artikel analisis tingkat kesehatan bank

Upload: risa-maulina

Post on 16-Oct-2015

453 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

abidhbid

TRANSCRIPT

  • 1

    ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK

    SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS KEUANGAN GLOBAL 2008

    (Penelitian pada Bank Umum Konvensional yang Terdaftar di Bursa Efek

    Indonesia)

    FAHRURRAZI

    Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Syiah Kuala

    ABSTRACT

    The objective of this research is to examine the difference from level of banks

    health before and after global financial crisis 2008. This research done at Conventional Banks that listed in Indonesia Stock Exchange (BEI) for 4 period, such 2006, 2007, 2009, and 2010. The research type used in this research is verificative research or hypothesis testing research.

    Research method used in this research is census method and balanced panel data. Goals population in this research is the banks that have published complete data from all variables needed. There are 80 bank observations fulfilling the population criteria during 4 years. Data collection technique by using secondary data gotten from financial report and annual report from Indonesia Stock Exchange website. The paired sample t-test is used to test the hypothesis.

    The results of this research show that (1) Conventional Banks level of health before and after global financial crisis 2008 different from capital side, (2) different from asset quality side, (3) different from management side, (4) have no difference from rentability side, and (5) different from liquidity side. Keywords: CAR, NPL, NPM, ROA, BOPO, LDR

  • 2

    PENDAHULUAN

    Keadaan perekonomian dunia pada tahun 2007 dan 2008 dihadapkan pada suatu

    masalah yang besar. Masalah tersebut muncul saat ekonomi Amerika Serikat dikejutkan

    oleh sebuah perusahaan pembiayaan kredit yang memberikan jasa kemudahan kredit

    perumahan kepada masyarakat. Kemudahan dalam pemberian kredit ini terjadi pada saat

    harga properti di Amerika Serikat sedang mengalami kenaikan yang pesat sehingga

    stabilitas ekonominya berakibat buruk. Persoalan ini muncul ketika lembaga-lembaga

    keuangan di negara tersebut memberikan kredit kepada masyarakat yang tidak

    seharusnya dilakukan karena secara finansial mereka tidak mampu untuk memenuhinya.

    Akibatnya, perusahaan tersebut tidak dapat beroperasi lagi sesuai dengan undang-

    undang yang telah ditetapkan pada tahun 1925 tentang mortgage (perumahan).

    Kebangkrutan Lehman Brothers yang merupakan salah satu perusahaan investasi atau

    bank keuangan senior terbesar di Amerika Serikat menjadi awal dari drama krisis

    keuangan di negara yang disebut-sebut sebagai sistem kapitalis tanpa batas. Krisis ini

    membawa pengaruh ke Indonesia meskipun tidak terlalu besar. Pengaruh tersebut

    berdampak pada keadaan Bursa Efek Indonesia (BEI) yang harus di suspend selama

    beberapa hari seiring terjadinya krisis keuangan tersebut.

    Sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum diatur dalam Peraturan Bank

    Indonesia No. 6/10/PBI/2004. Penilaian ini dilakukan karena kesehatan bank merupakan

    kepentingan semua pihak yang terkait, baik pemilik, pengelolah bank, masyarakat

    pengguna jasa bank, dan Bank Indonesia selaku otoritas pengawas bank. Tingkat

    kesehatan bank mencakup penilaian terhadap beberapa faktor yaitu permodalan (capital),

    kualitas aset (asset), manajemen (management), rentabilitas (earning), likuiditas

    (liquidity), dan sensitivitas terhadap risiko pasar (sensitivity to market risk) atau disebut

    juga dengan CAMELS. Metode CAMELS digunakan perbankan sebagai tolak ukur dalam

    menilai kesehatan bank.

    Rumusan Masalah

    Apakah tingkat kesehatan bank umum konvensional yang terdaftar di Bursa Efek

    Indonesia berbeda sebelum dan sesudah terjadinya krisis keuangan global 2008 bila

    dilihat dari sisi permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, dan likuiditas

    Tujuan Penelitian

    Untuk menguji apakah tingkat kesehatan bank umum konvensional yang

    terdaftar di Bursa Efek Indonesia berbeda sebelum dan sesudah terjadinya krisis

  • 3

    keuangan global 2008 bila dilihat dari sisi permodalan, kualitas aset, manajemen,

    rentabilitas, dan likuiditas

    KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

    Bank

    Menurut Pasal 1 Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-

    Undang No.7 Tahun 1992 Perbankan adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

    masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

    bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat

    banyak. Bila ditinjau dari fungsinya, bank terbagi atas 3 (tiga) macam yaitu bank sentral,

    bank umum, dan bank perkreditan rakyat. Bank sentral merupakan bank yang

    mempunyai peranan penting dalam mengatur dan mengawasi bank-bank yang ada di

    dalam suatu negara. Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara

    konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan

    jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkan Bank perkreditan rakyat merupakan bank

    yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah

    yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran (Ismail,

    2010:15).

    Tingkat Kesehatan Bank

    Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004 Tingkat Kesehatan Bank

    adalah hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap

    kondisi/kinerja suatu bank melalui penilaian kuantitatif dan atau penilaian kualitatif

    terhadap faktor-faktor permodalan, kualitas asset, manajemen, rentabilitas, likuiditas, dan

    sensitivitas terhadap risiko pasar.

    Peringkat Komposit

    Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004

    perihal Sistem Penilaian Tingkat Bank Umum dan Surat Edaran Bank Indonesia

    No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 perihal Tatacara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

    Umum, tolak ukur untuk menentukan tingkat kesehatan suatu bank setelah dilakukan

    penilaian terhadap masing-masing variabel, yaitu dengan menentukan hasil penilaian

    yang digolongkan menjadi peringkat komposit kesehatan bank. Pengertian dari peringkat

    komposit adalah peringkat akhir hasil penilaian tingkat kesehatan bank (Pujiyanti dan

    Suhendra, 2009).

  • 4

    Tabel 1 Matrik Peringkat Komposit Tingkat Kesehatan Bank

    PK 1 Mencerminkan bahwa mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan.

    PK 2

    Mencerminkan bahwa bank mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan namun bank masih memiliki kelemahan-kelemahan minor yang dapat segera diatasi oleh tindakan rutin.

    PK 3 Mencerminkan bahwa bank terdapat beberapa kelemahan yang dapat menyebabkan peringkat kompositnya memburuk apabila bank tidak segera melakukan tindakan korektif.

    PK 4

    Mencerminkan bahwa bank sensitif pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan atau bank memiliki kelemahan keuangan yang serius atau kombinasi dari kondisi beberapa faktor yang tidak memuaskan yang apabila tidak dilakukan tindakan korektif yang efektif berpotensi mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya.

    PK 5

    Mencerminkan bahwa bank sangat sensitif terhadap pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan serta mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya.

    Sumber: Peraturan Bank Indonesia No.6/10/PBI/2004 Pasal 7

    Sehubungan dengan Tabel 1, predikat tingkat kesehatan bank disesuaikan

    dengan ketentuan dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei

    2004 adalah sebagai berikut:

    a. Untuk predikat Tingkat kesehatan sehat dipersamakan dengan Peringkat Komposit 1

    (PK 1) atau Peringkat Komposit 2 (PK 2);

    b. Untuk predikat Tingkat kesehatan cukup sehat dipersamakan dengan Peringkat

    Komposit 3 (PK 3);

    c. Untuk predikat Tingkat kesehatan kurang sehat dipersamakan dengan Peringkat

    Komposit 4 (PK 4);

    d. Untuk predikat Tingkat kesehatan tidak sehat dipersamakan dengan Peringkat

    Komposit 5 (PK 5).

