ard
DESCRIPTION
anafileksisTRANSCRIPT
7/17/2019 Ard
http://slidepdf.com/reader/full/ard563db848550346aa9a924399 1/20
PENGERTIAN
Anafilaksis (Yunani, Ana = jauh dari dan phylaxis = perlindungan). Anafilaksis berartimenghilangkan perlindungan. Anafilaksis adalah reaksi alergi umum dengan efek pada beberapa
sistem organ terutama kardiovaskular, respirasi, kutan dan gastro intestinal yang merupakan
reaksi imunologis yang didahului dengan terpaparnya alergen yang sebelumnya sudah
tersensitisasi.
ETIOLOGI
1. Alergi obat
. Alergi makanan
!. "igitan#sengatan serangga
TANDA dan GEJALA
1. $atuk . "atal di seluruh tubuh
!. %esulitan dalam bernafas
&. 'enurunan tekanan darah
. 'using, berbiara tidak jelas
*. +ual, muntah dan kulit kemerahan
. -antung berdebar debar (palpitasi)
/. %ulit kebiruan (sianosis), juga bibir dan kuku
PATOFISIOLOGI
0istem kekebalan melepaskan antibodi. -aringan melepaskan histamin dan at lainnya. 2al
ini menyebabkan penyempitan saluran udara, sehingga terdengar bunyi mengi gangguan
pernapasan dan timbul gejala gejala saluran penernaan berupa nyeri perut, kram, muntah dandiare. 2istamin menyebabkan pelebaran pembuluh darah (menyebabkan penurunan tekanan
darah) dan perembesan airan dari pembuluh darah ke dalam jaringan (menyebabkan penurunan
volume darah), sehingga terjadi syok. 3airan bisa merembes ke dalam kantung udara di paru paru dan menyebabkan edema pulmoner. 0eringkali terjadi urtikaria dan angioedema.
Angioedema bisa ukup berat sehingga menyebabkan penyumbatan saluran pernafasan.
KOMPLIKASI
1. 2enti jantung (ardia arrest)
. 4elaps jantung dan pembuluh darah
!. %erusakan otak permanen akibat syok
&. 5edema 6arynx (dapat mengakibatkan kematian)
7/17/2019 Ard
http://slidepdf.com/reader/full/ard563db848550346aa9a924399 2/20
. 7rtikaria dan angoioedema menetap sampai beberapa bulan
PEMERIKSAAN DIAGNOTIK
1. 'emeriksaan seara invivo dengan uji kulit yaitu dengan uji ukit, uji gores dan uji intrakutan
atau intradermal yang tunggal atau berseri.. Analisa gas darah, elektrolit dan gula darah, tes fungsi hati, tes fungsi ginjal, 8%" serta rontgen
thorak.
MANAGEMENT PENATALAKSANAAN
1. 2entikan antigen penyebab, beri antihistamin
. $aringkan pasien dengan posisi kaki lebih tinggi dari kepala
!. 'emberian adrenalin 191::: ( 1 mg#ml)
&. 'asang infus untuk mengatasi hipovolemia dan tanda kolaps vaskuler
. $ebaskan jalan nafas kalau perlu pasang intubasi endotrakeal
*. 'emberian oksigen 1: 6#mnt, bila perlu bantuan pernafasan
Patofisiologi dan Penatalaksanaan Syok Anafilaktik
Pendahuluan.
Reaksi anafilaksis merupakan sindrom klinis akibat reaksi imunologis (reaksi alergi) yang
bersifat sistemik, cepat dan hebat yang dapat menyebabkan gangguan respirasi, sirkulasi,
pencernaan dan kulit. Jika reaksi tersebut cukup hebat sehingga menimbulkan syok disebut
sebagai syok anafilaktik yang dapat berakibat fatal. Oleh karena itu syok anafilaktik adalah suatutragedi dalam dunia kedokteran, yang membutuhkan pertolongan cepat dan tepat. Tanpa
pertolongan yang cepat dan tepat, keadaan ini dapat menimbulkan malapetaka yang berakibat
ganda. Disatu pihak penderita dapat meninggal seketika, dilain pihak dokternya dapat dikenai
sanksi hukum yang digolongkan sebagai kelalaian atau malpratice. Test kulit yang merupakan
salah satu upaya guna menghindari kejadian ini tidak dapat diandalkan, sebab ternyata dengan
test kulit yang negatif tidak menjamin 100 % untuk tidak timbulnya reaksi anafilaktik dengan
pemberian dosis penuh. Selain itu, test kulit sendiri dapat menimbulkan syok anafilaktik pada
penderita yang amat sensitif. Olehnya itu upaya menghindari timbulnya syok anafilaktik ini
hampir tertutup bagi profesi dokter yang selalu berhadapan dengan suntikan. Satu-satunya jalan
yang dapat menolong kita dari malapetaka ini bukan menghindari penyuntikan, karena itumerupakan senjata ampuh buat kita, tapi bagaimana kita memberi pertolongan secara lege-artis
bila kejadian itu menimpa kita. Untuk itu diperlukan pengetahuan serta keterampilan dalam
pengelolaan syok anafilaktik. Makalah ini akan memberi petunjuk sederhana tentang usaha-
usaha yang harus dilakukan dalam mengelola syok anafilaktik.
Insidens
Insidens syok anafilaktik 40 – 60 persen adalah akibat gigitan serangga, 20-40 persen akibat zat
7/17/2019 Ard
http://slidepdf.com/reader/full/ard563db848550346aa9a924399 3/20
kontras radiografi, dan 10 – 20 persen akibat pemberian obat penicillin. Sangat kurang data yang
akurat dalam insiden dan prevalensi terjadinya syok anafilaktik. Anafilaksis yang fatal hanya
kira-kira 4 kasus kematian dari 10 juta masyarakat pertahun.
Di Amerika Serikat insisidens reaksi alergi dan anafilaksis yang dicatat dari bagian gawat darurat
rumah sakit didapatkan bahwa 0,5persen (5 per 1000) dan 0,02 persen (2 per 10.000) kejadian.
Sebagian besar kasus yang serius anafilaktik adalah akibat pemberian antibiotik seperti penicillindan bahan zat radiologis. Penicillin merupakan penyebab kematian 100 dari 500 kematian akibat
reaksi anafilaksis. Secara umum insidens reaksi anafilakis 0,01 % eksposue di Amerika. Gigitan
serangga hymenoptera merupakan penyebab yang terbanyak dari syok anafilaktik.
