art mati batang otak

10
 1 | MATI BATANG OTAK Re-published by klinikmedis.com  Pendahuluan Pernyataan mati adalah masalah serius dan hams dibuat dengan hati-hat i serta tepat. Saat ini dengan hukum, pertimbangan hukum dan peraturan admistratif, kematian ditentukan berdasarkan pada henti fungsi otak yang ireversibel dan dapat dideteksi. 1  Mati otak pada awalnya disebut oleh Mollaret dan Goulon sebagai coma depasse, yaitu suatu keadaan setelah koma dan disebut juga dengan koma ireversibel. 23  Beecher, Adams, dan Sweet pada 1968 yang pertama kali menyebutnya sebagai mati otak dan menetapkan suatu rangkaian kriteria klinis yang melaluinya, kita dapat mengetahui suatu keadaan yang disebut dengan mati otak. 2  Dengan kemajuan teknologi, masalah mati otak juga berkembang dalam kurun waktu 25 tahun terakhir ini 2 . Walker memperkirakan insidens mati otak sekitar 1% dari seluruh kematian, sedang Jennet dkk. mengatakan sekitar 4000 kasus terjadi setiap tahunnya di Inggris 3 . Tenaga medis yang terlibat dalam perawatan kedaruratan sangat diharapkan dalam  pertimbangan hukum. Namun, akhir-akhir ini juga marak dilakukan tuntutan hukum atas tindakan para dokter dalam perawatan kedaruratan. Dengan demikian, sangat perlu untuk mengetahui tindakan-tindakan yang dapat dilakukan se hubungan dengan mati otak. Masalah kriteria mati otak juga menjadi penting sehubungan dengan transplatasi organ. Berikut ini akan dibicarakan mengenai mati otak dengan segala aspeknya,  baik medis maupun hukum. Konteks Klinis Ketika timbul pertanyaan sehubungan dengan diagnosis mati otak, biasanya terpusat pada sesuai tidaknya berbagai tes pemeriksaan atau pada adekuat tidaknya  pengamatan serta pencatatan yang dilakuk an. Namun demikian, beberapa penelitian empirik menunjukkan suatu kejutan tentang betapa kurangnya pengetahuan para  petugas medik mengenai apa yang dimaksud dengan mati otak. 1  Definisi Medis Kriteria diagnosis mati secara umum adalah berhentinya sirkulasi dan asistol, walaupun pada kasus tertentu fungsi jantung-paru dapat dipertahankan secara

Upload: nana-heriyana

Post on 05-Nov-2015

44 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Art Mati Batang Otak

TRANSCRIPT

  • 1 | M A T I B A T A N G O T A K R e - p u b l i s h e d b y k l i n i k m e d i s . c o m Pendahuluan

    Pernyataan mati adalah masalah serius dan hams dibuat dengan hati-hati serta tepat.

    Saat ini dengan hukum, pertimbangan hukum dan peraturan admistratif, kematian

    ditentukan berdasarkan pada henti fungsi otak yang ireversibel dan dapat dideteksi.1

    Mati otak pada awalnya disebut oleh Mollaret dan Goulon sebagai coma depasse,

    yaitu suatu keadaan setelah koma dan disebut juga dengan koma ireversibel.23

    Beecher, Adams, dan Sweet pada 1968 yang pertama kali menyebutnya sebagai

    mati otak dan menetapkan suatu rangkaian kriteria klinis yang melaluinya, kita

    dapat mengetahui suatu keadaan yang disebut dengan mati otak.2

    Dengan kemajuan teknologi, masalah mati otak juga berkembang dalam kurun

    waktu 25 tahun terakhir ini2. Walker memperkirakan insidens mati otak sekitar 1%

    dari seluruh kematian, sedang Jennet dkk. mengatakan sekitar 4000 kasus terjadi

    setiap tahunnya di Inggris3.

    Tenaga medis yang terlibat dalam perawatan kedaruratan sangat diharapkan dalam

    pertimbangan hukum. Namun, akhir-akhir ini juga marak dilakukan tuntutan

    hukum atas tindakan para dokter dalam perawatan kedaruratan. Dengan demikian,

    sangat perlu untuk mengetahui tindakan-tindakan yang dapat dilakukan sehubungan

    dengan mati otak.

    Masalah kriteria mati otak juga menjadi penting sehubungan dengan transplatasi

    organ. Berikut ini akan dibicarakan mengenai mati otak dengan segala aspeknya,

    baik medis maupun hukum.

    Konteks Klinis

    Ketika timbul pertanyaan sehubungan dengan diagnosis mati otak, biasanya

    terpusat pada sesuai tidaknya berbagai tes pemeriksaan atau pada adekuat tidaknya

    pengamatan serta pencatatan yang dilakukan. Namun demikian, beberapa penelitian

    empirik menunjukkan suatu kejutan tentang betapa kurangnya pengetahuan para

    petugas medik mengenai apa yang dimaksud dengan mati otak.1

    Definisi Medis

    Kriteria diagnosis mati secara umum adalah berhentinya sirkulasi dan asistol,

    walaupun pada kasus tertentu fungsi jantung-paru dapat dipertahankan secara

  • 2 | M A T I B A T A N G O T A K R e - p u b l i s h e d b y k l i n i k m e d i s . c o m artifisial sedangkan otaknya telah rusak secara irevefsibel.36

    1. Definisi viabilitas otak A

    Mati otak diakibatkan oleh anoksia akut, sebagaimana pada henti

    jantung-paru atau hipotensi melanjut, yang merusak otak tetapi tidak pada organ

    yang kurang sensitif sehingga organ tersebut tetap bertahan.

    Tumor otak, trauma, dan stroke dapat menyebabkan destruksi komplit pada

    otak tetapi memungkinkan untuk mempertahankan organ lainnya secara artifisial.

    a. Patologi mati otak adalah nekrosis dan edema luas tanpa reaksi inflamasi.

    Terjadi herniasi transtentorial (lobus temporal) dan herniasi tonsil

    serebelum. Pembengkakan otak menyebabkan peningkatan tekanan

    intrakranial dan tidak adanya aliran darah serebral.

    b. Pengetahuan klinis mati otak sangat penting karena pasien mati otak bisa

    merupakan donor organ berkualitas tinggi untuk tranplantasi.

    2. akna klinis M

    Penting untuk mengidentifikasi dan mendiagnosis mati otak dengan cepat

    karena alasan berikut ini:7

    - Untuk mencegah kesedihan dan penderitaan keluarga.

    - Untuk mencegah pemborosan sumber daya medis yang penting dalam situasi

    yang tak menguntungkan.

    - Untuk menciptakan suatu kesempatan donasi organ. Karena kolaps sirkulasi

    dan kekacaauan homeostasis dimulai segera setelah terjadi mati otak.

    Keterlambatan dalam penentuan mati otak dapat menyebabkan hilangnya

    viabilitas organ donor.

    3. Kriteria Diagnosis Klinis 7

    Untuk membuat diagnosis klinis mati otak harus sesuai dengan kondisi

    berikut :

    Tidak ada fungsi serebral

    Ini berarti pasien harus dalam keadaan koma dalam, tanpa behavior ataupun

    refleks terhadap stimuli nyeri yang dihantarkan di atas foramen magnum. Respons

    fleksi tripel, reflex tendon profunda, atau gerakan primitif lainnya (ekstensi

    punggung, respons plantar ekstensor) dapat terlihat karena aktivitas refleks dan

    sesuai dengan mati otak. Pada kebanyakan kasus, pasien dengan mati otak berada

    dalam keadaan flaksid dan paralisis arefleks, dengan respons fleksi tripel

    ekstremitas bawah yang minimal terhadap nyeri dalam. Postur deserebrasi atau

  • 3 | M A T I B A T A N G O T A K R e - p u b l i s h e d b y k l i n i k m e d i s . c o m dekortikasi tak sesuai dengan mati otak, karena refleks tersebut dihantarkan pada

    tingkat batang otak. Kejang juga tidak sesuai dengan mati otak.

