apendisitis

30
BAB I LAPORAN KASUS IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. M Umur : 54 tahun Jenis kelamin : Perempuan Alamat : Sawahan, Padang Status : Menikah Tgl MRS : 27 Februari 2014 MR : ANAMNESA Keluhan Utama Nyeri di perut kanan bawah Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke RS dengan keluhan nyeri di perut kanan bawah terus menerus sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, awalnya nyeri dirasakan di sekitar pusar 4 hari yang lalu kemudian nyeri berpindah dan menetap di kanan bawah dirasakan semakin hebat. Nyeri dirasakan bertambah ketika pasien berbicara dan melakukan pergerakan yang menyebabkan pasien hanya tidur dengan posisi sedikit membungkuk.

Upload: ivanputras

Post on 30-Dec-2015

43 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

apendicitis

TRANSCRIPT

Page 1: Apendisitis

BAB ILAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. M

Umur : 54 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Sawahan, Padang

Status : Menikah

Tgl MRS : 27 Februari 2014

MR :

ANAMNESA

Keluhan Utama

Nyeri di perut kanan bawah

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke RS dengan keluhan nyeri di perut kanan bawah terus menerus

sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, awalnya nyeri dirasakan di sekitar

pusar 4 hari yang lalu kemudian nyeri berpindah dan menetap di kanan bawah

dirasakan semakin hebat. Nyeri dirasakan bertambah ketika pasien berbicara

dan melakukan pergerakan yang menyebabkan pasien hanya tidur dengan

posisi sedikit membungkuk.

Mual dan muntah 1x sejak 1 hari sebelum rumah sakit. Isi muntah berisi apa yang dimakan dan diminum. Pasien juga mengeluhkan tidak ada nafsu makan dalam 4 hari ini. Keluhan perut kembung disangkal.

Pasien menyangkal adanya demam, batuk, pilek dan sesak nafas.

Buang air kecil tidak ada keluhan, warna jernih kekuningan.

Buang air besar 2 hari ini tidak lancar. Sehari-hari pasien mengatakan jarang

makan sayur dan minum air.

Page 2: Apendisitis

Pasien sudah tidak haid sejak 10 tahun terakhir.

Riwayat nyeri disekitar ulu hati, nyeri-nyeri sendi dan riwayat meminum obat-

obatan bebas disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Riwayat

operasi di perut sebelumnya disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga yang menderita keluhan yang sama dengan pasien.

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum

Keadaan umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : composmentis coorperatif

Status gizi : cukup

Vital Sign

TD : 110/70 mmHg

HR : 98x/menit

RR : 22x/menit

Suhu : 37.8o C

Status Generalis

Kepala : normochepal

Mata :

Pupil : bentuk bulat, diameter 3 mm/3 mm

Refleks pupil : +/+, isokor

Konjungtiva : anemis -/-

Sklera : ikterik -/-

THT : dalam batas normal

Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)

Page 3: Apendisitis

Thorax :

Paru-paru

Inspeksi : normochest, pergerakan dada simetris

Palpasi : tidak ada pergerakan dada yang tertinggal, nyeri tekan (-), vokal

fremitus sama simetris dekstra sinistra

Perkusi : sonor di seluruh lapangan paru

Auskultasi : vesikular (+/+) normal, Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)

Jantung

Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : iktus teraba di RIC V 1 jari medial LMCS

Perkusi : batas jantung dalam batas normal

Auskultasi : bunyi jantung normal, bising (-)

Ekstremitas : akral dingin, RCT < 2 detik, edema (-/-)

Status Lokalis

Abdomen

Inspeksi : distensi (-), datar,

Auskultasi : bising usus (+) normal

Palpasi : nyeri tekan (+), nyeri lepas (+) di titik Mc. Burney, Dunphy's

sign (+), Rovsing's sign (+), Obturator sign (-),

Iliopsoas sign (-)

Perkusi : timpani di seluruh lapangan perut

Rectal Toucher

anus tenang, sfingter ani baik, mukosa licin, ampula mengaga, massa (-),

feses (+) lendir (-)

RESUME

Anamnesis

Pasien datang ke RS dengan keluhan nyeri di perut kanan bawah terus

menerus sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, awalnya nyeri dirasakan di

sekitar pusar 4 hari yang lalu kemudian nyeri berpindah dan menetap di kanan

bawah dirasakan semakin hebat. Nyeri dirasakan bertambah dengan

Page 4: Apendisitis

pergerakan. Mual dan muntah (+), penurunan nafsu makan (+), dan jarang

makan sayur dan buah.

