artifial intelegence
TRANSCRIPT
PERANCANGAN APLIKASI BERBASIS PENGETAHUAN
UNTUK DIAGNOSA AWAL PENYAKIT UNGGAS
MENGGUNAKAN METODE BACKWARD CHAINING
PADA SMARTPHONE BERBASIS ANDROID
Oleh
DewaNyoman Abi Sahadewa (10101092)
I Made Krisnayana Dwi .S. (10101013)
STMIK STIKOM INDONESIA
2012 / 2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dapat dilihat di rumah maupun di alam sekitar banyak jenis unggas yang
dipelihara maupun terbang dan berkeliaran bebas. Ayam maupun burung
merupakan unggas yang memiliki jenis penyakit yang sama. Baik yang menular
maupun tidak. Penyakitnya pun dapat membahayakan manusia. Contohnya adalah
penyakit flu burung atau yang dikenal dengan nama ilmiah H5N1.
Pemilik unggas tidak hanya orang yang sebagai peternak saja, tetapi juga
di rumah tangga memiliki beberapa jenis unggas. Seperti orang yang hobi
memelihara ayam atau burung. Penyakit pada unggas bisa saja tiba-tiba datang
dan menyerang unggas. Hal tersebut dapat membahayakan pemilik unggas beserta
keluarganya. Mengetahui gejalanya sejak dini akan membantu menekan
penyebaran penyakit tersebut.
Orang pada umumnya tidak begitu peduli dengan sebagian besar jenis
penyakit yang dapat menyerang unggas peliharaannya. Bukan hanya
ketidaktahuan terhadap penyakitnya saja, akan tetapi tidak keseriusan dalam
penanganan menjadi penyebab penyebaran penyakit tersebut. Sebelum orang
pemelihara unggas memeriksakan unggasnya ke dokter hewan atau seseorang
yang sebagai ahli penyakit unggas, penyakit sudah terlebih dahulu membunuh
unggas tersebut, bahkan menyebar ke unggas yang lain dan menghabiskan
semuanya. Karena biasanya untuk mengetahui penyakit, unggas harus dibawa ke
tempat pemeriksaan atau seorang pemeriksa yang datang ke tempat pemilik
unggaas.
Namun, untuk mengetahui penyakit yang terinfeksi di unggas juga dapat
dilakukan sebuah diagnosa. Diagnosa sebuah penyakit biasanya dilakukan oleh
dokter hewan atau para ahli di bidangnya. Dan untuk sebuah diagnosa akan
diperlukan gejala yang dilihat dari unggas tersebut untuk mendapatkan
kesimpulan atau hasil akurat yang akan menentukan penyakit apa yang sedang
diderita.
Diagnosa dapat dilakukan secara manual dan otomatis, dari para ahlinya
atau dengan notebook yang memiliki perangkat lunak untuk diagnosis penyakit
2
unggas. Dengan berkembangnya teknologi saat ini, diagnosa sebuah penyakit
dapat dilakukan di genggaman tangan. Dengan mudah dan cepat diagnosa dari
gejala-gejala yang ada kemudian akan otomatis memberikan kesimpulan penyakit
tersebut.
Untuk diagnosa secara otomatis, diperlukan metode untuk mendapatkan
kesimpulan penyakit yang terinfeksi. Metode yang digunakan adalah backward
chaining yaitu metode yang digunakan dalam inference engine untuk melakukan
pelacakan atau penalaran dari sekumpulan hipotesa menuju fakta-fakta yang
mendukung kesimpulan tersebut. Kemudian untuk menguji kebenaran hipotesis
tersebut harus dicari fakta-fakta yang ada dalam basis pengetahuan.
Penggunaan handphone dilengkapi internet yang cepat dapat menjadi
device untuk dapat lebih memudahkan manusia. Terlebih lagi, banyak aplikasi
mobile yang diciptakan, membuat informasi yang dibutuhkan mudah didapat.
Pengembang sistem operasi pada handphone pun telah berhasil membuat device
komunikasi tersebut menjadi sebuah smartphone dengan fungsionalitas lebih baik.
Sistem operasi pada smartphone yang saat ini banyak digemari adalah
Android. Android merupakan sistem operasi yang bersifat open source dengan
harga yang terjangkau, sehingga menyebabkan produk keluaran Google ini
meningkat jumlah permintaannya.
Diagnosa awal penyakit unggas bisa dilakukan secara mobile tanpa
menggunakan web browser dan melalui sistem operasi handphone yang sedang
berkembang berbasis smartphone Android, menjadi latar belakang proyek akhir
ini. Maka dari itu dibangunlah aplikasi diagnosa awal penyakit secara mobile yang
dikhususkan untuk diagnosis penyakit unggas yang disebut dengan “Diagnosa
Awal Penyakit Unggas (DAPU)”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, didapatkan rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana membangun aplikasi untuk diagnosis penyakit unggas
pada smartphone berbasis Android?
3
2. Bagaimana aplikasi “Diagnosa Awal Penyakit Unggas (DAPU)”
dapat menyimpulkan penyakit dari gejala yang dimasukkan?
1.3 Tujuan
1. Membangun diagnosis penyakit unggas pada smartphone berbasis
Android adalah dengan menciptakan sebuah aplikasi “Diagnosa
Awal Penyakit Unggas (DAPU)”.
2. Aplikasi “Diagnosa Awal Penyakit Unggas” dapat memberikan
kesimpulan penyakit yang terinfeksi dari gejala-gejala yang
terdapat pada unggas tersebut.
1.4 Batasan Masalah
Batasan masalah terhadap aplikasi ini adalah:
1. Aplikasi ini hanya diagnosis penyakit yang ada pada unggas.
2. Aplikasi bersifat mobile aplication dan menggunakan OS Android
versi 2.3 (Gingerbread).
3. Pada aplikasi ini, user tidak dapat mengubah database penyakit.
1.5 Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari aplikasi ini adalah:
1. Diharapkan dapat membantu pengguna dalam mengetahui penyakit
yang terinfeksi pada unggas.
2. Mencegah penyebaran penyakit.
3. Melindungi diri dan keluarga dari terinfeksinya penyakit yang
dapat membahayakan manusia.
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 State Of The Art
Pada penelitian sebelumnya telah ada penelitian yang menyerupai tugas
akhir “Perancangan Aplikasi Sistem Berbasis Pengetahuan Untuk Diagnosa Awal
Penyakit Unggas Menggunakan Metode Backward Chaining Pada Smartphone
Berbasis Android”, seperti penelitian yang dilakukan oleh Ayu Paramyta
Rachmawati (2012) yang berjudul “Aplikasi Pengatur Pola Hidup Sehat Berbasis
Android”. Pada penelitian ini ditujukan untuk mengatur jadwal makan dan
mengingatkan pengguna untuk bisa melakukan pola hidup sehat. Penyakit yang
ada pada aplikasi ini yaitu penyakit kardivaskuler, hepar, ginjal, diabetes militus
dan maag. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi,identifikasi dan
klasifikasi melalui studi literatur.
Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Nanang Indra Riwayanto (2012),
dengan judul “Aplikasi Diagnosa Keluhan Selama Masa Kehamilan Berdasarkan
Tingkat Certainty Factor Berbasis Android”. Disini peneliti menggunakan
kemajuan teknologi untuk memberikan informasi saran/solusi tentang keluhan
selama masa kehamilan berdasarkan parameter/trimester dengan membuat
perangkat lunak pada smartphone berbasis Android berdasarkan Certainty Factor
yaitu dengan hasil tingkat nilai kepastian. Parameter yang dipergunakan dalam
diagnosa adalah usia kandungan normal dari usia 16 – 35 tahun. Sistem Operasi
Android yang digunakan adalah versi 2.2 (Froyo). Manfaat penelitian ini adalah
untuk menambah pengetahuan mengenai masalah kebidanan, khususnya masalah
kandungan.
Perbedaan yang terdapat pada tugas akhir ini adalah dari metode yang
menggunakan backward chaining yaitu metode yang digunakan dalam inference
engine untuk melakukan pelacakan atau penalaran dari sekumpulan hipotesa
menuju fakta-fakta yang mendukung kesimpulan tersebut. Dan untuk menguji
kebenaran hipotesis tersebut harus dicari fakta-fakta yang ada dalam basis
pengetahuan. Pada aplikasi ini juga terdapat perbedaan dari segi database yang
dapat diperbaharui melalui jaringan internet.
5
2.2 Kecerdasan Buatan
Kusumadewi (2003) menyatakan bahwa kecerdasan buatan atau artificial
intelligence merupakan salah satu bagian ilmu komputer yang membuat agar
mesin (komputer) dapat melakukan pekerjaan selayaknya yang dilakukan oleh
manusia. Pada awal diciptakannya, komputer hanya difungsikan sebagai alat
hitung. Namun seiring dengan perkembangan jaman, maka peran komputer
semakin mendominasi kehidupan umat manusia. Komputer tidak lagi hanya
digunakan sebagai alat hitung, lebih dari itu, komputer diharapkan untuk dapat
diberdayakan untuk mengerjakan segala sesuatu yang bisa dikerjakan oleh
manusia.
Manusia bisa menjadi pandai dalam menyelesaikan segala permasalahan
di dunia ini karena manusia mempunyai pengetahuan dan pengalaman.
Pengetahuan diperoleh dari proses belajar. Semakin banyak bekal pengetahuan
yang dimiliki oleh seseorang tentu saja diharapkan akan lebih mampu dalam
menyelesaikan permasalahan. Namun bekal pengetahuan saja tidak akan cukup,
manusia juga diberikan akal untuk melakukan penalaran, mengambil kesimpulan
berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki. Tanpa memiliki
kemampuan untuk menalar dengan baik, meskipun manusia dengan segudang
pengalaman dan pengetahuan tidak akan dapat menyelesaikan masalah dengan
baik. Demikian pula, dengan kemampuan menalar yang sangat baik, namun tanpa
bekal pengetahuan dan pengalaman yang memadai, manusia juga tidak akan bisa
menyelesaikan masalah dengan baik.
