arsitektur indonesia - museum kota makassar

Upload: gamalielsanggabuana

Post on 05-Jul-2018

232 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 8/16/2019 Arsitektur Indonesia - Museum Kota Makassar

    1/25

    1

    Kata Pengantar

    Puji syukur penulis ucapkan dan puja bagi Tuhan yang maha Esa atas segala berkat-NYA

    lah kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan segala kemampuan penulis, dengan judul

    “ Peran dan Pengaruh Arsitektur Kolonial pada Bangunan Museum Kota Makassar” .

    Dalam penyusunan makalah ini, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai

     pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu

     per satu yang telah membantu dalam melancarkan proses pengerjaan tugas kami ini.

    Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan.

    Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapatlebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap kerangka acuan makalah ini dapat memberikan

    wawasan dan pengetahuan kepada para pembaca pada umumnya dan pada penulis pada

    khususnya.

    Jimbaran, 2014

     penulis

  • 8/16/2019 Arsitektur Indonesia - Museum Kota Makassar

    2/25

    2

    BAB I

    Pendahuluan

    1.1 latar belakang

    Keberagaman dunia arsitektur di Indonesia, dimulai dari masa kerajaan hingga sekarang,

    merupakan satu kekayaan yang dimiliki Indonesia selain kekayaan alamnya yang berlimpah.

    Banyak bangunan daerah maupun peninggalan masa kolonial yang memiliki nilai arsitektural

    dan sejarah yang tinggi. Sebut saja rumah tradisional seperti rumah Tongkonan dan

     bangunan bergaya kolonial seperti gereja Pohsarang & istana Bogor. Contoh  –   contoh

     bangunan tersebut telah memberikan inspirasi bagi banyak arsitek untuk berkarya, dengan

    menatap masa lalu kemudian merencanakan masa depan.

     Namun, keberlangsungan bangunan kuno/peninggalan bersejarah berada di ujung tanduk.Dikarenakan banyaknya perrubahan fungsi lahan, sehingga terjadi pembongkaran, alih

    fungsi, ataupun terlupakannya bangunan tersebut. Sehingga karya-karya tersebut tidak dapat

    terekspos apalagi dijadikan inspirasi bagi arsitek mendatang.

    Maka, untuk mengetahui lebih lanjut mengenai bangunan bersejarah, penulis membuat

     penelitian mengenai bangunan kolonial. Pada tulisan ini penulis ingin membahas bagaimana

     pengaruh dan peran arsitektur kolonial terhadap bangunan di Indonesia. Hingga tercipta

     bentuk dan rancangan arsitektur yang kita lihat saat ini.

    Kolonial yang akan dibahas pun akan dipersempit menjadi kolonial Belanda.

    Dikarenakan merupakan bangsa yang paling lama menjajah Indonesia, sehingga dapat lebih

    mudah mencari informasi bangunan peninggalannya/bangunan pengaruh Belanda.

    Mengingat banyak perbedaan kebudayaan di tiap daerah, maka timbul pertanyaan,

    apakah peran dan pengaruh arsitektur kolonial sama di setiap daerahnya? Maka, penulispun

    menerucutkan peran dan pengaruh arsitektur kolonial ini pada satu daerah di Sulawesi.

    Dikarenakan agar berbeda dengan satu teman-teman satu kelas Arsitektur Indonesia yang

    sebagian besar mengambil lokasi di Jawa. Dan secara lebih mengerucut lagi, hanya akan

    dibahas satu bangunan, yaitu Museum Kota Makassar di Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

  • 8/16/2019 Arsitektur Indonesia - Museum Kota Makassar

    3/25

    3

    1.2 Perumusan Masalah

    Berdasarkan penjabaran latar belakang di atas, maka permasalahan pada penelitian kali ini

    akan dibatasi menjadi beberapa poin utama, antara lain:

    1.  Bagaimanakah ciri/identitas arsitektur kolonial pada bangunan Museum Kota Makassar?

    2.  Apa peran dan pengaruh Arsitektur Kolonial terhadap Bangunan Museum Kota

    Makassar?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Dengan terbitnya tulisan ini, maka diharapkan penulisan ini apat memberikan manfaat skala

    mikro (kampus) maupun makro (masyarakat umum), antara lain:

    1.  Memenuhi tugas Arsitektur Indonesia, semester genap 2013/2014.

    2. 

    Mengetahui peran dan pengaruh arsitektur kolonial terhadap bangunan Museum Kota

    Makassar.

    1.4 Manfaat Penelitian

    Mengetahui identitas arsitektur kolonial bangunan kantor bupati

    Memberikan pengetahuan lebih luas kepada masyarakat tentang arsitektur kolonial, terlebih

    lagi perannya terhadap bangunan kantor bupati.

