artikel hiv aids

12
Estimasi Kasus HIV/AIDS di Denpasar Hingga Maret 2010 Capai 1571 Orang Seperti yang kita ketahui, HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang kekebalan tubuh manusia, dan AIDS (Acquired mmune Deficiency Syndrome) adalah sekumpulan tanda dan gejala penyakit akibat hilangnya atau menurunnya sistem kekebalan tubuh seseorang. Di Indonesia, perkembangan penyakit ini kian mengancam kehidupan, khusunya kehidupan generasi muda bangsa. Pada awalnya kasus AIDS pertama kali dilaporkan di Indonesia pada 1987, yang menimpa seorang warga negara asing di Bali. Tahun berikutnya mulai dilaporkan adanya kasus di beberapa provinsi. Hingga Juni 2010 secara kumulatif kasus AIDS yang dilaporkan sejak tahun 1987 berjumlah 21.770 dari 32 provinsi dan 300 kabupaten/kota. Sementara itu, untuk kasus HIV positif, sampai dengan 30 Juni 2010 secara kumulatif berjumlah 44.292 kasus dengan positive rate rata-rata 10,3%. Angka perkembangan penderita HIV/AIDS di Indonesia dari tahun ke tahun memang sangat mencemaskan, terlebih lagi dengan adanya arus globalisasi yang kian menggerus nilai moral anak-anak bangsa saat ini. Para ahli memperkirakan bahwa hingga saat ini terdapat antara 90.000–130.000 orang Indonesia yang hidup dengan HIV . Pola penyebaran infeksi yang umum terjadi adalah melalui hubungan seksual, kemudian diikuti dengan penularan melalui penggunaan napza suntik. Industri seks diperkirakan melibatkan 150.000 pekerja seks komersial wanita. Penderita HIV pada wanita berisiko tinggi ini cukup tinggi. Infeksi ini juga terjadi cukup tinggi pada lembaga pemasyarakatan. Faktor risiko di Indonesia yang dapat mempercepat penyebaran HIV/AIDS antara lain meningkatnya penggunaan napza suntik, perilaku berisiko seperti penggunaan jarum suntik bersama, tingginya penyakit seksual menular pada anak jalanan, keengganan pelanggan seks pria untuk menggunakan kondom, tingginya angka migrasi dan perpindahan penduduk, serta kurangnya pengetahuan dan informasi pencegahan HIV/AIDS.

Upload: rdwiradiputra

Post on 26-Jul-2015

351 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Artikel Hiv Aids

Estimasi Kasus HIV/AIDS di Denpasar Hingga Maret 2010 Capai 1571 Orang

Seperti yang kita ketahui, HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang kekebalan tubuh manusia, dan AIDS (Acquired mmune Deficiency Syndrome) adalah sekumpulan tanda dan gejala penyakit akibat hilangnya atau menurunnya sistem kekebalan tubuh seseorang.

Di Indonesia, perkembangan penyakit ini kian mengancam kehidupan, khusunya kehidupan generasi muda bangsa. Pada awalnya kasus AIDS pertama kali dilaporkan di Indonesia pada 1987, yang menimpa seorang warga negara asing di Bali. Tahun berikutnya mulai dilaporkan adanya kasus di beberapa provinsi. Hingga Juni 2010 secara kumulatif kasus AIDS yang dilaporkan sejak tahun 1987 berjumlah 21.770 dari 32 provinsi dan 300 kabupaten/kota. Sementara itu, untuk kasus HIV positif, sampai dengan 30 Juni 2010 secara kumulatif berjumlah 44.292 kasus dengan positive rate rata-rata 10,3%. Angka perkembangan penderita HIV/AIDS di Indonesia dari tahun ke tahun memang sangat mencemaskan, terlebih lagi dengan adanya arus globalisasi yang kian menggerus nilai moral anak-anak bangsa saat ini. Para ahli memperkirakan bahwa hingga saat ini terdapat antara 90.000–130.000 orang Indonesia yang hidup dengan HIV .