2.3 Sistem Pakar
Sistem Pakar ( Expert System ) adalah sistem yang berusaha mengadopsi
pengetahuan manusia ke komputer, agar komputer dapat menyelesaikan masalah
seperti biasa yang dilakukan para ahli (Sri Kusumadewi, 2003).
Sistem pakar (expert system) mulai dikembangkan pada pertengahan tahun
1960-an oleh Artificial Intelligence Corporation. Sistem pakar yang muncul
pertama kali adalah General-purpose Problem Solver (GPS) yang merupakan
sebuah predecessor untuk menyusun langkah-langkah yang dibutuhkan untuk
6
mengubah situasi awal menjadi state tujuan yang telah ditentukan sebelumnya
dengan menggunakan domain masalah yang kompleks.
Sistem pakar dapat diterapkan untuk persoalan di bidang industri,
pertanian, bisni, kedokteran, militer, komunikasi dan transportasi, pariwisata,
pendidikan, dan lain sebagainya. Permasalahan tersebut bersifat cukup kompleks
dan terkadang tidak memiliki algoritma yang jelas di dalam pemecahannya,
sehingga dibutuhkan kemampuan seorang atau beberapa ahli untuk mencari
sistematika penyelesaiannya secara evolutif.
Sistem pakar merupakan program yang dapat menggantikan keberadaan
seorang pakar. Alasan mendasar mengapa sistem pakar dikembangkan
menggantikan seorang pakar adalah sebagai berikut :
1. Dapat menyediakan kepakaran setiap waktu dan di berbagai lokasi.
2. Secara otomatis mengerjakan tugas-tugas rutin yang membutuhkan seorang
pakar.
3. Seorang pakar akan pensiun atau pergi.
4. Menghadirkan atau menggunkan jasa seorang pakar memerlukan biaya yang
mahal.
5. Kepakaran dibutuhkan juga pada lingkungan yang tidak bersahabat (hostile
environment).
2.4 Sistem Berbasis Pengetahuan
2.4.1 Definisi Sistem Berbasis Pengetahuan
Sistem Berbasis Pengetahuan diturunkan dari istilah knowledge based
expert system. Sistem ini merupakan sistem yang menggunakan pengetahuan
manusia yang telah disimpan dalam komputer untuk menyelesaikan permasalahan
yang memerlukan kepakaran seorang ahli (Buliali, dkk., 2007)
Sistem Berbasis Pengetahuan atau Sistem Pakar merupakan salah satu
cabang dari AI dimana dalam dunia komersial disebut dengan sistem yang dapat
secara efektif dan efisien melaksanakan tugas yang tidak terlalu memerlukan
pakar. Sistem Berbasis Pengetahuan dikenal juga dengan sistem penasihat, sistem
pengetahuan, sistem bantuan kerja cerdas atau sistem operasional (Turban, dkk.,
2005).
7
Sistem Berbasis Pengetahuan atau Sistem Pakar adalah program pemberi
advis/nasehat yang terkomputerisasi yang ditujukan untuk meniru
proses reasoning (pertimbangan) dan pengetahuan dari pakar dalam
menyelesaikan permasalahan masalah yang lebih spesifik (Irfan Subakti, 2006).
Sistem Pakar adalah sistem yang berusaha mengadopsi pengetahuan
manusia ke komputer, agar komputer dapat menyelesaikan seperti yang biasa
dilakukan oleh para ahli (Sri Kusumadewi, 2003).
Sistem Pakar dibuat pada wilayah pengetahuan tertentu untuk sesuatu
kepakaran tertentu yang mendekati kemampuan manusia disalah satu bidang.
Sistem Pakar mencoba mencari solusi yang memuaskan sebagaimana yang
dilakukan seorang pakar. Selain itu Sistem Pakar juga dapat memberikan
penjelasan terhadap langkah yang diambil dan memberikan alasan atas saran atau
kesimpulan yang ditemukannya. Bidang ini digunakan lebih banyak daripada
penggunaan bidang-bidang Kecerdasan Buatan lainnya. Sistem Pakar menarik
minat yang besar dalam suatu organisasi disebabkan kemampuannya dalam
meningkatkan produktifitas dan dalam meningkatkan gugus kerja di berbagai
bidang tertentu dimana pakar manusia akan mengalami kesulitan dalam
mendapatkan dan mempertahankan kemampuan itu.
2.4.2 Sejarah Sistem Berbasis Pengetahuan
Sistem Pakar petama kali dikembangkan oleh komunitas AI (Artificial
Intellegence) pada pertengahan tahun 1956. Sistem Pakar yang muncul pertama
kali adalah General-purpose Problem Solver (GPS) yang dikembangkan oleh
Newel dan Simon (Sri Kusumadewi, 2003). GPS dan program-program serupa ini
mengalami kegagalan dikarenakan cakupannya yang terlalu luas sehingga
terkadang justru meninggalkan pengetahuan-pengetahuan penting yang
seharusnya disediakan.
Pertengahan tahun 1960-an, terjadi pergantian dari program serba bisa
(general-purpose) ke program yang spesialis (special-purpose) dengan
dikembangkannya DENDRAL oleh E.Feigenbauh dari Universitas Stanford dan
kemudian diikuti oleh MYCIN.
8
Awal tahun 1980-an, teknologi Sistem Pakar yang mula-mula dibatasi oleh
suasana akademis mulai muncul sebagai aplikasi komersial, khususnya XCON,
XSEL (dikembangkan dari R-1 pada Digital Equipment Corp.) dan CATS-1
(dikembangkan oleh General Electric). Sistem Pakar dari tahun ketahun selalu
mengalami perkembangan.
Ada beberapa contoh Sistem Pakar yang pernah dibuat:
1. MYCIN
Memberikan diagnosa dan solusi pengobatan penyakit.
2. MACSYMA
Menangani masalah matematika.
3. DENDRAL
Mengidentifikasi struktur molekular campuran yang tidak dikenal.
4. XCON&XSEL
Membantu konfigurasi sistem komputer besar.
5. SOPHIE
Melakukan analisis sirkuit elektronik.
6. Prospector
Membantu mencari dan menemukan deposit dalam geologi.
7. FOLIO
Membantu memberikan keputusan bagi seorang manajer dalam hal stok
broker dan investasi.
8. DELTA
Pemeliharaan lokomotif disel.
2.4.3 Konsep Dasar Sistem Berbasis Pengetahuan
Menurut Efraim Turban, konsep dari Sistem Pakar mengandung keahlian,
ahli, pengalihan keahlian, inferensi, aturan, dan kemampuan menjelaskan (Sri
Kusumadewi, 2003).
a Keahlian (Expertise)
Keahlian merupakan pengetahuan khusus yang dimiliki oleh seseorang
melalui latihan, belajar, serta pengalaman yang dialami pada suatu bidang
tertentu dalam jangka waktu yang cukup lama. Pengetahuan tersebut dapat
9
berupa fakta-fakta, teori-teori, aturan-aturan serta strategi untuk
menyelesaikan suatu masalah. Dengan pengetahuan tersebut seorang pakar
dapat memberikan keputusan yang lebih baik dan cepat dalam menyelesaikan
suatu permasalahan yang sulit.
b Ahli atau Pakar (Expert)
Seorang pakar harus memiliki kemampuan menyelesaikan permasalahan pada
bidang tertentu yang ditanganinya, kemudian memberikan penjelasan
mengenai hasil dan kaitannya dengan permasalahan yang ada. Selain itu
seorang pakar juga harus mempelajari hal-hal baru dari setiap perkembangan
yang ada, lalu menyusun kembali pengetahuannya, dan dalam hal tertentu
dapat memberikan alternatif lain agar mampu memecahkan permasalahan
yang dihadapi serta menghasilkan solusi yang tepat. Untuk meniru keahlian
pakar, perlu dibangun sebuah sistem komputer yang menunjukan seluruh
karakteristik tersebut. Namun hingga saat ini, pekerjaan dibidang Sistem
Pakar terfokus pada aktifitas penyelesaian masalah dan memberikan
penjelasan mengenai solusinya.
c Pengalihan Keahlian (Transfering Expertise)
Tujuannya adalah memindahkan keahlian yang dimiliki oleh seorang pakar ke
dalam sebuah sistem komputer, kemudian dari sebuah sistem komputer
kepada orang lain yang bukan pakar. Proses yang dilakukan adalah :
1. Perolehan pengetahuan (Knowledge Acquistion)
2. Representasi pengetahuan (Knowledge Representation)
3. Pengambilan kesimpulan pengetahuan (Knowledge Inferencing)
4. Pemindahan pengetahuan kepada pemakai (Knowledge Transfer to User)
5. Pengetahuan tersebut ditempatkan ke dalam suatu komponen yang
dinamakan basis pengetahuan(Knowledge Base)
d Kesimpulan (Inference)
Keistimewaan Sistem Pakar adalah kemampuannya dalam memberikan
kesimpulan. Dengan cara menempatkan keahlian ke dalam basis pengetahuan
(Knowledge Base) kemudian membuat program yang mampu mengakses basis
pengetahuan sehingga sistem dapat memberikan kesimpulan. Kesimpulan
10
dibentuk dalam komponen bernama mesin pengambil keputusan (Inference
Engine), yang berisi aturan-aturan untuk menyelesaikan masalah.
e Aturan (Rule)
Umumnya Sistem Pakar berbasis aturan, yaitu pengetahuan terdiri dari aturan-
aturan sebagai prosedur penyelesaian masalah. Pengetahuan tersebut
digambarkan sebagai suatu urutan seri dari kaidah-kaidah yang sudah dibuat.
f Kemampuan Memberikan Penjelasan (Explanation Capability)
Keistimewaan lain dari Sistem Pakar adalah kemampuannya dalam
memberikan saran atau rekomendasi serta menjelaskan mengapa tindakan
tertentu tidak dianjurkan. Pemberian penerangan dan pendapat ini dilakukan
dalam suatu subsistem yang dinamakan subsitem penjelasan (Explanation
Subsystem)
2.4.4 Struktur Sistem Berbasis Pengetahuan
Struktur Sistem Pakar terdiri dari dua pokok (Sri Kusumadewi, 2003),
yaitu: lingkungan pengembang (development environment) dan lingkungan
konsultasi (consulatation environment). Lingkungan pengembang digunakan
sebagai pembangunan Sistem Pakar baik dari segi pembangunan komponen
maupun basis pengetahuan. Lingkungan konsultasi digunakan oleh seseorang
bukan ahli untuk berkonsultasi.
