apresiasi film indonesia: petualangan sherina

Upload: ingeu-widyatari-heriana

Post on 19-Jul-2015

434 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

PENERAPAN SIMBIOSIS PARASITISME, KECERDIKAN, DAN KEADILAM DALAM FILM "PETUALNGAN SHERINA"

TRANSCRIPT

TUGAS MATA KULIAH APRESIASI FILM INDONESIA PENERAPAN SIMBIOSIS MOTUALISME, KECERDIKAN, DAN KEADILAN DALAM FILM PETUALANGAN SHERINA SUTRADARA RIRI RIZA

INGEU WIDYATARI HERIANA 180110110055 SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS PADJADJARAN 2012

Tahun: Produksi: Sutradara: Produser: Penulis:

2000 Miles Productions & Mediatama Inisiatif Film Riri Riza Mira Lesmana Jujur Prananto

Pemeran:

Sinna Sherina Munaf Didi Petet Mathias Muchus Ratna Riantiarno Butet Kertaradjasa Henidar Amroe Djaduk Ferianto Dewi Hughes Ucy Nurul Derby Romero

Musik oleh:

Elfa Secioria

Sinematografi: Yadi Sugandhy Penyunting: Durasi: Negar: Sentot Sahid 123 menit Indonesia Pemenang pada Asia Pacific Film Festival Kategori: Penghargaan Khusus Dewan Juri Penghargaan: Penghargaan Khusus Dewan Juri Tahun 2001: Pemenang pada Festival Film Bandung, Indonesia Kategori: Film Anak-anak Terpuji Penghargaan: Penghargaan Festival Film Bandung

Penghargaan: Tahun 2000:

Tahun 2004:

Unggulan pada Festival Film Indonesia, Indonesia Kategori: Pemeran Utama Pria Terbaik Penghargaan: Piala Citra Penerima: Derby Romero

Unggulan pada Festival Film Indonesia, Indonesia Kategori: Pemeran Pembantu Pria Terbaik Penghargaan: Piala Citra Penerima: Djaduk Ferianto

Unggulan pada Festival Film Indonesia, Indonesia Kategori: Tata Musik Terbaik Penghargaan: Piala Citra Penerima: Elfa Secioria

PENDAHULUANSEJARAH PEMBUATAN FILM PETUALANGAN SHERINA KARYA SUTRADARA RIRI RIZA

Pascareformasi 1998 masa pemerintahan Bapak dengan julukan The Right Man In The Wrong Place, Bacharuddin Jusuf Habibie, tahun 2000 industri perfilman Indonesia bangkit kembali dengan munculnya film Petualangan Sherina. Pembuatan film berlangsung selama satu tahun, dari tahun 1999 sampai tahun 2000. Film berjenis drama musikal yang disutradarai oleh Riri Riza ini mengambil latar tempat Ramai sekali gembar-gembor dari anak kecil, anak sekolahan, guru, dewasa, orang tua, hingga pedagang membicarakan film karya Sutradara Riri Riza tersebut. Hal tersbut dimanfaatkan oleh para pedagang kaset di seluruh Indonesia sebagai sumber rezeki. Pedagangpedagang kaset atau CD bajakan berjajar menjajakan VCD palsu film Petualangan Sherina. Hebatnya laris saja dagangan mereka karena banyak sekali rakyat Indonesia dari berbagai kalangan ingin menyaksikan film tersebut. Petualangan Sherina mengambil latar tempat di Jakarta dan Bandung. Adegan menyanyi dan menari Sherina bersama teman-teman dipilih Stasiun Bandung, Jalan Kebon Kawung. Rumah juragan Ardiwilaga mengambil daerah Tangkuban Perahu, Cikole, Lembang, Bandung. Tempat Sherina dan Sadam melarikan diri dan bersembunyi dari kejaran penculik dipilih Observatorium Boscha, Lembang, Bandung. Situ Patenggang juga dipilih sebagai latar tempat di film ini. Sempat terjadi badai saat pengambilan adegan di Situ Patenggang, perahu yang dipakai mengambil properti terbalik karena anginnya sangat kencang dan suasana sangat dingin. Sherina merasa air hangat Situ Patenggang saat itu benar-benar anugrah dari-Nya. Riri Riza dalam Petualangan Sherina memilih Komplek Sekolah Paulus dan SD Pardomuan yang letaknya bersebelahan di Jalan Lombok, Bandung, bersebrangan dengan Stadion Siliwangi sebagai salah satu latar tempat film ini.

