aplikasi stem cell untuk gagal jantung pada anak
TRANSCRIPT
Tugas Stase Cardiologi
APLIKASI STEM CELL UNTUK
GAGAL JANTUNG PADA ANAK
Oleh:
Maryama Aisyah P G0006115 A-22-2011
Feri S Ambarwati G0005097 A-19-2011
Pembimbing
dr. Sri Lilijanti W, Sp.A(K)
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAKFAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA2011
0
APLIKASI STEM CELL UNTUK
GAGAL JANTUNG PADA ANAK
A. STEM CELL
1. Definisi1,2
Stem cell adalah sel yang tidak atau belum terspesialisasi yang mempunyai 2
sifat:
a. Kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi sel lain (differentiate). Dalam hal
ini stem cell mampu berkembang menjadi berbagai jenis sel matang,
misalnya sel saraf, sel otot jantung, sel otot rangka, sel pankreas, dan lain-
lain. Kemampuan ini dapat terjadi secara fisiologis ataupun melalui induksi
saat eksperimen.
b. Kemampuan untuk memperbaharui atau meregenerasi dirinya sendiri (self-
regenerate/self-renew). Dalam hal ini stem cell dapat membuat salinan sel
yang persis sama dengan dirinya melalui pembelahan sel.
2. Jenis stem cell
Berdasarkan Potensi atau Kemampuan Berdiferensiasi1,2
Berdasarkan kemampuan berdiferensiasi, stem cell dibagi menjadi:
a. Totipotent : dapat berdiferensiasi menjadi semua jenis sel. Yang
termasuk dalam stem cell totipotent adalah zigot (telur yang telah dibuahi).
b. Pluripotent : dapat berdiferensiasi menjadi 3 lapisan germinal: ektoderm,
mesoderm, dan endoderm, tapi tidak dapat menjadi jaringan ekstra
embryonik seperti plasenta dan tali pusat. Yang termasuk stem cell
pluripotent adalah embryonic stem cells.
c. Multipotent : dapat berdiferensiasi menjadi banyak jenis sel. Misalnya:
hematopoietic stem cells.
d. Unipotent : hanya dapat menghasilkan 1 jenis sel. Tapi berbeda dengan
non-stem cell, stem cell unipoten mempunyai sifat dapat memperbaharui
atau meregenerasi diri (self-regenerate/self-renew)
1
Berdasarkan Sumbernya Stem Cell3,1,2
Stem cell dapat ditemukan dalam berbagai jaringan tubuh. Berdasarkan
sumbernya, stem cell dibagi menjadi:
a. Zigot.
Pada tahap sesaat setelah sperma bertemu dengan sel telur.
b. Embryonic stem cell
Diambil dari inner cell mass dari suatu blastocyst (embrio yang terdiri dari
50 – 150 sel, kira-kira hari ke-5 pasca pembuahan). Embryonic stem cell
biasanya didapatkan dari sisa embrio yang tidak dipakai pada IVF (in vitro
fertilization). Tapi saat ini telah dikembangkan teknik pengambilan
embryonic stem cell yang tidak membahayakan embrio tersebut, sehingga
dapat terus hidup dan bertumbuh. Untuk masa depan hal ini mungkin dapat
mengurangi kontroversi etis terhadap embryonic stem cell.
Gambar 1. Perubahan embryonic stem cell
2
c. Fetus
Fetus dapat diperoleh dari klinik aborsi.
d. Stem cell darah tali pusat.
Diambil dari darah plasenta dan tali pusat segera setelah bayi lahir. Stem
cell dari darah tali pusat merupakan jenis hematopoietic stem cell, dan ada
yang menggolongkan jenis stem cell ini ke dalam adult stem cell.
e. Adult stem cell. Diambil dari jaringan dewasa, antara lain dari:
1) Sumsum tulang, ada 2 jenis stem cell dari sumsum tulang:
Hematopoietic stem cell. Selain dari darah tali pusat dan dari
sumsum tulang, hematopoietic stem cell dapat diperoleh juga dari
darah tepi.
Stromal stem cell atau disebut juga mesenchymal stem cell.
