artikel bik

9
PENGAJARAN SEJARAH BERWAWASAN KEBANGSAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER BANGSA A’ang Pambudi Nugroho Abstrak: Pengetahuan berwawasan kebangsaan harus ditanamkan kepada jiwa para generasi penerus bangsa. Hal ini bertujuan agar para generasi penerus bangsa tidak buta tentang hakikat dari negaranya. Terdapat beberapa hambatan yang harus dihadapi dalam melaksanakan konsep ini. Pelajaran sejarah sangat diperlukan sebagai ilmu pengantar dalam memberikan pengetahuan tentang perkembangan suatu negara. Sejarah juga banyak menyimpan makna dari peristiwa masa lalu yang juga dapat dijadikan sarana untuk menanamkan nilai pada generasi muda, khususnya nilai luhur Pancasila. Dengan memahami wawasan kebangsaan para generasi muda diharapkan mampu untuk menghadapi segala perubahan yang terjadi dalam kehidupan masa sekarang. Kata kunci: Wawasan kebangsaan, Pelajaran Sejarah Membuka sebuah pengetahuan mengenai hakikat terbentuknya suatu negara atau yang disebut dengan wawasan kebangsaan, dapat mengunakan materi pelajaran sejarah sebagai pengantar utamanya. Akan tetapi, terdapat beberapa hambatan yang harus dihadapi untuk melaksanakan konsep ini. Salah

Upload: khoirul-huda-milanisti

Post on 09-Nov-2015

217 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Artikel mata kuliah Bahasa Indonesia Keilmuan. Semoga bermanfaat.

TRANSCRIPT

PENGAJARAN SEJARAH BERWAWASAN KEBANGSAAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER BANGSA

Aang Pambudi Nugroho

Abstrak: Pengetahuan berwawasan kebangsaan harus ditanamkan kepada jiwa para generasi penerus bangsa. Hal ini bertujuan agar para generasi penerus bangsa tidak buta tentang hakikat dari negaranya. Terdapat beberapa hambatan yang harus dihadapi dalam melaksanakan konsep ini. Pelajaran sejarah sangat diperlukan sebagai ilmu pengantar dalam memberikan pengetahuan tentang perkembangan suatu negara. Sejarah juga banyak menyimpan makna dari peristiwa masa lalu yang juga dapat dijadikan sarana untuk menanamkan nilai pada generasi muda, khususnya nilai luhur Pancasila. Dengan memahami wawasan kebangsaan para generasi muda diharapkan mampu untuk menghadapi segala perubahan yang terjadi dalam kehidupan masa sekarang.

Kata kunci: Wawasan kebangsaan, Pelajaran SejarahMembuka sebuah pengetahuan mengenai hakikat terbentuknya suatu negara atau yang disebut dengan wawasan kebangsaan, dapat mengunakan materi pelajaran sejarah sebagai pengantar utamanya. Akan tetapi, terdapat beberapa hambatan yang harus dihadapi untuk melaksanakan konsep ini. Salah satunya yaitu meluruskan pandangan generasi muda yang menganggap sejarah sebagai pelajaran yang membosankan. Hal tersebut tidak benar, karena pelajaran sejarah selain sebagai pengantar pendidikan wawasan kebangsaan juga dapat digunakan sebagai sarana untuk menanamkan nilai-nilai sosial dan budaya bangsa Indonesia, khususnya nilai Pancasila. Hambatan tersebut harus segera ditangani, agar tidak terjadi secara berkelanjutan. Faktor utama yang menjadi timbulnya hambatan tersebut yaitu pengajaran sejarah pada lembaga-lembaga pendidikan yang kurang efektif, sehingga peserta didik hanya mendengar penjelasan lewat cerita saja. Apalagi pembimbingnya setelah menjelaskan, kemudian memberi tugas-tugas untuk dikumpulkan dan meninggalkan kelas dengan alasan keperluan tertentu. Hal itulah yang membuat para siswa merasa jenuh dan bosan dengan mata pelajaran sejarah. Melihat peristiwa tersebut, artikel ini akan membahas tentang solusi pemecahan hambatan dalam pembelajaran sejarah dengan konsep wawasan kebangsaan. Selain itu juga mengenai peristiwa penting tentang awal penyatuan wiayah Nusantara yang terdapat dalam sejarah dalam rangka menanamkan nilai-nilai sosial-budaya khususnya nilai Pancasila.