RIRI RIZA SINEAS PASCAREFORMASI INDONESIA Sang sutradara bernama lengkap Muhammad Rivai Riza, namun terkenal dengan nama Riri Riza dilahirkan di Makassar, 2 Oktober 1970. Beliau seorang sutradara, penilis naskah, produser film asli Indonesia yang berhasil meraih gelar sarjana dari Fakultas Film di Institut Kesenian Jakarta (IKJ), lulus pada tahun 1993, yang sebelumnya juga bersekolah di SMA

Labschool Jakarta. Semasa SMA Riri Riza dikenal sebagai anak band. Tidak heran karena sejak kecil Beliau memang menyukai musik. Bahkan awalnya ia ingin masuk jurusan musik di IKJ, tetapi ternyata ada jurusan film di Intstitut tersebut, jadilah ia memilih jurusan film. Hal tersebut disebabkan karena Ayahnya yang seorang Pejabat Departemen Penerangan masa orde baru sering mengajaknya ke daerah-daerah pelosok untuk menayangkan film pembangunan. Menurutnya, berkunjung ke pelosok-pelosok merupakan kegiatan yang sangat menyenangkan di masa kecilnya. Saat Riri Riza bersekolah di jurusan film Institut Kesenian Jakarta, ia memang mahasiswa yang sangat menonjol. Terbukti dari dirinya yang mendapat gelar lulusan terbaik di angkatannya. Berbagai prestasi di bidang film pun berhasil diraihnya, itu semua karena ketekunan dan kesungguhannya dalam menuntut ilmu. Film pertama pascakelulusannya, film pendek berjudul Sonata Kampung Bata meraih penghargaan dalam festival film pendek di Oberhausen, Jerman, dan kemudian ditayangkan di beberapa festival di Asia, Eropa dan Amerika. Inilah yang menjadi pengalaman pertama bagi Riri Riza pergi ke luar negeri, diundang ke Jerman. Tidak puas dengan gelar sarjananya, beruntung sekali Riri Riza berkesempatan melanjutkan pendidikan program Master Penulisan Naskah di Royal Holloway, University of London, Inggris. Semasa hidupnya Riri Riza tidak sendiri, ia memiliki sahabat, Mira Lesmana sebagai kawannya dalam berkolaborasi membuat beberapa film. Mereka saling melengkapi. Bersama sahabatnya, ia juga sebagai aktivis MFI dalam pembuatan film dan pembentukanindustri perfilman baru di Indonesia. Beliau dikenal sbagai pendobrak batas-batas jenis

konvensional film-film Indonesia dan pelopor gerakan anti sensor Indonesia.

Dibuktikan melalui salah satu karyanya yang sangat terkenal, Petualangan Sherina dimunculkan adegan tokoh Sherina mencium kening musuhnya, Sadam, saat Sadam sedang jatuh sakit dan dalam kleadaan genting. Padahal mereka masih kanak-kanak yang memang dianggap tabu untuk anak seumuran mereka melakukan sentuhan fisik kepada lawan jenis seperti itu oleh masyarakat untuk film kategori semua umur. Tahun 1996 Ia ikut menyutradarai sebuah film independen berjudul Kuldesak. Proyek tiga tahun ini selesai dan ditayangkan