Gambar 2. Jenis – jenis Adult stem cell2
3
2) Jaringan lain pada dewasa seperti pada:
susunan saraf pusat
adiposit (jaringan lemak)
otot rangka
pankreas
Adult stem cell mempunyai sifat plastis, artinya selain berdiferensiasi menjadi
sel yang sesuai dengan jaringan asalnya, adult stem cell juga dapat
berdiferensiasi menjadi sel jaringan lain. Misalnya: neural stem cell dapat
berubah menjadi sel darah, atau stromal stem cell dari sumsum tulang dapat
berubah menjadi sel otot jantung, dan sebagainya
Gambar 3. Perubahan adult stem cell2
4
Berdasarkan sumber donornya, stem cell dibedakan menjadi:
a. Allogenic stem cell
Stem cell yang berasal dari orang lain
b. Autologous stem cell
Stem cell yang berasal dari individu yang akan mendapat donor itu sendiri.
c. Syngeneic stem cell
Stem cell yang berasal dari saudara kembar
3. Manfaat Stem Cell3,1,2
a. Terapi gen.
Stem cell (dalam hal ini hematopoietic stem cell) digunakan sebagai alat
pembawa transgen ke dalam tubuh pasien, dan selanjutnya dapat dilacak
jejaknya apakah stem cell ini berhasil mengekspresikan gen tertentu dalam
tubuh pasien dan karena stem cell mempunyai sifat self-renewing, maka
pemberian pada terapi gen tidak perlu dilakukan berulang-ulang, selain itu
hematopoietic stem cell juga dapat berdiferensiasi menjadi bermacam-macam
sel, sehingga transgen tersebut dapat menetap di berbagai macam sel.
b. Mengetahui proses biologis, yaitu perkembangan organisme dan
perkembangan kanker. Melalui stem cell dapat dipelajari nasib sel, baik sel
normal maupun sel kanker.
c. Penemuan dan pengembangan obat baru, yaitu untuk mengetahui efek obat
terhadap berbagai jaringan .
d. Terapi sel berupa replacement therapy. Oleh karena stem cell dapat hidup di
luar organ tubuh manusia misalnya di cawan petri, maka dapat dilakukan
manipulasi terhadap stem cell itu tanpa mengganggu organ tubuh manusia.
Stem cell yang telah dimanipulasi tersebut dapat ditransplantasi kembali
masuk ke dalam organ tubuh untuk menangani penyakit-penyakit tertentu.
5
Ada 3 golongan penyakit yang dapat diatasi oleh stem cell:4
a. Penyakit autoimun.
Misalnya pada lupus, artritis reumatoid dan diabetes tipe 1. Setelah diinduksi
oleh growth factor agar hematopoietic stem cell banyak dilepaskan dari
sumsum tulang ke darah tepi, hematopoietic stem cell dikeluarkan dari dalam
tubuh untuk dimurnikan dari sel imun matur. Lalu tubuh diberi agen
sitotoksik atau terapi radiasi untuk membunuh sel-sel imun matur yang tidak
mengenal self antigen (dianggap sebagai foreign antigen). Setelah itu
hematopoietic stem cell dimasukkan kembali ke tubuh, bersirkulasi dan
bermigrasi ke sumsum tulang untuk berdiferensiasi menjadi sel imun matur
sehingga sistem imun tubuh kembali seperti semula.
b. Penyakit degeneratif.
Pada penyakit degeneratif seperti stroke, penyakit Parkinson, penyakit
Alzheimer, terdapat beberapa kerusakan atau kematian sel-sel tertentu
sehingga bermanifestasi klinis sebagai suatu penyakit. Pada keadaan ini stem
cell setelah dimanipulasi dapat ditransplantasi ke dalam tubuh pasien agar
stem cell tersebut dapat berdiferensiasi menjadi sel-sel organ tertentu yang
menggantikan sel-sel yang telah rusak atau mati akibat penyakit degeneratif.
c. Penyakit keganasan.
Prinsip terapi stem cell pada keganasan sama dengan penyakit autoimun.
Hematopoietic stem cell yang diperoleh baik dari sumsum tulang atau darah
tali pusat telah lama dipakai dalam terapi leukemia dan penyakit darah
lainnya.
Alasan stem cell merupakan calon yang bagus dalam cell-based therapy:4
a. Stem cell dapat diperoleh dari pasien itu sendiri. Artinya transplantasi dapat
bersifat autolog sehingga menghindari potensi rejeksi. Berbeda dengan
transplantasi organ yang membutuhkan organ donor yang sesuai (match),
transplantasi stem cell dapat dilakukan tanpa organ donor yang sesuai.
b. Mempunyai kapasitas proliferasi yang besar sehingga dapat diperoleh sel
dalam jumlah besar dari sumber yang terbatas. Misalnya pada luka bakar luas,
6
jaringan kulit yang tersisa tidak cukup untuk menutupi lesi luka bakar yang
luas. Dalam hal ini terapi stem cell sangat berguna.
c. Mudah dimanipulasi untuk mengganti gen yang sudah tidak berfungsi lagi
melalui metode transfer gen. Hal ini telah dijelaskan dalam penjelasan
mengenai terapi gen di atas.
d. Dapat bermigrasi ke jaringan target dan dapat berintegrasi ke dalam jaringan
dan berinteraksi dengan jaringan sekitarnya.