    1.5 Sistematika penelitian

    Berdasarkan standar yang telah ditentukan dalam ketentuan tugas. Maka penulis menyusun

    sistematika penulisan sebagai berikut:

    BAB I –  Pendahuluan

    1.1 Latar belakang penelitian

    1.2 Perumusan masalah

    1.3 

    Tujuan penelitian

    1.4 Manfaat penelitian

    1.5 Sistematika penulisan

  • 8/16/2019 Arsitektur Indonesia - Museum Kota Makassar

    4/25

    4

    BAB II –  Landasan teori & hasil penelitian

    Dasar teori yang digunakan untuk membahas peran dan pengaruh arsitektur kolonial

     pada bangunan Museum Kota Makassar.

    BAB III –  Pembahasan

    Analisa hasil penelitian, menjawab perumusan masalah.

    BAB IV –  Penutup

    Berisi kesimpulan dan saran penelitian.

  • 8/16/2019 Arsitektur Indonesia - Museum Kota Makassar

    5/25

    5

    BAB II

    Landasan teori & Hasil Penelitian

    2.1 Landasan Teori

    Penelitian kali ini menggunakan dasar teori yang didapat dari studi pustaka. Penulis

    menghimpun data dari internet maupun buku referensi. Penyampaian dasar teori akan dibagi-

     bagi per segmen judul yang telah ditentukan. Maka berikut ini penjelasan awal sebelum

    membahas lebih lanjut mengenai arsitektur kolonial dan bangunan Museum Kota Makassar.

    -  Pengertian pengaruh

    Menurut www.kbbi.web.id,  pengaruh merupakan daya yg ada atau timbul dr sesuatu(orang, benda) yg ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang

    -  Pengertian peran

    Menurut www.kbbi.web.id, peran merupakan n 1 pemain sandiwara (film): -- utama; 2

    tukang lawak pd permainan makyong; 3 perangkat tingkah yg diharapkan dimiliki oleh

    orang yg berkedudukan dl masyarakat; -- ganda pemain yg membawakan dua macam peran

    dl suatu cerita drama; -- watak peran yg terutama ditentukan oleh ciri-ciri individual yg

    sifatnya khas dan istimewa

    -  Pengertian Arsitektur  

    Kata arsitektur dalam bahasa Yunani ’archi’ yang berarti kepala, ketua dan tecton yang

     berarti tukang, sehingga architecton berarti kepala tukang, merujuk kepada profesi,

    kemahiran dan keahlian menukang dalam hal bangunan.Pekerjaan merancang dengan

    memperhitungkan segala sesuatu yang berhubungan dengan rancang bangun, sehingga

    menjadikan arsitektur sebagi ilmu pengetahuan yang menggabungkan seni dan teknologi.

    Cabang ilmu aplikatif yang merancang dan merencanakan ruang sebagai wadah aktifitas

    kehidupan manusia yang nyaman dan memberikan rasa aman serta kebahagiaan pada waktu

    dan periode tertentu.

    http://www.kbbi.web.id/http://www.kbbi.web.id/http://www.kbbi.web.id/http://www.kbbi.web.id/

  • 8/16/2019 Arsitektur Indonesia - Museum Kota Makassar

    6/25

    6

    -  Arsitektur kolonial Belanda

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kolonial adalah sesuatu yang bersifat jajahan.

    Dari pengertian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa Arsitektur Kolonial adalah suatu karya

    arsitektur yang berkembanga pada masa penjajahan. Pada masa penjajahan Belanda,

    Indonesia mengalami pengaruh Occidental (Barat) dalam berbagai segi kehidupan termasuk

    dalam tata kota dan bangunan. Para pengelola kota dan arsitek Belanda banyak menerapkan

    konsep lokal atau tradisional dalam perencanaan dan pengembangan kota, permukiman dan

     bangunan-bangunan, Wardani (2009).

    Wardani (2009) menyebutkan bahwa adanya pencampuran budaya, membuat arsitektur

    kolonial di Indonesia menjadi fenomena budaya yang unik. Arsitektur kolonial di berbagai

    tempat di Indonesia apabila diteliti lebih jauh, mempunyai perbedaan-perbedaan dan ciri

    tersendiri antara tempat yang satu dengan yang lain.

    Arsitektur kolonial lebih banyak mengadopsi gaya neo-klasik, yakni gaya yang

     berorientasi pada gaya arsitektur klasik Yunani dan Romawi. Ciri menonjol terletak pada

     bentuk dasar bangunan dengan trap-trap tangga naik (cripedoma). Kolom-kolom dorik, ionik

    dan corinthian dengan berbagai bentuk ornamen pada kapitalnya. Bentuk pedimen, yakni

     bentuk segi tiga berisi relife mitos Yunani atau Romawi di atas deretan kolom. Bentuk-

     bentuk tympanum (konstruksi dinding berbentuk segi tiga atau setengah lingkaran)

    diletakkan di atas pintu dan jendela berfungsi sebagai hiasan.