Pemeriksaan fisik

Abdomen

Inspeksi : distensi (-), datar,

Auskultasi : bising usus (+) normal

Palpasi : nyeri tekan (+), nyeri lepas (+) di titik Mc. Burney, Dunphy's

sign (+), Rovsing's sign (+), Obturator sign (+),

Iliopsoas sign (-)

Perkusi : timpani di seluruh lapangan perut

Diagnosis kerja : peritonitis lokal e.c susp apendisitis akut

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium

Hemoglobin : 12,4 gr/dL

Leukosit : 21.400/mm3

Trombosit : 269.000/ mm3

Hematokrit : 38%

Kalium : 3,3 mEq/l

Natrium : 141 mEq/l

Chloride : 106 mEq/l

Ureum : 30 mg/dl

Kreatinin : 0,6 mg/dl

Kesan : leukositosis

Urinalis

makroskopik : warna kuning, tidak keruh dan tidak berbau

mikroskopik : eritrosit : 0-1

leukosit : 0-1

epitel : +

plano test : -

Kesan : dalam batas normal

Page 5: Apendisitis

Foto polos Thorax dan Abdomen

Kesan : dalam batas normal

Pasien di siapkan di pre op :

- Informed consent

- Puasa

- IVFD

- Antibiotik

- Lapor anesthesi

Penatalaksanaan

Direncakan apendiktomi emergency

Diagnosis post op : apendisitis akut

Prognosis

Quo ad vitam : ad bonam

Quo ad functionam : ad bonam

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Page 6: Apendisitis

Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis. Apendisitis

akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran kanan bawah

rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat.

2.2 Anatomi Apendiks Vermiformis

Apendiks vermivormis adalah struktur berbentuk cacing yang muncul dari

posteromedial dari dinding sekum, kira-kira 2 cm di bawah ileum. Posisi ini

mungkin menempati dari beberapa posisi. Posisi apendiks yang lain sepeti

retrosekal, retrokolik (dibelakang sekum atau kolon ascenden), pelvical atau

descenden (pinggir panggul atau tergantung didekat ovarium atau rahim. Itu

semua adalah posisi yang paling sering dijumpai di praktek. Posisi lain yang

kadang-kadang terlihat terutama ketika ada mesentrium apendiks yang panjang

memungkinkan mobilitas yang lebih besar, termasuk subcaecal (di bawah sekum),

preilial (ke anterior terminal ileum), postileal (belakang terminal ileum).[7]

Gambar 2.1 Macam Letak Apendiks

Tiga taenea coli dari colon ascenden dan caecum yang mengikat dasar dari

apediks dan tertanam ke dalam otot lungitudinal. Panjang apendiks kira-kira 10

cm (kisaran 3-15 cm), dan berpangkal di sekum, lumennya sempit di bagian

proksimal dan melebar di bagian distal.[8] Namun tidak demikian, pada bayi,

apendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkalnya dan menyempit ke arah

Page 7: Apendisitis

ujungnya. Keadaan ini mungkin menjadi sebab rendahnya insidens apendisitis

pada usia bayi.[7]

Gambar 2.2 Struktur Apendiks

Persarafan parasimpatis berasal dari cabang nervus vagus yang mengikuti

arteri mesentrika superior dan arteri apendikularis, sedangkan persarafan simpatis

berasal dari nervus torakalis X. Oleh karena itu, nyeri viseral pada apendisitis

bermula di sekitar umbilikus. Perdarahan apendiks berasal dari arteri

apendikularis yang merupakan arteri tanpa kolateral. Jika arteri ini tersumbat,

misalnya karena trombosis pada infeksi, apendiks akan mengalami gangren.[5]

2.3 Fisiologi

Appendiks menghasilkan 1-2 ml per hari lender itu normalnya dicurahkan

ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lender di

muara apendiks tampaknya berperan pada pathogenesis apendisitis.

Imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (gut associated

lymphoid tissue) yang terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk apendiks,

ialah IgA. Immunoglobulin itu sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi.