B. STEM CELL UNTUK GAGAL JANTUNG PADA ANAK
Sampai saat ini belum ada data yang valid mengenai insidens gagal jantung
akut pada anak. Gagal jantung memberi kontribusi terhadap estimasi 15juta
kematian anak tiap tahun di dunia, penyebab tersering adalah Penyakit Jantung
Bawaan (PJB). Menurut dr.Sukman Tulus Putra, SpA, Ketua Divisi Kardiologi
Anak RSCM, penderita PJB 90% meninggal karena gagal jantung dalam usia
kurang dari satu tahun, sedangkan sisanya terjadi pada umur 1-5 tahun. Penyebab
gagal jantung pada umur 5-15 tahun umumnya kelainan jantung di dapat
(diantaranya demam reumatik).5
Peristiwa gagal jantung pada bayi dan anak menggambarkan terdapatnya
sindroma klinik akibat miokardium tidak mampu memenuhi keperluan metabolik,
termasuk pertumbuhan.6 Keadaan ini timbul oleh kerja otot jantung yang
berlebihan, biasanya karena faktor mekanik yaitu kelainan struktur jantung pada
penyakit jantung bawaan maupun didapat yang menimbulkan beban volume
preload) atau beban tekanan (afterload) yang berlebih dan faktor miokardium yaitu
kelainan otot jantung sendiri atau insufisiensi miokardium seperti pada proses
inflamasi atau gabungan kedua faktor di atas.6,7 Pada stadium awal gagal jantung,
terjadi berbagai macam mekanisme kompensasi untuk mempertahankan fungsi
metabolik normal, ketika mekanisme tersebut menjadi tidak efektif dan sudah
mencapai stadium terminal, manifestasi klinis yang timbul akan semakin bertambah
berat.6 Untuk itu perlu terapi terkini yang lebih efektif, salah satunya adalah
penggunaan stem cell.
7
Tranplastasi sel didasarkan pada teori bahwa progenitor stem cell dapat
berdiferensiasi menjadi kardiomiosit dan sel endotel. Sehingga dapat menggantikan
miokardium yang rusak.8,9 Pada Penelitian terkini memberikan bukti awal bahwa
adult stem cells dan embryonic stem cell dapat menggantikan sel otot jantung yang
rusak dan memberikan pembuluh darah baru.9 Pada bagian bedah jantung beberapa
tipe sel yang memungkinkan untuk membentuk kardiomiosit telah diteliti, antara
lain mioblas tulang, stem cell sumsum tulang (mesenkimal dan hematopoetik),
adiposit dan sel progenitor endotelial.
Gambar 4. Proses diferensiasi stem cell menjadi cardiomiosit9
Penelitian pertama yang mendasari terapi jantung menggunakan stem cell
diawali dengan menggunakan sel satelit yang diisolasi dari otot skelet. Mioblast
otot skelet adalah kandidat pertama sel yang digunakan untuk klinis dalam
menerapi penyakit jantung. Sel – sel ini mudah tumbuh secara in vitro, mempunyai
resistensi yang tinggi terhadap iskemia yang diinduksi apoptosis dan sel
8
progenitornya mampu berdeferensiasi menjadi miotubulus multinukleat saja, tanpa
ada potensi untuk resiko terjadinya tumor. Otot skelet ini mampu meregenerasi
dirinya sendiri setelah terluka karena mengandung sel satelit atau mioblast dengan
kemampuan untuk berdeferensiasi menjadi otot skelet yang fungsional. Hasil dari
penelitian menunjukkan bahwa sel satelit mampu berdeferensiasi menjadi sel otot,
akan tetapi tidak dapat menjadi kardiomiosit. Faktanya bahwa sel – sel ini tidak
menunjukkan pasangan yang elektrofisiologis dengan miokardium host, karena
mioblast otot skelet tidak mampu mengekspresikan gap junction khusus pada
jantung yaitu protein N-cadherin dan connexin.10
Uji klinis telah dilakukan secara individual dengan jumlah pasien yang
terbatas. Pada uji klinis tahap I berdasarkan penggunaan autolog mioblast otot
skelet selama revaskularisasi arteri coronaria Menasche et al. (2003) melaporkan
hasil yang lebih bagus dengan menggunakan terapi seluler adjuvant meningkatkan
kelas fungsional berdasarkan NYHA dan meningkatkan fraksi ejeksi dari ventrikel
kiri (24% menjadi 32%).11 Salah satu perhatian utama adalah bahwa pencangkokan
mioblast mungkin menimbulkan substrat yang dapat menyebabkan aritmia,
mungkin dikarenakan tidak adanya pasangan yang elektomekanis. Faktanya, pada