    Arsitektur kolonial merupakan arsitektur yang memadukan antara budaya Barat dan

    Timur. Arsitektur ini hadir melalui karya arsitek Belanda dan diperuntukkan bagi bangsa

    Belanda yang tinggal di Indonesia, pada masa sebelum kemerdekaan. Arsitektur yang hadir

     pada awal masa setelah kemerdekaan sedikit banyak dipengaruhi oleh arsitektur kolonial

    disamping itu juga adanya pengaruh dari keinginan para arsitek untuk berbeda dari arsitektur

    kolonial yang sudah ada. Safeyah ( 2006).

    Arsitektur klonial Belanda adalah gaya desain yang cukup popular di  Netherland   tahun

    1624-1820. Ciri-cirinya yakni (1) fasad simetris, (2) material dari batu bata atau kayu tanpa

     pelapis, (3) entrance mempunyai dua daun pintu, (4) pintu masuk terletak di samping

     bangunan, (5) denah simetris, (6) jendela besar berbingkai kayu, (7) terdapat dormer (bukaan

     pada atap) Wardani, (2009). (8) bangunan ditutup dengan atap perisai , (9) pilar di serambi

    depan dan belakang, di dalam terdapat serambi tengah yang menuju ke ruang tidur dan

  • 8/16/2019 Arsitektur Indonesia - Museum Kota Makassar

    7/25

    7

    kamar  – kamar lainnya, (10) pilarnya menjulang ke atas (bergaya Yunani), barisan kolom gaya

    Doric/Ionic/lainnya yang menjulang tinggi di depan dengan ”mahkota”. 

    Maka, secara umum, arsitektur kolonial adalah arsitektur cangkokan dari negeri induknya

    (Eropa) ke daerah jajahannya, Arsitektur kolonial Belanda adalah arsitektur Belanda

    yang dikembangkan di Indonesia, selama Indonesia masih dalam kekuasaan Belanda sekitar

    awal abad 17 sampai tahun 1942 (Soekiman,2011 ). 

    Atau, dengan kata lain, Arsitektur kolonial Belanda merupakan bangunan peninggalan

     pemerintah Belada dan bagian kebudayaan bangsa Indonesia yang merupakan aset besar

    dalam perjalanan sejarah bangsa.

    -  Aspek arsitektur pada bangunan kolonial Belanda

    Widyati (2004) mengklasifikasikan arsitektur bangunan bersejarah yang tidak akan

    terlepas dari fungsi, material dan style  atau gaya. Hal ini diperkuat oleh teori Barry dalam

    Widayati (2004) yang menekankan pada empat komponen utama yang perlu analisis atau

    diteliti studi terhadap fasade bangunan yaitu: pattern, alligment, size dan shape dalam

    melakukan klasifikasi arsitektur bersejarah.

    Dalam bahasan selanjutnya komponen yang dapat digunakan untuk membandingkan

    arsitektur bangunan kolonial Belanda di Makassar dengan dasar-dasar teori yang ada, dengan

    mengambil pendapat beberapa pakar, atau arsitektur kolonial Belanda dapat diperoleh

    melalui studi pustaka.

    Handinoto menyebutkan bahwa hal-hal pokok yang perlu dibahas dalam arsitektur

    kolonial Belanda adalah sebagai berikut:

    a. Periodesasi

    Handinoto (1996) membagi periodisasi perkembangan arsitektur kolonial Belanda di

    Indonesia dari abad ke 16 sampai tahun 1940-an menjadi empat bagian, yaitu:

    - Abad 16 sampai tahun 1800-anPada waktu ini Indonesia masih disebut sebagai Nederland Indische (Hindia Belanda)

    di bawah kekuasaan perusahaan dagang Belanda yang bernama VOC (Vereenigde Oost

     Indische Compagnie). Selama periode ini arsitektur kolonial Belanda kehilangan

    orientasinya pada bangunan tradisional di Belanda serta tidak mempunyai suatu orientasi

  • 8/16/2019 Arsitektur Indonesia - Museum Kota Makassar

    8/25

    8

     bentuk yang jelas. Yang lebih buruk lagi, bangunan-bangunan tersebut tidak diusahakan

    untuk beradaptasi dengan iklim dan lingkungan setempat.

    - Tahun 1800-an sampai tahun 1902

    Ketika pemerintah Belanda mengambil alih Hindia Belanda dari perusahaan dagang

    VOC. Setelah pemerintahan Inggris yang singkat pada tahun 1811-1815. Hindia Belanda

    kemudian sepenuhnya dikuasai oleh Belanda. Indonesia waktu itu diperintah dengan

    tujuan untuk memperkuat kedudukan ekonomi negeri Belanda. Oleh sebab itu, Belanda

     pada abad ke-19 harus memperkuat statusnya sebagai kaum kolonialis dengan

    membangun gedung-gedung yang berkesan grandeur  (megah). Bangunan gedung dengan

    gaya megah ini dipinjam dari gaya arsitektur neo-klasik yang sebenarnya berlainan

    dengan gaya arsitektur nasional Belanda waktu itu.