Pola penyebaran infeksi yang umum terjadi adalah melalui hubungan seksual, kemudian diikuti dengan penularan melalui penggunaan napza suntik. Industri seks diperkirakan melibatkan 150.000 pekerja seks komersial wanita. Penderita HIV pada wanita berisiko tinggi ini cukup tinggi. Infeksi ini juga terjadi cukup tinggi pada lembaga pemasyarakatan. Faktor risiko di Indonesia yang dapat mempercepat penyebaran HIV/AIDS antara lain meningkatnya penggunaan napza suntik, perilaku berisiko seperti penggunaan jarum suntik bersama, tingginya penyakit seksual menular pada anak jalanan, keengganan pelanggan seks pria untuk menggunakan kondom, tingginya angka migrasi dan perpindahan penduduk, serta kurangnya pengetahuan dan informasi pencegahan HIV/AIDS.

Di Provinsi Bali sendiri, secara komulatif tercatat 3.390 orang positif terinfeksi HIV AIDS hingga Maret 2010. Sementara berdasarkan data estimasi Dinas Kesehatan Bali jumlah kasus HIV/AIDS di Bali diperkirakan akan mencapai 7000 kasus pada akhir 2010. Khusus di Kota Denpasar, laporan oleh Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Kota Denpasar pada akhir Maret 2010 kasus HIV/AIDS di Denpasar telah mencapai angka 1.571 kasus. Angka ini menunjukkan peningkatan yang cukup tajam dimana pada bulan yang sama pada tahun 2009 kasus HIV/AIDS di Denpasar kurang lebih sebanyak 1.284 kasus.

September 2003 tercatat ada 1.239 kasus AIDS dan 2.685 kasus HIV1 (Departemen Kesehatan RI, 2002. Estimasi Nasional Infeksi HIV pada Orang Dewasa Indonesia Tahun 2002, Jakarta. ) yang telah dilaporkan.

Para ahli memperkirakan bahwa hingga saat ini terdapat antara 90.000–130.000 orang Indonesia yang hidup dengan HIV . Sehingga dengan menggunakan perhitungan angka kelahiran sebesar 2,5 persen,

Page 2: Artikel Hiv Aids

diperkirakan terdapat 2.250–3.250 bayi yang mempunyai risiko terlahir dengan infeksi HIV. Pola penyebaran infeksi yang umum terjadi adalah melalui hubungan seksual, kemudian diikuti dengan penularan melalui penggunaan napza suntik.

Berdasarkan kasus yang terlaporkan, jumlah kasus AIDS di Indonesia sejak 1987 sampai 2002 terus meningkat, menyerang semua kelompok umur khususnya remaja serta kelompok usia produktif. Data pengawasan di Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Jakarta menunjukkan adanya kenaikan infeksi HIV pada pengguna napza suntik dari 15 persen pada 1999 menjadi 47,9 persen pada 2002.2 (Departemen Kesehatan RI, 2002. Rencana Strategis Penanggulangan HIV/AIDS Indonesia 2003–2007. Jakarta.)

Industri seks diperkirakan melibatkan 150.000 pekerja seks komersial wanita. Penderita HIV pada wanita berisiko tinggi ini cukup tinggi. Di Merauke, misalnya, 26,5 persen pekerja seks komersial wanita telah terinfeksi HIV. Infeksi ini juga terjadi cukup tinggi pada lembaga pemasyarakatan. Di salah satu lembaga pemasyarakatan di Jakarta, misalnya, 22 persen narapidana telah terinfeksi HIV.

Penggunaan kondom pada hubungan seksual terakhir dilakukan oleh sekitar 41 persen pekerja seks komersial. Diperkirakan ada 7–10 juta pelangan seks pria di Indonesia, namun survei di tiga kota menunjukkan hanya sekitar 10 persen dari pelanggan yang menggunakan kondom secara konsisten untuk melindungi dirinya dari risiko penularan saat melakukan transaksi seks secara komersial. Survei lainnya di 13 provinsi pada pekerja seks komersial3 (National AIDS Commission, Republic of Indonesia, May 2003. Country Report on Follow-Up to the Declaration of Commitment on HIV/AIDS (UNGASS), Reporting period 2001–2003.) menunjukkan bahwa penggunaan kondom pada hubungan seks seminggu terakhir antara 18,9 persen di Karawang dan 88,4 persen di Merauke.4 (Berdasarkan data Survei Surveilans Perilaku dilakukan di 15 kota di 13 propinsi pada tahun 2003 oleh Departemen Kesehatan dan Badan Pusat Statistik.)

Persentase anak muda usia 15–24 tahun yang mempunyai pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS.a,5 (United Nations, 2003: “Indicators for Monitoring the MilleniumDevelopment Goals: Definitions, Rationale, Concept and Sources”.) dapat diestimasi menggunakan pendekatan indikator dari survei. Pada 2002-2003, 65,8 persen wanita dan 79,4 persen pria usia 15–24 tahun telah mendengar tentang HIV/AIDS.6 (BPS-Statistics Indonesia and ORC Macro, 2003. Indonesia Demographic and Health Surveys (IDHS) 2002–2003. Maryland. USA.) Pada wanita usia subur usia 15–49 tahun, sebagian besar (62,4 persen) telah mendengar HIV/AIDS, tapi hanya 20,7 persen yang mengetahui bahwa menggunakan kondom setiap berhubungan seksual dapat mencegah penularan HIV/AIDS, dan 28,5 persen mengetahui bahwa orang sehat dapat terinfeksi HIV/AIDS.7 (UNICEF-BPS, 2000. Multi-Indicator Survey on the Education and Health of Mothers and Children, Indonesia, 2000.) Sebuah penelitian pada 2002 menunjukkan bahwa 38,4 persen dari pelajar sekolah menengah atas usia 15–19 di Jakarta secara benar menunjukkan cara mencegah penularan HIV dan menolak konsepsi yang salah tentang penularan HIV. Penelitian lain di Jawa Barat, Kalimantan Selatan, dan NTTmenunjukkan bahwa 93,3 persen anak muda usia 15–24 tahun mengetahui bahwa HIV dapat ditularkan melalui hubungan seksual, tapi hanya 35 persen yang mengetahui bahwa penggunaan jarum suntik bersama dapat menularkan HIV dan 15,2 persen masih percaya bahwa kontak sosial biasa juga dapat menularkan HIV.3

Page 3: Artikel Hiv Aids

Penelitian terhadap prevalensi HIV pada ibu hamil di beberapa tempat di Provinsi Riau pada 1998 sampai 1999 menunjukkan bahwa 0,35 persen ibu hamil telah terinfeksi HIV. Penelitian yang sama di Papua menunjukkan hasil 0,25 persen. Konseling dan testing sukarela di Jakarta Utara menunjukkan prevalensi HIV di kalangan ibu hamil adalah 1,5 persen pada 2000 dan meningkat menjadi 2,7 persen pada 2001.3 Perlu dipahami bahwa orang yang mengunjungi klinik Konseling dan Testing HIV adalah para ibu hamil yang berisiko tertular HIV, sehingga data ini bukanlah merupakan indikasi prevalensi HIV di kalangan ibu hamil secara umum. Hal itu menunjukkan bahwa penyebaran infeksi melalui populasi penghubungb dalam masyarakat telah terjadi. Laporan pasif antara 1996–2000 menunjukkan bahwa ada 26 ibu hamil yang telah positif HIV di DKI Jakarta, Papua, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Riau. Dilaporkan juga bahwa ada 13 bayi yang terlahir dengan infeksi HIV.

Hingga saat ini prevalensi HIV/AIDS pada penduduk usia 15–29 tahun diperkirakan masih di bawah 0,1 persen.8 (2003 HIV/AIDS Country Progress Report, Komisi Penanggulangan AIDS) Anak yang terkena dampak HIV/AIDS masih rendah jumlahnya bila dibandingkandengan negara-negara lainnya. Jumlah kasus AIDS yang dilaporkan pada anak berusia 0–4 tahun adalah 12 orang, usia 5–14 tahun sebanyak empat orang, dan antara usia 15–19 tahun 67 orang.9 (Rachmat, Haikin, 2003: “HIV/AIDS Prevention Strategy for Children and Young People”. Presentation at IFPPD Meeting, MoH, November 2003.) Jumlah ini masih jauh dibawah angka yang sebenarnya, sehingga sangat perlu untuk menggalakkan sistem pengawasan pada setiap tingkatan.

Faktor risiko di Indonesia yang dapat mempercepat penyebaran HIV/AIDS antara lain meningkatnya penggunaan napza suntik, perilaku berisiko seperti penggunaan jarum suntik bersama, tingginya penyakit seksual menular pada anak jalanan, keengganan pelanggan seks pria untuk menggunakan kondom, tingginya angka migrasi dan perpindahan penduduk, serta kurangnya pengetahuan dan informasi pencegahan HIV/AIDS. Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana melaksanakan program yang secara efektif bisa mengatasi faktor risiko ini, termasuk diantaranya harm reduction pada pengguna napza suntik. Tantangan lainnya adalah bagaimana menjaga ketersediaan dan keterjangkauan obat antiretroviral.

Pencegahan merupakan upaya prioritas dalam penanggulangan HIV/AIDS. Hal ini berkaitan erat dengan situasi penularan HIV/AIDS yang ada di masyarakat. Pencegahan penyakit dilakukan melalui upaya kampanye yang meliputi pemberian informasi, edukasi, dan komunikasi (KIE) sesuai dengan budaya dan agama setempat. Ibu hamil didorong untuk melakukan kunjungan antenatal untuk memperoleh informasi tentang HIV dan konseling. Upaya pencegahan juga ditujukan kepada populasi berisiko tinggi seperti pekerja seks komersial dan pelanggannya, orang yang telah terinfeksi dan pasangannya, para pengguna napza suntik, serta pekerja kesehatan yang mudah terpapar oleh infeksi HIV/AIDS.

Pengobatan, dukungan, dan perawatan bagi orang yang hidup dengan HIV/AIDS dilakukan melalui klinik VCT (Voluntary Counseling and Testing) di sarana kesehatan yang ada. Upaya ini telah dilaksanakan bukan hanya oleh pemerintah tetapi juga oleh beberapa fasilitas kesehatan milik swasta serta lembaga nonpemerintah lainnya. Dalam menjalankan berbagai upaya ini, perlu senantiasa diperhatikan

bahwa melayani orang yang hidup dengan HIV/AIDS harus juga melindungi hak asasi manusia

Page 4: Artikel Hiv Aids

melalui berbagai upaya untuk mengurangi dan menghilangkan stigma dan diskriminasi. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan perlu dilakukan berbagai pelatihan dan pendidikan bagi para pekerja lapangan, penyediaan obat yang diperlukan, serta petunjuk pengobatan, dukungan, perawatan, dan

konseling.

Pengawasan HIV/AIDS dan infeksi menular seksual adalah salah satu kunci dalam strategi pemantauan kecenderungan prevalensi HIV/AIDS. Kegiatan pengawasan menyangkut pengumpulan, pengolahan, dan analisis data secara sistematik dan terusmenerus. Kegiatan ini akan memberikan informasi tentang jumlah dan prevalensi HIV serta penderita infeksi menular seksual, di berbagai kalangan yang ada dalam masyarakat dengan tingkat risiko yang berbeda, distribusi serta kecenderungannya.

Dari hasil penelitian Dinas Kesehatan Denpasar tahun 2006, ditemukan sekitar 60 pelajar SMU positif terjangkit HIV/AIDS.

Menurut koordiantor klinik VCT RUSP Sanglah yang menangani masalah HIV/AIDS, Sagung Anom Suryani, penularan HIV dapat dicegah dengan mengubah perilaku dan memakai alat kontrasespsi saat berhubungan seks. Mereka yang terinfeksi juga harus sadar untuk melakukan pencegahan penularan.

