artikel hunaidah m
TRANSCRIPT
PENGARUH TEMPERATUR KALSINASI TERHADAP KAPASITANSI SUPERKAPASITOR PADA KOMPOSIT TIO2−¿ARANG AKTIF
KULIT BIJI METE
Muhammad Anas dan Hunaidah M
Abstrak:. Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana pengaruh temperatur kalsinasi pada komposit TiO2-arang aktif dari kulit biji mete terhadap kapasitansi superkapasitor?; penelitian ini bertujuan untuk: Mengetahui pengaruh temperatur kalsinasi terhadap kapasitansi superkapasitor pada komposit TiO2-arang aktif kulit biji mete; Dalam penelitian ini komposit TiO2 – arang aktif kulit biji mete melewati proses pemanasan selama 5 jam dengan temperatur kalsinasi yang bervariasi. komposit yang telah diaktifkan selanjutnya dijadikan sebagai bahan elektroda superkapasitor
Kata Kunci: Temperatur Kalsinasi, Kapasitansi Superkapasitor, Komposit TiO2-arang aktif kulit biji mete
A. Pendahuluan
Dari tahun ke tahun kebutuhan energi listrik terus meningkat. Energi
listrik menjadi kebutuhan pokok manusia di segala sektor, baik dalam sektor
industri, telekomunikasi maupun transportasi. Oleh karena itu harus dilakukan
penghematan energi listrik, salah satunya dengan menggunakan alat-alat
elektronik yang efisien dan hemat energi. Superkapasitor sebagai alat
penyimpan energi dan arang aktif biasanya dipilih sebagai bahan elektroda
dalam pembuatan superkapasitor karena mempunyai luas permukaan yang
besar, kemampuan menyimpan enegi yang besar, prinsip yang sederhana dan
kontruksi yang mudah (Shukla dalam Ariyanto, 2012).
Superkapasitor merupakan salah satu devais penyimpanan energi yang
berkapasitansi tinggi, memiliki Equivalent Series Resistant (ESR) yang rendah
serta memiliki waktu pakai yang lama dibanding baterai. Pada dasarnya,
prinsip dari superkapasitor ini sama dengan baterai sekunder yaitu
menggunakan sistem elektroda (anoda dan katoda) dan sistem elektrolit.
Dalam baterai, proses penyimpanan muatan berlangsung secara Faradaic,
yaitu perpindahan elektron melewati interface elektroda, sedangkan dalam
superkapasitor proses penyimpanan muatan adalah non-Faradaic yaitu tidak
ada transfer elektron melewati interface elektroda. (Endo dkk, 2001)
Berdasarkan penelitian terdahulu yang melihat pengaruh kalsinasi
(temperatur dan durasi) dari kaolinit / TiO2 komposit pada sifat fisikokimia dan
pada hasil pengurangan CO2 fotokatalitik. Ditetapkan bahwa kondisi kalsinasi
yang berbeda tidak mempengaruhi komposisi fase TiO2, hanya garis difraksi
anatase ditemukan dalam semua sampel kaolinit / TiO2. Penurunan sedikit
kalsinasi mempengaruhi luas permukaan spesifik komposit kaolinit / TiO2
dibandingkan dengan tanpa kalsinasi komposit kaolinit / TiO2. Ukuran kristal
yang terkait erat dengan suhu serta durasi kalsinasi. Ukuran kristal meningkat
dengan peningkatan suhu kalsinasi dan durasi. Hasil tertinggi yang diperoleh
atas katalis dengan ukuran kristal dari 18-23 nm; Sampel tersebut dikalsinasi
pada 600°C untuk waktu yang berbeda 1 jam, 2 jam, dan 3 jam (Martin, 2012)
Pada penelitian ini, limbah kulit biji mete diolah menjadi arang. Arang
yang telah melewati proses karbonasi kemudian diaktivasi menjadi arang aktif
dan selanjutnya arang aktif tersebut akan dijadikan sebagai bahan elektroda
dalam pembuatan superkapasitor. Selanjutnya arang yang telah diaktivasi
dicampurkan dengan beberapa bahan kimia sehingga membentuk komposit
dan diaktivasi kembali dengan menggunakan temperatur kalsinasi selama
beberapa jam. Kalsinasi dilakukan pada temperatur tinggi tanpa terjadi
pelelehan dan disertai dengan penambahan reagen.
