam tubuh manusia. Motorik dan gerak tidaklah sama, namun tetapi berhubungan. Definisi lain menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan motorik ialah segala sesuatu yang ada hubungannya dengan gerakan-gerakan tubuh.

Upload: ridoraharjo

Post on 08-Jul-2016

253 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

kumpulan artikel perkembangan motorik

TRANSCRIPT

Page 1: Artikel Motorik

Pengertian Belajar

1. Menurut james O. Whittaker ( Djamarah, Syaiful Bahri , Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999). Belajar adalah Proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.

2. Cronchbach ( Djamarah, Syaiful Bahri , Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999). Belajar adalah suatu aktifitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.

3. Howard L. Kingskey ( Djamarah, Syaiful Bahri , Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999). Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.

4. Geoch( Djamarah, Syaiful Bahri , Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999). Belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari latihan.

5. Drs. Slameto ( Djamarah, Syaiful Bahri , Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999). Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya.

Pengertian Motorik

Motorik adalah keseluruhan proses yang terjadi pada tubuh manusia, yang meliputi proses pengendalian (koordinasi) dan proses pengaturan (kondisi fisik) yang dipengaruhi oleh faktor fisiologi dan faktor psikis untuk mendapatkan suatu gerakan yang baik.Motorik berfungsi sebagai motor penggerak yang terdapat didalam tubuh manusia. Motorik dan gerak tidaklah sama, namun tetapi berhubungan. Definisi lain menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan motorik ialah segala sesuatu yang ada hubungannya dengan gerakan-gerakan tubuh.

Dalam perkembangan motorik, unsur-unsur yang menentukan ialah

1. Otot,

2. Saraf, dan

3. Otak.

Ketiga unsur itu melaksanakan masing-masing peranannya secara “interaksi positif”, artinya unsur-unsur yang satu saling berkaitan, saling menunjang, saling melengkapi dengan unsur yang lainnya untuk mencapai kondisi motoris yang lebih sempurna keadaannya. Selain mengandalkan kekuatan otot, rupanya kesempurnaan otak juga turut menentukan keadaan. Anak yang pertumbuhan otaknya mengalami gangguan tampak kurang terampil

Page 2: Artikel Motorik

Pengertian belajar mototrik

Belajar motorik adalah proses perubahan individu sebagai hasil timbal balik antara latihan dan kondisi lingkungan (Drowazky, 1981)

Belajar motorik adalah suatu perubahan perilaku gerak yang relatif permanen sebagai hasil dari latihan dan pengalaman ( Oxendine, 1984)

Belajar motorik adalah suatu proses perubahan merespons yang relatif permanen sebagai akibat dari latihan dan pengalaman (Schmidt, 1988)

KESIMPULAN

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar motorik adalah proses perubahan individu baik berupa perilaku gerak maupun respon yang relatif permanen sebagai akibat dari latihan dan pengalaman.

Page 3: Artikel Motorik

Pembelajaran Motorik

Tinjauan dari segi Ontologi

Pembelajaran motorik didefinisikan sebagai proses belajar keahlian gerakan dan penghalusan kemampuan motorik serta variabel yang mendukung atau menghambat kemahiran/keahlian motorik.

Ada empat konsep yang tercermin dalam pembelajaran motorik, yaitu: (1) Pelajaran adalah suatu proses dari memperoleh kemampuan untuk tindakan yang trampil. (2) Pelajaran diakibatkan oleh pengalaman atau praktek. (3) Pelajaran tidak bisa diukur secara langsung; sebagai gantinya adalah inferred dari perilaku. (4) Hasil belajar yang relatif ada perubahan yang permanen di dalam perilaku.

Closed-Loop Teori Adams menerangkan proses pengulangan tertutup, umpan balik yang berhubungan dengan perasaan digunakan untuk produksi secara berkelanjutan dari pergerakan yang trampil. Gagasannya adalah bahwa di dalam pembelajaran motorik, umpan balik yang berhubungan dengan perasaan dari pergerakan yang berkelanjutan telah dibandingkan di dalam sistem saraf yang disimpan dimemori dari pergerakan.