Namun demikian, pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi system imun

Page 8: Apendisitis

tubuh karena jumlah jaringan limf disini kecil sekali dibandingkan dengan

jumlahnya di saluran cerna dan di seluruh tubuh.

2.4 Epidemiologi

Insidens apendisitis akut di Negara maju lebih tinggi dibandingkan dengan

Negara berkembang. Apendisitis dapat ditemukan pada semua umur, hanya pada

anak kurang dari 1 tahun jarang dilaporkan. Insidens tertinggi pada kelompok

umur 20-30 tahun, setelah itu menuurn. Insidens laki-laki dan perempuan sama

kecuali pada umur 20-30 tahun. Insiden laki-laki lebih tinggi.

2.5 Etiologi

Apendisitis akut merupakan infeksi bakteri. Berbagai hal berperan sebagai

faktor pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakn faktor yang diajukan

sebagai faktor pencetus. Di samping hiperplasia jaringan limf, fecalit, tumor

apendiks, dan cacing askariasis dapat pula menyebabkan sumbatan. Penyebab lain

yang diduga dapat menimbulkan apendisitis ialah erosi mukosa apendiks akibat

parasit seperti E. Histolytica.[5]

Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan

rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis. Konstipasi

akan meningkatkan tekanan intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan

fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora normal kolon.

Semua ini akan mempermudah timbulnya apendisitis akut.[5]

2.6 Patogenesis

Apendisitis adalah peradangan apendiks yang mengenai semua lapisan

dinding organ tersebut. Patogenesis utamanya diduga karena adanya obstruksi

lumen, yang biasanya disebabkan oleh fekalit (feses keras). Hal ini akan

menyebabkan terjadinya penyumbatan pengeluaran sekret mukus yang

mengakibatkan terjadingan pembengkakan, infeksi dan ulserasi. Peningkatan

tekanan intraluminal dapat menyebabkan terjadinya oklusi arteri terminalis (end-

artery) apendikularis. Bila keadaan ini dibiarkan berlangsung terus, biasanya

mengakibatkan nekrosis, gangren dan perforasi.[2]

Page 9: Apendisitis

Penelitian terakhir menunjukkan bahwa ulserasi mukosa berjumlah sekitar

60 hingga 70% kasus, lebih sering dari pada sumbatan lumen. Penyebab ulserasi

tidak diketahui, walaupun sampai sekarang diperkirakan disebabkan oleh virus.

Akhir-akhir ini penyebab infeksi yang paling sering diperkirakan adalah Yersinia

enterocolitica.[2]

Gambar 2.3 Skema Patogenesis Apendisitis

2.7 Patologi

Patologi apendisitis dapat dimulai di mukosa dan kemudian melibatkan

seluruh lapisan dinding apendiks dalam waktu 24-48 jam pertama. Upaya

pertahanan tubuh berusaha membatasi proses radang ini dengan menutup apendiks

dengan omentum, usus halus, atau adneksa sehingga terbentuk massa

periapendikular. Di dalamnya, dapat terjadi nekrosis jaringan berupa abses yang

dapat mengalami perforasi. Jika tidak terbentuk abses, apendisitis akan sembuh

dan massa periapendikular akan menjadi tenang dan selanjutnya akan mengurai

diri secara lambat.[5]

Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh sempurna tetapi

membentuk jaringan parut yang melengket dengan jaringan sekitar. Perlengketan

ini dapat menimbulkan keluhan berulang di perut kanan bawah. Suatu saat, organ

Page 10: Apendisitis

ini dapat meradang akut lagi dan dinyatakan sebagai apendisitis eksaserbasi akut.[5]

2.8 Manifestasi Klinis

Apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh

radang mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat, disertai

maupun tidak disertai rangsang peritoneum lokal. Gejala klasik apendisitis ialah

nyeri samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri viseral di daerah

epigastrium di sekitar umbilikus. Keluhan ini sering disertai mual dan kadang ada

muntah. Umumnya nafsu makan menurun. Dalam beberapa jam nyeri akan

berpindah ke kanan bawah ke titik Mc. Burney. Disini nyeri dirasakan lebih tajam

dan lebih jelas letaknya sehingga merupakan nyeri somatik setempat. Kadang

tidak ada nyeri epigastrium, tetapi terdapat konstipasi sehingga penderita merasa

memerlukan obat pencahar. Tindakan itu dianggap berbahaya karena bisa

mempermudah terjadinya perforasi.