    - Tahun 1902-1920-an

    Antara tahun 1902 kaum liberal di negeri Belanda mendesak apa yang dinamakan

     politik etis untuk diterapkan di tanah jajahan. Sejak itu, pemukiman orang Belanda

    tumbuh dengan cepat. Dengan adanya suasana tersebut, maka “indische

    architectuur” menjadi terdesak dan hilang. Sebagai gantinya, muncul standar arsitektur

    yang berorientasi ke Belanda. Pada 20 tahun pertama inilah terlihat gaya arsitektur

    modern yang berorientasi ke negeri Belanda.

    - Tahun 1920 sampai tahun 1940-an

    Pada tahun ini muncul gerakan pembaruan dalam arsitektur, baik nasional maupun

    internasional di Belanda yang kemudian mempengaruhi arsitektur kolonial di Indonesia.

    Hanya saja arsitektur baru tersebut kadang-kadang diikuti secara langsung, tetapi kadang-

    kadang juga muncul gaya yang disebut sebagaiekletisisme  (gaya campuran). Pada masa

    tersebut muncul arsitek Belanda yang memandang perlu untuk memberi ciri khas pada

    arsitektur Hindia Belanda. Mereka ini menggunakan kebudayaan arsitektur tradisional

    Indonesia sebagai sumber pengembangannya.

     b. Gaya bangunan

    Gaya berasal dari bahasa Latin stilus yang artinya alat bantu tulis, yang maksudnya

    tulisan tangan menunjukan dan mengekspresikan karakter individu. Dengan melihat

    tulisan tangan seseorang, dapat diketahui siapa penulisnya. Gaya bisa dipelajari karena

    sifatnya yang publik dan sosial Wardani (2009).

  • 8/16/2019 Arsitektur Indonesia - Museum Kota Makassar

    9/25

    9

    Gaya desain ini timbul dari keinginan dan usaha orang Eropa untuk menciptakan

    negara jajahan seperti negara asal mereka. Pada kenyataannya, desain tidak sesuai dengan

     bentuk aslinya karena iklim berbeda, material kurang tersedia, teknik di negara jajahan,

    dan kekurangan lainnya. Akhirnya, diperoleh bentuk modifikasi yang menyerupai desain

    di negara mereka, kemudian gaya ini disebut gaya kolonial (wardani, 2009).

    Gaya atau langgam adalah suatu hal yang tampak dan mudah dikenali dalam desain

    arsitektur, seperti bentuk (wujud), tampak, elemen-elemen dan ornamen yang biasa

    menyertainya.

    Menurut Sumalyo (1995), terdapat beberapa arsitek dan firma arsitek yang karyanya

    cukup banyak dan bernilai tinggi, yang juga berperan dalam pengaruh arsitektur kolonial

    di Indonesia, seperti Henry maclaine Pont, Herman Thomas Karsten, C.P. Wolff

    Schoemaker, W. Lemei, Biro Insinyur Arsitek Ed. Cuypers & Hulswit Batavia dan

    lainnya. Yang mana menurut Sumalyo memiliki ciri khas tersendiri dalam berkarya yang

    memadukan unsur Eropa dan unsur local yang menjadi ciri khas arsitektur kolonial.

    Dari beberapa arsitek dan firma arsitek yang Sumalyo sebutkan dalam bukunya,

    Arsitektur Kolonial Belanda di Indonesia, Sumalyo menyimpulkan gaya klasik Eropa,

    khususnya Belanda, memiliki ciri bentuk yang simetris, bata merah tanpa diplester dan

    dekorasi-dekorasi klasok cornice,oculus, amortizement dan lain-lain. Terdapat

     penyesuaian dengan iklim tropis, seperti orientasi angin dan matahari, system ventilasi,

    gang yang berfungsi sebagai isolasi panas, aliran udara di atas plafond. Elemen-elemen

     bangunan Eropa antara lain terdiri atas pelengkung dan menara namun, dalam arsitektur

    kolonial, dimaksudkan untuk mencapai kenikmatan dalam hal pencahayaan dan

     penghawaan alami. Plafond sangat tinggi, atap yang kemiringannya tajam, jendela dan

    ventilasi memenuhi hampir seluruh permukaan dinding.

    Yang mana hampir sama dengan karakteristik yang telah disebutkan pada paragraph

    sebelumnya. Selain itu, menurut penelitian dalam web https://digilib.its.ac.id disebutkan

     pula bahwa Warna yang mendukung dalam penerapan interior bernuansa kolonialisme

    adalah warna putih, putih gading, beige, krem muda dan warna yang mengandung unsur

    terang atau cerah.Beberapa elemen warna diatas mendukung terbentuknya suasana dan

    nuansa interior yang bergaya kolonial. Motif atau corak yang umum digunakan pada style

    kolonial adalah floral, burung, mawar, dll

    https://digilib.its.ac.id/https://digilib.its.ac.id/https://digilib.its.ac.id/https://digilib.its.ac.id/

  • 8/16/2019 Arsitektur Indonesia - Museum Kota Makassar

    10/25

    10

    2.2 Hasil Penelitian

    Penelitian dilakukan melalui studi literatur. Baik lewat internet maupun buku dan hasil

     penelitian.