uji klinis pertama yang dipublikasikan Menasche et al. (2003) empat dari sepuluh
patient mendapat cangkok arteri coronaria bypass dan injeksi mioblast
menunjukkan ventrikular takikardi dan membutuhkan implantasi defibrilasi
kardioverter.11 Penelitian uji klinis tahap I lain melaporkan bahwa penggunaan
mioblast otot skelet untuk terapi penyakit jantung dengan lebih mengutamakan
pada peningkatan gerakan dari dinding regional dan fraksi ejeksi ventrikel kiri
secara global dapat dilihat di tabel 1. Sedikitnya jumlah pasien, lagipula tidak ada
adanya kelompok kontrol dan adanya efek perancu yang bersamaan dengan
revaskularisasi menunjukkan perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk kesimpulan
yang pasti mengenai efikasi prosedur ini.12
9
Tabel 1. Penelitian yang menggunakan terapi stem cell dari mioblast otot skelet pada pasien iskemik kardiomiopati13
Autolog stem cell sumsum tulang merupakan sumber lain stem cell untuk
otot jantung. Faktanya, 5 tahun yang lalu, penelitian eksperimental dan klinis
melaporkan bahwa sel – sel tersebut mampu meregenerasi secara signifikan
sejumlah miokardium yang hilang setelah infark miokard membuat antusias, tetapi
juga membuat menjadi tidak percaya pada terapi sel untuk meregenarasi
miokardium.14 Sel – sel sumsum tulang yang digunakan untuk akut miokard infark
melalui infus intracoronaria menunjukkan manfaat secara fungsional. Pada uji
randomisasi BOOST (BOne marrow transfer to enhance ST-elevation infarct
regeneration), pasien menerima intervensi percutan dan transfer intracoronaria sel
– sel sumsum tulang autolog yang tidak diseleksi. Peneliti tersebut menyimpulkan
bahwa 6 bulan setelah transplantasi, terapi sel mulai menunjukkan peningkatan
yang signifikan pada fraksi ejeksi ventrikel kiri, juga menguatkan gerakan dinding
regional pada zona border infark. Penelitian ini tidak menggambarkan secara
signifikan penurunan ukuran infark.15 Penelitian lain mencangkok sel – sel sumsum
tulang autolog ke dalam arteri yang menimbulkan infark pada saat PTCA 6 hari
setelah infark miokard akut. Sepuluh pasien yang diberi stem cell area infarknya
menjadi lebih kecil dan indeks volume stroke, left ventricular end-systolic volume,
kontraktilitas area infark, dan perfusi miokard menunjukkan perbaikan
dibandingkan dengan kelompok kontrol.16
10
Pada penelitian The Transplantation of Progenitor Cells And Regeneration
Enhancement in Acute Myocardial Infartion (TOPCAREAMI) membandingkan sel
– sel sumsum tulang mononuklear yang tidak diseleksi dengan sel – sel progenitor
darah. Kedua sel tersebut menunjukkan keamanan dan efikasi yang sama.17 Perin
dkk. memberikan transplantasi sel – sel sumsum tulang autolog yang diinjeksikan
pada miokard yang lemah dengan panduan electromechanical mapping pada 14
pasien gagal jantung iskemik kronik berat. Single-photon emission computed
tomography myocardial perfusion scintigraphy menunjukkan penurunan defek
yang signifikan dan perbaikan fungsi sistolik ventrikel kiri global pada pasien yang
diterapi.16
Penelitian – penelitian yang telah dipublikasikan mendiskripsikan
penggunaan sel – sel sumsum tulang untuk menerapi infark miokard dengan hasil
yang masih kontroversial untuk efek secara global dari fungsi ventrikel.15
Sejumlah uji klinis melaporkan dan mendiskripsikan efek bermanfaat dari
pengiriman intramiokard dari stem cell sumsum tulang dihubungkan dengan
pencangkokan arteri coronaria bypass untuk kronik iskemik gagal jantung (Tabel 2)
Tabel 2. Penelitian yang menggunakan terapi stem cell sumsum tulang pada pasien iskemik kardiomiopati13
Penelitian – penelitian diatas menunjukkan bahwa teknik ini aman dan
memberikan efek yang bermanfaat, meskipun potensial manfaat akhir klinisnya
masih perlu dikonfirmasi. Selain itu, mekanisme aksi sel – sel sumsum tulang pada
fungsi jantung membutuhkan penjelasan teori.
11
Gambar 5. Teknik penggunaan stem cell2
Mesenchymal stem cells (MSC) didapatkan dari stroma sumsum tulang dan
mengekspresikan bermacam – macam growth factor (GF) untuk mendukung
hematopoeisis baik secara in vitro dan in vivo. Ini telah dibuktikan bahwa MSC ini
dapat berdeferensiasi menjadi jaringan mesenkimal seperti tulang, kartilago, otot,
stroma tulang belakang, lemak, dan jaringan ikat. Selain itu kapasitas dari MSC
dari sumsum tulang mencit untuk berdeferensiasi menjadi kardiomiosit sudah
didemonstrasikan sejak tahun 1999. Sel – sel tersebut dilaporkan berpotensi untuk
meregenerasi miokardium yang rusak.17 In vitro dan tanpa menggunakan sel – sel
lain yang mendukung, MSC dapat berdiferensiasi sesuai garis silsilah
kardiomiogenik. Akan tetapi, hanya mengekspresikan marker permukaan
12
kardiogenik, bukan sel – sel yang berdenyut. In vivo, transdeferensiasi dari MSC
menjadi kardiomiosit masih menjadi perdebatan.18
Populasi MSC-like dapat diisolasi dari berbagai macam sumber seperti
jaringan adiposit, jantung, wharton’s jell, pulpa gigi, darah tepi, darah tali pusat,
dan juga darah menstruasi. MSC memiliki potensi aktifitas anti-inflamasi,
mekanismenya MSC menunjukkan efek penekanan inflamasi melalui sekresi
sitokin anti-inflamasi seperti IL-10, TGF-β, LIF, Soluble HLA-G dan antagonis IL-
1R, ekspresi enzim yang meregulasi sistem imun seperti sikloksigenase dan
indolamin 2,3 deoksigenase dan mampu untuk menginduksi regenerasi dari sel T
regulasi anti-inflamasi. Efek anti inflamasi in vivo dari MSC bagus untuk menerapi
model hewan dari beberapa penyakit patologis yang dimediasi sistem imun seperti
sklerosis, kolitis, reaksi penolakan cangkokan, reumatoid arthritis, dan iskemik atau
luka reperfusi. Pada gagal jantung, pemberian MSC post infark menunjukkan
penurunan produksi dari TNF-α dan IL-6, tapi meningkatkan aktifitas sitokin anti-
inflamasi IL-10 yang berkorelasi dengan manfaat terapi. Secara klinis, MSC
memiliki aktifitas terapi untuk menekan reaksi penolakan cangkok oleh tubuh.19
Pada penelitian stem cell darah tepi, sudah diketahui bahwa setelah induksi
dari pool stem cell pada sumsum tulang oleh GF, berbeda – beda autologous
hemapoeitic stem cell (AHSC) dapat diperoleh pada darah tepi termasuk stem cell
mesenkimal, dendritik, progenitor, dan pluripotent. Pada penelitian ini
menggunakan G-CSF untuk tujuan memobilisasi. Melalui teknologi apheresis, sel
– sel ini dikumpulkan dan dikonsentrasikan pada fraksi sel mononuklear darah tepi.
Pada penelitian ini diperlukan 8-15 liter darah untuk mendapatkan stem cell yang
cukup. Pada penelitian ini stem cell ditransplantasikan dengan menginjeksikannya
pada daerah infark dan menginfusnya melalui bypass pencangkokan untuk
menjamin pengiriman yang adekuat sel- sel tersebut dan untuk memperkaya suplai
darah ke area tersebut. Semua pasien disapih dari bypass kardiopulmonal tanpa
membutuhkan dosis tinggi agen inotropik atau IABP. Tidak ada kejadian apapun
setelah periode post operasi. Fibrilasi atrium terbentuk pada satu pasien. Sinus
ritme terjadi 48 jam tanpa terapi amidarone dan elektrik kardiovesesn. Terjadi
13
peningkatan perfusi miokardial terdeteksi pada thallium scintigrapy setelah tindak
lanjut 10 bulan. Aritmia ventrikel tidak diamati pada penelitian ini. 20
Sampai selama ini kita tidak tahu pada fase diferensiasi stem cell mana
yang paling bagus untuk terapi, sebaik hasil transfeksi dan pemograman kembali.