    Tidak ada fungsi batang otak6,89

    a. Pupil

    Pupil tak bereaksi terhadap cahaya, ukuran tak terlalu penting, bisa kecil, posisi

    tengah atau besar. Tak terpapar midriatikum.

    b. Gerakan okuler

    Respons okuler tidak pada gerakan kepala (refleks okulo-sefalik atau doll's eye)

    dan irigasi kalorik pada kanalis telinga dengan 50 ml air es (refleks

    okulovestibuler). Perhatikan bahwa stimulus mencapai membran timpani.

    Pemeriksaan hanya dengan gerakan gelengan kepala pasif saja tak cukup.

    c. Sensibilitas wajah dan respons motorik.

    Refleks kornea harus diperiksa dengan kapas. Refleks atau gerakan wajah spontan

    atau bulu mata harus benar-benar tidak ada.

    d. Refleks farings dan trakea

    Batuk dan respons muntah terhadap manipulasi tube endotrakea atau terhadap

    bronchial suction tidak ada.

    Pasien berada dalam keadaan apnea

    Harus tidak ada respirasi spontas terhadap respons stimulus hiperkarbia

    pada saat dilakukan tes apnea. Protokol tes apnea :2,4,6

    1. Atur ventilasi untuk mencapai tekanan parsial karbondioksida (PC02) pada level

    35-45 mmHg dan dicatat dengan suatu pengukuran gas darah arterial dasar.

    2. Preoksigenasi dengan oksigen 100% selama 5 menit.

    3. Tempatkan pasien pada T-piece dengan oksigen 100% dengan aliran 6-10L/menit

    selama 6-10 menit. Karena PC02 meningkatkan apnea 3-4 mmHg per menit,

    periode abservasi 6-10 menit harus meningkatkan PC02 ke level hiperkarbia

    (lebih besar dari 55 mmHg) cukup untuk menimbulkan stimulus respirasi yang

    adekuat.

    4. Pantau gerakan respiratorik. Hentikan tes tersebut dan kem-balikan pasien pada

    ventilasi mekanik jika terjadi aritmia jantung, hipotensi, atau terjadi desaturasi

    oksigen yang signifikan.

    5. Pada akhir periode pengamatan, lakukan pengukuran

  • 4 | M A T I B A T A N G O T A K R e - p u b l i s h e d b y k l i n i k m e d i s . c o m

    analisis gas darah kedua untuk mencatat level hiperkarbia yang didapatkan dan

    kembalikan pasien pada ventilasi mekanik.

    6. Catat dalam tabel pencatatan bahwa tidak ada gerakan respiratorik yangteramati.

    Rekam lamanya peroide pengamatan dan level gas darah arterial pasca

    pengamatan.

    7. Harus ditegakkan penyebab mati otak tak dapat diatasi.

    - Penyebab koma harus terbukti jelas dan cukup membuktikan hilangnya fungsi

    otak. Misalnya, penyakit struktural (perdarahan intrakranial masif) atau anoxia

    otak berat akibat henti jantung-paru.

    - Kondisi yang mungkin reversibel harus disingkirkan. Kondisi ini meliputi

    hipotermia (temperatur pusat kurang dari 32C), intoksikasi obat atau keracunan,

    hipotensi (tekanan darah sistolik kurang dari 90 mmHg), dan abnormalitas

    elektrolit atau asam-basa berat. Jika terdapat kondisi seperti ini, pasien harus

    dihangatkan, diatasi dengan presor intravena, atau koreksi gangguan asam-basa

    dan elektrolit aagar sesuai dengan deklarasi mati otak. Skrining toksikologi harus

    dilakukan pada setiap pasien.

    - Hilangnya fungsi otak harus menetap dalam periode observasi yang sesuai. Jika

    penyebab koma ditetapkan dan adekuat untuk mati otak, tak diperlukan periode

    oservasi yang lebih lama. Periode observasi 6-24 jam sesuai jika penyebab mati

    otak tak benar-benar jelas (misalnya tersangka henti jantung tapi tak ada saksi).

    Beberapa institusi perlu waktu observasi 6-24 jam pada semua pasien.

    Walaupun kriteria klinis untuk mati otak yang telah dipaparkan diterima

    secara luas, kebijakannya beragam tergantung negara dan institusi. Hal ini

    mengingat perlunya pemeriksaan oleh dokter lainnya, waktu pemeriksaan atau

    waktu observasi yang diperiukan, serta kepentingan untuk pemeriksaan konfirmasi.

    Kriteria di berbagai negara dapat di lihat pada lampiran8.

    Determinasi mati otak pada anak direkomendasikan dengan mengadopsi

    kriteria pada orang dewasa. Namun demikian, sangat sulit untuk mengevaluasi

    fungsi nervus pada perinatal sehingga disarankan agar diagnosis mati otak tidak

    dibuat sebelum hari ke-7 sesudah lahir dan waktu observasi diperpanjang sampai 48

    jam.2

  • 5 | M A T I B A T A N G O T A K R e - p u b l i s h e d b y k l i n i k m e d i s . c o m Tes Konfirmasi

    Mati otak adalah diagnosis klinis. Pemeriksaan konfirmasi seperti EEG

    tidak esensial untuk menyatakan mati otak, tetapi mungkin diperlukan untuk

    kebijakan istitusional atau hukum. Dalam situasi di mana diagnosis klinis mati otak

    tak dapat dibuat dengan pasti, diperlukan suatu tes konfirmasi. Misalnya, meliputi

    trauma wajah atau ekstremitas yang berat, adanya abnormalitas pupil, atau penyakit

    paru berat yang mengakibatkan retensi karbondioksida.7 Tes yang umum digunakan

    untuk konfirmasi mati otak :2,4,7,8

    1. Elektroensefalografi (EEG)

    Konfirmasi mati neokortikal hams dipantau paling sedikit 30 menit pada

    keadaan tak adanya aktivitas elektroserebral, dengan menggunakan alat EEG 16

    saluran. Jika ada gelombang otak, diagnosisnya bukan mati otak. Dikatakan

    mati otak bila tak ada potensial listrik yang > 2mV selama 30 menit perekaman.

    Perlu diingat bahwa tak responsifnya serebral dan EEG datar tak selalu berarti

    mati otak, tetapi dapat juga terjadi dan mungkin reversibel jika terdapat

    hipotermia dan intoksikasi obat hipnotik-sedatif dan segera setelah henti

    jantung.

    2. Angiografi

    Aliran darah intrakranial tidak ada sama sekali dalam angiografi pembuluh

    darah memastikan diagnosis mati otak.

    3. Pencitraan radioisotop serebral

    Perfusi serebral tidak ada sama sekali dapat juga ditetapkan dengan

    menggunakan angiografi radionuklid atau single photon emission computed

    tomography (SPECT).

    4. Ultrasonografi Doppler transkranial

    Gambaran aliran menunjukkan systolic spikes tanpa atau aliran diastolik

    terbalik sesuai dengan hilangnya aliran darah otak dan mati otak.

    Jika pemeriksaan dilakukan paling sedikit 6 jam setelah iktus dan ada bukti

    prima facie cedera otak sangat berat akibat trauma atau perdarahan serebral

    masif yang merupakan penyebab paling umum dari mati otak, maka tidak

    diperlukan rangkaian pemeriksaan tersebut. Jika henti jantung merupakan

    kejadian yang mendahuluinya atau jika penyebab kerusakan neurologik tak

  • 6 | M A T I B A T A N G O T A K R e - p u b l i s h e d b y k l i n i k m e d i s . c o m

    jelas, atau jika intoksikasi obat atau alkohol bisa menjadi penyebabnya yang

    menyebabkan supresi refleks batang otak, dianjurkan menunggu 24 jam

    sebelum menyatakan bahwa pasien tersebut meninggal.4

    Penatalaksanaan Donor Organ

    Umumnya pasien menjadi hipotensif dan membutuhkan presor intravena

    pada saat terjadi mati otak. Segera setelah itu, terjadi diabetes insipidus (karena