Menurut Teori Bagan Schmidt, teori bagan itu menekankan kendali proses pengulangan terbuka dan konsep program motor yang disamaratakan. Schmidt yang mengusulkan program motorik itu tidak berisi pokok-pokok dari pergerakan tetapi sebagai gantinya berisi aturan umum untuk suatu kelas yang spesifik tentang pergerakan. Ia meramalkan bahwa ketika belajar suatu program motorik yang baru, individu yang belajar suatu yang umum satuan perintah bahwa dapat diberlakukan diberbagai konteks.

Teori ekologis dari Karl Newell menyatakan bahwa pelajaran motorik adalah suatu proses meningkatkan koordinasi antara persepsi dan tindakan dengan cara konsisten dengan tugas dan batasan lingkungan.

Dari beberapa istilah diatas, dapat diambil benang merah menurut penulis, bahwa pembelajaran motorik adalah proses belajar keahlian gerakan dan penghalusan kemampuan motorik serta variabel yang mendukung atau menghambat kemahiran/keahlian motorik yang digunakan secara berkelanjutan dari pergerakan yang trampil

Page 4: Artikel Motorik

Faktor-Faktor Penghambat Pembelajaran Motorik

Pendidikan jasmani (Penjas) merupakan proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani dan direncanakan secara sistematik bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik, neuromuskular, perseptual, kognitif, sosial dan emosional. Dua diantara tujuan-tujuan Penjas menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) 2006 adalah: (1) Mengembangkan ketrampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup melalui berbagai aktivitas jasmani, (2) Mengembangkan kemampuan gerak dan ketrampilan berbagai macam permainan dan olahraga.

Salah satu penekanan pada standar isi Penjas yang terangkum dalam BSNP 2006 di Sekolah Dasar (SD) adalah menstimulasi kemampuan gerak dasar peserta didik seperti:

1) Lokomotor (berjalan, berlari, melompat, dan lain-lain),

2) Non-lokomotor (memutar, meliuk, membungkuk, menengadah, dan lain-lain),

3) Manipulatif (melempar, menangkap, menggulirkan, dan lain-lain).

Salah satu masalah utama dalam Penjas di Indonesia dewasa ini ialah belum efektifnya pengajaran Penjas di sekolah-sekolah. Hal ini disebabkan beberapa faktor diantaranya terbatasnya sarana dan prasarana yang digunakan untuk mendukung proses pembelajaran Penjas dan terbatasnya kemampuan guru Penjas untuk melakukan pembelajaran Penjas. Salah satu keterbatasan guru Penjas dalam mengajar adalah dalam hal menciptakan situasi lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri siswa. Akibatnya guru belum berhasil melaksanakan tanggung jawab untuk mendidik siswa secara sistematik melalui gerakan Penjas yang mengembangkan kemampuan ketrampilan anak secara menyeluruh baik fisik, mental maupun intelektual (Kantor Menpora, 1983).

Menurut Agus Mahendra (2006) indikator keberhasilan Penjas ditandai oleh meningkatnya: (1) Kebugaran jasmani, (2) Kemampuan fisik dan motorik, (3) Pemahaman konsep dan prinsip gerak, (4) Kemampuan berfikir, (5) Kecakapan rasa dan sosial.

Agar pembelajaran Penjas khususnya materi gerak dasar dapat berhasil, maka harus diciptakan lingkungan yang kondusif diantaranya dengan cara memodifikasi alat dan menciptakan model-model pembelajaran. Model-model pembelajaran diciptakan dengan mempertimbangkan beberapa faktor, lima diantaranya yaitu: (1) Kegiatan pembelajaran diarahkan pada pencapaian tujuan belajar. (2) Karakteristik mata pelajaran. (3) Kemampuan guru. (4) Fasilitas/media pembelajaran masih sangat terbatas. (5) Kemampuan siswa.

Dilihat dari karakteristik anak, dunia anak adalah dunia bermain. Siswa SD yang masih tergolong anak-anak bentuk aktivitasnya cenderung berupa permainan. Seperti pada saat jam istirahat mereka sangat antusias untuk melakukan bermacam-macam bentuk permainan. Tanpa disadari mereka sering bermain dengan melakukan gerakan-gerakan dasar dalam cabang olahraga.