    Sebuah bangunan dua lantai bergaya Eropa abad ke-17 berdiri dengan kokoh dan gagah tepat

    di tengah Kota Makassar. Itulah Museum Kota Makassar. Di dalam gedung ini tersimpan ratusan

    koleksi benda bersejarah yang merekam perjalanan Kota Makassar dari zaman ke zaman. Masuk

    ke dalam gedung, suasana zaman kolonial Belanda akan segera terasa. Dinding-dindingnya yang

    tebal, jendela-jendela kayu yang lebar, beberapa ornamen gantung, seluruhnya masih utuh

    terjaga.

    Gedung tua ini dibangun tahun 1918. Berarsitektur asli Eropa. Yang saat itu dibangun untuk

     balai kota, dengan tujuan mengukuhkan status kota Makasssar yang baru saja mendapatkan

    status daerah otonom pada tahun 1906. Saat ini museum Kota Makassar menyimpan koleksi

     benda bersejarah, antara lain terdiri dari benda-benda arkeologi, benda-benda pusaka, foto-foto

    Makassar masa lalu, dan salinan naskah bersejarah. (http://wisata.makassarkota.go.id/) 

    koleksi yang dimiliki Museum Kota Makassar dikelompokkan berdasarkan jenis koleksi,

    yaitu artefak masa pemerintahan Kerajaan Makassar (Gowa-Tallo), artefak masa pemerintahan

    Belanda, artefak masa pemerintahan NKRI, numismatik, keramik, naskah, etnografi,

    transportasi, teknologi, PDAM, TVRI, geografi (peta), seni rupa, dan foto-foto. Artefak masa

     pemerintahan kerajaan Makassar berjumlah 97 koleksi; artefak masa pemerintahan Belanda

     berjumlah 38 koleksi, artefak masa pemerintahan NKRI berjumlah 162 koleksi; serta artefak

     pada kelompok lain yang seluruhnya berjumlah 514 koleksi, sehingga keseluruhan berjumlah

    811 koleksi.

    Dalam hal penyajian koleksi Museum Kota Makassar disesuaikan dengan bangunan museum

    yang berlantai dua, lantai pertama terdapat 13 ruangan dengan memanfaatkan 6 ruangan untuk

     penyajian pameran. Ruangan-ruangan lain pada lantai pertama ini dimanfaatkan sebagai kantor pengelola Museum Kota Makassar. Sementara itu, pada lantai kedua terdiri dari 5 ruangan

    dengan memanfaatkan 3 ruangan untuk penyajian koleksi. Pelaksanaan penyajian koleksi

    dilakukan oleh seksi kurator dan koleksi. Uraian berikut ini akan menggambarkan kondisi

     penyajian tiap lantai yang dimanfaatkan sebagai ruang penyajian Museum Kota Makassar.

    Adapun penyajian koleksi Museum Kota Makassar dapat dilihat pada denah berikut ini:

    http://wisata.makassarkota.go.id/http://wisata.makassarkota.go.id/http://wisata.makassarkota.go.id/http://wisata.makassarkota.go.id/

  • 8/16/2019 Arsitektur Indonesia - Museum Kota Makassar

    11/25

    11

    Lantai 1:

    Gambar 1: Denah Lt. 1 pada Museum Kota Makassar

    Ruang A:

    Gambar 2: Ruang A, menampilkan foto para walikota Makassar

    Ruangan ini merupakan ruangan sayap kanan bangunan. Koleksi yang ditampilkan

    adalah foto-foto figur yang pernah menjabat sebagai pejabat (Walikota dan Wakil Walikota)

  • 8/16/2019 Arsitektur Indonesia - Museum Kota Makassar

    12/25

    12

    Kota Makassar baik pada masa Pemerintah Belanda maupun pada masa setelah kemerdakaan

    hingga sekarang.

    Ruang B:

    Gambar 3: Ruang B, Koleksi Medalion dan Patung Ratu Wilhelma

    Ruangan ini berada pada bagian belakang ruangan A. Koleksi yang ditampilkan pada

    ruangan ini adalah hiasan dinding berupa medalion Ratu Wilhelmina serta Patung Ratu

    Wilhelmina. Koleksi-koleksi tersebut adalah sumbangan dari Suaka Peninggalan Sejarah dan

    Purbakala (saat ini BP3) Makassar.

    Ruang C:

    Ruangan ini adalah ruangan yang berhadapan langsung dengan pintu masuk bangunan

    museum. Koleksi yang ditampilkan adalah foto yang bertemakan tentang sejarah Kota

    Makassar pada awal kemerdekaan. Pada dinding ruangan ini ditampilkan juga lukisan Sultan

    Hasanuddin yang merupakan pahlawan nasional yang berasal dari daerah ini

  • 8/16/2019 Arsitektur Indonesia - Museum Kota Makassar

    13/25

    13

    Gambar 4: Ruang C, Panel yang menampilkan foto peristiwa penting pada masa kemerdekaan

    Gambar 5: Ruang C, Panel yang menampilkan foto tentang Makassar saat ini.

