arsitektur jengki (m.kurniba salan_1325110011).docx

19
KATA PENGANTAR Pertama, saya panjatkan puji syukur kepada Allah SWT. Shalawat serta salam juga saya panjatkan kepada Nabi besar Muhammad SAW beserta semua penikutnya hingga akhir zaman. Karena berkat rahmat dan karunia ya juga saya dapat menyelesaikan tugas akhir semester ini pada Mata Kuliah Teori dan Sejarah Arsitektur. Terima Kasih kepada Ibu Aditha M. Ratna, ST. MT selaku dosen pembimbing banyak sekali memberi ilmu kepada kami mengenai bahasan pada Mata Kuliah tersebut yang sangat bermanfaat. Makalah ini membahas tentang masjid yang kita ketahui merupakan rumah Allah yang suci. Tempat beribadah bagi umat Islam. Tetapi yang akan saya bahas bukan mengenai Masjid atau jamaahnya, melainkan Unsur-unsur Tradisional yang Terdapat di Dalamnya. Dan saya berkesempatan untuk lebih memahami tentang Masjid, terutama Masjid Agung Palembang melalui tugas ini. Saya menyadari makalah ini masih belum bisa untuk dikatakan sempurna. Harapan saya semoga dengan adanya makalah ini akan lebih mendorong semua yang membacanya untuk lebih terinspirasi dan tertarik mengetahui sejarah pada Masjid, dan semoga bermanfaat. Terima Kasih. Palembang, Januari 2015 M. Kurniba Salan 1

Upload: kurniba

Post on 23-Dec-2015

54 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

KATA PENGANTAR

Pertama, saya panjatkan puji syukur kepada Allah SWT. Shalawat serta salam juga saya panjatkan kepada Nabi besar Muhammad SAW beserta semua penikutnya hingga akhir zaman. Karena berkat rahmat dan karunia ya juga saya dapat menyelesaikan tugas akhir semester ini pada Mata Kuliah Teori dan Sejarah Arsitektur. Terima Kasih kepada Ibu Aditha M. Ratna, ST. MT selaku dosen pembimbing banyak sekali memberi ilmu kepada kami mengenai bahasan pada Mata Kuliah tersebut yang sangat bermanfaat.

Makalah ini membahas tentang masjid yang kita ketahui merupakan rumah Allah yang suci. Tempat beribadah bagi umat Islam. Tetapi yang akan saya bahas bukan mengenai Masjid atau jamaahnya, melainkan Unsur-unsur Tradisional yang Terdapat di Dalamnya. Dan saya berkesempatan untuk lebih memahami tentang Masjid, terutama Masjid Agung Palembang melalui tugas ini. Saya menyadari makalah ini masih belum bisa untuk dikatakan sempurna. Harapan saya semoga dengan adanya makalah ini akan lebih mendorong semua yang membacanya untuk lebih terinspirasi dan tertarik mengetahui sejarah pada Masjid, dan semoga bermanfaat. Terima Kasih.

Palembang, Januari 2015

M. Kurniba Salan

1

Bab 1Pendahuluan

1.1. LatarBelakang

Kota Palembang adalah ibu kota provinsi Sumatera Selatan. Palembang merupakan kota terbesar kedua di Sumatera setelah Medan. Kota Palembang memiliki luas wilayah 358,55 km²[4] yang dihuni 1,7 juta orang dengan kepadatan penduduk 4.800 per km².

Sejarah perkembangan arsitektur di Indonesia di era tahun 1950 sampai 1960-an diwarnai dengan hadirnya sebuah gaya yang dikenal dengan nama arsitektur jengki. Penampilannya yang unik menjadikannya berbeda dengan arsitektur kolonial Belanda sebelumnya. Hadirnya arsitektur jengki di Indonesia sebenarnya tidak terlepas dari sejarah perkembangan Indonesia sebagai sebuah negara.