tahun 1998 di beberapa festival film di Rotterdam, Deauville, Singapura dan di Filipina. Ia bekerjasama dengan Mira Lesmana, Nan T. Achnas dan Rizal Mantovani sebagai penulis naskah skenarionya. Riri juga pernah terlibat dalam produksi film Internasional, sebagai asisten sutradara Mark Peploe, sutradara Inggris dalam film Victory tahun 1996. Film-film dokumenter yang berhasil disutradarai olehnya, seperti Anak Seribu Pulau, untuk judul Suilan Bambu Toraja (1995) dan Kupu-kupu di Atas Batikku (1995) selanjutnya Buku Catatanku, film televisi yang diputar di RCTI secara khusus dalam rangka memperingati Hari Anak Internasional 1997. Karya-karya tersebut yang menyebabkan bersama Mira Lesmana memperoleh nominasi Festival Sinetron Indonesia 1998 untuk Penulisan Cerita Terbaik. Karya-karya lainya, anra lain Petualangan Sherina (2000) yang berhasil memboyong penonton Indonesia ke bioskop-bioskop tanah air, mendapat prdikat penonton paling banyak masa itu. Terdapat juga Eliana, Eliana(2002), Gie (2005), Untuk Rena (2005), Ada Apa Dengan Cinta, Rumah Ke Tujuh dan 3 Haru untuk Selamanya(2007). Kembali bekerja sama dengan produser Mira Lesmana, ia menggarap film Laskar Pelangi (2009) ekranisasi novel berjudul sama tahun 2008. Di film ini, ia memilih tokoh-tokoh utama dengan mengambil langsung di daerah aslinya, Papua. Napak tilas, film ini menjadi film laris sepanjang tahun2008, bahkan laris meraih berbagai penghargaan Internasional, seperti film garapan sebelumnya tahun 2000, Petualangan Sherina. Tahun yang sama, ia juga menyutradarai dua film lain, yakni Takut: Face of Feardalam segmen Titisan Naya dan Drupadi. Sukses dengan berbagai penghargaan dari film Laskar Pelangi (2009) ia pun menyutradarai sekuel film tersebut yang berjudul Sang Pemimpi ekranisasi novel dengan judul yang sama, penulis Andrea Hirata.

Berikut beberapa karya Riri Riza. Filmografi Sebagai sutradara: Film Dokumenter: Bambu Toraja (1995) Kupu-kupu di Atas Batikku (1995) Nafas Batu Merapi (1996) Film:

Mata Ketiga (1997) Kuldesak (1998) Petualangan Sherina (2000) Eliana, Eliana (2002) Gie (2005) Untuk Rena (2005) 3 Hari Untuk Selamanya (2007) Laskar Pelangi (2008) Takut: Faces of Fear (2008) Segmen Titisan Naya Drupadi (2008) Sang Pemimpi (2009) Sinetron: Kupu-Kupu Ungu, episode Emilia dan AIDS (1998) FTV: Buku Catatanku (1997) Sebagai penulis naskah: 1998 Kuldesak 2009 Sang Pemimpi 2008 Laskar Pelangi 2005 Gie 2002 Eliana, Eliana Sebagai produser: 2008 Blind Pig Who Wants To Fly 2003 Rumah Ketujuh 2002 Eliana, Eliana 2002 Ada Apa dengan Cinta?

Sebagai Art-Director: 1998-1999 Great Performances (TV series) Thomas Hampson: I Hear America Singing (1999) Andrew Lloyd Webber: The Royal Albert Hall Celebretion (1998) Sebagai manager produksi: 1995 Bulan Tertusuk Ilalang 1991 Air dan Romi Self: 2005 The Year of Living Vicariously (documentary)

Penghargaan: Best Young Cinema dan penghargaan khusus dari juri Networking for Promoting Asian Cinema dan Federation of International Film Critics, pada Festival Film Internasional di Singapura, untuk film Eliana, Eliana (2002)

PEMBAHASAN FILM PETUALANGAN SHERINASINOPSIS (RINGKASAN CERITA) Sherina (Sherina Munaf) bersekolah di sebuah Sekolah Dasar yang berada di kawasan Ibu Kota. Selama dirinya bersekolah di Jakarta, ia memiliki banyak sahabat yang sangat menyenangkan. Sherina dan sahabat-sahabatnya sangat menyayangi satu sama lain. Suatu ketika, Sherina pulang dari sekolah, Ayahnya, Darmawan (Mathias Muchus), insinyur