    Gambar 6: Ruang C, Panel yang menampilkan panorama alam Kota Makassar

  • 8/16/2019 Arsitektur Indonesia - Museum Kota Makassar

    14/25

    14

    Ruang D:

    Ruangan ini merupakan bagian sayap kiri bangunan Museum Kota Makassar. Beberapa

    koleksi yang ada di ruangan ini adalah koleksi yang terkait sejarah awal Makassar sebagai

    sebuah kerajaan. Koleksi-koleksi tersebut diantaranya sebuah peta buatan VOC yang

    menggambarkan tempat-tempat khusus yang ada di pusat kerajaan ketika itu masih berada di

    Somba Opu, diantaranya: Istana, Kediaman Raja dan para petinggi Kerajaan, Masjid

    Kerajaan, Kantor kantor dagang bangsa asing serta daerah-daerah permukiman yang ada di

    sekitarnya. Koleksi lain adalah sebuah peta udara yang berukuran besar yang menempel di

    dinding ruangan. Koleksi berikutnya adalah meriam dan beberapa bola meriam serta gambar-

    gambar yang memperlihatkan suasana perang pada saat itu.

    Ruang E:

    Koleksi-koleksi yang ditampilkan pada ruangan ini lebih bervariasi diantaranya, koleksi

    numismatik baik mata uang koin maupun mata uang kertas yang berasal dari masa kerajaan

    Gowa-Tallo, VOC, Masa Pemerintahan Belanda, serta masa setelah kemerdekaan. Ruangan

    ini juga menampilkan beberapa foto yang menggambarkan kondisi Makassar pada masa

     pemerintahan Belanda, diantaranya rumah para pejabat Belanda. Koleksi laian adalah

     beberapa naskah perjanjian antara Kerajaan Gowa-Tallo dan Pemerintah Belanda.

    Gambar 7: Peta udara yang

    menunjukkan Kota Makassar  Gambar 8: koleksi meriam 

  • 8/16/2019 Arsitektur Indonesia - Museum Kota Makassar

    15/25

    15

    Gambar 11: Koleksi alat music tradisional (Ganrang Bulo) 

    Ruang F:

    Ruangan ini berada di belakang ruangan E yang terletak pada sayap kiri gedung museum.

    Pada ruangan ini ditampilkan diorama yang menggambarkan perangkat pelaminan

     pernikahan serta pakaian adat Makassar.

    Gambar 9: Koleksi mata uang  Gambar 10: koleksi foto & naskah 

  • 8/16/2019 Arsitektur Indonesia - Museum Kota Makassar

    16/25

    16

    Gambar 12: Diorama yang menggambarkan pelaminan perkawinan adat Makassar

    Lantai 2:

    Gambar 13: denah lantai 2, bangunan Museum Kota Makassar

    Ruang G:

    Ruangan ini adalah ruangan “Patompo Memorial Room”, yang menggambarkan situasi

    ruangan ini pada saat Patompo menjabat sebagai Walikota Makassar periode tahun 1965  –  

  • 8/16/2019 Arsitektur Indonesia - Museum Kota Makassar

    17/25

    17

    1978. Patompo sendiri adalah Walikota Makassar yang dianggap sebagai Walikota yang

     berjasa besar membawa perubahan signifikan pada Kota Makassar.

    Gambar 14: “Patomo Memorial Room” 

    Ruang H:

    Koleksi yang ditampilkan pada ruangan ini adalah beberapa foto yang menggambarkan

    kegiatan-kegiatan resmi beberapa Walikota yang pernah menjabat di Kota Makassar sejak

    masa kemerdekaan hingga saat ini.

    Gambar 15: Koleksi foto kegiatan resmi walikota & wakil walikota

    Ruang I:

    Ruangan ini berada di sebelah kiri dari “Patompo Memorial Room”. Ruangan ini adalah

    ruangan yang lebih besar jika dibanding dengan ruangan ruangan lain yang ada di gedung

    museum. Ruangan ini ditata sesuai dengan penataan ketika ruangan ini digunakan sebagai

  • 8/16/2019 Arsitektur Indonesia - Museum Kota Makassar

    18/25

    18

    ruang rapat pada masa jabatan Patompo sebagai Walikota Makassar. Ruangan ini dapat

    disebut sebagai “Guide Room”. Pengelola museum,memanfaatkan ruangan ini sebagai ruang

     pertemuan ketika pengelola museum memberikan informasi tentang sejarah Kota Makassar

    serta informasi lain terkait dengan koleksi yang ada di museum kepada para pengunjung

    museum yang terdiri dari rombongan baik pelajar, mahasiswa maupun masyarakat yang

     berkunjung ke Museum Kota Makassar.