    menyusutnya sekresi hormon antidiuretik). Dengan memburuknya keadaan,

    hipotermia, hipoksia yang refrakter, koagulasi intravaskular diseminata, dan

    asidosis metabolik dapat terjadi. Kunci untuk penatalaksanaanya adalah harus siap

    mengantisipasi komplikasi ini. Meskipun perhatian sangat cermat terhadap

    kardiovaskular, keseimbangan asam-basa dan elektrolit, viabilitas organ pasien

    dengan mati otak pada umumnya hanya 72 - 96 jam.5

    Organ-organ dapat disimpan dalam larutan khusus pada suhu 4C untuk

    mempertahankan viabilitasnya. Jantung dapat disimpan sampai 4 jam, hati 6 jam,

    dan ginjal 24 jam6. Protokol penatalaksanaan organ donor di Unit Perawatan

    Intensif :7

    1. Pasang kateter vena sentral atau 2 jalur intravena perifer yang besar.

    2. Pasang jalur arteri untuk pemantauan tekanan darah kontinu.

    a. Pertahankan tekanan darah sistolik lebih dari sama dengan 100 mmHg

    dengan intervensi:

    - Bolus 500 ml 0,9% cairan garam fisiologik (dua kali dalam selang wakfu 10

    menit).

    - Dopamine 800 mg/500 NS (mulai dengan 13 ml/jam, 5 mg/kg/menit),

    dititrasi untuk mempertahankan tekanan darah sistolik lebih dari sama

    dengan 100 mmHg.

    - Mulai aliran baseline IV : 0,9% NaCI pada 150-200 ml/jam

    Kontrol Na-serum setiap 6 jam

    -Jika Na-serum 150-159 mmol/L, ganti baselineIVmenjadi 0,45% NaCI.

    -Jika Na-serum lebih besar sama dengan 160 mmol/L, ganti baseline IV

    menjadi 0,25% NaCI

    - Transfusi jika hematokrit kurang < 25%.

    3. Sesuaikan fraksi oksigen inspirasi dan tekanan ekspirasi akhir positif untuk

    mempertahankan saturasi oksigen lebih tinggi sama dengan 90%.

  • 7 | M A T I B A T A N G O T A K R e - p u b l i s h e d b y k l i n i k m e d i s . c o m 4. Pasang kateter Foley. Ukur cairan urin masuk-keluar dan monitor berat jenis urin

    tiap 2 jam. Jika urin keluar setelah 2 jam lebih dari 400 ml dengan berat jenis

    kurang dari atau sama dengan 1,005; berikan pitresi 10 U IVP tiap 6 jam dan ganti

    tiap milliliter keluaran urin dengan Dekstrose 5% tiap jam.

    Jika keluaran urin tetap lebih tinggi dari 200 ml/jam: hentikan pitresin IVP. Mulai

    dengan pitresin 200 U/ 500 dekstrose 5%, mulai dengan 10 ml/jam ( 4 U/jam) dan

    titrasi untuk mampertahankan keluaran urin saampai kurang dari 200 ml/jam.

    5. r finger stick glucose tiap 4 jam. Kontrol kada

    Jika kadarnya lebih tinggi dari 350 mg/dl x 2 (selama 8 jam), mulai beri insulin

    drip (100 U Rl dalam 1000 ml 0,9% NaCI), mulai dengan 20 ml/jam (2 U/jam).

    Konteks Hukum

    Di Amerika Serikat, definisi mati berdasarkan hukum di ambil dari Kamus

    Black's Law yang menyatakan bahwa mati adalah "...ditentukan oleh dokter sebagai

    berhentinya semua sirkulasi darah dan hilangnya fungsi vital seperti respirasi, nadi,

    dll." 4

    Saat ini di AS sedang dibuat standarisasi yang lebih baik mengenai definisi

    mati. Definisi mati yang akan diajukan adalah sebagai berikut : Seorang dikatakan

    mati bila (1). Hilangnya fungsi sirkulasi dan respirasi secara ireversibel atau (2).