pertanian, mengabarkan bahwa dirinya mendapatkan pekerjaan di bidang pertanian di Bandung Utara sesuai impiannya. Hal tersebut mengharuskan seluruh keluarga pindah ke Bandung. Sherina sangat kecewa mendengar kabar tersebut. Ia teringat akan kenangan-kenangan bersama teman-temannya selama di Jakarta. Sherina ikut pindah ke Bandung Utara. Di sekolah baru, ia mendapat teman-teman yang baru dan "musuh", Sadam (Derby Romero), yang ternyata anak dari Ardiwilaga (Didi Petet), atasan Darmawan. Hal ini diketahui Sherina saat berliburan ke rumah Ardiwilaga. Sadam selalu menjahili Sherina, Sherina sangat membenci Sadam. Di sekolah murid-murid mendapatkan liburan selama tiga hari dan setelah liburan harus mengumpulkan karangan mengenai liburan masing-masing. Permusuhan kedua anak tadi berubah menjadi persahabatan karena Sadam diculik oleh Pak Raden (Butet Kertaradjasa) dan anak-anak buahnya, suruhan Kertarajasa (Djaduk Ferianto) yang ingin menguasai tanah pertanian Ardiwilaga, untuk proyek besarnya. Hal tersebut ternyata telah disusun rencana, antara Kertarajasa, Pak Raden, dan Ses Natasha (Henidar Amroe), calon istri Kertarajasa, agar Ardiwilaga menjual perkebunannya kepada Ses Natasha untuk membayar uang tebusan penculikan anaknya. Rencana tersebut diketahui oleh Sherina saat mengendapngenpad masuk ke markas penculikkan. Polisi pun datang bersamaan dengan persetujuan penyerahan uang sejumlah dua miliyar dari Sesnatasya dengan perkebunan Ardiwilaga. Di pameran proyek besar Kertarajasa pun polisi datang membawa surat tahanan untuk Kertarajasa. Pak Raden, Sesnatasya dan Kertarajasa pun ditangkap oleh polisi sebagai tersangka. Sherina dan Sadam menulis karangan yang sama. Murid-murid saling bersalaman berkeliling kelas memaafkan satu sama lain.

PESAN MORAL Sebagai manusia yang memiliki akal, pikiran, dan hati harus bertindak tegas terhadap ketidakbenaran, apa pun pekerjaan kita. Sebagai manusia juga harus memiliki sikap tanggung jawab terhadap apa yang telah diperbuat. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri jadi, harus tolong menolong dalam kehidupan sehari-hari. Manusia dalam kehidupan harus memiliki sikap jujur untuk dirinya sendiri dan orang lain agar tidak mendapat kerugian. Disampaikan oleh tokoh guru dan murid-muridnya saat adegan dirinya memasuki

ruangan kelas di pagi hari untuk mulai proses belajar mengajar, murid-muridnya tertawa melihat ke arah atas lemari. Ia menoleh ke atas lemari ternyata ditemukan salah satu muridnya yang bernama Faris terjebak di atas lemari tidak bisa turun. Ia langsung menyebut nama salah satu anak dari kelompok anak nakal yang sudah biasa berbuat ulah di sekolah. Dudung! Ternyata Dudung mengelak, ia berkata bohong Dia tadi naik sendiri, Bu ke atas Guru tersebut langsung memanggil nama lainnya dengan tegas. Icang! Ambil kursi! Bantu Faris turun, sekarang! Icang dengan segera malakukan perintah gurunya membantu Faris turun dari atas lemari dan kembali ke bangku masing-masing. Sikap tolong menolong juga disampaikan tokoh Sherina yang berusaha dengan gigih membebaskan Sadam dari penculikan. Kita sebagai manusia tidak boleh menyimpan dendam, justru memaafkan disampaikan melalui adegan perhatian Sherina kepada Sadam semasa periwtiwa penculikan dan pengejaran bandit-bandit, jatuh sakitnya Sadam, berbagi makanan, mengajak keluar dari Boscha dengan tali, hadiah pascapenculikkan, hingga mencium kening Sadam. Padahal sebelumnya Sherina sangat membenci Sadam karena kanakalannya. Kasih sayang orang tua terhadap anak juga harus dipertahankan seperti yang disampaikan melalui tokoh orang tua Sherina dan Sadam. Para orang tua rela menunggu kedatangan anakanaknya hingga menjelang pagi, bahkan menjual perkebunan yang merupakan sumber kehidupan bagi keluarga dan warga-warga sekitranya demi kembalinya anak mereka dengan selamat. Anak juga tidak boleh membantah orang tua, tetapi harus balas budi terhadap orang tua yang sudah berkorban untuk mereka. Disampaikan oleh tokoh Sherina dan Sadam yang bersikap manja dan suka melakukan perlawanan terhadap orang tua.

Prasangka buruk tidak boleh dimiliki oleh manusia dan sikap berserah diri kepada Tuhan harus diimani manusia agar tenang dalam menjalani kehidupan disampaikan melalui tokoh Ibu Sadam yang bersikap sangat ramah menerima Ses Natasha. Padahal Ses Natasha bersekongkol dengan Kertarajasa dan Pak Raden ingin mendapatkan perkebunan Ardiwilaga yang sangat luas dengan cara memperburuk keadaan keluarganya lewat permainan mereka. Bisa jadi penculikan Sadam merupakan balasan akibat Sadam yang menerapkan hukum simbiosis parasitisme kepada teman-temannya dengan cara menjahili teman-teman di sekolahnya. Teman-teman Sadam disekolahnya yang tidak bersalah padanya sering menjadi

korban kejahilannya. Sherina dengan rok lengket karena permen karet, Faris terjebak di atas lemari, teman cewek yang tasnya dimasukkan katak, dan saus tomat di bangku teman laki-laki lainnya. Kutipan di sampul film ini menjadi pesan moral untuk para penonton yang bisa dijawab sendiri dan dijadikan koreksi atau renungan mengenai hubungan timbal balik sesama manusia Kalau orang yang memusuhi kita sedang dalam bahaya, perlukah kita menolongnya? Riri Riza dalam karyanya Petualangan Sherina, ingin menyampaiakan kepada penonton bahwa dalam menjalani kehidupan harus menerapkan simbiosis motualisme. Manusia yang satu dengan manusia yang lainnya harus saling memeberikan keutungan. Hal tersebut sama saja menegakkan keadilan di kehidupan. Sejatinya manusias sebagai makhluk sosial saling membutuhkan, menghasilkan hubungan dan adanya timbal balik, tidak dapat hidup tanpa kehadiran manusia lain. Tidak boleh seperti Kertarajasa dan para pengikutnya yang dengan licik menyusun rencana untuk mendapatkan perkebunan yang sangat luas milik Ardiwilaga untuk kepentingan proyeknya. Kejahilan Sadam yang sering merugikan teman-teman sekolahnya juga tidak boleh ditiru oleh penonton.

Manusia harus menghindari penerapan simbiosis parasitisme dalam menjalani kehidupan. Mausia diperintahkan oleh Sang Pencipta untuk menggunakan akal, pikiran, dan hatinya untuk tidak merugikan manusisa lainnya. Strategi menculik Sadam dipilih Kertarajasa sangat merugikan pihak Ardiwilaga. Kehilangan anak, harta, perkebunan sebagai sumber kehidupan untuk keluarga dan warga-warga di daerahnya yang dijadikan sumber mata pencaharian. Sementara Kertarajasa mendapatkan perkebunan untuk proyek dari Ses Natasha, sebagai calon istrinya yang telah membeli perkebunan Ardiwilaga sebesar dua miliyar. Uang tersebut diterima Ardiwilaga untuk

membayar tebusan kebebasan Sadam kepada Pak Raden, yang akhirnya juga uang tersebut dibagi hasil kepada anak-anak buah dan pihak Kertarajasa lainnya yang ikut serta menyukseskan rencananya. Kecerdikan juga dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah yang akan atau sedang dihadapi. Riri Riza melalui tokoh Sherina menyampaikan sikap cerdik, kritis, dan cekatan dalam bertindak yang harus dimiliki manusia agar hidup terhindar dari masalah yang buruk. Sikap preventif, kritis salah satunya dibutuhkan manusia dalam melakukan kegiatan agar tidak terjebak dalam tipuan kejahatan dalam bentuk apapun. Penonton diajarkan untuk bersikap gesit, tidak lalai dalam melakukan suatu kegiatan. Memikirkan baik buruknya dengan cermat agar tidak terjadi hal-hal yang buruk setelahnya. Seperti kata pepatah sedia payung sebelum hujan. Rencana dan hasil terjadi sesuai dengan yang diharapkan dan kehidupan pasti berjalan seimbang. Disampaikan oleh tokoh Sherina yang membawa banyak barang saat hendak pergi berkeliling perkebunan sampai ke Boscha bersama Sadam. Memakai baju hangat, jaket, dan sepatu olah raga, sedangkan tali pengaman, plester, dan makanan dibawa di dalam tasnya. Berbeda dengan Sadam yang menganggap enteng nasihat orang tuanya, ia hanya memakai kaos dan kemeja yang tidak dikancingkan dan hanya membawa sebotol air minum. Dibuktikan juga dengan percakapan Sadam dan Sherina. Sadam yang mengejek barang-barang bawaan Sherina dan Sherina menjawab Ngga ada salahnya menghadapi segala kemungkinan toh.

AKTING Sinna Sherina Munaf sebagai tokoh utama berhasil memerankan tokoh Sherina, gadis kecil yang riang, sehat, cerdik, lincah, gesit, berani, polos dan kadang tomboy. Mimik muka ia atur agar dapat memerankan tokoh Sherina sesuai yang diharapkan sutradara. Pipinya yang tembem, bibir yang kecil namun tebal, dan mata yang besar sangat pantas mewakili karakter atau perwatakan dirinya sebagai Sherina di film ini. Cara ia mencium pipi ibunya sepulang skolah sangat agresif. Ibunya Sherina yang diperankan oleh Ucy Nurul, membalas ciuman Sherina dengan perkataan yang menyindir menggunakan intonasi yang rendah sangat mencerminkan keakraban hubungan keluarga dan kasih sayang seorang ibu kepada anak. Mm,

kecut sekali anak ibu Sherina membalas dengan gesit Biar kecut asal bukan pengecut. Hal tersebut juga dibuktikan saat adegan percakapan antara Ucy dan Sherina malam hari di kamar Sherina, di rumah barunya. Ucy menanggapi pertanyaan-pertanyaan polos Sherina dengan sangat hati-hati dan penuh kasih sayang. Bu... Mmm? Kenapa, sih, ada anak yang bisa nakaaal banget? ... Pasti keturunan orang tuanya, ya? Atau bawaan dari lahir?... Atau... Kutukan, ya?! Hus! Tau dari mana kamu soal kutukan? Habis siapa dong, Bu? Ya... mana ibu tahu, yang namanya Sadam aja ibu ngga pernah liat .... Bayi itu terlahir ke dunia dalam keadaan bersih, tanpa dosa. Jadi, mana mungkin kenakalan itu bawaan dari lahir, Sher Sherina yang sehari-harinya bersikap manja, di film ini berhasil beraksi sebagai gadis yang berani dan tomboy. Saat bertengkar dengan Sadam, Derby Romero, Sherina menumpahkan seluruh keksalannya di adegan beradu mulut di halaman sekolah, jam istirahat. Dibuktikan dengan percakapan Heh! Badan doang yang gede! Beraninya Cuma sama anak kecil! Sama anak perempuan lagi. Wek! Jelek! dan Mau minta maaf ngga ngatain aku monyet?. Derby Romero membalas dengan aksi ngeyelnya Dih, aku yang ngomong monyet kamu aja yang ngerasa dipanggil.

Derby sebagai anak laki-laki yang terlampau nakal juga berhasil memancing emosi penonton lewat aksinya memprofokasi dua temannya yang sama jahilnya. Gerak-gerik, warna suara serak basah, mimik muka imut dan sikap ngeyel menghidupkan efek greget di film ini. Woi! Ada anak monyet nyari pisaaang! Au woooo!. Sherina dan Derby berhasil memukau penonton lewat aksinya berakting menari dan menyanyi lagu Jagoan. Setia Tarian yang diiringi lagu-lagu tema film dan mimik muka mereka atur agar menampilkan sebuah pertengkaran yang sengit namun konyol. Hal tersebut yang membuat film ini terkenal, mengaggumkan dan selalu diingat. Ayah Sherina yang diperankan oleh Mathias Muchus juga berhasil mencerminkan

seorang ayah yang penyabar, penyayang, dan berwibawa. Paras, gerak-gerik, dan suaranya yang kebapakan sangat mendukung perannya di film ini. Djaduk Ferianto, parasnya yang keras mendukung perannya sebagai Kertarajasa, pemimpin yang picik dan serakah sangat baik diperankan olehnya. Tubuhnya yang kekar mengenakan kostum formal lalu menari dengan lincah bersama Henidar Amroe yang memerankan Ses Natasha, mereka terlihat sangat cocok. Henidar yang latar belakangnya sebagai model memang tepat sekali dipilih sebagai wanita modis dan gerak-geriknya yang terbiasa di bidang modeling, mengenakan kostum seperti penjahat namun elegan sebagai pendamping si picik Kertarajasa. Didi Petet berhasil memerankan orang tua yang penyabar, dermawan, dan pasrah sebagai penyejuk di tengah ketegangan peristiwa penculikkan anaknya. Ratna Riantiarno yang sebenarnya seorang penari, kali ini di Petualangan Sherina sangat menghayati perannya sebagai tokoh ibu yang selalu posesif dan khawatir terhadap anaknya, apalagi Sadam posisinya sebagai anak bungsu. Nada dan intonasi ia atur hingga menggambarkan bahwa dirinya sangat mengkhawatirkan keadaan anaknya dari sebelum pergi berpetualang dengan Sherina hingga penyerahan uang perkebunan. Sebuah totalitas persembahan darinya. Beberapa anak buah Pak Raden yang berakting konyol berhasil mencairkan suasana, sangat menghibur di film ini ketika adegan penculikan dirasa tegang oleh penonton.

SINEMATOGRAFI: PENYUTRADARAAN, PENATAAN GAMBAR DAN SPECIAL EFFECT Penyutradaraan dan special effect di film ini sangat khas karena menonjolkan jenis drama musikal itu sendiri. Special effect film ini secara langsung sudah termasuk ke dalam adegan, yaitu menyajikan hampir setiap adegan dengan tarian-tarian yang diiringi oleh musik yang sekligus sebagai lagu-lagu tema film (Original Soundtrack). Adegan pertengkaran Sherina dan Sadam dibuat serius tetapi santai dengan adegan musikal diperagakan seperti sebuah tarian bertema. Adegan menari yang diiringi lagu-lagu

tema film dan mimik muka kesal mereka atur agar menampilkan sebuah pertengkaran yang sengit namun konyol. Persahabatan Sherina bersama teman-temannya disajikan dengan iringan musik dan tariang-tarian yang riang. Jalan raya, jalan perumahan, trotoar, jembatan, hingga stasiun menjadi tempt untuk mereka menari dan penggabungan adegan juga membuat film ini sangat menggembirakan. Kesedihan hati Sherina yang tidak mau berpisah dengan temantemannya detampilkan melalui adegan memainkan alat musik dan menyanyi lagu tema film. Adegan penculikan dibuat tegang dengan kostum, tata ruang, pencahayaan, dan percakapan yang digabung menjadi sesuatu yang membuat penonton selalu menunggu, menebak-nebak, dan penasaran. Begitu pun bagian Kertarajasa di kantornya yang tertutup, redup, eksklusif, dan sunyi sangat mendukung perannya sebagai pemimpin yang picik. Aksi para anak buah mengejar dan menangkap Sherina juga dibuat slepstik (slapstick). Saat Sherina turun dari Boscha melarikan diri dan terjadi aksi kejar-kejaran para penculik diulur-ulur dengan pagar makan tanaman, persembunyian Sherina dibalik pohon dan di tumpukan sayuran di mobil buntung.