Page 5: Artikel Motorik

Belajar adalah perubahan perilaku yang dilakukan dengan sengaja dan relatif permanen, terjadi sebagai hasil dari pengalaman. Belajar mempunyai sifat antara lain:

1. Perilaku dikembangkan dengan sengaja melalui latihan.

2. Perubahan yang membuat seseorang semakin terampil dalam melaksanakan tugas.

3. Hasil langsung dari praktek atau pengalaman.

4. Tidak dapat diukur secara langsung.

5. Menghasilkan perubahan yang relatif permanen.

Sedangkan motorik adalah pengendalian gerakan jasmani melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi. Motorik mempunyai sifat antara lain:

1. Keseluruhan proses yang terjadi pada tubuh manusia.

2. Tidak bisa diamati secara langsung.

3. Penyebab terjadinya gerak.

Dari dua definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa belajar motorik adalah proses perubahan individu baik berupa perilaku gerak maupun respon yang relatif permanen sebagai akibat dari latihan dan pengalaman. Belajar motorik mempunyai sifat-sifat diantaranya adalah:

• Sebuah proses kejiwaan yang bersifat individual.

• Hasil langsung dari latihan dan adanya perubahan.

• Perubahan sebagai hasil belajar berupa kemampuan baru yang berlaku dalam waktu relatif permanen.

• Belajar motorik tak teramati secara langsung.

• Peristiwa itu hanya bisa dilihat dari perilaku atau kinerja seseorang.

• Belajar motorik menghasilkan kebiasaan.

Page 6: Artikel Motorik

Tahap Belajar Motorik

Ada kesamaan pendapat para ahli, bahwa belajar keterampilan motorik berlangsung melalui beberapa tahap. Fitts & Posner, 1967) telah membahas tahap-tahap belajar motorik yakni: (1) tahap kognitif, (2) tahap asosiatif, dan (3) tahap otomatis.

1. Tahap Kognitif

Tingkat kognitif ditandai oleh usaha terutama pelaku untuk ketrampilan baru, yang paling lambat dan tidak tetap. Dibutuhkan perhatian kognitif yang cukup untuk menampilkan ketrampilan itu.

Tatkala seseorang baru memulai mempelajari sesuatu tugas; katakanlah keterampilan motorik, maka yang menjadi pertanyaan baginya ialah, bagaimana cara melakukan tugas itu. Dia membutuhkan informant mengenai cara melaksanakan tugas gerak yang bersangkutan. Karena itu, pelaksanaan tugas gerak itu diawali dengan penerimaan informasi dan pembentukan pengertian, termasuk bagaimana penerapan informasi atau pengetahuan yang diperoleh.

Pada tahap kognitif ini, sering juga terjadi kejutan berupa peningkatan yang besar dibandingkan dengan kemajuan pada tahap-tahap berikutnya. Pada tahap itu juga, bukan mustahil siswa yang bersangkutan mencoba-coba dan kemudian sering juga salah dalam melaksanakan tugas gerakan. Gerakannya memang masih nampak kaku, kurang terkoordinasi, kurang efisien, bahkan hasilnya tidak konsisten.

Contoh:

Seorang pemula dalam bulutangkis mampu melakukan pukulan service yang "halus" (yakni cock melayang rendah di alas faring dan masuk ke petak service), namun keterampilan tersebut hanya sekali-kali dapat dilakukannya. Pelaku masih mencari-cari hubungan antara cara melaksanakan dan hasil yang dicapai.

Karena itu, masih belum terbentuk satu pola gerak yang konsisten. Siswa yang bersangkutan dihadapkan dengan tugas yakni apa yang harus dilakukan, sehingga tahap pertama ini oleh Adams disebut tahap verbal-motor.

2. Tahap Asosiatif

Permulaan dari tahap ini ditandai oleh semakin efektif cara-cara siswa melaksanakan tugas gerak, dan dia mulai mampu menyesuaikan diri dengan keterampilan yang dilakukan. Akan nampak penampilan yang terkoordinasi dengan perkembangan yang terjadi secara bertahap, dan lambat laun gerakan semakin konsisten.

Kemampuan melakukan gerakan dengan obyek/kejadian dari luar dan juga memperbaiki kekurangan seperti perhatian tentang melakukan gerakan diri sendiri, membiarkan siswa untuk

Page 7: Artikel Motorik

mulai melakukan hal-hal yang baru. Hal ini juga menguntungkan dalam kemampuan untuk beradaptasi ke dalam gerakan yang disesuaikan pada berbagai kondisi lingkungan.