Gambar 2.1 Struktur Sistem Pakar
11
Sumber: Sri Kusumadewi, 2003: Artificial Intelegence (Teknik dan Aplikasinya)
Komponen-komponen Sistem Pakar terlihat pada Gambar 2.1 diatas dan
berikut penjelasan dari masing-masing komponen (Sri Kusumadewi, 2003), yaitu:
a. Subsistem penambahan pengetahuan. Bagian ini digunakan untuk
memasukkan pengetahuan, mengkontruksi atau memperluas pengetahuan
dalam basis pengetahuan. Pengetahuan itu bisa berasal dari buku, ahli, basis
data, penelitian, dan gambar.
b. Basis pengetahuan. Berisi pengetahuan yang dibutuhkan untuk
memahami, memformulasikan dan menyelesaikan masalah.
c. Motor inferensi (inference engine). Program yang berisi metodologi yang
digunakan untuk melakukan penalaran terhadap informasi-informasi basis
pengetahuan dan blackboard, serta digunakan untuk memformulasikan
konklusi. Ada tiga elemen utama dalam motor inferensi, yaitu:
Interpreter: Mengeksekusi item-item agenda yang terpilih menggunakan
aturan-aturan dalam basis pengetahuan.
Scheduler: Akan mengontrol agenda.
Consistency enforce: Akan berusaha memelihara konsistenan dalam
mempresentasikan solusi yang bersifat darurat.
d. Blackboard. Merupakan area dalam memori yang digunakan untuk
merekam kejadian yang sedang berlangsung termasuk keputusan sementara.
Ada tiga tipe keputusan yang dapat direkam, yaitu:
Rencana: Bagaimana menghadapi masalah.
Agenda: Aksi-aksi yang potensial yang sedang menunggu untuk
dieksekusi.
Solusi: Calon aksi yang akan dibangkitkan.
e. Antarmuka digunakan untuk media komunikasi antar user dan program.
f. Subsistem penjelas. Digunakan untuk melacak respond dan memberi
penjelas tentang kelakuan Sistem Pakar secara interaktif melalui pertanyaan:
Mengapa suatu pertanyaan diajukan oleh Sistem Pakar?
Bagaimana konklusi dicapai?
Mengapa ada arternatif yang dibatalkan?
12
Rencana apa yang digunakan untuk mendapatkan solusi?
g. Sistem penyaring pengetahuan. Sistem ini digunakan untuk mngevaluasi
kinerja Sistem Pakar itu sendiri untuk melihat apakah pengetahuan-
pengetahuan yang ada masih cocok digunakan dimasa mendatang.
2.4.5 Basis Pengetahuan (Knowledge Base)
Basis pengetahuan berisi pengetahuan-pengetahuan dalam penyelesaian
masalah, tentu saja di dalam domain tertentu. Ada dua bentuk pendekatan basis
pengetahuan yang sangat umum digunakan diantaranya yaitu :
a. Penalaran berbasis aturan (Rule-Based Reasoning) Pada penalaran
berbasis aturan, pengetahuan direpresentasikan dengan menggunakan
aturan IF-THEN. Bentuk ini digunakan apabila telah memiliki sejumlah
pengetahuan pakar pada suatu permasalahan tertentu dan si pakar dapat
menyelesaikan masalah tersebut secara berurutan.
b. Penalaran berbasis kasus (Case-Based Reasoning) Pada penalaran berbasis
kasus, basis pengetahuan akan berisi solusi-solusi yang telah dicapai
sebelumnya, kemudian akan diturunkan suatu solusi untuk keadaan yang
terjadi sekarang (fakta yang ada). Bentuk ini digunakan apabila user
menginginkan untuk tahu lebih banyak lagi pada kasus-kasus yang hampir
sama.
2.4.6 Mesin Inferensi (Inference Engine)
Mesin inferensi merupakan otak dari Sistem Pakar, bagian ini
mengandung mekanisme fungsi berpikir dan pola-pola penalaran sistem yang
digunakan oleh seorang pakar. Mekanisme ini akan menganalisa suatu masalah
tertentu dan kemudian mencarikan jawaban atau kesimpulan yang terbaik. Dari
fakta-fakta yang diperoleh selama proses tanya jawab dengan user, serta aturan-
aturan yang tersimpan di knowledge base, inference engine dapat menarik suatu
kesimpulan dan memberikan rekomendasi atau saran yang diharapkan oleh user.
Proses penalaran ada dua macam dan biasanya lebih disebut dengan
proses chaining yaitu forward chaining dan backward chaining. Kedua metode ini
13
mempunyai kelebihan tersendiri, semuanya itu tergantung dari kondisi
permasalahan yang dihadapi dan basis pengetahuan.
a. Forward Chaining
Forward chaining merupakan suatu strategi pengambilan keputusan yang
dimulai dari bagian sebelah kiri (IF terlebih dahulu). Dengan kata lain, penalaran
dimulai dari fakta terlebih dahulu untuk menguji kebenaran hipotesis (Sri
Kusumadewi, 2003).
Tabel 2.1 Contoh Aturan-aturan
Sumber: SriKusumadewi, 2003 : Artificial Intelegence (Teknik dan Aplikasinya)
No Aturan
R-1 IF A & B THEN C
R-2 IF C THEN D
R-3 IF A & E THEN F
R-4 IF A THEN G
R-5 IF F & G THEN D
R-6 IF G & E THEN H
R-7 IF C & H THEN I
R-8 IF I & A THEN J
R-9 IF G THEN J
R-10 IF J THEN K
Sebagai contoh penalaran maju (forward chaining) adalah mendiagnosa
penyakit berdasarkan gejala-gejala atau fakta yang dirasakan oleh pasien.
Gambar 2.2 Forward Chaining
14
b. Backward Chaining
Backward Chaining merupakan strategi pengambilan keputusan atau
kesimpulan dengan pencocokan fakta atau pernyataan yang dimulai dari bagian
sebelah kanan (THEN terlebih dahulu). Dengan kata lain, penalaran dimulai dari
hipotesis terlebih dahulu, dan untuk menguji kebenaran hipotesis tersebut harus
dicari fakta-fakta yang ada dalam basis pengetahuan.
Gambar 2.3 Backward Chaining
2.4.7 Bidang-bidang Masalah yang Cocok Untuk Sistem Berbasis
Pengetahuan
Sistem Pakar dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara. Salah satu cara
adalah berdasarkan area persoalan umum yang ditanganinya. Beberapa Sistem
Pakar termasuk dalam dua atau lebih kategori berikut (Turban, dkk., 2005):
a. Sistem interpretasi
Menyimpulkan deskripsi situasi dari observasi. Kategori ini termasuk
pengawasan, speech understanding,analisis citra, interpretasi sinyal, dan banyak
jenis analisis kecerdasan. Sistem interpretasi menjelaskan data yang telah
diobservasi dengan menetapkan arti simbolik yang mendeskripsikan situasi.
b. Sistem prediksi
Menyertakan ramalan cuaca, prediksi demograri, peramalan ekonomi,
prediksi lalu lintas, perkiraan panen, dan peramalan militer, pemasaran dan
keuangan.
c. Sistem diagnostik
Menyertakan diagnosis medis, elektronik, mekanik, dan perangkat lunak.
Sistem diagnostik biasanya menghubungkan ketidakteraturan kelakuan dengan
penyebab dasarnya.
15
d. Sistem desain
Mengembangkan konfigurasi objek yang memenuhi batasan persoalan
desain. Persoalan tersebut mencakup layout sirkuit, desain bangunan, dan layout
pabrik. Sistem layout menginstruksi objek dalam berbagai hubungan satu sama
lain dan memverifikasi bahwa konfigurasi ini sesuai dengan batasan yang
dinyatakan.
e. Sistem perencanaan
Fokus pada persoalan perencanaan, misalnya pemrograman otomatis. Juga
menangani perencanaan jangka pendek dan panjang pada area seperti manajemen
proyek, routing, komunikasi, pengembangan produk, aplikasi militer dan
perencanaan keuangan.
f. Sistem pengawasan
Membandingkan observasi kelakuan sistem dengan standar yang
tampaknya penting untuk keberhasilan pencapaian tujuan. Fitur penting ini
berhubungan dengan kecacatan potensial dalam rencana tersebut. Terdapat banyak
sistem pengawasan dengan bantuan komputer untuk topik dari kontrol lalu lintas
udara hingga tugas manajemen fiskal.
g. Sistem debugging
Mengandalkan pada kemampuan perencanaan, desain, prediksi untuk
membuat spesifikasi atau rekomendasi untuk membetuikan persoalan diagnosis.
h. Sistem perbaikan
Mengembangkan dan mengeksekusi rencana untuk mengola perbaikan
persoalan diagnosis tertentu. Sistem tersebut menggabungkan kemampuan
debugging, perencanaan dan eksekusi.
i. Sistem instruksi
Menggabungkan subsistem diagnosis dan debugging yang secara spesifik
menangani kebutuhan siswa. Biasanya, sistem tersebut mulai dengan membangun
deskripsi hipotetik tentang pengetahuan siswa yang menginterpretasikan
kelakuannya. Sistem kemudian mendiagnosis kelemahan pengetahuan siswa dan
mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan untuk menangani kekurangan
tersebut. Akhirnya sistem merencanakan interaksi tutorial yang dimaksudkan
untuk memberikan perbaikan pengetahuan bagi siswa.