    Dalam penelitian ini, predikat tingkat kesehatan bank digolongkan menjadi dua

    kelompok sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2009), yaitu:

    a. Peringkat Komposit 1 (satu) sampai dengan 3 (tiga) diberi predikat sehat

    b. Peringkat Komposit 4 (empat) sampai dengan 5 (lima) diberi predikat tidak sehat.

    Perhitungan Rasio CAMELS

    Rasio CAMELS banyak digunakan perbankan untuk mengukur kinerja keuangan

    atau untuk menilai tingkat kesehatan suatu bank sesuai dengan kriteria yang telah

    ditetapkan oleh Bank Sentral Indonesia. Untuk melindungi kepentingan dan kepercayaan

    masyarakat terhadap bank, pemerintah mengawasi operasi bank sehari-hari dengan

  • 5

    ketat. Pengawasan itu dilaksanakan oleh Bank Sentral yaitu Bank Indonesia (Darmawi,

    2011:19).

    Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 pasal 3 tentang penilaian

    tingkat kesehatan bank mencakup penilaian terhadap faktorfaktor CAMELS yang terdiri

    dari permodalan (capital), kualitas aset (asset quality), manajemen (management),

    rentabilitas (earnings), likuiditas (liquidity), sensitivitas terhadap risiko pasar (sensitivity to

    market risk). Keenam faktor tersebut merupakan metode pengukuran yang dilakukan oleh

    bank dalam melakukan penilaian sendiri (self assessment) terhadap kinerja keuangan

    agar memperoleh informasi yang relevan bagi pihak-pihak terkait seperti pemilik,

    manajemen bank, masyarakat pengguna jasa bank dan Bank Indonesia selaku pemegang

    otoritas.

    Permodalan (Capital)

    Penilaian ini mengunakan metode CAR (Capital Adequancy Ratio), yaitu dengan

    membandingkan modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) (Kasmir,

    2003:185). Rasio CAR dapat dirumuskan sebagai berikut (SE BI No 6/73/INTERN DPNP

    tanggal 24 Desember 2004):

    CAR = Total Modal x 100% Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)

    Tabel 2 Kriteria Penilaian Tingkat Kesehatan Rasio Modal Terhadap

    Aktiva Tertimbang Menurut Risiko

    Rasio Predikat

    8,0% CAR Sehat 6,5% CAR 7,9% Cukup Sehat 5% < CAR < 7,9% Kurang Sehat

    CAR < 5% Tidak Sehat

    Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 Kualitas Aktiva (Asset Quality)

    Salah satu risiko yang muncul akibat semakin kompleknya kegiatan perbankan

    adalah munculnya NPL (Non Performing Loan) yang semakin besar skala operasi suatu

    bank, maka aspek pengawasan semakin menurun, sehingga NPL semakin besar atau

    risiko kredit semakin besar. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (SE BI No

    6/73/INTERN DPNP tanggal 24 Desember 2004):

    NPL = Kredit Bermasalah x 100% Total Kredit

  • 6

    Tabel 3 Kriteria Penilaian Tingkat Kesehatan Rasio NPL (Non Performing Loan)

    Rasio Predikat

    0% < NPL < 2% Sangat Sehat

    2% NPL < 5% Sehat

    5% NPL 8% Cukup Sehat 8% < NPL 11% Kurang Sehat

    NPL > 11% Tidak Sehat

    Sumber: Siregar (2008) Manajemen (Management)

    NPM (Net Profit Margin) adalah rasio yang menggambarkan tingkat keuntungan

    yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang di terima dari kegiatan

    operasionalnya (Pujiyanti dan Suhendra, 2009). Semakin tinggi rasio NPM, semakin tinggi

    pendapatan operasional dalam menghasilkan laba bersih. Rasio NPM dapat dirumuskan

    sebagai berikut:

    NPM = Laba Bersih x 100% Pendapatan Operasional

    Tabel 4 Kriteria Penilaian Tingkat Kesehatan Rasio NPM (Net Profit Margin)

    Rasio Predikat

    NPM > 4,9% Sehat

    3% NPM < 4,9% Cukup Sehat

    1,5% NPM 2,9% Kurang Sehat

    NPM < 1,5% Tidak Sehat

    Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP 31 Mei 2004

    Rentabilitas (Earnings)

    Analisis rasio rentabilitas suatu bank diproksikan melalui dua rasio yaitu ROA

    (Return On Asset) dan BOPO (Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional). Menurut

    Riyadi (2006:155), Return On Asset (ROA) adalah perbandingan antara laba sebelum

    pajak pada bank dengan total aktiva bank, rasio yang menunjukkan kemampuan dari

    modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan.

    Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (SE BI No 6/73/INTERN DPNP tanggal 24

    Desember 2004):

    ROA = Laba Sebelum Pajak x 100% Total Asset

    Tabel 5 Kriteria Penilaian Tingkat Kesehatan Rasio ROA (Return On Asset)

  • 7

    Rasio Predikat

    ROA 1,5% Sangat Sehat

    1,215% 1,49% Sehat

    0,99% 1,214% Cukup Sehat

    0,77% 0,98% Kurang Sehat

    ROA < 0,765 Tidak Sehat

    Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 Rasio BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank

    dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut

    (SE BI No 6/73/INTERN DPNP tanggal 24 Desember 2004):

    BOPO = Biaya Operasional x 100% Pendapatan Operasional

    Tabel 6 Kriteria Penilaian Tingkat Kesehatan Rasio BOPO

    (Biaya Operasional/Pendapatan Operasional)

    Rasio Predikat

    BOPO 93,25% Sangat Sehat

    93,26% - 93,52% Sehat

    93,53% - 94,72% Cukup Sehat

    94,73% - 95,91% Kurang Sehat

    BOPO > 95,92% Tidak Sehat

    Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 Likuiditas (Liquidity)

    Faktor likuiditas yang dinilai dalam analisis CAMELS adalah rasio kredit terhadap

    dana pihak ketiga atau lebih dikenal dengan Loan to Deposit Ratio (LDR). LDR

    menggambarkan kemampuan suatu bank membayar kembali penarikan yang dilakukan

    nasabah dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuditasnya. Rasio

    ini dirumuskan sebagai berikut (SE BI No 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001):

    LDR = Kredit x 100% Total Dana Pihak Ketiga

    Tabel 7 Kriteria Penilaian Tingkat Kesehatan Rasio LDR (Loan to Deposit Ratio)

    Rasio Predikat

    LDR < 50% Sangat Sehat

    75% LDR 50% Sehat

    100% LDR > 75% Cukup Sehat

    120% LDR > 100% Kurang Sehat

    LDR > 120% Tidak Sehat

    Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004

  • 8

    Penelitian Terdahulu

    Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah terletak pada

    tahun penelitian yaitu sebelum terjadinya krisis keuangan global pada tahun 2006-2007

    dan sesudah terjadinya krisis keuangan global pada tahun 2009-2010. Penelitian ini

    menggunakan enam rasio CAMELS yaitu CAR, NPL, NPM, ROA, BOPO, dan LDR. Penelitian

    ini juga mengambil sampel dan populasi pada bank umum konvensional yang terdapat di

    Bursa Efek Indonesia.