Bila letak apendiks retrosekal retroperitoneal, karena letaknya terlindung

oleh sekum, tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan tidak tanda

rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih ke arah perut sisi kanan atau nyeri timbul

pada saat berjalan karena kontraksi m.psoas mayor yang menegang dari dorsal.

Apendiks yang terletak di rongga pelvis, bila meradang, dapat

menimbulkan gejala dan tanda rangsangan sigmoid atau rektum sehingga

peristaltis meningkat, pengosongan rektum akan menjadi lebih cepat dan

berulang-ulang. Jika apendiks tadi menempel ke kandung kemih, dapat terjadi

peningkatan frekuensi kencing karena rangsangan dindingnya

2.9 Diagnosis

Page 11: Apendisitis

Demam biasanya ringan, dengan suhu 37,5-38,5. Bila suhu lebih tinggi,

mungkin sudah terjadi perforasi. Pada inspeksi perut kembung sering terlihat pada

komplikasi perforasi.

Pada palpasi didapatkan nyeri yang terbatas pada region iliaka kanan,

biasanya disertai nyeri lepas. Defans muskulare menunjukkan adanya rangsangan

peritoneum parietal. Pada penekanan perut kiri bawah akan dirasakan nyeri di

perut kanan bawah yang disebut tanda Rovsing. Peristaltis usus sering normal,

peristaltis dapat hilang karena ileus paralitik pada peritonitis generalisata akibat

apendisitis perforate.

Karakter klinis dari appendisitis dapat bervariasi, namun umumnya

ditampikan dengan riwayat sakit perut yang samar-samar, dimana dirasakan

pertama kali di ulu hati. Mungkin diikuti mual dan muntah, demam ringan. Nyeri

biasanya berpindah dari fossa ilaka kanan setelah beberapa jam, sampai dengan 24

jam. Titik maksimal nyeri adalah pada sepertiga dari umblikus ke fossa ilaka

kanan, itu disebut titik Mc Burney. Nyeri biasanya tajam dan diperburuk dengan

gerakan (seperti batuk dan berjalan). Nyeri pada titik Mc Burney  juga dirasakan

pada penekanan iliaka kiri, yang biasa disebut tanda Rovsing. Posisi pasien

dipengaruhi oleh  posisi dari apendiks. Jika apendiks ditemukan di posisi

retrosekal (terpapar antara sekum dan otot psoas) nyeri tidak terasa di titik Mc

Burney, namun ditemukan lebih ke lateral pinggang. Jika apendiks terletak

retrosekal nyeri jika ilaka kiri ditekan tidak terasa. Ketika apendiks dekat dengan

otot psoas, pasien datang dengan pinggul tertekuk dan jika kita coba meluruskan

maka akan terjadi nyeri pada lokasi apendiks (tanda psoas). Ketika apendiks

terletak retrosekal maka bisa menyebabkan iritasi pada ureter sehingga darah dan

protein dapat ditemukan dalam urinalisis. Jika apendiks terletak di pelvis, maka

tanda klinik sangat sedikit, sehingga harus dilakukan pemeriksaan rektal,

menemukan nyeri dan bengkak pada kanan pemeriksaan. Jika apendiks terletak di

dekat otot obturator internus, rotasi dari pinggang meningkatkan nyeri pada pasien

(tanda obturator). Hiperestesia kutaneus pada daerah yang dipersarafi oleh saraf

spinal kanan T10,T11 dan T12 biasanya juga mengikuti kejadian appendisitis

akut. Jika apendiks terletak di depan ileum terminal dekat dengan dinding

Page 12: Apendisitis

abdominal, maka nyeri sangat jelas. Jika apendiks terletak di belakang ileum

terminal maka diagnosa sangat sulit, tanda-tanda yang ada samar dan nyeri

terletak tinggi di abdomen.

Leukisitosis sedang 10.000-18.000mm3 dengan dominasi sedang dari

polimorfonuklear sering ditemukan. Poliuria ada bila apendiks yang meradang di

dekat ureter atau kandung kemih.