Selama tiga tahun terakhir sepanjang 2006 hingga 2008, sebanyak 14 narapidana yang mengidap HIV/AIDS meninggal di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Denpasar. Berdasarkan data Kelompok Kerja Penanggulangan HIV/AIDS LP Denpasar, pada 2007 terdapat lima napi meninggal dan 2006 sebanyak tiga napi. Jumlah kasusnya bisa terbilang tetap sekitar 35 kasus per tahun. Namun, angka kasus tersebut tidak terhitung narapidana yang bebas atau dipenjara tidak lebih dari sebulan. Adapun dari sekitar 800 penghuni sel LP Denpasar, hampir 60 persennya adalah pecandu narkoba. Menurut Hartawan, para narapidana pecandu narkoba ini yang paling rentan terkena HIV/AIDS. Ia menambahkan, mobilitas penghuni penjara cukup tinggi dan cenderung mempersulit penanganan bagi pengidap HIV/AIDS. "Belum lagi, narapidana yang sudah bebas dan kemudian kembali kambuh di penjara dengan keadaan yang drop atau parah," ujar Hartawan.

(Kemenkes) Dengan demikian, sampai tanggal 30 Juni 2010, secara kumulatif kasus AIDS yang dilaporkan sejak tahun 1978 berjumlah 21.770 dari 32 provinsi dan 300 kabupaten/kota. Rasio kasus AIDS antara laki-laki dan perempuan adalah 3:1. Kasus terbanyak dilaporkan dari Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Papua, Bali, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Riau dan Sumatera Barat. Rate kumulatif kasus AIDS nasional sampai 30 Juni 2010 adalah 9,44 kasus per 100.000 penduduk. Rate kumulatif kasus AIDS tertinggi dilaporkan dari Provinsi Papua (14,34 kali angka nasional), Bali (5,2 kali angka nasional), DKI Jakarta (4,4 kali angka nasional), Kep. Riau (2,4 kali angka nasional), Kalimantan Barat (1,8 kali angka nasional), Maluku (1,5 kali angka nasional), Bangka Belitung (1,2 kali angka nasional), Papua Barat, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Jawa Barat, Sumatera Barat, Riau (1,0 kali angka nasional). Proporsi kumulatif kasus AIDS tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 20-29

Page 5: Artikel Hiv Aids

tahun (48,1%), diikuti kelompok umur 30-39 tahun (30,9%), dan kelompok umur 40-49 (9,1%). Sementara cara penularan terbanyak adalah melalui hubungan heteroseksual (49,3%), Injection Drug Use/IDU (40,4%), Lelaki Seks Lelaki (3,3%), dan perinatal (2,7%). Proporsi kasus AIDS yang dilaporkan meninggal sebesar 19,0%. Infeksi oportunistik yang terbanyak dilaporkan adalah TBC (10.648 kasus), diare kronis (6.392 kasus), Kandidiasis oro-faringenal (6.412 kasus), Dermatitis generalisata (1.623 kasus), dan Limfadenopati generalisata persisten (770 kasus). Sementara untuk kasus HIV positif, sampai dengan 30 Juni 2010 secara kumulatif berjumlah 44.292 kasus dengan positive rate rata-rata 10,3%. Jumlah kasus baru pada triwulan kedua 2010 sebanyak 3.916 kasus. Daerah yang paling banyak terjadi kasus HIV positif adalah DKI Jakarta (9.804 kasus), Jawa Timur (5.973 kasus), Jawa Barat (3.798 kasus), Sumatera Utara (3.391 kasus), Papua (2.947 kasus), dan Bali (2.505 kasus). Sampai saat ini HIV/AIDS belum ada vaksin maupun obatnya. Obat yang ada adalah (ARV=Anti Retroviral Virus) yang berfungsi hanya untuk menekan perkembangan virus. Perawatan HIV di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 2005 dengan jumlah yang masih dalam pengobatan ARV pada tahun 2005 sebanyak 2.381 (61% dari yang pernah menerima ARV). Kemudian sampai 30 Juni 2010 terdapat 16.982 ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) yang masih menerima ARV (60,3% dari yang pernah menerima ARV). Jumlah ODHA yang masih dalam pengobatan ARV tertinggi berasal dari DKI Jakarta (7.242), Jawa Barat (2.001), Jawa Timur (1.517), Bali (984), Papua (685), Jawa Tengah (575), Sumatera Utara (570), Kalimantan Barat (463), Kepulauan Riau (426), dan Sulawesi Selatan (343). Kematian ODHA menurun dari 46% pada tahun 2006 menjadi 18% pada tahun 2009.