    Penelitian yang dilakukan oleh Pujiyanti dan Suhendra (2009) menulis penelitian

    dengan tujuan untuk menganalisis kinerja keuangan pada bank PT BNI (Persero), Tbk

    dan PT Bank Bukopin, Tbk. PT Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk dan PT Bank

    Bukopin, Tbk dapat dikatakan sebagai bank yang sehat. PT Bank Bukopin Tbk lebih sehat

    dibandingkan dengan PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.

    Anggraeni (2011) meneliti tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank dengan

    menggunakan metode CAMEL pada PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah Tahun

    20062009. Penelitian ini menggunanakan lima rasio yaitu CAR, NIM, BOPO, NPL, LDR.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesehatan PT. Bank Pembangunan Daerah

    Jawa Tengah selama 4 tahun yakni periode 2006-2009 termasuk dalam kategori sehat.

    Penilaian tingkat kesehatan tahun 2006 termasuk dalam kategori sehat dengan total nilai

    kredit sebesar 98,00, tahun 2007 tergolong sehat dengan total nilai kredit sebesar 98,25,

    tahun 2008 termasuk dalam kategori sehat dengan total nilai kredit sebesar 96,10 dan

    tahun 2009 termasuk dalam kategori sehat dengan total nilai kredit sebesar 98,50.

    Penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2008) yang berjudul Penilaian Tingkat

    Kesehatan Bank dengan Analisis CAMELS Studi Kasus PT Bank SUMUT (2008)

    menunjukkan bahwa Capital (permodalan) termasuk dalam kategori sangat baik, Asset

    quality (kualitas aktiva produktif) termasuk dalam kategori baik, Earning ability

    (rentabilitas) termasuk dalam kategori baik, Liquidity (likuiditas) termasuk dalam kategori

    sangat baik.

    Kerangka Pemikiran

    Menganalisis laporan keuangan pada bank umum konvensional yang terdaftar di

    Bursa Efek Indonesia berupa Laporan Neraca, Laba Rugi, dan Laporan Kewajiban

    Penyediaan Modal Minimum (KPMM), dapat diketahui tingkat kesehatan bank melalui

    perhitungan CAMELS. Analisis CAMELS digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan

    bank sesuai dengan ketetapan Peraturan Bank Indonesia yang menjadi tolak ukur

    penilaian. Analisis CAMELS terdiri rasio CAR, NPL, NPM, ROA, BOPO, LDR. Dari hasil

  • 9

    analisis tersebut, dapat menunjukkan perkembangan dan kinerja bank umum

    konvensional sebelum dan sesudah terjadinya krisis keuangan global 2008. Kemudian dari

    hasil penilaian akhir berdasarkan peringkat komposit dari setiap komponen CAMELS,

    dapat digolongkan menjadi peringkat 1, 2, 3, 4, dan 5.

    Gambar 1 Skema Kerangka Pemikiran

    METODOLOGI PENELITIAN

    Desain Penelitian

    Sifat studi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengujian hipotesis. Jenis

    investigasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah studi korelasional.Tingkat intervensi

    dalam penelitian ini adalah intervensi minimal. Situasi studi dalam penelitian ini adalah

    tidak diatur. Unit analisis dalam penelitian ini adalah kelompok. Data yang dikumpulkan

    yaitu berupa laporan tahunan dan laporan keuangan tahunan auditan dari seluruh bank

    umum konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dalam penelitian ini horizon

    waktu yang digunakan adalah studi longitudinal.

    Populasi dan Sampel Penelitian

    Pengambilan sampel dilakukan secara sensus, yaitu seluruh populasi dijadikan

    sebagai sampel penelitian. Dalam metode sensus, populasi sasaran untuk mendukung

    penelitian ini dengan mengelompokkannya berdasarkan kriteria-kriteria. Populasi sasaran

    dalam penelitian ini adalah bank umum konvensional yang terdaftar di Bursa Efek

    Indonesia (BEI) dan bank umum konvensional yang mempublikasikan laporan tahunan

    dan laporan keuangan tahunan auditan periode 2006, 2007, 2009, dan 2010. Total

    Tingkat Kesehatan Bank

    CAR NPL NPM ROA BOPO LDR

    Di bandingkan

    CAR NPL NPM ROA BOPO LDR

    Laporan Keuangan Bank

    Analisis CAMELS

  • 10

    keseluruhan perusahaan yang menjadi populasi sasaran tahun 2006, 2007, 2009, dan

    2010 berjumlah 80 perusahaan. Daftar nama perusahaan dapat dilihat pada Lampiran 1.

    Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

    Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Jenis data dalam

    penelitian ini bersifat panel data. Panel data yang digunakan adalah balanced panel data.

    Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan cara dokumentasi yaitu

    mengumpulkan beberapa data yang terkait dengan variabel penelitian yang telah tersedia

    di Bursa Efek Indonesia. Semua data diperoleh dari beberapa sumber, yaitu akses website

    Bursa Efek Indonesia dengan alamat www.idx.co.id, website Bank Indonesia dengan

    alamat www.bi.go.id, dan website resmi bank yang bersangkutan.

    Operasionalisasi Variabel

    Permodalan (Capital)

    Langkah-langkah perhitungan rasio CAR:

    a) Lihat laporan KPMM (Kewajiban Penyediaan Modal Minimum)

    b) Hitung total Modal Inti dan Modal Pelengkap

    c) Hitung total ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut Risiko)

    Kualitas Aktiva (Asset Quality)

    Langkah-langkah perhitungan rasio NPL:

    a) Lihat Neraca

    b) Hitung Kredit Bermasalah, yaitu kredit yang diragukan, lancar, dan macet

    c) Hitung total total kredit

    Manajemen (Management)

    Langkah-langkah perhitungan rasio NPM:

    a) Lihat Laporan Laba Rugi

    b) Hitung Laba bersih

    c) Hitung Pendapatan Operasional yaitu pendapatan bunga, komisi dan provisi yang

    berkaitan dengan kegiatan perkreditan maupun kegiatan perbankan lainnya.

    Rentabilitas (Earnings)

    (1) Return On Asset (ROA)

    Langkah-langkah perhitungan:

    a) Lihat Neraca dan Laporan Laba Rugi

    b) Tentukan nilai laba sebelum pajak

    c) Tentukan total aktiva

  • 11

    2) Biaya Operasional/Pendapatan Operasional (BOPO)

    Langkah-langkah perhitungan:

    a) Lihat Laporan Laba Rugi

    b) Tentukan jumlah Beban Operasional

    c) Tentukan jumlah pendapatan

    Likuiditas (Liquidity)

    Langkah-langkah perhitungan:

    a) Lihat Neraca

    b) Tentukan jumlah kredit, yaitu kredit yang diberikan bank yang sudah

    direalisir/ditarik/dicairkan

    c) Tentukan dana pihak ketiga meliputi simpanan masyarakat yang berupa giro,

    tabungan dan berbagai jenis deposito.

    Metode Analisis

    Metode yang digunakan untuk menganalisis data yang telah diukur adalah

    dengan menghitung rata-rata sebelum dan sesudah terjadi krisis keuangan global 2008.

    Untuk itu, digunakan analisis uji beda dengan alat bantu SPSS melalui Paired Sample T-

    Test.