16
j. Sistem kontrol
Secara adaptif mengatur keseluruhan kelakuan sistem. Untuk melakukan
hal ini, sistem kontrol harus berulang kali menginterprtasikan situasi
terbaru, memprediksi masa depan, mendiagnosis penyebab persoalan yang
terantisipasi, merumuskan rencana pemulihan, dan mengawasi eksekusinya untuk
memastikan keberhasilan.
Tidak semua tugas yang biasanya terdapat di tiap kategori ini sesuai untuk
Sistem Pakar. Akan tetapi terdapat ribuan keputusan yang cocok dengan kategori
tersebut.
2.4.8 Manfaat dan kemampuan Sistem Berbasis Pengetahuan
Beberapa manfaat Sistem Pakar adalah sebagai berikut (Turban, dkk.,
2005):
a. Meningkatkan output dan produktivitas.
b. Meningkatkan waktu dan pengambilan keputusan.
c. Meningkatkan kualitas proses dan produk.
d. Mengurangi downtime.
e. Menyerap keahlian langka.
f. Fleksibilitas.
g. Operasi peralatan yang lebih mudah.
h. Eliminasi kebutuhan peralatan yang mahal.
i. Operasi dilingkungan yang berbahaya.
j. Aksesibilitas ke pengetahuan dan help desk.
k. Kemampuan untuk bekerja dengan informasi yang tidak lengkap/tidak
pasti.
l. Kelengkapan pelatihan.
m. Peningkatan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan
Meningkatkan proses pengambilan keputusan.
n. Meningkatkan kualitas keputusan.
o. Kemampuan untuk memecahkan persoalan kompleks.
p. Transfer pengetahuan ke lokasi terpencil.
q. Peningkatan sistem informasi yang lain.
17
2.4.9 Keterbatasan Sistem Berbasis Pengetahuan
Metodologi Sistem Pakar yang tersedia mungkin tidak langsung dan
efektif, bahkan untuk banyak aplikasi dalam kategori umum. Persoalan-persoalan
berikut telah memperlambat penyebaran Sistem Pakar (Turban, dkk., 2005):
a. Pengetahuan tidak selalu siap tersedia.
b. Akan sulit mengestrak keahlian dari manusia.
c. Pendekatan tiap pakar pada suatu penelitian situasi mungkin berbeda tetapi
benar.
d. Sulit, bahkan bagi pakar berkemampuan tinggi, untuk mengikhtisarkan
penilaian situasi yang baik pada saat berada dalam tekanan waktu.
e. Pengguna Sistem Pakar memiliki batasan kognitif alami.
f. Sistem Pakar bekerja dengan baik hanya dalam domain pengetahuan
sempit Kebanyakan pakar tidak memiliki sarana mandiri untuk memeriksa
apakah kesimpulannya masuk akal.
g. Kosa kata atau jargon yang digunakan pakar untuk menyatakan fakta dan
hubungan acapkali terbatas dan tidak dipahami oleh pakar lain.
h. Acapkali dibutuhkan bantuan dari knowledge engineer – yang langka dan
mahal – suatu fakta yang menjadikan konstruksi Sistem Pakar mahal.
i. Kurangnya kepercayaan pada bagian pengguna akhir menjadi penghalang
penggunaan Sistem Pakar.
j. Transfer pengetahuan adalah subyek terhadap sekumpulan bias perseptual
dan penilaian.
Faktor lain adalah, Sistem Pakar mungkin tidak mampu mencapai kesimpulan.
Lebih lagi, Sistem Pakar, sebagaimana halnya pakar manusia, terkadang
menghasilkan rekomendasi yang tidak tepat.
2.4.10 Faktor-faktor Suskes Sistem Berbasis Pengetahuan
Beberapa peneliti telah meneliti alasan mengapa Sistem Pakar sukses dan
gagal dalam praktik. Karya ini mencakup studi oleh Eom (1996), Guimaraes,
dkk., (1996), Kunnathur, dkk., (1996), Tsai, dkk., (1994), dan Yoon, dkk., (1995).
Dengan adanya banyak sistem manajemen informasi, dua faktor yang paling kritis
18
adalah jawara dalam manajemen, keterlibatan pengguna, dan pelatihan.
Manajemen harus mendukung proyek tersebut dan pengguna harus memiliki rasa
memiliki. Banyak studi telah menunjukkan bahwa level manajerial dan
keterlibatan pengguna secara langsung mempengaruhi tingkat keberhasilan
SIM (sistem informasi manajemen), terutama Sistem Pakar. Akan tetapi, faktor ini
saja tidak cukup untuk menjamin keberhasilan dan persoalan berikut juga harus
dipertimbangkan (Turban, dkk., 2005):
a. Tingkat pengetahuan harus cukup tinggi.
b. Keahlian harus tersedia dari setidaknya satu pakar yang kooperatif.
c. Persoalan yang akan dipecahkan harus sebagian besar kualitatif (fuzzy),
tidak sepenuhnya kuantitatif (jika tidak, sebaiknya menggunakan pendekatan
numerik).
d. Persoalan tersebut harus berada dalam lingkup yang sempit.
e. Karakteristik shell Sistem Pakar penting, Shell harus berkualitas tinggi dan
secara alami menyimpan dan memanipulasi pengetahuan.
f. Antarmuka pengguna harus mudah digunakan oleh pengguna baru.
g. Persoalan harus penting dan cukup sulit untuk
membenarkan pengembangan Sistem Pakar (tetapi tidak perlu menjadi fungsi
inti).
h. Diperlukan pengembangan cerdas dengan orang-orang yang terampil.
i. Pengaruh Sistem Pakar sebagai sumber peningkatan pekerjaan pengguna
akhir harus dipertimbangkan. Pengaruh tersebut sebaiknya menguntungkan.
Sikap dan harapan pengguna akhir harus dipertimbangkan.
j. Dukungan manajemen harus diperkuat.
2.5 Android
2.5.1 Sejarah Android
Android adalah sebuah sistem operasi untuk perangkat mobile berbasis
linux yang mencangkup system operasi, middleware dan aplikasi. Android
menyediakan platform yang terbuka bagi para pengembang untuk menciptakan
aplikasi mereka. Awalnya, Google Inc. membeli Android Inc. yang merupakan
pendatang baru yang membuat paranti lunak untuk ponsel atau smartphone.
19
Kemudian untuk mengembangkan android dibentuklah Open Handset Alliance,
konsorium dari 34 perusahaan peranti keras, peranti lunak dan telekomunikasi,
termasuk Google, HTC, Intel, Motorola, Qualcomm, T-Mobile dan Invidia.
Pada perilisan perdana Android, 5 November 2007, Android bersama
Open Handset Alliance menyatakan mendukung pengembangan open source pada
perangkat mobile. Di lain pihak, Google merilis kode-kode Android dibawah
lisensi Apache, sebuah lisensi perangkat lunak dan open platform perangkat
selular.
2.5.2 Jenis Distributor Android
Di dunia ini terdapat dua jenis distributor sistem operasi Android. Pertama
yang mendapat dukungan penuh dari Google Mail Service (GSM) dan kedua
adalah benar-benar bebas distribusinya tanpa dukungan langsung dari Google atau
dikenal sebagai Open Handset Distribution (OHD).
Pada masa saat ini kebanyakan vendor-vendor smartphone sudah
memproduksi smartphone berbasis android, vendor-vendor itu antara lain HTC,
Motorola, Samsung, LG, HKC, Huawei, Archos, Webstation CAmangi, Dell,
Nexus, SciPhone,WayteQ, Sony Ericsson, LG, Acer, Philips, T-Mobile, Nexian,
IMO, Asus dan masih banyak lagi vendor smartphone didunia yang memproduksi
android. hal ini karena android itu adalah system operasi yang open
source sehingga bebas didistribusikan dan dipakai oleh vendor manapun.
Aplikasi Android dapat dikembangkan pada sistem operasi seperti,
Windows XP Vista atau Seven, Mac OS X (Mac OS X 10.4.8) atau lebih baru,
dan Linux.
2.5.3 Sejarah Perkembangan Android
HTC Dream adalah Telepon pertama yang memakai sistem operasi
Android, yang dirilis pada 22 Oktober 2008. Pada pengunjung tahun 2010
diperkirakan hampir semua vendor seluler di dunia menggunakan Android
sebagai sistem operasi. Adapun beberapa versi-versi Android yang pernah dirilis
adalah sebagai berikut :
20
1. Android versi 1.1
Musik Pada 9 Maret 2009, Google merilis Android versi 1.1 Android versi
ini dilengkapi dengan pembaruan estetis pada aplikasi, jam, alarm, pencarian
suara, pengiriman pesan dengan Gmail, dan pemberitahuan email.
2. Android versi 1.5 (Cupcake)
Pada pertengahan Mei 2009, Google kembali merilis telepon seluler
dengan menggunakan Android dan SDK (Software Development Kit) dengan
versi 1.5 (Cupcake). Terdapat beberapa pembaharuan termasuk juga penambahan
beberapa fitur dalam seluler versi ini yakni kemampuan merekam dan menonton
video dengan modus kamera, mengupload video ke Youtube dan gambar ke
Picasa langsung dari telepon, dukungan Bluetooth, animasi layar, dan keyboard
pada layar yang dapat disesuaikan dengan sistem.