Contoh:

Jika seorang pemula belajar menembakkan bola ke dalam ring dalam permainan bola basket hanya hampu memasukkan 2-3 tembakan dari 10 kesempatan, maka memasuki tahap asosiatif ini, dia makin paham tentang misalnya berapa kira-kira tenaga yang harus dikerahkan, atau bagaimana peranan dari pergelangan kaki dan jari-jari untuk mengendalikan bola. Gerakannya tidak lagi untung-untungan, tapi makin konsisten. Artinya, gerakannya makin terpola, dan dia semakin menyadari kaitan antara gerak dan hasil yang dicapai.

Pada tahap ini, seperti dikemukakan beberapa penulis (misalnya, Adams, l971: Fitts. 1964), tahap verbal semakin ditinggalkan dan si pelaku memusatkan perhatiannya pada aspek bagaimana melakukan pola gerak yang baik, ketimbang mencari-cari pola mana yang akan dihasilkan. Dalam eksperimen belajar motorik, tahap itu oleh Adams disebut motor stage (tahap motorik).

3. Tahap Otomatisasi

Tahapan ini siswa memerlukan latihan dengan waktu yang lama. Sebenarnya tahap akhir ini tidak semua siswa akan mencapainya. Di dalam tahap otomatisasi, penampilan mencapai tingkat kecakapan yang paling tinggi dan telah menjadi otomatisasi . Perhatian siswa selama tahap ini direlokasikan kepada pengambilan keputusan yang strategis. Sebagai tambahan, tugas-tugas ganda dapat dilaksanakan secara serempak. Akhirnya, siswa-siswa di dalam tahap ini bersifat konsisten, merasa yakin/ percaya diri, membuat sedikit; kesalahan dan secara umum dapat mendeteksi dan mengoreksi kesalahan yang mereka lakukan.

Contoh:

Seorang pemain bola basket yang telah mahir, mampu menembakkan bola secara efektif ke ring meskipun dalam keadaan posisi yang sulit, misalnya karena dia dijaga ketat oleh lawan.

Yang menarik bagi kita ialah dalam melaksanakan tugas itu si pelaku tak seberapa banyak menumpahkan perhatiannya kepada tugas yang sedang dikerjakannya. Selama kegiatan ini hanya sedikit perhatian kognitif yang dibutuhkan agar pelaku dapat memusatkan perhatian pada faktor lingkungan yang mempengaruhi strategi dan penampilan.

Page 8: Artikel Motorik

PENGERTIAN MOTORIK.

Motorik adalah keseluruhan proses yang terjadi pada tubuh manusia, yang meliputi proses pengendalian (koordinasi) dan proses pengaturan (kondisi fisik) yang dipengaruhi oleh faktor fisiologi dan faktor psikis untuk mendapatkan suatu gerakan yang baik.

Motorik berfungsi sebagai motor penggerak yang terdapat didalam tubuh manusia. Motorik dan gerak tidaklah sama, namun tetapi berhubungan.

Persamaan : Setiap terjadi proses dalam tubuh manusia maka akan menghasilkan gerak.

Perbedaan : Motorik tidak dapat dilihat tetapi dapat dirasakan, berbeda dengan gerak yang dapat dilihat dan diamati.

Didalam tubuh manusia terdapat 3 komponen :

motorik yang berhubungan dengan gerak

pengndalian atau koordinasi

pengaturan atau reaksi fisik.

Ciri-ciri motorik yang ada dalam kehidupan manusia ;

1. Motorik sehari-hari;

Tidak perlu keahlian

Tidak menghendaki insentive atau menurut kehendak sendiri.

2. Motorik pekerjaan;

Memerlukan keahlian

Profesional

3. Motorik olahraga;

Dilakukan dengan aturan-aturan olahraga

4. Motorik eksppresi;

Diungkapkan dengan perasaan.

Page 9: Artikel Motorik

TEORI-TEORI BELAJAR MOTORIK

Banyak teori belajar yang digunakan para guru untuk berbagai keperluan belajar dan proses pembelajaran. Ada 5 pandangan psikologi utama tentang teori belajar, yaitu teori belajar Behavioristik, teori belajar Kognitif dan teori belajar Humanistik, teori belajar Konstruktivitis dan teori belajar Gestalt.