(Okezone) Wakil Wakikota Denpasar IGN Jaya Negara yang juga Ketua pelaksana Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Daerah Kota Denpasar dalam sambutannya yang dibacakan Kapala Dinas Kesehatan Kota Denpasar dr. Luh Putu Sri Armini saat membuka acara Pelatihan Kader Desa Peduli AIDS dan Narkoba di Kantor Desa Pemecutan Kaja, Denpasar,Selasa (8/6/2010) mengatakan bahwa Epidemi kasus HIV di Bali sudah sangat menghawatirkan. Secara komulatif tercatat 3.390 orang positif terinfeksi HIV AIDS hingga Maret 2010. Di Denpasar sendiri terdapat 1.571 kasus dimana 95 persen menimpa usia muda. Lebih lanjut Jaya Negara mengatakan pertambahan jumlah kasus HIV di Kota Denpasar cenderung menunjukan peningkatan. Sehingga harus mendapatkan atensi lebih. Salah satu pencegahan dan penanggulangan HIV melalui Program Komunikasi, Informasi, dan Edukasi. “Dengan diadakannya pelatihan ini semoga kita akan dapat lebih terpacu mencari terobosan terbaik dalam menangani kasus HIV dan AIDS di Kota Denpasar,” ungkapnya dalam rilis kepada okezone di Jakarta.

Orang dengan HIV dan AIDS sebenarnya sulit untuk dihitung populasinya, namun berdasarkan estimasi KPAD Kota Denpasar, sampai dengan bulan februari 2009 jumlah yang terinveksi sebanyak 2.666 orang, 48,16% terjangkit di Kota Denpasar.Di Kota Denpasar penderita HIV/AIDS mencapai 1.284 Kasus, yang terdiri dari 843 kasus HIV dan 441 kasus AIDS, 109 atau 95% diantaranya sudah meninggal dunia yang menimpa usia produktif. Demikian terungkap dalam malam renungan AIDS Nusantara yang diselenggarakan oleh Komisi penangulangan AIDS Kota Denpasar, yang berlangsung di lapangan Puputan Badung sabtu (23/5).

Page 6: Artikel Hiv Aids

Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Bali dalam laporan terbaru hingga November 2009 di Denpasar, Selasa (16/2), menyebutkan dari temuan 3.181 kasus, sedikitnya 19 bayi berusia di bawah satu tahun yang diketahui positif terjangkit penyakit dan virus mematikan itu.

(2008) Gubernur Bali Made Mangku Pastika di Denpasar, Senin mengatakan, penderita hilangnya kekebalan daya tubuh itu terdiri 1.248 kasus HIV dan 1.075 orang positif AIDS. Berdasarkan catatan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Propinsi Bali, penyakit hilangnya kekebalan daya tubuh itu telah merenggut 185 korban jiwa. Gubernur Pastika menambahkan, kota Denpasar menempati urutan teratas dengan 1.117 penderita, disusul Buleleng 443 kasus dan Badung 434 orang. Dalam kurun waktu enam tahun, 2002-2008, terjadi peningkatan signifikan mencapai 2.323 kasus, terdiri AIDS 1.075 kasus dan HIV mencapai 1.248 orang.

'Rata-rata setiap bulan sekitar 19 hingga 37 pasien datang ke kami dan mengaku kerap berganti pasangan sehingga tertular penyakit mematikan itu,' kata Kepala Seksi Rawat Inap Penyakit Menular RUSP Sanglah dr Ida Ayu Miswaryati kepada wartawan di Denpasar, Senin (14/6/2010).