    Rancangan Pengujian Hipotesis

    Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengujian hipotesis antara lain:

    1. Merumuskan Hipotesis Nol (H0) dan Hipotesis Alternatif (Ha)

    H0: 1=2=3=4=5 (tidak ada perbedaan tingkat kesehatan pada bank umum

    konvensional sebelum dan setelah krisis keuangan global 2008 jika dilihat dari sisi

    permodalan, aset, manajemen, rentabilitas, dan likuiditas).

    Ha: 12345 (ada perbedaan tingkat kesehatan pada bank umum

    konvensional sebelum dan setelah krisis keuangan global 2008 jika dilihat dari sisi

    permodalan, aset, manajemen, rentabilitas, dan likuiditas).

    2. Melakukan Uji Normalitas

    Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah seluruh data dalam penelitian ini

    telah terdistribusi secara normal. Uji normalitas data menggunakan Kolmogorov-Smirnov

    Test, dengan membandingkan Asymptotic Significance dengan =5%. Dasar penarikan

    kesimpulan adalah data dikatakan berdistribusi normal apabila nilai Asymptotic

    Significance > 0,05

    3. Melakukan Uji Beda Paired Sample T-Test

  • 12

    Uji ini dilakukan untuk membandingkan periode sebelum dan setelah Krisis

    keuangan global 2008 dengan tingkat signifikansi =0.05%. adapun rumus yang

    digunakan adalah:

    Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis adalah:

    Jika t hitung > t Tabel atau p value < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Jika t hitung t Tabel atau p value > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak.

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Deskripsi Data Penelitian

    Analisis pertama untuk mengetahui gambaran umum atau deskripsi dari variabel-

    variabel yang diteliti pada hipotesis pertama sampai kelima (Ha1-Ha5) dapat dilihat pada

    Tabel 8.

    Tabel 8 Descriptive Statistics

    Variabel N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

    CAR sebelum krisis (%) 20 10,76 37,91 20,1890 6,63764

    CAR sesudah krisis (%) 20 12,25 29,21 16,7260 4,76853

    NPL sebelum krisis (%) 20 1,35 19,47 5,2595 4,16405 NPL sesudah krisis (%) 20 1,02 7,33 3,4520 1,48479

    NPM sebelum krisis (%) 20 -1,00 22,50 10,2250 6,06646 NPM sesudah krisis (%) 20 1,00 33,00 12,7500 8,63820

    ROA sebelum krisis (%) 20 0,42 3,64 1,8740 0,98060

    ROA sesudah krisis (%) 20 0,35 3,56 1,9150 0,96139 BOPO sebelum krisis (%) 20 37,68 97,92 83,0830 15,24604

    BOPO sesudah krisis (%) 20 67,90 97,49 84,5625 8,46554 LDR sebelum krisis (%) 20 39,51 92,74 71,4290 17,45155

    LDR sesudah krisis (%) 20 50,18 98,61 77,2195 14,83368 Valid N (listwise) 20

    Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 17.0.0 (2012)

    Rasio CAR pada kondisi sebelum terjadinya krisis keuangan global 2008 diperoleh

    nilai terendah sebesar 10,76% yang dimiliki oleh PT Bank Kesawan. Nilai CAR tertinggi

    sebesar 37,91% dimiliki oleh PT Bank Bumi Artha. Rata-rata CAR sebelum terjadinya krisis

    keuangan global adalah sebesar 20,1890% dengan standar deviasi (selisih antara nilai

    masing-masing skor dengan nilai rata-rata hitungnya) sebesar 6,63764%. Sedangkan

    kondisi CAR sesudah Krisis keuangan global 2008 diperoleh nilai terendah sebesar

    12,25% yang diperoleh oleh PT Bank ICB Bumiputera. Nilai CAR tertinggi sebesar 29,21%

  • 13

    diperoleh oleh PT Bank Swadesi. Rata-rata CAR sesudah krisis keuangan global 2008

    adalah sebesar 16,7260% dengan standar deviasi sebesar 4,76853%. Dari analisis

    tersebut terlihat jelas bahwa adanya perbedaan kondisi sebelum dan sesudah krisis

    keuangan global 2008 dimana keadaan permodalan yang diproksikan melalui rasio

    kecukupan modal atau CAR sesudah krisis keuangan global 2008 masih tergolong baik

    walaupun terjadi penurunan sesudah terjadinya krisis keuangan global 2008 dengan

    penurunan rata-rata sebesar 3,463%.

    Keadaan rasio NPL sebelum terjadinya krisis keuangan global 2008 menunjukkan

    nilai terendah sebesar 1,35% yang diperoleh oleh PT Bank Central Asia. Nilai tertinggi

    sebesar 19,47% diperoleh oleh PT Bank Mandiri. Rata-rata NPL ini adalah sebesar

    5,2595% dengan standar deviasi 4,16405%. Sedangkan keadaan rasio NPL sesudah

    terjadinya krisis keuangan global 2008 menunjukkan nilai terendah sebesar 1,02% yang

    diperoleh oleh PT Bank Central Asia. Nilai tertinggi NPL sesudah terjadinya krisis

    keuangan global 2008 sebesar 7,33% diperoleh oleh PT Bank Agroniaga. Rata-rata NPL

    bank umum konvensional sesudah krisis keuangan global 2008 adalah sebesar 3,4520%

    dengan standar deviasi 1,48479%. Dari analisis tersebut terlihat jelas bahwa kualitas aset

    sesudah terjadinya krisis keuangan global 2008 yang diproksikan melalui rasio NPL masih

    tergolong baik karena berada dibawah 5% walaupun terjadi rata-rata penurunan sebesar

    1,8075%.

    Kondisi NPM sebelumnya terjadinya krisis keuangan global 2008 menunjukkan

    nilai terendah sebesar -1% yang diperoleh PT Bank Agroniaga. Nilai tertinggi sebesar

    22,50% diperoleh oleh PT Bank Central Asia. Rata-rata nilai NPM ini sebesar 10,2250%

    dengan standar deviasi 6,06646%. Sedangkan kondisi NPM sesudah terjadinya krisis

    keuangan global 2008 memperoleh nilai terendah sebesar 1% yang diperoleh PT Bank

    ICB Bumiputera. Nilai tertinggi NPM sebesar 33% diperoleh PT Bank Central Asia. Rata-

    rata NPM ini sebesar 12,7500% dengan standar deviasi 8,63820%. Dari analisis tersebut

    disimpulkan kondisi faktor manajemen yang diproksikan dengan rasio NPM sebelum dan

    sesudah terjadinya krisis keuangan global 2008 menunjukkan peningkatan keuntungan

    yang signifikan. Ini mengindikasikan bahwa kondisi NPM sesudah terjadinya krisis

    keuangan global 2008 mengalami peningkatan dengan rata-rata 2,525%.

    Nilai terendah ROA sebelum terjadinya krisis keuangan global 2008 sebesar

    0,42% yang diperoleh PT Bank Artha Graha International. Nilai tertinggi sebesar 3,64%

    diperoleh PT Bank Central Asia. Rata-rata ROA sebelum terjadinya krisis keuangan global

    2008 sebesar 1,8740% dengan standar deviasi 0,98060%. Sedangkan kondisi ROA

  • 14

    sesudah terjadinya krisis keuangan global 2008 memperoleh nilai terendah 0,35%

    diperoleh PT Bank ICB Bumiputera. Nilai tertiggi sebesar 3,56% diperoleh PT Bank Rakyat

    Indonesia (Persero). Rata-rata ROA sesudah krisis keuangan global 2008 sebesar

    1,9150% dengan standar deviasi 0,96139%. Dari analisis tersebut terlihat jelas bahwa

    perbedaan sebelum dan sesudah terjadinya krisis keuangan global 2008. Hal ini dapat

    dilihat dari kondisi ROA sesudah terjadinya krisis keuangan global 2008 yang terjadi

    peningkatan rata-rata sebesar 0,041%.