Salah satu jalan untuk meningkatkan terapi stem cell adalah mengkombinasi
beberapa tipe stem cell yang telah kita ketahui mempunyai aktifitas tropik. Salah
satu kombinasi yang menarik adalah menggunakan sel CD34, yang tidak hanya
merupakan sel hematopoeitic primer, tetapi juga angiogenik, bersamaan dengan
allogenik stem cell yang mempunyai tropik, angiogenik dan potensi aktifitas anti-
inflamasi. Alasan rasional kombinasi ini dilihat dari beberapa prespektif : a) setelah
jaringan terluka baik mesenkimal dan hematopoietic stem cell dimobilisasi, kedua
sel memiliki efek terapi yang sinergis. b) in vivo, MSC menyediakan lingkungan
mikro untuk stem cell CD34 baik embrionik maupun post natal. In vitro MSC
mendukung ekspansi stem cell CD34. c) Penelitian pada hewan membuktikan
adanya efek yang sinergis. Penelitian sebelumnya mempublikasikan bahwa pasien
sembuh dari dilatasi kardiomiopati yang ditunjukkan dengan peningkatan fraksi
ejeksi setelah menerima kombinasi dari darah tali pusat memperluas sel – sel CD34
dan matik plasenta mendapatkan MSC. Pada laporan kasus didiskripsikan pasien
dengan iskemia kardiomiopati yang menerima kombinasi sel allogenik CD34 dan
endometrial regenerative cells (ERC). Populasi MSC-like yang sebelumnya
didemonstrasikan memiliki kemampuan memproduksi GF dibandingakan dengan
sel MSC kontrol sama baiknya dalam aktifitas imunomodulasi dan in vivo
angiogenik. Selanjutnya, sel ERC-like telah dilaporkan oleh kelompok yang
berbeda memiliki kecenderungan peningkatan diferensiasi otot dan kardiak yang
lebih baik, dibandingan dengan stem cell yang lain. Penelitian pada hewan
menunjukkan bahwa ERC tidak membuat tumor dan secara aktif menekan
pertumbuhan glioma secara in vivo. Uji klinis juga mendemonstrasikan bahwa
ERC tidak menyebabkan pertumbuhan abnormal jika diberikan secara intratekal
ataupun intravena.19
14
Embrionic stem cell (ESC) didapatkan dari inner cell mass dari blastosit.
Sel ini dapat dimanfaatkan karena kapasitas autoregenerasinya, kemampuan
proliferasinya yang tinggi dan pluripotensinya. Imunogenitas dari sel ini dan sel
keturunannya mungkin tidak sama seperti penelitian yang telah ada. Sekarang ini,
dengan peningkatan diferensiasi sel inkompatibel imunologik, menjawab semua
pertanyaan dari aplikasi klinis dari alogenik ESC. Human embryonic stem cells
(HESC) dapat berdiferensiasi menjadi kardiomiosit yang fungsional pada beberapa
kondisi. Pluripoten alami dari sel ini secara khusus penting sebagai mesin dari
jaringan kardiak yang mempertimbangkan peran dari non-kardiomiosit pada
pertumbuhan dari struktur miokardial yang berdenyut. Oleh karena itu, beberapa
jaringan mesin miokardial didasarkan pada penggunaan ESC. Aplikasi pada klinis
mungkin menjadi perdebatan yang cukup komplek karena kemampuan allogenik
dan ketakutan akan sifat tumorogeniknya. Resiko terbentuknya neoplasma terlihat
tergantung pada dosis dan lebih rendah resikonya pada penyakit jantung karena
lingkungan yang inflamasi. Program kardiopoetik mungkin salah satu strategi yang
cocok untuk menjamin jalur diferensiasi yang benar. Resiko keganasan dan bahaya
dari transmisi patogen yang didapat dari komponen hewan selama kultur in vitro
harus dieliminasi terlebih dahulu. Akhirnya, strategi untuk menghindari respon
imun yang merugikan, seperti antigen dan induksi tolerasi imun, membutuhkan
pembangunan alamat imunologis yang tepat. Akan tetapi, keamaan terkait
tumoregenik dan imunogenik dari ESC masih belum terpecahkan. Beberapa strategi
untuk menghilangkan keterbatasan ini adalah dengan autolog adult stem cell dan
memasukan genom yang belum matang ke dalamnya (misalnya oosit). Konsep ini
dinamakan transfek nukleus dan mungkin akan menghasilkan sel autolog
pluripoten. Strategi kloning sel sudah didiskripsikan pada tikus. Kelompok
Mitalipov’s melaporkan bahwa mereka mampu memprogram sel kulit mamalia
dewasa dengan menggunakan transfer nukleus, untuk mendapatakan sel pluripoten.
Pada waktu yang bersamaan, penelitian dari Jepang menggunakan pendekataan
yang sama. Mereka mentransduksikan adult human dermal fibroblast dengan
empat faktor transkripsi (Oct3/4, Sox2, Klf4 dan c-Myc) untuk meregenerasi
induksi sel pluripoten.21 Penelitian Zimmermann et al. (2006) menggunakan fetal
15
kardiomioblast sebagai mesin kontraktil jaringan kardiak. Originalnya, cincin
bundel ditengah – tengah untuk beraksi seperti tes obat secara in vitro, yaitu dengan
mencampur kardiomioblas mencit dengan cairan kolagen tipe I, matrigel dan
medium kultur yang mengandung serum, mereka berhasil mendesain cincin denyut
dan menyebutnya engineered heart tissue (EHT).22 Meskipun konsiderasi
imunologikal melarang aplikasi penemuan ini pada manusia, harapan baru untuk
mesin jaringan jantung dari sel manusia sudah muncul dengan adanya demonstrasi
dari sel progenitor kardiak yang mempunyai kapasitas untuk berdeferensiasi
menjadi kardiomiosit fungsional dan memperbaiki jantung.20
Mekanisme deferensiasi ESC menjadi kardiomiosit melalui sinyal Wnt.
Awalnya terinduksi menjadi populasi sel mesodermal prekardiak. Segera setelah
menjadi sel mesodermal, sinyal Wnt akan menginduksi fates mesodermal tapi akan
menghambat diferensiasi kardiak. Antagonist Wnt, Dkk1 dapat memblok sinyal
Wnt, Dkk-1 memediasi inhibisi Wnt lebih dulu untuk menurunkan formasi
mesoderm mendukung fenotip kardiak (Gambar 6) 23
.
Gambar 6. Skematik deferensiasi ESC menjadi kardiomiosit23
Dari uraian – uraian diatas maka kita bisa tahu bahwa tidak semua stem cell
bisa digunakan dengan aman untuk terapi pada gagal jantung. Di bawah ini gambar
skematis yang menunjukkan stem cell mana saja yang bisa memiliki kemungkinan
besar dan kemungkinan kecil untuk terapi gagal jantung.21
16
Gambar 7. Sumber stem cell yang memiliki kemungkinan besar (hitam) dan
kemungkinan kecil (abu – abu) untuk menggantikan miokardium21
KESIMPULAN
Peristiwa gagal jantung pada bayi dan anak menggambarkan terdapatnya
sindroma klinik akibat miokardium tidak mampu memenuhi keperluan metabolik,
termasuk pertumbuhan. Pada stadium awal gagal jantung, terjadi berbagai macam
mekanisme kompensasi untuk mempertahankan fungsi metabolik normal, ketika
mekanisme tersebut menjadi tidak efektif dan sudah mencapai stadium terminal,
manifestasi klinis yang timbul akan semakin bertambah berat. Sehingga perlu terapi
terkini yang lebih efektif, salah satunya adalah penggunaan stem cell. Tranplastasi sel
didasarkan pada teori bahwa progenitor stem cell dapat berdiferensiasi menjadi
kardiomiosit dan sel endotel. Sehingga dapat menggantikan miokardium yang rusak.
Pada Penelitian terkini memberikan bukti awal bahwa adult stem cells dan embryonic
stem cell dapat menggantikan sel otot jantung yang rusak dan memberikan pembuluh
darah baru. Namun tidak semuanya aman digunakan untuk terapi gagal jantung pada
anak dan masih memerlukan uji klinis lebih lanjut.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Saputra V. Dasar-dasar Stem Cell dan Potensi Aplikasinya dalam Ilmu Kedokteran. Cermin Dunia Kedokteran 2006; 153:21-25
2. The Stem Cells – Stem cell information – The Official National Institute of Health Resource for Stem cell Research (24 Februari 2011)
3. Stem Cells for Cell-Based Therapies, Lauren Pecorino – American Institute of Biological Science. (24 Februari 2011)
4. What Are Stem Cells? – CSA Guide to Discovery - http://www.csa.com/discoveryguides/stemcell/overview.php. (24 Februari 2011)
5. Supriyatno, Bambang. 2009. Management of Pediatric Heart Disease for practitioner: From Early Detection to Intervention. Jakarta: Departemen IKA FKUI-RSCM.