1. Teori belajar Behavioristik

Teori belajar ini pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Pengulangan dan pelatihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah terbentuknya suatu perilaku yang di nginkan. Perilaku yang di nginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negative. Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang tampak. Dalam teori belajar ini guru tidak banyak memberikan ceramah ,tetapi instruksi singkat yang di kuti contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi.

2. Teori belajar Kognitif

Menurut teori ini,proses belajar akan belajar dengan baik bila materi pelajaran yang beradaptasi (berkesinambungan)secara tepat dan serasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa. Dalam teori ini ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seorang individu melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Proses pembelajaran ini bejalan tidak sepotong – sepotong atau terpisah – pisah melainkan bersambung sambung dan menyeluruh. Teori belajar kognitif ini guru bukanlah sumber belajar utama dan bukan kepatuhan siswa yang dituntut dalam refleksi atas apa yang diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Evaluasi belajar bukan pada hasil tetapi pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasi pengalamanya.

3. Teori belajar Humanstik

Menurut teori humanistik,tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses balajar dianggap berhasil jika si pelajar telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik- baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya bukan dari sudut pandang pengamatnya. Peran guru dalam teori ini adalah sebagai fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi,kesadaran mengenai makna kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran. Siswa berperan sebagai pelaku utama yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri.

4. Teori belajar Konstruktivistik

Menurut teori ini permasalahan dimunculkan dari pancingan internal, permasalahan muncul dibangun dari pengetahuan yang direkonstruksi sendiri oleh siswa. Teori ini sangat dipercaya

Page 10: Artikel Motorik

bahwa siswa mampu mencari sendiri masalah,menyusun sendiri pengetahuannya melalui kemampuan berpikir dan tantangan yang dihadapinya,menyelesaikan dan membuat konsep mengenai keseluruhan pengalaman realistik dan teori dalam satu bangunan utuh.

5. Teori belajar Gestalt

Menurut pandangan teori gestalt seseorng memperoleh pengetahuan melaui sensasi atau informasi dengan melihat strukturnya secara menyeluruh kemudian menyusunya kembali dalam struktur yang sederhana sehungga lebih mudah dipahami.

Manfaat dari beberapa teori belajar adalah :

Membantu guru untuk memahami bagaimana siswa belajar Membimbing guru untuk merancang dan merencanakan proses pembelajaran Memandu guru untuk mengelola kelas Membantu guru untuk mengevaluasi proses, perilaku guru sendiri serta hasil belajar

siswa yang telah dicapai Membantu proses belajar lebih efektif, efisien dan produktif Membantu guru dalam memberikan dukungan dan bantuan kepada siswa sehingga dapat

mencapai hasil prestasi yang maksimal.

KLASIFIKASI KETERAMPILAN MOTORIK

Berdasarkan Keseksamaan Gerak

Keterampilan-keterampilan motorik kasar (gross motor skills) Keterampilan-keterampilan motorik halus (fine motor skills)

Berdasarkan Awal dan Berakhirnya Kegiatan

Keterampilan terputus Keterampilan berangkai Keterampilan berkelanjutan

Berdasarkan Irama Gerak Dan Stabilitas Lingkungan

Keterampilan tertutup (closed skills) Keterampilan terbuka (open skills)

Berdasarkan Gerak Obyek Dan Lingkungan

Tubuh dan obyek diam Tubuh diam dan obyek bergerak Tubuh bergerak dan obyek diam Tubuh dan obyek bergerak

Page 11: Artikel Motorik

TEORI MODEL PEMROSESAN INFORMASI

Komponen pertama dari sistem memori yang dijumpai oleh informasi yang masuk adalah registrasi penginderaan. Registrasi penginderaan menerima sejumlah besar informasi dari indera dan menyimpannya dalam waktu yang sangat singkat, tidak lebih dari dua detik. Bila tidak terjadi suatu proses terhadap informasi yang disimpan dalam register penginderaan, maka dengan cepat informasi itu akan hilang. Keberadaan register penginderaan mempunyai dua implikasi penting dalam pendidikan. Pertama, orang harus menaruh perhatian pada suatu informasi bila informasi itu harus diingat. Kedua, seseorang memerlukan waktu untuk membawa semua informasi yang dilihat dalam waktu singkat masuk ke dalam kesadaran, (Slavin, 2000: 176).