The Modified Alvarado Score Skor

Gejala Perpindahan nyeri dari ulu hati

ke perut kanan bawah

1

Mual-Muntah 1

Anoreksia 1

Tanda Nyeri di perut kanan bawah 2

Nyeri lepas 1

Demam diatas 37,5 ° C 1

Pemeriksaan

Lab

Leukositosis 2

Hitung jenis leukosit shift to

the left

1

Total 10

Interpretasi dari Modified Alvarado Score:

     1-4     : sangat mungkin bukan apendisitis akut

     5-7     : sangat mungkin apendisitis akut

     8-10   : pasti apendisitis akut

2.9.1 Perjalanan Penyakit

Nyeri perut merupakan gejala utama dari apendisitis akut. Nyeri biasanya

berawal di daerah epigastrium bagian bawah atau di daerah umbilikal kemudia

setelah 1-12 jam, tetapi biasanya antara 4-6 jam nyeri menjadi terlokalisir di

daerah kuadran kanan bawah.[6,11] Gejala tipikal apendisitis nyeri berawal di sekitar

Page 13: Apendisitis

umbilikal diikuti dengan anoreksia dan mual. Nyeri yang telah terlokalisir di

daerah kuadran kanan bawah merupakan tanda proses inflamasi yang progres ke

lapisan parietal peritoneum dari apendiks.[10]

2.9.2 Pemeriksaan Fisik

Pasien dengan apendisitis akut akan tampak kesakitan dan lebih suka

berbaring di kasur. Suhu tubuh yang tidak begitu tinggi sering menyertai (38oC)

pada pasien apendisitis.[8] Pemeriksaan abdomen biasanya ditemukan suara bising

usus melemah dan fokal tenderness. Pada daerah tersebut terletak apendiks dan

biasanya tepat pada titik McBurney. Normalnya apendiks itu mobil, namun jika

terjadi inflamasi bisa berubah 360o mengelilingi dasar dari sekum. Oleh karena

itu pada pemeriksaan fisik bisanya ditemukan tanda-tanda berikut:[6,11]

Dunphy's sign: nyeri kanan bawah semakin meningkat saat batuk.

Rovsing's sign : nyeri perut kanan bawah saat dilakukan palpasi pada

perut kiri bawah.

Obturator sign : nyeri saat hip joint di rotasikan ke dalam. Curiga letak

apendiks di pelvik.

Iliopsoas sign : nyeri saat hip joint kanan diekstensikan. Curiga letak

apendiks di retrosekal.

Apendiks yang telah mengalami perforasi nyeri perut menjadi lebih hebat

dan lebih menyeluruh, dan muskulus abdominal menjadi tegang dan kaku. Detak

jantung meningkat disertai dengan peningkatan temperatur tubuh di atas 39oc.

pasien tampak kesakitan dan membutukan cairan resusitasi dan antibiotik sebelum

dilakukan induksi anastesi.[11]

2.9.3 Temuan Laboratorium

Terjadi peningkatan hitung jenis sel darah putih dengan lebih dari 75%

neutrofil pada kebanyakan pasien. Hitung jenis leukosit normal terdapat

perbedaan 10% dengan pasien apendisitis akut. Peningkatan tajam dari hitung sel

darah putih (>20.000/mL) curiga ke arah komplikasi apendisitis dengan gangren

atau perforasi. Analisa urin bisa membantu untuk menyingkirkan piolenefritis atau

nefrolitiasis. Pyuri yang minimal biasanya bisa tampak pada wanita-wanita yang

berusia tua, namun tetap tidak bisa menyingkirkan apendisitis dari diagnosis

karena ureter bisa teriritasi akibat dari perlengketan apendiks yang sedang

Page 14: Apendisitis

mengalami inflamasi. Namun, hematuri mikroskopik umum terjadi pada kasus

apendisitis, gross hematuri jarang terjadi dan bisa mengindikasikan dari gejala

batu ginjal. Tes darah yang lain secara umum tidak dapat membantu dan tidak

mengindikasikan kepada pasien curiga ke arah apendisitis.[10]

2.9.4 Temuan Radiografi

Ultrasonography (USG) memiliki sensitivitas kira-kira 80% dan memiliki

spesifisitas lebih dari 90% untuk mendiagnosis apendisitis akut. Temuan

sonografi pada pasien dengan apendisitis akut adalah diameter anteroposterio 7

mm atau lebih, penebalan pada dinding apendiks, tidak adanya penekanan lumen

(terihat pada potong lintang target lesi) atau gambaran appendicolith.[10]