PatofisiologiReaksi anafilaksis timbul bila sebelumnya telah terbentuk IgE spesifik terhadap alergen tertentu.
Alergen yang masuk kedalam tubuh lewat kulit, mukosa, sistem pernafasan maupun makanan,
terpapar pada sel plasma dan menyebabkan pembentukan IgE spesifik terhadap alergen tertentu.
IgE spesifik ini kemudian terikat pada reseptor permukaan mastosit dan basofil. Pada paparan
berikutnya, alergen akan terikat pada Ige spesifik dan memicu terjadinya reaksi antigen antibodi
yang menyebabkan terlepasnya mediator yakni antara lain histamin dari granula yang terdapat
dalam sel. Ikatan antigen antibodi ini juga memicu sintesis SRS-A ( Slow reacting substance of
Anaphylaxis ) dan degradasi dari asam arachidonik pada membrane sel, yang menghasilkan
leukotrine dan prostaglandin. Reaksi ini segera mencapai puncaknya setelah 15 menit. Efek
histamin, leukotrine (SRS-A) dan prostaglandin pada pembuluh darah maupun otot polos
bronkus menyebabkan timbulnya gejala pernafasan dan syok.
Efek biologis histamin terutama melalui reseptor H1 dan H2 yang berada pada permukaan
saluran sirkulasi dan respirasi. Stimulasi reseptor H1 menyebabkan peningkatan permeabilitas
pembuluh darah, spasme bronkus dan spasme pembuluh darah koroner sedangkan stimulasi
reseptor H2 menyebabkan dilatasi bronkus dan peningkatan mukus dijalan nafas. Rasio H1 – H2
pada jaringan menentukan efek akhirnya. (2,3)Aktivasi mastosit dan basofil menyebabkan juga respon bifasik dari cAMP intraselluler. Terjadi
kenaikan cAMP kemudian penurunan drastis sejalan dengan pelepasan mediator dan granula
kedalam cairan ekstraselluler. Sebaliknya penurunan cGMP justru menghambat pelepasan
mediator. Obat-obatan yang mencegah penurunan cAMP intraselluler ternyata dapat
menghilangkan gejala anafilaksis. Obat-obatan ini antara lain adalah katekolamin (meningktakan
sintesis cAMP) dan methyl xanthine misalnya aminofilin (menghambat degradasi cAMP). Pada
tahap selanjutnya mediator-mediator ini menyebabkan pula rangkaian reaksi maupun sekresi
mediator sekunder dari netrofil,eosinofil dan trombosit,mediator primer dan sekunder
menimbulkan berbagai perubahan patologis pada vaskuler dan hemostasis, sebaliknya obat-obat
yang dapat meningkatkan cGMP (misalnya obat cholinergik) dapat memperburuk keadaan
karena dapat merangsang terlepasnya mediator.(2,3,4)
Reaksi Anafilaktoid
Reaksi anafilaktoid adalah reaksi yang menyebabkan timbulnya gejala dan keluhan yang sama
dengan reaksi anafilaksis tetapi tanpa adanya mekanisme ikatan antigen antibodi. Pelepasan
mediator biokimiawi dari mastosit melewati mekanisme nonimunologik ini belum seluruhnya
dapat diterangkan. Zat-zat yang sering menimbulkan reaksi anafilaktoid adalah kontras
7/17/2019 Ard
http://slidepdf.com/reader/full/ard563db848550346aa9a924399 4/20
radiografi (idionated), opiate, tubocurarine, dextran maupun mannitol. Selain itu aspirin maupun
NSAID lainnya juga sering menimbulkan reaksi anafilaktoid yang diduga sebagai akibat
terhambatnya enzim siklooksgenase.
Manifestasi klinikWalaupun gambaran atau gejala klinik suatu reaksi anafilakis berbeda-beda gradasinya sesuai
berat ringannya reaksi antigen-antibodi atau tingkat sensitivitas seseorang, namun pada tingkat
yang berat barupa syok anafilaktik gejala yang menonjol adalah gangguan sirkulasi dan
gangguan respirasi. Kedua gangguan tersebut dapat timbul bersamaan atau berurutan yang
kronologisnya sangat bervariasi dari beberapa detik sampai beberapa jam. Pada dasarnya makin
cepat reaksi timbul makin berat keadaan penderita.(4,5,6,7)
Sistem pernafasanGangguan respirasi dapat dimulai berupa bersin, hidung tersumbat atau batuk saja yang
kemudian segera diikuti dengan udema laring dan bronkospasme. Kedua gejala terakhir ini
menyebabkan penderita nampak dispnue sampai hipoksia yang pada gilirannya menimbulkan
gangguan sirkulasi, demikian pula sebaliknya, tiap gangguan sirkulasi pada gilirannya
menimbulkan gangguan respirasi. Umumnya gangguan respirasi berupa udema laring dan
bronkospasme merupakan pembunuh utama pada syok anafilaktik.
Sistem sirkulasiBiasanya gangguan sirkulasi merupakan efek sekunder dari gangguan respirasi, tapi bisa juga
berdiri sendiri, artinya terjadi gangguan sirkulasi tanpa didahului oleh gangguan respirasi. Gejala
hipotensi merupakan gejala yang menonjol pada syok anafilaktik. Hipotensi terjadi sebagai
akibat dari dua faktor, pertama akibat terjadinya vasodilatasi pembuluh darah perifer dan kedua
akibat meningkatnya permeabilitas dinding kapiler sehingga selain resistensi pembuluh darah
menurun, juga banyak cairan intravaskuler yang keluar keruang interstitiel (terjadi hipovolume
relatif).Gejala hipotensi ini dapat terjadi dengan drastis sehingga tanpa pertolongan yang cepat
segera dapat berkembang menjadi gagal sirkulasi atau henti jantung.