Solusi Terhadap hambatan-hambatan yang mengatakan pelajaran sejarah selalu membosankan1. Sikap keterbukaan dari Guru SejarahSikap keterbukaan dari guru pembimbing sejarah menjadi salah satu peranan penting dalam mengatasi hambatan ini. Karena guru sebagai pendorong utama yang mengarahkan siswa untuk belajar di sekolah. Seorang guru sejarah selain mampu untuk memberikan materi pelajaran juga harus mampu terbuka dengan berbagai pertanyaan dari siswanya, serta mampu untuk menjelaskan perbedaan-perbedaan yang terjadi di Indonesia. Apabila tidak dapat menjawab pertanyaan, maka dapat disimpan dahulu untuk secara cepat dicari jawabannya, dan tidak perlu malu mengatakan kepada siswanya. Karena apabila memberikan jawaban yang salah terhadap siswanya, maka sama saja dengan pengetahuan materi yang salah atau menyimpang dari kajian ilmu sejarah. Apabila guru selalu terbuka,maka siswanya akan dapat belajar dengan senang. Sebaliknya, apabila guru bersikap tertutup, maka siswanya akan merasa jenuh dan bosan.

2. Mengadakan pembelajaran sejarah berbasis lapanganPembelajaran sejarah berbasis lapangan dapat dilakukan dengan mengunjungi situs-situs peninggalan sejarah. Situs peninggalan sejarah paling dominan pertama kali untuk dikunjungi, yaitu yang berada di wilayah masing-masing yang dapat dikaji berdasarkan studi arkeologi. Karena banyak situs-situs peninggalan yang tidak dapat dikaji secara kaidah arkeologi, dan hanya menjadi mitos pada masyarakat tertentu. Jadi, obyek yang dapat dikunjungi sebagai tempat untuk melaksanakan pembelajaran sejarah berbasis lapangan harus ditetapkan oleh pemerintah sebagai benda cagar budaya dan sudah teranalisis oleh para ahli sejarah. Tempat-tempat yang dapat dikunjungi antara lain: Museum, Taman wisata candi, dan berbagai obyek lainnya yang dapat mendukung dalam proses pembelajaran sejarah. Setelah mengunjungi obyek-obyek tersebut, maka akan timbul banyak pertanyaan dari para siswa tentang apa yang dilihatnya. Hal tersebut nantinya akan menjadi model pengajaran berdasarkan masalah. Menurut Huda (2010:96) model pengajaran berdasarkan masalah terjadi karena terdapat isu-isu atau rasa penasaran terhadap sesuatu yang menarik untuk dicari pemecahannya. 3. Mengadakan seminar atau diskusi tentang sejarahMengadakan seminar atau diskusi di sekolah tentang sejarah tidak harus dilakukan pada saat peringatan hari besar nasional saja. Akan tetapi, juga dapat dilakukan rutin pada saat-saat tertentu. Pemerintah daerah dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam hal ini cukup berperan besar dalam mensosialisasikan beberapa obyek wisata budaya di beberapa sekolah-sekolah yang dapat dijadikan tempat untuk mempelajari sejarah. Mempelajari sejarah negara, lebih spesifik kalau lebih mengetahui dahulu tentang sejarah di wilayahnya masing-masing. Dalam seminar atau diskusi tersebut, maka akan terdapat beberapa pertanyaan dari para siswa yang penasaran ingin mengetahui tentang asal mula dari daerahnya tersebut.