B. Teori dan Metode
Temperatur kalsinasi merupakan bentuk perlakuan panas pada komposit
TiO2-arang aktif kulit biji mete yang bertujuan mengubah suatu senyawa
karbon menjadi senyawa oksida, namun masih dibawah titik leleh. Pemanasan
dengan cara kalsinasi yang diberikan pada komposit TiO2 – arang aktif kulit biji
mete merupakan bentuk aktivasi terhadap komposit tersebut. Kalsinasi
selama 5 jam mampu merubah struktur penyusun dari komposit TiO2 – arang
aktif.
Superkapasitor sebagai alat penyimpan energi , telah digunakan secara
luas pada bidang elektronik dan transportasi, seperti sistem telekomunikasi
digital, komputer dan pulse layer system, hybrid electrical vehicles, dan
sebagainya(Zhu, dkk., 2007). Superkapasitor memiliki banyak kelebihan
dibanding dengan alat penyimpan energi yang lain seperti batrey. Dari sisi
teknis superkapasitor memiliki jumlah siklus yang relatif banyak (>100000
siklus), kerapatan energi yang tinggi, kemampuan menyimpan energi yang
besar, prinsip yang sederhana dan konstruksi yang mudah (An dkk., 2001;
Shukla dkk., 2000).
Dua hal yang perlu diperhatikan pada suatu kapasitor adalah saat
pengisian dan pengosongan muatannya. Dalam rangkaian RC apabila saklar
ditutup maka akan mengalir arus dari sumber melalui hambatan ke kapasitor,
tegangan pada kapasitor akan naik secara eksponensial sesuai dengan
persamaan berikut:
V C=V S (1−e−tRC ) .....................................................(1)
Arus I akan berhenti mengalir (I=0) pada saat tegangan kapasitor C
sama dengan tegangan sumber V S , proses tersebut dinamakan pengisian
kapasitor. Kapasitor akan mengeluarkan kembali energi listrik yang
disimpannya dengan persamaan tegangan (Bisman P., 2003)
V C=V S (e−−tRC ) ...........................................................(2)
Kapasitansi dan induktansi dapat dihitung dengan perbandingan
tegangan masukan dan tegangan keluaran, yaitu:
|V INVOut
|=√R2+XC
2
X C ..................................................................(3)
Dari persamaan di atas dapat disederhanakan menjadi:
XC2 + R2
1−|V INVOut
|2=0
.................................................................(4)
Setelah menyelesaikan persamaan untuk XC, hasil yang di dapat yaitu:
XC=R
√|V INVOut|2
−1
Digunakan hubungan
C= 1
2π fXC ................... .........................................................(6)
Persamaan dasar yang digunakan untuk mendapatkan nilai kapasitansi
yaitu:
C=
√|V INVOut|2
−1
2π Rf .....................................................................(7)
(Rowe M., dan Granfile F., 2010)
Kapasitansi spesifik dari superkapasitor dapat dihitung dengan
persamaan berikut:
C =2 I t∆V m
(8)
.......................................................................(5)
Dimana, C adalah kapasitansi spesifik elektroda tunggal dari bahan
elektroda, I adalah arus listrik, t adalah waktu, ∆V adalah perubahan
tegangan, dan m adalah massa bahan elektroda dalam satu elektroda
(Yoon, 2009).