Gangguan kulit.Merupakan gejala klinik yang paling sering ditemukan pada reaksi anafilaktik. Walaupun gejala
ini tidak mematikan namun gejala ini amat penting untuk diperhatikan sebab ini mungkin
merupakan gejala prodromal untuk timbulnya gejala yang lebih berat berupa gangguan nafas dan
gangguan sirkulasi. Oleh karena itu setiap gangguan kulit berupa urtikaria, eritema, atau pruritus
harus diwaspadai untuk kemungkinan timbulnya gejala yang lebih berat. Dengan kata lain setiap
keluhan kecil yang timbul sesaat sesudah penyuntikan obat,harus diantisipasi untuk dapat
7/17/2019 Ard
http://slidepdf.com/reader/full/ard563db848550346aa9a924399 5/20
berkembang kearah yang lebih berat.
Gangguan gastrointestinalPerut kram,mual,muntah sampai diare merupakan manifestasi dari gangguan gastrointestinal
yang juga dapat merupakan gejala prodromal untuk timbulnya gejala gangguan nafas dan
sirkulasi.Skema perubahan patofisiologi pada syok anafilaktik
Skema perubahan patofisiologi pada syok anafilaktik
Pengelolaan Anafilaksis dan syok Anafilaksis
Secara umum terapi anafilaksis bertujuan :
1. Mencegah efek mediator
• Menghambat sintesis dan pelepasan mediator
• Blokade reseptor
2. Mengembalikan fungsi organ dari perubahan patofisiologik akibat efek mediator.
Titik tangkap terapi berdasarkan perubahan patofisiologi
7/17/2019 Ard
http://slidepdf.com/reader/full/ard563db848550346aa9a924399 6/20
Penanganan syok anafilaktik
I. Terapi medikamentosa (7,8,9)Prognosis suatu syok anafilaktik amat tergantung dari kecepatan diagnose dan
pengelolaannya.
1.Adrenalin merupakan drug of choice dari syok anafilaktik. Hal ini disebabkan 3
faktor yaitu :
• Adrenalin merupakan bronkodilator yang kuat , sehingga penderita dengan cepat
terhindar dari hipoksia yang merupakan pembunuh utama.
• Adrenalin merupakan vasokonstriktor pembuluh darah dan inotropik yang kuat sehingga
tekanan darah dengan cepat naik kembali.
• Adrenalin merupakan histamin bloker, melalui peningkatan produksi cyclic AMP
sehingga produksi dan pelepasan chemical mediator dapat berkurang atau berhenti.
Dosis dan cara pemberiannya.
0,3 – 0,5 ml adrenalin dari larutan 1 : 1000 diberikan secara intramuskuler yang dapat diulangi 5
– 10 menit. Dosis ulangan umumnya diperlukan, mengingat lama kerja adrenalin cukup singkat.
Jika respon pemberian secara intramuskuler kurang efektif, dapat diberi secara intravenous
setelah 0,1 – 0,2 ml adrenalin dilarutkan dalam spoit 10 ml dengan NaCl fisiologis, diberikan
perlahan-lahan. Pemberian subkutan, sebaiknya dihindari pada syok anafilaktik karena efeknya
lambat bahkan mungkin tidak ada akibat vasokonstriksi pada kulit, sehingga absorbsi obat tidak
terjadi.
2.Aminofilin
Dapat diberikan dengan sangat hati-hati apabila bronkospasme belum hilang dengan pemberian
adrenalin. 250 mg aminofilin diberikan perlahan-lahan selama 10 menit intravena. Dapat
dilanjutkan 250 mg lagi melalui drips infus bila dianggap perlu.
7/17/2019 Ard
http://slidepdf.com/reader/full/ard563db848550346aa9a924399 7/20
3. Antihistamin dan kortikosteroid.
Merupakan pilihan kedua setelah adrenalin. Kedua obat tersebut kurang manfaatnya pada tingkat
syok anafilaktik, sebab keduanya hanya mampu menetralkan chemical mediators yang lepas dan
tidak menghentikan produksinya. Dapat diberikan setelah gejala klinik mulai membaik guna
mencegah komplikasi selanjutnya berupa serum sickness atau prolonged effect. Antihistaminyang biasa digunakan adalah difenhidramin HCl 5 – 20 mg IV dan untuk golongan kortikosteroid
dapat digunakan deksametason 5 – 10 mg IV atau hidrocortison 100 – 250 mg IV.
Obat obat yang dibutuhkan :
• Adrenalin
• Aminofilin
• Antihistamin
• Kortikosteroid
2! Definisi "#initis ale"gi
4hinitis alergik merupakan bentuk alergi respiratorius yang paling sering ditemukan dan
diperkirakan diantarai oleh reaksi imunologi epat (hipersensitive ;). 4hinitis adalah suatu
inflamasi ( peradangan ) pada membran mukosa di hidung. (<ipiro, :: ) . 4hinitis adalah
peradangan selaput lendir hidung. ( <orland, :: )
0edangkan menurut 25 A4;A ::1adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin>
bersin, rhinore, rasa gatal, dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang
diperantari oleh ;g8.
22 Etiologi
22! Rinitis Ale"gi
4initis alergi dan atopi seara umum disebabkan oleh interaksi dari pasien yang seara
genetik memiliki potensi alergi dengan lingkungan. "enetik seara jelas memiliki peran penting.
'ada : !: ? semua populasi dan pada 1: 1 ? anak semuanya atopi. Apabila kedua orang
tua atopi, maka risiko atopi menjadi & kali lebih besar atau menapai : ?. 'eran lingkungan
dalam dalam rinitis alergi yaitu alergen, yang terdapat di seluruh lingkungan, terpapar dan
merangsang respon imun yang seara genetik telah memiliki keenderungan alergi.
7/17/2019 Ard
http://slidepdf.com/reader/full/ard563db848550346aa9a924399 8/20
Adapun alergen yang biasa dijumpai berupa alergen inhalan yang masuk bersama udara
pernapasan yaitu debu rumah, tungau, kotoran serangga, kutu binatang, jamur, serbuk sari, dan
lain>lain.
4hinitis alergi adalah penyakit peradangan yang dia@ali oleh dua tahap sensitisasi yang
diikuti oleh reaksi alergi. 4eaksi alergi terdiri dari dua fase yaitu 9
Immediate Phase Allergic Reaction, $erlangsung sejak kontak dengan allergen hingga 1 jam
setelahnya Late Phase Allergic Reaction, 4eaksi yang berlangsung pada dua hingga empat jam
dengan punak *>/ jam setelah pemaparan dan dapat berlangsung hingga & jam.
a $e"dasa"kan %a"a &as'knya alle"gen di(agi atas )
• Alergen ;nhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya debu rumah, tungau,
serpihan epitel dari bulu binatang serta jamur
• Alergen ;ngestan, yang masuk ke saluran erna, berupa makanan, misalnya susu, telur, oklat,
ikan dan udang
• Alergen ;njektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya penisilin atau sengatan
lebah
• Alergen %ontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan mukosa, misalnya
bahan kosmetik atau perhiasan
( Dengan &as'knya alle"gen ke dala& t'('#* "eaksi ale"gi di(agi &en+adi tiga ta#a,(esa" )
1. 4espon 'rimer, terjadi eliminasi dan pemakanan antigen, reaksi non spesifik
. 4espon 0ekunder, reaksi yang terjadi spesifik, yang membangkitkan system humoral, system
selular saja atau bisa membangkitkan kedua system terebut, jika antigen berhasil dihilangkan
maka berhenti pada tahap ini, jika antigen masih ada, karena defek dari ketiga mekanisme system
tersebut maka berlanjut ke respon tersier
!. 4espon ersier , 4eaksi imunologik yang tidak meguntungkan
c. Sedangkan klasifikasi yang lebih baru menurut guideline dari ARIA, ::1 (Allergi 4hinitis
and its ;mpat on Asthma) disdasarkan pada @aktu terjadinya gejala dan keparahannya
adalah9
$e"dasa"kan la&anya te"+adi ge+ala
7/17/2019 Ard
http://slidepdf.com/reader/full/ard563db848550346aa9a924399 9/20
%lasifikasi "ejala dialami selama
;ntermitten %urang dari & hari seminggu, atau kurang dari &
minggu setiap saat kambuh.
'ersisten 6ebih dari & hari seminggu, atau lebih dari
& minggu setiap saat kambuh.$e"dasa"kan ke,a"a#an dan k'alitas #id',
4ingan idak mengganggu tidur, aktivitas harian,
olahraga, sekolah atau pekerjaan. idak ada
gejala yang mengganggu.
0edang sampai berat erjadi satu atau lebih kejadian di ba@ah ini9
1. "angguan tidur
. gangguan aktivitas harian, kesenangan, atau olah
raga!. gangguan pada sekolah atau pekerjaan
&. gejala yang mengganggu
a Rinitis Nonale"gi
1. 4initis vasomotor
%eseimbangn vasomotor ini dipengaruhi berbagai hal 9
a) 5bat>obatan yang menekan dan menghambat kerja saraf simpatis, seperti9 ergotamin,
klorpromain, obat antihipertensi, dan obat vasokontriktor lokal.
b) Baktor fisik, seperti iritasi asap rokok, udara dingin, kelembapan udara yang tinggi, dan bau
yang merangsang
) Baktor endokrin, seperti 9 kehamilan, pubertas, dan hipotiroidisme
d) Baktor psikis, seperti 9 emas dan tegang ( kapita selekta)
. 4initis +edikamentosa
4initis +edikamentosa merupakan akibat pemakaian vasokonstriktor topial (obat tetes
hidung atau obat semprot hidung) dalam @aktu lama dan berlebihan, sehingga menyebabkan
sumbatan hidung yang menetap. <apat dikatakan hal ini disebabkan oleh pemakaian obat yang
berlebihan (Drug Abuse).
!. 4initis Atrofi
$elum jelas, beberapa hal yang dianggap sebagai penyebabnya seperti infeksi oleh kuman
spesifik, yaitu spesies %lebsiella, yang sering Klebsiella ozanae, kemudian stafilokok, sreptokok,
7/17/2019 Ard
http://slidepdf.com/reader/full/ard563db848550346aa9a924399 10/20
Pseudomonas aeruginosa, defisiensi Be, defisiensi vitamin A, sinusitis kronik, kelainan
hormonal, dan penyakit kolagen. +ungkin berhubungan dengan trauma atau terapi radiasi.
2- Klasifikasi "#initis ale"gi
2-! Men'"'t sifatnya da,at di(edakan &en+adi d'a)
a. 4hinitis akut (orya, ommond old) merupakan peradangan membran mukosa hidung dan
sinus>sinus aksesoris yang disebabkan oleh suatu virus dan bakteri. 'enyakit ini dapat mengenai
hampir setiap orang pada suatu @aktu dan sering kali terjadi pada musim dingin dengan insidensi
tertinggi pada a@al musim hujan dan musim semi.
b. 4hinitis kronis adalah suatu peradangan kronis pada membran mukosa yang disebabkan oleh
infeksi yang berulang, karena alergi, atau karena rinitis vasomotor.
2-2 R#initis (e"dasa"kan ,enye(a(kannya di(edakan &en+adi )
a R#initis ale"gi
4initis alergi adalah penyakit umum yang paling banyak di derita oleh perempuan dan
laki>laki yang berusia !: tahunan. +erupakan inflamasi mukosa saluran hidung yang disebabkan
oleh alergi terhadap partikel, seperti9 debu, asap, serbuk#tepung sari yang ada di udara. +eskipun
bukan penyakit berbahaya yang mematikan, rinitis alergi harus dianggap penyakit yang serius
karena karena dapat mempengaruhi kualitas hidup penderitanya. ak hanya aktivitas sehari>hari
yang menjadi terganggu, biaya yang akan dikeluarkan untuk mengobatinya pun akan semakin
mahal apabila penyakit ini tidak segera diatasi karena telah menjadi kronis. 4hinitis alergi
Adalah istilah umum yang digunakan untuk menunjukkan setiap reaksi alergi mukosa hidung,
dapat terjadi bertahun>tahun atau musiman.
$e"dasa"kan .akt'nya, 4hinitis Alergi dapat di golongkan menjadi9
1. 4initis alergi musiman (Hay e!er)
$iasanya terjadi pada musim semi. 7mumnya disebabkan kontak dengan allergen dari
luar rumah, seperti benang sari dari tumbuhan yang menggunakan angin untuk penyerbukannya,
debu dan polusi udara atau asap.
. 4initis alergi yang terjadi terus menerus ("erennial)
7/17/2019 Ard
http://slidepdf.com/reader/full/ard563db848550346aa9a924399 11/20
<isebabkan bukan karena musim tertentu ( serangan yang terjadi sepanjang masa
(tahunan)) diakibatkan karena kontak dengan allergen yang sering berada di rumah misalnya
kutu debu rumah, bulu binatang peliharaan serta bau>bauan yang menyengat
% R#initis Non Ale"gi
4hinitis non allergi disebabkan oleh infeksi saluran napas (rhinitis viral dan rhinitis bakterial,
masuknya benda asing kedalam hidung, deformitas struktural, neoplasma, dan massa,
penggunaan kronik dekongestan nasal, penggunaan kontrasepsi oral, kokain dan anti hipertensif.
$erdasarkan penyebabnya, rhinitis non alergi di golongkan sebagai berikut9
Ti,e/ti,e "initis non ale"gi adala#)
! Rinitis Infeksiosa
4initis infeksiosa biasanya disebabkan oleh infeksi pada saluran pernafasan $agian
atas, baik oleh bakteri maupun virus. 3iri khas dari rinitis infeksiosa adalah lendir hidung yang
bernanah, yang disertai dengan nyeri dan tekanan pada @ajah, penurunan fungsi indera
peniuman serta batuk.
2 Rinitis Non/Ale"gika Dengan Sind"o&a Eosinofilia
'enyakit ini diduga berhubungan dengan kelainan metabolisme prostaglandin. 'ada
hasil pemeriksaan apus hidung penderitanya, ditemukan eosinofil sebanyak 1:>:?. "ejalanya
berupa hidung tersumbat, bersin, hidung meler, hidung terasa gatal dan penurunan fungsi
indera peniuman (hiposmia).
- Rinitis Ok',asional
"ejala>gejala rinitis hanya timbul di tempat penderita bekerja. "ejala>gejala rinitis
biasanya terjadi akibat menghirup bahan>bahan iritan (misalnya debu kayu, bahan kimia).
'enderita juga sering mengalami asma karena pekerjaan.
0 Rinitis 1o"&onal
$eberapa penderita mengalami gejala rinitis pada saat terjadi gangguan keseimbangan
hormon (misalnya selama kehamilan, hipotiroid, pubertas, pemakaian pil %$). 8strogen
diduga menyebabkan peningkatan kadar asam hialuronat di selaput hidung. "ejala rinitis pada
kehamilan biasanya mulai timbul pada bulan kedua, terus berlangsung selama kehamilan
dan akan menghilang pada saat persalinan tiba. "ejala utamanya adalah hidung tersumbat
dan hidung berair.
Rinitis Ka"ena O(at/o(atan 3"initis &edika&entosa4
7/17/2019 Ard
http://slidepdf.com/reader/full/ard563db848550346aa9a924399 12/20
5bat>obatan yang berhubungan dengan terjadinya rinitis adalah dekongestan topikal,
A38 inhibitor, reserpin, guanetidin, fentolamin, metildopa, beta>bloker,
klorpromain,gabapentin, penisilamin, aspirin, C0A;<, kokain, estrogen eksogen, pil %$.
5 Rinitis G'stato"i's
4initis gustatorius terjadi setelah mengkonsumsi makanan tertentu, terutama makanan
yang panas dan pedas.
6 Rinitis 7aso&oto"
4initis vasomotor diyakini merupakan akibat dari terganggunya keseimbangan sistem
parasimpatis dan simpatis. 'arasimpatis menjadi lebih dominan sehingga terjadi pelebaran
dan pembengkakan pembuluh darah di hidung. "ejala yang timbul berupa hidung tersumbat,
bersin>bersin dan hidung berair. "angguan vasomotor hidung adalah terdapatnya gangguan
fisiologik lapisan mukosa hidung yang disebabkan oleh bertambahnya aktivitas
parasimpatis. 4initis vasomotor adalah gangguan pada mukosa hidung yang ditandai
dengan adanya edema yang persisten dan hipersekresi kelenjar pada mukosa hidung
apabila terpapar oleh iritan spesifik. 8tiologi yang pasti belum diketahui, tetapi diduga
sebagai akibat gangguan keseimbangan fungsi vasomotor dimana sistem saraf parasimpatis
relatif lebih dominan. %eseimbangan vasomotor ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang
berlangsung temporer, seperti emosi, posisi tubuh, kelembaban udara, perubahan suhu luar,
latihan jasmani dan sebagainya, yang pada keadaan normal faktor>faktor tadi tidak dirasakan
sebagai gangguan oleh individu tersebut. +erupakan respon non spesifik terhadap
perubahan perubahan lingkungannya, berbeda dengan rinitis alergi yang mana merupakan
respon terhadap protein spesifik pada at allergennya. Baktor pemiunya antara lain alkohol,
perubahan temperatur # kelembapan, makanan yang panas dan pedas, bau bauan yang
menyengat ( strong odor ), asap rokok atau polusi udara lainnya, faktor faktor psikis seperti 9
stress, ansietas, penyakit penyakit endokrin, obat>obatan seperti anti hipertensi, kontrasepsi
oral.
20 Patofisiologi
7/17/2019 Ard
http://slidepdf.com/reader/full/ard563db848550346aa9a924399 13/20
epung sari yang dihirup, spora jamur, dan antigen he@an di endapkan pada mukosa
hidung. Alergen yang larut dalam air berdifusi ke dalam epitel, dan pada individu individu yang
keenderungan atopik seara genetik, memulai produksi imunoglobulin lokal (;g ) 8. 'elepasan
mediator sel mast yang baru, dan selanjutnya, penarikan neutrofil, eosinofil, basofil, serta
limfosit bertanggung ja@ab atas terjadinya reaksi a@al dan reaksi fase lambat terhadap alergen
hirupan. 4eaksi ini menghasilkan mukus, edema, radang, gatal, dan vasodilatasi. 'eradangan
yang lambat dapat turut serta menyebabkan hiperresponsivitas hidung terhadap rangsangan
nonspesifik suatu pengaruh persiapan. ($ehrman, :::).
2 Manifestasi Klinis
1) $ersin berulang>ulang, terutama setelah bangun tidur pada pagi hari (umumnya bersin lebih dari
* kali).
) $erdasarkan gejala yang menonjol, dibedakan atas golongan yang obstruksi dan rinorea.
'emeriksaan rinoskopi anterior menunjukkan gambaran klasik berupa edema mukosa hidung,
konka ber@arna merah gelap atau merah tua, dapat pula puat. 'ermukaanya dapat liin atau
berbenjol. 'ada rongga hidung terdapat sekret mukoid, biasanya sedikit, namun pada golongan
rinorea, sekret yang ditemukan biasanya serosa dan dalam jumlah banyak.
!) 2idung meler. 3airan yang keluar dari hidung meler yang disebabkan alergi biasanya bening
dan ener, tetapi dapat menjadi kental dan putih keruh atau kekuning>kuningan jika berkembang
menjadi infeksi hidung atau infeksi sinus.
&) 2idung gatal dan juga sering disertai gatal pada mata, telinga dan tenggorok.
) $adan menjadi lemah dan tak bersemangat.
*) "ejala memburuk pada pagi hari @aktu bangun tidur karena perubahan suhu yang ekstrim, udara
lembab, juga karena asap rokok dan sebagainya.
) %eluhan subyektif yang sering ditemukan pada pasien biasanya napas berbau (sementara pasien
sendiri menderita anosmia), ingus kental hijau, krusta hijau, gangguan peniuman, sakit kepala,
dan hidung tersumbat.
/) 'ada penderita 2 ditemukan ronnga hidung sangat lapang, kinka inferiordan media hipotrofi
atau atrofi, sekret purulen hijau, dan krusta ber@arna hijau
25 Insiden R#initis Ale"gi
4initis tersebar di seluruh dunia, baik bersifat endemis maupun munul sebagai %6$. <i
daerah beriklim sedang, insidensi penyakit ini meningkat di musim gugur, musim dingin, dan
7/17/2019 Ard
http://slidepdf.com/reader/full/ard563db848550346aa9a924399 14/20
musim semi. <i daerah tropis, insidensi penyakit tinggi pada musim hujan. 0ebagian besar
orang, keuali mereka yang tinggal di daerah dengan jumlah penduduk sedikit dan terisolasi, bisa
terserang satu hingga * kali setiap tahunnya. ;nsidensi penyakit tinggi pada anak>anak di ba@ah
tahun dan akan menurun seara bertahap sesuai dengan bertambahnya umur.
4initis merupakan salah satu penyakit paling umum yang terdapat di amerika 0erikat,
mempengaruhi lebih dari : juta orang. %eadaan ini sering berhubungan dengan kelainan
pernapasan lainnya, seperti asma. 4hinitis memberikan pengaruh yang signifikan pada kualitas
hidup. 'ada beberapa kasus, dapat menyebabkan kondisi lainnya seperti masalah pada sinus,
masalah pada telinga, gangguan tidur, dan gangguan untuk belajar. 'ada pasien dengan asma,
rinitis yg tidak terkontrol dapat memperburuk kondisi asmanya.
%arena rinitis alergik ditimbulkan oleh tepung sari atau kapang (mold) yang terba@a
angin, keadaan ini dditandai oleh insiden musiman di Cegara empat musim 9
• A@al musim semi> teung sari ( pollen) pohon (oak, elm,poplar)
• A@al musim panas (rose fever) tepung sari rerumputan(imothy, red>top)
• A@al musim gugur tepung sari gulma (rag@eed)
• 0etiap tahunya, serangan dimulai dan berakhir pada @aktu yang kurang>lebih sama.
0pora kapang yang hangat dan lembab. +eskipun pola musiman yang kaku tidak
terdapat, spora ini munul pada a@al musim semi, bertambah banyak selama musim panas dan
berkurang serta menghilang menjelang turunnya salju yang pertama.
26 E7AL8ASI DIAGNOSIS
26! Ana&nesis
Anamnesis sangat penting, karena seringkali serangan tidak terjadi dihadapan pemeriksa.
2ampir :? diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis saja. "ejala rinitis alergi yang khas
adalah terdapatnya serangan bersin berulang. 0ebetulnya bersin merupakan gejala yang normal,
terutama pada pagi hari atau bila terdapat kontak dengan sejumlah besar debu. 2al ini
merupakan mekanisme fisiologik, yaitu proses membersihkan sendiri (self leaning proess).$ersin dianggap patologik, bila terjadinya lebih dari lima kali setiap serangan, terutama
merupakan gejala pada 4AB3 dan kadang>kadang pada 4AB6 sebagai akibat dilepaskannya
histamin. 1
"ejala lain ialah keluar ingus (rinore) yang ener dan banyak, hidung tersumbat, hidung
dan mata gatal, yang kadang>kadang disertai dengan banyak air mata keluar (lakrimasi). 4initis
7/17/2019 Ard
http://slidepdf.com/reader/full/ard563db848550346aa9a924399 15/20
alergi sering disertai oleh gejala konjungtivitis alergi. 0ering kali gejala yang timbul tidak
lengkap, terutama pada anak. %adang>kadang keluhan hidung tersumbat merupakan keluhan
utama atau satu>satunya gejala yang diutarakan oleh pasien. 1 "ejala klinis lainnya dapat berupa
D "o""ing o# the ears$ , berdeham, dan batuk>batuk lebih jarang dikeluhkan.&
262 Pe&e"iksaan Fisik
'ada rinoskopi anterior tampak mukosa edema, basah, ber@arna puat atau livid disertai
adanya sekret ener yang banyak. $ila gejala persisten, mukosa inferior tampak hipertrofi.
'emeriksaan nasoendoskopi dapat dilakukan bila fasilitas tersedia. "ejala spesifik lain pada anak
adalah terdapatnya bayangan gelap di daerah ba@ah mata yang terjadi karena stasis vena
sekunder akibat obstruksi hidung. "ejala ini disebut alle"gi% s#ine".1
0elain dari itu sering juga tampak anak menggosok>gosok hidung, karena gatal, dengan
punggung tangan. %eadaan ini disebut sebagai alle"gi% sal'te. %eadaan menggosok ini lama
kelamaan akan mengakibatkan timbulnya garis melintang di dorsumnasi bagian sepertiga ba@ah,
yang disebut sebagai alle"gi% %"ease.1
+ulut sering terbuka dengan lengkung langit>langit yang tinggi, sehingga akan
menyebabkan gangguan pertumbuhan gigi geligi (fa%ies adenoid). <inding posterior faring
tampak granuler dan edema (obblestone appearane), serta dinding lateral faring menebal.
6idah tampak seperti gambaran peta (geog"a,#i% tong'e). 1
26- Pe&e"iksaan Pen'n+ang
a. ;n vitro
2itung eosinofil dalam darah tepi dapat normal atau meningkat. <emikian pula pemeriksaan ;g8
total (prist>paper radio imunosorbent test) sering kali menunjukkan nilai normal, keuali bila
tanda alergi pada pasien lebih dari satu maam penyakit, misalnya selain rinitis alergi juga
menderita asma bronkial atau urtikaria. 'emeriksaan ini berguna untuk prediksi kemungkinan
alergi pada bayi atau anak keil dari suatu keluarga dengan derajat alergi yang tinggi. 6ebih
bermakna adalah dengan 4A0 (4adio ;mmuno 0orbent est) atau 86;0A (8nyme 6inked
;mmuno 0orbentAssay est). 1
'emeriksaan sitologi hidung, @alaupun tidak dapat memastikan diagnosis, tetap berguna sebagai
pemeriksaan pelengkap. <itemukannya eosinofil dalam jumlah banyak menunjukkan
kemungkinan alergi inhalan. -ika basofil ( sel#lap) mungkin disebabkan alergi makanan,
sedangkan jika ditemukan sel '+C menunjukkan adanya infeksi bakteri.1
7/17/2019 Ard
http://slidepdf.com/reader/full/ard563db848550346aa9a924399 16/20
b. ;n vivo
Alergen penyebab dapat diari dengan ara pemeriksaan tes ukit kulit, uji intrakutan atau
intradermal yang tunggal atau berseri (0kin 8nd>point itration#08). 08 dilakukan untuk
alergen inhalan dengan menyuntikkan alergen dalam berbagai konsentrasi yang bertingkat
kepekatannya. %euntungan 08, selain alergen penyebab juga derajat alergi serta dosis inisial
untuk desensitisasi dapat diketahui. 1
7ntuk alergi makanan, uji kulit seperti tersebut diatas kurang dapat diandalkan. <iagnosis biasanya
ditegakkan dengan diet eliminasi dan provokasi (E3hallenge estF).1
Alergen ingestan seara tuntas lenyap dari tubuh dalam @aktu lima hari. %arena itu pada 3hallenge
est, makanan yang diurigai diberikan pada pasien setelah berpantang selama hari,
selanjutnya diamati reaksinya. 'ada diet eliminasi, jenis makanan setiap kali dihilangkan dari
menu makanan sampai suatu ketika gejala menghilang dengan meniadakan suatu jenis makanan.
1
29 Penatalaksanaan
2indari kontak G eliminasi, %eduanya merupakan terapi paling ideal. 2indari kontak dengan
alergen penyebab, sedangkan eliminasi untuk alergen ingestan (alergi makanan).
0imptomatik 9 erapi medikamentosa yaitu antihistamin, dekongestan dan kortikosteroid
a Anti#ista&in
Antihistamin yang sering digunakan adalah antihistamin oral. Antihistamin oral dibagi
menjadi dua yaitu generasi pertama (nonselektif) dikenal juga sebagai antihistamin sedatif serta
generasi kedua (selektif) dikenal juga sebagai antihistamin nonsedatif.
8fek sedative antihistamin sangat ook digunakan untuk pasien yang mengalami gangguan tidur
karena rhinitis alergi yang dideritanya. 0elain itu efek samping yang biasa ditimbulkan oleh obat
golongan antihistamin adalah efek antikolinergik seperti mulut kering, susah buang air keil dan
konstipasi. 'enggunaan obat ini perlu diperhatikan untuk pasien yang mengalami kenaikan
tekanan intraokuler, hipertiroidisme, dan penyakit kardiovaskular.
Antihistamin sangat efektif bila digunakan 1 sampai jam sebelum terpapar allergen.
'enggunaan antihistamin harus selalu diperhatikan terutama mengenai efek sampingnya.
Antihistamin generasi kedua memang memberikan efek sedative yang sangat keil namun seara
ekonomi lebih mahal.
7/17/2019 Ard
http://slidepdf.com/reader/full/ard563db848550346aa9a924399 17/20
( Dekongestan
<ekongestan topial dan sistemik merupakan simpatomimetik agen yang beraksi pada
reseptor adrenergi pada mukosa nasal, memproduksi vasokonstriksi. opikal dekongestan
biasanya digunakan melalui sediaan tetes atau spray. 'enggunaan dekongestan jenis ini hanya
sedikit atau sama sekali tidak diabsorbsi seara sistemik (<ipiro, ::). 'enggunaan obat ini
dalam jangka @aktu yang lama dapat menimbulkan rhinitis medikamentosa (rhinitis karena
penggunaan obat>obatan). 0elain itu efek samping yang dapat ditimbulkan topial dekongestan
antara lain rasa terbakar, bersin, dan kering pada mukosa hidung. 7ntuk itu penggunaan obat ini
memerlukan konseling bagi pasien.
0istemik dekongestan onsetnya tidak seepat dekongestan topial. Camun durasinya biasanya
bisa lebih panjang. Agen yang biasa digunakan adalah pseudoefedrin. 'seudoefedrin dapat
menyebabkan stimulasi sistem saraf pusat @alaupun digunakan pada dosis terapinya (<ipiro,
::). 5bat ini harus hati>hati digunakan untuk pasien>pasien tertentu seperti penderita
hipertensi. 0aat ini telah ada produk kombinasi antara antihistamin dan dekongestan. %ombinasi
ini rasional karena mekanismenya berbeda.
% Nasal Ste"oid
+erupakan obat pilihan untuk rhinitis tipe perennial, dan dapat digunakan untuk rhinitis
seasonal. Casal steroid diketahui memiliki efek samping yang sedikit.
5bat yang biasa digunakan lainnya antara lain sodium kromolin, dan ipatropium
bromida.
Operatif 9 %onkotomi merupakan tindakan memotong konka nasi inferior yang mengalami
hipertrofi berat. 6akukan setelah kita gagal mengeilkan konka nasi inferior menggunakan
kauterisasi yang memakai AgC5! ? atau triklor asetat.
Imunoterapi 9 -enisnya desensitasi, hiposensitasi G netralisasi. <esensitasi dan hiposensitasi
membentuk bloking antibody. %eduanya untuk alergi inhalan yang gejalanya berat, berlangsung
lama dan hasil pengobatan lain belum memuaskan. Cetralisasi tidak membentuk bloking
antibody dan untuk alergi ingestan.