Peristiwa penting tentang awal pemyatuan wilayah Nusantara yang terdapat dalam sejarah untuk menanamkan nilai-nilai sosial-budaya, khususnya nilai PancasilaSebagai bangsa yang majemuk dengan beragam suku bangsa atau etnis dan agamanya, Negara Indonesia perlu sebuah metode khusus untuk menanamkan sebuah nilai persatuan dalam aspek sosial dan budaya untuk mencegah terjadinya konflik karena dampak dari keberagaman tersebut. Pelajaran sejarah dapat menjadi pengantar untuk penanaman nilai tersebut melalui sebuah peristiwa masa lalu, khususnya dalam hal proses persatuan wilayah Indonesia masa lalu yang dimulai dari masa pemerintahan Raja Kertanagara dari Kerajaan Singhasari yang bertempat di Malang, Jawa Timur. Dalam Kitab Negarakertagama dalam Soekmono (1973:65-66) dapat diketahui bahwa pada tahun 1284 Masehi wilayah Bali dapat ditaklukkan oleh Raja Kertanegara. Wilayah lain yang juga ditaklukkan meliputi: Pahang, Sunda, Bakulapura (Kalimantan Barat Daya), dan Gurun (Maluku). Termasuk wilayah yang berada dalam lingkungan Kerajaan Singhasari. Selain itu, Raja Kertanegara juga mengadakan hubungan politik dengan penguasa dari Kerajaan Campa di Kamboja yang bernama Raja Simhawarman III, di mana Raja Simhawarman III mempunyai dua orang istri. Seorang diantaranya adalah adik dari Raja Kertanegara yang bernama Tapasi. Karena menurut Prasasti Po Sah (di Hindia Belakang), Tapasi berasal dari Jawa. Pada saat Kerajaan Campa diserang oleh Kerajaan Annam, Tapasi melarikan diri ke Jawa. Hubungan politik antara Raja Kertanagara dengan Raja dari Kerajaan Campa dapat dilihat sebagai suatu cara yang bersifat damai dalam mempersatukan wilayah Nusantara pada masa lalu. Selain itu, sebelumnya pada tahun 1275 Masehi Raja Kertanegara mengembangkan sayapnya ke Sumatra Tengah dengan mengirimkan pasukan ke sana yang berlangsung sampai tahun 1292 Masehi yang dikenal dengan nama ekspedisi Pamalayu. Hal ini menunjukkan karena yang ingin dikuasai adalah Sumatra tengah pasti kerajaan yang akan ditaklukkan adalah Sriwijaya. Pada ekspedisi Pamalayu, Kertanegara berhasil melemahkan Kerajaan Sriwijaya dan menguasai tanah Melayu. Pengiriman pasukan Singhasari ke Swarnabhumi atau Sumatra untuk menyerang Kerajaan Sriwijaya karena bersekutu dengan Tiongkok yang ingin juga menguasai wilayah Nusantara. Pada awalnya memang proses persatuan wilayah di Nusantara berawal dari sebuah penaklukan-penaklukan wilayah, tetapi pada akhirnya dapat bersatu atas dasar persamaan nasib karena manusia di suatu wilayah tertentu tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan dari masyarakat dari wilayah atau pulau lain. Hal tersebut berlansung sampai pada masa kemerdekaan. Karena kalau tidak dipersatukan, maka wilayah Nusantara sebagian akan direbut oleh bangsa lain. Sehingga, pada masa pemerintahannya Raja Kertanagara selalu mempertahankan kekuasaan Nusantara dan tidak akan melepaskan kepada Kerajaan Tiongkok dibawah kekaisaran Khubilai Khan, meski harus perang dengan menelan banyak korban.Berdasarkan peristiwa tersebut, dapat diambil sebuah makna penting yaitu bahwa pengorbanan dalam mempersatukan wilayah Nusantara amatlah sulit. Sedangkan pada masa yang sudah damai ini, banyak masyarakat yang tidak mengetahui hal tersebut. Nilai-nilai yang dapat ditanamkan berdasarkan peristiwa tersebut antara lain: bahwa perdamaian dapat membawa ketentraman bagi kehidupan. Untuk mencapai ketentraman tersebut juga diperlukan sebuah nilai yang berlandaskan persatuan bangsa, atau kita kenal dengan Pancasila sebagai ideologi yang mempersatukan segala bentuk perbedaan di Negara Indonesia. Dari sinilah kita dapat menghayati tentang pentingnya mempertahankan suatu kemerdekaan yang diwariskan oleh para pendahulu kepada kita. Agar dapat selalu jaya, sebagai bangsa yang besar kita tidak boleh melupakan sejarah dan harus selalu menghargai jasa para pendahulu kita dengan tetap menjaga keutuhan Negara Indonesia.

PenutupSebuah perubahan tentang konsep pembelajaran sejarah di sekolah perlu dilakukan. Hal tersebut selain untuk meluruskan dari pandangan yang mengatakan sejarah pelajaran yang membosankan, juga bertujuan untuk mengadakan proses pembelajaran yang mengacu langsung pada benda maupun bangunan tinggalan masa lalu sebagai bukti dari kebudayaan pendahulu kita. Peran dari guru dan pemerintah dalam melaksanakan konsep ini diperlukan sebuah keterbukaan diri demi tercapainya tujuan pengajaran sejarah berwawasan kebangsaan. Agar para generasi muda dapat menemukan jati diri serta tidak buta wawasan tentang hakikat negaranya. Oleh karena itu, penanaman nilai-nilai kebangsaan yang berlandaskan Pancasila perlu lebih ditingkatkan sebagai bekal para generasi muda dalam menghadapi perkembangan yang terjadi dalam kehidupan masa sekarang.

Daftar RujukanSoekmono, R. 1973. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2. Yogyakarta: Kanisius.Huda, M., 2010. Kajian Filosofis Otonomi Daerah Bidang Pendidikan. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang