aplikasi tehnik efflurage massage terhadap...
TRANSCRIPT
APLIKASI TEHNIK EFFLURAGE MASSAGE TERHADAP
PENURUNAN NYERI PADA ASUHAN KEPERAWATAN
Ny. W DENGAN POST PARTUM SPONTAN
DI RUANG MELATI RUMAH SAKIT
Dr. SOEDIRAN MANGUN
SUMARSO WONOGIRI
DISUSUN OLEH :
FLORENSIA BERLIAN SEKAR RATRI
P.12 028
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
i
APLIKASI TEHNIK EFFLURAGE MASSAGE TERHADAP
PENURUNAN NYERI PADA ASUHAN KEPERAWATAN
Ny. W DENGAN POST PARTUM SPONTAN
DI RUANG MELATI RUMAH SAKIT
Dr. SOEDIRAN MANGUN
SUMARSO WONOGIRI
Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Studi Diploma III Keperawatan
DISUSUN OLEH :
FLORENSIA BERLIAN SEKAR RATRI
P.12 028
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : FLORENSIA BERLIAN S.R
NIM : P.12 028
Program Studi : D III KEPERAWATAN
Judul Karya Tulis : PEMBERIAN TEHNIK EFFLURAGE MASSAGE
TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA ASUHAN
KEPERAWATAN NY. W DENGAN POST PARTUM
SPONTAN DI RS SOEDIRMAN MANGUN
SUMARSO WONOGIRI.
Menyatakan yang sebenarnya bahwa proposal yang saya tulis ini benar-
benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa proposal ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan dengan
ketentuan akademik yang berlaku.
Surakarta, 21 Mei 2015
Yang membuat pernyataan
FLORENSIA BERLIAN
NIM. P.12 028
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :
Nama : FLORENSIA BERLIAN S.R
NIM : P.12 028
Program Studi : D III KEPERAWATAN
Judul Karya Tulis : PEMBERIAN TEHNIK EFFLURAGE MASSAGE
TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA ASUHAN
KEPERAWATAN NY. W DENGAN POST PARTUM
SPONTAN DI RS SOEDIRMAN MANGUN
SUMARSO WONOGIRI.
Telah disetujui oleh dosen pembimbing Karya Tulis Ilmiah
Prodi D III Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan di : Surakarta
Hari/Tanggal : Jum’at, 22 Mei 2015
Pembimbing : Siti Mardiyah, S.Kep.,Ns. (………………..)
NIK. 201183063
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :
Nama : FLORENSIA BERLIAN SEKAR RATRI
NIM : P.12 028
Program Studi : D III KEPERAWATAN
Judul : APLIKASI TEHNIK EFFLURAGE MASSAGE
TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA ASUHAN
KEPERAWATAN NY.W DENGAN POST PARTUM
SPONTAN DI RUANG MELATI RSUD Dr.SOEDIRAN
MANGUN SOEMARSO WONOGIRI
Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis
Ilmiah Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Ditetapkan di : Surakarta
Hari/ Tanggal : Selasa 23 Juni 2015
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Ns. Siti Mardiyah, S. Kep ( )
NIK. 201183063
Penguji I : Ns. Diyah Ekarini, S. Kep ( )
NIK : 200179001
Penguji II : Ns. Noor Fitriyani, S. Kep ( )
NIK : 201187805
Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII Keperawatan
STIKes Kusuma Husada Surakarta
Atiek Murharyati, S.Kep. Ns.,M.Kep
NIK. 20068002
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian
dengan judul ’’APLIKASI TEHNIK EFFLURAGE MESSAGE TERHADAP
PENURUNAN NYERIDI RUMAH SAKIT SOEDIRAN MANGUN SUMARSO
WONOGIRI.”
Dalam penyusunan Penelitian ini penulis banyak mendapat bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada
yang terhormat :
1. Atiek Murhayati, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Ketua Program Studi D III
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu
di Stikes Kusuma Husada Surakarta.
2. Meri Oktariani, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Sekretaris Ketua Program Studi D
III Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba
ilmu di Stikes Kusuma Husada Surakarta.
3. Siti Mardiyah, S.Kep.,Ns., selaku dosen pembimbing yang telah membimbing
dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman
dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
4. Diyah Eka Rini, S.Kep.,Ns., selaku Penguji I yang telah menguji saya dengan
sepenuh hati.
5. Noor Fitriyani, S.Kep.,Ns., selaku Penguji II yang telah menguji saya dengan
sabar dan sepenuh hati.
6. Semua dosen Program studi DIII Keperawatan Stikes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya
serta ilmu yang bermanfaat.
7. Bapak dan Almh Mamah, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan
semangat untuk menyelesaikan pendidikan.
vi
8. Kakek-Nenek, yang telah merawat saya dan terus memberikan dukungan
kepada saya.
9. Cahyo Hari Prasetyo, yang telah menjadi penyemangat pada saat proses
pembuatan Karya Tulis Ilmiah
10. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan Stikes Kusuma
Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-
persatu, yang telah memeberikan dukungan moril dan spiritual.
Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu
keperawatan dan kesehatan. Amin.
Surakarta, Mei 2015
Florensia Berlian Sekar R
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ......................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
LAMPIRAN .................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakanag ................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ................................................................. 2
C. Manfaat Penulisan ............................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tujuan Teori ........................................................................ 4
1. Masa Nifas .................................................................... 4
2. Penurunan Tinggi Fundus Uteri.................................... 18
3. Faktor Yang Mempengaruhi Penurunan Tinggi Fundus
Uteri .............................................................................. 20
B. Asuhan Keperawatan ........................................................... 23
C. Nyeri .................................................................................... 33
D. Efflurage Massage ............................................................... 36
E. Kerangka Teori .................................................................... 37
viii
F. Kerangka Konsep ................................................................. 38
BAB III RANCANGAN METODE KARYA TULIS ILMIAH
A. Subjek Aplikasi Riset .......................................................... 39
B. Tempat dan Waktu ............................................................... 39
C. Media dan Alat Yang Di Gunakan ...................................... 39
D. Prosedur Tindakan ............................................................... 39
E. Alat Ukur ............................................................................. 40
BAB IV LAPORAN KASUS
A. Pengkajian ............................................................................ 41
B. Analisa Data ......................................................................... 44
C. Intervensi Keperawatan ....................................................... 45
D. Implementasi Keperawatan.................................................. 46
E. Evaluasi ................................................................................ 51
BAB V PEMBAHASAN
A. Pengkajian ............................................................................ 52
B. Diagnosa Keperawatan ........................................................ 60
C. Intervensi Keperawatan ....................................................... 63
D. Implementasi Keperawatan.................................................. 66
E. Evaluasi ................................................................................ 71
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .......................................................................... 72
B. Saran .................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA
ix
LAMPIRAN
1. Usulan Judul
2. Lembar Konsul
3. Surat Pernyataan
4. Daftar Riwayat Hidup
5. Jurnal
6. Asuhan Keperawatan
7. Loog Book
8. Pendelegasian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas di mulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula atau sebelum hamil.
Masa nifas di mulai sejak 2 jam lahirnya plasenta sampai 6 minggu (42 hari)
(Sunarsih dkk, 2011).
Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah
kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran
reproduksi kembali ke keadaan yang normal (Nugroho, 2014).
Berdasarkan WHO (World Health Organization) melaporkan bahwa
post partum normal dari tahun 1990-2008 mengalami penurunan sebesar 40%
dari 546.000 menjadi 358.000.
Pada ibu post partum akan terjadi nyeri karena rasa kontraksi pada
saat bayi akan keluar, kontraksi yang sangat hebat mengakibatkan nyeri yang
sangat hebat.
Berdasarkan data yang di himpun oleh RSUD dr. Soediran Mangun
Sumarso, Wonogiri di Wonogiri jumlah ibu melahirkan pada akhir Desember
adalah sebanyak 58.27%.
Nyeri, merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan,
bersifat sangat subyektif. Perasaan nyeri pada setiap orang berbeda dalam hal
skala ataupun tingkatannya, dan hanya orang tersebut yang dapat menjelaskan
atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Kosasih, 2015).
2
Teknik effluarge adalah teknik pemijatan berupa usapan lembut,
lambat dan panjang tidak putu-putus teknik ini menimbulkan efek relaksasi
(Mons dragon, 2005).
Studi kasus yang di lakukan di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso
Wonogiri di dapatkan kasus bahwa Ny. W umur 33 tahun melahirkan tanggal
10 Maret 2015 jam 03.00 WIB, dari hasil pengkajian dari Ny. W mengatakan
nyeri di perut karena kontraksi.
Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan oleh Parulian (2014) ,
yang berjudul pemberian teknik effluarge massage terhadap penurunan nyeri
pada asuhan keperawatan ibu post partum. Hasil penelitian tersebut adalah
pada 1 responden yang dilakukan teknik effluarge message bisa menurunkan
nyeri pada ibu post partum.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik melakukan teknik
effluarge pada ibu post partum dengan nyeri yang berjudul pemberian teknik
effluarge message terhadap penurunan nyeri dengan post partum.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Melaporkan tindakan mengaplikasikan teknik effluarge message terhadap
penurunan nyeri pada asuhan keperawatan Ny. W dengan post partum.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Ny. W dengan post
partum
3
b. Penulis mampu menetukan diagnosa keperawatan data Ny. W
dengan post partum
c. Penulis mampu melakukan rencana tindakan segera pada Ny. W
dengan post partum
d. Penulis mampu melakukan tindakan keperawatan tindakan Ny. W
dengan post partum
e. Penulis mampu melaksanakan evaluasi pada Ny. W dengan post
partum
f. Penulis mampu menganalisa hasil pemberian teknik effluarge
message pada Ny. W dengan post partum.
C. Manfaat
1. Bagi Institusi Pendidikan
Menambah wawasan pada siswa didik sehingga mampu mengaplikasikan
pada pasien pada saat praktik keperawatan.
2. Bagi Penulis
Menambah wawasan tindakan keperawatan yang luas mengenai masalah
keperawatan pasien.
3. Bagi Rumah Sakit
Bahan masukan dan evaluasi yang di perlukan dalam pelaksanaan
praktek, pelayanan keperawatan.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tujuan Teori
1. Masa Nifas
a. Pengertian
Post partum atau masa nifas adalah masa yang di mulai
beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah
melahirkan. Masa nifas di mulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil berlangsung kira-kira 6 minggu. Masa nifas merupakan masa
selama persalinan dan segera setelah kelahiran meliputi minggu-
minggu selanjutnya pada waktu saluran reproduksi kembali dalam
keadaan tidak hamil yang normal (Nugroho, 2014).
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran
bayi,plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan
kembali organ kandungan sebelum hamil dengan waktu kurang lebih
enam minggu (Saleha, 2009)
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti semula.
Lama masa nifas ini 6-8 minggu (Mochtar, R., 2012).
b. Tahapan masa nifas
Menurut Ambarwati (2010), masa nifas dibagi menjadi 3 tahap yaitu :
5
1) Puerperium dini
Merupakan masa pemulihan awal dimana ibu diperbolehkan
untuk berdiri dan berjalan-jalan. Ibu yang melahirkan
pervaginam tanpa komplikasi dalam 6 jam pertama setelah kala
IV dianjurkan untuk mobilisasi segera.
2) Puerperium intermedial
Suatu masa pemulihan dimana organ-organ reproduksi
berangsur-angsur akan kembali ke keadaan sebelum hamil.
Masa ini berlangsung selama kurang lebih 6 minggu atau 42
hari.
3) Remote puerperium
Waktu yang diperlukanan untuk pulih dan sehat kembali dalam
keadaan sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau
waktu persalinan mengalami komplikasi. Rentang remote
puerperium berbeda untuk setiap ibu, tergantung dari berat
ringannya komplikasi yang dialami selama hamil atau
persalinan.
c. Perubahan fisiologis masa nifas
Menurut Wulandari dan Handayani (2011), perubahan
fisiologis yang terjadi pada masa nifas meliputi :
6
1) Perubahan sistem reproduksi
a) Uterus
Pangerutan uterus atau involusi merupakan suatu proses
dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan
berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah
plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus.
b) Bekas implantasi plasenta
(1) Bekas implantasi plasenta segera setelah plasenta lahir
seluas 12x5 cm, permukaan kasar, dimana pembuluh
darah besar bermuara.
(2) Pada pembuluh darah terjadi pembentukan trombosis
disamping pembuluh darah tertutup karena kontraksi
otot rahim.
(3) Bekas luka implantasi dengan cepat mengecil, pada
minggu ke 2 sebesar 6-8 cm dan pada akhir masa nifas
sebesar 2 cm.
(4) Lapisan endometrium dilepaskan dalam bentuk jaringan
nekrosis bersama dengan lochea.
(5) Luka bekas implantasi plasenta akan sembuh karena
pertumbuhan endometrium yang berasal dari tepi luka
dan lapisan basalis endometrium. Luka sembuh
sempurna pada 6-8 minggu postpartum.
7
c) Lochea
Lochea adalah sekret yang berasal dari kavum uteri
dan vagina selama masa nifas. Proses keluarnya lochea
terdiri dari 4 tahapan :
(1) Lochea rubra (cruenta)
Lochea ini muncul pada haro ke 1-4 masa post partum.
Berisi darah segar sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel
desidua, verniks kaseosa, lanugo (rambut bayi) dan
meconium.
(2) Lochea sanguinolenta
Berwarna merah kuning merah kecoklatan dan
berlendir. Berlangsung selama hari ke 4-7
pascapersalinan.
(3) Lochea serosa
Berwarna kuning kecoklatan karena mengandung
serum, leukosit dan robekan atau laserasi
plasenta.Muncul pada hari ke 7-14 pasca persalinan.
(4) Lochea alba
Mengandung leukosit sel desidua, sel epitel, selaput
lendir serviks dan serabut jaringan yang mati.
Berlangsung selama 2-6 minggu pasca persalinan.
8
d) Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama dengan
uterus. Warna serviks sendiri merah kehitaman karena
penuh pembuluh darah. Konsistensinya lunak, kadang-
kadang terdapat laserasi (perlukaan kecil). Karena robekan
kecil yang terjadi selama dilatasi, serviks tidak pernah
kembali pada keadaan sebelum hamil.
Bentuknya seperti corong karena disebabkan oleh
korpus uteri yang mengadakan kontraksi, sedangkan serviks
tidak berkontraksi terdapat perbatasan antara korpus uteri
dan serviks berbentuk cincin.
Muara serviks yangberdilatasi 10cm pada waktu
persalinan, menutup secara bertahap. Setelah bayi lahir,
tangan masih bisa masuk rongga Rahim, setelah 2 jam dapat
dimasuki 2-3 jari dan pada minggu ke 6 pasca persalinan
serviks menutup.
e) Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta
peregangan yang sangat besar selama proses persalinan
akan kembali secara bertahap dalam 6-8 minggu
postpartum. Penurunan hormon estrogen pada masa pasca
persalinan berperan dalam penipisan mukosa vagina dan
9
hilangnya rugae. Rugaeakan terlihat kembali sekitar
minggu ke 4.
2) Perubahan sistem pencernaan
Setelah kelahiran plasenta, maka terjadi penurunan
produksi progesteron. Sehingga hal ini dapat menyebabkan
heartburn dan konstipasi terutama pada hari pertama. Hal ini
terjadi karena inaktifitas motilitas usus karena kurangnya
keseimbangan cairan selama persalinan dan adanya refleks
hambatan defekasi dikarenakan adanya rasa nyeri pada perineum
karena adanya luka episiotomi, pengeluaran cairan yang
berlebihan waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan,
hemoroid. Supaya buang air besar kembali teratur dapat
diberikanmakanan yang mengandung serat dan pemberian
cairan yang cukup. Bila usaha ini tidak berhasil dalam waktu 2-3
hari dapat dibantu dengan pemberian huknah atau spuit gliserin
atau pemberian obat laksan yang lain.
3) Perubahan sistem perkemihan
Deuresis dapat terjadi setelah 2-3 hari pasca persalinan.
Hal ini merupakan salah satu pengaruh selama kehamilan
dimana saluran urinaria mengalami dilatasi. Kondisi ini akan
kembali normal setelah 4 minggu postpartum. Pada awal pasca
persalinan kandung kemih akan mengalami edema, kongesti dan
hipotonik, hal ini sebabkan karena adanya overdistensi pada saat
10
kala II persalinan dan pengeluiaran urin yang tertahanselama
proses persalinan. Sumbatan pada uretra disebabkan karena
adanya trauma saat perslinan yang berlangsung dan trauma ini
dapat berkurang setelah 24 jam pasca persalinan.
4) Perubahan sistem endokrin
Saat plasenta terlepas dari dinding uterus, kadar Hormon
Chrinonis Gonadotropin (HCG), Human Plasental Lactogen
(HPL), secara berangsur menurun dan normal setelah 7 hari
postpartum.
a) Hormon plasenta
Selama periode pasca persalinan terjadi perubahan hormon
yang signifikan. Pengeluaran plasenta menyebabkan
penurunan signifikan hormon-hormon yang diproduksi oleh
plasenta. Penurunan hormon humanplasental lactogen
(HPL), estrogen dan progesteron serta plsenta enzyme
insulinase membalik efek diabetogenik kehamilan, sehingga
kadar gula darah menurun. Human Chrinonis Gonadotropin
(HCG) menurun dan menetap sampai 10 % dalam 3 jam
hingga hari ke 7 pasca persalinan dan sebagai pemenuhan
mamae pada hari ketiga pasca persalinan.
b) Hormone pituitary
Prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak
menyusi menurun dalam waktu 2 minggu. Follicle
11
Stimulating Hormone (FSH) dan Leutinizing Hormone (LH)
meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada minggu ke 3
dan Leutinizing Hormon (LH) tetap rendah hingga ovulasi
terjadi.
c) Hormon oksitoksin
Oksitoksin dikeluarkan dari kelenjar bawah otak bagian
belakang (posterior), bekerja terhadap otot uterus dan
jaringan payudara. Selama tahap ke tiga persalinan,
oksitoksin menyebabkan pemisahan plasenta. Kemudian
seterusnya bertindak atas otot yang menahan kontraksi,
mengurangi tempat plasenta dan mencegah perdarahan.
Pada wanita yang memilih menyusi bayinya, isapan sang
bayi merangsang keluarnya oksitoksin lagi dan ini
membantu uterus kembali ke bentuk normal dan
pengeluaran air susu.
d) Hormone pituitary ovarium
Untuk wanita yang menyusi dan tidak menyusi akan
mempengaruhi lamanya ia mendapatkan menstruasi.
Seringkali menstruasi pertama bersifat anovulasi yang
dikarenakan rendahnya kada restrogen dan progesteron.
Diantara wanita laktasi sekitar 15% memperoleh menstruasi
selama 6 minggu dan 45% setelah 12 minggu. Diantara
wanita yang tidak laktasi 40% menstruasi setelah 6 minggu,
12
65% setelah 12 minggu dan 90% setelah 24 minggu. Untuk
wanita laktasi 80% menstruasi pertama anvolusi dan untuk
wanita yang tidak laktasi 50% siklus pertama menstruasi.
5) Perubahan tanda tanda vital
a) Suhu badan
24 jam post partum suhu badan akan naik (37,5-38 C)
karena kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan
kelelahan. Pada hari ke 3 suhu badan akan naik lagi karena
ada pembentukan ASI, buah dada menjadi bengkak.
b) Nadi
Denyut nadi nadi normal 60-100X/menit. Setelah
melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih cepat.
c) Tekanan darah
Tekanan darah biasanya tidak berubah. Tekanan darah
menjadi turun setelah melahirkan karena ada perdarahan
dan tekanan darah akan tinggi pada postpartum dapat
menandakan preeklamsia.
d) Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan
suhu dan denyut nadi. Apabila suhu dan denyut nadi tidak
normal pernafasan juga akan mengikuti kecuali ada
gangguan pernafasan.
13
6) Perubahan sistem kardiovaskuler
Kardiac output meningkat selama persalinan dan
berlangsung sampai kala III ketika volume darah uterus
dikeluarkan. Penurunan terjadi pada beberapa hari pertama post
partum dan akan kembali normal pada akhir minggu ke tiga post
partum.
7) Perubahan hematologi
Terjadi peningkatan sel darah putih berkisar antara
15.000-30.000 merupakan adnya infeksi pada persalinan. Pada
hari 2-3 post partum konsentrasi hematokrit menurun sekitar 2%
atau lebih.
8) Perubahan sistem muskuluskeletal
Ligamen,fasia dan diagfragma pelvis yang meregang
pada waktu kehamilan dan persalinan beangsur-angsur pulih
kembali seperti sediakala. Setelah persalinan tidak jarang
ligamen rotundum mengendur. Fasia jaringan penunjang alat
genetalia yang mengendur dapatdiatasi dengan latihan tertentu.
Mobilitas sendi yang berkurang dan posisi lordosis akan
kembali secara perlahan.
a. Tahap adaptasi psikologis ibu masa nifas
Menurut Ambarwati (2010), tahap adaptasi psikologis yang
terjadi pada ibu masa nifas yaitu :
14
1) Fase taking in
Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung dari
hari 1-2 setelah melahirkan. Fokus perhatian ibu terutama pada
dirinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan sering
berulang diceritakanya. Kelelahan membuat ibu cukup istirahat
untuk mencegah gejala kurang tidur, seperti mudah tersinggung.
2) Fase taking hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Wanita
post partum ini berpusat pada kemampuan dalam mengontrol diri,
fungsi tubuh. Berusaha untuk menguasai kemampuan merawat
banyinya, menimang,menyusui dan mengganti popok. Ibu merasa
khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggungjawabnya
merawat bayinya. Selain itu sangat sensitif sehingga mudah
tersinggung
3) Fase letting go
Pada fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu
mengambil tanggung jawab dalam merawat bayinya. Ibu harus
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Keinginan
untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini.
b. Kebutuhan dasar ibu masa nifas
Menurut Maritalia (2012), kebutuhan dasar ibu masa nifas adalah :
15
1) Nutrisi dan cairan
Nutisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk
keperluan metabolisme. Kebutuhan gizi pada masa nifas meningkat
25% karena berguna untuk proses kesembuhan karena setelah
melahirkan dan untuk memproduksi air susu yang cukup untuk
bayi.
2) Ambulasi
Ambulansi dini disebut juga early ambulation adalah kebijakan
untuk secepat mungkin membimbing klien keluar dari tempat
tidurnya dan membimbing klien secepatmungkin untuk berjalan.
Klien sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur setelah 24-48
jam setelah melahirkan. Kontraindikasi ambulansi dini yaitu pada
klien dengan penyulit misalnya anemia, penyakit jantung, penyakit
paru dll. Keuntungannya ambulansi dini adalah:
a) Klien merasa lebih baik, lebih sehat dan lebih kuat
b) Faal usus dan kandung kemih lebih baik
c) Dapat lebih cepat untuk mengajari ibu untuk merawat bayinya
3) Eminilasi
a) Miksi
Buang air kecil normal apabila setiap 3-4 jam. Ibu diusahakan
untuk buang air kecil sendiri, bila tidak bisa dilakukan
tindakan:
(1) Dirangsang dengan air mengalir didekatkan ke klien
16
(2) Mengompres air hangat diatas simpisis pubis. Apabila tidak
behasil bisa dilakukan pemasangan katater
b) Defekasi
Biasanya 2-3 hari setelah melahirkan masih sulit utuk buang air
besar. Jika pasien pada hari ke 3 belum buang air besar maka
diberikan laksan supositoria dan minum air hangat. Agar bisa
buang air besar teratur maka perlu dilakukan diet, pemberian
cairan, serta olahraga.
4) Kebersihan diri
a) Perawatan perineum
Apabila setelah buang air besar atau buang air kecil perineum
dibersihkan secara rutin. Caranya dibersihakan dengan air
sabun yang lembut minimal sekali sehari. Dimulai dari
simphisis sampai anus sehingga tidak terjadi infeksi. Ibu juga
diberi tahu untuk mengganti pembalut minimal 4 kali sehari.
Apabila ada luka episiotomi atau laserasi sarankan utuk ibu
menyentuh daerah luka.
b) Perawatan payudara
(1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama puting
susu dengan menggunakan BH menyokong payudara
(2) Apabila puting susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI yang
keluar pada sekitar puting susu setiap kali menyusui.
17
Menyusui tetap dilakukan dimulai dari puting yang tidak
lecet
(3) Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24
jam, ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan sendok
(4) Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat diberikan tablet
analgetik 4-6 jam.
5) Istirahat
Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup untuk mengurangi
kelelahan, istirahat selagi bayi masih tidur, kembali ke kegiatan
rumah tangga secara perlahan-lahan, mengatur kegiatan rumahnya
sehingga dapat menyediakan waktu untuk istirahat pada siang hari
kira-kira 2 jam dan malam hari 7-8 jam.Kurang istirahat pada ibu
nifas dapat mengakibatkan kurangnya produksi ASI,
memperlambat involusi, yang berakhirnya bisa menyebabkan
perdarahan serta depresi
6) Seksual
Apabila perdarahan telah berhenti dan epsiotomi sudah sembuh
maka coitus bisa dilakukan pada 3-4 minggu setelah melahirkan.
Hasrat seksual pada bulan pertama akan berkurang baik
kecepatanya maupun lamanya, juga orgasme pun akan menurun.
Ada juga yang berpendapat bahwa coitus dapat dilakukan setelah
masa nifas berdasarkan teori proses penyembuhan luka post partum
18
sampai dengan 6 minggu. Secara fisik aman untuk memulai
hubungan suami istri begitu darah merah berhenti.
7) Senam nifas
Selama kehamilan dan persalinan ibu banyak mengalami
perubahan fisik seperti dinding perut mengendur, longgarnya
liangsenggama dan otot dasar panggul. Untuk mengembalikan ke
keadaan normal dan menjaga kesehatan agar tetap prima, senam
nifas sangat baik dilakukan pada ibu setelah melahirkan. Senam
nifas berupa gerakan-gerakan untuk mengencangkan otot, terutama
otot -otot perut yang mengendur akibat kehamilan.
2. Penurunan Tinggi Fundus Uteri
1. Pengertian Penurunan tinggi fudus atau involusi uteri
Involusio uteri adalah proses kembalinya uterus ke keadaan
sebelum hamil. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar
diakibatkan kontraksi otot-otot polos uterus (Bobak, et al., 2008).
Involusio uteri adalah proses yang dimulai setelah pengeluaran
plasenta, dimana korpus uteri yang berkontraksi terletak kira-kira di
pertengahan antara umbilikus dan simfisis, dan kembali ke ukuran
semula seperti sebelum hamil dalam waktu sekitar empat minggu
(Williams, et al., 2005).
2. Proses penurunan tinggi fundus uteri
Menurut Ambarwati (2012), proses terjadinya penurunan tinggi
fundus uteri sebagai berikut:
19
1) Autoliysis
Autoliysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi
di dalam otot urine. Enzim proteolitikakan memendekkan jaringan
otot yang telah tepat sempat mengendur hingga 1 kali panjang dari
semula dan 5 kali lebih lebar dari semula.
2) Atrofi jaringan
Jaringan yang berpoliferasi dengan adanya estrogen dalam jumlah
besar, kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap
penurunan produksi estrogenyang menyertai pelepasan plasenta.
Selain itu, lapisan desidua mengalami atrofi dan terlepas dengan
meninggalkan lapisan basal yang akan beregenerasi menjadi
endometrium baru
3) Efek oksitoksin
Intensitas kontraksi uterus terus meningkat secara bermaknasegera
setelah bayi lahir. Hormonoksitoksinyang dilepas dari kelenjar
hipofise memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengompresi
pembuluhndarah dan membantu proses hemostasis. Kontraksi dan
retraksi otot uteri akan mengurangi suplai darah ke uterus. Proses
ini akan memabantu mengurangi bekas luka tempat implantasi
plasenta serta mengurangi perdarahan.
20
3. Faktor yang mempengaruhi penurunan tinggi fundus uteri
Berdasarkan penelitan yang dilakukan Martini (2011), ada
beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan tinggi fundus uteri
yaitu:
1) Usia ibu
Proses involusi uterus sangat dipengaruhi oleh usia ibu saat
melahirkan. Usia 20 – 30 tahun merupakan usia yangsangat ideal
untuk terjadinya proses involusi yang baik disebabkan karena
faktor elastisitas dari otot uterus mengingatibu yang telah berusia
35 tahun lebih elastisitas ototnya berkurang. Pada usia kurang dari
20 tahun elastisitasnya belummaksimal karena organ reproduksi
yang belum matang.
2) Paritas
Paritas mempengaruhi proses involusi uterus. Paritas pada ibu
multipara cenderung menurun kecepatannya dibandingkanibu yang
primipara karena pada primipara kekuatan kontraksiuterus lebih
tinggi dan uterus teraba lebih keras, sedangkanpada multipara
kontraksi dan retraksi uterus berlangsung lebih lama. Semakin
sering ibu hamil dan melahirkan, semakin dekat jarak kehamilan
dan kelahiran, elastisitas uterussemakin terganggu, akibatnya
uterus tidak berkontraksi secarasempurna dan mengakibatkan
lamanya proses pemulihan organreproduksi pasca persalinan.
21
3) Pendidikan
Pendidikan dapat meningkatkan kematangan intelektual seseorang.
Kematangan intelektual ini berpengaruh terhadapwawasan, cara
berfikir seseorang, baik dalam tindakan maupuncara pengambilan
keputusan dan pembuatan kebijakan. Ibuyang berpendidikan tinggi
dalam penerimaan pendidikankesehatan lebih baik penerapannya
dalam perawatan diri.Keadaan ini akan meningkatkan pemulihan
kesehatan dalamproses involusi uteri.
4) Senam nifas
Merupakan senam yang dilakukan pada ibu yang sedang menjalani
masa nifas. Tujuannya untuk mempercepatpemulihan kondisi ibu
setelah melahirkan, mencegahkomplikasi yang mungkin terjadi
selama masa nifas,memperkuat otot perut, otot dasar panggul, dan
memperlancar sirkulasi pembuluh darah, membantu memperlancar
terjadinyainvolusi uterus.
5) Mobilisasi dini
Mobilisasi dinimerupakan kebijaksanaan untuk membimbing ibu
postpartum bangun dari tempat tidurnya dan berjalan.
Mobilisasimenyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat nafas dalam
dan menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal normal. Dengan
mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik sehingga fundus uteri
keras, maka resiko perdarahan yang abnormal dapat dihindarkan,
karena kontraksi menyempitan pembuluh darahyang terbuka.
22
6) Menyusui
Memberikan ASI segera setelah bayi lahir memberikan efek
kontraksi pada otot polos uterus. Kontak fisik setelah bayi lahir
antara ibu dan bayi mengakibatkan konsentrasi periferoksitosin
dalam sirkulasi darah meningkat dengan responhormonal oksitosin
di otak yang memperkuat kontraksi uterusyang dapat membantu
penurunan tinggi fundus uteri.
4. Perubahan uterus masa nifas
Proses involusi belangsung sekitar 6 minggu. Selam proses ini
berat uterus akan mengalami penurunan dari 1000 gram menjadi 60
gramdan ukuran uterus berubah dari 15x11x7,5 cm menjadi 7,5x5x2,5
cm. Proses involusi ini disertai penurunan tinggi fundus uteri (TFU).
Pada hari pertama TFU diatas simpisis pubis atau sekitar 12 cm. hal ini
terus berlangsung dengan penurunan TFU 1 cm setiap harinya.,
sehingga pada hari ke 7 TFU berkisar 5 cm dan pada hari ke 10 TFU
tidak teraba disimpisis pubis.
Involusi
uterus
Tinggi fundus
uterus
Berat
uterus
Diameter
uterus
Palpasi
serviks
Plasenta
lahir
Setinggi pusat 1000 gr 12,5 cm Lembut
/lunak
7 hari Pertengahan
anatra
umbilicus dan
500 gr 7,5 cm 2 cm
23
simpisis pubis
14 hari Tidak teraba 350 gr 5 cm 1 cm
6 minggu Normal 60 gr 2,5 cm menyempit
Tabel 2.1 Perubahan uterus masa nifas
Involusi uteri dari luar dapat diamati yaitu denga memeriksa
fundus uteri dengan cara:
1) Segera setelah persalinan, tinggi fundus uteri 2 cm dibawah pusat,
12 jam kemudian kembali 1 cm diatas pusat dan menurun kira-kira
1 cm setiap hari.
2) Pada hari kedua setelah persalinan tinggi fundus uteri 1 cm
dibawah pusat. Pada hari ke 3-4 tinggi fundus uteri 2 cm dibawah
pusat. Pada hari ke 5-7 tinggi fundus uteri setengah dibawah pusat
simpisis. Pada hari ke 10 tinggi fundus uteri tidak teraba
(Ambarwati, 2010).
B. Asuhan keperawatan
Asuhan keperawatan merupakan bentuk pelayanan keperawatan
professional kepada klien dengan menggunakan metodelogi proses
keperawatan. Asuhan keperawatan yang diberikan untuk memenuhi
kebutuhan dasar klien pada semua tingkatan usia dan tingkatan fokus.
Proses keperawatan merupakan metode ilmiah sistematik yang digunakan
dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien guna mencapai dan
mempertahankan keadaan bio-sosio-spiritual yang optimal
(Asmadi, 2008).
24
a. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien (Iyer et al., 1991).
Menurut Doenges (2001), pengkajian yang dilakukan pada pasien
post partum yaitu :
1) Aktivitas atau istirahat
Aktifitas atau istirahat klien bisa tampak berenergi, kelelahan atau
mengantuk.
2) Sirkulasi
Nadi biasanya melambat menjadi sekitar 50-70 x/menit karena
hipersensitivitas vagal. Tekanan darah bervariasi, dapat lebih
rendah sebagai respon terhadap analgesik atau meningkat pada
respon pemberian oksitoksin atau hipertensi karena kehamilan.
Terdapat edema pada ekstermitas atas, wajah atau umum karena
kehamilan. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-
kira 400-500 ml untuk kelahiran pervaginam atau 600-800 ml
untuk kelahiran dengan pembedahan sectio caesaria
3) Integritas ego
Reaksi emosional bervariasi dan dapat berubah-ubah misalnya
prilaku yang menunjukkan kurang kedekatan, tidak berminat
(kelelahan) atau kecewa. Dapat mengekspresikan masalah atau
25
meminta maaf untuk prilaku intrapartum atau kehilangan kontrol,
dapat mengekspresikan rasa takut mengenai kondisi bayi baru lahir
dan perawatan segera pada neonatal.
4) Eliminasi
Pada eliminasi sering konstipasi. Kandung kemih mungkin teraba
diatas simphisis pubis. Diuresis dapat terjadi bila tekanan bagian
presentasi menghambat aliran urin.
5) Makanan atau cairan
Abdomen lunak dengan tidak ada distensi pada awal, bising usus
tidak ada, samaratau jelas. Klien dapat mengeluh lapar, haus atau
mual akibat kelelahan pada saat persalinan.
6) Nyeri atau ketidaknyaman
Klien akan mengeluh ketidaknyamanan dari berbagai sumber
misalnya luka jahit diperineum, kandung kemih penuh atau
perasaan dingin atau otot tremor dengan menggigil.
7) Keamanan
Pada awalnya suhu tubuh meningkat sedikit (pengerahan tenaga,
dehidrasi). Perbaikan episiotomi utuh, dengan tepi jaringan
merapat.
8) Seksualitas
Fundus keras terkontraksi, pada garis tengah dan terletak setinggi
umbilikus. Drainase vagina atau lokea jumlahnya sedang, merah
gelap dengan hanya beberapa bekuan kecil. Perineum bebas dari
26
kemerahan, edema, ekimosis atau rabas. Striae mungkin ada pada
abdomen, paha dan payudara. Payudara lunak dengan puting susu
tegang.
9) Pemeriksaan fisik
Menurut Stright (2004), pemeriksaan fisik pada klien post
partum normal meliputi:
a) Tanda-tanda vital meliputi tekanan darah, nadi , suhu dan
pernapasan
b) Inspeksi
Inspeksi perineum apakah ada memar, bengkak, nanah, dan
karakteristik episiotomi. Inseksi karakteristik lokea yakni
warna, jumlah, bau. Inspeksi kaki apakah ada edema. Inspeksi
payudara apakah ada area kemerahan. Inspeksi puting susu
apakah menonjol atau masuk kedalam
c) Palpasi
Palpasi uterus lembek atau keras,lokasi dan nyeri tekan. Palpasi
apakah ada nyeri tekan, hangat, benjolan dan nyeri pada kaki.
Palpasi payudara untuk memeriksa apakah ASI sudah keluar,
apakah ada nyeri tekan dan benjolan pada payudara.
10) Uji laboraturium dan pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan darah lengkap, hemoglobin, hematokrit: mengkaji
kehilangan darah selama persalinan
Ultrasonografi : untuk mengetahui letak plasenta
27
Urinalis, kultururine, darah, vagina, dan lokea : pemeriksaan
tambahan didasarkan pada kebutuhan individu.
b. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon
individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan, sebagai
dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan
keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat. Diagnosa
keperawatan terdiri dari 3 komponen yaitu respon, faktor berhubungan,
tanda dan gejala (Setiadi, 2012)
Menurut NANDA (2009), Diagnosa keperawatan yang dapat
muncul pada klien dengan postpartum normal adalah :
1) Nyeri berhubungan agen cidera biologis (kontraksi uterus)
2) Gangguan pola tidur berhubungan dengan restrain fisik
3) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (luka
epiostomi)
c. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah bagian dari fase pengorganisasian
dalam proses keperawatansebagai pedoman untuk mengarahakan
tindakan keperawatan dalam usaha membantu, meringankan,
memecahkan maslah atau untuk memenuhi kebutuhan klien. Proses
perencanaan keperawatan meliputi penetapan tujuan perawatan,
penetapan kriteria hasil, pemilihan intervensi yang tepat dan rasional
28
dari intervensi dan mendokumentasikan rencana perawat (Hidayat,
2008).
Kriteria hasil adalah batasan karakteristik atau indicator
keberhasilan dari tujuan yang telah ditetapkan. Dalam menentukan
kriteria hasil berorientasi pada SMART yaitu Spesifik, berfokus pada
pasien, singkat dan jelas, M : Measurable, dapat diukur, A:
Achieveble, realistis, R: Reasonable, ditentukan oleh perawat dank
lien, Time : Kontrak waktu (Walid, 2012).
Menurut NANDA (2009), intervensi keperawatan sesuai dengan
diagnosa diatas yaitu :
1) Nyeri fisk berhubungan dengan agen cidera fisik
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah nyeri
dapat teratasi dengan kriteria hasil berdasarkan NOC :
a) Mampu mengontrol nyeri
b) Melaporkan nyeri berkurang dengan manajemen nyeri
c) Mampu mengenali nyeri
d) Tanda- tanda vital dalam batas normal Tekanan darah 110/70-
120/80 mmhg, nadi 60-100X/menit, pernapasan 16-20X/menit,
suhu 36,5-37,50C.
Intervensi NIC :
a) Kaji skala nyeri (P, Q, R, S, T) pasien
Rasional : untuk mengetahui tingkat nyeri
b) Pantau tanda-tanda vital
29
Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum pasien dan
merencanakan intervensi selanjutnya.
c) Berikan posisi nyaman
Rasional : Memberikan posisi nyaman untuk menurunkan
spasme otot.
d) Ciptakan lingkungan yang nyaman
Rasional:meningkatkan kenyamanan pasien
e) Ajarkan teknik relaksasi napas dalam
Rasional : Membantu pasien meningkatkan kemampuan koping
dalam manajemen nyeri
f) Kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik
Rasional : Menurunkan atau menghilangkan nyeri
2) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (luka
epiostomi)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah resiko
tinggi infeksi dapat teratasi dengan kriteria hasil berdasrkan NOC :
a) Tidak ada tanda-tanda infeksi
b) Leukosit dalam batas normal (3,6-11 10ˆ3/uL)
c) Tanda- tanda vital dalam batas normal Tekanan darah 110/70-
120/80 mmhg, nadi 60-100X/menit, pernapasan 16-
20X/rmenit, suhu 36,5-37,50C
d) Pasien mampu mengetahui tanda-tanda infeksi
30
Intervensi NIC :
a) Kaji tanda infeksi
Rasional : dugaan adanya infeksi
b) Kaji leukosit pasien
Rasional : leukosit meningkat menandakan terjadi infeksi
c) Pantau tanda-tandaa vital
Rasional : menentukan intervensi selanjutnya
d) Lakukan perawatan luka dengan vulva hygiene
Rasional : mencegah terjadinya infeksi
e) Ajarkan pasien dan keluarga untuk mengetahui tanda-tanda
infeksi
Rasional : meningkatkan kemampuan pasien untuk menetahui
tanda-tanda infeksi
f) Ajarkan pasien untuk mencegah infeksi
Rasional : meningkatkan kemampuan pasien untuk mencegah
agar tidak terjadi infeksi
g) Kolaborasi dengan dokter pemberian antibiotic
Rasional : menurunkan mikroorganisme didalam tubuh
h) Kolaborasi dengan ahli gizi pemberian diet
Rasional : untuk menjaga daya tahan tubuh dan mempercepat
penyembuhan luka
31
d. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan
untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai
setelah rencanan tindakan disusun dan ditunjukkan pada nursing
orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.
(Nursalam, 2008)
Menurut Jitowiyono dan Kristiyanasari (2010), komponen tahap
implementasi terdiri dari :
1) Tindakan keperawatan mandiri yang dilakukan tanpa instruksi dari
dokter
2) Tindakan keperawatan mandiri ini ditetapkan dengan standar
praktik American nurses association : undang-undang praktik
keperawatan negara bagian dan kebijakan institusi perawatan
kesehatan
3) Tindakan keperawatan kolaboratif
Tindakan keperawatan kolaboratif di lakukan apabila perawat
bekerja dengan anggota tim perawat kesehatan yang lain dalam
membantu keputusan bersama yang bersetujuan untuk mengatasi
masalah-masalah klien.
4) Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap
asuhan keperawatan
5) Frekuensi dokumentasi terganung pada kondisi klien dan terapi
yang diberikan.
32
e. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah tahapan akhir dari proses
keperawatan yang menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh
intervensi yang telah direncanakan dan merupakan perbandingan hasil
yang diamati dengan kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap
perencanaan (Hidayat, 2008).
Pada evaluasi klien dengan post partum normal kriteria evaluasi adalah
sebagai berikut :
1) Mampu mengontrol nyeri, Melaporkan nyeri berkurang dengan
manajemen nyeri, Mampu mengenali nyeri, Tanda- tanda vital
dalam batas normal Tekanan darah 110/70-120/80 mmhg, nadi 60-
100 kali permenit, pernapasan 16-20X/menit, suhu 36,5-37,50C
2) Kandung kemih kosong, Intake cairan dalam rentang normal 1-2
liter/hari, Bebas infeksi saluran kemih, Balance cairan seimbang
3) Bising usus dalam batas normal 5-35X/menit, tidak ada hemoroid,
Klien mampu defekasi
4) Kehilangan darah selama post partum kurang dari 500 cc, Kandung
kemih kosong, Kontraksi uterus baik, Klien tidak pucat, Kadar
hemoglobin dan hematokit dalam batas normal, Tanda- tanda vital
dalam batas normal Tekanan darah110/70-120/80 mmhg, nadi 60-
100X/menit, pernapasan 16-20X/menit, suhu 36,5-37,50C
5) Tidak ada tanda-tanda infeksi, Leukosit dalam batas normal (3,6-
11 10ˆ3/uL), Tanda- tanda vital dalam batas normal Tekanan
33
darah110/70-120/80 mmhg, nadi 60-100X/menit, pernapasan 16-
20X/menit, suhu 36,5-37,50C, Pasien mampu mengetahui tanda-
tanda infeksi, Pasien mampu melaporkan rasa nyaman
C. Nyeri
Nyeri, merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak
menyenangkan,bersifat sangat subyektif. Perasaan nyeri pada setiap orang
berbeda dalam hal skala ataupun tingkatannya, dan hanya orang tersebut yang
dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya.
Nyeri pada ibu post partum banyak dialami meskipun pada persalinan
normal tanpa komplikasi. Hal tersebut menimbulkan tidak nyaman pada ibu.
Menurut Nugroho (2014) gangguan rasa nyeri yang di alami ibu
antara lain :
1. After pains/kram perut.hal ini disebabkan kontraksi yang terus menerus
pada uterus.
2. Pembengkakan payudara
3. Nyeri perineum
4. Konstipasi
5. Hemoroid
Nyeri merupakan alasan yang paling umum orang mencari
keperawatan kesehatan. Individu yang merasakan nyeri merasa tertekan
atau menderita dan mencari upaya untuk menghilangkan nyeri.
Nyeri merupakan sumber penyebab prustasi baik klien maupun
bagi tenaga kesehatan. Nyeri merupakan salah satu keluhan tersering pada
34
pasien setelah mengalami suatu tindakan pembedahan. Pembedahan
merupakan suatu peristiwa yang bersifat bifasik terhadap tubuh manusia
yang berimplikasi pada pengelolaan nyeri (Potter & Perry, 2005).
1. Teori-Teori Nyeri
Menurut Eli Kosasih (2015) sebagai berikut :
a. Teori Spesivitas (Specivicity Theory)
Teori ini menjelaskan bahwa nyeri berjalan dari reseptor-reseptor
nyeri yang spesifik melalui jalur neuroanatomik tertentu ke pusat nyeri di
otak dan bahwa hubungan antara stimulus dan respon nyeri yang bersifat
langsung dan invariabel. Prinsip teori ini adalah reseptor somatosensorik
adalah reseptor yang mengalami spesialisasi untuk berespon secara
optimal terhadap satu atau lebih tipe stimulus tertentu dan tujuan
perjalanan neuro aferen primer dan jalur ascendens merupakan faktor
kritis dalam membedakan sifat stimulus perifer (Price & Wilson, 2002).
b. Teori pola (Pattern Theory)
Teori pola ini menjelaskan bahwa nyeri yang disebabkan oleh
berbagai reseptor sensori yang dirangsang oleh pola tertentu. Nyeri
merupakan akibat stimulus reseptor yang menghasilkan pola tertentu dari
inpuls saraf. Pada sejumlah causalgia, nyeri pantom dan neurolgia teori
pola ini bertujuan bahwa rangsangan yang kuat mengakibatkan
berkembangnya gaung terus menerus pada spinal cord sehingga saraf
tranmisinyeri bersifat hipersensitif yang mana rangsangan dengan
intensitas rendah dapat menghasilkan tranmisi nyeri (Andarmoyo, 2013).
35
c. Teori Affect
Menurut teori ini, nyeri suatu emosi. Intensitasnya bergantung pada
bagaimana klien mengartikan nyeri tersebut (Monahan, Neighbors,
Sands, Marek & Green, 2007).
d. Teori Intensity
Teori ini berpendapat, bahwa nyeri adalah hasil rangsangan yang
berlebihan pada reseptor. Setiap rangsangan reseptor sensasi mempunyai
potensi untuk menimbulkan nyeri jika menggunakan intensitas yang
cukup.
1) Tipe Nyeri
Menurut Kozier (1996), ada tipe-tipe dasar neurologik yang
mempengaruhi terbuka atau tertutupnya nyeri, yaitu sebagai berikut :
a) Tipe I
Tipe ini meliputi aktivitas serabut saraf yang dipengaruhi
oleh sensori nyeri. Jika serabut saraf berdiameter besar maka
akan menutupi pintu yang dilalui oleh impuls nyeri. Tehnik ini
dipergunakan untuk mengurangi nyeri dengan cara merangsang
kulit dimana terdapat serabut saraf berdiameter besar.
Intervensi yang dapat diterapkan dengan menggunakan
teori ini adalah melakukan massage, rangsangan panas dingin,
perabaan dan transcutaneus electric stimulation.
36
b) Tipe II
Rangsang dari batang otak mempengaruhi sensasi nyeri
karena formasi retikuler di batang otak memonitor pengaturan
input sensori. Apabila seseorang menerima rangsangan secara
terus menerus atau berlebihan, maka batang otak akan
mengirimkan impuls untuk menutup pintu sehingga rangsang
nyeri dapat dihambat.
Intervensi yang dapat diterapkan oleh teori ini adalah
tehnik distraksi, guided imagery dan evaluasi.
c) Tipe III
Tipe ini meliputi aktivitas neurologik dalam sensori dan
thalamus. Pikiran, emosi, dan ingatan seseorang dapat
mengaktifkan impuls nyata yang dapat disadari.
Intervensi yang dapat diterapkan dalam teori ini adalah
mengajarkan berbagai tehnik relaksasi dan pemberian obat
analgetik.
D. Efflurage Massage
Effluarge Message adalah bentuk massage yang menggunakan telapak
tangan yang memberikan tekanan lembut ke atas permukaan tubuh dengan
arah sirkular yang berulang teknik ini bertujuan untuk meningkatkan sirkulasi
darah, memberi tekanan, dan menghangatkan otot abdomen serta
meningkatkan relaksasi fisik maupun mental. Effluarge merupakan teknik
37
masase yang aman dan mudah untuk di lakukan. (dalam jurnal Parulian. T,
2014).
Langkah prosedur teknik effluarge message adalah dengan kedua
telapak tangan melakukan usapan ringan, tegas, dan konstan dengan pola
gerakan melingkari abdomen dimulai dari bagian bawah di atas simphisis
pubis, arahlan kesamping perut terus ke fundus uteri kemudian turun ke
umbilikus bentuk pola gerakan seperti kupu-kupu (dalam jurnal Parulian. T,
2014).
E. Kerangka Teori
Kerangka teori dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Tahap Adaptasi :
a. Taking in
b. Taking hold
c. Letting go
Post Partum
Terjadi Perubahan
Fisiologis :
a. Sistem reproduksi
b. Sistem
pencernaan
c. Sistem
perkemihan
d. Sistem endokrin
e. Tanda-tanda vital
f. Sistem
kardiovaskuler
g. Hematologi
h. Sistem
muskuloskeleta
Nyeri
Efflurage
Massage
38
F. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Nyeri
Efflurage Massage
Nyeri Teratasi
39
BAB III
RANCANGAN METODE KARYA TULIS ILMIAH
A. Subjek Aplikasi Riset
Subjek penelitan ini adalah ibu post partum usia 33 tahun.
B. Tempat dan Waktu
Aplikasi riset ini di laksanakan di ruang Melati RSUD.dr.Soediran Mangun
Sumarso Wonogiri pada tanggal 9-10 Maret 2015.
C. Media dan Alat yang di guanakan
Dalam aplikasi riset ini media dan alat yang di gunakan adalah Handbody
lotion untuk memijat, Tisu untuk mengelap, Jam untuk menentukan waktu.
D. Prosedur Tindakan
1. Mencuci tangan
2. Melakukan usapan ringan pada jedua telapak tangan
3. Gerakkan kedua tangan melingkari abdomen
4. Di mulai dari abdomen bagian bawah
5. Arahkan tangan kesamping
6. Kemudian turun ke umbilicus
7. Bentuk pola seperti kupu-kupu (Dari jurnal T.Parulian,dkk,2014)
40
E. Alat Ukur
Nyeri menggunakan Skala Numeric Rating scale.
Gambar 1.1. Skala Numeric Rating scale (dari jurnal T,Parulian,dkk 2014)
Pengukuran derajat nyeri yaitu nilai:
1= tidak nyeri
2= nyeri sangat ringan
3= nyeri ringan
4= nyeri tidakk begitu berat
5= nyeri sedang
6= nyeri cukup berat
7= nyeri berat
8= nyeri hampir tak tertahankan
9= nyeri berat terkontrol
10= nyeri berat tidak terkontrol
41
BAB IV
LAPORAN KASUS
Pengkajian dilakukan pada tanggal 10 maret 2015 pada jam 09.00 WIB.
Pasien masuk pada tanggal 10 maret 2015 pada jam 01.00 WIB. Pengkajian di
lakukan dengan metode Autoanamnesa dan Alloanamnesa, pengamatan observasi
langsung, pemeriksaan fisik, menelaah catatan medis dan catatan perawat.
A. Pengkajian
Dari Hasil dari pengkajian di dapatkan data identitas klien bahwa klien
bernama Ny. W umur 33 tahun yang bertanggung jawab adalah Tn. R umur
35 tahun pekerjaan swasta pendidikan SMA hubungan dengan klien adalah
suami alamat Giriwono, Wonogiri.
Riwayat persalinan lalu. Klien mengatakan persalinan yang dulu juga
spontan dengan berat 3300 gram keadaan saat lahir baik tidak ada komplikasi
persalinan dan ananya sekarang berumur 5 tahun.
Riwayat kehamilan saat ini. Klien mengatakan 11X periksa dan pada
Trimester I Klien melakukan tiga kali, pada Trimester ke II melakukan empat
kali kunjungan dan Trimester ke III empat kali kunjungan tidak ada masalah
kehamilan saat periksa dan lahir secara normal dengan letak kepala jenis
kelamin bayi perempuan dengan berat 3600 gram dengan panjang 47 cm.
Pengeluaran darah saat persalinan perdarahan kurang lebih 150 cc dan tidak
ada masalah dalam persalinan.
Dari pengkajian riwayat ginekologi di dapatkan data Klien mengatakan
tidak mempunyai masalah ginekologi seperti kanker serviks,
42
mioma uteri, kanker payudara, kista klien memakai alat kontrasepsi suntik
selama 2 tahun.
Data post natal klien Status obtrikus , Keadaan umum baik,
Kesadaran Composmentis, Tanda-tanda vital TD : 110/80 mmHg, Nadi
80X/menit, S : C, RR : 20X/menit.
Pemeriksaan fisik pada klien. Kepala mesochepal, rambut hitam, bersih,
mata konjungtiva anemis tidak ikterik pupil isokor, hidung kanan kiri
simetris, bersih tidak ada sekret, mulut simetris, warna merah tua, mukosa
bibir kering, telinga bersih, tidak ada serumen, tidak ada gangguan
pendengaran, leher tidak ada perbesaran kelenjar tyroid.
Jantung inspeksi dada simetris, ictus cordis tak nampak, palpasi ictus
cordis teraba dan tidak terlalu kuat, perkusi suara pekak tidak ada pelebaran
jantung, auskultasi bunyi jantung I-bunyi jantung II murni tidak ada
tambahan. Paru-paru inspeksi bentuk simetris, tidak menggunakan alat bantu,
palpasi vacal premitus sama kanan dan kiri, perkusi sonor, auskultasi suara
nafas vasikuler. Payudara tidak ada pembengkakan, tidak ada benjolan,
simetris kanan dan kiri, aerola hyperpigmentasi, kolostrum dan ASI sudah
keluar.
Pada pemeriksaan abdomen klien mengatakan nyeri pada uterusnya
dengan penilaian nyeri provocate nyeri karena kontraksi, quality nyeri seperti
tersayat-sayat region di uterus scala 5, time saat kontraksi involusi uterus
belum kembali seperti semula, fundus uteri berada dua jari dibawah pusar,
kontraksi teratur dan keras, posisi globuler atau membulat, kandung kemih
43
kosong, diastasis rektus abdominalis lebih dari 2,5 cm, fungsi pencernaan
baik, peristaltik usus 20x/menit, buang air besar baik.
Pada pemeriksaan perenium dan genetalia vagina intregitas kulit baik,
tidak ada edema, tidak hematom, perinium di episiotomi tidak ada
kemerahan, tidak ada bengkak, tidak ada echimosis, tidak ada discharge,
approximate baik, kebersihan baik, lokhea rubra jumlah setengah pembalut
, hemoroid tidak menonjol.
Pada pemeriksaan ekstremitas, ekstremitas atas simetris kanan dan kiri
dan yang kiri terpasang infus, ekstremitas bawah tidak edema, ada varises di
bawah lutut, tidak ada homan.
Pada pemeriksaan eliminasi pada BAK klien mengatakan sesudah
melahirkan sudah BAK sebanyak 2X, dan BAK tidak ada keluhan, BAB ibu
mengatakan belum BAB.
Pada pemeriksaan istirahat dan kenyamanan pada pola tidur ibu
mengatakan tidak bisa tidur ibu mengatakan tidak nyaman karena sering
terbangun.
Pada pemeriksaan mobilisasi dan latihan tingkat mobilisasi ibu suda
bisa duduk dan saat ini sedang latihan berjalan dan belum melakukan senam
nifas.
Pada pemeriksaan nutrisi dan cairan ibu mengatakan kalo nafsu
makannya bertambah porsinya seperti nasi, lauk, sayur dan buah, ibu
mengatakan minum 6 gelas air putih setiap 6 jam sekali dan sesekali
meminum teh hangat dan terpasang infus ringer laktat 20 tetes per menit.
44
Pada pemeriksaan keadaan mental ibu mengatakan senang menerima
bayinya dan ibu menerima bayinya dengan sangat senang.
Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 9 Maret 2015 didapatkan
hasil pemeriksaan gula darah sewaktu (72 mg/dL), SgoT (39 u/L), SgpT (16
u/L), ureum (20 mg/Dl), kreatinin (1,0 mg/Dl) HbsAg (negatif), leukosit (8,9
u/L).
Terapi yang didapat pasien saat dirawat yaitu terapi intravena infus
Ringer Laktat berfungsi mengembalikan keseimbangan elektrolit pada
dehidrasi 20 tetes/menit. Oksitosin 1 amp = 10 unit = 1mg berfungsi untuk
meningkatkan kontraksi uterus agar persalinan lebih cepat, amoxilin
1x3sehari 500 mg berfungsi sebagai antibiotik, asam mefenamat 1x3 sehari
500mg berfungsi sebagai anti nyeri, cefotaxim 50mg/12jam berfungsi untuk
saluran kemih.
B. Analisa Data
Hasil pengkajian secara wawancara dan observasi di dapatkan data :
Pada tanggal 10 Maret 2015 didapatkan data fokus, data subyektif
pasien mengatakan nyeri P : pasien mengatakan nyeri pada uterus karena
kontraksi, Q : pasien mengatakan nyeri seperti tersayat-sayat, R : di uterus, S :
skala 5, T : saat beraktivitas dan di dapatkan data obyektif pasien meringis
kesakitan,problem nyeri akut etiologi agen cidera biologis (kontraksi uterus).
Pada tanggal 10 Maret 2015 didapatkan data, data subyektif pasien
mengatakan sukit tidur karena nyeri, dan di daoatkan data obyektif pasien
45
nampak lemas, mata nampak cekung dan mengantuk.problem gangguan pola
tidur etiologi restrain fisik.
Pada tanggal 11 Maret 2015 didapatkan data fokus, data fokus dengan
data subyektif pasien mengatakan melahirkan secara normal pada tanggal 10
Maret 2015 jam 03.00 WIB dini hari dan di dapatkan data obyektif terdapat
epiostomi pada perinium, tidak di terdapat tanda-tanda REEDA, suhu 36,5oC
dan didapatkan problem resiko infeksi dan etiologi prosedur invasif (Luka
Epiostomi).
C. Prioritas Diagnosa
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (kontraksi uterus)
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan tingkat kenyamanan
3. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (Luka Epiostomi)
D. Intervensi Keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (kontraksi uterus)
Tujuannya adalah setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 2x24
jam di harapkan nyeri berkurang dengan kriteria hasil pasien dapat mengotrol
nyeri, skala nyeri berkurang dari 5 menjadi 2, pasien tampak nyaman, tanda-
tanda vital normal.
Intervensi atau rencana tindakan yang akan di lakukan pada Ny. W
adalah kaji skala nyeri(P, Q, R, S, T) untuk mengetahui skala nyeri, periksa
tanda-tanda vital untuk mengetahui tanda tanda vital dalam batas normal,
46
mengajarkan teknik effluarge message untuk mengurangi nyeri kontraksi
uterus, mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri
ketika nyeri terjadi lagi,kolaorasi dengan dokter pemberian obat analgesik
untuk mengurangi nyeri ketika terjadi lagi.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan tingkat kenyamanan
Tujuannya adalah setelah di lakuikan tindakan 2x24 jam di harapkan
gangguan pola tidur tidur teratasi dengan kriteria hasil jumlah tidur dalam
batas normal 6-8 jam, pola tidur tidak terganggu, pasien nampak rileks.
Intervensi atau rencana tindakan yang akan di lakukan pada Ny. W
adalah observasi gangguan pola tidur untuk mengetahui gangguan pola tidur,
ciptakan lingkungan yang nyaman untuk memberikan suasana yang tenang
dan nyaman bagi pasien, membatasi jumlah pengunjung yang menengok
pasien untuk memberikan susana yang tenang dan nyaman, memberikan
pendidikan kesehatan tentang makanan yang biasa menjadikan pasien susah
tidur umtuk memberikan pengetahuan suapaya pasien mengerti makanan
yang menyebabkan sulit tidur.
Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (Luka Epiostomi)
Tujuannya adalah setelah di lakukan tindakan 2x24 jam di harapkan
infeksi tidak terjadi dengan kriteria hasil pasien mengerti cara merawat luka
epiostomi, pasien tidak mengalami infeksi, pasien mengerti cara menjaa
kebersihan luka epiostomi.
Intervensi atau rencana tindakan yang akan di lakukan pada Ny. W
adalah observasi tanda REEDA untuk mengetahui ada tidaknya infeksi,
47
mengajarkan pasien melakukan vulva hygiene supaya pasien mampu
melakukan vulva hyegiene sendiri di rumah, memberikan pendidikan
kesehatan tentang prmtingnya menjaga kebersihan untuk menambah
pengetahuan pasien tentang pentingnya menjaga gnetalia, kolaborasi dengan
dokter pemberian obat analgetik untuk mencegah infeksi.
E. Implementasi keperawatan
Tindakan yang dilakukan pada 10 maret 2015 yaitu diagnosa yang
pertama, mengkaji skala nyeri pasien, jam 10.00 WIB melakukan dengan
respon subyektif oleh pasien mengatakan abdomennya nyeri karena kontraksi
P : pasien megatakan nyeri kontraksi, Q : nyeri seperti disayat-sayat R : nyeri
pada uterus S : skala 5 T : nyeri saat kontraksi dan didapatkan data obyektif
TD : 110/70 mmhg, S : 36,5oC, RR : 20X/menit, N : 80X/menit. Pasien
tampak meringis kesakitan, Jam 10.15 WIB memberikan tehnik eflurage
massage dan didapatkan respon subyektif pasien mau diajarkan dan
didapatkan respon obyektif pasien nampak mengerti 10.30 WIB mengajarkan
teknik relaksasi nafas dalam dan didapatkan respon subyektif pasien mau di
ajari dan didapatkan respon obyektif pasien nampak mengikuti apa yang di
ajarkan.
Jam 10.45 WIB memeriksa tanda-tanda vital dan didapatkan respon
subyektif pasien mau di periksa tanda-tanda vitalnya TD : 120/70 mmhg, S :
365 o
C, N : 80X/menit, RR : 20X/menit, Jam 11.00 WIB kolaborasi dengan
dokter pemberian obat antibiotik dan didapatkan respon subyektif pasien mau
48
minum obat, dan didapatkan respon obyektif pasien minum obat amoxilin dan
asam mefenamat.
Diagnosa yang kedua pada jam 11.10 WIB dengan mengobservasi
gangguan pola tidur dengan respon subyektif oleh pasien mau di observasi
dengan respon obyektif pasien nampak mengerti, Jam 11.20 WIB
menciptakan lingkungan yang nyaman dan di nampak mengerti. Jam 11.30
WIB membatasi jumlah pengunjung dengan respon subyektif pasien mau
membatasi jumlah pengunjung respon obyektif tampak mengerti pasien Jam
12.00 WIB memberikan pendidikan kesehatan tentang istirahat tidur dan
didapatkan respon subyektif pasien mau mendengarkan penjelasan dan
didapatkan respon obyektif pasien mengerti apa yang disampaikan.
Diagnosa ketiga, jam 12.30 WIB mengobservasi tanda REEDA R :
tidak ada kemerahan, E : tidak ada bengkak, E : tidak ada kebiruan, D : tidak
terdapat pus, serum, darah, A : jahitan baik.
. Jam 13.00 WIB mengajari pasien melakukan vulva hygine dan
didapatkan respon subyektif pasien mau di ajari dan di dapatkan respon
obyektif psien nampak mengerti.
Tindakan yang dilakukan pada Rabu 11 maret 2015 yaitu diagnosa
yang pertama, mengkaji skala nyeri pasien, jam 10.00 WIB melakukan
dengan respon subyektif oleh pasien mengatakan abdomennya nyeri karena
kontraksi P : pasien megatakan nyeri kontraksi, Q : nyeri seperti disayat-sayat
R : nyeri pada uterus S : skala 5 T : nyeri saat kontraksi dan didapatkan data
obyektif TD : 110/70 mmhg, S : 36,5oC, RR : 20X/menit, N : 80X/menit.
49
Pasien tampak meringis kesakitan, Jam 10.15 WIB mengajarkan teknik
relaksasi nafas dalam dan didapatkan respon subyektif pasien mau di ajari dan
didapatkan respon obyektif pasien nampak mengikuti apa yang di ajarkan.
Jam 10.30 WIB memeriksa tanda-tanda vital dan didapatkan respon subyektif
pasien mau di periksa tanda-tanda vitalnya TD : 12/70 mmhg, S : 365 o
C, N :
80X/menit, RR : 20X/menit, Jam 13.00 WIB kolaborasi dengan dokter
pemberian obat antibiotik dan didapatkan respon subyektif pasien mau
minum obat, dan didapatkan respon obyektif pasien minum obat amoxilin dan
asam mefenamat. Jam 11.00 WIB memberikan pendidikan kesehatan tentang
istirahat tidur dan didapatkan respon subyektif pasien mau mendengarkan
penjelasan dan didapatkan respon obyektif pasien mengerti apa yang
disampaikan
Diagnosa yang kedua pada jam 11.30 dengan mengobservasi
gangguan pola tidur dengan respon subyektif oleh pasien mau di observasi
dengan respon obyektif pasien nampak mengerti, Jam 11.20 WIB
menciptakan lingkungan yang nyaman dan di nampak mengerti. Jam 11.30
WIB memberikan pendidikan kesehatan tentang istirahat tidur dan didapatkan
respon subyektif pasien mau mendengarkan penjelasan dan didapatkan respon
obyektif pasien mengerti apa yang disampaikan.
Diagnosa ketiga, jam 12.00 WIB mengobservasi tanda REEDA R :
tidak ada kemerahan, E : tidak ada bengkak, E : tidak ada kebiruan, D : tidak
terdapat pus, serum, darah, A : jahitan baik.
50
Jam 12.30 WIB mengajari pasien melakukan vulva hygine dan
didapatkan respon subyektif pasien mau di ajari dan di dapatkan respon
obyektif psien nampak mengerti.