    Hilangnya fungsi otak keseluruhan termasuk batang otak.4 Determinasi tentang mati

    harus dibuat sesuai dengan standar medis yang dapat diterima.

    Di bawah hukum yang berlaku, seorang dokter berhak untuk menyatakan

    bahwa seorang mati jika fungsi otak hilang secara ireversibel yang ditentukan

    sesuai dengan kriteria medis yang berlaku umum. Dapat timbul pertanyaan

    sehubungan dengan akurasi dari observasi atau interpretasi tersebut. Tetapi, tak ada

    pertanyaan sehubungan dengan sahnya diagnosis mati dengan kriteria yang

    berhubungan dengan otak. Meskipun demikian, para dokter dapat secara hukum

    menggunakan kriteria terssebut, tak berarti bahwa semua dokter harus menerapkan

    itu. Contohnya, hukum administratif di New York, AS meminta rumah sakit untuk

    memberitahukan wakil keluarga sebelum meyatakan mati otak sehingga keluarga

    memiliki kesempatan untuk mencari pertimbangan agama atau hal lainnya untuk

    menerima atau menolak determinasi tersebut. Peraturan ini mengandung tujuan

    tambahan yang tak tersurat untuk memberi kesempatan para dokter untuk

    mengedukasi keluarga lebih jauh lagi dan untuk mendapatkan penerimaan keluarga

  • 8 | M A T I B A T A N G O T A K R e - p u b l i s h e d b y k l i n i k m e d i s . c o m akan pengertian bahwa hilangnya fungsi otak adalah sama dengan hilangnya

    kehidupan.

    Hal ini akan menunda waktu determinasi mati berdasarkan klinis. Namun

    demikian, memungkinkan keluarga untuk mengerti bahwa orang yang mereka

    cintai yang tampaknya hidup sebenarnya tak hidup sebagaimana manusia dengan

    arti sebenarnya. Walaupun secara umum tak diperlukan untuk menghentikan life

    support, sekali pasien dinyatakan secara hukum mati otak.1

    Definisi mati dalam hukum Islam secara tradisional adalah hentinya jantung

    atau respirasi910. Namun, dengan kemajuan di bidang teknologi kedokteran yang

    dapat memperpanjang hidup walaupun otak sudah tak berfungsi lagi, timbul

    pertanyaan apakah mati otak dapat dianggap sebagai suatu formulasi yang andal

    tanpa terlebih dahulu mendefinisikan arti hidup dalam Islam.

    Dari hasil pertemuan Council of Islamic Jurisprudence (majma al-fiqh

    al-islami) pada 1986 di Amman yang mendiskusikan life supportive system di Unit

    Perawatan Intensif, diputuskan sebagai berikut :9 Seseorang di anggap meninggal

    secara hukum, dan semua petunjuk yang diberikan oleh Shari'a untuk menentukan

    meninggal dapat dipakai bila ada tanda-tanda sebagai berikut:

    1. Jika jantung atau respirasi hilang sama sekali, dan para dokter ahli menetapkan

    bahwa hilangnya fungsi tersebut ireversibel.

    2. Jika semua fungsi otak hilang sama sekali, dan para dokter ahli menetapkan

    bahwa hilangnya fungsi tersbut ireversibel dan otak dalam keadaan degenerasi.

    Dalam kondisi ini boleh dilakukan penghentian life supportive system dari pasien

    tersebut meskipun organ-organnya seperti jantung masih berfungsi dengan

    bantuan alat. Tuhan tahu yang terbaik!