  • 8/16/2019 Arsitektur Indonesia - Museum Kota Makassar

    19/25

    19

    BAB III

    Pembahasan

    Museum Kota Makassar dibangun pada tahun 1918, yang berarti, menurut teori Handinoto (1996)

    masuk pada periodesasi tahun 1902 -1920, sebagai bangunan kolonial Indonesia.

    Gambar: tampak Museum Kota Makassar dari depan

    Dimulai dari fasad bangunan, tampak bahwa pola simetris diterapkan pada bangunan ini.

    Terdapat tiga jendela pada bagian terdepan, dengan jendela di tengah terbagi sama rata. Lalu

    terdapat masing-masing dua jendela di bagian bangunan yang menjorok ke dalam.

    Jendela pun dihias dengan bentuk lengkung di atasnya, dan dilihat dari jumlahnya, sesuai

    dengan teori Sumalyo yang menyatakan bahwa bangunan kolonial memiliki bukaan yang banyak

     pada permukaan dindingnya.

    Bentuk atap yang cukup curam, memberikan ruang yang besar di bawahnya, untuk

    memernyaman sirkulasi udara. Namun, dikarenakan digunakan system atap perisai, maka jelas

    atap bangunan Museum Kota Makassar ini tidak menggunakan atap gevel ( gable).

  • 8/16/2019 Arsitektur Indonesia - Museum Kota Makassar

    20/25

    20

    Gambar: bentuk kolom pada bangunan, menggunakan ornamen Romawi

    Kolom mengambil bentuk kolom Romawi, yaitu Tuscan. Dengan bentuk ornament kotak di

    atas. Meskipun bentuk tidak bulat, namun ciri khas utama dengan hiasan di atas menunjukkan

    kekhasan arsitektur Eropa-nya.

    Gambar: ventilasi udara di atas pintu

    Pada gambar terlihat adanya ventilasi udara yang memungkinkan sirkulasi udara yang lancar.

    Tampak juga kolom yang timbul, menunjukkan kekokohan bangunan ini. Warna pastel pada

    lantai, menunjukkan warna klasik yang dibuat senada dengan warna dinding dan warna kayu

     pada kusen, perabotan dan handrail tangga.

  • 8/16/2019 Arsitektur Indonesia - Museum Kota Makassar

    21/25

    21

    Gambar: diperlihatkan pada sebelah kiri, bangunan Museum Kota Makassar pada tahun 1924, dan pada

    masa kini di sebelah kanan.

    Renovasi tentunya dilakukan pada bangunan ini, namun, seperti terlihat pada gambar di atas,

    tampak tidak begitu banyak perubahan. Sehingga dapat dikatakan bahwa bangunan ini

    terkonservasi dengan baik.

    Gambar: Tangga pada Museum Kota Makassar untuk mencapai lantai 2

    Tangga, merupakan satu ciri pada bangunan kolonial. Meskipun biasanya terekspos, namun

    tangga di bangunan ini hanya digunakan sebagai akses ke lantai 2. Sehingga posisinya

    tersembunyi dalam bangunan.

  • 8/16/2019 Arsitektur Indonesia - Museum Kota Makassar

    22/25

    22

    Gambar: interior Museum pada ruang A

    Gambar di atas menunjukkan interior ruang A, yang memajang wajah para walikota yang

     pernah menjabat di Makassar. Terlihat balok dan kolom yang besar dan kokoh. Jelas ini

    merupakan kejujuran struktur yang menjadi ciri khas bangunan kolonial.

    Terlihat juga pencahayaan yang tembus melalui jendela maupun ventilasi. Sesuai dengan

     pernyataan sumalyo yang mengedepankan pencahyaan, penghawaan, lewat hibridasi gaya Eropa

    dan Nusantara, yang menghasilkan arsitektur kolonial.

  • 8/16/2019 Arsitektur Indonesia - Museum Kota Makassar

    23/25

    23

    Gambar: Interior Museum Kota Makassar

    Terlihat pada gambar di atas, bahwa daun pintu terbuka 2 rah (ke kiri dan kanan, terbelah di

    tengah) yang merupakan ciri arsitektur kolonial, yang dijabarkan oleh Wardani (2009). Pintu

     juga terletak di samping, sesuai dengan ciri khas bangunan kolonial.Bentuk hiasan pada bagian atas kolom dan pintu, menunjukkan gaya Romawi, dengan

    lekukan yang mirip gaya Tuscan.

    Secara umum, gaya arsitektur kolonial pada bangunan Museum Kota Makassar ini lebih

    mirip gaya periode tahun 1800an-1902. Dikarenakan penggunaan atap perisai dan kolom/pilar

    yang menjulang. Namun, terlihat penggunaan dormer pada bagian depan bangunan, yang

    menguatkan identitasnya sebagai periode 1902-1920.