F. Evaluasi
Setelah di lakukan tindakan keperawatan hasil evaluasi pada tanggal
selasa 10 maret 2015 jam 14.00 WIB pada diagnosa pertama dengan hasil
metode SOAP di peroleh hasil sebagai berikut subyektif pasien mengatakan
nyeri karena kontraksi uterus P : pasien mengatakan nyeri karena kntraksi
uterus Q : nyeri seperti tersayat-sayat, R : di uterus, S : skala 5, T : saat
kontraksi obyektif pasien nampak meringis kesakitan analisa masalah belum
teratasi planning lanjutkan intervensi kaji skala nyeri, memeriksa TTV,
mengajarkan teknik effluarge message, mengajarkan teknik relaksasi,
kolaborasi dengan dokter pemberian analgesik.
Pada diagnosa kedua jam 14.15 WIB dengan hasil metode SOAP
diperoleh hasil sebagai berikut subyektif pasien mengatakan tidak bisa tidur,
obyektif pasien nampak mengantuk dengan mata cekung, analisa masalah
belum teratasi, planning lanjutkan intervensi observasi gangguan pola tidur,
ciptakan lingkungan nyaman, tenang, membatasi jam pengunjung,
memberikan pendidikan kesehatan tentang makanan yang bisa membuat
susah tidur.
Pada diagnosa yang ketiga pada jam 14.30 WIB dengan hasil metode
SOAP diperoleh hasil sebagai berikut : subyetiktif pasien mengatakan sulit
merawat luka epiostomi, obyektif pasien nampak gelisah, analisa masalah
51
belum teratasi, planning lanjutkan intervensi observasi REEDA, mengajarkan
pasien merawat luka epiosomi,memeriksa TTV.
Evaluasi pada hari Rabu 11 Maret 2015 jam 14.00 didapatkan data
subyektif pasien mengatakan nyeri berkurang, P : pasien mengatakan nyeri
karena kontraksi, Q : pasien mengatakan nyeri seperti disayat-sayat, R : di
uterus S : nyeri skala 3, T : saat kontraksi obyektif pasien sedikit rileks.
Analisa masalah teratasi sebagian planning lanjutkan intervensi kaji skala
nyeri (P, Q, R, S, T), memeriksa TTV, mengajarkan teknik relaksasi nafas
dalam, mengajarkan teknik effluarge message.
Pada diagnosa yang kedua di dapatkan data subyektif pasien
mengatakan sudah bisa tidur, obyektif pasien nampak rileks, nayaman,
analisa masalah teratasi, planning hentikan intervensi.
Pada diagnosa ketiga di dapatkan data subyektif pasien sudah bisa
merawat luka obyektif pasien nampak lebih tenang analisa masalah teratasi
planning hentikan intervensi.
52
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang aplikasi jurnal pemberian
teknik effluarge message terhadap penurunan nyeri pada ibu post partum pada
asuhan keperawatan pada Ny. W dengan post partum spontan yang di lakukan
penulis di bangsal Melati RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso, Wonogiri pada
tanggal 09-10 Maret 2015.
A. Pengkajian
Penulis melakukan pengkajian pada tanggal 9 Maret 2015
dengan alloanamnesa dan autoanamnesa. Alloanamnesa adalah anamnesis
terhadap relasi/keluarga terdekat atau yang membawa pasien tersebut ke
rumah sakit. Sedangkan autoanamnesa merupakan anamnesis terhadap pasien
itu sendiri (Nurhay, 2005).
Pengkajian adalah proses pengumpulan data secara sistematis yang
bertujuan untuk menentukan status kesehatan dan fungsional pada saat ini dan
waktu sebelumnya, serta untuk menentukan pola respon klien saat ini dan
waktu sebelumnya (Carpenito, 2005).
Pengkajian pada tanggal 10 Maret 2015 pada pukul 09.00 WIB
dengan yang dirasakan klien adalah nyeri pada perut. Tournaire dan Theau-
Yonneau (2007) dalam Judha, dkk (2012), mendefinisikan nyeri sebagai
pengalaman yang tidak menyenangkan, baik sensori maupun emosional yang
berhubungan dengam risiko atau aktualnya kerusakan jaringan.
53
Menurut teori Rendy,M.C dan margareth 2012 pada ibu post partum
sering terjadi nyeri karena kontraksi uterus, Nyeri dapat timbul pada saat
aktifitas dan hilang pada saat istirahat..
Pengkajian nyeri meliputi (PQRST). P (Provocate) yang berarti
penyebab atau stimulus - stimulus nyeri, Q (Quality) yang berarti kualitas
nyeri yang dirasakan, R (Region) yang berarti lokasi nyeri, S (Severe) yang
berarti tingkat keparahan nyeri, T (Time) yang berarti awitan, durasi dan
rangkaian nyeri (Prasetya, 2010).
Pada pengkajian didapatkan masalah pasien kurang tidur dan kualitas
tidur pasien berkurang, karena kontraksi uterus yang dirasakan pasien.
Pada pengkajian didapatkan masalah pasien mengalami suhu yang
sedikit meningkat dan tidak ada tanda REEDA, leukosit tidak menurun.
Kunjungan antenatal care (ANC) yang dilakukan Ny.W selama masa
kehamilan sebanyak 11x periksa. Kunjungan antenatal care (ANC) yang
dilakukan Ny.W sesuai dengan yang seharusnya dilakukan oleh ibu hamil
serta sesuai teori Hanafiah (2006), yaitu sampai dengan kehamilan Trimester
I (<14 minggu) tiga kali kunjungan, dam kehamilan Trimester II (14-28
minggu) empat kali kunjungan, dan kehamilan Trimester III (28-36 minggu)
empat kali kunjungan.
Menurut prawirohardjo (2009), ibu pada Trimester 1 menunjukkan
tanda dan gejala seperti mual dan muntah atau disebut morning sickness,
payudara terasa penuh dan sensitive, sering berkemih, merasa lemah dan
letih, berat badan naik. Pada Trimester 2 pertama terjadi perubahan payudara
54
yaitu nyeri tekan, terasa berat, pembesaran, hiperpigmentasi dan perubahan
putting. Kedua, peningkatan frekuensi kemih yang diakibatkan adanya
pembesaran uterus yang menekan kandung kemih, sehingga menstiulasi saraf
dan sfingther umtuk berkemih. Ketiga beberapa wanita mengatakan bahwa ia
merasa hamil. Terjadi perasaan mudah lelah, pusing, dan membutuhkan
waktu yang lebh lama untuk tidur. Pasien merasakan seperti ada gerakan
janin. Keempat, adanya bercak keunguan pada vagina karena meningkatnya
suplai darah, melunaknya segmen bawah uterus, melunaknya uterus.
Pada trimester ke 3 menunjukkan tanda dan gejala seperti
ketidaknyamanan fisik dan gerakan janin sering menggangu istirahat ibu.
Dispnea, peningkatan urinari, nyeri punggung, konstipasi, dan varises dialami
oleh kebanyakan wanita pada kehamilan tingkat akhir. Peningkatan ukuran
abdomen mempengaruhi ukuran mempengaruhi kemampuan melakukan
aktivitas sehari-hari.
Pada riwayat persalinan sebelumnya dan saat ini dengan persalinan
spontan dengan hasil leopold menunjukkan presentasi janin letak kepala,
inilah letak janin yang diharapkan, karena akan mempermudah proses
persalinan alami melalui jalan lahir. Ketika persalinan berlangsung kepala si
kecil akan terdorong ke arah pintu jalan lahir.(Forte.w,2010)
Pasien mengalami perdarahan saat persalinan sebanyak
Menurut Nugroho (2012) perdarahan post partum adalah
perdarahan lebih dari 500 cc yang terjadi setelah bayi lahir pervaginam atau
lebih dari 1000 ml setelah persalinan abdominal. Kondisi dalam persalinan
55
menyebabkan kesulitan untuk menentukan jumlah perdarahan yang terjadi,
maka batasan jumlah perdarahan disebutkan sebagai perdarahan yang lebih
dari normal yang telah menyebabkan perubahan tanda vital, antara lain pasien
mengeluh lemah, limbung, berkeringat dingin, menggigil, tekanan darah
sistolik < 90 mmHg, denyut nadi < 200x/menit.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada Ny.W adalah pengukuran
tanda-tanda vital (TTV) yang didapatkan hasil tekanan darah 110/70 mmHg,
Suhu Nadi 80x/menit, Respirasi 20x/menit.
Data diatas didukung oleh teori Ambarwati (2008) bahwa pada pasien
post partum tanda-tanda vital yang harus dikaji adalah suhu, nadi, tekanan
darah pernafasan. Yang pertama suhu tubuh, suhu tubuh wanita post partum
tidak lebih dari C. Pasca melahirkan suhu tubuh dapat naik kurang lebih
C dari keadaan normal. Kenaikan suhu badan ini akibat kerja keras
sewaktu melahirkan, kehilangan cairan, kurang lebih pada hari ke-4 post
partum, suhu badan naik lagi. Hal ini diakibatkan pada pembentukan ASI,
kemungkinan payudara membengkak, maupun infeksi pada endometrium ,
mastitis, trakrus, genetalis, ataupun sistem lain.
Yang kedua denyut nadi normal pada orang dewasa 60-100x/menit.
Pasca melahirkan, demyut nadi ,emjadi bradikardi maupun lebih cepat.
Denyut nadi yang melebihi 100x/menit, harus waspada kemingkinan infeksi
post partum.
Yang ketiga tekanan darah, tekanan darah yang dialami darah pada
pembuluh darah arteri ketika darah dipompa oleh jantung keseluruh anggota
56
tubuh manusia. Pasca melahirkan, tekanan darah menjadi lebih rendah
diakibatkan oleh perdarahan. Sedangkan tekanan darah tinggi pada ibu post
partum merpakan tanda terjadinya pre eklamsia post partum.
Yang terakhir adalah pernafasan. Frekuensi pernafasan normal pada
orang dewasa adalah 16-24x/menit. Pada ibu post partum umumnya
pernafasan lambat atau normal. Hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan
pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Keadaan pernafasan selalu
berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Apabila suhu tidak
normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali ada gangguan khusus
saluran nafas. Bila pernafasan pada masa post partum menjadi lebih cepat,
kemungkinan ada tanda-tanda syok.
Pada pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) didapatkan hasil Tekanan
darah, suhu, nadi dan pernafasan dalam batas normal hal ini juga sama
dengan teori tekanan darah, suhu, nadi, dan pernafasan ibu post partum
seharusnya dalam batas normal.
Pada pemeriksaan kepala sampai leher pada mata konjungtiva Ny.W
anemis, palbebra hitam, sclera putih. Hal ini sesuai dengan teori Made
(2006), yang menyatakan bahwa pasien post partum yang mengalami
perdarahan dapat berakibat terjadinya anemia, yag ditandai dengan penurunan
indeks eritrosit, penurunan Hb, penurunan hematokrit yang ditandai
konjungtiva anemis.
Pada pemeriksaan payudara simetris kanan dan kiri, bersih, puting
susu menonjol dan besar, payudara keras, pengeluaran air susu ibu (ASI)
57
sedikit, hyperpigmentasi pada areola. Pengkajian tersebut sama dengan
pendapat komariyah (2014), pada pasien post partum ditemukan pembesaran
pada payudara dengan peningkatan pola vaskuler, areola menjadi gelap
dengan penonjolan puting, terdapat cairan encer berwarna kuning yang keluar
dari puting setelah pada akhir kehamilan.
Pada pemeriksaan abdomen fundus uterus. Dalam pengkajian
didapatkan fundus uterus Ny.W dua jari dibawah pusat. Data tersebut
didukung oleh teori Devi (2014) yang menyatakan bahwa setelah bayi
dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi dan retraksi
akan menjadi keras sehingga dapat menutup pembuluh darah besar yang
bermuara pada implantasi plasenta. Pada hari pertama ibu nifas tinggi fundus
uteri kira-kira satu jari bawah pusat (1cm). Pada hari kelima nifas uterus
menjadi 1/3 jarak antara symphisis ke pusat, dan hari kesepuluh undus uteri
dapat diraba. Selanjutnya, tinggi fundus uteri akan mengalami penurunan 1
cm tiap hari. Secara berangsur-angsur menjadi kecil dan kembali seperti
hamil kembali.
Pada pemeriksaan perineum dan genetal lochea jenis rubra, lochea
setengah pembalut dan bau khas. Menurut suherny et al (2008), lochea adalah
eksresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea mengandung darah dan sisa
jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Lochea mempunyai reaksi
basa cepat daripada asam pada vagina normal. Lochea mempunyai bau amis
atau anyir seperti darah menstruasi meskipun tidak terlalu menyengat
58
volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lochea yang berbau tidak sedap
menandakan adanya infeksi
Pengkajian diatas sesuai dengan teori winknjosastro (2006)
menyatakan bahwa lochea rubra pada ibu bersalin scara fisiologis akan
berlangsung pada hari 1 sampai hari ke 3 (72jam). Menurut mochtar (2008),
lochea rubra adalah berisi darah-darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban,
sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium, selama dua hari post
partum.
Pada pemeriksaan ekstremitas atas perabaan akral hangat, kekuatan
otot lima yaitu pasien dapat melawan gravitasi. Pada pemeriksaan ekstremitas
bawah perabaan akral hangat, tidak ada varisies, tidak ada edema, tanda
human negatif (-). Pemeriksaan tanda homan dilakukan dengan uji homan
yaitu dengan dorsofleksi keki berdiri tegak ketika berdiri tegak, kemudian
menekan otot kaki vena tibialis apabila menyebabkan raa sakit maka tanda
homan positif (Halminton,1995). Hal tersebut sesuai teori Debora (2013),
kekuatan otot normal 5 yaitu kekuatan otot utuh dan mampu melawan
gravitasi. Tidak ada varises dan tidak ada edema, bila ada edema lakukan
penekanan pada daerah edema, bila ada cekungan maka hal tersebut
menandakan edema (Debora,2013).