Kepergian Belanda secara perlahan meninggalkan Indonesia turut mewarnai masa hadirnya arsitektur jengki. Hal ini beriringan dengan kepergian para arsitek Belanda yang kemudian digantikan oleh beberapa arsitek Indonesia pertama dan para tukang ahli bangunan yang menyebar di kota-kota Kolonial Belanda. Asal penggunaan kata jengki sering dihubungkan dengan hal-hal di luar dunia arsitektur. Menurut morfologi atau pembentukan kata, istilah “jengki” mungkin berasal dari kata Yankee, yaitu sebutan untuk orang-orang New England yang tinggal di bagian Utara Amerika Serikat. Menurut Budi Sukada, ada yang menyebut sosok arsitektur jengki sebagai arsitektur Yankee yang populer di daerah Jakarta dan Jawa Barat. Penamaan jengki juga dihubungkan dengan model busana celana jengki yang marak pada saat yang bersamaan.Konteks bagi hadirnya arsitektur jengki di Indonesia adalah munculnya para arsitek pribumi yang notabene adalah tukang yang ahli bangunan sebagai pendamping para arsitek Belanda. Para ahli bangunan pribumi ini kebanyakan merupakan lulusan dari pendidikan menengah bangunan.

Sebagai sebuah karya arsitektur, arsitektur jengki memiliki beberapa perbedaan dengan arsitektur kolonial pada umumnya. Menurut Josep Prijotomo, karakter arsitektur jengki ditandai salah satunya dengan kehadiran atap pelana. Tidak seperti rumah tinggal pada umumnya, atap pelana pada rumah bergaya jengki memiliki perbedaan tinggi atap. Biasanya kemiringan atap yang terbentuk tidak kurang dari 35 derajat. Penggunaan atap pelana ini menghasilkan sebuah tembok depan yang cukup lebar sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari tampak depan bangunan. Tembok depan yang dikenal dengan gewel ini yang kemudian menjadi sarana kreativitas arsitek. Pengolahan tampak depan bangunan juga diperkuat dengan kehadiran dinding yang berkesan miring dan membentuk geometri segi lima terhadap tampak bangunan. Dinding miring ini sebenarnya tidak berkaitan langsung terhadap kekuatan konstruksi bangunan, tetapi lebih kepada kreativitas untuk menghadirkan tampak bangunan.

Penggunaan sudut kemiringan atap yang cukup tinggi ini memberikan karakter lain, yaitu bentuk beranda sebagai unsur mandiri. Beranda inilah yang menandai pintu masuk ke dalam bangunan yang kerap dihadirkan sebagai sebagai sebuah portico, yaitu bangunan beratap di depan pintu masuk. Pada umumnya atap datar menjadi pilihan utama bagi beranda. Atap datar inilah yang memberikan artikulasi untuk membedakannya dengan bangunan utama yang beratap pelana. Beberapa fungsi yang diwadahi di dalam beranda ini adalah sebagai penegas pintu masuk ke dalam bangunan, sebagai tempat penerima, dan sebagai ruang peneduh dan penyejuk bagi ruangan di dalamnya.Ciri lain yang kerap dijumpai pada arsitektur jengki adalah digunakannya karawang atau rooster.

2

1.1 Tujuan

Tujuandaripembahasanarsitekturjengkiadalahlebihmengenalarsitekturjengkidarisegisejarahperkembangannyadancorakbangunannya.

1.2 Manfaat

Kita dapatlebihmengenalarsitekturjengkidarisegisejarahdancorakbangunannya. Dan berharaparsitek – arsitek Indonesia dapatmengembangkangayaarsitekturjengkiini yang sudahterlupakan.

1.3 Metodepenelitian

Di sini saya mempelajari tentang arsitektur jengki dari beberapa sumber. Setelah itu saya akan mencari rumah di Palembang yang gaya arsitekturnya merupakan gaya arsitektur jengki.

3

Bab 2Tinjauan Teori

2.1 Sejarah

Sejarah perkembangan arsitektur di Indonesia di era tahun 1950 sampai 1960-an diwarnai dengan hadirnya sebuah gaya yang dikenal dengan nama arsitektur jengki. Penampilannya yang unik menjadikannya berbeda dengan arsitektur kolonial Belanda sebelumnya. Kehadirannya merupakan jawaban langsung terhadap tantangan yang dihadirkan dan diwarnai dengan semangat zaman di masa lampau.

Hadirnya arsitektur jengki di Indonesia sebenarnya tidak terlepas dari sejarah perkembangan Indonesia sebagai sebuah negara. Kepergian Belanda secara perlahan meninggalkan Indonesia turut mewarnai masa hadirnya arsitektur jengki. Hal ini beriringan dengan kepergian para arsitek Belanda yang kemudian digantikan oleh beberapa arsitek Indonesia pertama dan para tukang ahli bangunan yang menyebar di kota-kota Kolonial Belanda. Asal penggunaan kata jengki sering dihubungkan dengan hal-hal di luar dunia arsitektur. Menurut morfologi atau pembentukan kata, istilah “jengki” mungkin berasal dari kata Yankee, yaitu sebutan untuk orang-orang New England yang tinggal di bagian Utara Amerika Serikat. Menurut Budi Sukada, ada yang menyebut sosok arsitektur jengki sebagai arsitektur Yankee yang populer di daerah Jakarta dan Jawa Barat. Penamaan jengki juga dihubungkan dengan model busana celana jengki yang marak pada saat yang bersamaan.Konteks bagi hadirnya arsitektur jengki di Indonesia adalah munculnya para arsitek pribumi yang notabene adalah tukang yang ahli bangunan sebagai pendamping para arsitek Belanda. Para ahli bangunan pribumi ini kebanyakan merupakan lulusan dari pendidikan menengah bangunan. Di tengah bergolaknya kondisi perpolitikan di masa 1950 sampai 1960-an yang ditandai dengan semakin berkurangnya arsitek Belanda dan mulai munculnya para ahli bangunan dan lulusan pertama arsitek Indonesia menjadi poin yang turut membentuk perkembangan arsitektur jengki. Beberapa pola yang menjadi ciri arsitektur jengki kemungkinan berhubungan erat dengan pola penyebaran para arsitek Belanda yang tersisa serta arsitek Indonesia yang masih dapat dihitung jumlahnya serta banyaknya ahli bangunan yang sebelumnya menjadi asisten para arsitek Belanda. Pada kota-kota besar, kemungkinan banyak menyisakan para arsitek untuk mendesainnya. Tetapi, untuk kota-kota kecil, keahlian para tukang bangunan yang lebih banyak berperan pada periode perkembangan arsitektur jengki.

2.2 Langgam-langgam Arsitektur Jengki

Seperti telah disebutkan di atas, arsitektur jengki lahir dari semangat penolakan kolonialisme. Maka jika kita perhatikan, sebenarnya bentuk arsitektur jengki dan kolonial jauh berbeda. Jika arsitektur kolonialisme didominasi bidang horisontal dan vertikal serta bentuk yang geometris, maka arsitektur jengki secara umum memiliki ciri unik dengan permainan bidang yang tidak simetris, garis-garis lengkung, serta jauh dari kesan kaku.

2.2.1Atap yang Tidak Lazim

Rumah-rumah jengki umumnya menggunakan atap pelana yang tidak lazim. Banyak atap yang berupa patahan dengan perbedaan ketinggian yang kemudian diselipkan ventilasi sebagai media

4

pembuangan panas pada atap. Selain itu atap-atap rumah jengki memiliki kemiringan yang curam sebagai bentuk tanggap iklim tropis yang curah hujannya tinggi.

 

2.2.4 Dinding yang Unik

Sebagai konsekuensi penggunaan atap pelana, rumah-rumah jengki memiliki dinding cukup lebar pada tampak bangunan. Disinilah munculnya kreatifitas arsitek-arsitek jengki menghadirkan tampak bangunan. Dinding yang miring dan membentuk bidang segi lima menjadi ciri yang lazim kita temui pada arsitektur jengki. Selain itu dinding dihias dengan motif-motif alam. Ada pula yang ditutup dengan batu alam yang disusun tidak teratur. Hal ini merupakan penerapan anti-geometri dan anti-tegak lurus pada masa itu.

2.2.5 Krawang atau Rooster

Penggunaan krawang atau rooter merupakan penyesuaian terhadap iklim tropis. Fungsi utamanya adalah sebagai ventilasi untuk pergantian udara secara alami. Selain itu dengan bermacam-macam bentuk dari segilima, segitiga, lingkaran, hingga trapesium tak beraturan menjadi ekspresi estetika pada rumah jengki.

5

 

2.2.6 Elemen Dekoratif pada Tampak Bangunan.

Elemen-elemen dekoratif merupakan ungkapan para penghuni serta kreatifitas para arsitek jengki. Maka kita menemukan satu ciri dekorasi yang sama antara satu rumah jengki dengan yang lain. Ragam dekoratif kreasi arsitek jengki kebanyakan kombinasi-kombinasi garis lengkung dengan motif alam, ataupun pola-pola garis vertikal dan horisontal. Elemen ini dapat kita lihat pada dinding atau pada kolom bangunan.

 

6

Bab 3Gambaran Umum Rumah Di palembang

3.1 Rumah 1

Rumah ini terletak di jalan jend sudirman (depan kodam). Rumah ini memiliki dua lantai. Rumah ini memiliki beberapa cirri yang unik yaitu di bagian atap yang cukup curam. Di sini saya akan menjelaskan bagian-bagian dari bangunan ini :

Bagian Atap

Atap rumah ini menggunakan gaya atap pelana dengan sudut yang cukup curam. Dengan sudut yang cukup curam bangunan ini keliatan tinggi.

Bagian Dinding

Bangunan ini menggunakan dinding batu bata yang difinish cat. Pada bagian dinding depan dekat teras terdapat dinding yang unik. Dinding tersebut menggunakan tali air dengan pola teratur.

7

Bagian Kolom ( Tiang )

Bangunan ini terdapat kolom yang unik. Kolom tersebut terletak di teras bawah dan balkon atas. Keunikan kolom tersebut terlihat dari bentuknya

Jendela

Bangunan ini memiliki jendela-jendela yang besar dengan model jendela lama. Jendela tersebut berbentuk bukaan ke depan dengan 2 buah bukaan.

Rooster

Bangunan ini memiliki rooster yang berbentuk lingkaran dan kotak. Untuk rooster yang berbentuk lingkaran disusun banyak di sebelah kanan.

8

3.2 Rumah 2

Rumah ini terletak di jalan Taman Kenten. Rumah ini memiliki keunikan di bagian atap yang dibuat betingkat.Di sini saya akan menjelaskan bagian-bagian dari bangunan ini :

Bagian Atap

Atap rumah ini menggunakan gaya atap yang bertingkat. Dengan gaya atap yang bertingkat sehingga membuat perbedaan tinggi dari atap satu dengan atap yang lain yang kemudian diselipkan ventilasi.

Bagian Dinding

Bangunan ini menggunakan dinding batu bata yang difinish cat. Pada bagian depan terdapat keunikan dinding yang dipasang batualam yang menjadi perbedaan dari dinding yang lain.

Jendela

Bangunan ini memiliki jendela-jendela yang besar dengan model yang cukup simple dengan bukaan ke samping.

9

3.3 Rumah 3

Rumah ini terletak di jalan Taman Kenten. Rumah ini keliatan unik dengan plat yang tidak lazim.Di sini saya akan menjelaskan bagian-bagian dari bangunan ini :

Bagian Atap

Atap rumah ini menggunakan gaya atap limas. Material atap yang di gaunakan untuk penutup banguna ini adalah genteng.

Bagian Dinding

Bangunan ini menggunakan dinding batu bata yang difinish cat. Pada bangunan ini terdapat batu alam yang dipasang sekeliling bangunan.

Jendela

Bangunan ini memiliki jendela-jendela yang besar dengan bukaan 3 buah dan juga terdapat ventilasi di atasnya.

10

Rooster

Bangunan ini memiliki rooster yang unik. Rooster pada bangunan ini berbentuk segitiga yang disusun secara unik.

Plat Teras

Plat pada teras bagunan ini sangat tidak lazim. Plat bangunan ini tidak berbentuk lurus tetapi dibuat unik dengan dibuat zig zag.

Bab 4Analisa

4.1 Analisa

11

Dari penjelasan di atas kita dapat menganalisa apakah ketiga rumah tersebut merupakan arsitektur jengki atau bukan. Untuk lebih jelas saya akan menjelaskan perbagian bangunan ini :

4.1.1 Analisa Rumah 1

Bagian Atap

Atap rumah ini menggunakan gaya atap pelana dengan sudut yang cukup curam. Atap ini merupakan salah satu cirri dari arsitektur jengki yang sudah di jelaskan bab 2.

Bagian Dinding

Bangunan ini menggunakan dinding batu bata yang difinish cat. Pada bagian dinding depan dekat teras terdapat dinding yang unik. Dinding tersebut menggunakan tali air dengan pola teratur. Dinding yang unik adalah salah satu cirri dari arsitektur jengki

Rooster

12

Bangunan ini memiliki rooster yang berbentuk lingkaran dan kotak. Rooster yang unik merupakan salah satu ciri arsitektur jengki.

4.1.2 Analisa Rumah 2

Bagian Atap

Atap rumah ini menggunakan gaya atap yang bertingkat. Dengan gaya atap yang bertingkat sehingga membuat perbedaan tinggi dari atap satu dengan atap yang lain yang kemudian diselipkan ventilasi. Atap yang unik dan tidak lazim ini menjadi salah satu cir dari arsitektur jengki.

Bagian Dinding

Bangunan ini menggunakan dinding batu bata yang difinish cat. Pada bagian depan terdapat keunikan dinding yang dipasang batualam yang menjadi perbedaan dari dinding yang lain.

13

Sama dengan cirri yang di jelaskan di bab 2 dinding yang unik adalah ciri dari arsitektur jengki.

4.1.3 Analisa Rumah 3

Bagian Atap

Atap rumah ini menggunakan gaya atap limas. Material atap yang di gaunakan untuk penutup banguna ini adalah genteng. Atap bangunan ini berdeda dengan cirri dari arsitektur jengki yang unik.

Rooster

Bangunan ini memiliki rooster yang unik. Rooster pada bangunan ini berbentuk segitiga yang disusun secara unik. Rooster yang unik ini menjadi kesamaan dengan cirri arsitektur jengki yang djelaskan pada bab 2.

14

Plat Teras

Plat pada teras bagunan ini sangat tidak lazim. Plat bangunan ini tidak berbentuk lurus tetapi dibuat unik dengan dibuat zig zag. Plat ini termasuk atap yang menjadi ciri-ciri dari arsitektur jengki

15

Bab 5Kesimpulan

5.1 Kesimpulan

Dari analisa di atas dapat kita simpulkan bahwa ketiga bangunan ini memiliki cirri-ciri bangunan arsitektur jengki. Perbedaan sedikit terdapat pada bangunan rumah 2 yang tidak menggunakan atap yang unik bangunan tersebut menggunakan atap limas tetapi atap unik d tonjolkan pada bagian atap teras yang unik. Arsitektur jengki sangat menarik dengan atap yang unik. Dengan jendela-jendela yang besar sirkulasi dalam bangunan sangat baik beda dengan gaya bangunan sekarang yang menggunakan jendela yang minimalis yang dapat mengurangi sirkulasi bangunan.

16