    Konsep mati otak telah diterima oleh Gereja Roma Katolik dalam

    Pertemuan Dunia Pertama tentang Transplantasi Organ4. Pada 1972, Asosiasi Ahli

    Neurologi Amerika telah menerima definisi mati berdasarkan mati otak, dan

    batasan mati otak berkembang dalam 25 tahun terakhir mengikuti kemajuan dalam

    teknologi resusitasi.4

    Dengan berbagai alasan, para pengacara dapat menuntut bahwa diagnosis

    mati otaksalah. Misalnya, untuk melindungi klien yang dituntut membunuh,

    mungkin mencoba membuktikan bahwa korban belum mati ketika respirator

    dilepas dan bahwa itulah penyebab kematian korban. Namun, hal ini jarang sukses

    tetapi bisa saja berhasil dituntut jika rekam medik tak menjelaskan dengan jelas

  • 9 | M A T I B A T A N G O T A K R e - p u b l i s h e d b y k l i n i k m e d i s . c o m bagaimana determinasi mati dibuat atau jika pemeriksaan tak lengkap.1

    Dari pengalaman, dikatakan bahwa kesulitan utama sehubungan dengan

    mati otak bukanlah murni dari hal-hal teknis tetapi yang melibatkan penanganan

    yang sensitif terhadap keluarga dan tenaga medis lainnya.1

    Sampai saat ini, masih terus lahir kontroversi dalam konsep mati otak.

    Veatch(1993) mengubah kriteria mati dari otak secara keseluruhan menjadi the

    higher brain. Shewmon(1997) berkeras bahwa pasien mati otak sakit berat, tetapi

    tidak mati sampai sirkulasinya berhenti.

    Penutup

    Telah dibahas tentang mati otak dari segi medis dengan segala aspeknya

    maupun dari segi hukum, yang makin berkembang sesuai kemajuan dalam

    bidang-bidang tersebut. Pembahasan dari segi medis dimulai dari definisi, kriteria

    klinis, dan pemeriksaan konfirmasi. Sedangkan dari segi hukum dibahas dari sudut

    pandang juridis maupun agama.

    Banyak kriteria tetapi yang perlu dingat adalah pengeta-huan tenaga medis

    akan mati otak itu sendiri sebelum menge-luarkan pernyataan mati otak. Diagnosis

    tersebut penting terutama dalam tujuan transplantasi organ yang membutuhkan

    waktu relatif singkat untuk keputusan mati. Dengan demikian, penegakan diagnosis

    mati otak dapat dilakukan dengan tepat dan akurat tanpa membuang waktu. JUNITA MAYA P.S.Bagian N

    , TONAM, DAN JOFIZAL JANNIS eurologi FKUI/RSCM Jakarta

  • 10 | M A T I B A T A N G O T A K R e - p u b l i s h e d b y k l i n i k m e d i s . c o m Daftar Pustaka

    1. Beresford HR. Neurology : Legal Considerations. In : Weiner W], Shulman LM.

    Emergent and Urgent Neurology. 2nd ed. Lippincott William & Wilkins,

    Philadelphia, 1999; 16 : 533-50.

    2. Adams RD, Victor M, Ropper AH. Principles of Neurology. Coma and related

    disorders of consciousness. 6th ed. McGraw-Hill, New York, 1997; 17:344-67.

    3. Ganapathy K. Brain death and organ donors. Available at URL ; http/www

    4. Walse III TM. Brain and Persistent Vegetative State. In :Samuels M. Manual of

    Neurologic Therapeutics. 5th ed. Little Brown&Co, Boston, 1995; 128-33.

    5. Gift life-Brain Death. Available at URL : http/www. yahoo/brain death/htm

    6. Lukcham M. Brain Stem Death and Transplantation. Available at URL : http /

    www/yahoo/brain death.htm

    7. Marshall RS. Mayer SA. On Call Neurology. WB Saunders Co, Philadelphia, 1997;

    20:241-46.

    8. Berlit P. Memorix Neurology. Chapman & Hall Medical, London, 1996; 203.

    9. Sachedina A. Brain Death in Islamic Jurisprudence. Available at URL:

    http/www. people.virginia.edu/~ass/isislam.htm

    10.The Medical Definition of Death, available at URL : http: /www/ islamset.com

    /bioethics/ death, state.html

    11.Lindsay KW, Bone I, Callander R. Neurology and Neurosurgery Illustrated 3rd ed.

    Edinburgh, Churchill Livingstone,1991: 210-11.

    12.Bernat JL. Brain Death : A Historical Perspective. In : AAN 2001: 3As.006-1 -

    006-9.