Pada pengkajian eliminasi Buang Air Kecil (BAK), dengan jumlah
urine kira-kira 200cc/7 jam, wrna kecoklatan, bau khas. Data tersebut sesuai
dengan varney (2007) bahwa pada pasien post partum buang air kecil sering
sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan terdapat spasine sfingter dan
59
edema buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin
da tulang pubis selama persalinan.
Pada pengkajian elimanasi Buang Air Besar (BAB), pasien
mengatakan belum BAB selama satu hari. Data tersebut didukung oleh Devi
(2014) yang menyatakan bahwa buang air besar biasanya mengalami
perubahan pada 1-3 hari post partum. Hal ini disebabkan terjadinya
penurunan tonus otot selama proses persalinan sehingga dapat menimbulkan
konstipasi pada minggu pertama post partum. Hal ini disebabkan terjadinya
penurunan tonus otot selama proses persalinan sehingga dapat menimbulkan
konstipasi pada minggu pertama post partum, selain itu adanya rasa takut
untuk buang air besar sehubungan dengan jahitan perinium , dan takut rasa
nyeri.
Pada pemeriksaan mobilisasi dan latihan klien setelah melahirkan
kemampuan perawatan makan dan minum, berpakaian, mobilitas, ditempat
tidur, berpindah, ambulasi Range Of Motion (ROM), buang Air Kecil (BAK)
klien dibantu orang lain dengan skore 2. Hal ini dijelaskan dalam teory perry
dan potter (2006), pada pasien post partum semakin banyak beraktifitas
semakin baik.
Dari hasil pemeriksaan penunjang laboratorium didapatkan hasil
leukosit 8,9 ribu/ul (4,5-11,5 ribu/ul). Pada pengkajian Ny.W sesuai dengan
pendapat wiknjosastro (2005) bahwa leukosit akan normal pada saat setelah
melahirkan.
60
Terapi obat yang didapatkan oleh Ny.W adalah ringger lactat 20 tetes
per menit (tpm), hal ini sesuai pengkajian Ny.W dengan teory varney (2007),
bahwa ringer laktat adalah komposisi elektrolit yang konsentrasinya yang
sangat serupa dengan ekstraseluler. Elektrolit-elektrolit dalam ringer laktat
unuk menggantikan cairanpada dehidrasi termasuk perdarahan. Oxsitoksin 1
ampul= 10 unit= 1 mg golongan uterotonix dan relaksasi uterus dengan
indikasi meningkatkn kontraksi uterus agar persalinan lebih cepat, amoxsilin
500mg/ 24 jam golongan antimikroba dengan indikasi untuk infeksi saluran
genital, asam mefenamat 500gr/24 jam analgesik non narkotik dengan
indikasi sebagai anti nyeri, cefotaxime 50mg/12 jam golongan analgesik
untuk indikasi infeksi saluran kenih.
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis tentang respon
individu, keluarga, dan komunitas terhadap masalah keperawatan yang aktual
dan potensial, atau proses kehidupan (Potter dan Perry, 2005).
Diagnosa pertama yang diangkat penulis yaitu nyeri akut berhubungan
dengan agen cidera biologis (kontraksi uterus). Dengan data P: Pasien
mengatakan nyeri saat kontraksi, Q: Pasien menatakan nyeri seperti tersayat-
sayat, R: diuterus, S:nyeri skala 5, T: nyeri saat kontaksi.
Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual dan potensial atau
digambarkan dalam hal kerusakan jariangan sedemikian rupa awitan tiba-tiba
61
atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat
diantisipasi atau di prediksi dan berlangsung <6 bulan, dengan batasan
karateristiknya adalah mengekspresikan perilaku misalnya, gelisah,
merengek, menangis, dan mendesah, (Herdman,T, 2009). Hal ini sesuai
dengan teori yang mengatakan bahwa nyeri akut memiliki awitan yang cepat
dengan intensitas yang bervariasi dan berlangsung dari beberapa detik sampai
enam bulan (Andarmoyo, 2013).
Batasan karakteristik dari nyeri akut berhubungan dengan agen
cidera biologis (kontraksi uterus) adalah perubahan selera makan, perubahan
tekanan darah, perubahan frekuensi jantung, perubahan frekuensi pernafasan,
laporan isyarat, diaforesis, perilaku distraksi (misal : jalan mondar-mandir,
mencari orang lain dan atau aktivitas lain yang berulang), mengekspresikan
perilaku (misal : gelisah, merengek, menangis, waspada irritavilitas
mendesak) masker wajah (misal : mata kurang bercahaya, gerakan mata
berpencar, atau tetap pada satu fokus meringis) sikap melindungi area nyeri.
Fokus menyempit (misal : gangguan persepsi nyeri atau hambatan prses
berpikir atau penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan), indikasi
nyeri yang dapat diamati, perubahan posisi untuk menghindari nyeri, sikap
tubuh melindungi, dilatasi pupil, melaporkn nyeri secara verbal, fokus pada
diri sendiri, gangguan tidur.
Penulis memprioritaskan diagnosa nyeri akut berhubungan dengan
agen cidera biologis (kontraksi uterus) ini sebgai diagnosa utama karena
62
sesuai dengan teori yang sudah dijelaskan oleh hirarki maslow nyeri termasuk
kebutuhan fisiologi.
Diagnosa kedua yang diangkat penulis adalah gangguan pola tidur
berhubungan dengan ringkat kenyamanan restrain fisik. Gangguan pola tidur
adalah gangguan dari kualitas kwantitas tidur dari gangguan eksternal
(Herdman,T, 2009).
Batasan karakteristik pada diagnosa gangguan pola tidur berhubungan
dengan gangguan rasa nyaman adalah perubahan pola tidur normal,
penurunan kemampuan berfungsi, ketidakpuasan tidur, menyatakan sering
terjaga, menyatakan tidak kesulitan tidur, menyatakan tidak cukup istirahat.
Saat dilakukan pengkajian diperoleh klien mengatakan tidak bisa tidur
karena kontraksi uterus yang dialaminya.
Diagnosa ketiga yang diangkat penulis yaitu resiko infeksi
berhubungan dengan prosedur invasif. Resiko infeksi adalah Keadaan dimana
seorang individu berisiko terserang oleh agen patogenik dan oportunistik
(virus, jamur, bakteri, protozoa, atau parasit lain) dari sumber-sumber
eksternal, sumber-sumber eksogen dan endogen (Herdman,T, 2009).
Batasan karakteristik diagnosa yang ketiga adalah resiko infeksi
berhubungan dengan prosedur invasif adalah pertahanan tubuh yang tidak
adekuat (intregritas kulit tidak utuh, jaringan yang mengalami trauma,
penurunan siliaris, statis caian tubuh, perubahan sekresi PH).
63
Diagnosa ketiga yang diambil adalah resiko infeksi berhubungan
dengan prosedur invasif, resiko infeksi adalah beresiko terhadap invasi
organisme pathogen (wilkinson,2011)
Saat dilakukan pengkajian diperoleh klien tidak mengatakan apapun.
Dan didapatkan tidak ada tanda REEDA, leukosit dalam batas normal. Hal
ini sesuai degan teori mengenai resiko infeksi yaitu mengalami peningkatan
risiko terserang organisme patogenik (Herdman,T, 2009).
Penulis mengangkat diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen
cidera biologis (kontraksi uterus) sebagai diagnosa yang prioritas dan aktual.
Secara verbal klien mengatakan mengalami nyeri akan melaporkan adanya
ketidaknyamanan berkaitan dengan nyeri yang dirasakannya. Hal ini sesuai
dengan teori hierarki Maslow yang menyebutkan bahwa nyeri termasuk
dalam kebutuhan fisiologis. Kebutuhan fisiologis merupakan hal yang mutlak
di penuhi manusia untuk bertahan hidup dan harus dipenuhi terlebih dahulu
dari pada kebutuhan yang lain (Mubarak, 2008).
C. Intervensi keperawatan
Tujuan adalah perubahan perilaku pasien yang diharapkan oleh
perawat setelah berhasil dilakukan (Rohmah, 2012).
Kriteria hasil ialah pernyataan spesifik tentag perilaku atau respon
klien yang perawat antisipasi dari asuhan keperawatan. Setelah mengkaji,
mendiagnosis, dan menetapkan prioritas tentang kebutuhan perawatan
64
kesehatan klien, perawat merumuskan tujuan dan hasil yang diperkirakan
dengan klien untuk setiap diagnosa keperawatan (Gordon, 1994).
Menurut Rohmah, (2012) : Prinsip tujuan dan hasil sesuai dengan
SMART ( Spesifik, Measurable, Achievable, Reasonable, Time).
Intervensi ialah pengembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi, dan mengatasi masalah-masalah yang telah diidentifikasi dalam
diagnosis keperawatan. Desain keperawatan menggambarkan sejauh mana
perawat mampu menetapkan cara menyelesaikan masalah dengan efektif dan
efisien (Rohmad, dkk 2012).
Penulis menyusun perencanaan dengan prinsip ONEC (Objektif,
Nurse, Educatife, Colaboration) (Rohmah, 2012).
Sesuai prioritas keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen
cidera biologis (kontraksi uterus), penulis membuat tujuan yaitu setelah
dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam nyeri berkurang atau hilang
dengan kriteria hasil berdasarkan NOC (Nursing Outcome Classification) :
mampu mengontrol nyeri non farmakologi, melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri (skala 2) , mampu
mengenali nyeri, dan menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
(Nurarif, 2013).
Berdasarkan tujuan dan kriteria hasil tersebut kemudian penulis
menyusun intervensi keperawatan NIC (Nursing Intervention Classification) :
kaji nyeri (PQRST) dengan rasional nyeri merupakan respon subyektif yang
ddapat dikaji dengan menggunakan skala nyeri, berikan posisi yang nyaman
65
atau atur posisi imobilisasi paha dengan rasional imobilisasi yang adekuat
dapat mengurangi pergerakan fragmen tulang yang menjadi unsur utama
penyebab nyeri, berikan kesempatan waktu istirahat jika terasa nyeri dengan
rasional istirahat akan merelaksasikan semua jaringan sehingga
meninggkatkan kenyamanan, ajarkan tehnik non farmakologi (relaksasi nafas
dalam) dengan rasional tehnik non farmakologi mudah dipelajari klien
sehingga saat nyeri muncul klien mampu mengontrol nyeri secara mandiri,
kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik (amoxsilin
500mg/8jam) dengan rasional analgeti memblok lintasan nyeri sehingga nyeri
akan berkurang (Nurarif, 2013).
Diagnosa kedua gangguan pola tidur berhubungan dengan restrain
fisik, penulis membuat tujuan yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 2x24 jam didapatkan data tidak adanya gangguan pola tidur dengan
kriteria hasil berdasarkan NOC (Nursing Outcome Classification) :
menciptakan kenyamanan pada pengurangan tingkat nyeri dan kenyamanan
tidur pasien.
Berdasarkan tujuan dan kriteria hasil tersebut kemudian penulis
menyusun intervensi keperawatan berdasarkan NIC (Nursing Intervention
Classification) : menciptakan lingkungan yang nyaman dengan rasional
memberikan rasa kenyamanan yang lebih pada klien.
Diagnosa ketiga resiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasiv,
penulis membuat tujuan yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
2x24jam didapatkan data tidak ada tanda-tanda resiko infeksi dengan kriteria
66
hasil berdasarkan NOC (Nursing Outcome Classification) : tingkat regenerasi
sel dan jaringan setelah penutupan luka secara sengaja.
Berdasarkan tujuan dan kriteria hasil tersebut kemudian penulis
menyusun intervensi keperawatan berdasarkan NIC (Nursing Intervetion
Classification) : perawatan luka insisi dengan rasional membersihkan,
memantau, dan memfasilitasi proses penyembuhan luka yang di tutup dengan
jahitan, klip, atau staples. Melakukan pengendalian infeksi dengan rasional
meminimalkan penyebaran dan penularan agens infeksius.
D. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan komponen dari proses
keperawatan yang merupakan kategori dari perilaku keperawatan dimana
tindakan yang di perlukan untuk mencapai tujuan dan kriteria hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan
(Potter dan Perry, 2005).
Dalam melakukan tindakan keperawatan selama dua hari yaitu pada
tanggal 10 maret 2015 penulis tidak mengalami hambatan, penulis melakukan
implementasi berdasarkan intervensi yang telah dibuat. Pada prioritas
diagnosa keprawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
(kontraksi uterus) yang dilakukan pada tanggal 10 Maret 2015 pukul 10.00
WIB adalah mengobservasi tingkat nyeri untuk mengetahui seberapa nyeri
pada klien.. Pengkajian dapat dilakukan dengan metode PQRST. P
(Provocate) yang berarti penyebab atau stimulus - stimulus nyeri, Q (Quality)
67
yang berarti kualitas nyeri yang dirasakan, R (Region) yang berarti lokasi
nyeri, S (Severe) yang berarti tingkat keparahan nyeri, T (Time) yang berarti
awitan, durasi dan rangkaian nyeri (Prasetya, 2010).
Pukul 10.15 WIB memberikan massage efflurage, klien tampak lebih
rileks dan tenang. Karena effluarge message bersifat merelaksasi atau
menenangkan.(Tunowiyoto,2012)
Efflurage adalah tekhnik pemijatan berupa usapan lembut, lambat dan
panjang atau tidak putus-putus. Tehnik ini menimbulkan efek relaksasi.