3. Android versi 1.6 (Donut)
Donut (versi 1.6) dirilis pada September dengan menampilkan proses
pencarian yang lebih baik dibanding sebelumnya, penggunaan baterai indicator
dan control applet VPN. Fitur lainnya adalah gallery yang memungkinkan
pengguna untuk memilih foto yang akan dihapus, kamera, camcorder dan gallery
yang diintegrasikan, CDMA/EVDO, 802.1x, VPN, Gestures, dan Text-to-speech
engine, kemampuan dial kontak, teknologi text to change speech (tidak tersedia
disemua ponsel, pengadaan resolusi VWGA).
4. Android versi 2.0 atau 2.1 (Eclair)
Pada 3 Desember 2009 kembali diluncurkan ponsel Android dengan versi
2.0 atau 2.1 (Eclair), perubahan yang dilakukan adalah pengoptimalan hardware,
peningkatan Google Maps 3.1.2, perubahan UI dengan browser baru dan
dukungan HTML5, daftar kontak yang baru, dukungan flash untuk kamera 3,2
MP, digital Zoom, dan Bluetooth 2.1.
5. Android versi 2.2 (Froyo : Frozen Yoghurt)
Pada bulan Mei 2010 Android versi 2.2 Rev 1 diluncurkan . Android inilah
sekarang yang sangat banyak beredar di pasaran. Fitur yang tersedia di Android
versi ini sudah kompleks seperti :
21
a. Kerangka aplikasi memungkinkan pengguna dan penghapusan komponen
yang tersedia.
b. Dalvik Virtual Machine dioptimalkan untuk perangkat mobile.
c. Grafik : grafik 2D dan garis 3D berdasarkan libraries OpenGL.
d. SQLite : untuk menyimpan data.
e. Mendukung media : audio, video, dan berbagai format gambar (MPEG4,
H.264, MP3, AAC, AMR, JPG, PNG, GIF).
f. GSM, Bluetooth, EDGE, 3G, dan Wifi (hardware independent).
g. Kamera, Global Positioning System (GPS), kompas, dan accelerometer
(tergantung hardware).
6. Android versi 2.3 (Gingerbread)
Android versi 2.3 diluncurkan pada Desember 2010, hal-hal yang direvisi
dari versi sebelumnya adalah kemampuan berikut :
SIP-bases VoIP
Near Field Communications (NFC)
Gyroscope dan sensor
Multiple cameras suppor
Mixable audio effects
Download manager
7. Android versi 3.0 (Honeycomb)
Android Honeycomb dirancang khusus untuk tablet. Android versi ini
mendukung ukuran layar yang lebih besar. User Interface pada Honeycomb juga
berbeda karena sudah didesain untuk tablet. Honeycomb juga mendukung multi
prosesor dan juga akselerasi perangkat keras (hardware) untuk grafis.
8. Android versi 4.0 (Ice Cream Sandwich)
Android Ice Cream Sandwich membawa fitur Honeycomb untuk
smartphone dan menambahkan fitur baru termasuk membuka kunci dengan
pengenalan wajah, jaringan data pemantauan penggunaan dan kontrol, terpadu
kontak jaringan sosial, perangkat tambahan fotografi, mencari email secara
offline, dan berbagi informasi dengan menggunakan NFC.
2.5.4 Spesifikasi Android
22
Ada sedikit perbedaan dalam resolusi piksel. Smartphone denga resolusi
800×480 digunanakan oleh 62% pemakai Android. Resolusi layar yang popular
berikutnya adalah 480×320 (14%), 960×540 (6%), 480×854 (5%) dan 320×240
(5%). Untuk tablet Android berdasarkan hasil penelitian Localystics, ditemukan
bahwa 74% responden menggunakan tablet Android berukuran 7 ichi dengan
resolusi 1.024 x 600 piksel. Lalu ada 22% menggunakan tablet Android berukuran
10,1 ichi dengan resolusi 1.280 x 800. (www.kompas.com)
Perbedaan ukuran layar dan resolusi pada smartphone maupun table tidak
signifikan, tetapi ada biasanya beberapa aplikasi Android yang tidak bisa
fullscreen maksudnya adalah ada ruang kosong di pinggir aplikasinya. Cara
mengatasinya adalah pada saat mendesainnya buatlah gambar latar belakangnya
lebih lebar dari ukuran stagenya.
2.5.5 APK
APK adalah paket aplikasi Android (Android Package). APK umumnya
digunakan untuk menyimpan sebuah aplikasi atau program yang akan dijalankan
pada perangkat Android. APK pada dasarnya seperti zip file, karena berisi dari
kumpulan file. APK dapat diperoleh melalui berbagai metode, seperti menginstal
sebuah aplikasi melalui Android Market, download dari sebuah situs web, atau
membuat sendiri dengan bahasa Java.
2.6 Unggas
Hewan unggas adalah hewan yang memiliki sayap, berkaki dua, bertelur
serta tergolong keluarga burung (aves). Unggas biasanya diternakan yang
memiliki keuntungan dan potensi yang tinggi. Ayam yang sebagai hewan petelur
atau pedaging dan burung yang dijual sebagai hewan peliharaan dirumah. Namun
tidak sedikit kerugian dialami oleh peternak karena unggas rentan terkena
penyakit.
2.7 Macam-Macam Penyakit Unggas
23
Penyakit pada unggas dapat disebabkan oleh virus, bakteri, parasit dalam,
parasit luar dan jamur. Macam-macam penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan
virus pada unggas adalah sebagai berikut:
2.7.1 Cacing Unggas
Penyakit cacing unggas yang sering menyerang unggas secara umum
terdiri dari 2 jenis yaitu cacing gilig atau nematoda (Ascaridia sp., Heterakis
gallinarum, Syngamus trachea, Oxyspirura mansoni) dan cacing pita atau cestoda
(Raillietina sp., Davainea sp.). serangan cacing pada unggas, biasanya terjadi
pada saat musim hujan, sekitar bulan oktober sampai maret.
Penelitian menunjukan serangan cacing pada unggas muda calon petelur
atau pullet, kasus cacingan didominasi oleh cacing gilig (Ascaridia galli) dan
cacing pita (Raillietina sp.).
Gejala unggas yang cacingan akan menunjukan gejala-gejala seperti
pertumbuhan terhambat, konversi pakan tidak baik, produksi telur menurun,
unggas nampak lesu, badan kurus dan ayam mengalami diare.
Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan sanitasi kandang dengan
baik dan pemisahan unggas berdasarkan umur. Bersihkan kandang sebersih
mungkin jika kandang akan digunakan untuk populasi unggas yang baru.
Obat yang digunakan adalah preparat piperazine yang hanya dapat
memutus rantai penularan dengan membunuh cacing dewasa. Preparat yang biasa
digunakan dan diberikan tiap 4 minggu adalah piperavaks produksi dari vaksindo.
Pemberian obat ini cukup dicampurkan pada air minum.
2.7.2 Chronic Respiratory Disease (CDR)
Penyakit ini disebut dengan Chronic Respiratory Disease (CDR) atau
Mikoplamosis atau Sinusitis atau juga Sac.Penyakit. Cronic Respiratory Disease
disebabkan oleh bakteri Microplasma Galisepticum. Biasanya menyerang unggas
usia 4-9 minggu. Penularan terjadi melalui kontak langsung, peralatan kandang,
makanan dan minuman, manusia atau telur yang terinfeksi.
24
Faktor Prediposisi atau faktor pendukung antara lain kondisi kandang yang
lembab, kepadatan kandang yang terlalu tinggi, litter yang kering dan kadar
Amonia yang terlalu tinggi.
Cara penularan penyakit terjadi baik vertikal maupun hosrisontal. Secara
vertikal dapat melalui induk yang menularkan penyakit melalui telur dan
horisontal disebabkan dari unggas yang sakit ke unggas yang sehat. Penularan-
penularan tidak langsung dapat melalui kontak dengan tempat peralatan, wadah
pakan, hewan liar maupun petugas kandang.
Gejala klinis dapat berupa ngorok basah, adanya leleran hidung lengket
dan terdapat eksudat berbuih pada mata, unggas suka menggeleng-gelengkan
kepala. Pada kasus kronis mengakibatkan kekurusan dan mengeluarkan cairan
bernanah dari hidung.
Pengobatan CDR pada unggas yang sakit dapat diberikan baytrit 10%
peroral, Mycomas dengan dosis 0,5 ml/L air minum, tetracolin secara oral atau
Bacytracyn yang diberikan pada air minum.
Pencegahan dengan membeli unggas baik indukan, pejantan, maupun
anakan yang benar-benar terbebas dari penyakit CDR. Menjaga kebersihan dan
tingkat kelembaban kandang dan area unggas.
2.7.3 Coccidiosis
Penyakit coccidiosis disebabkan oleh protozoa dengan tanda-tanda kotoran
bercampur darah, nafsu makan menurun, ayam tampak lesu, ayam sering
menyendiri dan bulu tampak kusut.
Untuk pencegahannya yaitu dengan memisahkan unggas yang terserang
penyakit coccidiosis dari kelompoknya dan sanitasi kandang. Sedangkan
pengobatannya dapat dengan memberikan obat-obat sulfa (Trisulfa) yang
dicampurkan pada air minum.
2.7.4 Gumoro
Penyakit ini menyeran kekebalan tubuh unggas, terutama bagian fibrikus
dan thymus. Kedua bagian ini merupakan pertahanan tubuh unggas. Pada
kerusakan parah, antibodi unggas tersebut tidak terbentuk. Karena menyerang
25
sistem kekebalan tubuh, maka penyakit ini sering disebut sebagai AIDS-nya
unggas. Unggas yang terkena akan menampakan gejala seperti gangguan saraf,
merejan, diare, tubuh gemetar, bulu di sekitar anus kotor dan lengket serta diakhiri
dengan kamatian unggas.
Virus yang menyebabkan penyakit ini adalah virus Genus Avibirnavirus.
Di dalam tubuh unggas, virus ini dapat hidup hingga lebih dari 3 bulan, kemudian
akan berkembang hingga menjadi infeksius. Gumoro memang tidak menyebabkan
kematian secara langsung pada unggas, tetapi infeksi sekunder yang mengikutinya
akan menyebabkan kematian dengan cepat karena kekebalan tubuhnya tidak
bekerja.
Selain itu, beberapa pebdapat pakar lainnya bahwa gumoro dapat dibagi
dua yaitu gumoro klinik dan sub klinik. Gumoro klinik menyerang anak unggas
berumur 2-7 minggu. Pada fase ini serangan terhadap kekebalan tubuh ayam
tersebut hanya bersifat sementara antara 2-3 minggu. Gumoro sub klinik
menyerang anak unggas berumur 0-3 minggu. Penyakit ini paling menakutkan
karena kekebalan tubuh unggas dapat hilang secara permanen, sehingga unggas
tersebut dengan mudah terserang infeksi sekunder.
Gumoro menyebar melalui kontak langsung, air minum, pakan, alat-alat
yang sudah tercemar virus dan udara. Yang sangat menarik adalah gumoro tidak
menular melalui perantaraan telur. Upaya penanggulangan gumoro ini dapat
dilakukan dengan beberapa cara yaitu vaksinasi, dan menjaga kebersihan kandang
dan lingkungannya.
2.7.5 Infectious Laryngotracheitis (ILT)
Infectious laryngotracheitis (ILT) merupakan penyakit kontagius pada
saluran pernapasan yang di cirikan dengan kesulitan bernapas, menjulurkan leher
karena kesulitan bernapas, konjungtifitas, adanya inflarnasi yang mengelilingi
membran mata. Penyakit ini disebabkan oleh herpes virus yang mampu hidup 8-
10 hari pada leleran, lebih dari 70 hari di dalam karkas, kemudian dapat hidup
lebih dari 80 hari pada eksudat (trakea atau saluran pernapasan) dalam kondisi
alami. Penyakit ini berlangsung selama 2-6 minggu dalam flok, dan lebih lama di
banding penyakit respirasi viral yang lainnya.
26
Penyakit ini sangat berbahaya karena angka moralitas dan morbiditas yang
tinggi pada suatu flok, menyebabkan kerugian ekonomi, tidak dapat diobati dan
bagi yang sudah terinfeksi dapat diobati namun akan menyebabkan carrier atau
pembawa penyakit.
Penyakit ini tidak dapat menular kepada manusia dan kejadian terjadi pada
unggas. Namun dapat pula menginfeksi kalkun, burung unta dan unggas lainnya.
Burung liar dapat berperan sebagai carrier.
Virus infectious laryngotracheitis (ILT) di tularkan melalui pernapasan
dan dapat melalui udara secara kontak langsung melalui unggas dan satu kandang.
Virus masuk dan menginfeksi unggas melalui mata, hidung atau mulut. Mulut dan
darah mengandung virus dapat keluar melalui batuk dan menyebabkan virus.
Masa inkubasinya antara 6-12 hari. Kejadian outbreak dapat dikarenakan lalu
lintas unggas. Pekerja dan alat kandang, dan kondisi lingkungan yang
memungkinkan terjadinya penyebaran.
Gejala klinis yang dialami dapat berupa dyspnoe, rinitis, produksi telur
dan daging, kandang-kandang mengalami pneumonia atau bronkhopneumonia,
moralitas mencapai 50%.
Untuk diagnosa, pada penyakit yang akut di cirikan gejala klinis dan
penemuan darah, makus, eksudat keseosa pada trakea. Secara mikroskopik di
tandai dengan desqurnative dan nekrotic tracheitis. Diagnosa mungkin dapat
diperkuat dengan ditemukannya inclusion body intranuclear pada epitel trakea,
isolasi dan identifikasi virus secara spesifik dengan chicken embryo dan kultur
jaringan atau dengan inokulasi pada sinus intraorbital untuk mengetahui
imunitasnya. Spesimen dapat pula diinokulasi pada membran chorioallantois
terdapat inclusion body intranuclear. Dapat dibedakan dengan flowlpox pada lesi
trakea dan inclusion body berupa inclusion body intracytoplasmic. Diagnosa dapat
pula dilakukan dengan PCR:
Diferrencial diagnosa:
1. Infectious Bronchitis
2. Newcastle Disease
3. Mycoplasmosis
4. Avian Coryza
27
Untuk pencegahan dapat dilakukan dengan meminimalisir kotoran dan
debu, penggunaan mild expectorants dan vaksinasi baik secara eye drop, spray
maupun lewat air minum.
2.7.6 Newcastle Disease (ND)
Penyakit telelo atau newcastle disease (ND) biasa juga disebut dengan
istilah penyakit samper ayam atau pes cekak. Dimana penyakit ini merupakan
suatu infeksi viral yang menyebabkan gangguan pada saraf pernapasan. Penyakit
ini disebabkan oleh virus Paramyxo dan biasanya dikualifikasi menjadi:
1. Strain yang sangat berbahaya atau disebut dengan Viscerotropic Velogenic
Newcastle Disease (VVND) atau tipe velogenic, tipe ini menyebabkan
kematian yang luar biasa bahkan hingga 100%.
2. Tipe yang lebih ringan disebut dengan Mesogenic. Kematian pada anak
unggas mencapai 10% tetapi ayam dewasa jarang mengalami kematian. Pada
tingkat ini ayam akan menampakkan gejala seperti gangguan pernapasan dan
saraf.
3. Tipe lemah atau lentogenic merupakan stadium yang hampir tidak
menyebabkan kematian. Hanya saja dapat menyebabkan produktifitas telus
menjadi turun dan kualitas kulit telur menjadi jelek. Gejala yang tampak tidak
terlalu nyata hanya terdapat sedikit gangguan pernapasan.
ND sangat menular, biasanya dalam 3-4 hari seluruh ternak akan
terinfeksi. Virus ini ditularkan melalui sepatu, peralatan, baju dan burung liar.
Pada tahap yang mengenai pernapasan maka virus akan ditularkan melalui udara.
Meskipun demikian pada penularan melalui udara, virus ini tidak mempunyai
jangkauan yang luas. Unggas yang dinyatakan sembuh dari ND tidak akan
dinyatakan sebagai carrier dan biasanya virus tidak akan bertahan lebih dari 30
hari pada lokasi pemaparan.
Gejala yang nampak pada unggas yang terkena penyakit ini adalah
Exessive mocous di trakea, gangguan pernapasan dimulai dengan megap-megap,
batuk, bersin dan ngorok waktu bernapas, unggas tampak lesu, nafsu makan
menurun, produksi telur menurun, mencret, kotoran encer agak kehijauan bahkan
dapat berdarah, jengger dan kepala kebiruan, kornea menjadi keruh, sayap turun,
28
otot gemetar, kelumpuhan hingga gangguan saraf yang dapat menyebabkan
kejang-kejang dan leher terpuntir.
Penanggulangan penyakit ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
1. Unggas yang tertular harus dikarantina atau bila sudah pada stadium
berbahaya maka harus dimusnahkan.
2. Vaksinasi harus dilakukan untuk memperoleh kekebalan. Vaksinasi pertama,
dilakukan dengan cara pemberian melalui tetes mata (eye drop) pada hari
kedua. Untuk berikutnya pemberian vaksin dilakukan dengan cara suntikan di
instramuskuler otot dada.
3. Untuk memudahkan untuk mengingat mengenai waktu pemberian vaksin,
seorang pakar menyarankan agar pemberian vaksin ini dilakukan dengan pola
444, maksudnya vaksin ND diberikan pada unggas yang berumur 4 hari, 4
minggu, 4 bulan dan seterusnya dilakukan 4 bulan sekali. Akan tetapi pola
pemberian ini dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan efektivitas
terbaik dari hasilnya.
Pencegahan yang harus dilakukan oleh para peternak mengingat penyakit
ini sangat infeksius adalah sebagai berikut:
1. Memelihara kebersihan kandang dan sekitarnya. Kandang harus mendapat
sinar matahari yang cukup dan ventilasi yang baik.
2. Memisahkan unggas lain yang dicurigai dapat menularkan penyakit ini.
3. Memberikan ramuan jamu yang baik, yang terbuat dari bahan-bahan
tradisional yang dapat membantu meningkatkan kekuatan dan kekebalan
tubuh unggas.
2.7.7 Pullorum
Pullorum merupakan penyakit menular pada unggas yang dikenal dengan
nama berak putih atau berak kapur (Bacilary White Diarrhea = BWD). Penyakit
ini menimbulkan mortalitas yang sangat tinggi pada anak unggas umur 1-10 hari.
Pullorum atau berak kapur disebabkan oleh bakteri salmonella pullorum dan
bakteri gram negatif. Bakteri ini mampu bertahan di tanah selama 1 tahun.
Di Indonesia penyakit pullorum merupakan penyakit menular yang sering
ditemui. Meskipun segala umur unggas bisa terserang pullorum tapi angka
29
kematian tertinggi terjadi pada anak unggas yang baru menetas. Angka morbiditas
pada anak unggas sering mencapai lebih dari 40% sedangkan angka mortalitas
atau angka kematian dapat mancapai 85%.
Cara penularan penyakit pullorum dapat melalui 2 jalan yaitu sacara
vertikal yaitu induk menularkan kepada anaknya melalui telur dan secara
horisontal yang terjadi melalui kontak langsung antara unggas secara klinis sakit
dengan ayam karier yang telah sembuh, sedangkan penularan tidak langsung dapat
melalui kontak dengan peralatan, kandang, litter dan pakaian dari pegawai
kandang yang terkontaminasi.
Gejala klinis yang terlihat pada unggas adalah nafsu makan menurun, feses
(kotoran) berwarna putih seperti kapur, kotorannya menempel di sekitar dubur
berwarna putih, kloaka akan menjadi putih karena feses yang telah mengering,
jengger berwarna keabuan, mata menutup, badan anak unggas menjadi lemas,
sayap menggantung dan kusam, lumpuh karena artritis dan suka bergerombol.
Perubahan patologi pada kasus yang akut sering dijumpai pembesaran
pada hati dan limpa dan kadang-kadang sering diikuti omfalitis. Pada kasus kronis
dijumpai abses organ dalam dan adanya radang pada usus buntu (tiflitis kaseosa)
yang ditandai adanya bentuk berwarna abu-abu di dalam usus buntu.
Isolasi dan identifikasi salmonella pullorum dapat diambil melalui hati,
usus maupun kuning telur dapat dilakukan pembiakan kedalam medium. Unggas
karier yang sudah sembuh dapat diidentifikasi dengan penggumpalan darah secara
cepat (rapid whole blood plate aglutination test).
Pengobatan berak kapur dilakukan dengan menyuntukan antibiotik seperti
furozolidon, coccilin, neo terramycin, tetra atau mycomas di dada unggas. Obat-
obatan ini hanya efektif untuk pencegahan kematian anak unggas, tetapi tidak
dapat menghilangkan infeksi penyakit tersebut. Sebaiknya unggas yang terserang
dimusnahkan untuk menghilangkan karier yang bersifat kronis.
Pencegahannya dapat dengan cara ayam yang dibeli dari distributor
penetasan atau suplier harus memiliki sertifikat bebas salmonella pullorum.
Melakukan disinfeksi pada kandang dengan formaldehyde 40%. Unggas yang
terkena penyakit sebaiknya dipisahkan dari kelompoknya, sedangkan unggas yang
parah dimusnahkan.
30
2.7.8 Snot (Coryza)
Penyakit snot atau coryza disebabkan oleh bakteri Haemophillus
Gallinarum. Penyakit snot dapat menyerang semua umur dan terutama menyerang
anak unggas, biasanya penyakit ini muncul akibat perubahan musim dan banyak
ditemukan di daerah tropis. Perubahan musim biasanya akan mempengaruhi
angka kesehatan unggas morbiditas kawanan unggas bervariasi antara 1-30%.
Moralitas atau angka kematian yang ditimbulkan oleh penyakit mencapai 30%.
Bakteri Haemophillus Gallinarum hanya dapat bertahan duluar induk
memang tidak lebih dari 12 jam. Penularan penyakit ini dapat melalui kontak
langsung dengan unggas yang sakit dan dapat melalui udara, debu, wadah pakan
dan petugas kandang.
Unggas secara klinis yang telah terinfeksi menunjukan tanda-tanda seperti
pengeluaran carian air mata (mata berbusa), unggas terlihat mengantuk dengan
sayap turun dan menggantung, keluar lendir dari hidung, kental berwarna dan
berbau khas, pembengkakan di daerah sinus infra orbintal, ada kerak di dalam
hidung, nafsu makan berkurang, unggas ngorok dan sukar bernapas dan
pertumbuhan melamban (kecentet).
Pada kasus ini patut dijumpai konjungtivitis dan peradangan pada kelopak
mata (periorbital fascia). Pada kasus kronis dijumpai sinusitis yang bersifat serosa
sampai kaseosa.
Bakteri Haemophillus Gallinarum dapat diisolasi dari swab sinus unggas
yang menderita penyakit akut. Isolasi laboraturium dapat dilakukan dengan
menggunakan plat agar darah yang telah digores Staphylococcus Sp dan
diinkubasi dalam suasa anaerob.
Diagnosa bagi penyakit Coryza adalah Mikoplamosis atau chronic
respiratori disease (CDR) dan infecttious laryngotracheitis (ILT).
Pengobatan penyakit snot pada unggas adalah dengan pemberian preparat
sulfat seperti sulfadimethoxine atau sulfathazole. Pemberian sulfonamida dapat
dikombinasikan dengan tetrasiklin untuk mengobati coryza dan dapat diberikan
lewat air minum atau disuntikkan secara intramuskular. Perhatikan penarikan
31
waktu pada unggas petelur karena obat tersebut dapat mengkontaminasi telur dan
kualitas dari kerabang telur. Sedangkan upaya pencegahan yang dapat dilakukan
adalah dengan menjaga kebersihan kandang dan lingkungan dengan baik.
Kandang sebaiknya terkena sinar matahari langsung sehingga mengurangi
kelembaban. Kandang yang lembab dan basah memudahkan timbulnya penyakit
ini.
32
BAB III
PERANCANGAN SISTEM
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Perancangan sistem dan pengambilan data semua dilakukan di kampus
STMIK STIKOM INDONESIA (STIKI). Pelaksanaan penelitian ini dimulai pada
tanggal 22 Maret 2013 sampai dengan 06 Juli 2013.
3.2 Data
3.2.1 Sumber Data
Data untuk perancangan sistem pakar untuk mendiagnosa penyakit unggas
ini diperoleh dari berbagai sumber seperti jurnal ilmiah dan internet dari sumber
terpercaya.
3.2.2 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang diperlukan didapat melalui metode studi literatur,
yaitu mengumpulkan data dari jurnal referensi yang relevan dan internet dengan
sumber terpercaya yang sesuai dengan object permasalahan.
3.3 Bahasa Pemrograman
Bahasa pemrograman yang dipakai dalam perancangan sistem pakar
penyakit unggas ini menggunakan bahasa pemrograman java dengan software
yang digunakan adalah eclipse.
3.4 Analisa Permasalahan dan Pemecahannya
Kelebihan sistem pakar dibandingkan seorang pakar adalah mampu
bekerja setiap kali dibutuhkan untuk mendiagnosa, merupakan software yang
dapat diperbanyak dan dibagikan ke berbagai lokasi dan ke semua orang yang
tidak begitu mengetahui permasalahan mengenai penyakit unggas, pengetahuan
(knowledge) yang disimpan tidak akan lupa/hilang, tidak dipengaruhi faktor dari
33
luar seperti intimidasi, perasaan kejiwaan, faktor ekonomi, atau perasaan tidak
suka dan biaya yang dikeluarkan lebih sedikit dibanding dengan menggaji seorang
pakar. Berdasarkan kelebihan-kelebihan tersebut, maka dengan membuat sistem
pakar ini diharapkan dapat membantu masyarakat dalam menanggulangi penyakit
unggas yang ada secara cepat, tepat dan akurat.
Sistem pakar merupakan suatu sistem komputer yang menyamai
(emulates) kemampuan pengambilan keputusan dari seorang pakar. Istilah
emulates berarti bahwa sistem pakar diharapkan dapat bekerja dalam semua hal
seperti seorang pakar. Tujuan dari sistem pakar sebenarnya bukan menggantikan
peran pakar sebenarnya, tetapi mensubstitusikan pengetahuan manusia ke dalam
bentuk program komputer sehingga dapat digunakan oleh orang banyak. Seorang
pakar adalah orang yang mempunyai keahlian dalam bidang tertentu, yaitu pakar
yang mempunyai pengetahuan (knowledge) atau kempuan khusus yang sebagian
besar orang tidak mengetahui atau mampu dalam bidang yang dimilikinya.
Adapun pengertian dari backward chaining yaitu suatu metode yang
digunakan dalam inference engine untuk melakukan pelacakan atau penalaran
dari sekumpulan hipotesa menuju fakta-fakta yang mendukung kesimpulan
tersebut. Backward Chaining sesuai untuk permasalahan diagnosis untuk
menghasilkan satu solusi/kesimpulan dari sejumlah solusi/kesimpulan sebelumnya
yang berdasarkan fakta-fakta yang ada.
Tahap ideentifikasi masalah pada sistem pakar diagnosa penyakit unggas
dilakukan penentuan jenis penyakit yang dapat menyerang unggas beserta gejala-
gejala yang akan menunjukan penyakit apa yang sedang diderita. Jenis penyakit
unggas ini didapatkan dari berbagai sumber yang ada di jurnal maupun internet
dari sumber terpercaya. Setelah diketahui semua jenis penyakit serta gejalanya,
maka langkah selanjutnya adalah membuat tabel untuk menyimpan nama penyakit
dan gejalanya, hal ini dilakukan untuk memudahkan merancang tabel pada
database dan memudahkan pengecekan saat dilakukan pengujian sistem, apakah
informasi yang diberikan sudah sesuai dengan data yang ada. Jika informasi yang
diberikan belum sesuai dengan data yang ada, maka akan dilakukan perbaikan
terhadap sistem sampai sistem dapat memberikan informasi yang sesuai dengan
data yang ada. Informasi data penyakit dan gejalanya dapat dilihat pada tabel 3.1.
34
Tabel 3.1 Informasi Data Penyakit dan Gejalanya
no penyakit A B C D E F G Hgejala
1 Ada kerak di dalam hidung - - - - - - -2 Bersin - - - - - 3 Bulu kusam - - - - - - -4 Bulu kusut - - - - -5 Bulu rontok - - - - - - -6 Diare - - - - 7 Dubur kotor - - - - -8 Gemetar - - - - - - -9 Jengger berwarna keabuan - - - - - - -10 Jengger kebiruan - - - - - - 11 Kejang - - - - - - - -12 Keluar lendir pada hidung - - - - -13 Keseimbangan terganggu - - - - - - -14 Konversi pakan tidak baik - - - - - - -15 Kornea mata nampak keruh - - - - - - - 16 Kotoran bercampur darah - - - - - - -17 Kotoran nampak kehijauan bahkan
berdarah- - - - - - -
18 Kotoran berwarna putih - - - - - - -19 Kurus - - - - - -20 Leher terpuntir - - - - - - -21 Lesu - 22 Lumpuh - - - - - - -23 Mata berair - - - -24 Mata menutup - - - - - -25 Menggeleng-gelengkan kepala - - - - - -26 Mematok dubur sendiri - - - - - - -27 Menyendiri - - - - - - -28 Ngorok - - - - 29 Nafsu makan menurun - - 30 Paruh menyentuh lantai saat tidur - - - - - - -31 Pertumbuhan melamban - - - - - -32 Pembengkakan pada mata - - - - -33 Posisi berdiri membungkuk - - - - - - -34 Produksi telur menurun - - - - - 35 Sayap menggantung - - - - -36 Suka bergerombol - - - - - - -
Keterangan:
A Cacing Unggas
35
B Chronic Respiratory Disease (CDR)
C Coccidiosis
D Gumoro
E Infectious Laryngotracheitis (ILT)
F Pullorum
G Snot (Coryza)
H Tetelo (Newcastle Disease)
3.5 Perancangan Diagram Alir
Diagram alir adalah gambaran suatu alur proses ke proses yang lain dalam
sistem komputer menggunakan simbol-simbol tertentu. Dalam sistem ini terdapat
tiga proses yang akan dijelaskan dalam diagram alir sebagai berikut:
1. Diagram Alir untuk Desain User.
2. Diagram Alir untuk Proses Verifikasi.
3. Diagram Alir untuk Proses Inference Engine.
Dengan adanya tahapan proses tersebut, informasi jalan dari sistem dan
sistematika sistem dapat dipahami dengan mudah.
3.5.1. Diagram Alir untuk Desain User
Gambar 3.1 menunjukan diagram alir proses user dalam menggunakan
sistem. Mulai dari menjawab pertanyaan sampai solusi yang didapat.
36
Gambar 3.1 Diagram Alir Desain User
3.5.2. Diagram Alir untuk Proses Inference Engine
Diagram alir sistem proses inference engine menjelaskan proses
penulusuran untuk menentukan jawaban/kesimpulan yang tepat. Inference engine
akan menerima respon terhadap basis pengetahuan yang dimiliki pada sistem
37
pakar ini menggunakan metode backward chaining. Gambar dapat dilihat pada
Gambar 3.2
Gambar 3.2 Diagram Alir Proses Inference Engine
3.6 Desain Arsitektur
Gambar 3.3 Desain Arsitektur untuk Penyakit Unggas
38
Gambar 3.3 diatas menjelaskan tentang desain arsitektur yang
menggambarkan antar elemen utama. Berikut merupakan penjelasan tiap bagian
dari desain arsitektur untuk penyakit pada unggas:
1. User: pengguna aplikasi yang akan melakukan konsultasi tanya jawab
berdasarkan fakta yang ada.
2. User interface: suatu tampilan bagi user untuk mempermudah interaksi
dengan sistem, yaitu dengan memasukkan fakta-fakta yang ada untuk
mendapatkan suatu kesimpulan.
3. Inferencece engine: mekanisme inferensi yang digunakan adalah backward
chaining, yaitu seatu metode yang digunakan dalam inference engineuntuk
melakukan penalaran dari sekumpulan hipotesa menuju fakta-fakta yang
mendukung kesimpulan tersebut.
4. User database: digunakan untuk menyimpan dan melakukan maintenance
terhadap data user.
5. Expert database: digunakan untuk mengembangkan basis pengetahuan.
Menyimpan data hipotesa/pertanyaan yang didapat dari pakar maupun basis
pengetahuan.
6. Output: hasil yang didapatkan dari sistem akan menunjukan jawaban dari
fakta yang telah dimasukkan oleh user non-pakar. Output yang dihasilkan
yaitu penyakit pada unggas yang sedang diderita beserta pencegahan atau
penyembuhan yang disarankan.
3.7 Perancangan Sistem Pakar
Ada beberapa tahapan yang digunakan dalam melakukan perancangan
sistem pakar agar aplikasi yang dibuat dapat berfungsi sesuai dengan apa yang
diharapkan. Adapun tahapan-tahapan dalam perancangan sistem adalah
perancangan block diagram, dependency diagram, decision table, reduction table,
dan perancangan rule base.
3.7.1 Perancangan Block Diagram
Block diagram dipergunakan untuk mengetahui urutan kerja dari sistem
untuk mencapai sebuah keputusan.
39
Block diagram identifikasi penyakit pada unggas terdiri dari tiga level
yaitu level 0, level1 dan level 2. Pada level 1 terdapat parameter bagian-bagian
pemeriksaan yang dilakukan pada tubuh unggas, dan disini dilakukan
pemeriksaan pada hidung, gangguan pencernaan, mata, kepala, tubuh dan fisik.
Dan pada level 2 dijelaskan sub parameter pemeriksaan pada masing-masing
parameter yaitu gejala-gejala penyakit yang umum terjadi pada unggas.
Berdasarkan parameter yang ada maka disusun block diagram penyakit pada
uggas dapat dilihat pada Gambar 3.4.
40
Gambar 3.4 Block Diagram Identifikasi Penyakit pada Unggas
3.7.2 Dependency Diagram
Pada gambar 3.5 merupakan dependency diagram yang menunjukan
hubungan dan ketergantungan anatara input dan jawaban, aturan-aturan (rules),
41
nilai-nilai dan direkomendasikan untuk knowledge base system. Dijelaskan
parameter-paremeter yang saling mempengaruhi untuk menentukan penyakit yang
terinfeksi pada unggas.
Rule set 7 merupakan rule set yang memberikan konklusi akhir dari
konklusi-konklusi sebelumnya. Konklusi akhir terdiri dari berbagai pemeriksaan,
yaitu pemeriksaan hidung, pemeriksaan gangguan pencernaan, pemeriksaan mata,
pemeriksaan kepala, pemeriksaan tubuh dan pemeriksaan fisik. Pada rule set 1
sampai rule set 6 merupakan konklusi sementara dimana konklusi tersebut akan
sangat mempengaruhi hasil konklusi dari rule set 7.
42
Gambar 3.5 Dependency Diagram penyakit pada unggas
43
3.7.3 Perancangan Decision Table
Dibuatnya decision table untuk menunjukan hubungan antara nilai pada
hasil fase dengan rekomendasi akhir knowledge base system. Tabel 3.2 merupakan
salah satu contoh perancangan decision table untuk rule set 3 yaitu pemeriksaan
mata. Tabel berikut berdasarkan perancangan dependency diagram penyakit pada
unggas.
Table 3.2 Decision Table Penyakit Unggas Rule Set 3
Langkah 1 : Plan
Kondisi : Kornea mata nampak keruh (ya/tidak)
Mata berair (ya/tidak)
Mata menutup (ya/tidak)
Ada pembekakan pada mata (ya/tidak)
= 2
= 2
= 2
= 2
Baris : 2 x 2 x 2 x 2 = 16
Langkah 2 : Completed Decision Table
Rule Kornea mata
nampak
keruh
Mata
berair
Mata
menutup
Ada
pembengkakan
pada mata
Konklusi
A1 Y Y Y Y -
A2 Y Y Y T -
A3 Y Y T Y -
A4 Y Y T T -
A5 Y T Y Y -
A6 Y T Y T -
A7 Y T T Y -
A8 Y T T T Kornea mata
nampak keruh
A9 T Y Y Y -
A10 T Y Y T -
A11 T Y T Y -
A12 T Y T T Mata berair
A13 T T Y Y -
44
A14 T T Y T Mata menutup
A15 T T T Y Ada
pembengkakan
pada mata
A16 T T T T -
3.7.4 Perancangan Reduksi Table
Jika telah didapakan hasil dari decision table maka langkah berikutnya
adalah mereduksi tabel tersebut untuk mendapatkan nilai dari kondisi terakhir.
Reduced table adalah pembuatan tabel yang nilai-nilainya didapatkan dari
mereduksi decision table. Perancangan tabel reduksi berdasarkan decision table
dapat dilihat pada table 3.3.
Tabel 3.3 Reduced Table dari hasil Decision Table
Langkah 1 : Plan
Kondisi : Kornea mata nampak keruh (ya/tidak)
Mata berair (ya/tidak)
Mata menutup (ya/tidak)
Ada pembekakan pada mata (ya/tidak)
= 2
= 2
= 2
= 2
Baris : 2 x 2 x 2 x 2 = 16
Langkah 2 : Completed Decision Table
Rule Kornea mata
nampak
keruh
Mata
berair
Mata
menutup
Ada
pembengkakan
pada mata
Konklusi
A1 Y Y Y Y -
A2 Y Y Y T -
A3 Y Y T Y -
A4 Y Y T T -
A5 Y T Y Y -
A6 Y T Y T -
A7 Y T T Y -
A8 Y T T T Kornea mata
45
nampak keruh
A9 T Y Y Y -
A10 T Y Y T -
A11 T Y T Y -
A12 T Y T T Mata berair
A13 T T Y Y -
A14 T T Y T Mata menutup
A15 T T T Y Ada
pembengkakan
pada mata
A16 T T T T -
Langkah 3 : Reduced Table
Rule Kornea mata
nampak
keruh
Mata
berair
Mata
menutup
Ada
pembengkakan
pada mata
Konklusi
B1 Y - - - Kornea mata
nampak keruh
B2 - Y - - Mata berair
B3 - - Y - Mata menutup
B4 - - - Y Ada
pembengkakan
pada mata
3.7.5 Perancangan Rule Base
Pengembangan dari rule base telah digambarkan dalam bentuk block
diagram yang kemudian akan dilakukan implementasi ke dalam bentuk aturan-
aturan atau rules, yaitu struktur berbasis pengetahuan. Rules base pada sistem ini
menghasilkan file text yang berisi aturan-aturan, sedangkan premis dan konklusi
disimpan dalam table rules.
Suatu rule terdiri dari dua bagian, yaitu IF dan THEN. IF yang sering
disebut dengan premis yang berarti kondisi dan THEN yang sering disebut dengan
46
konklusi yang berarti kesimpulan. Berikut contoh struktur dari basis pengetahuan
yang sebelumnya sudah dirancang menggunakan block diagram.
IF kornea mata nampak keruh = Y AND mata berair = T AND mata menutup = T
AND ada pembengkakan pada mata = T THEN pemeriksaan mata = kornea mata
nampak keruh
47