    Nilai terendah BOPO sebelum terjadinya krisis keuangan global 2008 sebesar

    37,68% yang diperoleh PT Bank Central Asia. Nilai tertinggi sebesar 97,92% diperoleh PT

    Bank Agroniaga. Rata-rata BOPO sebelum terjadinya krisis keuangan global 2008 sebesar

    83,0830% dengan standar deviasi 15,24604%. Sedangkan kondisi BOPO sesudah

    terjadinya krisis keuangan global 2008 memperoleh nilai terendah 67,90% diperoleh PT

    Bank Central Asia. Nilai tertiggi sebesar 97,49% diperoleh PT Bank Agroniaga. Rata-rata

    BOPO sesudah krisis keuangan global 2008 sebesar 84,5625% dengan standar deviasi

    8,46554%. Dari analisis tersebut terlihat jelas bahwa perbedaan sebelum dan sesudah

    terjadinya krisis keuangan global 2008. Hal ini dapat dilihat dari kondisi BOPO sesudah

    terjadinya krisis keuangan global 2008 lebih besar dari sebelum terjadinya krisis keuangan

    global 2008 dengan peningkatan rata-rata sebesar 1,4795%.

    Nilai terendah LDR sebelum terjadinya krisis keuangan global 2008 sebesar

    39,51% yang diperoleh PT Bank Central Asia. Nilai tertinggi sebesar 92,74% diperoleh PT

    Bank Himpunan Saudara 1906. Rata-rata LDR sebelum terjadinya krisis keuangan global

    2008 sebesar 71,4290% dengan standar deviasi 17,45155%. Sedangkan kondisi LDR

    sesudah terjadinya krisis keuangan global 2008 memperoleh nilai terendah 50,18%

    diperoleh PT Bank Central Asia. Nilai tertiggi sebesar 98,61% diperoleh PT Bank

    Himpunan Saudara 1906. Rata-rata LDR sesudah krisis keuangan global 2008 sebesar

    77,2195% dengan standar deviasi 14,83368%. Dari analisis tersebut terlihat jelas bahwa

    perbedaan sebelum dan sesudah terjadinya krisis keuangan global 2008. Hal ini dapat

    dilihat dari kondisi LDR sesudah terjadinya Krisis keuangan global 2008 lebih besar dari

    sebelum terjadinya krisis keuangan global 2008 dengan peningkatan rata-rata sebesar

    5,7905%.

    Pengujian Normalitas

    Hasil pengujian normalitas data untuk hipotesis pertama sampai kelima (Ha1-Ha5)

    dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) disajikan dalam Tabel 9.

  • 15

    Tabel 9 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

    CAR Sebelum Krisis

    CAR Sesudah

    Krisis

    NPL Sebelum

    Krisis

    NPL Sesudah

    Krisis

    NPM Sebelum

    Krisis

    NPM Sesudah

    Krisis

    Kolmogorov-Smirnov Z

    ,586 ,983 1,021 ,724 ,688 ,462

    Asymp. Sig. (2-tailed)

    ,883 ,288 ,248 ,670 ,731 ,983

    ROA

    Sebelum Krisis

    ROA Sesudah

    Krisis

    BOPO Sebelum

    Krisis

    BOPO Sesudah

    Krisis

    LDR Sebelum

    Krisis

    LDR Sesudah

    Krisis

    Kolmogorov-Smirnov Z

    ,690 ,605 1,118 ,556 ,878 ,538

    Asymp. Sig. (2-tailed)

    ,727 ,858 ,164 ,917 ,423 ,934

    a. Test distribution is Normal b. Calculated from data Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 17.0.0 (2012)

    Tabel 9 menunjukkan bahwa seluruh data terdistribusi normal dimana nilai

    signifikansinya di atas 0,05 (p>0,05). Rasio CAR sebelum dan sesudah krisis terlihat

    bahwa nilai signifikansinya adalah 0,883 dan 0,288. Pada rasio NPL sebelum dan sesudah

    krisis terlihat bahwa nilai signifikansinya adalah 0,248 dan 0,670. Pada rasio NPM sebelum

    dan sesudah krisis menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,731 dan 0,983. Selain itu pada

    rasio ROA sebelum dan sesudah krisis terlihat bahwa nilai signifikansinya adalah 0,727

    dan 0,858. Pada rasio BOPO sebelum dan sesudah krisis terlihat bahwa nilai

    signifikansinya sebesar 0,164 dan 0,917. Sedangkan pada rasio LDR sebelum dan

    sesudah krisis terlihat bahwa nilai signifikansinya adalah 0,423 dan 0,934. Dapat

    disimpulkan bahwa seluruh data di atas telah terdistribusi secara normal.

    Pengujian Hipotesis

    Tabel 10 Paired Samples Test

    T df Sig. (2-tailed)

    Pair 1 CAR Sebelum Krisis

    CAR Sesudah Krisis 3,622 19 ,002

    Pair 2 NPL Sebelum Krisis NPL Sesudah Krisis

    2,155 19 ,044

    Pair 3 NPM Sebelum Krisis

    NPM Sesudah Krisis -2,187 19 ,041

  • 16

    Pair 4 ROA Sebelum Krisis

    ROA Sesudah Krisis -,281 19 ,782

    Pair 5 BOPO Sebelum Krisis BOPO Sesudah Krisis

    -.574 19 ,573

    Pair 6 LDR Sebelum Krisis LDR Sesdah Krisis

    -2,432 19 ,025

    Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 17.0.0 (2012) Dari hasil pengujian Paired Sample T-Test untuk faktor permodalan yang

    diproksikan melalui rasio CAR terlihat nilai t hitung sebesar 3,622 dengan tingkat

    signifikansi 0,002. Faktor kualitas aset yang diproksikan melalui rasio NPL terlihat nilai t

    hitung sebesar 2,155 dengan tingkat signifikansi 0,44. Faktor manajemen yang

    diproksikan melalui rasio NPM memiliki nilai t hitung sebesar -2,187 dengan tingkat

    signifikansi 0,041. Faktor rentabilitas yang diproksikan melalui rasio ROA memiliki t hitung

    sebesar -0,281 dengan tingkat signifikansi 0,782 dan rasio BOPO memiliki t hitung

    sebesar -0,574 dengan signifikansi 0,573. Sedangkan faktor likuiditas yang diproksikan

    melalui rasio LDR memiliki t hitung sebesar -2,432 dengan tingkat signifikansi 0,025.

    Dengan demikian, nilai probabilitas faktor permodalan, kualitas aset, manajemen dan

    likuiditas berada di bawah 0,05 (p0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima

    atau memiliki varian yang sama.

    Pembahasan

    Perbedaan Permodalan (Capital) Bank Umum Konvensional Sebelum dan Sesudah Krisis Keuangan Global 2008

    Terdapat 8 perusahaan perbankan yang mengalami penurunan dalam kurun

    waktu 4 tahun, diantaranya yaitu PT Bank Central Asia, PT Bank Danamon Indonesia, PT

    Bank Kesawan, PT Bank Mandiri (Persero), PT Bank CIMB Niaga, PT Bank Pan Indonesia,

    PT Bank International Indonesia, dan PT Bank Bumi Arta. Penurunan CAR terjadi sebagai

    akibat dari peningkatan jumlah ATMR yang lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan

    total modal. Peningkatan CAR terjadi akibat peningkatan jumlah modal yang lebih tinggi

    dibandingkan dengan peningkatan jumlah ATMR. Sedangkan 12 perusahaan perbankan

    lainnya mengalami fluktuasi, diantaranya yaitu PT Bank Agroniaga, PT Bank ICB

    Bumiputera, PT Bank Negara Indonesia (Persero), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero),

  • 17

    PT Bank Permata, PT Bank Swadesi, PT Bank Victoria International, PT Bank Artha Graha

    International, PT Bank Mayapada, PT Bank Mega, PT Bank OCBC NISP, dan PT Bank

    Himpunan Saudara 1906. Nilai CAR tertinggi sebelum krisis keuangan global 2008 yakni

    pada tahun 2006 dan 2007 dimiliki PT Bank Bumi Arta. Nilai terendah pada tahun 2006

    dan 2007 dimiliki PT Bank Artha Graha International dan PT Bank Kesawan. Sedangkan

    sesudah krisis keuangan global, pada tahun 2009 dan 2010 nilai CAR tertinggi dimiliki PT

    Bank Swadesi dan PT Bank Bumi Arta. Nilai terendah dimiliki PT Bank ICB Bumiputera dan

    PT Bank Kesawan.

    Perbedaan Kualitas Aset (Asset Quality) Bank Umum Konvensional Sebelum dan Sesudah Krisis Keuangan Global 2008

    Terdapat 3 perusahaan perbankan yang mengalami penurunan dalam kurun

    waktu 4 tahun, diantaranya yaitu PT Bank Mandiri, PT Bank Permata, dan PT Bank Artha

    Graha International. Penurunan nilai NPL terjadi sebagai akibat dari peningkatan jumlah

    kredit bermasalah yang lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan total kredit.

    Peningkatan NPL terjadi akibat peningkatan total kredit yang lebih tinggi dibandingkan

    dengan peningkatan jumlah kredit bermasalah bank. Sedangkan 17 perusahaan

    perbankan lainnya mengalami fluktuasi. Nilai NPL tertinggi sebelum krisis keuangan global

    2008 yakni pada tahun 2006 dan 2007 dimiliki PT Bank Mandiri. Nilai terendah pada tahun

    2006 dan 2007 dimiliki PT Bank Himpunan Saudara 1906 dan PT Bank Mayapada.

    Sedangkan sesudah krisis keuangan global, pada tahun 2009 dan 2010 nilai NPL tertinggi

    dimiliki PT Bank Negara Indonesia dan PT Bank Agroniaga. Nilai terendah dimiliki PT Bank

    Central Asia. Dapat disimpulkan bahwa semakin kecil kredit bermasalah pada bank, maka

    semakin baik sistem perkreditan yang ada pada bank tersebut.

    Perbedaan Manajemen (Management) Bank Umum Konvensional Sebelum dan Sesudah Krisis Keuangan Global 2008

    Tidak terdapat perusahaan perbankan yang mengalami penurunan dalam kurun

    waktu 4 tahun, tetapi terjadi peningkatan dari tahun ke tahun. Peningkatan tersebut

    dimiliki oleh 3 perusahaan perbankan diantaranya yaitu PT Bank Central Asia, PT Bank

    Rakyat Indonesia, dan PT Bank Mandiri. Ketiga bank ini mempunyai tingkat keuntungan

    yang besar dari tahun ke tahun. Penurunan nilai NPM terjadi sebagai akibat dari total

    pendapatan operasional bank yang lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan laba

    bersih. Peningkatan NPM terjadi akibat peningkatan laba bersih yang lebih tinggi

    dibandingkan dengan peningkatan jumlah pendapatan operasional bank. Sedangkan 17

  • 18

    perusahaan perbankan lainnya mengalami fluktuasi yang dari tahun ke tahun mengalami

    kenaikan dan penurunan yang tidak teratur. Nilai NPM tertinggi sebelum krisis keuangan

    global 2008 yakni pada tahun 2006 dan 2007 dimiliki PT Bank Central Asia. Nilai terendah

    pada tahun 2006 dan 2007 dimiliki PT Bank Agroniaga dan PT Bank Artha Graha

    International. Sedangkan sesudah krisis keuangan global, pada tahun 2009 dan 2010 nilai

    NPM tertinggi dimiliki PT Bank Swadesi dan PT Bank Central Asia. Nilai terendah pada

    tahun 2009 dimiliki PT Bank International Indonesia dan pada tahun 2010 dimiliki PT Bank

    ICB Bumiputera dan PT Bank Kesawan.

    Perbedaan Rentabilitas (Earning) Bank Umum Konvensional Sebelum dan Sesudah Krisis Keuangan Global 2008

    Berdasarkan hasil perhitungan nilai ROA, tidak terdapat perusahaan perbankan

    yang mengalami penurunan dalam kurun waktu 4 tahun, tetapi terjadi peningkatan dari

    tahun ke tahun. Peningkatan tersebut dimiliki PT Bank Mandiri. Artinya, ketahanan dari

    sisi aset atau tingkat keuntungan bank tersebut sebelum dan sesudah terjadinya krisis

    keuangan global 2008 cukup baik. Sedangkan 19 perusahaan perbankan lainnya

    mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun yang mengalami kenaikan dan penurunan yang

    tidak teratur. Nilai ROA tertinggi sebelum krisis keuangan global 2008 yakni pada tahun

    2006 dan 2007 dimiliki PT Bank Rakyat Indonesia dan PT Bank Negara Indonesia. Nilai

    terendah pada tahun 2006 dan 2007 dimiliki PT Bank ICB Bumiputera dan PT Bank

    Agroniaga. Sedangkan sesudah krisis keuangan global 2008, pada tahun 2009 dan 2010

    nilai ROA tertinggi dimiliki PT Bank Rakyat Indonesia. Nilai terendah pada tahun 2009 dan

    2010 dimiliki PT Bank Agroniaga dan PT Bank ICB Bumiputera.

    Berdasarkan hasil perhitungan nilai BOPO, terdapat 5 perusahaan perbankan

    yang mengalami penurunan dalam kurun waktu 4 tahun yaitu dimiliki PT Bank Mandiri

    (Persero), PT Bank Permata, PT Bank Swadesi, PT Bank Artha Graha International, dan

    PT Bank OCBC NISP. Artinya, kinerja manajemen bank dalam menggunakan sumber daya

    sebelum dan sesudah terjadinya krisis keuangan global 2008 cukup efisien dan efektif

    sehingga aktivitas operasionalnya sangat baik. Sedangkan 15 perusahaan perbankan

    lainnya mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun yang mengalami kenaikan dan

    penurunan. Nilai BOPO tertinggi sebelum krisis keuangan global 2008 yakni pada tahun

    2006 dan 2007 dimiliki PT Bank ICB Bumiputera dan PT Bank Agroniaga. Nilai terendah

    pada tahun 2006 dan 2007 dimiliki PT Bank Central Asia. Sedangkan sesudah krisis

    keuangan global 2008, pada tahun 2009 dan 2010 nilai BOPO tertinggi dimiliki PT Bank

  • 19

    ICB Bumiputera dan PT Bank Agroniaga. Nilai terendah pada tahun 2009 dan 2010 dimiliki

    PT Bank Central Asia.

    Perbedaan Likuiditas (Liquidity) Bank Umum Konvensional Sebelum dan Sesudah Krisis Keuangan Global 2008

    Berdasarkan hasil perhitungan LDR, tidak terdapat perusahaan perbankan yang

    mengalami penurunan dalam kurun waktu 4 tahun, tetapi terjadi peningkatan dari tahun

    ke tahun. Ada 4 perusahaan perbankan yang mengalami peningkatan sebelum dan

    sesudah terjadinya krisis keuangan global 2008 diantaranya PT Bank Danamon Indonesia,

    PT Bank Mandiri (Persero), PT Bank Mega, dan PT Bank International Indonesia. Artinya,

    kondisi keempat perbankan ini menunjukkan bahwa perusahaan perbankan tidak mampu

    membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah dengan mengandalkan kredit yang

    diberikan sebagai sumber likuditasnya. Penurunan nilai LDR terjadi sebagai akibat dari

    peningkatan jumlah kredit yang lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan total dana

    pihak ketiga. Peningkatan LDR terjadi akibat peningkatan total dana pihak ketiga yang

    lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan jumlah kredit pada bank. Sedangakn 16

    perusahaan perbankan lainnya mengalami fluktuasi. Nilai LDR tertinggi sebelum krisis

    keuangan global 2008 yakni pada tahun 2006 dan 2007 dimiliki PT Bank ICB Bumiputera

    dan PT Bank Himpunan Saudara 1906. Nilai terendah pada tahun 2006 dan 2007 dimiliki

    PT Bank Central Asia. Sedangkan sesudah krisis keuangan global yakni pada tahun 2009

    dan 2010, nilai NPL tertinggi dimiliki PT Bank Agroniaga dan PT Bank Danamon Indonesia.

    Nilai terendah dimiliki PT Bank Central Asia dan PT Bank Victoria International.

    Disimpulkan bahwa Peningkatan ini diindikasikan meningkatnya kemampuan likuiditas

    bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah

    akan semakin kecil. Penurunan rasio LDR diindikasikan menurunnya kemampuan likuiditas

    bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah

    akan semakin besar.

    Tabel 11 Tingkat Kesehatan Bank Sebelum dan Sesudah Krisis keuangan global 2008

    No. Nama Bank

    Tingkat Kesehatan Bank

    Sebelum Krisis Sesudah Krisis

    2006 2007 2009 2010

    1. Bank Agroniaga, Tbk. TS TS TS TS

    2. Bank ICB Bumiputera, Tbk. TS TS TS TS

    3. Bank Central Asia, Tbk. S S S S

    4. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk. TS S S S

  • 20

    5. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk. S TS S S

    6. Bank Danamon Indonesia, Tbk S S S TS

    7. Bank Kesawan, Tbk TS TS TS TS

    8. Bank Mandiri (Persero), Tbk TS TS S S

    9. Bank CIMB Niaga, Tbk. S S S S

    10. Bank Permata, Tbk. S S S S

    11. Bank Swadesi, Tbk. S S S S

    12. Bank Victoria International, Tbk. S S S S

    13. Bank Artha Graha Internasional, Tbk. TS TS TS TS

    14. Bank Mayapada, Tbk. S S TS S

    15. Bank Mega, Tbk. S S S S

    16. Bank OCBC NISP, Tbk. S S S S

    17. Bank Pan Indonesia, Tbk. S S S S

    18. Bank International Indonesia, Tbk S S TS S

    19. Bank Bumi Arta, Tbk S S S S

    20. Bank Himpunan Saudara 1906, Tbk S S TS TS

    Sumber: Data diolah (2012)

    Berdasarkan Tabel 11 disimpulkan bahwa terdapat beberapa bank yang

    kesehatannya terganggu saat sebelum dan sesudah krisis keuangan global 2008.

    Terdapat 4 bank yang mengalami keterpurukan selama 4 tahun yaitu PT Bank Agroniaga,

    PT Bank ICB Bumiputera, PT Bank Kesawan, dan PT Bank Artha Graha International.

    Keempat bank tersebut dianggap tidak sehat karena nilai yang diperoleh pada tahun

    2006, 2007, 2009, dan 2010 tidak sesuai dengan kriteria rasio pada CAMELS sehingga

    peringkat komposit setiap rasio memperoleh peringkat 4 atau 5 yang mengartikan bahwa

    bank mencerminkan kondisi yang sensitif dan berpengaruh negatif terhadap kondisi

    perekonomian dan industri keuangan atau bank memiliki kelemahan keuangan yang

    serius atau kombinasi dari kondisi beberapa faktor yang tidak memuaskan yang apabila

    tidak dilakukan tindakan korektif yang efektif berpotensi mengalami kesulitan yang

    membahayakan kelangsungan usahanya. Sementara itu, terdapat 9 bank memiliki

    kesehatan yang baik dalam kurun waktu 4 tahun diantaranya PT Bank Central Asia, PT

    Bank CIMB Niaga, PT Bank Permata, PT Bank Swadesi, PT Bank Victoria International, PT

    Bank Mega, PT Bank OCBC NISP, PT Bank Pan Indonesia, dan PT Bank Bumi Arta.

    Keenam bank tersebut dikatakan sehat karena nilai yang diperoleh sesuai dengan kriteria

    yang telah ditetapkan Bank Indonesia atas rasio-rasio yang telah ditentukan pada

    perhitungan CAMELS. Sedangkan 7 bank lainnya berada dalam kondisi tidak menentu.

    Artinya, setiap 4 tahun kondisi kinerja perbankan yaitu mengenai tingkat kesehantannya

    berubah-ubah. Adapun 7 bank tersebut yaitu PT Bank Negara Indonesia (persero), PT

  • 21

    Bank Rakyat Indonesia (persero), PT Danamon Indonesia, PT Bank Mandiri (Persero), PT

    Bank Permata, PT Bank.

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan

    Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya,

    dapat disimpulkan bahwa:

    1. Terdapat perbedaan yang signifikan antara permodalan bank umum konvensional

    sebelum krisis keuangan global 2008 dengan permodalan bank umum konvensional

    sesudah krisis keuangan global 2008.

    2. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kualitas aset bank umum konvensional

    sebelum krisis keuangan global 2008 dengan kualitas aset bank umum konvensional

    sesudah krisis keuangan global 2008.

    3. Terdapat perbedaan yang signifikan antara manajemen bank umum konvensional

    sebelum krisis keuangan global 2008 dengan manajemen bank umum konvensional

    sesudah krisis keuangan global 2008.

    4. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rentabilitas bank umum konvensional

    sebelum krisis keuangan global 2008 dengan rentabilitas bank umum konvensional

    sesudah krisis keuangan global 2008.

    5. Terdapat perbedaan yang signifikan antara likuiditas bank umum konvensional

    sebelum krisis keuangan global 2008 dengan likuiditas bank umum konvensional

    sesudah krisis keuangan global 2008.

    Keterbatasan Penelitian

    Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak keterbatasan dalam

    penelitian ini, antara lain:

    1. Penelitian ini hanya meneliti pada bank umum konvensional yang terdaftar di Bursa

    Efek Indonesia sebanyak 20 bank yang listing pada tahun 2006, sehingga hasilnya

    tidak dapat digeneralisasikan untuk seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar di

    Bursa Efek Indonesia.