Interpretasi seseorang terhadap rangsangan dikatakan sebagai persepsi. Persepsi dari stimulus tidak langsung seperti penerimaan stimulus, karena persepsi dipengaruhi status mental, pengalaman masa lalu, pengetahuan, motivasi, dan banyak faktor lain. Informasi yang dipersepsi seseorang dan mendapat perhatian, akan ditransfer ke komponen kedua dari sistem memori, yaitu memori jangka pendek. Memori jangka pendek adalah sistem penyimpanan informasi dalam jumlah terbatas hanya dalam beberapa detik. Satu cara untuk menyimpan informasi dalam memori jangka pendek adalah memikirkan tentang informasi itu atau mengungkapkannya berkali-kali. Guru mengalokasikan waktu untuk pengulangan selama mengajar. Memori jangka panjang merupakan bagian dari sistem memori tempat menyimpan informasi untuk periode panjang.

Tinjauan Pendekatan Pemrosesan Informasi . Teori kognisi menjelaskan tentang bagaimana proses mengetahui terjadi pada manusia. Ada beberapa model yang digunakan untuk menjelaskan proses mengetahui pada manusia. Model pemrosesan informasi membahas tentang peran operasi-operasi kognitif dalam pengolahan informasi (Hetherington & Parke, 1986). Dalam model ini manusia dipandang sebagai sistem yang memodifikasi informasi sendiri secara aktif dan terorganisir. Perkembangan seseorang dalam pemrosesan informasi berkaitan dengan perubahan-perubahan kuantitatif dan kualitatif dalam aspek ini serta pengaruh-pengaruh genetis dan lingkungan. Inti dari perkembangan dalam pemrosesan informasi adalah terbentuknya sistem pada diri seseorang yang semakin efisien untuk mengontrol aliran informasi (Miller, 1993).

Saat ini ada dua model yang dapat digunakan untuk menjelaskan teori pemrosesan informasi, yaitu model penyimpanan (store/structure model) dan model tingkat pemrosesan (level of processing). Model penyimpanan dikembangkan oleh Atkinson & Shiffrin (dalam Miller, 1993), sedangkan model tingkat pemrosesan dikembangkan oleh Craik dan Lockhart (dalam Miller, 1993). Dalam model pemrosesan informasi yang dikembangkan oleh Atkinson & Shiffrin, kognisi manusia dikonsepkan sebagai suatu sistem yang terdiri dari tiga bagian, yaitu masukan (input), proses dan keluaran (output). Informasi dari dunia sekitar merupakan masukan bagi sistem. Stimulasi dari dunia sekitar ini memasuki reseptor memori dalam

Page 12: Artikel Motorik

bentuk penglihatan, suara, rasa, dan sebagainya. Selanjutnya, input diproses dalam otak. Otak mengolah dan mentransformasikan informasi dalam berbagai cara. Proses ini meliputi pengkodean ke dalam bentuk-bentuk simbolis, membandingkan dengan informasi yang telah diketahui sebelumnya, menyimpan dalam memori, dan mengambilnya bila diperlukan. Akhir dari proses ini adalah keluaran, yaitu perilaku manusia, seperti berbicara, menulis, interaksi sosial, dan sebagainya (Vasta, dkk., 1992).

Secara rinci, Pressley, (1990) memaparkan pemrosesan informasi sebagai berikut : Pertama-tama, manusia menangkap informasi dari lingkungan melalui organ-organ sensorisnya (yaitu mata, telinga, hidung, dan sebagainya). Beberapa informasi disaring (diabaikan) pada tingkat sensoris, kemudian sisanya dimasukkan ke dalam ingatan jangka pendek (kesadaran). Ingatan jangka pendek mempunyai kapasitas pemeliharaan informasi yang terbatas sehingga kandungannya harus diproses sedemikian rupa (misalnya dengan pengulangan atau pelatihan), jika tidak akan lenyap dengan cepat. Bila diproses, informasi dari ingatan jangka pendek (short-term memory) dapat ditransfer ke dalam ingatan jangka panjang (long-term memory). Ingatan jangka panjang (Long-Term Memory) merupakan hal penting dalam proses belajar. Menurut Anderson (dalam Pressley, 1990), tempat penyimpanan jangka panjang mengandung informasi faktual (disebut pengetahuan deklaratif) dan informasi mengenai bagaimana cara mengerjakan sesuatu (disebut pengetahuan prosedural).

Menurut pandangan model pemrosesan informasi yang dikembangkan oleh Atkinson & Shiffrin, sejak kecil seorang anak mengembangkan fungsi kontrol dalam mengolah informasi dari lingkungannya. Menurut Hetherington & Parke (1986), pada usia antara 3 hingga 12 tahun, fungsi kontrol seseorang menunjukkan perkembangan yang pesat. Fungsi tersebut mencakup pengaturan informasi yang diperlukan, termasuk memilih strategi yang digunakan dan memonitor keberhasilan penggunaan strategi tersebut. Dalam pandangan model ini, anak merupakan pengatur yang aktif dari fungsi-fungsi kognitifnya sendiri. Oleh karena itu, dalam menghadapi suatu masalah, anak memilih masalah yang akan diselesaikannya, memutuskan besar usaha yang akan dilakukannya, memilih strategi yang akan digunakannya, menghindari hal-hal yang mengganggu usahanya, serta mengevaluasi kualitas hasil usahanya.

Model pemrosesan informasi berasumsi bahwa anak-anak mempunyai kemampuan yang lebih terbatas dan berbeda dibanding orang dewasa. Anak-anak tidak dapat menyerap banyak informasi, kurang sistematis dalam hal informasi apa yang diserap, tidak mempunyai banyak strategi untuk mengatasi masalah, tidak mempunyai banyak pengetahuan mengenai dunia yang diperlukan untuk memahami masalah, dan kurang mampu memonitor kerja proses kognitifnya (Hetherington & Parke, 1986). Mengingat perkembangan anak yang optimal adalah tujuan para psikolog perkembangan, maka sangat relevan jika individu-individu yang berkecimpung di bidang ini melakukan penelitian yang tujuannya bermuara pada meningkatkan kemampuan pemrosesan informasi.

Model kedua yang dapat digunakan untuk menjelaskan teori pemrosesan informasi adalah model tingkat pemrosesan (level of process-ing). Model tingkat pemrosesan yang dikembangkan oleh Craik dan Lockhart ini memiliki prinsip dasar bahwa informasi yang diterima diolah dengan tingkatan yang berbeda. Semakin dalam pengolahan yang dilakukan,

Page 13: Artikel Motorik

semakin baik informasi tersebut diingat. Pada tingkat pengolahan pertama akan diperoleh persepsi, yang merupakan kesadaran seketika akan lingkungan. Pada tingkat pengolahan berikutnya akan diperoleh gambaran struktural dari informasi. Pada tingkat pengolahan terdalam akan diperoleh makna (meaning) dari informasi yang diterima (Craik dan Lockhart, dalam Morgan et al., 1986).

Menurut model tingkat pemrosesan, berbagai stimulus informasi diproses dalam berbagai tingkat kedalaman secara bersamaan bergantung kepada karakternya. Semakin dalam suatu informasi diolah, maka informasi tersebut akan semakin lama diingat. Sebagai contoh, informasi yang mempunyai imaji visual yang kuat atau banyak berasosiasi dengan pengetahuan yang telah ada akan diproses secara lebih dalam. Demikian juga informasi yang sedang diamati akan lebih dalam diproses daripada stimuli atau kejadian lain di luar pengamatan. Dengan kata lain, manusia akan lebih mengingat hal-hal yang mempunyai arti bagi dirinya atau hal-hal yang menjadi perhatiannya karena hal-hal tersebut diproses secara lebih mendalam daripada stimuli yang tidak mempunyai arti atau tidak menjadi perhatiannya (Craik & Lockhart, 2002).

Pengulangan (rehearsal) – yang memegang peranan penting dalam pendekatan model penyimpanan – juga dianggap penting dalam pendekatan model tingkat pemrosesan. Namun, menurut pandangan model tingkat pemrosesan, hanya mengulang-ngulang saja tidak cukup untuk mengingat. Untuk memperoleh tingkatan yang lebih dalam, aktivitas pengulangan haruslah bersifat elaboratif. Dalam hal ini, pengulangan harus merupakan sebuah proses pemberian makna (meaning) dari informasi yang masuk. Istilah elaborasi sendiri mengacu kepada sejauh mana informasi yang masuk diolah sehingga dapat diikat atau diintegrasikan dengan informasi yang telah ada dalam ingatan (Craik dan Lockhart, dalam Morgan et al., 1986).