2: Ko&,likasi
7/17/2019 Ard
http://slidepdf.com/reader/full/ard563db848550346aa9a924399 18/20
• 'olip hidung. 4initis alergi dapat menyebabkan atau menimbulkan kekambuhan polip
hidung.
• 5titis media. 4initis alergi dapat menyebabkan otitis media yang sering residif dan
terutama kita temukan pada pasien anak>anak.
• 0inusitis kronik
• 5titis media dan sinusitis kronik bukanlah akibat langsung dari rinitis alergi melainkan
adanya sumbatan pada hidung sehingga menghambat drainase.
d. Pe&e"iksaan fisik )
> ;nspeksi 9 permukaan hidung terdapat sekret mukoid
> 'alpasi 9 nyeri, karena adanya inflamasi
e. Pe&e"iksaan ,en'n+ang )
'emeriksaan nasoendoskopi¬
'emeriksaan sitologi hidung¬
2itung eosinofil pada darah¬ tepi
7ji kulit allergen penyebab¬
A II
!"RMATITIS
A Definisi
<ermatitis berasal dari kata dermo> (kulit) >itis (radang#inflamasi), sehingga dermatitis dapat
diterjemahkan sebagai suatu keadaan di mana kulit mengalami inflamasi.
<ermatitis adalah suatu peradangan pada dermis dan epidermis yang dalam
perkembangannya memberikan gambaran klinik berupa efloresensi polimorf dan pada umumnya
memberikan gejala subjektif gatal. (+ulyono 91H/*)
<ermatitis adalah peradangan epidermis dan dermis yang memberikan gejala subjektif gatal
dan dalam perkembangannya memberikan efloresensi yang polimorf. (-unaidi 'urna@an 9 1H/)
7/17/2019 Ard
http://slidepdf.com/reader/full/ard563db848550346aa9a924399 19/20
$ Etiologi
$erdasarkan etiologinya dermatitis dibagi dalam type 9
a) <ermatits kontak
> <ermatitis kontak toksis akut. 0uatu dermatitis yang disebabkan oleh iritan primer kuat #
absolut. 3ontok 9 205& , %52, raun serangga.
> <ermatitis %ontak oksis %ronik. 0uatu dermatitis yang disebabkan oleh iritan primer lemah #
relatif. 3ontoh 9 sabun , detergen.
> <ermatitis %ontak Alergi. 0uatu dermatitis yang disebabkan oleh alergen . 3ontoh 9 logam (Ag,
2g), karet, plastik, popok atau diaper pada anak>anak, dll.
b) <ermatitis Atopik. 0uatu peradangan menahun pada lapisan epidermis yang disebabkan at>at
yang bersifat alergen. 3ontoh 9 inhalan (debu, bulu).
) <ermatitis 'erioral. 0uatu penyakit kulit yang ditandai adanya beruntus>beruntus merah
disekitar mulut. 'enyebabnya tidak diketahui dan bisa munul pemakaian salep kortikosteroid
di@ajah untuk mengobati suatu penyakit.
d) <ermatitis 0tatis. 0uatu peradangan menahun pada tungkai ba@ah yang sering meninggalkan
bekas, yang disebabkan penimbunan darah dan airan diba@ah kulit, sehingga enderung terjadi
varises dan edema.
; Patofisiologi
<ermatitis merupakan peradangan pada kulit, baik pada bagian dermis ataupun epidermis
yang disebabkan oleh beberapa at alergen ataupun at iritan.
Iat tersebut masuk kedalam kulit yang kemudian menyebabkan hipersensitifitas pada kulit
yang terkena tersebut. +asa inkubasi sesudah terjadi sensitisasi permulaan terhadap suatu
antigen adalah >1 hari, sedangkan masa reaksi setelah terkena yang berikutnya adalah 1>&/
jam. $ahan iritan ataupun allergen yang masuk ke dalam kulit merusak lapisan tanduk,
denaturasi keratin, menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan mengubah daya ikat air kulit.
%eadaan ini akan merusak sel dermis maupun sel epidermis sehingga menimbulkan kelainan
kulit atau dermatitis.
Adapun faktor>faktor yang ikut mendorong perkembangan dermatitis adalah gesekan,
tekanan, balutan, maerasi, panas dan dingin, tempat dan luas daerah yang terkena dan adanya
penyakit kulit lain.
7/17/2019 Ard
http://slidepdf.com/reader/full/ard563db848550346aa9a924399 20/20
D Manifestasi Klinis
0eara umum manifestasi klinis dari dermatitis yaitu seara 0ubyektif ada tandatanda
radang akut terutama pruritus ( sebagai pengganti dolor). 0elain itu terdapat pula kenaikan suhu
(kalor), kemerahan (rubor), edema atau pembengkakan dan gangguan fungsi kulit (funtion
laisa). 0edangkan seara 5byektif, biasanya batas kelainan tidak tegas dan terdapat lesi polimorfi
yang dapat timbul seara serentak atau beturut>turut.
a) <ermatitis %ontak. "atal>gatal , rasa tidak enak karena kering, kulit ber@arna oklat dan
menebal.
b) <ermatitis Atopik. "atal>gatal , munul pada beberapa bulan pertama setelah bayi lahir, yang
mengenai @ajah, daerah yang tertutup popok, tangan, lengan dan kaki.
) <ermatitis 'erioral. "atal>gatal bahkan menyengat, disekitar bibir tampak beruntus>beruntus
keil kemerahan.
d) <ermatitis 0tatis. A@alnya kulit merah dan bersisik, setelah beberapa minggu # bulan , @arna
menjadi oklat.
E Ko&,likasi
%omplikasi dengan penyakit lain yang dapat terjadi adalah sindrom pernapasan akut,
gangguan ginjal, ;nfeksi kulit oleh bakteri>bakteri yang laim dijumpai terutama sta"hylococcus
aureus, jamur, atau oleh virus misalnya herpes simpleks.
F Pe&e"iksaan Pen'n+ang
1) <arahJ 2b, leoukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total, albumin, globulin.
) 7rinJ pemeriksaan 2ispatologi
!) 7ji kulit, alergen, uji ;g8 spesifik, pada dermatitis atopi
&) 'emeriksaan kultur bakteri apabila ada komplikasi infeksi sekunder bakteri, pada dermatitis
kontak iritan