Lakukan usapan dengan ringan dan tanpa tekanan kuat, tetapi usahakan ujung
jari tidak lepas dari permukaan kulit. Pijatan efflurage dapat juga dilakukan di
punggung. Tujuan utamanya adalah relaksasi (Mons Dragon, 2005 dalam
buku potter and perry).
Efflurage adalah suatu gerakan dengan mempergunakan seluruh
telapak tangan melekat pada bagian bagian tubuh yang di gosok
(Bambang Trisno Wiyoto, 2011).
Berdasarkan jurnal penelitian parulian, T (2014) “pemberian teknik
effluarge message terhadap penurunan nyeri pada ibu post partum di RS
Sariningsih, Bandung” Bahwa tindakan effluarge message dapat menurunkan
nyeri pada ibu post partum.
Effluarge message adalah suatu metode relaksasi yang menenangkan,
effluarge message merupakan aplikasi dari gate control yang dapat
mengontrol gerbang untuk menghambat rangsang nyeri pada pusat yang lebih
tinggi dari sistem pusat. Langkah prosedur teknik effluarge message adalah
68
dengan kedua telapak tangan melakukan usapan ringan, tegas, dan konstan
dengan pola gerakan melingkari abdomen dimulai dari bagian bawah di atas
simphisis pubis, arahlan kesamping perut terus ke fundus uteri kemudian
turun ke umbilikus bentuk pola gerakan seperti kupu-kupu (dalam jurnal
Parulian. T, 2014).
Pukul 10.15 WIB memberikan masase effleurage, dengan respon
subyektif klien mengatakan bahwa bersedia di masase, dan klien mengatakan
nyeri berkurang setelah dilakukan masase/ pemijatan efflurage dengan skala
nyeri 2. klien tampak lebih rileks dan tenang.
Setelah dilakukan tindakan pasien nampak rileks,tenang ketika
melakukan tindakan tidak ada hambatan dlam melakukannya.
Pada jam 11.00 WIB mengkolaborasikan pemberian analgesik (asam
mefenamat 500 mg).
Pada diagnosa yang kedua gangguan pola tidur berhubungan dengan
restrain fisik, tindakan keperawatan yang dilakukan pada pukul 11.10 WIB
mengobservasi adanya gangguan pola tidur untuk mengetahui apa yang
pasien keluhkan pada tidurnya.
pada pukul 11.20 WIB menciptakan lingkungan nyaman untuk
memberikan kenyamanan bagi pasien, pada pukul 12.10 WIB membatasi
jumlah pengunjung untuk menambah jumlah jam tidur pasien.
Pada pukul 12.00 WIB memberikan pendidikan kesehatan tentang
pentingnya tidur untuk menambah pengetahuan pasien.
69
Pada diagnosa keperawatan ketiga risiko infeksi berhubungan dengan
prosedur invasif. Pukul 12.30 WIB mengobservasi tanda tanda infeksi klien.
klien tidak mengeluhkan apapun.
Pada pukul 13.00 WIB mengajarkan pasien untuk melakukan vulva
hygiene untuk mencegah adanya infeksi.
Pada pukul 13.30 mengolaborasikan pemberian antibiotik (amoxilin,
500 mg) merupakan golongan antimikroba, berfungsi sebagai obat saluran
kemih, infeksi saluran kemih (ISO, 2006).
E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahapan terakhir dari proses
keperawatan untuk mengukur respons klien terhadap tindakan keperawatan
dan kemajuan klien ke arah pencapaian tujuan (Potter dan Perry, 2006).
Hasil evaluasi diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
biologis (kontraksi uterus) pukul 14.00 WIB dengan menggunakan metode
SOAP. Subyektif : Klien mengatakan nyeri ketika beraktifitas, nyeri terasa
seperti tertusuk, nyeri pada perut bagian kanan bawah (kontraksi uterus),
nyeri hilang timbul.Obyektif : Ekspresi klien tampak menahan nyeri, Analisa
: Hasil analaisa keperawatan nyeri akut belum teratasi karena kriteria hasil
dalam tujuan belum tercapai. Planning : Intervensi dilanjutkan yaitu
mengobservasi tingkat nyeri (PQRST), dan memberikan masase efflurage.
Evaluasi hari pertama nyeri berkurang dari skala 4 menjadi 3 setelah
dilakukan tindakan keperawatan terutama pemberian tehnik relaksasi
70
effleurage. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan Masssage atau
pemijatan pada abdomen (efflurage) adalah bentuk stimulasi kulit yang
digunakan selama proses persalinan dalam menurunkan nyeri secara efektif
(Mons Dragon, 2005 dalam buku potter and perry).
Pada pukul 14.00 WIB penulis juga melakukan evaluasi untuk
diagnosa risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif. Subyektif: klien
tidak mengatakan apapun. Obyektif : tidak terdapat tanda REEDA, Leukosit
dalam batas normal,suhu dalam batas normal. Analisa : Hasil analisa belum
teratasi. Planning : Intervensi dilanjutkan yaitu mengobservasi tanda-tanda
infeksi, mengobservasi tanda REEDA.
Hasil evaluasi hari kedua diagnosa nyeri akut berhubungan dengan
agen cidera biologis (kontraksi uterus) pukul 14.00 WIB dengan metode
SOAP. Subyektif : Klien mengatakan nyeri sudah berkurang atau hampir
tidak ada hanya ketika kontraksi. Nyeri terasa seperti tersayat-sayat dengan
skala nyeri 3, nyeri pada uterus, nyeri saat kontraksi. Obyektif : Ekspresi klien
tampak lebih rileks. Analisa : Hasil analisa masalah keperawatan sudah
teratasi sebagian dengan nyeri sudah berkurang atau hilang. Planning :
Intervensi di hentikan.
Hasil evaluasi diagnosa yang kedua gangguan pola tidur berhubungan
dengan gangguan rasa nyaman pada pukul 14.15 WIB juga dengan metode
SOAP subyektif: klien mengatakan sudah bisa tidur, Obyektif: pasien namak
rileks, Analisa: masalah teratasi, Planning: hentikan intervensi.
71
Hasil evaluasi diagnosa yang ketiga risiko infeksi berhubungan
dengan prosedur invasif pada pukul 14.30 WIB juga dengan metode SOAP.
Subyekitf : . Klien mengatakan mampu merawat luka jahitan. Obyektif : tidak
terdapat tanda REEDA, Leukosit dalam batas normal,suhu dalam batas
normal. ekspresi klien rileks. Analisa : Hasil analisa masalah keperawatan
sudah teratasi sebagian. Planning : Intervensi sudah dihentikan.
72
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Setelah penulis melakukan pengkajian, analisa data, penentuan diagnosa,
implementasi dan evaluasi tentang Pemberian Tehnik efflurage message Terhadap
Penurunan Intensitas Nyeri pada Ny. W dengan Post Partum di Bangsal melati
RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri Secara metode studi kasus, maka
dapat ditarik kesimpulan.
A. Kesimpulan
1. Pengkajian terhadap masalah nyeri akut pada Ny. W telah dilakukan secara
komprehensif dan diperoleh hasil yaitu terdapat keluhan utama nyeri, nyeri
karena kontraksi uterus, nyeri seperti disayat-sayat, nyeri dibagian bawah
perut yang melewati umbilicus, nyeri dengan skala 6, nyeri hilang timbul
kurang lebih 5 sampai 10 menit setiap kali muncul. Tekanan darah 110/80
mmHg, Nadi 80x/menit, Pernafasan 18x/menit, Suhu 36,5ºC.
2. Diagnosa yang muncul pada Ny.W yang pertama adalah nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera biologis (kontraksi uterus). Diagnosa
yang kedua adalah gangguan pola tidur berhubungan dengan restrain fisik.
Diagnosa yang ketiga adalah resiko infeksi berhubungn dengan prosedur
invasif.
73
3. Rencana keperawatan yang disusun untuk diagnosa nyeri akut yaitu kaji
skala nyeri (P Q R S T), monitor tanda-tanda vital, berikan posisi yang
nyaman, ajarkan tehnik effluarge message, kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian analgesik sesuai program. Pada diagnosa gangguan pola tidur
intervensinya yaitu observasi keadaan umum pasien, bantu pemenuhan
kebutuhan pasien, memberikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya
tidur, kolaborasi dengan dokter. Pada diagnosa resiko infeksi intervensinya
yaitu observasi keadaan umum pasien, perawatan luka pasien, mengajarkan
pasien vulva hygine dan kolaborasi dengan obat antibiotik. Tindakan
keperawatan utama yang dilakukan berdasarkan aplikasi riset adalah tehnik
effluarge message.
4. Implementasi keperawatan yang dilakukan selama dua hari dilakukan
tindakan pada diagnosa pertama yaitu nyeri akut yaitu kaji skala nyeri (P Q
R S T), monitor tanda-tanda vital, berikan posisi yang nyaman, ajarkan
tehnik effluarge message, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
analgesik sesuai program. Pada diagnosa gangguan pola tidur intervensinya
yaitu observasi keadaan umum pasien, bantu pemenuhan kebutuhan pasien,
memberikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya tidur, kolaborasi
dengan dokter. Pada diagnosa resiko infeksi intervensinya yaitu observasi
keadaan umum pasien, perawatan luka pasien, mengajarkan pasien vulva
hygine dan kolaborasi dengan obat antibiotik. Tindakan keperawatan utama
yang dilakukan berdasarkan aplikasi riset adalah tehnik effluarge message.
74
5. Evaluasi keperawatan yang dilakukan selama dua hari sudah dilakukan
secara komprehensif dengan acuan Rencana Asuhan Keperawatan (Brunner
& Suddart, 2002) serta telah berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya
didapatkan hasil evaluasi keadaan pasien dengan kriteria hasil sudah
teratasi, maka nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
(kontraksi uterus) pada Ny. W Tidak teratasi dan intervensi dilanjutkan.
Pada diagnosa gangguan pola tidur berhubungan dengan restrain fisik
dengan hasil evaluasi keadaan pasien dengan kriteria hasil tercapai, maka
gangguan pola tidur teratasi dan intervensi dihentikan. Pada diagnosa
resiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasiv dengan hasil evaluasi
keadaan pasien dengan kriteria hasil teratasi, maka resiko infeksi teratasi
dan intervensi dihentikan..
6. Analisa
Hasil tindakan keperawatan Pemberian Tehnik effluarge message pada Ny
.W untuk mengurangi nyeri adalah efektif.
B. SARAN
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan nyeri
akut, penulis akan memberikan usulan dan masukan yang positif khususnya
dibidang kesehatan antara lain :
1. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit)
Hal ini diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan
kesehatan dan mempertahankan hubungan kerjasama baik antara lain
75
kesehatan maupun pasien. Sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan
asuhan keperawatan yang optimal pada umunya dan pasien post parum
spontan khususnya dan diharapkan rumah sakit mampu menyediakan
fasilitas serta sarana dan prasarana yang dapat mendukung kesembuhan
pasien.
2. Bagi Tenaga Kesehatan Khususnya Perawat
Diharapkan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya
dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien agar lebih maksimal,
khususnya pada pasien post oeprasi laparatomi. Perawat diharapkan dapat
memberikan pelayanan profesioanl dan komprehensif.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih
berkualitas dan profesioanl sehingga dapat tercipta perawat profesional,
terampil, inovatif dan bermutu yang mampu memberikan asuhan
keperawatan secara menyeluruh berdasarkan kode etik keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Andarmoyo, sulistyo. 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Jogjakarta:
Ar-Ruzzmedia.
Ambarwati, Eny Ratna 2009. Asuhan Kebidanan Nifas Mitra Cendikia.
Yogyakarta.
Bambang trisno wiyoto. 2011. Remedial Massage.Panduan Pijat Penyembuhan
Bagi Fisioterapi Praktisi dan Instruktur. Yogyakarta : Nuha Medika
Brunner dan suddarth. 2002. Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC.
Hidayat & Ulian 2005. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta EGC
ISO. 2006. Informasi Spesialite Obat. Surabaya : PT. Aditamaraya Farmindo.
Jito Wiyono, Sugeng dan Weni Kristiana Sari 2012. Asuhan Keperawatan Post
Operasi. Nuhamedika Yogyakarta.
Judha, dkk. 2012. Teori Pengukuran Nyeri dan Nyeri Persalinan. Yogyakarta :
Nuha Medika.
Maritalia 2012. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas Dan Menyusui. Pustaka
Belajar Yogyakarta.
NANDA. 2011-2014.
NICNOC .2014. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 9 : Buku Kedokteran
EGC.
Nugroho, taufan, MPH. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas (Askeb 3).
Yogyakarta : Nuha Medika
Nurarif A.H dan Hardhi K. 2013. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan NANDA. Yogyakarta : Media Action.
Nurhay A, Balbiyono, Markhum, Suwondo A, Rani A, Harun A, Dkk. Penuntun
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Departement Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta.
Nursalam 2008. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan
Edisi 2 : Salemba Medika Jakarta.
Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,
dan Praktik. Volume 1. Edisi 4. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Potter dan Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,
dan Praktik. Volume 2. Edisi 4. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Sigit Nian Prasetyo. 2010. Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri.
Smeltzer, S.C dan Bare B.G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-
BedahBrunner dan Suddarth. Edisi 8 Vol 3. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC.
Sunarsih, tri, ST. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta : Salemba
Medika.
Tetti solehati, S.Kp. M.kep & Cecep Eli Kosasih, S.Kp. MNS. 2015. Konsep Dan
Aplikasi relaksasi dalam Keperawatan Maternitas. Bandung : PT Refika
Aditama.