Pengambilan gambar begitu cermat dari berbagai sudut pandang. Penonton bisa melihat bagaimana suasana dan kronologi perjalanan pindah rumah Sherina. Perjalanan Sherina bersama Ibu dan Ayahnya JakartaBandung dibuat mengalur seakan-akan penonton ikut menikamti perjalanan melawati hutan pohon karet, jalan berkelok-kelok, orang-orang yang memikul keranjang, hawa sejuk dan diiringin musik yang tentram. Hal tersebut yang membuat film ini terkenal, mengaggumkan dan selalu diingat. Pohon karet yang tinggi, Boscha, perkebunan sayuran, jalanan yang berkelok-kelok, petani kebun menggugah citra lihatan penonton hingga menghidupkan citra rabaan penonton bisa ikut merasakan sejuknya udara Bandung. Hanya dengan gambar.

PENUTUPSIMPULAN Riri Riza sebagai sineas pascareformasi Indonesia membangkitkan kembali industri perfilman Indonesia tahun 2000 yang sukses melalui karyanya Petualangan Sherina. Film ini meraih beberapa penghargaan bergengsi, seperti pemenang pada Asia Pacific Film Festival untuk kategori Penghargaan Khusus Dewan Juri, pemenang pada Festival Film Bandung, Indonesia untuk kategori Film Anak-anak Terpuji, Unggulan pada Festival Film Indonesia, Indonesia, sebagai Pemeran Utama Pria Terbaik, Pemeran Pembantu Pria Terbaik, dan Tata Musik Terbaik dalam penghargaan Piala Citra. Sinematografi yang diatur dengan cermat membuat Petualangan Sherina menjadi film

yang mengesankan dan selalu diingat oleh penonton. Pengaturan tersebut juga mengantarkan lokasi yang dijadikan latar tempat menjadi terkenal dan menambah pengetahuan penonton. Boscha menjadi salah satu tempat yang sangat fenomenal karenanya. Benar-benar sebuah dobrakan untuk zaman kemajuan pascareformasi. Makna tersirat tersampaikan di film ini. Mengenai penerapan hukum simbiosis motualisme dalam kehidupan sehari-hari. Manusia dalam menjalani kehidupan harus saling memberikan keuntungan. Bersikap Jujur, tolong-menolong, pemaaf, penyabar, bertanggungjawab, menghormati, menghargai, menyayangi. Tidak boleh bersikap licik sebagai perapan hukum simbiosis parasitisme. Manusia yang satu mendapatkan keuntungan sementara manusia yang lainnya merugi. Hal tersebut tidak menerapkan keadilan dalam kehidupan sosial karena sejatinya manusias sebagai makhluk sosial saling membutuhkan, menghasilkan hubungan dan adanya timbal balik, tidak dapat hidup tanpa kehadiran manusia lain. Dalam film ini simbiosis parasitisme berperan dominan. Tokoh-tokoh di film ini bekerja sama menghasilkan alur yang mengesankan. Antagonis yang tidak tertebak oleh para protagonis. Protagonis yang semula mengalah pada antagonis. Kejahatan dalam film ini yang dibuat semakin menjadi, kebahagian justru belum juga nampak dirumitkan dengan berbagai masalah dan slepstik. Akhirya ketidakadilan dikalahkan oleh kecerdikan dan keberanian Sherina. Kepasrahan membuahkan hasil diakhir cerita ini. Kecerdikan dan sikap preventif juga harus dimiliki manusia agar kehidupan berjalan seimbang. Keadilan dan kebahagian selalu datang di akhir kisah.

DAFTAR PUSTAKAhttp://filmindonesia.or.id/movie/title/award/lf-p018-99-900995/petualangansherina#.T4fIrtWXSfU http://www.sinematekindonesia.com/index.php/artikel/detail/id/12 http://www.indonesianfilmcenter.com/pages/filminfo/movie.php? uid=edc0ea31edc5 http://www.jakarta.go.id/jakv1/encyclopedia/detail/2592 http://selebriti.kapanlagi.com/indonesia/r/riri_riza/ http://morishige.wordpress.com/2009/11/22/observatorium-boscha-lokasi-syutingpetualangan-sherina/