Telah disebutkan bahwa prinsip dasar model tingkat pemrosesan informasi adalah semakin besar upaya pemrosesan informasi selama belajar, semakin dalam informasi tersebut akan disimpan dan diingat. Prinsip ini telah banyak diaplikasikan dalam penyusunan setting pengajaran verbal, seperti mengingat daftar kata, juga pengajaran membaca dan bahasa (Cermak & Craik, dalam Craik & Lockhart, 2002).

Manfaat teori pemrosesan informasi antara lain :

1. membantu terjadinya proses pembelajaran sehingga individu mampu beradaptasi pada lingkungan yang selalu berubah

2. menjadikan strategi pembelajaran dengan menggunakan cara berpikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol

3. kapabilitas belajar dapat disajikan secara lengkap

4. prinsip perbedaan individual terlayani

Hambatan teori pemrosesan informasi antara lain :

1. tidak semua individu mampu melatih memori secara maksimal

Page 14: Artikel Motorik

2. proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung

3. tingkat kesulitan mengungkap kembali informasi-informasi yang telah disimpan dalam ingatan

4. kemampuan otak tiap individu tidak sama.

TEORI GEJALA LUPA

Menurut Irwanto dalam bukunya Psikolologi Umum, lupa merupakan suatu gejala di mana informasi yang telh disimpan tidak dapat ditemukan kembali untuk digunakan. Ada lima macam teori lupa, yaitu:

Decay theory

Teori ini beranggapan bahwa memori akan semakin aus dengan berlangsungnya waktu bila tidak diulang kembali (rehearsal). Atau secara sederhananya kita akan lupa bila kita tidak mengingat-ingat atau mengulang kembali sesuatu.

Interference theory

Terjadinya lupa dapat disebabkan karena:

Terjadinya penumpukan memori

Terpengaruhnya atau tercampurnya informasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1) Interferensi retroaktif

Informasi yang baru menyebabkan susahnya kita mengingat informasi yang lama

2) Interferensi Proaktif

Dimana informasi yang sudah tersimpan di memori jangka panjang mempersulit masuknya informasi yang baru.

Retrieval failure

Teori ini beranggapan bahwa lupa atau kegagalan mengingat disebabkan karena kurang memadainya petunjuk.

Motivated Forgetting

Menurut teori ini, hal-hal yang tidak menyenangkan cenderung untuk dilupakan.

Gangguan fisiologis

Selain empat teori diatas, gangguan fisiologis ternyata juga dapat menyebabkan seseorang menjadi lupa, misalnya pada orang yang terkena amnesia, dimana lupa dapat terjadi karena adanya gangguan pada engram (perubahan fisik di bagian otak yang disebabkan oleh factor-faktor biokimiawi otak).

Page 15: Artikel Motorik

Amnesia dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

Amnesia Retrogad

Lupa akan informasi yang telah lalu

Amnesia anterograde

Lupa akan informasi yang baru saja diterima

Setiap orang pasti menginginkan memiliki daya ingat yang tinggi dan cenderung menghindari lupa karena tidak jarang kita memperoleh kerugian dari lupa, misalnya saja ketika kita lupa mengerjakan tugas yang akan dikumpulkan saat itu juga.

Lupa (forgetting) ialah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari. Secara sederhana, Gulo (1982) dan Reber (1988) mendefinisikan lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami. Dengan demikian, lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita. Pasti kita semua pernah mengalami kegagalan dalam suatu kepentingan tertenttu hanya gara gara lupa. Beberapa teori lupa sebernya sudah banyak beredar di lingkungan sekitar kita. banyak ahli otak, ahli psikologi, ahli kedoteran, ahli neurologi mencoba menggali kenapa kita ini bisa lupa.

Page 16: Artikel Motorik

PEMBELAJARAN MOTORIK

ARTIKEL PEMBELAJARAN MOTORIK

Oleh :

RIDO INSAN RAHARJO

13603141016

ILMU KEOLAHRAGAANFAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA2016