    2. Penelitian ini hanya menggunakan 5 faktor dari analisis CAMELS yaitu capital, asset

    quality, management, earning, dan liquidity. Sedangkan faktor sensitivity to market

    risk tidak digunakan karena penilaian faktor ini bersifat penilaian sendiri (self

    assessment) dan rahasia. Hanya manajemen bank sendiri yang dapat mengukurnya.

  • 22

    3. Peneliti tidak menggunakan semua rasio pada CAMELS karena mengingat populasi

    yang banyak. Penelitian ini hanya menggunakan 6 rasio yang diwakili oleh masing-

    masing faktor CAMELS.

    Saran

    Saran Akademis

    1. Penelitian ini hanya dilakukan pada 20 perusahaan perbankan saja, untuk penelitian

    selanjutnya diharapkan dapat memperluas subjek penelitian agar populasi yang

    diambil lebih representatif dan hasil penelitiannya dapat digeneralisasikan untuk

    semua perbankan.

    2. Diharapkan pada penelitian selanjutnya untuk mengembangkan analisis CAMELS

    dengan menggunakan banyak rasio.

    3. Peneliti mengharapkan agar penelitian selanjutnya tidak menggunakan rasio

    CAMELS, karena sesuai Peraturan Bank Indonesia tahun 2011 telah diterapkan

    analisis baru untuk melakukan penilaian tingkat kesehatan bank yang lebih efektif

    dan efisien.

    Saran Praktis

    1. Bagi pihak manajemen dan pemilik perusahaan harus lebih memperhatikan

    permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, dan likuiditasnya agar

    perusahaan berada dalam kondisi kokoh dan sehat.

    2. Bagi para kreditur, disarankan dalam memberikan dana pinjaman, hendaknya selalu

    memperhatikan kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban finansialnya.

    Hal ini menyangkut risiko kredit macet yang dihadapi oleh kreditur masih relatif

    tinggi.

    DAFTAR PUSTAKA

    Almilia dan Herdiningtyas. 2005. Analisis Rasio CAMEL Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah Pada Lembaga Perbankan Perioda 2000-2002. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Volume 7. No.2. November.

    Anggraeni, Oktafrida. 2011. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan

    Metode CAMEL pada PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah Tahun 2006-2009. Semarang: Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

    Bank Indonesia. Peraturan Bank Indonesia Nomor: 6/10/PBI/2004 Tentang Sistem

    Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. ____________. SE BI No 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 Perihal Tatacara Penilaian

    Tingkat Kesehatan Bank Umum.

  • 23

    ____________. SE BI No 6/73/INTERN DPNP tanggal 24 Desember 2004. ____________. SE BI No 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001 ____________. SK Direksi Bank Indonesia No. 26/20/KEP/DIR tanggal 29 Mei 1993. Darmawi, Herman. 2011. Manajemen Perbankan. Edisi 1. Jakarta: Bumi Aksara Dendawijaya, Lukman. 2005. Manajemen Perbankan. Edisi Kedua. Jakarta: Ghalia

    Indonesia. ___________________. 2009. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia. Dunil, Z. 2005. Bank Auditing Risk-Based Audit Dalam Pemeriksaan Perkreditan Bank

    Umum. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia. Ghozali, Imam, 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Edisi Keempat.

    Semarang: Universitas Diponegoro.

    Haryati, Sri. 2001. Analisis Kebangkrutan Bank. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia.

    Vol.16. No.4. pp.336-345. Hasibuan, Malayu P. 2008. Dasar-Dasar Perbankan. Edisi 8. Jakarta: Bumi Aksara. Ismail. 2010. Manajemen Perbankan: Dari Teori Menuju Aplikasi. Edisi 1. Jakarta:

    Kencana. Kasmir. 2003. Dasar-Dasar Perbankan. Cetakan Kedua. Jakarta: PT. Raja Grafindo

    Persada. ______. 1999. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Lestari, Dwi Venny. 2009. Analisis Tingkat Kesehatan Bank-Bank Pemerintah Dengan

    Menggunakan Metode Camels Dan Analisis Diskriminan Periode 2006-2008. Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma.

    Mahardian, Pandu. 2008. Analisis Pengaruh Rasio CAR, BOPO, NPL, NIM, dan LDR

    Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan. Semarang: Program Megister Manajemen Universitas Diponegoro.

    Masyhud, Ali. 2004. Asset Liability Management: Menyiasati Risiko Pasar dan Risiko

    Operasional. Jakarta: PT.Gramedia. Mawardi, Wisnu. 2005, Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Bank

    Umum di Indonesia (Studi Kasus pada Bank Umum dengan Total Asset Kurang dari 1 Triliun). Jurnal Bisnis Strategi. Vol.14. No.1. Juli. pp.83-94.

    Pujiyanti dan Suhendra. 2009. Analisis Kinerja Keuangan Mengenai Tingkat Kesehatan

    Bank dengan Menggunakan Metode CAMEL. Depok: Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma.

    Republik Indonesia. Undang-Undang RI No.23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia.

  • 24

    ________________. Undang-Undang RI No.10 Tahun 1998 Tentang Perbankan Riyadi, Slamet. 2006. Banking Assets and Liability Management. Jakarta: Fakultas

    Ekonomi Universitas Indonesia. Sekaran, Uma. 2006. Research Methods for Business: Metodologi Penelitian untuk Bisnis.

    Buku 2. Edisi 4. Terjemahan Kwan Men Yon. Jakarta: Salemba Empat. Siregar, Chatrin Y. M, 2008. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank dengan Analisa CAMELS

    Studi Kasus PT. Bank Sumut. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara. Triandaru dan Budisantoso. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Edisi Kedua.

    Jakarta: Salemba Empat. Werdaningtyas, Hesti. 2002. Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank Take Over

    Pramerger di Indonesia. Jurnal Manajemen Indonesia, Vol.1. No.2. pp 24-39

  • 25

    LAMPIRAN 1: Daftar Nama Perusahaan yang Menjadi Populasi Penelitian

    NO KODE

    EMITEN NAMA BANK

    TANGGAL LISTING DI BEI

    1 AGRO Bank Agroniaga, Tbk. 8 Agustus 2003

    2 BABP Bank ICB Bumiputera, Tbk. 15 Juli 2002

    3 BBCA Bank Central Asia, Tbk. 31 Mei 2000

    4 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk. 25 November 1996

    5 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk. 10 November 2003

    6 BDMN Bank Danamon Indonesia, Tbk 6 Desember 1989

    7 BKSW Bank Kesawan, Tbk 21 November 2002

    8 BMRI Bank Mandiri (Persero), Tbk 14 Juli 2003

    9 BNGA Bank CIMB Niaga, Tbk. 29 November 1989

    10 BNLI Bank Permata, Tbk. 15 Januari 2000

    11 BSWD Bank Swadesi, Tbk. 1 Mei 2002

    12 BVIC Bank Victoria International, Tbk. 30 Juni 1999

    13 INPC Bank Artha Graha Internasional, Tbk. 23 Agustus 1990

    14 MAYA Bank Mayapada, Tbk. 29 Agustus 1997

    15 MEGA Bank Mega, Tbk. 17 April 2000

    16 NISP Bank OCBC NISP, Tbk. 20 Oktober 1994

    17 PNBN Bank Pan Indonesia, Tbk. 29 Desember 1982

    18 BNII Bank International Indonesia, Tbk 5 Januari 2006

    19 BNBA Bank Bumi Arta, Tbk 1 Juni 2006

    20 SDRA Bank Himpunan Saudara 1906, Tbk 15 Desember 2006