1. Pembuatan Komposit
Pembuatan komposit dilakukan dengan proses pencampuran arang
dan TiO2 dengan perbandingan 1,33g arang aktif dan 3,5g TiO2 dengan
menggunakan blender, selanjutnya ditambahkan NaOH sehingga
membentuk seperti bubur dengan lama pengadukan ± 1 jam. Setelah
pengadukan, bubur disiapkan direaksikan dalam autoklaf pada 125oC
selama 72 jam (tiga hari tiga malam). Temperatur awal yang diberikan
yaitu 125 oC selama beberapa jam, kemudian setelah mencapai
temperatur 125 oC maka temperaturnya diturunkan sehingga mencapai
temperatur kamar hingga hari kedua. Selanjutnya pada hari kedua
diberikan perlakuan yang sama seperti sebelumnya yakni 1 jam pertama
temperaturnya dinaikan dan selanjutnya diturunkan pada temperatur
kamar, begitupula pada hari ketiga. Setelah direaksikan dalam
autoklave, komposit tersebut diaduk dan ditambahkan 0,05 M HCL
sebesar 500 ml. Komposit yang telah menjadi bubur kemudian disaring
dan dicuci dengan aquadest, selanjutnya komposit tersebut dimasukan
ke dalam oven.
2. Pemanasan dengan temperatur Kalsinasi
Pemanasan dilakukan dengan memasukan sampel (komposit TiO2-
arang aktif) ke dalam tanur selama 5 jam untuk masing-masing sampel.
Untuk proses pemanasan ini temperatur kalsinasi divariasikan yaitu
400oC, 550oC, 700oC, 850oC, hingga 1000oC
3. Pembuatan dan pengukuran superkapasitor
a. Wadah
Kawat tembaga 1,2cm
1,5cm
2cm
Bahan elektrodaKomposit TiO2-arang aktif separator
(mika)
Kolektor(plat tembaga)
Gambar 3.6. pembuatan wadah superkapasitor
Wadah kapasitor berukuran panjang 2 cm, lebar 1,2 cm, dan tiggi
1,5 cm. Sisi kanan dan kiri wadah tersebut diberi lubang, selanjutnya
kawat tersebut akan dihubungkan dengan plat tembaga yang berfungsi
sebagai kolektor yang berukuran 1,3 mm x 0,8 mm. Selain itu terdapat
separator yang berbahan mika dengan ukuran yang sama dan ketebalan
0,15mm.
b. Penyisipan komposit ke dalam wadah superkapasitor
Komposit yang telah dikalsinasi dimasukan ke dalam wadah dan
diteteskan larutan elektrolit (LiNO3). Komposit yang terisi dalam wadah
sebanyak 0,7 gr tiap satu superkapasitor. Superkapasitor terdiri atas
bahan elektroda, separator, kolektor, dan larutan elektrolit.
c. Pengukuran superkapasitor
Gambar 1. Desain pengukuran kapasitansi superkapasitor
(Mclucas, 2010)
Pengukuran kapasitansi dan performa superkapasitor pada
setiap sampel (400oC, 550oC, 700oC, 850oC, hingga 1000oC.).
Mengatur nilai frekuensi pada signal generator dan membuat
tegangan masukan dua kali lebih besar tegangan keluaran yang
terlihat pada osiloskop untuk mendapat nilai kapasitansi yang lebih
akurat.
Pengukuran superkapasitor diuji dengan sebuah rangkaian dan
sampel komposit TiO2-arang aktif dihubungkan seri dengan resistor 1
kΩ dan potensiometer 50 kΩ. Signal generator (Ch. 1) pada osiloskop
dihubungkan parallel pada potensiometer 50 kΩ, dengan tujuan untuk
memberikan tegangan dan frekuensi masukan pada rangkaian. Ch.1
pada osiloskop bertujuan untuk mengetahui nilai tegangan yang
diberikan osiloskop. Sedangkan Ch. 2 pada osiloskop dihubungakan
parallel dengan superkapasitor yang diukur, Tujuannya untuk
Keterangan:
1. Osiloskop 2. Signal generator3. Potensiometer 4. Resistor5. Kapasitor
mengetahui nilai tegangan superkapasitor dan merupakan tegangan
keluaran pada rangkaian.
C. Hasil dan Pembahasan
1. Kapasitansi Superkapasitor Komposit TiO2-Arang Aktif Kulit Biji
Mete
Tabel 1. Parameter Sel Superkapasitor Elektroda Arang Aktif dengan Memvariasikan Temperatur kalsinasi
NO.
Temperatur(oC)
f(Hz)
VIN
(Volt)
VOut
(Volt)
R(Ohm)
VIN/ VOut
C (Farrad)
1.