Computed tomography (CT) sering digunakan untuk mengealuasi pasien-

pasien dengan suspek apendisitis akut. CT memiliki tingkat sensitivitas mencapai

90% dan spesifisitas 80% sampai 90% untuk mendiagnosis apendisitis akut pada

pasien-pasien dengan keluhan nyari abdomen. Secara umum, ukuran apendiks

akan meningkat sesuai derajat keparahan apendisitis. Temuan klasik yaitu

terjadinya distensi pada apendiks dengan diameter lebih dari 7 mm dan pada

dinding apendik terjadi penebalan. Selama proses inflamasi, kita dapat melihat

lemak periapendikel yang melekat, edema, cairan peritoneal, plegmon atau abses

periapendikeal.[10]

2.10 Diagnosis Banding

Pada keadaan tertentu, beberapa penyakit perlu dipertimbangkan sebagai

diagnosis banding, seperti:

• Gastroenteritis, pada gastroenteritis, mual, muntah, dan diare mendahului rasa

sakit. Sakit perut lebih ringan dan tidak berbatas tegas. Hiperperistaltis sering

ditemukan. Panas dan leukositosis kurang menonjol dibandingkan dengan

apendisitis akut.

• Demam Dengue, dapat dimulai dengan sakit perut mirip peritonitis. Di sini

didapatkan hasil tes positif untuk Rumpel Leede, trombositopenia, dan hematokrit

meningkat.

Page 15: Apendisitis

• Kelainan ovulasi, folikel ovarium yang pecah (ovulasi) mungkin memberikan

nyeri perut kanan bawah pada pertengahan siklus menstruasi.

• Infeksi panggul, salpingitis akut kanan sering dikacaukan dengan apendisitis

akut. Suhu biasanya lebih tinggi daripada apendisitis dan nyeri perut bagian

bawah perut lebih difus.

• Kehamilan Ektopik, hampir selalu ada riwayat terlambat haid dengan keluhan

yang tidak menentu. Jika ada ruptur tuba atau abortus kehamilan di luar rahim

dengan pendarahan, akan timbul nyeri yang mendadak difus di daerah pelvis dan

mungkin terjadi syok hipovolemik.

• Kista ovarium terpuntir, timbul nyeri mendadak dengan intensitas yang tinggi

dan teraba massa dalam rongga pelvis pada pemeriksaan perut, colok vaginal, atau

colok rektal.

• Endometriosis ovarium eksterna, endometrium di luar rahim akan memberikan

keluhan nyeri di tempat endometriosis berada, dan darah menstruasi terkumpul di

tempat itu karena tidak ada jalan keluar.

• Urolitiasis pielum/ ureter kanan, adanya riwayat kolik dari pinggang ke perut

menjalar ke inguinal kanan merupakan gambaran yang khas. Eritrosituria sering

ditemukan.

• Penyakit saluran cerna lainnya, penyakit lain yang perlu diperhatikan adalah

peradangan di perut, seperti divertikulitis Meckel, perforasi tukak duodenum atau

lambung, kolesistitis akut, pankreatitis, divertikulitis kolon, obstruksi usus awal,

perforasi kolon, demam tifoid abdominalis, karsinoid, dan mukokel

apendiks.

2.11 Penatalaksanaan

Sebagian besar pasien dengan apendisitis akut mendapakan penanganan

pemotongan apendiks dengan pembedahan. Antibiotik pasca operasi dapat

mencegah pertumbuhan bakteri aerob dan anaerob yang berasal dari kolon. Untuk

pasien apendisitis tanpa perforasi, antibiotik dosis tunggal dapat mencegah infeksi

Page 16: Apendisitis

pasca operasi dan mencegah terbentukan abses intra abdomen. Antibiotik oral

pasca operasi tidak dapat mencegah insiden komplikasi infeksi pasien tersebut.