(2008) Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Prof Dr dr K. Tuti Parwati Merati menegaskan, cara penularan virus HIV/AIDS yang menonjol di enam propinsi di Indonesia antara satu daerah dengan yang lainnya sangat berbeda. Ia mengatakan, estimasi orang dengan HIV/AIDS (Odha) di Indonesia menurut WHO hingga akhir 2007 tercatat 175.000 orang. Sementara penderita positif 17.207 orang terdiri atas HIV positif 6.066 orang dan AIDS 11.141 orang. Tuti Parwati yang juga Kepala Divisi Penyakit Tropis dan Infeksi FK Unud/RSUP Sanglah menambahkan, odha pengguna narkoba suntik di Bali jumlahnya berimbang antara laki-laki dan perempuan, yakni 613 berbanding 634 kasus.

Sedangkan odha dengan perilaku homoseksual pria 107 kasus, wanita 441 orang, 120 orang diantaranya pekerja seks komersial (PSK). Lebih banyak odha wanita yang bukan PSK yang terjangkit virus HIV/AIDS. Data di klinik metadon di Bali menunjukkan penderita HIV positif jumlahnya semakin menurun yakni tahun 2003 tercatat 70,7 persen, 2004 menjadi 60,6 persen berkurang lagi menjadi 58 persen tahun 2005. Klinik tersebut selain memberikan metadon harian kepada pecandu narkoba juga memberikan konseling perawatan, pengobatan dan pendampingan terhadap kliennya. Menurunnya prevalensi tersebut merupakan hasil intervensi dampingan para pecandu narkoba oleh klinik metadon. Hasil survei Dinas Kesehatan Propinsi Bali tahun 2007 menunjukkan prevalensi antara 30-63,7 persen pecandu narkoba yang dijangkau yayasan-yayasan lainnya, ujar Tuti Parwati.

Page 7: Artikel Hiv Aids

(2007) Kasus HIV/AIDS yang ditemukan di Kota Denpasar mengundang keprihatinan sejumlah pihak. Pasalnya, jumlah penderita HIV/AIDS positif saat ini diprediksi mencapai 823 orang. Karena itu, penanganan kasus ini harus lebih serius dan melibatkan semua kalangan. Tidak terkecuali para guru, juga harus terlibat dalam menekan jumlah penderita HIV/AIDS di Denpasar. Demikian ditegaskan Ketua KPA (Komisi Penanggulangan AIDS) Kota Denpasar Drs. Nyoman Aryana, M.Si. di sela-sela pelatihan tutor guru pembina KSPAN (Kelompok Siswa Peduli AIDS dan Narkoba) di Kantor Dinas Kesehatan Denpasar, Selasa (4/12) kemarin. Aryana mengatakan, berdasarkan estimasi tahun 2006/2007, di Kota Denpasar diperkirakan terdapat 1.969 orang dengan HIV/AIDS (Odha). Ironisnya, virus mematikan ini menyerang kelompok umur yang sangat produktif, yakni usia 15-49 tahun. Ketua Harian KPA Kota Denpasar dr. Sri Armini mengatakan kasus HIV/AIDS di Kota Denpasar yang positif sudah tercatat 823 kasus. Terdiri dari 570 kasus HIV dan 253 kasus AIDS. Jumlah ini bisa lebih besar karena banyak penderita yang malu untuk memeriksakan dirinya ke dokter. Para penderita cenderung menyembunyikan penyakitnya, sehingga kasus HIV/AIDS sangat identik dengan fenomena gunung es. ''Hal ini harus segera dicegah. Kasihan generasi muda makin banyak yang terkena penyakit mematikan ini,'' tegas Sri Armini.

(2009) "Melihat terus meningkatnya kasus HIV dan AIDS di Bali yang berlangsung setiap tahun, membuat epidemi AIDS menjadi populasi umum," kata Sri Mulyanti, asisten koordinator KPA Denpasar, Sabtu (25/9). Dia memberi contoh data HIV dan AIDS tahun 2009 yang tercatat 3.047 kasus, pertengahan tahun ini saja sudah bertambah mencapai 3.531 kasus. "Dari jumlah kasus tahun ini, penularannya masih didominasi melalui hubungan seksual berganta-ganti pasangan atau 'hetero' sebesar 69 persen," ujarnya.