    Dari karakteristiknya sebagai bangunan kolonial, maka sangat terlihat jelas pengaruh

    kolonial pada bangunan ini, dan penggabungannya dengan unsur alam di sekitarnya yang berupa

     pencahayaan dan penghawaan. Peran arsitektur kolonial tentunya telah jelas terlihat, dan kita

    semua sangat bersyukur, bahwa bangunan ini masih dapat terus berdiri dan terjaga dengan baik

    sebagai warisan nenek moyang kita.

  • 8/16/2019 Arsitektur Indonesia - Museum Kota Makassar

    24/25

    24

    BAB IV

    Penutup & Kesimpulan

    Peran dan Pengaruh arsitektur kolonial pada bangunan Museum Kota Makassar, telah berhasil ditelusuri lewat kajian pustaka berupa identifikasi karakteristik bangunan kolonial.

    Melalui penjabaran karakter arsitektur kolonial secara umum, maka disimpulkan bahwa

     bangunan Museum Kota Makassar telah dipengaruhi arsitektur kolonial, karena: memiliki ciri

    khas atap perisai dan dormer, pilar yang menjulang di serambi depan dan belakang bergaya

    Romawi (Tuscan diturunkan dari Pilar bergaya Yunani), bukaan yang banyak pada permukaan

    dinding, penggunaan warna  soft seperti cream dan putih pada bangunan, dibangun pada tahun

    1918 (periode 1902-1920).

    Maka, dapat dikatakan bahwa arsitektur kolonial telah memberikan pengaruh bentuk dan

    konsepsi pada bangunan Museum Kota Makassar. Arsitektur kolonial telah memainkan perannya

    dengan baik pada masa itu, karena bangunan ini telah mengikuti karakter arsitektur kolonial

    dengan baik. Sehingga apa yang kita lihar\t sekarang, merupakan bentuk dan ekspresi “wajah”

    arsitektur kolonial.

    Semoga masyarakat dapat lebih memahami arsitektur nusantara lewat peran dan

     pengaruh arsitektur kolonial. Dan menambah wawasan dan kepedulian kita semua akan

    khazanah arsitektur nusantara yang kaya ini.

  • 8/16/2019 Arsitektur Indonesia - Museum Kota Makassar

    25/25

    25

    Daftar Pusataka

    Sumalyo, Yulianto.1995. Arsitektur Kolonial Belanda di Indonesia.Yogyakarta:Gadjah

    Mada University press.

    http://deni-nusantara.blogspot.com/2010/05/arsitektur-kolonial.html

    http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-16449-Paper-pdf.pdf  

    http://funnie.blogdetik.com/2011/06/15/model-bangunan-kolonial/

    http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/135597-T%2027943-Konstruksi%20baru-Metodologi.pdf  

    http://makassarnolkm.com/perkembangan-kota-makassar-abad-18-19/ 

    http://sejarah.kompasiana.com/2011/04/21/meneropong-makassar-tempo-dulu-356968.html 

    http://www.skyscrapercity.com/showthread.php?t=1440340&page=37 

    http://wisata.makassarkota.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=48&Ite

    mid=39, diakses pada 4 Mei 22.14 WITA

    http://deni-nusantara.blogspot.com/2010/05/arsitektur-kolonial.htmlhttp://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-16449-Paper-pdf.pdfhttp://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-16449-Paper-pdf.pdfhttp://funnie.blogdetik.com/2011/06/15/model-bangunan-kolonial/http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/135597-T%2027943-Konstruksi%20baru-Metodologi.pdfhttp://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/135597-T%2027943-Konstruksi%20baru-Metodologi.pdfhttp://makassarnolkm.com/perkembangan-kota-makassar-abad-18-19/http://makassarnolkm.com/perkembangan-kota-makassar-abad-18-19/http://sejarah.kompasiana.com/2011/04/21/meneropong-makassar-tempo-dulu-356968.htmlhttp://sejarah.kompasiana.com/2011/04/21/meneropong-makassar-tempo-dulu-356968.htmlhttp://www.skyscrapercity.com/showthread.php?t=1440340&page=37http://www.skyscrapercity.com/showthread.php?t=1440340&page=37http://wisata.makassarkota.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=48&Itemid=39http://wisata.makassarkota.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=48&Itemid=39http://wisata.makassarkota.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=48&Itemid=39http://wisata.makassarkota.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=48&Itemid=39http://wisata.makassarkota.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=48&Itemid=39http://www.skyscrapercity.com/showthread.php?t=1440340&page=37http://sejarah.kompasiana.com/2011/04/21/meneropong-makassar-tempo-dulu-356968.htmlhttp://makassarnolkm.com/perkembangan-kota-makassar-abad-18-19/http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/135597-T%2027943-Konstruksi%20baru-Metodologi.pdfhttp://funnie.blogdetik.com/2011/06/15/model-bangunan-kolonial/http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-16449-Paper-pdf.pdfhttp://deni-nusantara.blogspot.com/2010/05/arsitektur-kolonial.html