6. Bernstein, Daniel. Heart Failure Dalam : Kliegman R.M., Bonita, Stanton, Geme J.S., Schor N., dan Behrman R.E (Eds). Nelson Textbook of Pediatrics, 19th Edition. W.B. Saunders Company, English, 2010; 1691-1964.
7. Fred, M, D. 1996. Gagal Jantung Kongestif dalam Kardiologi Anak Nadas.Yogyakarta: Gajah Mada University press.
8. Orlic D, Kajstura J, Chimenti S, Jakoniuk I, Anderson SM, Li B, Pickel J, McKay R, Nadal-Ginard B, Bodine GM, Leri A, Anversa P. Bone marrow cells regenerate infarcted myocardium. Nature 2001;410:701—5.
9. Stem-Cell Transplantation in Myocardial Infarction: A Status Report – Ann. Intern. Med. 2004 May;140(9):729 – 737
10. Reinecke H, Poppa V, Murry CE. Skeletal muscle stem cells do not transdifferentiate into cardiomyocytes after cardiac grafting. J Mol Cell Cardiol 2002;34:241—9.
11. Menasche´ P, Hagege AA, Vilquin JT, Desnos M, Abergel E, Pouzet B, Bel A, Sarateanu S, Scorsin M, Schwartz K, Bruneval P, Benbunan M, Marolleau JP, Duboc D. Autologous skeletal myoblast transplantation for severe postinfarction left ventricular dysfunction. J Am Coll Cardiol 2003;41:1078—83.
12. Makkar RR, Lill M, Chen PS. Stem cell therapy for myocardial repair: is it arrhythmogenic?. J Am Coll Cardiol 2003;42:2070—2.
13. Nicolini F dan Gherli T. Alternatives to transplantation in the surgical therapy for heart failure. Eur J Cardiothorac Surg 2009;35:214-228.
18
14. Scha¨chinger V, Erbs S, Elsa¨sser A, HaberboschW, Hambrecht R, Holschermann H, Yu J, Corti R, Mathey DG, Hamm CW, Suselbeck T, Assmus B, Tonn T, Dimmeler S, Zeiher AM, REPAIR-AMI Investigators. Intracoronary bone marrow-derived progenitor cells in acute myocardial infarction. N Engl J Med 2006;355:1210—21.
15. Wollert KC, Meyer GP, Lotz J, Ringes-Lichtenberg S, Lippolt P, Breidenbach C, Fichtner S, Korte T, Hornig B, Messinger D, Arseniev L, Hertenstein B, Ganser A, Drexler H. Intracoronary autologous bone-marrow cell transfer after myocardial infarction: the BOOST randomised controlled clinical trial. Lancet 2004;364:141—8.
16. Perin et al. Stem-Cell Transplantation in Myocardial Infarction: A Status Report – Ann. Intern. Med. 2004 May;140(9):729 – 737
17. Pittenger MF, Martin BJ. Mesenchymal stem cells and their potential as cardiac therapeutics. Circ Res 2004;95:9—20.
18. Eschenhagen T, Zimmermann WH. Engineering myocardial tissue. Circ Res 2005;97:1220—31.
19. Ichim TE., Solano F., Lara F., Rodriguez J.P., Cristea O., Minev B., Ramos F., Woods E.J., Murphy M.P., Alexandrescu D.T., Patel AN., Riordan N.H. Combination stem cell therapy for heart failure International Archives of Medicine 2010; 3:5.
20. Ozbaran M., Omay S.B., Nalbantgil S., Kultursay H., Kumanlioglu K., Nart D., dan Pektok E. Autologous peripheral stem cell transplantation in patients with congestive heartfailure due to ischemic heart disease. Eur J Cardiothorac Surg 2004;25:342-350.
21. Siepe M, Payam A, Artur L, Christian S. dan Friedhelm B. Stem cells used for cardiovascular tissue engineering. Eur J Cardiothorac Surg 2008;34:242-247
22. Zimmermann WH, Melnychenko I, Wasmeier G, Didie M, Naito H, Nixdorff U, Hess A, Budinsky L, Brune K, Michaelis B, Dhein S, Schwoerer A, Ehmke H, Eschenhagen T. Engineered heart tissue grafts improve systolic and diastolic function in infarcted rat hearts. Nat Med 2006;12:452—8.
23. Mignone J.L., Kreutziger K.L., Paige S.L., dan Murry C.E. Cardiogenesis From Human Embryonic Stem Cells Mechanisms and Applications. Circ J 2010; 74: 2517 – 2526.
19