Gawat, jumlah penderita HIV AIDS di Denpasar cenderung meningkat. Lebih parah lagi, 95 persen penderita penyakit yang belum ada obatnya ini adalah kalangan muda, usia produktif. Bukti tersebut, dibeberkan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Denpasar, pada Selasa (8/6) kemarin di hadapan awak media. Khusus Denpasar, terjadi 1.571 kasus, di antara kasus yang muncul 95 persen menimpa usia muda atau usia produktif, yang rentan dengan pergaulan bebas. “Ini hendaknya kita bisa cermati secara seksama, bersunguh-sungguh terutama dalam mengambil tindakan serta upaya pencegahan dan penanggulangannya. HIV dan AIDS tidak bisa dianggap enteng dan remeh karaena sampai saat ini belum ditemukan obatnya,” ujar Jaya Negara lewat sambutan yang dibacakan Kadiskes Denpasar Luh Putu Sri Armini di Kantor Desa Pemecutan Kaja.

(2006) Kelompok Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Propinsi Bali mencatat sampai April 2006 telah menemukan HIV/AIDS sebanyak 948 kasus. "Dari jumlah tersebut sebanyak 55 persen terjadi di Kota Denpasar," kata Ketua KPAD Kota Denpasar yang juga Sekda Kota Denpasar I Made Westra, di Denpasar, Kamis (15/6).

Page 8: Artikel Hiv Aids

Di tahun 2007, sekitar 4.041 orang telah mengidap AIDS di Bali, sebanyak 1.348 atau 33,4 % tertular melalui jarum suntik, 2.693 atau 66,6 % lainnya tertular melaui hubungan seks. Berdasarkan data yang adadi KPAD Kota Denpasar, sampai dengan bulan februari 2009 jumlah yang terinveksi sebanyak 2.666 orang, 48,16 % terjangkit di Kota Denpasar dengan penderita 1.284 Kasus, yang terdiri dari 843 kasus HIV dan 441 kasus AIDS, 109 atau 95 % diantaranya sudah meninggal dunia yang menimpa usia produktif. Demikian terungkap dalam malam renungan AIDS Nusantara yang diselenggarakan oleh Komisi penangulangan Aids Kota Denpasar, yang berlangsung di lapangan Puputan Badung (23/5/09).

berdasarkan estimasi KPAD Kota Denpasar, sampai dengan bulan februari 2009 jumlah yang terinfeksi sebanyak 2.666 orang, 48,16% terjangkit di Kota Denpasar. Di Kota Denpasar penderita HIV/AIDS mencapai 1.284 Kasus, yang terdiri dari 843 kasus HIV dan 441 kasus AIDS, 109 atau 95% diantaranya sudah meninggal dunia yang menimpa usia produktif.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Bali, total kasus HIV/AIDS yang tercatat sejak tahun 1987 hingga saat ini 3.695 orang dengan jumlah korban meninggal 352 orang. Daerah terbanyak masing-masing Denpasar 1.648 kasus, Buleleng 799 kasus, Badung 603 kasus, Tabanan 175 kasus, Gianyar 164 kasus, Karangasem 106 kasus, Jembrana 71 kasus, Klungkung 49 kasus dan Bangli 44 kasus.

Berdasarkan hasil penelitian Yayasan Kerti Praja, prevalensi ibu hamil di Bali yang positif HIV mencapai 1,2 persen dari total jumlah ibu-ibu. Dengan asumsi jumlah ibu hamil di Bali setiap tahunnya rata-rata 50 ribu orang, maka jumlah ibu hamil yang positif HIV di Bali diperkirakan mencapai 500 orang per tahun. Direktur Yayasan Kerti Praja yang juga pakar Epidemiologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Prof. dr. Dewa Nyoman Wirawan mengatakan hal itu, Minggu (14/11) kemarin. Menurut Wirawan, tahun 2009 lalu, pihaknya mengambil 260 sampel ibu hamil di mana tiga orang di antaranya positif terinfeksi HIV/AIDS (setara 1,2 persen-red). Sedangkan tahun 2010 ini, pihaknya mengambil sampel 300 orang ibu hamil di mana tiga orang di antaranya positif HIV/AIDS (1 persen).