Untuk pasien dengan ferforasi atau apendisitis gangren, harus diberikan antibiotik

lanjutan intravena sampai pasien tidak demam.[10]

Apendiktomi dengan pembedahan biasanya sering dalakukan baik

pembedahan dengan metode insisitranversal pada kuadran kanan bawah (metode

Davis-Rockey) atau pembedahan dengan metode insisi oblig (McArthur-

McBurney). Pada beberapa kasus apendisitis yang telah mengalami plegmontasi

yang luas atau apendisitis yang diagnosisnya belum diketahui sejauh mana

perjalanannya, pembedahan subumbilikal midline bisa digunakan. Untuk kasus-

kasus apendisitis yang belum mengalami komplikasi kami lebih suka

menggunakan pembedahan dengan insisi tranversal, dengan memotong otot

bagaian lateral dari musculus rectus abdominalis sampai ke titik McBurney.

Anastesi lokal dapat diberikan sebelum dillakukan insisi, untuk mengurangi nyeri

setelah operasi.[10]

Setelah memasuki rongga peritoneum, indentifikasi apendiks dengan cara

tentukan konsistensinya dan lakukan pembebasan secara gentle. Perhatikan

struktur-struktur yang sedang mengalami inflamasi untuk meminimalkan

terjadinya ruptur selama prosedur tindakan. Pada kasus yang sulit, insisi yang

lebar dapat dilakukan sampai terlihat taenea coli dari sekum, karena biasanya

disitu lokasi dari fecalit. Perhatikan gambar berikut: [10]

Page 17: Apendisitis

Gambar 2.4 Lokasi insisi pada apendiktomi, dan tehnik penjahitan yang umum digunakan pada kasus apendisitis.[10]

2.12 Komplikasi

Page 18: Apendisitis

2.12.1 Massa Periapendikuler

Massa apendiks terjadi bila apendisitis gangrenosa atau mikroperforasi

ditutupi atau dibungkus oleh omentum dan/atau lekuk usus halus. Pada massa

periapendikular dengan pembentukan dinding yang belum sempurna, dapat terjadi

penyebaran pus ke seluruh rongga peritoneum jika perforasi diikuti oleh

peritonitis purulenta generalisata.[5]

Penderita sering datang dengan keluhan ringan berupa rasa tidak enak di

perut kanan bawah. Kadang teraba massa memanjang di regio iliaka kanan. Suatu

saat bila terjadi infeksi, akan timbul tanda apendisitis akut.[5]

Apendiktomi dilakukan pada infiltrat periapendikuler tanpa pus yang telah

ditenangkan. Sebelumnya, pasien diberi antibiotik kombinasi yang aktif terhadap

kkuman aerob dan anaerob. Baru setelah keadaan tenang, yaitu sekitar 6-8 minggu

kemudian, dilakukan apendiktomi. Pada anak kecil, wanita hamil dan penderita

usia lanjut, jika secara konservasif tidak membaik atau berkembang menjadi

abses, dianjurkan operasi secepatnya.[5]

2.12.2 Apendisitis Perforata

Keterlambatan diagnosis, merupakan faktor utama yang berperan dalam

terjadinya perforasi apendiks. Insidens perforasi pada penderita di atas usia 60

tahun dilaporkan sekitar 60%. Faktor yang mempengaruhi tingginya insidens

perforasi pada orang tua adalah gejalanya yang samar, keterlambatan berobat,

adanya perubahan anatomi apendiks berupa penyempitan lumen dan

arteriosklerosis. Inidens tinggi pada anak disebabkan oleh dinding apendiks yang

masih tipis, anak kurang komunikatif sehingga memperpanjang waktu diagnosis

dan proses pendindingan kurang sempurna akibat perforasi yang cepat dan

omentum anak belum berkembang.[5]

Perforasi apendiks akan mengakibatkan peritonitis purulenta yang ditandai

dengan demam tinggi, nyeri makin hebat yang meliputi seluruh perut dan perut

menjadi tenggang dan kembung. Nyeri tekan dan defans muskuler terjadi di

seluruh perut, mungkin disertai dengan pungtum maksimum di regio iliaka kanan,

peristaltik usus dapat menurun sampai menghilang akibat adanya ileus paralitik.[5]

Perlu dilakukan laparotomi dengan insisi yang panjang, supaya dapat

dilakukan pencucian rongga peritoneum dari pus maupun pengeluaran fibrin yang

Page 19: Apendisitis

adekuat secara mudah serta pembersihan kantong nanah. Akhir-akhir ini, mulai

banyak dilaporkan pengelolaan apendisitis perforasi secara laparoskopi

apendiktomi. Pada prosedur ini, rongga abdomen dapat dibilas dengan mudah.