400 0,005 3,4 1,6 1000 1,6 0,05971337
2.
550 0,005 3,12 1,52 1000 1,52 0,05708812
3.
700 0,003 3,4 1,48 1000 1,48 0,10977865
4.
850 0,029 3,12 1,52 1000 1,52 0,00984277
5.
1000 0,4 3,04 1,52 1000 1,52 0,00068951
Berdasarkan hasil pengukuran pada tabel 1 dapat dilukiskan secara
grafik hubungan kapasitansi dengan temperatur kalsinasi pada komposit
TiO2 - arang aktif kulit biji mete adalah sebagai berikut:
0 200 400 600 800 10000
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
0.12
temperatur kalsinasi (ºC)
kapa
sita
nsi (
F)
Gambar 2. Grafik hubungan antara suhu kalsinasi terhadap kapasitansi
Grafik hubungan kapasitansi superkapasitor dan temperatur
kalsinasi (400oC, 550oC, 700oC, 850oC, hingga 1000oC) memperlihatkan
nilai kapasitansi yang dihasilkan tidak stabil. Hal ini terlihat dari
kapasitansi yang dihasilkan pada temperatur 400oC yaitu 0,059F,
sedangkan pada temperatur 550oC sebesar 0,057F, dari nilai kapasitansi
yang dihasilkan jelas terlihat bahwa nilainya mengalami penurunan
sedangkan pada temperatur 700oC nilai kapasitansinya kembali
mengalami kenaikan yaitu 0,1F dan pada temperatur berikutnya
mengalami penurunan kembali.
2. Bentuk Gelombang Tegangan Masukan dan Tegangan Keluaran
Gambar 3. Gelombang tegangan masukan dan keluaran pada temperaur 400oC.
Gambar 4. Gelombang tegangan masukan dan keluaran pada temperatur 550oC.
Gambar 5. Gelombang tegangan masukan dan keluaran pada temperatur
700oC.
3. Waktu Pengisian dan Pengosongan Superkapasitor
400 550 700 850 10000
102030405060708090
Waktu PengisianWaktu Pengosongan
Temperatur kalsinasi(ºC)
perf
oman
ce (s
)
Gambar 8. Grafik hubungan antara temperatur kalsinasi terhadap waktu pengisian dan pengosongan
Pada sampel komposit TiO2-arang aktif yang dikalsinasi pada
temperatur 400oC nilai kapasitansi yang terukur yaitu 0,059713376 F.
Selanjutnya pada temperatur 550oC nilai kapasitansi yang terukur yaitu
0,057088121, sedangkan pada temperatur 700oC nilai kapasitansi yang
terukur yaitu 0,109778657. Sampel dengan temperatur 850oC
menghasilkan nilai kapasitansi sebesar 0,009842779 F, sedangkan untuk
temperatur 1000oC nilai kapasitansi yang terukur yaitu 0,000689 F. Data
yang dihasilkan terlihat bahwa nilai kapasitansi dengan temperatur diatas
700oC mengalami penurunan, hasilnyapun jauh lebih rendah
dibandingkan dengan temperatur di bawah 700oC, artinya bahwa arang
aktif pada temperatur di atas 700oC merupakan arang yang tidak layak
untuk digunakan sebagai bahan elektroda superkapasitor.
Ada banyak faktor yang menyebabkan besarnya nilai kapasitansi
pada temperatur di atas 700oC. Berdasarkan rujukan penelitian
sebelumnya yang telah dilakukan oleh Tanaka (1996) teorinya
menyatakan bahwa “meningkatnya temperatur dan lama aktivasi
menyebabkan luas permukaannya semakin besar dan begitupula dengan
ukuran pori, sedangkan teori benaddi (2002) berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan mengatakan bahwa meningkatnya temperatur dan lama
aktivasi cenderung menaikan kadar abu dan akibat dari munculnya abu
tersebut akan menutupi pori-pori arang aktif. Dari beberapa penelitian
tersebut dikaitkan dengan penelitian ini maka jelas bahwa ketika
komposit TiO2- arang aktif yang diberikan perlakuan panas di atas 700oC
luas permukaannya akan semakin besar dan ukuran porinya akan
semakin lebar, namun ukuran pori yang diharapkan adalah ukuran pori
dimana ion-ion elektrolit dapat masuk ke dalam pori.
D. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa temperatur
kalsinasi mempengaruhi nilai kapasitansi superkapasitor komposit TiO2- arang
aktif. Temperatur kalsinasi mampu merubah luas permukaan, struktur kristal
dan ukuran pori pada komposit TiO2- arang aktif, sehingga dapat disimpulkan
bahwa semakin tinggi temperatur kalsinasi maka semakin rendah nilai
kapasitansinya.
DAFTAR PUSTAKA
An, K. H., Kim, W. S., Park, Y. S., Choi, Y. C., Lee, S. M., Chung, D. C., Bae, D. J., Lim, S. C., and Lee, Y. H., (2001), Supercapacitors Using Single-Walled Carbon Nan.otube Electrodes, Adv. Mater. vol. 13, no. 7, pp. 497-500.
Anonim, 2014c, karbon aktif, http://www.thomasnet.com/karbon_aktif.php. Diakses pada tanggal 11 Mei 2014
Ariyanto Teguh, Prasetyo Imam, dan Rochmadi, (2012). Pengaruh Struktur Pori terhadap Kapasitansi Elektroda Superkapasitor yang dibuat dari Karbon Nanopori. Jurnal Reactor,Vol. 14 No. 1, April 2012, Hal, 25-32.
Endo, T.,Kim, K., and Ishi, (2001). High Power Electric Doble Layer Capacitor (EDLCs); from Operating Principle Size in advanced Activated Carbons. Carbon Science, Vol 1, pp. 117-128.
Haniffudin Nurdiansah dan Diah Susanti,” Pengaruh Variasi Temperatur Karbonisasi dan Temperatur Aktivasi Fisika dari Elektroda Karbon Aktif Tempurung Kelapa dan Tempurung Kluwak terhadap Nilai Kapasitansi Electric Double Layer Capacitor (EDLC)”. ITS. Surabaya.
Jia, A.; Liang, X.; Su, Z.; Zhu, T.; Liu, S. Synthesis and the effect of calcination temperature on the physical–chemical properties and photocatalytic activities of Ni,La codoped SrTiO3. Journal of Hazardous Materials. 2010, CLXXVIII, Nr. 1-3, pp. 233-242. ISSN 0304-3894.
Mclucas, Jim. 2010. Design Ideas Circuit Synchronizes Sensors and Cameras. [email protected]
Putu, Gusti. 2015. Analisis Sifat Listrik Komposit TiO2 – Arang Aktif dari Kulit Biji Mete. Skripsi. FKIP Universitaas Halu Oleo. Kendari:
Reli Martin, dkk. 2012. Pengaruh Kalsinasi (Temperatur dan Durasi) dari Kaolinit / TiO2 Komposit pada Sifat Fisikokimia dan pada Hasil Pengurangan CO2 Fotokatalitik. Vol LVIII, No 4.p.10-22, ISSN 1802-5420.
Shukla, A.K., Sampath, S., and Vijayamohanan, K., (2000), Electrochemical Supercapacitors: Energy Storage Beyond Batteries, Current Science, vol. 79, no. 12.
Susanti. 2012. Preparasi Nanopartikel Tio2-Anatas Tersensitifkan Perak (TiO2a@Ag) Untuk Fotodegradasi Metilen Biru. Skripsi. Program Studi Kimia. Jurusan Pendidikan Kimia. FMIPA. UNY. Yogyakarta.
Yoon, Songhun., Ka, Bok H., Lee, Chulwee, park, Misun, Zoh, Seung M., 2009. Preparation of Nanotube TiO2–Carbon Composite and Its Anoda Performance in Lithium-Ion Batteries. Electrochemical and Solid State Letters, 12(2) A28-A32.
Zhu, Haoquan, W. Li, dan X. Zhang, Resorcinol-Formaldehyde Based Porous Carbon as an Electrode Material for Supercapacitor, Carbon, 45, 160 (2007).