Hasilnya dilaporkan tidak berbeda jauh dibandingkan dengan laparotomi terbuka.[5]

2.13 Prognosis

Apendisitis akut merupakan alasan yang paling umum untuk melakukkan

operasi kedaruratan abdomen. Pembuangan apendiks memiliki resiko komplikasi

sekitar 4-5%, serta biaya yang terkait dan ketidakyamanan rawat inap dan

pembedahan. Oleh karena itu tujuan dari ahli bedah adalah untuk membuat

diagnosis yang akurat sedini mungkin. Diagnosis dan pengobatan yang terlambat

akan meningkatkan angka mortalitas dan morbiditas.[6]

Angka kematian keseluruhan berkisar 0,2%-0,8% yang disebabkan

komplikasi penyakit daripada intervensi bedah. Angka kematian pada anak-anak

dalam rentang dari 0,1% menjadi 1% sedangkan pada pasien tua dengan usia >70

tahun tingkat kematian di atas 20%, terutama disebabkan karena keterlambatan

diagnosis dan terapi.[6]

DAFTAR PUSTAKA

Page 20: Apendisitis

1. Fitzmaurice GJ, McWilliams B, Hurreiz H, Epanomeritakis E. Antibiotics

Versus Appendectomy in the Management of Acute Appendicitis: A Review

of the Current Evidence. [Can J Surg] 2011. [database on the internet]. [cited

on 01 May 2013]. Vol. 54, No. 5. Pages 307-314. Available from:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3195652 /pdf/0540307.pdf.

2. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.

Edisi 6 vol. 1. Jakarta: EGC, 2005. Hal. 448-449.

3. Schizas AM, Williams AB. Management of Complex Appendicitis. [Journal

of Surgery] 2010. [database on the internet]. [cited on 30 April 2013].

Volume 28, Issue 1. Pages 544-548. Available from:

http://www.surgeryjournal.co.uk/article/S0263-9319%2810%2900178-X/pdf.

4. Froggatt P, Harmston C. Acute Appendicitis. [Journal of Surgery] 2011.

[database on the internet]. [cited on 30 April 2013]. Volume 29, Issue 8.

Pages 372-376. Availabe from: http://www.surgeryjournal.co.uk/article/

S0263-9319%2811%2900108-6/pdf.

5. Sjamsuhidajat R, Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: EGC,

2010. Hal. 756

6. Craig S, Brenner BE. Appendicitis. Medscape Article. [database on the

internet] 2012. [cited on May 02, 2013]. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/773895-overview#showall.

7. Standring S, Ellis H, Healy JC, Johnson D, Williams A, et al. Gray’s

Anatomy: The Anatomical Basis of Clinical Practice. 39th Edition. [textbook

of Anatomy]. Elsevier Churchill Livingstone: 2008.

8. Minkes RK, Alder AC, Alder C. Pediatric Appendicitis.Medscape Article.

[database on the internet] 2013. [cited on May 02, 2013]. Available

from:http://emedicine.medscape.com/article/926795-overview#showall.

9. Snell RS. Clinical Anatomy by Regions. 8th Edition. [textbook]. Washington:

Lippincott Williams & Wilkins. 2008.

10. Basil A, Pruitt JR. Townsend: Sabiston Textbook of Surgery, 18th ed.

Saundres, 2007.

Page 21: Apendisitis

11. Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR, Dunn DL, Hunter JG, et al.

Schwartz's Principles of Surgery. Eighth Edition. [textbook] The McGraw-

Hill Companies, 2007.

12. Quantitative Imaging in Medical and Surgery. [database on the internet]

2012. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles

/PMC3533601/figure/f2/.

13. Castro S.M.M, Unlü C, Steller E.Ph, Wagensveld B.A, Vrouenraets B.C.

Evaluation of the Appendicitis Inflamatory Response Score for Patients with

Acute Appendicitis. World J Surg. [database on the pubmed central] 2012.

[cited on May 1, 2013]. 36:1540–1545. Available from:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3368113/pdf/268_2012_Artic

le_1521.pdf.